BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerjasama Internasional Hubungan Internasional merupakan bentuk interaksi antara aktor atau anggota masyarakat yang satu dengan aktor atau anggota masyarakat lain yang melintasi batas-batas negara. Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar.1 Salah satu bentuk ketergantungan antara aktor-aktor dalam hubungan internasional diwujudkan melalui sebuah kerjasama dimana kerjasama tersebut bisa melibatkan berbagai aktor dalam hubungan internasional, baik itu negara, organisasi, maupun individu. Lebih lanjut, dalam Hubungan Internasional dikenal apa yang dinamakan kerjasama internasional, di mana dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dipenuhui didalam negerinya sendiri. Isu utama dari kerjasama internasional yaitu berdasarkan pada sejauh mana keuntungan bersama yang 1 Dougherty dan Graff Jr. dikutip dalam buku Banyu, Anak Agung Perwita. 2008. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Hal 34 19 diperoleh melalui kerjasama dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang uniteral dan kompetetif.2 Teori Hubungan Internasional memiliki fokus pada studi mengenai penyebab konflik dan kondisi-kondisi yang menunjang terjadinya kerjasama. Teori-teori kerjasama dan juga teori-teori tentang konflik, merupakan basis pentingnya bagi teori hubungan internasional yang komprehensif. Kerjasama merupakan serangkaian hubungan yang tidak didasari oleh kekerasan atau paksaan dan disahkan secara hukum, seperti pada organisasi internasional. Kerjasama terjadi karena adanya penyesuaian perilaku oleh para aktor sebagai respon dan antisipasi terhadap pilihan-pilihan yang diambil oleh aktor lain. Kerjasama dapat dijalankan dalam suatu proses perundingan yang secara nyata diadakan. Namun apabila masing-masing pihak telah saling mengetahui, perundingan tidak perlu lagi dilakukan. Dengan kata lain kerjasama internasional dapat terbentuk karena kehidupan internasional meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan keamanan. Hal tersebut memunculkan kepentingan yang beranekaragaman sehingga mengakibatkan berbagai masalah sosial. Untuk mencari solusi atas berbagai masalah tersebut maka beberapa negara memebentuk suatu kerjasama internasional. 3 Dalam menghadapi perkembangan dunia yang berjalan dinamis setiap negara dituntut untuk mempunyai kamanpuan untuk berhubungan dengan 2 Ibid 3 Ibid hal 35 20 negara lain, dalam hal interaksi atau hubungan yang berbentuk kerjasama, kerjasam tersebut terjadi karena adanya kebutuhan atau kepentingankepentingan yang sam dari masing-masing negara yang saling berhubungan. Dengan demikian, syarat terjadinya kerjasama internasional tersebut pertama harus terdapat masalah dan kepentingan bersama, kemudian adanya usaha, tujuan bersama, dan akhirnya dibentuk suatu organisasi sebagai wadah kegiatannya, baik yang bersifat bilateral, regional maupun internasional. Setelah kesepakatan terjadi antara negara-negara anggota dalam kerangka yang berjalan maka selanjutnya adalah kemanpuan untuk meraih keberhasilan dalam pola kerjasama internasional itu. Moctar mas’oed mengungkapkan bahwa : untuk menjamin keberhasilan kerjasaxm internasional harus ada syarat utama yaitu adanya kepentingan bersama akan lebih tegas bagi Red Community Interest, hal ini menunjukkan kesediaan pembinaan kepentingan bersama. Mengenai kerjasama ini dikemukakan pula oleh Teuku May Rudi dalam bukunya Teori Etika dan kebijakan Hubungan Internasional, yaitu sebagai berikut : kerjasama dalam pembangunan ekonomi dewasa ini tujuan utama setiap negara, karene setiap negara memeliki keterbatasan sumber daya, kemanpuan administrasi dan keterampilan teknik. Kerjasama dapat pula timbul dari adanya komitmen individu terhadap kesejahteraan bersama atau sebagai usaha memenuhi kebutuhan pribadi. Kunci penting dari perilaku bekerjasama yaitu pada sejauhmana setiap pribadi mempercayai bahwa pihak lainnya akan bekerjasama. Jadi isu utama dari teori 21 kerjasama adalah pemenuhan kepentingan pribadi, di mana hasil yang menguntungkan kedua belah pihak akan dapat melalui kerjasama, daripada berusaha memenuhi kepentingan sendiri dengan cara berusaha sendiri atau dengan berkompetisi. Menurut Holsti, kerjasama atau kolaborasi bermula karena adanya keanekaragaman masalah nasional, regional maupun global yang muncul sehingga diperlukan adanya perhatian lebih dari satu negara, kemudian masing-masing pemerintah saling melakukan pendekatan dengan membawa usul penanggulangan masalah, melakukan tawar-menawar, atau mendiskusikan masalah, menyimpulkan bukti-bukti teknis untuk membenarkan satu usul lainnya, dan mengakhiri perundingan dengan suatu perjanjian atau saling pengertian yang dapat memuaskan semua pihak. Selanjutnya Holsti memberikan defenisi kerjasama sebagai berikut : a. Pandangan bahwa terdapat dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan yang saling bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh semua pihak. b. Persetujuan atas masalah tertentu antara dua negara atau lebih dalm rangka memanfaatkan persamaan atau benturan kepentingan. c. Pandangan atau harapan suatu negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh negara lainnya membantu negara itu untuk mencapai kepentingan dan nilai-nilainya. d. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan 22 yang dilakukan untuk melaksanakan persetujuan mereka. 4 Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat di penuhi di dalam negerinya sendiri. Kerjasama internasional adalah sisi lain dari konflik internasional yang juga merupakan salah satu aspek dalam hubungan internsional. Isu utama dari kerjasama internasional yaitu berdasarkan pada sejauhmana keuntungan bersama yang diperoleh melalalui kerjasama tersebut dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang unilateral dan kompetitif. Kerjasama internasional terbentu karena kehidupan internasional meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik, sosial budaya, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan. Kerjasama internasional tidak dapat dihindari oleh negara atau aktor internasional lainnnya. Keharusan tersebut diakibatkan adanya saling ketergantungan diantara aktor-aktor internasional dan kehidupan manusia yang semakin kompleks, dan tambah lagi dengan tidak meratanya sumbersumber daya yang dibutuhkan oleh para aktor internasional. Sifat kerjasama internasional biasanya bermacam-macam, seperti harmonisasi hingga (kerjasama internasionl yang paling kuat). Kerjasama demikian terjadi ketika ada dua kepentingan bertemu dan tidak ada pertentangan di dalamnya. Ketidakcocokan ataupun konflik memang tidak dapat dihindarkan, tapi dapat ditekan apabila kedua belah pihak bekerjasama 4 Holsti, 1988. Dikutip pada buku Suherman, Ade Maman. 2013. Organisasi internasional dan integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi. Ghalia Indonesia: Jakarta. 23 dalam kepentingan dan masalahnya. Lingkup aktivitas yang dilaksanakan melalui kerjasama internasional antar negara meliputi berbagai kerjasama multidimensi, seperti kerjasama ekonomi, kerjasama dalam bidang sosial, dan kerjasama dalam bidang politik. Kerjasama itu kemudian diformulasikan kedalam sebuah wadah yang di dinkan organisasi internasional. Organisasi internasional merupakan sebuah alat yang memudahkan setiap anggotanya untuk menjalin kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya. Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingankepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna. Dalam suatu Kerjasama Internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi didalam negaranya sendiri. Kerjasama Internasional adalah sisi lain dari konflik internasional yang juga merupakan salah satu aspek dalam Hubungan Internasional. Isu utama dari Kerjasama Internasional yaitu berdasarkan pada sejauhmana keuntungan bersama yang diperoleh melalui kerjasama dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang unilateral dan kompetitif Tujuan dari Kerjasama Internasional adalah untuk memenuhi kepentingan negara-negara tertentu dan untuk menggabungkan kompetensi-kompetensi 24 yang ada sehingga tujuan yang diinginkan bersama dapat tercapai. Kerjasama itu kemudian diformulasikan ke dalam sebuah wadah yang dinamakan Organisasi Internasional. Organisasi Internasional merupakan sebuah alat yang memudahkan setiap anggotanya untuk menjalin kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya. B. Organisasi Internasional Di era globalisasi sekarang ini, kesadaran bahwa dunia semaikin interdependen meningkat, sehingga masalah yang terjadi di suatu negara akan menjadi masalah di negara lain, kesadaran ini tumbuh karena adanya masalah bersama yang memerlukan penyelesaian bersama misalnya permasalahan lingkungan. Dalam hubungan internasional terdapat hubungan interaksi antara aktor-aktor hubungan internasional. Aktor-aktor tersebut tidak hanya Negara tetapi juga bisa individu, MNC, dan Organisasi Internasional. Dalam menjalankan hubungan internasional tidak hanya antar negara dengan negara saja atau individu dengan negara tetapi juga antara negara dan organisasi internasional. Karena keberadaan organisasi internasional telah diakui keberhasilannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Organisasi internasional dapat diartikan sebagai ikatan formal yang melampaui batasbatas wilayah nasional yang ditetapkan untuk membentuk suatu kelembagaan agar dapat memudahkan kerjasama diantara pihak-pihak yang terkait dalam berbagai bidang. Organisasi internasional sebagai aktor internasional dianggap memberikan keuntungan terhadap negara, dimana dia berperan aktif 25 didalamnya. Menurut Jack C Plano yang dimaksud dengan organisasi internasional merupakan suatu ikatan formal melampaui batas wilayah nasional yang menetapkan untuk membentuk mesin kelembagaan agar memudahkan kerjasama diantara mereka dalam bidang keamanan, ekonomi, sosial, serta bidang lainnya.5 Sedangkan menurut William D. Coplin mengemukakan bahwa organisasi internasional selain sebagai tempat interaksi negara-negara anggotanya dalam menjalankan politik luar negeri, juga bisa dilihat sebagai institusi yang mempu menghasilkan kebijakan (Policy Maker) dengan aktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan (Policy Infuencer) yang dimaksud dengan Policy Maker adalah Pemimpin badan organisasi sedangkan Policy Infuencer adalah negara-negara anggota yang berperan dalam pencapaian tujuan organisasi internasional yaitu untuk mengembangkan politik dan keamanan nasional disatu pihak serta pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial di pihak lain.6 Defenisi lain dari organisasi internasional menurut Teuku May Rudy adalah : Suatu pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari pada struktur organisasi yang jelas, yang diharapkan dapat berfungsi secara berkesinambungan dan melembaga dalam usaha untuk mencapai tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati 5 Kenneth, W Thompson. 2010. Politik Antar Bangsa terj. S. Maimoen, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta. 6 Apridar.2012. Ekonomi dan Organisasi Internasional. Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya. Graha ilmu: Yogyakarta. 26 bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antar sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda 7 Sejajar dengan pemerintah, organisasi internasional dapat melakukan peranan penting dalam melakukan kegiatannya demi mencapai tujuan organisasi tersebut, peranan tersebut antara lain adalah : 1. Sebagai instrument. Organisasi Internasional digunakan oleh negara-negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya. 2. Sebagai Arena. Organisasi Internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-anggotanya untuk membicarakan dan membahas masalah-masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh berbagai negara dalam mengangkat masalah dalam negerinya, atau masalah dalam negeri negara lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional. 3. Sebagai aktor independen. Organisasi Internasional dapat membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi. Sebagai Lembaga yang Mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan misalnya sosial kemanusiaan, bantuan untuk lingkungan hidup, peace keeping dll.8 7 Opcit hal 37. Ruliana. Poopy. 2014. Komunikasi Organisasi. Teori dan Studi Kasus. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta hal 10. 8 27 Sedangkan Fungsi Organisasi Internasional menurut Harold K. Jacobson9 dikategorikan menjadi 5 hal pokok : 1. Fungsi informasi termasuk didalamnya adalah pengumpulan, analisa, pertukaran dan desiminasi data dan informasi. Guna menjalankan fungsi ini, organisasi internasional dapat menggunakan staffnya atau menyediakan suatu forum dimana konstituennya dapat melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. 2. Fungsi Normatif meliputi pendefenisian dan pendeklarasian suatu norma standar. Fungsi ini tidak memasukkan instrument yang memiliki efek mengikat secara hukum, tetapi sebatas pernyataanpernyataan yang mempengaruhi lingkungan domestik dan internasional. 3. Fungsi pembuatan peraturan yang hamper sama dengan fungsi normative tetapi lebih menekankan pada efek yang lebih mengikat secara hukum, maka negara anggota harus melakukan ratifikasi atas suatu peraturan dan peraturan itu hanya berlaku bagi anggota yang meratifikasi saja. 4. Fungsi Pengawasan atas Pelaksanaan Peraturan dimana dalam hal ini organisasi pelanggaran dan internasional menetapkan menetapkan langkah-langkah ukuran-ukuran penanganan terhadap pelanggaran suatu peraturan. 9 Ibid hal 12 28 5. Fungsi Operasional yang meliputi penggunaan sumber daya di Organisasi internasional tersebut. Sebagai contoh dalam hal ini yaitu pendanaan, pengoperasian sub organisasi dan penyebaran operasi militer. Sedangkan menurut Clive Archer dalam bukunya International Organization10 menyatakan bahwa : Organisasi internasional adalah suatu struktur formal dan berkelanjutan yang diwujudkan dengan persetujuan antara sedikit dua negara yang berdaulat dengan tujuan mencapai kepentingankepentingan bersama dan membangun kerjasama yang luas dengan institusi-institusi lain, walaupun tidak termasuk kepada lembagalembaga yang berorientasi pada keuntungan. Selain Clive, Sumaryo Suryakusomo memberikan definisi lain tentang organisasi internasional seperti yang dikutip oleh Ade maman Suherman dalam bukunya Organisasi Internasional adalah sebagai berikut : Organisasi internasional sebagai suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai dalam waktu tertentu. Organisasi internasional juga diperlukan dalam rangka kerjasama menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertentangan yang timbul. 11 Sementara menurut fungsinya, Leroy Bennet dalam buku Internasional Organization, Principle and Issue mengungkapkan bahwa: 10 Clive Archer. International Organization. Dikutip dari buku Syamsul Arifi. Kerjasama Perdagangan Internasional. Peluang dan Tantangan bagi Indonesia. 2011. Elex Media Komputindo: Jakarta. Hal 76. 11 Suherman, Ade Maman. 2013. Organisasi internasional dan integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi. Ghalia Indonesia: Jakarta. 29 Fungsi utama dari organisasi internasional adalah untuk memberikan makna dan kerjasama yang dilakukan antar negaranegara dalam satu area, dimana kerjasama tersebut memberikan keuntungan untuk negara-negara yang terlibat didalamnya. 12 Selain itu, organisasi interasional juga harus berfungsi bagi negara-negara anggotanya. Menurut Bennet dalam buku International Organization, Principle, and Issue fungsi organisasi internasional adalah: 1. Menyediakan sarana kerjasama antar negara, yang mana kerjasama tersebut menyediakan manfaat bagi semua anggotnya. 2. Menyediakan berbagai saluran komunikasi antar pemerintah, agar area akomodasi dapat dieksplorasi dengan muda terutama ketika muncul suatu permasalahan. Kehadiran organisasi internasional mencerminkan kebutuhan manusia untuk bekerjasama, sekaligus sebagai sarana untuk menangani masalah-masalah yang timbul melalui kerjasama tersebut.13 Peranan organisasi internasional menurut Archer dalam buku AA.B Perwita dan Yani, dapat dibagi kedalam tiga kategori yaitu: 1. Sebagai instrument. Organisasi internasional digunakan oleh negara-negara anggotannya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik dan negerinya. 2. Sebagai arena. Organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-anggotannya untuk membicarakan dan 12 13 Ibid Torang, Syamsir. 2012. Metode Riset Struktur dan Perilaku Organisasi. Alfabeta: Bandung 30 membahas masalah-masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah-masalah dalam negarinya, ataupun masalah dalam negari negara lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional. 3. Sebagai aktor independen. Organisasi internasional dapat membuat keputusan-keutusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi. Salah satu kajian utama dalam hubungan internasional adalah organisasi internasional. Posisi organisasi internasional dalam studi hubungan internasional semakin tinggi dengan adanya aliran pluralisme yang menempatkan organisasi internasional sebagai salah satu aktor dalam hubungan internasional, selain individu dan aktor negara tentunya. Organisasi Internasional adalah suatu ikatan formal melampaui batas wilayah nasional yang menetapkan untuk membentuk mesin kelembagaan agar memudahkan kerjasama di antara mereka dalam bidang keamanan, ekonomi dan sosial, serta bidang lainnya. Organisasi internasional modern, mulai muncul lebih dari satu abad yang lalu di negara barat, yang berkembang di abad ke-20, yaitu di jaman kerjasama internasional. Dua jenis organisasi internasional yang dikenal antara lain, organisasi publik antara dua negara atau lebih, serta organisasi swasta yang lebih dikenal dengan organisasi nonpemerintahan (NGO). 14 Dalam penelitian ini Organisasi internsional yang penulis teliti adalah organisasi Rainforest Alliance International. Organisasi ini merupakan organisasi tipe formal yang sifatnya secara terstruktur dan terorganisir dengan baik merumuskan kegiatan-kegiatan dan kerjasama yang dilakukan baik 14 Robby. 2012. Perilaku Organisasi Teori dan Aplikasinya. Salemba: Medan 31 dengan pemerintah suatu negara maupun dengan aktor lain misalnya kelompok, organisasi lain, lembaga atau MNCs di negara tersebut. Pada penelitian ini organisasi Rainforest Alliance bekerjasama dengan PT. Mars Symbioscience Indonesia yaitu MNC yang bergerak dibidang produksi komoditi kakao dan pasar coklat di Indonesia. MNC adalah perusahaan yang kegiatan operasi bisnisnya bersifat multinasional atau internasional dimana ada perusahaan yang beroperasi pada negara induk yakni sebagai kantor pusat (Headquarter) dan memiliki lokasi perusahaan cabang tiga dinegara lain atau lebih yang senantiasa dikendalikan dan diawasi baik secara langsung ataupun tidak langsung oleh induknya. Pada umumnya pendirian perusahaan cabang dinegara lain dilakukan dengan investasi langsung yakni dengan cara mendirikan perusahaan baru, ekspansi atau membeli perusahaan di luar negeri. Organisasi Rainforest Alliance adalah organisasi yang bergerak dalam pelestarian lingkungan dan bidang peningkatan kesejahteraan dan Hak Asasi Manusia. Karena permasalahan lingkungan sudah menjadi masalah bersama negara-negara di dunia. Isu lingkungan merupakan salah satu isu yang mulai dibicarakan negara-negara di dunia karena di pandang sangat penting demi keberlangsungan kehidupan manusia. C. Konsep Multinational Corporation (MNC) Dalam perkembangan dunia internasional terdapat berbagai macam aktor bermunculan dan terlibat dalam fenomena hubungan internasional. Serta tidak dapat dipungkiri aktor-aktor tersebut memiliki peran yang berbeda dalam 32 hubungan internasional. Pada mulanya pemerintahan suatu negara dianggap satu-satunya aktor yang terlibat dalam hubungan internasional. Akan tetapi, dewasa ini aktor non-negara juga berperan aktif meskipun peran utama dalam hubungan internasional masih dipegang oleh pemerintah suatu negara. Salah satu aktor non-negara berkembang pesat dewasa ini, yakni MNC (Multinational Corporation). MNC atau sering disebut juga dengan perusahaan multinasional yang juga dewasa ini memainkan peran yang penting dalam tata perekonomian global. Perubahan dalam perekonomian global ditandai dengan adanya globalisasi ekonomi yang menurut Lairson dan Skidmore disebut sebagai era yang mana sistem Bretton Woods dengan fixed exchange-nya tumbang dan jatuhnya kontrol atas produksi minyak dari negara-negara Barat. Michael J. Carbough menyebutkan bahwa arus globalisasi ekonomi sudah terjadi sejak lama. Dengan terjadinya perubahan tata perekonomian global, MNC juga disebut dengan agen globalisasi. Dalam buku “Transformasi Dalam Studi Hubungan Internasional”, John H. Dunning mengatakan bahwa MNC dalam melakukan aktivitasnya tidak hanya terbatas pada sektor produksi melainkan juga MNC memainkan peranan yang penting dalam sektor barang dan jasa. Pada dasarnya tidak dapat dipungkiri bahwa perpindahan barang dan jasa secara internasional melibatkan banyak sekali peran dari MNC.15 Adapun pendapat lain seperti dari Thomas Oatley juga menambahkan bahwa karakteristik MNC, yakni: 15 Yulius P. Hermawan. (2007). Transformasi Dalam Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 211. 33 adanya sifat managerial control lintas batas negara yang memberikan wewenang kepada MNC tersebut untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi negara tujuan atau negara tepat beroperasinya MNC tersebut.16 Selain itu juga, Spero dan Hart juga menambahkan karakteristik MNC dengan menyebutkan bahwa MNC biasanya memberikan share kepemilikan fasilitas produksinya (di negara lain) selain kepemilikan tunggal juga ada yang dikenal dengan sebagai joint venture. Hal ini dapat dilihat juga dari kepemilikan saham pada PTFI, dimana dalam kepemilikan sahamnya terdapat beberapa persen milik Pemerintah Indonesia serta salah satu perusahaan lain. Secara umum, definisi dari Thoedore H. Cohn dimana suatu perusahaan dapat didefinisikan atau dikarakteristikan sebagai MNC apabila perusahaan tersebut memiliki satu proyek FDI di negara tujuan. 17 Dalam proses politik internasional dewasa ini, peranan perusahaanperusahaan multinasional (MNC) tidak mungkin diabaikan lagi, disebabkan karena MNC memiliki peranan yang sangat menentukan dalam ekonomi politik internasional. Karakteristik Multinational Corporation berdasarkan Michael J. Carbaugh menyebutkan sedikitnya terdapat empat karakteristik. Pertama, MNC disebutkan sebagai suatu perusahaan bisnis yang beroperasi di dua atau lebih host country dimana kantor pusatnya berada di negara asal MNC (home country). Kedua, MNC seringkali melakukan kegiatan research and development di negara tujuan. Ketiga, sifat kegiatan operasionalnya melintasi batas negara. Keempat, adanya pemindahan modal yang ditandai 16 17 Ibid. Hal 213. Ibid. 34 dengan arus investasi asing langsung FDI dari daerah yang sedikit memberikan keuntungan kepada MNC ke daerah yang dianggap mampu memberikan kontribusi positif atas keberadaan MNC.18 Kehadiran MNC secara umum telah memberikan manfaat bagi negara penerima dan mitra bisnis lokal di negara tersebut. Setiap negara akan berupaya untuk meningkatkan dan memajukan kesejahteraan masyarakatnya melalui pembangunan. Pembangunan di negara maju sangat pesat bila dibandingkan dengan negara berkembang. Untuk mengejar ketinggalannya, negara-negara berkembang akan menggali potensi dan sumber daya alam yang dimiliki untuk membangun perekonomiannya. Adapun salah satu cara yang digunakan, yaitu menarik investor asing agar menanamkan modal di negaranya. Adapun bentuk-bentuk dari investasi asing, yaitu; portofolio investmen, direct investment, dan amortization. Bentuk dari Foreign Direct Investment (FDI) adalah dengan menanamkan modalnya dalam bentuk pendirian perusahaan, baik perusahaan baru maupun anak/cabang perusahaan yang sudah ada di negara sendiri (MNC). Demi membangun dan meningkatkan pertumbuhan ekonominya, serta adanya pengaruh dari globalisasi dan demokrasi sehingga negara-negara berkembang berlomba-lomba untuk menarik investor untuk menanamkan modal di negaranya. Dengan semakin banyak persaingan untuk menarik investor asing antar negara-negara berkembang, menyebabkan beberapa negara menggunakan cara seperti menurunkan harga pajak dan bahkan Aknolt Kristian Pakpahan. (2005). “Multinational Corporations Dalam Perekonomian Global”. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, vol. 1. September. hal. 235 18 35 menyedikan fasilitas yang dibutuhkan demi memperoleh yang diinginkan. Karena, kebijakan pemerintah negara tujuan juga menjadi salah satu alasan adanya kehadiran MNC. Biasanya perlakuan khusus untuk pajak investasi atau bahkan pemberian fasilitas, seperti pabrik gratis atau semacamnya menjadi daya tarik masuknya investasi asing. Dengan adanya MNC di host country, secara tidak langsung telah menghubungkan antara negara asalnya dan negara dimana dia datangi. Negara-negara berkembang yang merupakan negara-negara dari tujuan MNC saling berkompetisi satu sama lain untuk dapat menarik masuk MNC ke negara mereka. Hal ini kemudian dijadikan senjata bagi MNC untuk menarik keuntungan. Dimana MNC cenderung untuk menerima insentif yang lebih terkait pajak dan aturan perburuhan yang longgar (gaji buruh yang rendah) menjadi sesuatu yang umum.19 Kehadiran MNC tidak terlepas dari yang mendukung dan menentang beroperasinya. Bagi kaum liberalis akan tetap merekomendasikan negara untuk membuka peluang yang lebih luas bagi beroperasinya MNC di negara mereka. Untuk kaum Merkantilis dapat mengajukan hal yang serupa, selama hal tersebut menguntungkan negara dan kaum Marxis mengusulkan untuk membatasi atau bahkan kalau mungkin menarik diri dari keterlibatan dengan MNC, agar tidak terkena dampak negatifnya.20 Menurut Vernon dalam buku Hukum Penanaman Modal di Indonesia, mengemukakan bahwa MNC adalah sekelompok perusahaan dari berbagai negara yang tergabung menjadi satu 19 20 Yulius P. Hermawan. Op.Cit. Hal 220. Ibid. Hal 102. 36 oleh ikatan pemilikan bersama dan tanggap terhadap satu strategi manajemen bersama.21 MNC tersebut akan bergerak dimana saja secara dinamis dengan melalui lintas regional dan nasional. Pada umumnya negara-negara penerima modal (host country) mewajibkan MNC yang beroperasi di negaranya mewajibkan untuk menggunakan hukum yang berlaku di negaranya. Pada hakekatnya, menurut Lia Amalia dalam bukunya Ekonomi Internasional mendefinisikan MNC yakni: MNC sebagai perusahaan yang operasi bisnisnya bersifat multinasional atau internasional, dimana ada perusahaan yang beroperasi di negara induk yakni sebagai kantor pusat (headquarter) dan memiliki lokasi perusahaan di tiga negara atau lebih. Atau dengan kata lain memiliki lokasi kegiatan atau operasi perusahaan cabang senantiasa dikendalikan dan diawasi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan induknya.22 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa MNC menjalankan usaha mereka tidak hanya di dalam negeri melainkan juga melintasi perbatasan negara yang bahkan lebih dari tiga negara sekaligus. Dengan memiliki jaringan yang luas, maka perusahaan multinasional ini yang pada umumnya berasal dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, negara-negara Asia, China, dan negara-negara Eropa memiliki kompetensi untuk memperluas jaringan kerja dan pasarnya ke tempat atau negara-negara yang akan menguntungkan operasi perusahaannya. Kehadiran MNC secara umum telah memberikan manfaat bagi negara penerima dan mitra bisnis lokal di negara tersebut. Bahkan jika upaya ini disiasati dengan lebih baik dan pintar bukan tidak mungkin dengan kehadiran 21 22 Aminuddin Ilmar. (2004). Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta: Kencana. Hal 12. Lia Amalia. (2007). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 204. 37 MNC di negara-negara berkembang, seperti Indonesia akan dapat memberikan manfaat dan dampak positif yang luas. Keberadaan MNC sebagai pelaku investasi luar negeri merupakan hal yang tidak terelakan di Indonesia dengan merambah pada bidang perekonomian dan gerakan hijau yang memperhatikan kerusakan lingkungan. D. Konsep Enviromentalism Gerakan hijau muncul sekitar tahun 1960-an dan 1970-an, dan terbukti sebagai salah satu gerakan yang paling sukses dan paling abadi.23 Gerakan ini juga terinspirasi oleh beberapa gagasan yakni postmodernisme dan poststrukturalisme. Gerakan hijau tidak hanya meningkatkan kesadaran masalah lingkungan, tetapi juga menempatkan ketegasan dalam agenda politik. Banyak ahli lingkungan terus menyuarakan keprihatinan mereka dalam sejumlah organisasi. Lembaga lingkungan, partai hijau, kebijakan dan rencana yang menyangkut perlindungan lingkungan telah mengalami pertumbuhan beberapa dekade terakhir ini. Sebagian besar pemerintah saat ini telah menguraikan rencana lingkungan dan menyadari bahwa banyak warga negaranya yang mulai memberikan suara mengenai keadaan lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan menempati posisi sentral dalam politik dan masyarakat. Dobson mendefinisikan envionmentalisme sebagai ‘a managerial approach to the environment within the context of present political and 23 Giorel Curran, 21st Century Dissent: Anarchism, Anti-Globalization and Environmentalism, New York: Palgrave Macmillan, 2007, hal. 98 38 economic practices’.24 Gagasan Dobson tersebut mengisyaratkan adanya integrasi dalam setiap kebijakan politik maupun ekonomi terhadap lingkungan. Oleh karena itu, untuk menyelaraskan kepentingan ekonomi dan politik tanpa meninggalkan aspek lingkungan, telah dilakukan berbagai konferensi. Konferensi Tingkat Tinggi mengenai keberlangsungan kehidupan di bumi telah menghasilkan berbagai keputusan kebijakan serta perjanjian. Namun, dalam perjalanannya ternyata kebijakan dan peraturan yang dihasilkan tersebut tidak sekuat dengan kebijakan kerjasama ekonomi maupun politik. Hal ini bisa dilihat dari keengganan negara besar seperti Amerika Serikat yang masih belum menyetujui rezim lingkungan hidup yang telah dihasilkan. Terlepas dari permasalahan kesepahaman dalam mengurangi emisi antara negara industri dan negara berkembang, pemilihan gaya hidup setiap individu kini terbagi atas dua golongan, yakni gaya hidup hijau dan gaya hidup konsumerisme. Gaya hidup hijau menekankan dalam pertimbangan lingkungan dalam kehidpan sehari-hari seperti menggunakan produk organik, menggunakan wadah daur ulang serta lebih memilih liburan ekowisata, sedangkan kapitalisme global gaya hidup konsumtif semakin tumbuh dan menuntut pengeksploitasian lingkungan sehingga mendorong mereka untuk menganut budaya “sekali pakai” yang menghasilkan lokasi tempat pembuangan sampah menumpuk tinggi dengan botol plastik yang semakin mencemari lingkungan. 24 Dobson A., 2000, 3rd Edition Green Political Though, London: Routledge, hal. 105 39 Pandangan environmentalism dapat digunakan untuk menganalisis kerjasama lingkungan oleh beberapa negara. Hal tersebut dikarenakan environmentalism merupakan pandangan yang menerima struktur yang ada dalam memperbaiki lingkungan. Untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan, konsep environmentalism memandang jika kerjasama antar negara dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Pandangan tersebut juga memandang jika institusi atau struktur dapat memberikan solusi terhadap permasalahan lingkungan yang ada. Isu lingkungan hidup juga terkait dengan opini dunia karena telah melibatkan bumi yang dihuni bersama. Kajian keamanan lingkungan mendorong perkembangan pemikran terkait ancaman dari kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangannya. Keterlibatan berbagai pihak turut menjadi perhatian. Tiga aktor utama yang dapat berperan dalam menanggulangi isu kerusakan lingkungan ialah negara, organisasi kerjasama internasional dan Non-governmental Organization (NGO). Negara merupakan aktor penting karena dapat menilai dan menentukan ukuran dari sebuah ancaman yang dapat mengganggu kepentingan nasionalnya. Negara dapat memobilisasi kekuatannya ketika isu lingkungan sudah dapat menyinggung kepentingan nasionalnya.25 Dapat dikatakan jika pada hakikatnya, setiap negara memiliki tanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. 25 Lee G, 2005, Regional Environmental Security Complex Approach to Environmental Security in East Asia. Non-Traditional Security in Asia: Governance, Globalization, and the Environment, New York: UN Headquarters, hal. 18 40 Organisasi kerjasama internasional dapat berperan sebagai tempat bersatunya berbagai kepentingan untuk menyelamatkan dan melestarikan lingkungan hidup serta membuat kebijakan berskala internasional. Kebijakan organisasi/ kerjasama internasional tidak hanya mempengaruhi negara anggotanya, tetapi juga memliki pengaruh terhadap negara yang tidak menjadi anggota dikarenakan kebijakan yang dikeluarkan dianggap telah mewakili kepentingan global.26 NGO selanjutnya berperan sebagai aktor di luar negara yang berperan dalam membentuk opini publik hingga menghasilkan kebijakan lingkungan. NGO telah menjadi kekuatan politik baru dengan kekuatan yang dapat mempengaruhi dan memberi dampak terhadap kebijakan global terkait lingkungan hidup. Dari ketiga aktor utama tersebut, hal yang terpenting ialah menjaga sinkronisasi di antara setiap aktor. 26 Porter G dan Brown J. W., 1996, Global Environmental Politics: Second Edition, USA: Westview Press, hal. 134 41