View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerjasama Internasional
Hubungan Internasional merupakan bentuk interaksi antara aktor atau
anggota masyarakat yang satu dengan aktor atau anggota masyarakat lain yang
melintasi batas-batas negara. Terjadinya hubungan internasional merupakan
suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah
kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga
interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri
terhadap dunia luar.1 Salah satu bentuk ketergantungan antara aktor-aktor
dalam hubungan internasional diwujudkan melalui sebuah kerjasama dimana
kerjasama tersebut bisa melibatkan berbagai aktor dalam hubungan
internasional, baik itu negara, organisasi, maupun individu.
Lebih lanjut, dalam Hubungan Internasional dikenal apa yang dinamakan
kerjasama internasional, di mana dalam suatu kerjasama internasional bertemu
berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang
tidak dipenuhui didalam negerinya sendiri. Isu utama dari kerjasama
internasional yaitu berdasarkan pada sejauh mana keuntungan bersama yang
1
Dougherty dan Graff Jr. dikutip dalam buku Banyu, Anak Agung Perwita. 2008. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Hal 34
19
diperoleh melalui kerjasama dapat mendukung konsepsi dari kepentingan
tindakan yang uniteral dan kompetetif.2
Teori Hubungan Internasional memiliki fokus pada studi mengenai
penyebab konflik dan kondisi-kondisi yang menunjang terjadinya kerjasama.
Teori-teori kerjasama dan juga teori-teori tentang konflik, merupakan basis
pentingnya bagi teori hubungan internasional yang komprehensif.
Kerjasama merupakan serangkaian hubungan yang tidak didasari oleh
kekerasan atau paksaan dan disahkan secara hukum, seperti pada organisasi
internasional. Kerjasama terjadi karena adanya penyesuaian perilaku oleh para
aktor sebagai respon dan antisipasi terhadap pilihan-pilihan yang diambil oleh
aktor lain. Kerjasama dapat dijalankan dalam suatu proses perundingan yang
secara nyata diadakan. Namun apabila masing-masing pihak telah saling
mengetahui, perundingan tidak perlu lagi dilakukan.
Dengan kata lain kerjasama internasional dapat terbentuk karena
kehidupan internasional meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik,
ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan keamanan.
Hal tersebut memunculkan kepentingan yang beranekaragaman sehingga
mengakibatkan berbagai masalah sosial. Untuk mencari solusi atas berbagai
masalah tersebut maka beberapa negara memebentuk suatu kerjasama
internasional. 3
Dalam menghadapi perkembangan dunia yang berjalan dinamis setiap
negara dituntut untuk mempunyai kamanpuan untuk berhubungan dengan
2
Ibid
3
Ibid hal 35
20
negara lain, dalam hal interaksi atau hubungan yang berbentuk kerjasama,
kerjasam tersebut terjadi karena adanya kebutuhan atau kepentingankepentingan yang sam dari masing-masing negara yang saling berhubungan.
Dengan demikian, syarat terjadinya kerjasama internasional tersebut
pertama harus terdapat masalah dan kepentingan bersama, kemudian adanya
usaha, tujuan bersama, dan akhirnya dibentuk suatu organisasi sebagai wadah
kegiatannya, baik yang bersifat bilateral, regional maupun internasional.
Setelah kesepakatan terjadi antara negara-negara anggota dalam kerangka
yang berjalan maka selanjutnya adalah kemanpuan untuk meraih keberhasilan
dalam pola kerjasama internasional itu. Moctar mas’oed mengungkapkan
bahwa : untuk menjamin keberhasilan kerjasaxm internasional harus ada
syarat utama yaitu adanya kepentingan bersama akan lebih tegas bagi Red
Community Interest, hal ini menunjukkan kesediaan pembinaan kepentingan
bersama.
Mengenai kerjasama ini dikemukakan pula oleh Teuku May Rudi dalam
bukunya Teori Etika dan kebijakan Hubungan Internasional, yaitu sebagai
berikut : kerjasama dalam pembangunan ekonomi dewasa ini tujuan utama
setiap negara, karene setiap negara memeliki keterbatasan sumber daya,
kemanpuan administrasi dan keterampilan teknik.
Kerjasama dapat pula timbul dari adanya komitmen individu terhadap
kesejahteraan bersama atau sebagai usaha memenuhi kebutuhan pribadi.
Kunci penting dari perilaku bekerjasama yaitu pada sejauhmana setiap pribadi
mempercayai bahwa pihak lainnya akan bekerjasama. Jadi isu utama dari teori
21
kerjasama adalah pemenuhan kepentingan pribadi, di mana hasil yang
menguntungkan kedua belah pihak akan dapat melalui kerjasama, daripada
berusaha memenuhi kepentingan sendiri dengan cara berusaha sendiri atau
dengan berkompetisi. Menurut Holsti, kerjasama atau kolaborasi bermula
karena adanya keanekaragaman masalah nasional, regional maupun global
yang muncul sehingga diperlukan adanya perhatian lebih dari satu negara,
kemudian masing-masing pemerintah saling melakukan pendekatan dengan
membawa usul penanggulangan masalah, melakukan tawar-menawar, atau
mendiskusikan
masalah,
menyimpulkan
bukti-bukti
teknis
untuk
membenarkan satu usul lainnya, dan mengakhiri perundingan dengan suatu
perjanjian atau saling pengertian yang dapat memuaskan semua pihak.
Selanjutnya Holsti memberikan defenisi kerjasama sebagai berikut :
a. Pandangan bahwa terdapat dua atau lebih kepentingan, nilai, atau
tujuan yang saling bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu,
dipromosikan atau dipenuhi oleh semua pihak.
b. Persetujuan atas masalah tertentu antara dua negara atau lebih dalm
rangka memanfaatkan persamaan atau benturan kepentingan.
c. Pandangan atau harapan suatu negara bahwa kebijakan yang
diputuskan oleh negara lainnya membantu negara itu untuk
mencapai kepentingan dan nilai-nilainya.
d. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan
22
yang dilakukan untuk melaksanakan persetujuan mereka. 4
Dalam
suatu
kerjasama
internasional
bertemu
berbagai
macam
kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat di
penuhi di dalam negerinya sendiri. Kerjasama internasional adalah sisi lain
dari konflik internasional yang juga merupakan salah satu aspek dalam
hubungan internsional. Isu utama dari kerjasama internasional yaitu
berdasarkan pada sejauhmana keuntungan bersama yang diperoleh melalalui
kerjasama tersebut dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang
unilateral dan kompetitif. Kerjasama internasional terbentu karena kehidupan
internasional meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik, sosial budaya,
lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan.
Kerjasama internasional tidak dapat dihindari oleh negara atau aktor
internasional lainnnya. Keharusan tersebut diakibatkan adanya saling
ketergantungan diantara aktor-aktor internasional dan kehidupan manusia
yang semakin kompleks, dan tambah lagi dengan tidak meratanya sumbersumber daya yang dibutuhkan oleh para aktor internasional.
Sifat
kerjasama
internasional
biasanya
bermacam-macam,
seperti
harmonisasi hingga (kerjasama internasionl yang paling kuat). Kerjasama
demikian terjadi ketika ada dua kepentingan bertemu dan tidak ada
pertentangan di dalamnya. Ketidakcocokan ataupun konflik memang tidak
dapat dihindarkan, tapi dapat ditekan apabila kedua belah pihak bekerjasama
4
Holsti, 1988. Dikutip pada buku Suherman, Ade Maman. 2013. Organisasi internasional dan
integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi. Ghalia Indonesia:
Jakarta.
23
dalam kepentingan dan masalahnya.
Lingkup aktivitas yang dilaksanakan melalui kerjasama internasional antar
negara meliputi berbagai kerjasama multidimensi, seperti kerjasama ekonomi,
kerjasama dalam bidang sosial, dan kerjasama dalam bidang politik.
Kerjasama itu kemudian diformulasikan kedalam sebuah wadah yang di
dinkan organisasi internasional. Organisasi internasional merupakan sebuah
alat yang memudahkan setiap anggotanya untuk menjalin kerjasama dalam
bidang politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.
Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai
cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingankepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang
penting dalam kerjasama yang berguna.
Dalam
suatu
Kerjasama
Internasional
bertemu
berbagai
macam
kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat
dipenuhi didalam negaranya sendiri. Kerjasama Internasional adalah sisi lain
dari konflik internasional yang juga merupakan salah satu aspek dalam
Hubungan Internasional. Isu utama dari Kerjasama Internasional yaitu
berdasarkan pada sejauhmana keuntungan bersama yang diperoleh melalui
kerjasama dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang
unilateral dan kompetitif
Tujuan dari Kerjasama Internasional adalah untuk memenuhi kepentingan
negara-negara tertentu dan untuk menggabungkan kompetensi-kompetensi
24
yang ada sehingga tujuan yang diinginkan bersama dapat tercapai.
Kerjasama itu kemudian diformulasikan ke dalam sebuah wadah yang
dinamakan Organisasi Internasional. Organisasi Internasional merupakan
sebuah alat yang memudahkan setiap anggotanya untuk menjalin kerjasama
dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.
B. Organisasi Internasional
Di era globalisasi sekarang ini, kesadaran bahwa dunia semaikin
interdependen meningkat, sehingga masalah yang terjadi di suatu negara akan
menjadi masalah di negara lain, kesadaran ini tumbuh karena adanya masalah
bersama yang memerlukan penyelesaian bersama misalnya permasalahan
lingkungan. Dalam hubungan internasional terdapat hubungan interaksi antara
aktor-aktor hubungan internasional. Aktor-aktor tersebut tidak hanya Negara
tetapi juga bisa individu, MNC, dan Organisasi Internasional.
Dalam menjalankan hubungan internasional tidak hanya antar negara
dengan negara saja atau individu dengan negara tetapi juga antara negara dan
organisasi internasional. Karena keberadaan organisasi internasional telah
diakui keberhasilannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Organisasi
internasional dapat diartikan sebagai ikatan formal yang melampaui batasbatas wilayah nasional yang ditetapkan untuk membentuk suatu kelembagaan
agar dapat memudahkan kerjasama diantara pihak-pihak yang terkait dalam
berbagai bidang. Organisasi internasional sebagai aktor internasional dianggap
memberikan keuntungan terhadap negara, dimana dia berperan aktif
25
didalamnya.
Menurut Jack C Plano yang dimaksud dengan organisasi internasional
merupakan suatu ikatan formal melampaui batas wilayah nasional yang
menetapkan untuk membentuk mesin kelembagaan agar memudahkan
kerjasama diantara mereka dalam bidang keamanan, ekonomi, sosial, serta
bidang lainnya.5 Sedangkan menurut William D. Coplin mengemukakan
bahwa organisasi internasional selain sebagai tempat interaksi negara-negara
anggotanya dalam menjalankan politik luar negeri, juga bisa dilihat sebagai
institusi yang mempu menghasilkan kebijakan (Policy Maker) dengan aktor
yang mempengaruhi pembuatan kebijakan (Policy Infuencer) yang dimaksud
dengan Policy Maker adalah Pemimpin badan organisasi sedangkan Policy
Infuencer adalah negara-negara anggota yang berperan dalam pencapaian
tujuan organisasi internasional yaitu untuk mengembangkan politik dan
keamanan
nasional
disatu
pihak
serta
pembangunan
ekonomi
dan
kesejahteraan sosial di pihak lain.6
Defenisi lain dari organisasi internasional menurut Teuku May Rudy
adalah :
Suatu pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan
didasari pada struktur organisasi yang jelas, yang diharapkan dapat
berfungsi secara berkesinambungan dan melembaga dalam usaha
untuk mencapai tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati
5
Kenneth, W Thompson. 2010. Politik Antar Bangsa terj. S. Maimoen, Jakarta, Yayasan Pustaka
Obor Indonesia: Jakarta.
6
Apridar.2012. Ekonomi dan Organisasi Internasional. Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan
dalam Aplikasinya. Graha ilmu: Yogyakarta.
26
bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antar
sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda 7
Sejajar dengan pemerintah, organisasi internasional dapat melakukan
peranan penting dalam melakukan kegiatannya demi mencapai tujuan
organisasi tersebut, peranan tersebut antara lain adalah :
1. Sebagai instrument. Organisasi Internasional digunakan oleh
negara-negara
anggotanya
untuk
mencapai
tujuan
tertentu
berdasarkan tujuan politik luar negerinya.
2. Sebagai Arena. Organisasi Internasional merupakan tempat
bertemu bagi anggota-anggotanya untuk membicarakan dan
membahas
masalah-masalah
yang
dihadapi.
Tidak
jarang
organisasi internasional digunakan oleh berbagai negara dalam
mengangkat masalah dalam negerinya, atau masalah dalam negeri
negara lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional.
3. Sebagai aktor independen. Organisasi Internasional dapat membuat
keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan
atau paksaan dari luar organisasi. Sebagai Lembaga yang Mandiri
untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan misalnya sosial
kemanusiaan, bantuan untuk lingkungan hidup, peace keeping dll.8
7
Opcit hal 37.
Ruliana. Poopy. 2014. Komunikasi Organisasi. Teori dan Studi Kasus. PT RajaGrafindo Persada:
Jakarta hal 10.
8
27
Sedangkan Fungsi Organisasi Internasional menurut Harold K. Jacobson9
dikategorikan menjadi 5 hal pokok :
1. Fungsi informasi termasuk didalamnya adalah pengumpulan,
analisa, pertukaran dan desiminasi data dan informasi. Guna
menjalankan
fungsi
ini,
organisasi
internasional
dapat
menggunakan staffnya atau menyediakan suatu forum dimana
konstituennya dapat melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
2. Fungsi Normatif meliputi pendefenisian dan pendeklarasian suatu
norma standar. Fungsi ini tidak memasukkan instrument yang
memiliki efek mengikat secara hukum, tetapi sebatas pernyataanpernyataan
yang
mempengaruhi
lingkungan
domestik
dan
internasional.
3. Fungsi pembuatan peraturan yang hamper sama dengan fungsi
normative tetapi lebih menekankan pada efek yang lebih mengikat
secara hukum, maka negara anggota harus melakukan ratifikasi
atas suatu peraturan dan peraturan itu hanya berlaku bagi anggota
yang meratifikasi saja.
4. Fungsi Pengawasan atas Pelaksanaan Peraturan dimana dalam hal
ini
organisasi
pelanggaran
dan
internasional
menetapkan
menetapkan
langkah-langkah
ukuran-ukuran
penanganan
terhadap pelanggaran suatu peraturan.
9
Ibid hal 12
28
5. Fungsi Operasional yang meliputi penggunaan sumber daya di
Organisasi internasional tersebut. Sebagai contoh dalam hal ini
yaitu pendanaan, pengoperasian sub organisasi dan penyebaran
operasi militer.
Sedangkan
menurut Clive Archer dalam bukunya International
Organization10 menyatakan bahwa :
Organisasi internasional adalah suatu struktur formal dan
berkelanjutan yang diwujudkan dengan persetujuan antara sedikit
dua negara yang berdaulat dengan tujuan mencapai kepentingankepentingan bersama dan membangun kerjasama yang luas dengan
institusi-institusi lain, walaupun tidak termasuk kepada lembagalembaga yang berorientasi pada keuntungan.
Selain Clive, Sumaryo Suryakusomo memberikan definisi lain tentang
organisasi internasional seperti yang dikutip oleh Ade maman Suherman
dalam bukunya Organisasi Internasional adalah sebagai berikut :
Organisasi internasional sebagai suatu proses; organisasi
internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilan dari tingkat
proses tersebut yang telah dicapai dalam waktu tertentu. Organisasi
internasional juga diperlukan dalam rangka kerjasama
menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan
kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta
mengurangi pertentangan yang timbul. 11
Sementara menurut fungsinya, Leroy Bennet dalam buku Internasional
Organization, Principle and Issue mengungkapkan bahwa:
10
Clive Archer. International Organization. Dikutip dari buku Syamsul Arifi. Kerjasama
Perdagangan Internasional. Peluang dan Tantangan bagi Indonesia. 2011. Elex Media
Komputindo: Jakarta. Hal 76.
11
Suherman, Ade Maman. 2013. Organisasi internasional dan integrasi Ekonomi Regional Dalam
Perspektif Hukum dan Globalisasi. Ghalia Indonesia: Jakarta.
29
Fungsi utama dari organisasi internasional adalah untuk
memberikan makna dan kerjasama yang dilakukan antar negaranegara dalam satu area, dimana kerjasama tersebut memberikan
keuntungan untuk negara-negara yang terlibat didalamnya. 12
Selain itu, organisasi interasional juga harus berfungsi bagi negara-negara
anggotanya. Menurut Bennet dalam buku International Organization,
Principle, and Issue fungsi organisasi internasional adalah:
1. Menyediakan sarana kerjasama antar negara, yang mana kerjasama
tersebut menyediakan manfaat bagi semua anggotnya.
2. Menyediakan berbagai saluran komunikasi antar pemerintah, agar area
akomodasi dapat dieksplorasi dengan muda terutama ketika muncul
suatu permasalahan.
Kehadiran organisasi internasional mencerminkan kebutuhan
manusia untuk bekerjasama, sekaligus sebagai sarana untuk menangani
masalah-masalah yang timbul melalui kerjasama tersebut.13 Peranan
organisasi internasional menurut Archer dalam buku AA.B Perwita dan
Yani, dapat dibagi kedalam tiga kategori yaitu:
1. Sebagai instrument. Organisasi internasional digunakan oleh
negara-negara anggotannya untuk mencapai tujuan tertentu
berdasarkan tujuan politik dan negerinya.
2. Sebagai arena. Organisasi internasional merupakan tempat
bertemu bagi anggota-anggotannya untuk membicarakan dan
12
13
Ibid
Torang, Syamsir. 2012. Metode Riset Struktur dan Perilaku Organisasi. Alfabeta: Bandung
30
membahas
masalah-masalah
yang
dihadapi.
Tidak
jarang
organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara untuk
mengangkat masalah-masalah dalam negarinya, ataupun masalah
dalam negari negara lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian
internasional.
3. Sebagai
aktor
independen.
Organisasi
internasional
dapat
membuat keputusan-keutusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh
kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi.
Salah satu kajian utama dalam hubungan internasional adalah
organisasi internasional. Posisi organisasi internasional dalam studi
hubungan internasional semakin tinggi dengan adanya aliran pluralisme
yang menempatkan organisasi internasional sebagai salah satu aktor
dalam hubungan internasional, selain individu dan aktor negara tentunya.
Organisasi Internasional adalah suatu ikatan formal melampaui batas
wilayah nasional yang menetapkan untuk membentuk mesin
kelembagaan agar memudahkan kerjasama di antara mereka dalam
bidang keamanan, ekonomi dan sosial, serta bidang lainnya. Organisasi
internasional modern, mulai muncul lebih dari satu abad yang lalu di
negara barat, yang berkembang di abad ke-20, yaitu di jaman
kerjasama internasional. Dua jenis organisasi internasional yang
dikenal antara lain, organisasi publik antara dua negara atau lebih,
serta organisasi swasta yang lebih dikenal dengan organisasi nonpemerintahan (NGO). 14
Dalam penelitian ini Organisasi internsional yang penulis teliti adalah
organisasi Rainforest Alliance International. Organisasi ini merupakan
organisasi tipe formal yang sifatnya secara terstruktur dan terorganisir dengan
baik merumuskan kegiatan-kegiatan dan kerjasama yang dilakukan baik
14
Robby. 2012. Perilaku Organisasi Teori dan Aplikasinya. Salemba: Medan
31
dengan pemerintah suatu negara maupun dengan aktor lain misalnya
kelompok, organisasi lain, lembaga atau MNCs di negara tersebut.
Pada penelitian ini organisasi Rainforest Alliance bekerjasama dengan PT.
Mars Symbioscience Indonesia yaitu MNC yang bergerak dibidang produksi
komoditi kakao dan pasar coklat di Indonesia. MNC adalah perusahaan yang
kegiatan operasi bisnisnya bersifat multinasional atau internasional dimana
ada perusahaan yang beroperasi pada negara induk yakni sebagai kantor pusat
(Headquarter) dan memiliki lokasi perusahaan cabang tiga dinegara lain atau
lebih yang senantiasa dikendalikan dan diawasi baik secara langsung ataupun
tidak langsung oleh induknya. Pada umumnya pendirian perusahaan cabang
dinegara lain dilakukan dengan investasi langsung yakni dengan cara
mendirikan perusahaan baru, ekspansi atau membeli perusahaan di luar negeri.
Organisasi Rainforest Alliance adalah organisasi yang bergerak dalam
pelestarian lingkungan dan bidang peningkatan kesejahteraan dan Hak Asasi
Manusia. Karena permasalahan lingkungan sudah menjadi masalah bersama
negara-negara di dunia. Isu lingkungan merupakan salah satu isu yang mulai
dibicarakan negara-negara di dunia karena di pandang sangat penting demi
keberlangsungan kehidupan manusia.
C. Konsep Multinational Corporation (MNC)
Dalam perkembangan dunia internasional terdapat berbagai macam aktor
bermunculan dan terlibat dalam fenomena hubungan internasional. Serta tidak
dapat dipungkiri aktor-aktor tersebut memiliki peran yang berbeda dalam
32
hubungan internasional. Pada mulanya pemerintahan suatu negara dianggap
satu-satunya aktor yang terlibat dalam hubungan internasional. Akan tetapi,
dewasa ini aktor non-negara juga berperan aktif meskipun peran utama dalam
hubungan internasional masih dipegang oleh pemerintah suatu negara. Salah
satu aktor non-negara berkembang pesat dewasa ini, yakni MNC
(Multinational Corporation).
MNC atau sering disebut juga dengan perusahaan multinasional yang juga
dewasa ini memainkan peran yang penting dalam tata perekonomian global.
Perubahan dalam perekonomian global ditandai dengan adanya globalisasi
ekonomi yang menurut Lairson dan Skidmore disebut sebagai era yang mana
sistem Bretton Woods dengan fixed exchange-nya tumbang dan jatuhnya
kontrol atas produksi minyak dari negara-negara Barat. Michael J. Carbough
menyebutkan bahwa arus globalisasi ekonomi sudah terjadi sejak lama.
Dengan terjadinya perubahan tata perekonomian global, MNC juga disebut
dengan agen globalisasi. Dalam buku “Transformasi Dalam Studi Hubungan
Internasional”, John H. Dunning mengatakan bahwa MNC dalam melakukan
aktivitasnya tidak hanya terbatas pada sektor produksi melainkan juga MNC
memainkan peranan yang penting dalam sektor barang dan jasa. Pada
dasarnya tidak dapat dipungkiri bahwa perpindahan barang dan jasa secara
internasional melibatkan banyak sekali peran dari MNC.15
Adapun pendapat lain seperti dari Thomas Oatley juga menambahkan
bahwa karakteristik MNC, yakni:
15
Yulius P. Hermawan. (2007). Transformasi Dalam Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Hal 211.
33
adanya sifat managerial control lintas batas negara yang
memberikan wewenang kepada MNC tersebut untuk mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi
negara tujuan atau negara tepat beroperasinya MNC tersebut.16
Selain itu juga, Spero dan Hart juga menambahkan karakteristik MNC
dengan menyebutkan bahwa MNC biasanya memberikan share kepemilikan
fasilitas produksinya (di negara lain) selain kepemilikan tunggal juga ada yang
dikenal dengan sebagai joint venture. Hal ini dapat dilihat juga dari
kepemilikan saham pada PTFI, dimana dalam kepemilikan sahamnya terdapat
beberapa persen milik Pemerintah Indonesia serta salah satu perusahaan lain.
Secara umum, definisi dari Thoedore H. Cohn dimana suatu perusahaan dapat
didefinisikan atau dikarakteristikan sebagai MNC apabila perusahaan tersebut
memiliki satu proyek FDI di negara tujuan. 17
Dalam proses politik internasional dewasa ini, peranan perusahaanperusahaan multinasional (MNC) tidak mungkin diabaikan lagi, disebabkan
karena MNC memiliki peranan yang sangat menentukan dalam ekonomi
politik internasional. Karakteristik Multinational Corporation berdasarkan
Michael J. Carbaugh menyebutkan sedikitnya terdapat empat karakteristik.
Pertama, MNC disebutkan sebagai suatu perusahaan bisnis yang beroperasi di
dua atau lebih host country dimana kantor pusatnya berada di negara asal
MNC (home country). Kedua, MNC seringkali melakukan kegiatan research
and development di negara tujuan. Ketiga, sifat kegiatan operasionalnya
melintasi batas negara. Keempat, adanya pemindahan modal yang ditandai
16
17
Ibid. Hal 213.
Ibid.
34
dengan arus investasi asing langsung FDI dari daerah yang sedikit
memberikan keuntungan kepada MNC ke daerah yang dianggap mampu
memberikan kontribusi positif atas keberadaan MNC.18 Kehadiran MNC
secara umum telah memberikan manfaat bagi negara penerima dan mitra
bisnis lokal di negara tersebut.
Setiap negara akan berupaya untuk meningkatkan dan memajukan
kesejahteraan masyarakatnya melalui pembangunan. Pembangunan di negara
maju sangat pesat bila dibandingkan dengan negara berkembang. Untuk
mengejar ketinggalannya, negara-negara berkembang akan menggali potensi
dan sumber daya alam yang dimiliki untuk membangun perekonomiannya.
Adapun salah satu cara yang digunakan, yaitu menarik investor asing agar
menanamkan modal di negaranya. Adapun bentuk-bentuk dari investasi asing,
yaitu; portofolio investmen, direct investment, dan amortization. Bentuk dari
Foreign Direct Investment (FDI) adalah dengan menanamkan modalnya
dalam bentuk pendirian perusahaan, baik perusahaan baru maupun
anak/cabang perusahaan yang sudah ada di negara sendiri (MNC).
Demi membangun dan meningkatkan pertumbuhan ekonominya, serta
adanya pengaruh dari globalisasi dan demokrasi sehingga negara-negara
berkembang berlomba-lomba untuk menarik investor untuk menanamkan
modal di negaranya. Dengan semakin banyak persaingan untuk menarik
investor asing antar negara-negara berkembang, menyebabkan beberapa
negara menggunakan cara seperti menurunkan harga pajak dan bahkan
Aknolt Kristian Pakpahan. (2005). “Multinational Corporations Dalam Perekonomian Global”.
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, vol. 1. September. hal. 235
18
35
menyedikan fasilitas yang dibutuhkan demi memperoleh yang diinginkan.
Karena, kebijakan pemerintah negara tujuan juga menjadi salah satu alasan
adanya kehadiran MNC. Biasanya perlakuan khusus untuk pajak investasi atau
bahkan pemberian fasilitas, seperti pabrik gratis atau semacamnya menjadi
daya tarik masuknya investasi asing.
Dengan adanya MNC di host country, secara tidak langsung telah
menghubungkan antara negara asalnya dan negara dimana dia datangi.
Negara-negara berkembang yang merupakan negara-negara dari tujuan MNC
saling berkompetisi satu sama lain untuk dapat menarik masuk MNC ke
negara mereka. Hal ini kemudian dijadikan senjata bagi MNC untuk menarik
keuntungan. Dimana MNC cenderung untuk menerima insentif yang lebih
terkait pajak dan aturan perburuhan yang longgar (gaji buruh yang rendah)
menjadi sesuatu yang umum.19
Kehadiran MNC tidak terlepas dari yang mendukung dan menentang
beroperasinya. Bagi kaum liberalis akan tetap merekomendasikan negara
untuk membuka peluang yang lebih luas bagi beroperasinya MNC di negara
mereka. Untuk kaum Merkantilis dapat mengajukan hal yang serupa, selama
hal tersebut menguntungkan negara dan kaum Marxis mengusulkan untuk
membatasi atau bahkan kalau mungkin menarik diri dari keterlibatan dengan
MNC, agar tidak terkena dampak negatifnya.20 Menurut Vernon dalam buku
Hukum Penanaman Modal di Indonesia, mengemukakan bahwa MNC adalah
sekelompok perusahaan dari berbagai negara yang tergabung menjadi satu
19
20
Yulius P. Hermawan. Op.Cit. Hal 220.
Ibid. Hal 102.
36
oleh ikatan pemilikan bersama dan tanggap terhadap satu strategi manajemen
bersama.21 MNC tersebut akan bergerak dimana saja secara dinamis dengan
melalui lintas regional dan nasional. Pada umumnya negara-negara penerima
modal (host country) mewajibkan MNC yang beroperasi di negaranya
mewajibkan untuk menggunakan hukum yang berlaku di negaranya.
Pada hakekatnya, menurut Lia Amalia dalam bukunya Ekonomi
Internasional mendefinisikan MNC yakni:
MNC sebagai perusahaan yang operasi bisnisnya bersifat
multinasional atau internasional, dimana ada perusahaan yang
beroperasi di negara induk yakni sebagai kantor pusat
(headquarter) dan memiliki lokasi perusahaan di tiga negara atau
lebih. Atau dengan kata lain memiliki lokasi kegiatan atau operasi
perusahaan cabang senantiasa dikendalikan dan diawasi baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan induknya.22
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa MNC menjalankan usaha
mereka tidak hanya di dalam negeri melainkan juga melintasi perbatasan
negara yang bahkan lebih dari tiga negara sekaligus. Dengan memiliki
jaringan yang luas, maka perusahaan multinasional ini yang pada umumnya
berasal dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, negara-negara Asia,
China, dan negara-negara Eropa memiliki kompetensi untuk memperluas
jaringan kerja dan pasarnya ke tempat atau negara-negara yang akan
menguntungkan operasi perusahaannya.
Kehadiran MNC secara umum telah memberikan manfaat bagi negara
penerima dan mitra bisnis lokal di negara tersebut. Bahkan jika upaya ini
disiasati dengan lebih baik dan pintar bukan tidak mungkin dengan kehadiran
21
22
Aminuddin Ilmar. (2004). Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta: Kencana. Hal 12.
Lia Amalia. (2007). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 204.
37
MNC di negara-negara berkembang, seperti Indonesia akan dapat memberikan
manfaat dan dampak positif yang luas. Keberadaan MNC sebagai pelaku
investasi luar negeri merupakan hal yang tidak terelakan di Indonesia dengan
merambah pada bidang perekonomian dan gerakan hijau yang memperhatikan
kerusakan lingkungan.
D. Konsep Enviromentalism
Gerakan hijau muncul sekitar tahun 1960-an dan 1970-an, dan terbukti
sebagai salah satu gerakan yang paling sukses dan paling abadi.23 Gerakan ini
juga terinspirasi oleh beberapa gagasan yakni postmodernisme dan
poststrukturalisme. Gerakan hijau tidak hanya meningkatkan kesadaran
masalah lingkungan, tetapi juga menempatkan ketegasan dalam agenda
politik. Banyak ahli lingkungan terus menyuarakan keprihatinan mereka
dalam sejumlah organisasi.
Lembaga lingkungan, partai hijau, kebijakan dan rencana yang
menyangkut perlindungan lingkungan telah mengalami pertumbuhan beberapa
dekade terakhir ini. Sebagian besar pemerintah saat ini telah menguraikan
rencana lingkungan dan menyadari bahwa banyak warga negaranya yang
mulai memberikan suara mengenai keadaan lingkungannya. Oleh karena itu,
lingkungan menempati posisi sentral dalam politik dan masyarakat.
Dobson
mendefinisikan
envionmentalisme
sebagai
‘a
managerial
approach to the environment within the context of present political and
23
Giorel Curran, 21st Century Dissent: Anarchism, Anti-Globalization and Environmentalism,
New York: Palgrave Macmillan, 2007, hal. 98
38
economic practices’.24 Gagasan Dobson tersebut mengisyaratkan adanya
integrasi dalam setiap kebijakan politik maupun ekonomi terhadap
lingkungan. Oleh karena itu, untuk menyelaraskan kepentingan ekonomi dan
politik tanpa meninggalkan aspek lingkungan, telah dilakukan berbagai
konferensi.
Konferensi Tingkat Tinggi mengenai keberlangsungan kehidupan di bumi
telah menghasilkan berbagai keputusan kebijakan serta perjanjian. Namun,
dalam perjalanannya ternyata kebijakan dan peraturan yang dihasilkan
tersebut tidak sekuat dengan kebijakan kerjasama ekonomi maupun politik.
Hal ini bisa dilihat dari keengganan negara besar seperti Amerika Serikat yang
masih belum menyetujui rezim lingkungan hidup yang telah dihasilkan.
Terlepas dari permasalahan kesepahaman dalam mengurangi emisi antara
negara industri dan negara berkembang, pemilihan gaya hidup setiap individu
kini terbagi atas dua golongan, yakni gaya hidup hijau dan gaya hidup
konsumerisme.
Gaya
hidup
hijau
menekankan
dalam
pertimbangan
lingkungan dalam kehidpan sehari-hari seperti menggunakan produk organik,
menggunakan wadah daur ulang serta lebih memilih liburan ekowisata,
sedangkan kapitalisme global gaya hidup konsumtif semakin tumbuh dan
menuntut pengeksploitasian lingkungan sehingga mendorong mereka untuk
menganut budaya “sekali pakai” yang menghasilkan lokasi tempat
pembuangan sampah menumpuk tinggi dengan botol plastik yang semakin
mencemari lingkungan.
24
Dobson A., 2000, 3rd Edition Green Political Though, London: Routledge, hal. 105
39
Pandangan environmentalism dapat digunakan untuk menganalisis
kerjasama lingkungan oleh beberapa negara. Hal tersebut dikarenakan
environmentalism merupakan pandangan yang menerima struktur yang ada
dalam
memperbaiki
lingkungan.
Untuk
menyelesaikan
permasalahan
lingkungan, konsep environmentalism memandang jika kerjasama antar
negara dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Pandangan
tersebut juga memandang jika institusi atau struktur dapat memberikan solusi
terhadap permasalahan lingkungan yang ada.
Isu lingkungan hidup juga terkait dengan opini dunia karena telah
melibatkan bumi yang dihuni bersama. Kajian keamanan lingkungan
mendorong perkembangan pemikran terkait ancaman dari kerusakan
lingkungan hidup serta penanggulangannya. Keterlibatan berbagai pihak turut
menjadi
perhatian.
Tiga
aktor utama
yang dapat
berperan dalam
menanggulangi isu kerusakan lingkungan ialah negara, organisasi kerjasama
internasional dan Non-governmental Organization (NGO).
Negara merupakan aktor penting karena dapat menilai dan menentukan
ukuran dari sebuah ancaman yang dapat mengganggu kepentingan
nasionalnya. Negara dapat memobilisasi kekuatannya ketika isu lingkungan
sudah dapat menyinggung kepentingan nasionalnya.25 Dapat dikatakan jika
pada hakikatnya, setiap negara memiliki tanggung jawab dalam menjaga dan
melestarikan lingkungan.
25
Lee G, 2005, Regional Environmental Security Complex Approach to Environmental Security
in East Asia. Non-Traditional Security in Asia: Governance, Globalization, and the
Environment, New York: UN Headquarters, hal. 18
40
Organisasi kerjasama internasional dapat berperan sebagai tempat
bersatunya berbagai kepentingan untuk menyelamatkan dan melestarikan
lingkungan hidup serta membuat kebijakan berskala internasional. Kebijakan
organisasi/ kerjasama internasional tidak hanya mempengaruhi negara
anggotanya, tetapi juga memliki pengaruh terhadap negara yang tidak menjadi
anggota dikarenakan kebijakan yang dikeluarkan dianggap telah mewakili
kepentingan global.26 NGO selanjutnya berperan sebagai aktor di luar negara
yang berperan dalam membentuk opini publik hingga menghasilkan kebijakan
lingkungan. NGO telah menjadi kekuatan politik baru dengan kekuatan yang
dapat mempengaruhi dan memberi dampak terhadap kebijakan global terkait
lingkungan hidup. Dari ketiga aktor utama tersebut, hal yang terpenting ialah
menjaga sinkronisasi di antara setiap aktor.
26
Porter G dan Brown J. W., 1996, Global Environmental Politics: Second Edition, USA:
Westview Press, hal. 134
41
Download