MAKNA YANG TERSIRAT DALAM BAHASA PUISI “JANGAN TANGGUNG JANGAN KEPALANG” KARYA SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA Hastari Mayrita Dosen Universitas Bina Darma, Palemang Jalan Ahmad Yani No.12, Palembang Sur-el: [email protected] Abstract: This paper describes the implied meaning of the language of the poem “Do Accountability Do abysmal” by Destiny Sutan Alisyahbana through sociological approach to literature. This discussion aims to identify and describe the background of socio-cultural life, community life, and psychological responses or the author's attitude toward the creation of works of poetry. In the poem “Do Accountability Do abysmal” The work of the STA contained social elements. STA look at the turmoil in the community in doing something. Most of the people before it reaches the desired results, they are scared and upset first, even backwards first. So do not get results. The problem is exactly what causes the STA to create the poem “Do Accountability Do abysmal”. The poem is very high social value. Keywords: Meaning, Sociology of Literature, and Poetry Abstrak: Tulisan ini mendeskripsikan makna yang tersirat dari bahasa puisi “Jangan Tanggung Jangan Kepalang” karya Sutan Takdir Alisyahbana melalui pendekatan sosiologi sastra. Pembahasan ini bermaksud untuk mengetahui dan mendeskripsikan latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap penciptaan karya puisi tersebut. Pada puisi “Jangan Tanggung Jangan Kepalang” Karya STA terdapat unsur-unsur sosialnya. STA melihat adanya gejolak dalam diri masyarakat dalam mengerjakan sesuatu. Kebanyakan masyarakat sebelum mencapai hasil yang diinginkan, mereka sudah takut dan kecewa duluan, bahkan sudah mundur duluan. Sehingga tidak memperoleh hasilnya. Permasalahan tersebutlah yang menyebabkan STA menciptakan puisi “Jangan Tanggung Jangan Kepalang”. Puisi ini sangat tinggi nilai sosialnya. Kata Kunci: Makna, Sosiologi Sastra, dan Puisi 1. Sastra, PENDAHULUAN sebagaimana halnya dengan sosiologi, berurusan dengan manusia, bahkan Karya sastra mempunyai banyak dimensi, sastra diciptakan oleh anggota masyakarakat aspek, dan unsur. Oleh karena itu, untuk untuk dinikmati, dipamahi, dan dimanfaatkan memahaminya jelas oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah diperlukan teori ataupun metode khusus yang anggota masyarakat. Ia terikat oleh status sosial sesuai dengan dimensi dan aspek tersebut. tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang Penelitian karya sastra yang perlu teori antara menggunakan bahasa sebagai medianya untuk lain, psikologi sastra, antropologi sastra, dan mengkomunikasikan sosiologi sastra. Permasalahan yang dibahas penikmatnya; bahasa itu merupakan ciptaan dalam tulisan ini menyinggung tentang makna sosial yang menampilkan gambaran kehidupan. dari suatu bahasa puisi melalui sosiologi sastra. Oleh secara lengkap dan sebab itu, kepada sosiologi pembaca dan dan sastra memperjuangkan masalah yang sama yaitu, masyarakat dan kebudayaannya. Makna yang Tersirat Dalam Bahasa Puisi ”Jangan Tanggung Jangan Kepalang” … (Hastari Mayrita) 17 Sastra juga dapat dimanfaatkan sebagai ide pengembangan tata kemasyakatan Indonesia komunikasi pengarang kepada pembaca untuk baru. Oleh karena inilah penulis menganalisis menginformasikan pesan apa yang terkandung puisi karya Sutan Takdir Alisyahbana. dalam karyanya. Komunikasi adalah proses dimana seseorang, kelompok, “Jangan Puisi Tanggung Jangan organisasi, Kepalang” terdapat unsur sosialnya. Oleh karena ataupun masyarakat yang ingin menciptakan, dan itu peneliti memilih puisi ini untuk dinalisisis menggunakan informasi agar terhubung dengan melalui pendekatan sosiologi sastra. Di dalam lingkungan dan orang lain. puisi Suatu karya sastra tentunya tidak terlepas ini kita dapat membahasnya lewat pembahasan tentang biografi pengarang dengan dari unsur sosialnya. Sebagaimana dikemukakan pengaruhnya terhadap oleh Rukiyah (2006:215), “Setiap karya sastra kehidupan sosial masyarakat pada masa itu, memiliki kandungan makna yang berbeda-beda. bagaimana Pemaknaan karya sastra tidak terlepas dari segi lingkungannya, pembetukannya, antara lain unsur pandangan antara cipta sastra itu dengan zamannya. Hal ini penulis dan kondisi sosial budaya pada saat sebagaimana karya sastra itu diciptakan.” Untuk mengetahui (2000:46) semua itu, perlu adanya pemahaman terhadap sosiologi dalam mengapresiasi sastra dapat suatu karya sastra dengan memperhatikan segi- dilakukan segi kemasyarakatan. Produk telaahan ini dengan kehidupan sosial masyarakat pada masa itu, sendirinya dapat digolongkan ke dalam produk bagaimana kritik sastra. Produk inilah yang namanya lingkungannya, pemahaman karya sastra melalui pendekatan antara cipta sastra itu dengan zamannya. sikap serta puisi. pengarang terhadap bagaimana hubungan dikatakan bahwa dengan Memahami oleh Aminuddin penerapan pendekatan memahami sikap serta bagaimana pengarang terhadap bagaimana hubungan Tema pada puisi “Jangan Tanggung sosiologi sastra. Keterkaitan sastra dengan masyakarat dan Jangan Kepalang” menunjukkan adanya unsur keterkaitan masyakarat dengan sastra dapat kehidupan menjadi permasalahan yang panjang dan tak karya ini, sehingga terciptalah puisi “Jangan akan habis. Kenyataan menujukkan bahwa segi- Tanggung Jangan Kepalang”. Temanya adalah segi kemasyarakatan yang terungkap dalam kesungguhan dalam berjuang menggapai cita suatu karya sastra merupakan ukuran penting atau mengerjakan sesuatu. Di dalam kehidupan untuk digunakan. Khususnya dalam pemanfaatan masyarakat baik zaman pada saat puisi itu ditulis kritik sastra di sekolah-sekolah. Semi (1989:80) maupun sekarang, banyak masyakarat yang mengemukakan bahwa ada beberapa pengarang mengerjakan sesuatu itu tidak sampai selesai. yang menggunakan karya sastra sebagai salah Mereka sebelum mencapai tujuan sudah takut satu atau tempat memperjuangkan ide masyakarat kecewa duluan yang pada mempengaruhi halangan atau kemasyarakatannya, antara lain adalah Sutan kegagalan yang akan dihadapi. Padahal untuk Takdir Alisyahbana atau sering disebut dengan mencapai tujuan hidup itu, hal yang terpenting STA, yang dengan gigihnya memperjuangkan adalah 18 jangan menyerah dulu, dan Jurnal Imiah BINA BAHASA Vol.7 No.1, Juni 2014: 17- 26 menyelesaikan perjuangan itu sampai titik akhirnya, dengan mengetahui demikian sikap kita pengarang dapat terhadap Tulisan ini akan mendeskripsikan makna yang tersirat dari bahasa puisi “Jangan Tanggung Jangan Kepalang” karya Sutan Takdir lingkungannya. Caranya adalah menganalisis Alisyahbana melalui pendekatan sosiologi sastra. sastra tersebut dengan pendekatan sosiologi Pembahasan ini bermaksud untuk mengetahui sastra. dan mendeskripsikan latar belakang kehidupan Sosiologi adalah suatu cara telaah yang sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun objektif dan ilmiah tentang manusia dalam tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang masyarakat dan proses sosial. Semi (1989:52) terhadap penciptaan karya puisi tersebut. mengemukakan bahwa Sosiologi adalah ilmu Manfaat yang diharapkan dalam penelitian yang mengkaji tentang bagaimana masyarakat adalah sebagai bahan rujukan bagi pembaca, tumbuh dan berkembang. Melalui pembelajaran khususnya peminat sastra, untuk mengetahui mengenai lembaga-lembaga sosial dan segala makna dari puisi yang berkaitan dengan unsur- perekonomian, keagamaan, politik, dan lain-lain, unsur kita mendapat gambaran tentang cara-cara pengarang melalui puisinya yang berjudul manusia dengan “Jangan Tanggung Jangan Kepalang” karya lingkungannya, mekanisme kemasyarakatannya, Sutan Takdir Alisyahbana. Selain itu, penelitian serta proses pembudayaannya. ini menyesuaikan diri Ratna (2010:322) mendeskripsikan bahwa Sosiologi sastra adalah suatu teori sosial dapat yang ingin dijadikan menganalisis suatu dikomunikasikan sebagai karya acuan sastra untuk melalui yang pendekatan sosiologi sastra. Penelitian ini juga berkmbang pesat yang memanfaatkan teori-teori diharapkan dapat menjadi bahan pembanding strukturalisme. Menurut beliau, sastra memiliki bagi pembaca yang akan melakukan penelitian kaitan erat dengan masyarakat dan harus diteliti lebih lanjut. dalam kaitannya juga dengan masyarakat, yaitu, karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh pencerita, disalin oleh si penyalin, dan 2. METODOLOGI PENELITIAN subjeknya adalah masyarakat. Selain itu, karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek Metode yang digunakan di dalam kehidupan masyarakat, dan difungsikan untuk penelitian masyarakat. Medium karya sastra mengandung sosiologi karya sastra dan pendekatan struktural. masalah-masalah tentang masyarakat. Beliau Pendekatan juga mendeskripsikan bahwa dalam karya sastra pendekatan “yang membicarakan isi karya sastra mengandung logika. yang berkaitan dengan masalah sosial” (Wellek Masyarakat sangat berkepentingan dengan ketiga dan Warren dalam Semi, 1990:53). M. Atar aspek tersebut. Dalam karya sastra, masyarakat Semi juga dapat menemukan citra dirinya. pendekatan struktural atau pendekatan objektif estetika, etika, dan ini adalah sosiologi (1989:44-45) metode karya pendekatan sastra mengatakan adalah bahwa membatasi diri pada penelaahan karya sastra itu Makna yang Tersirat Dalam Bahasa Puisi ”Jangan Tanggung Jangan Kepalang” … (Hastari Mayrita) 19 sendiri, terlepas dari soal pengarang dan lukisan yang menggunakan garis dan warna pembaca. dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Dengan kata lain, pendekatan struktural memandang dan menelaah sastra dari Berdasarkan beberapa istilah di atas, puisi segi intrinsik yang membangun suatu karya berarti salah satu bentuk karya sastra yang sastra, yaitu tema, alur, latar, penokohan, dan medianya adalah bahasa yang indah, dipadatkan gaya bahasa, serta hubungan yang harmonis dan dipersingkat kata-katanya, kemudian diberi antaraspek yang membentuk menjadi karya irama dengan bunyi-bunyi yang indah dan padu sastra. dengan pemilihan kata yang menggunakan kata Penggunaan pendekatan sosiologi karya kias, dan puisi itu berisi pesan atau gambaran sastra dalam penelitian ini, yang menjadi pokok kehidupan atau suasana tertentu yang hendak penelaahan adalah isi karya sastra (dalam hal ini disampaikan pengarang. puisi) yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial. Sosiologi menurut Semi (1989:52) adalah suatu bidang ilmu yang mengkaji secara obyektif Penggunaan pendekatan struktural dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan tentang sosial dan proses sosial. bahwa penelitian ini sangat terkait dengan unsur Sosiologi mengkaji tentang bagaimana tema, latar, dan gaya bahasa sebagai bagian dari masyarakat itu tumbuh dan berkembang. Dengan struktur karya sastra. mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala Secara etimologis puisi itu berasal dari masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan bahasa Yunani “poesis” yang berarti penciptaan. lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut “poem” atau mendapatkan “poetry.” manusia Puisi diartikan mencipta atau Dengan demikian, gambaran kita akan tentang cara-cara diri dengan menyesuaikan penciptaan, karena lewat puisi pada dasarnya lingkungannya, mekanisme kemasyarakatannya, seseorang serta proses pembudayaannya. telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin dapat berisi pesan atau Menurut Aminuddin (2000:46), gambaran suasana-suasana tertentu baik fisik pendekatan sosiologi adalah “suatu pendekatan maupun batin. yang Menurut Waluyo (2003:1), “Puisi adalah berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, maupun dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi pengarang terhadap lingkungan kehidupannya yang ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).” tanggapan kejiwaan atau sikap diwujudkan.” Hudson (dalam Aminuddin, 2000:134) Menurut Jabrohim (2003:158), mengemukakan bahwa puisi adalah salah satu “Pendekatan cabang sastra yang menggunakan kata-kata mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan sebagai oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra. media penyampaiannya untuk terhadap sastra yang membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya 20 Jurnal Imiah BINA BAHASA Vol.7 No.1, Juni 2014: 17- 26 Menurut Wellek dan Austin (1990:110), penelitian yang dilakukan untuk menjabarkan pengaruh masyarakat kedudukan sastra tersirat dalam karya tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya; terhadap sastra dan 3) Sosiologi sastra: yang mempermasalahkan dalam masyarakat, tentang pembaca dan pengaruh sosialnya penedakatan sosiologis lah yang dipakai oleh terhadap pendukung filsafat sosial tertentu. disebut juga dengan sosiologi pembaca. Jabrohim (2001:159-160) masyarakat. Sosiologi sastra menjelaskan Peneliti menganalisis pengaruh-pengaruh tentang tujuan, sasaran, dan fungsi sosial sastra. sosial melalui pendekatan sosiologi sastra pada Tujuan sosiolgi sastra untuk mendapatkan puisi “Jangan Tanggung Jangan Kepalang” karya gambaran yang lengkap, utuh, dan menyeluruh Sutan Takdir Alisyahbana dengan klasifikasi tentang hubungan timbal-balik antara sastrawan, sebagaimana dikemukakan oleh Wellek dan karya sastra, dan masyarakat. Gambaran yang Warren, yaitu: jelas tentang hubungan itu sangat penting artinya 1) Sosiologi Pengarang bagi peningkatan pemahaman dan penghargaan 2) Sosiologi Karya Sastra kita terhadap sastra itu sendiri. Sasaran sosiologi 3) Sosiologi Pembaca. sastra adalah konteks sosial sastrawan dan sastra Sosiologi sastra sebagai suatu jenis sebagai cerminan masyarakat. Fungsi sosial pendekatan terhadap sastra memiliki asumsi yang sastra adalah untuk menjawab “sampai sejauh berbeda oleh teori sastra berdasarkan prinsip mana nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial?” otonomi sastra. Penelitian-penelitian sosiologi dan sastra menghasilkan pandangan bahwa karya sastra sampai berapa jauh nilai sosial mempengaruhi nilai sastra?” Berdasarkan adalah ekspresi dan bagian dari masyarakat atau istilah-istilah di atas, sosiologi sastra berarti suatu telaah sosiologis sesuatu yang ingin disampaikan mesyarakat Istilah “sosiologi sastra” dalam sangat terhadap karya sastra. Yang dikaji adalah sastra memperhatikan dengan dengan kelas sosialnya, status sosial dan memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan. ideologinya, kondisi ekonomi dalam profesinya, Menurut Wellek dan Warren (dalam Semi, 1989:53—54), telaah sosiologis sastra mempunyai tiga klasifikasi, yaitu: 1) Sosiologi pengarang: politik, dan dan model pembaca yang ditujunya. Mereka memandang bahwa karya sastra baik isi maupun bentuknya sangat terkondisi oleh waktu dan yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial, idiologi hubungan antara pengarang lain-lain yang menyangkut diri pengarang; 2) Sosiologi karya sastra: yakni memasalahkan situasi dari angkatan atau periode tertentu. Teori sosiologis sastra sudah dimanfaatkan orang sejak sebelum Masehi, dalam disiplin ilmu sastra. Teori sosiologi sastra merupakan bidang ilmu yang berkaitan dengan tentang suatu karya sastra yang menjadi kemantapan dan kemapanan dalam pokok telaahan adalah tentang apa yang mengembangkan alat-alat analisis sastra yang berdasarkan prinsip otonomi sastra. Makna yang Tersirat Dalam Bahasa Puisi ”Jangan Tanggung Jangan Kepalang” … (Hastari Mayrita) 21 3. Merata buih di tepi pasir HASIL DAN PEMBAHASAN Tetapi gelombang mengulang 3.1 Gairah menggulung menuju teluk Hasil Penelitian Selara tua gugur ke tanah Pendekatan Sosiologi Sastra yang dibahas Pucuk muda tertawa mengorak sela, dalam penelitian ini adalah pendekatan dengan Keranda muram diusung ke makam, menggunakan Jejaka muda bersumpah baka, tiga klasifikasi pendekatan Cinta gairah hati remaja. sosiologi sastra, sebagai berikut. 1) Sosiologi Pengarang 2) Sosiologi Karya Sastra Lenyapkan sangsi, lenyapkan ngeri, 3) Sosiologi Pembaca Indah gelombang mengejar pantai, Pendekatan sosiologi sastra di atas Indah pucuk menjelma rupa, berfungsi untuk menganalisis makna apa yang Indah Jejaka memuja cinta, tersirat di dalam bahasa puisi “Jangan Tanggung Benar, indah segala hidup, Jangan Menyerah tenaga menurut hasrat, Kepalang” karya Sutan Takdir Alisyahbana. Tiada tanggung tiada kepalang. Puisi yang dinalisis dalam penelitian ini (Tonggak 1, 1987) melalui pendekatan sosiologi sastra yaitu, puisi “Jangan Tanggung Jangan Kepalang” Karya Sutan Takdir Alisyahbana. 3.2 Pembahasan Teks Puisi 3.2.1 Sosiologi Pengarang pada Puisi “Jangan Tanggung Jangan Kepalang” Karya Sutan Takdir Alisyahbana Jangan Tanggung Jangan Kepalang Permasalahan yang dibahas dalam Jangan tanggung jangan kepalang sosiologi pengarang adalah status sosial, ideologi Bercipta mencipta politik, dan hal lain-lain yang menyangkut diri Bekerja memuja pengarang. Hal ini berarti faktor-faktor sosial Berangan mengawan, dapat Berperang berjuang. perseorangan memengaruhi dan si pengarang memengaruhi isi sebagai karya sastranya. Mengapa bimbang berhati walang Sutan Takdir Ali Syahbana (STA) di mata Berhenti tertegun langkah tertahan masyarakat pada zamannya, dan pada umumnya Takut percuma segala kerja oleh para penikmat dan pencinta seni terkenal Sangsi berharga apa dipuja? dengan Wahai teman pandangan yang mengarah pada perjuangan seorang penyair yang mempunyai hidup bangsa (Waluyo, 2003:61). Hal ini terlihat 22 Jurnal Imiah BINA BAHASA Vol.7 No.1, Juni 2014: 17- 26 bagaimana dia mengapresiasikan kebanyakan dalam dirinya dan berusaha untuk maju terus puisinya pada perjuangan hidup dalam suatu demi mencapai hasil karena sudah menjadi bangsa atau masyarakat. sumpahnya, Pada puisinya “Jangan Tanggung Jangan Kepalang”, untuk STA tampak sekali bermaksud menuliskan bagaimana meskipun banyak (keranda muram/diusung makam). Kesemuanya ini tampak dalam bait ketiga pada puisi, yaitu: kehidupan masyarakat dalam memperjuangkan apa yang Wahai teman sudah dikerjakannya demi tercapainya cita-cita Merata buih di tepi pasir yang diinginkan. Seperti yang tersirat dalam Tetapi gelombang mengulang baris Gairah menggulung menuju teluk puisinya merata buih menuju teluk/gugur pasir/menggulung halangannya di tepi ke Selara tua gugur ke tanah tanah/keranda muram diusung ke makam, Pucuk muda tertawa mengorak sela, mempunyai makna mengerjakan sesuatu sampai Keranda muram diusung ke makam, ke ujungnya, jika terus dikerjakan maka akan Jejaka muda bersumpah baka, berhasil (menggulung menuju teluk), dan jika Cinta gairah hati remaja. menyerah untuk mengerjakannya maka tidak akan berhasil (gugur ke tanah). 3.2.2 Sosiologi Karya Sastra pada Puisi Pada puisi ini STA mempunyai ideologi “Jangan Tanggung Jangan Kepalang” tinggi dalam menghargai sesuatu yang akan Karya Sutan Takdir Alisyahbana dilakukan. STA mengemukakan bahwa kita Sosiologi karya sastra mempermasalahkan tidak boleh main-main dan harus sepenuh hati suatu karya sastra; yang menjadi pokok telaahan untuk bercipta, berkarya, maupun bekerja. Hal ini adalah tentang apa yang tersirat dalam karya itu harus kita perjuangkan dengan sungguh- sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang sungguh hendak dicapai dan dikomunikasikan kepada dan berusaha untuk melawan kesusahan, penderitaan, maupun musuh. Judul pembaca. dan tema pada puisi ini menampakkan adanya Hal yang tersirat dalam puisi STA adalah ideologi pengarang pada kehidupan. Tema puisi untuk mencapai cita-cita dalam kehidupan maka ini harus dikerjakan atau diperjuangkan dengan adalah kesungguhan dalam berjuang menggapai cita atau mengerjakan sesuatu. sungguh-sungguh, Ideologi Hal ini seperti terlihat pada bait 1, yaitu: pengarang berpikir bahwa dalam jangan setengah-setengah. mengerjakan sesuatu itu harus sungguh-sungguh, Jangan tanggung jangan kepalang supaya mencapai hasil. Bercipta mencipta STA juga menyampaikan selama masih ber-usia muda maka gapailah dan perjuangkanlah dengan sungguh-sungguh citacita, seperti cita-cita anak muda Bekerja memuja Berangan mengawan, Berperang berjuang. yang (bersumpah baka) mempunyai tekad yang kuat Makna yang Tersirat Dalam Bahasa Puisi ”Jangan Tanggung Jangan Kepalang” … (Hastari Mayrita) 23 Makna pada bait ini adalah jangan tidak sepenuh hati dalam mengerjakan 3.2.3 Sosiologi Pembaca sesuatu Permasalahan dalam sosiologi sastra (Jangan tanggung/jangan kepalang/, bercipta adalah pembaca dan pengaruh sosial terhadap mencipta bekerja memuja). Kerjakanlah dengan masyarakatnya. Maksudnya, pengarang menulis sungguh-sungguh puisi dan penuh perjuangan karena dilatarbelakangi oleh kondisi (berperang berjuang), jangan hanya berangan- masyarakat pada saat itu. Tulisannya tersebut angan saja (berangan mengawan) karena itu bertujuan untuk melihat kondisi sosial yang tidak akan ada hasil. terjadi pada masa itu, sehingga sewaktu puisinya Dilihat dari latar belakang penulis yang dibaca oleh pembaca, si penulis puisi berharap ingin membangun bangsa Indonesia (Waluyo, dapat memengaruhi si pembacanya 2003:61), seperti STA menciptakan karya ini menghadapi dan mangatasi masalah sosial yang untuk rakyat Indonesia. Di dalam puisi ini terjadi pada masa tersebut. tersirat bahwa STA ingin bangsa, pemuda Indonesia bersungguh-sungguh dalam dalam STA dalam puisi-nya ini melihat bahwa masyarakat pada umumnya, terutama pemuda mengerjakan sesuatu demi tercapainya tujuan yang menjadi harapan sekarang banyak kehidupan yang menyenangkan (jejaka muda bertindak atau berjuang tidak sepenuh hati. bersumpah baka/cinta gairah hati remaja/indah Belum mencapai hasil sudah menyerah duluan, pucuk menjelma rupa/indah jejaka memuja karena sudah merasa takut dan kecewa duluan. cinta). Di dalam masyarakat kebanyakan dalam Sehingga apa yang sudah setengah jalan mengerjakan atau memperjuangkan sesuatu tidak dikerjakannya itu tidak memperoleh hasil. sepenuh hati, jadi hasilnya tidak didapat. Hal ini Padahal untuk memperoleh keindahan (indah seperti tersirat pada bait kedua, yaitu. gelombang/mengejar pantai) yang diinginkan itu semuanya ada di jalan yang sudah dikerjakannya Mengapa bimbang berhati walang tadi. Hal ini seperti terlihat pada bait 2 dan 3, Berhenti tertegun langkah tertahan yaitu. Takut percuma segala kerja Wahai teman Sangsi berharga apa dipuja? Merata buih di tepi pasir Tetapi gelombang mengulang Amanat yang hendak disampaikan oleh STA adalah dalam mencipta, memuja, Gairah menggulung menuju teluk Selara tua gugur ke tanah berimajinasi, dan berjuang harus sungguh- Pucuk muda tertawa mengorak sela, sungguh. Jangan takut dan ragu-ragu dalam Keranda muram diusung ke makam, melakukan tindakan demi tercapainya cita-cita Jejaka muda bersumpah baka, (mengapa bimbang/berhenti walang, berhenti Cinta gairah hati remaja. tertegun/langkah tertahan, sangsi berharga apa Lenyapkan sangsi, lenyapkan ngeri, dipuja). Indah gelombang mengejar pantai, Indah pucuk menjelma rupa, 24 Jurnal Imiah BINA BAHASA Vol.7 No.1, Juni 2014: 17- 26 Indah Jejaka memuja cinta, sosialnya. STA melihat adanya gejolak dalam Benar, indah segala hidup, diri masyarakat dalam mengerjakan sesuatu. Menyerah tenaga menurut hasrat, Kebanyakan masyarakat sebelum mencapai hasil Tiada tanggung tiada kepalang. yang diinginkan, mereka sudah takut dan kecewa duluan, bahkan sudah mundur duluan. Sehingga Dari permasalahan yang didapatkannya tidak memperoleh hasilnya. dalam kehidupan (kebanyakan orang tanggung- Permasalahan yang dibicarakan di ataslah tanggung dalam berjuang atau bertindak untuk yang menyebabkan STA menciptakan puisi mencapai hasil), STA menuliskannya ke dalam “Jangan Tanggung Jangan Kepalang”. Puisi ini puisinya “Jangan Tanggung Jangan Kepalang.” sangat tinggi nilai sosialnya. Puisi ini Di dalam karyanya itu juga terkandung mengandung pesan bahwa untuk memperoleh nilai sosial yang tinggi yang dapat memengaruhi cita atau yang diinginkan harus dikerjakan masyarakat, terutama pembacanya. STA menilai dengan sungguh-sungguh dan penuh perjuangan bahwa untuk memperoleh hasil harus dikerjakan sampai memeroleh hasil, karena di dalam dengan untuk kehidupan ini banyak terdapat halangan ataupun pemuda sebagai penerus bangsa. Pemuda harus rintangan yang dapat mempengaruhi tindakan bertekad dan berjuang untuk mencapai cita- atau pekerjaannya yang sedang kita perjuangkan. citanya, yang Jangan takut atau kecewa, bahkan mundur mempunyai tekad yang bulat di dalam dirinya duluan dalam menghadapi permasalahan hidup untuk memperoleh hasil dari yang sudah yang dapat mengagalkan rencana kita untuk diperjuangkannya. Jangan menyerah dan harus menggapai cita. sungguh-sungguh. seperti Terutama pemuda-pemuda mencapai keindahan hidup dengan berjuang Disarankan bagi pembaca atau penikmat sepenuh hati. Hal ini seperti tampak pada bait sastra hendaknya harus memperhatikan unsur- ketiga, yaitu. unsur sosial yang terkandung dalam puisi Lenyapkan sangsi, lenyapkan ngeri, “Jangan Tanggung Jangan Kepalang.” Nilai-nilai Indah gelombang mengejar pantai, sosial yang terdapat pada puisi ini dapat kita tiru. Indah pucuk menjelma rupa, Tetapi sebaliknya, jika nilai yang terkandung Indah Jejaka memuja cinta, buruk maka jangan ditiru. . Dengan selesainya kajian sosiologi sastra Benar, indah segala hidup, Menyerah tenaga menurut hasrat, ini, penulis berharap tulisan ini berfungsi juga Tiada tanggung tiada kepalang. bagi pembaca atau penikmat sastra yang ingin mengetahui unsur-unsur sosial yang terdapat dalam 4. SIMPULAN puisi “Jangan Tanggung Jangan Kelapang.” Pada puisi “Jangan Tanggung Jangan Kepalang” Karya STA terdapat unsur-unsur Makna yang Tersirat Dalam Bahasa Puisi ”Jangan Tanggung Jangan Kepalang” … (Hastari Mayrita) 25 DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Sinar Baru Algesindo. Bandung. Jabrohim. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Hanindita Graha. Yogyakarta. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Rukyah, Siti. 2006. Sosok Perempuan Kesepian dalam “Perempuan yang Berumah Dekat Pantai: Sebuah Kajian Hermeneutik: Puspa Ragam Bahasa dan Sastra. Universitas Sriwijaya. Palembang. Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Angkasa. Bandung. Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Gramedia Pustaka. Jakarta. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Gramedia. Jakarta. 26 Jurnal Imiah BINA BAHASA Vol.7 No.1, Juni 2014: 17- 26