makna yang tersirat dalam bahasa puisi “jangan tanggung jangan

advertisement
MAKNA YANG TERSIRAT
DALAM BAHASA PUISI “JANGAN TANGGUNG JANGAN KEPALANG”
KARYA SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA
Hastari Mayrita
Dosen Universitas Bina Darma, Palemang
Jalan Ahmad Yani No.12, Palembang
Sur-el: [email protected]
Abstract: This paper describes the implied meaning of the language of the poem “Do Accountability
Do abysmal” by Destiny Sutan Alisyahbana through sociological approach to literature. This
discussion aims to identify and describe the background of socio-cultural life, community life, and
psychological responses or the author's attitude toward the creation of works of poetry. In the poem
“Do Accountability Do abysmal” The work of the STA contained social elements. STA look at the
turmoil in the community in doing something. Most of the people before it reaches the desired results,
they are scared and upset first, even backwards first. So do not get results. The problem is exactly what
causes the STA to create the poem “Do Accountability Do abysmal”. The poem is very high social
value.
Keywords: Meaning, Sociology of Literature, and Poetry
Abstrak: Tulisan ini mendeskripsikan makna yang tersirat dari bahasa puisi “Jangan Tanggung
Jangan Kepalang” karya Sutan Takdir Alisyahbana melalui pendekatan sosiologi sastra. Pembahasan
ini bermaksud untuk mengetahui dan mendeskripsikan latar belakang kehidupan sosial-budaya,
kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap penciptaan karya
puisi tersebut. Pada puisi “Jangan Tanggung Jangan Kepalang” Karya STA terdapat unsur-unsur
sosialnya. STA melihat adanya gejolak dalam diri masyarakat dalam mengerjakan sesuatu.
Kebanyakan masyarakat sebelum mencapai hasil yang diinginkan, mereka sudah takut dan kecewa
duluan, bahkan sudah mundur duluan. Sehingga tidak memperoleh hasilnya. Permasalahan
tersebutlah yang menyebabkan STA menciptakan puisi “Jangan Tanggung Jangan Kepalang”. Puisi
ini sangat tinggi nilai sosialnya.
Kata Kunci: Makna, Sosiologi Sastra, dan Puisi
1.
Sastra,
PENDAHULUAN
sebagaimana
halnya
dengan
sosiologi, berurusan dengan manusia, bahkan
Karya sastra mempunyai banyak dimensi,
sastra diciptakan oleh anggota masyakarakat
aspek, dan unsur. Oleh karena itu, untuk
untuk dinikmati, dipamahi, dan dimanfaatkan
memahaminya
jelas
oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah
diperlukan teori ataupun metode khusus yang
anggota masyarakat. Ia terikat oleh status sosial
sesuai dengan dimensi dan aspek tersebut.
tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang
Penelitian karya sastra yang perlu teori antara
menggunakan bahasa sebagai medianya untuk
lain, psikologi sastra, antropologi sastra, dan
mengkomunikasikan
sosiologi sastra. Permasalahan yang dibahas
penikmatnya; bahasa itu merupakan ciptaan
dalam tulisan ini menyinggung tentang makna
sosial yang menampilkan gambaran kehidupan.
dari suatu bahasa puisi melalui sosiologi sastra.
Oleh
secara
lengkap
dan
sebab
itu,
kepada
sosiologi
pembaca
dan
dan
sastra
memperjuangkan masalah yang sama yaitu,
masyarakat dan kebudayaannya.
Makna yang Tersirat Dalam Bahasa Puisi ”Jangan Tanggung Jangan Kepalang” … (Hastari Mayrita)
17
Sastra juga dapat dimanfaatkan sebagai
ide pengembangan tata kemasyakatan Indonesia
komunikasi pengarang kepada pembaca untuk
baru. Oleh karena inilah penulis menganalisis
menginformasikan pesan apa yang terkandung
puisi karya Sutan Takdir Alisyahbana.
dalam karyanya. Komunikasi adalah proses
dimana
seseorang,
kelompok,
“Jangan
Puisi
Tanggung
Jangan
organisasi,
Kepalang” terdapat unsur sosialnya. Oleh karena
ataupun masyarakat yang ingin menciptakan, dan
itu peneliti memilih puisi ini untuk dinalisisis
menggunakan informasi agar terhubung dengan
melalui pendekatan sosiologi sastra. Di dalam
lingkungan dan orang lain.
puisi
Suatu karya sastra tentunya tidak terlepas
ini
kita
dapat
membahasnya
lewat
pembahasan tentang biografi pengarang dengan
dari unsur sosialnya. Sebagaimana dikemukakan
pengaruhnya
terhadap
oleh Rukiyah (2006:215), “Setiap karya sastra
kehidupan sosial masyarakat pada masa itu,
memiliki kandungan makna yang berbeda-beda.
bagaimana
Pemaknaan karya sastra tidak terlepas dari segi
lingkungannya,
pembetukannya, antara lain unsur pandangan
antara cipta sastra itu dengan zamannya. Hal ini
penulis dan kondisi sosial budaya pada saat
sebagaimana
karya sastra itu diciptakan.” Untuk mengetahui
(2000:46)
semua itu, perlu adanya pemahaman terhadap
sosiologi dalam mengapresiasi sastra dapat
suatu karya sastra dengan memperhatikan segi-
dilakukan
segi kemasyarakatan. Produk telaahan ini dengan
kehidupan sosial masyarakat pada masa itu,
sendirinya dapat digolongkan ke dalam produk
bagaimana
kritik sastra. Produk inilah yang namanya
lingkungannya,
pemahaman karya sastra melalui pendekatan
antara cipta sastra itu dengan zamannya.
sikap
serta
puisi.
pengarang
terhadap
bagaimana
hubungan
dikatakan
bahwa
dengan
Memahami
oleh
Aminuddin
penerapan
pendekatan
memahami
sikap
serta
bagaimana
pengarang
terhadap
bagaimana
hubungan
Tema pada puisi “Jangan Tanggung
sosiologi sastra.
Keterkaitan sastra dengan masyakarat dan
Jangan Kepalang” menunjukkan adanya unsur
keterkaitan masyakarat dengan sastra dapat
kehidupan
menjadi permasalahan yang panjang dan tak
karya ini, sehingga terciptalah puisi “Jangan
akan habis. Kenyataan menujukkan bahwa segi-
Tanggung Jangan Kepalang”. Temanya adalah
segi kemasyarakatan yang terungkap dalam
kesungguhan dalam berjuang menggapai cita
suatu karya sastra merupakan ukuran penting
atau mengerjakan sesuatu. Di dalam kehidupan
untuk digunakan. Khususnya dalam pemanfaatan
masyarakat baik zaman pada saat puisi itu ditulis
kritik sastra di sekolah-sekolah. Semi (1989:80)
maupun sekarang, banyak masyakarat yang
mengemukakan bahwa ada beberapa pengarang
mengerjakan sesuatu itu tidak sampai selesai.
yang menggunakan karya sastra sebagai salah
Mereka sebelum mencapai tujuan sudah takut
satu
atau
tempat
memperjuangkan
ide
masyakarat
kecewa
duluan
yang
pada
mempengaruhi
halangan
atau
kemasyarakatannya, antara lain adalah Sutan
kegagalan yang akan dihadapi. Padahal untuk
Takdir Alisyahbana atau sering disebut dengan
mencapai tujuan hidup itu, hal yang terpenting
STA, yang dengan gigihnya memperjuangkan
adalah
18
jangan
menyerah
dulu,
dan
Jurnal Imiah BINA BAHASA Vol.7 No.1, Juni 2014: 17- 26
menyelesaikan perjuangan itu sampai titik
akhirnya,
dengan
mengetahui
demikian
sikap
kita
pengarang
dapat
terhadap
Tulisan ini akan mendeskripsikan makna
yang tersirat dari bahasa puisi “Jangan Tanggung
Jangan
Kepalang”
karya
Sutan
Takdir
lingkungannya. Caranya adalah menganalisis
Alisyahbana melalui pendekatan sosiologi sastra.
sastra tersebut dengan pendekatan sosiologi
Pembahasan ini bermaksud untuk mengetahui
sastra.
dan mendeskripsikan latar belakang kehidupan
Sosiologi adalah suatu cara telaah yang
sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun
objektif dan ilmiah tentang manusia dalam
tanggapan
kejiwaan
atau
sikap
pengarang
masyarakat dan proses sosial. Semi (1989:52)
terhadap penciptaan karya puisi tersebut.
mengemukakan bahwa Sosiologi adalah ilmu
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian
yang mengkaji tentang bagaimana masyarakat
adalah sebagai bahan rujukan bagi pembaca,
tumbuh dan berkembang. Melalui pembelajaran
khususnya peminat sastra, untuk mengetahui
mengenai lembaga-lembaga sosial dan segala
makna dari puisi yang berkaitan dengan unsur-
perekonomian, keagamaan, politik, dan lain-lain,
unsur
kita mendapat gambaran tentang cara-cara
pengarang melalui puisinya yang berjudul
manusia
dengan
“Jangan Tanggung Jangan Kepalang” karya
lingkungannya, mekanisme kemasyarakatannya,
Sutan Takdir Alisyahbana. Selain itu, penelitian
serta proses pembudayaannya.
ini
menyesuaikan
diri
Ratna (2010:322) mendeskripsikan bahwa
Sosiologi
sastra
adalah
suatu
teori
sosial
dapat
yang
ingin
dijadikan
menganalisis
suatu
dikomunikasikan
sebagai
karya
acuan
sastra
untuk
melalui
yang
pendekatan sosiologi sastra. Penelitian ini juga
berkmbang pesat yang memanfaatkan teori-teori
diharapkan dapat menjadi bahan pembanding
strukturalisme. Menurut beliau, sastra memiliki
bagi pembaca yang akan melakukan penelitian
kaitan erat dengan masyarakat dan harus diteliti
lebih lanjut.
dalam kaitannya juga dengan masyarakat, yaitu,
karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan
oleh pencerita, disalin oleh si penyalin, dan
2.
METODOLOGI PENELITIAN
subjeknya adalah masyarakat. Selain itu, karya
sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek
Metode
yang
digunakan
di
dalam
kehidupan masyarakat, dan difungsikan untuk
penelitian
masyarakat. Medium karya sastra mengandung
sosiologi karya sastra dan pendekatan struktural.
masalah-masalah tentang masyarakat. Beliau
Pendekatan
juga mendeskripsikan bahwa dalam karya sastra
pendekatan “yang membicarakan isi karya sastra
mengandung
logika.
yang berkaitan dengan masalah sosial” (Wellek
Masyarakat sangat berkepentingan dengan ketiga
dan Warren dalam Semi, 1990:53). M. Atar
aspek tersebut. Dalam karya sastra, masyarakat
Semi
juga dapat menemukan citra dirinya.
pendekatan struktural atau pendekatan objektif
estetika,
etika,
dan
ini
adalah
sosiologi
(1989:44-45)
metode
karya
pendekatan
sastra
mengatakan
adalah
bahwa
membatasi diri pada penelaahan karya sastra itu
Makna yang Tersirat Dalam Bahasa Puisi ”Jangan Tanggung Jangan Kepalang” … (Hastari Mayrita)
19
sendiri, terlepas dari soal pengarang dan
lukisan yang menggunakan garis dan warna
pembaca.
dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.
Dengan
kata
lain,
pendekatan
struktural memandang dan menelaah sastra dari
Berdasarkan beberapa istilah di atas, puisi
segi intrinsik yang membangun suatu karya
berarti salah satu bentuk karya sastra yang
sastra, yaitu tema, alur, latar, penokohan, dan
medianya adalah bahasa yang indah, dipadatkan
gaya bahasa, serta hubungan yang harmonis
dan dipersingkat kata-katanya, kemudian diberi
antaraspek yang membentuk menjadi karya
irama dengan bunyi-bunyi yang indah dan padu
sastra.
dengan pemilihan kata yang menggunakan kata
Penggunaan pendekatan sosiologi karya
kias, dan puisi itu berisi pesan atau gambaran
sastra dalam penelitian ini, yang menjadi pokok
kehidupan atau suasana tertentu yang hendak
penelaahan adalah isi karya sastra (dalam hal ini
disampaikan pengarang.
puisi) yang berkaitan dengan masalah-masalah
sosial.
Sosiologi menurut Semi (1989:52) adalah
suatu bidang ilmu yang mengkaji secara obyektif
Penggunaan pendekatan struktural dalam
penelitian ini didasarkan
atas pertimbangan
dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat
dan tentang sosial dan proses sosial.
bahwa penelitian ini sangat terkait dengan unsur
Sosiologi mengkaji tentang bagaimana
tema, latar, dan gaya bahasa sebagai bagian dari
masyarakat itu tumbuh dan berkembang. Dengan
struktur karya sastra.
mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala
Secara etimologis puisi itu berasal dari
masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan
bahasa Yunani “poesis” yang berarti penciptaan.
lain-lain.
Dalam bahasa Inggris disebut “poem” atau
mendapatkan
“poetry.”
manusia
Puisi
diartikan
mencipta
atau
Dengan
demikian,
gambaran
kita
akan
tentang
cara-cara
diri
dengan
menyesuaikan
penciptaan, karena lewat puisi pada dasarnya
lingkungannya, mekanisme kemasyarakatannya,
seseorang
serta proses pembudayaannya.
telah
menciptakan
suatu
dunia
tersendiri yang mungkin dapat berisi pesan atau
Menurut
Aminuddin
(2000:46),
gambaran suasana-suasana tertentu baik fisik
pendekatan sosiologi adalah “suatu pendekatan
maupun batin.
yang
Menurut Waluyo (2003:1), “Puisi adalah
berusaha
memahami
latar
belakang
kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat,
karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan,
maupun
dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi
pengarang terhadap lingkungan kehidupannya
yang
ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu
padu
dan
pemilihan
kata-kata
kias
(imajinatif).”
tanggapan
kejiwaan
atau
sikap
diwujudkan.”
Hudson (dalam Aminuddin, 2000:134)
Menurut
Jabrohim
(2003:158),
mengemukakan bahwa puisi adalah salah satu
“Pendekatan
cabang sastra yang menggunakan kata-kata
mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan
sebagai
oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra.
media
penyampaiannya
untuk
terhadap
sastra
yang
membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya
20
Jurnal Imiah BINA BAHASA Vol.7 No.1, Juni 2014: 17- 26
Menurut Wellek dan Austin (1990:110),
penelitian yang dilakukan untuk menjabarkan
pengaruh
masyarakat
kedudukan
sastra
tersirat dalam karya tersebut dan apa tujuan
atau amanat yang hendak disampaikannya;
terhadap
sastra
dan
3) Sosiologi sastra: yang mempermasalahkan
dalam
masyarakat,
tentang pembaca dan pengaruh sosialnya
penedakatan sosiologis lah yang dipakai oleh
terhadap
pendukung filsafat sosial tertentu.
disebut juga dengan sosiologi pembaca.
Jabrohim
(2001:159-160)
masyarakat.
Sosiologi
sastra
menjelaskan
Peneliti menganalisis pengaruh-pengaruh
tentang tujuan, sasaran, dan fungsi sosial sastra.
sosial melalui pendekatan sosiologi sastra pada
Tujuan sosiolgi sastra untuk mendapatkan
puisi “Jangan Tanggung Jangan Kepalang” karya
gambaran yang lengkap, utuh, dan menyeluruh
Sutan Takdir Alisyahbana dengan klasifikasi
tentang hubungan timbal-balik antara sastrawan,
sebagaimana dikemukakan oleh Wellek dan
karya sastra, dan masyarakat. Gambaran yang
Warren, yaitu:
jelas tentang hubungan itu sangat penting artinya
1) Sosiologi Pengarang
bagi peningkatan pemahaman dan penghargaan
2) Sosiologi Karya Sastra
kita terhadap sastra itu sendiri. Sasaran sosiologi
3) Sosiologi Pembaca.
sastra adalah konteks sosial sastrawan dan sastra
Sosiologi
sastra
sebagai
suatu
jenis
sebagai cerminan masyarakat. Fungsi sosial
pendekatan terhadap sastra memiliki asumsi yang
sastra adalah untuk menjawab “sampai sejauh
berbeda oleh teori sastra berdasarkan prinsip
mana nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial?”
otonomi sastra. Penelitian-penelitian sosiologi
dan
sastra menghasilkan pandangan bahwa karya sastra
sampai
berapa
jauh
nilai
sosial
mempengaruhi nilai sastra?”
Berdasarkan
adalah ekspresi dan bagian dari masyarakat atau
istilah-istilah
di
atas,
sosiologi sastra berarti suatu telaah sosiologis
sesuatu yang ingin disampaikan mesyarakat
Istilah “sosiologi sastra” dalam sangat
terhadap karya sastra. Yang dikaji adalah sastra
memperhatikan
dengan
dengan kelas sosialnya, status sosial dan
memperhatikan
segi-segi
sosial
kemasyarakatan.
ideologinya, kondisi ekonomi dalam profesinya,
Menurut Wellek dan Warren (dalam Semi,
1989:53—54),
telaah
sosiologis
sastra
mempunyai tiga klasifikasi, yaitu:
1) Sosiologi
pengarang:
politik,
dan
dan model pembaca yang ditujunya. Mereka
memandang bahwa karya sastra baik isi maupun
bentuknya sangat terkondisi oleh waktu dan
yakni
yang
mempermasalahkan tentang status sosial,
idiologi
hubungan antara pengarang
lain-lain
yang
menyangkut diri pengarang;
2) Sosiologi karya sastra: yakni memasalahkan
situasi dari angkatan atau periode tertentu.
Teori
sosiologis
sastra
sudah
dimanfaatkan orang sejak sebelum Masehi,
dalam disiplin ilmu sastra. Teori sosiologi sastra
merupakan bidang ilmu yang berkaitan dengan
tentang suatu karya sastra yang menjadi
kemantapan
dan
kemapanan
dalam
pokok telaahan adalah tentang apa yang
mengembangkan alat-alat analisis sastra yang
berdasarkan prinsip otonomi sastra.
Makna yang Tersirat Dalam Bahasa Puisi ”Jangan Tanggung Jangan Kepalang” … (Hastari Mayrita)
21
3.
Merata buih di tepi pasir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tetapi gelombang mengulang
3.1
Gairah menggulung menuju teluk
Hasil Penelitian
Selara tua gugur ke tanah
Pendekatan Sosiologi Sastra yang dibahas
Pucuk muda tertawa mengorak sela,
dalam penelitian ini adalah pendekatan dengan
Keranda muram diusung ke makam,
menggunakan
Jejaka muda bersumpah baka,
tiga
klasifikasi
pendekatan
Cinta gairah hati remaja.
sosiologi sastra, sebagai berikut.
1) Sosiologi Pengarang
2) Sosiologi Karya Sastra
Lenyapkan sangsi, lenyapkan ngeri,
3) Sosiologi Pembaca
Indah gelombang mengejar pantai,
Pendekatan
sosiologi
sastra
di
atas
Indah pucuk menjelma rupa,
berfungsi untuk menganalisis makna apa yang
Indah Jejaka memuja cinta,
tersirat di dalam bahasa puisi “Jangan Tanggung
Benar, indah segala hidup,
Jangan
Menyerah tenaga menurut hasrat,
Kepalang”
karya
Sutan
Takdir
Alisyahbana.
Tiada tanggung tiada kepalang.
Puisi yang dinalisis dalam penelitian ini
(Tonggak 1, 1987)
melalui pendekatan sosiologi sastra yaitu, puisi
“Jangan Tanggung Jangan Kepalang” Karya
Sutan Takdir Alisyahbana.
3.2
Pembahasan
Teks Puisi
3.2.1 Sosiologi
Pengarang
pada
Puisi
“Jangan Tanggung Jangan Kepalang”
Karya Sutan Takdir Alisyahbana
Jangan Tanggung Jangan Kepalang
Permasalahan
yang
dibahas
dalam
Jangan tanggung jangan kepalang
sosiologi pengarang adalah status sosial, ideologi
Bercipta mencipta
politik, dan hal lain-lain yang menyangkut diri
Bekerja memuja
pengarang. Hal ini berarti faktor-faktor sosial
Berangan mengawan,
dapat
Berperang berjuang.
perseorangan
memengaruhi
dan
si
pengarang
memengaruhi
isi
sebagai
karya
sastranya.
Mengapa bimbang berhati walang
Sutan Takdir Ali Syahbana (STA) di mata
Berhenti tertegun langkah tertahan
masyarakat pada zamannya, dan pada umumnya
Takut percuma segala kerja
oleh para penikmat dan pencinta seni terkenal
Sangsi berharga apa dipuja?
dengan
Wahai teman
pandangan yang mengarah pada perjuangan
seorang
penyair
yang
mempunyai
hidup bangsa (Waluyo, 2003:61). Hal ini terlihat
22
Jurnal Imiah BINA BAHASA Vol.7 No.1, Juni 2014: 17- 26
bagaimana dia mengapresiasikan kebanyakan
dalam dirinya dan berusaha untuk maju terus
puisinya pada perjuangan hidup dalam suatu
demi mencapai hasil karena sudah menjadi
bangsa atau masyarakat.
sumpahnya,
Pada puisinya “Jangan Tanggung Jangan
Kepalang”,
untuk
STA tampak sekali bermaksud
menuliskan
bagaimana
meskipun
banyak
(keranda muram/diusung makam). Kesemuanya
ini tampak dalam bait ketiga pada puisi, yaitu:
kehidupan
masyarakat dalam memperjuangkan apa yang
Wahai teman
sudah dikerjakannya demi tercapainya cita-cita
Merata buih di tepi pasir
yang diinginkan. Seperti yang tersirat dalam
Tetapi gelombang mengulang
baris
Gairah menggulung menuju teluk
puisinya
merata
buih
menuju
teluk/gugur
pasir/menggulung
halangannya
di
tepi
ke
Selara tua gugur ke tanah
tanah/keranda muram diusung ke makam,
Pucuk muda tertawa mengorak sela,
mempunyai makna mengerjakan sesuatu sampai
Keranda muram diusung ke makam,
ke ujungnya, jika terus dikerjakan maka akan
Jejaka muda bersumpah baka,
berhasil (menggulung menuju teluk), dan jika
Cinta gairah hati remaja.
menyerah untuk mengerjakannya maka tidak
akan berhasil (gugur ke tanah).
3.2.2 Sosiologi Karya Sastra pada Puisi
Pada puisi ini STA mempunyai ideologi
“Jangan Tanggung Jangan Kepalang”
tinggi dalam menghargai sesuatu yang akan
Karya Sutan Takdir Alisyahbana
dilakukan. STA mengemukakan bahwa kita
Sosiologi karya sastra mempermasalahkan
tidak boleh main-main dan harus sepenuh hati
suatu karya sastra; yang menjadi pokok telaahan
untuk bercipta, berkarya, maupun bekerja. Hal
ini adalah tentang apa yang tersirat dalam karya
itu harus kita perjuangkan dengan sungguh-
sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang
sungguh
hendak dicapai dan dikomunikasikan kepada
dan
berusaha
untuk
melawan
kesusahan, penderitaan, maupun musuh. Judul
pembaca.
dan tema pada puisi ini menampakkan adanya
Hal yang tersirat dalam puisi STA adalah
ideologi pengarang pada kehidupan. Tema puisi
untuk mencapai cita-cita dalam kehidupan maka
ini
harus dikerjakan atau diperjuangkan dengan
adalah
kesungguhan
dalam
berjuang
menggapai cita atau mengerjakan sesuatu.
sungguh-sungguh,
Ideologi
Hal ini seperti terlihat pada bait 1, yaitu:
pengarang
berpikir
bahwa
dalam
jangan
setengah-setengah.
mengerjakan sesuatu itu harus sungguh-sungguh,
Jangan tanggung jangan kepalang
supaya mencapai hasil.
Bercipta mencipta
STA juga menyampaikan selama masih
ber-usia
muda
maka
gapailah
dan
perjuangkanlah dengan sungguh-sungguh citacita,
seperti
cita-cita
anak
muda
Bekerja memuja
Berangan mengawan,
Berperang berjuang.
yang
(bersumpah baka) mempunyai tekad yang kuat
Makna yang Tersirat Dalam Bahasa Puisi ”Jangan Tanggung Jangan Kepalang” … (Hastari Mayrita)
23
Makna pada bait ini adalah jangan tidak
sepenuh
hati
dalam
mengerjakan
3.2.3 Sosiologi Pembaca
sesuatu
Permasalahan
dalam
sosiologi
sastra
(Jangan tanggung/jangan kepalang/, bercipta
adalah pembaca dan pengaruh sosial terhadap
mencipta bekerja memuja). Kerjakanlah dengan
masyarakatnya. Maksudnya, pengarang menulis
sungguh-sungguh
puisi
dan
penuh
perjuangan
karena
dilatarbelakangi
oleh
kondisi
(berperang berjuang), jangan hanya berangan-
masyarakat pada saat itu. Tulisannya tersebut
angan saja (berangan mengawan) karena itu
bertujuan untuk melihat kondisi sosial yang
tidak akan ada hasil.
terjadi pada masa itu, sehingga sewaktu puisinya
Dilihat dari latar belakang penulis yang
dibaca oleh pembaca, si penulis puisi berharap
ingin membangun bangsa Indonesia (Waluyo,
dapat memengaruhi si pembacanya
2003:61), seperti STA menciptakan karya ini
menghadapi dan mangatasi masalah sosial yang
untuk rakyat Indonesia. Di dalam puisi ini
terjadi pada masa tersebut.
tersirat bahwa STA ingin bangsa, pemuda
Indonesia
bersungguh-sungguh
dalam
dalam
STA dalam puisi-nya ini melihat bahwa
masyarakat pada umumnya, terutama pemuda
mengerjakan sesuatu demi tercapainya tujuan
yang
menjadi
harapan
sekarang
banyak
kehidupan yang menyenangkan (jejaka muda
bertindak atau berjuang tidak sepenuh hati.
bersumpah baka/cinta gairah hati remaja/indah
Belum mencapai hasil sudah menyerah duluan,
pucuk menjelma rupa/indah jejaka memuja
karena sudah merasa takut dan kecewa duluan.
cinta). Di dalam masyarakat kebanyakan dalam
Sehingga apa yang sudah setengah jalan
mengerjakan atau memperjuangkan sesuatu tidak
dikerjakannya itu tidak memperoleh hasil.
sepenuh hati, jadi hasilnya tidak didapat. Hal ini
Padahal untuk memperoleh keindahan (indah
seperti tersirat pada bait kedua, yaitu.
gelombang/mengejar pantai) yang diinginkan itu
semuanya ada di jalan yang sudah dikerjakannya
Mengapa bimbang berhati walang
tadi. Hal ini seperti terlihat pada bait 2 dan 3,
Berhenti tertegun langkah tertahan
yaitu.
Takut percuma segala kerja
Wahai teman
Sangsi berharga apa dipuja?
Merata buih di tepi pasir
Tetapi gelombang mengulang
Amanat yang hendak disampaikan oleh
STA
adalah
dalam
mencipta,
memuja,
Gairah menggulung menuju teluk
Selara tua gugur ke tanah
berimajinasi, dan berjuang harus sungguh-
Pucuk muda tertawa mengorak sela,
sungguh. Jangan takut dan ragu-ragu dalam
Keranda muram diusung ke makam,
melakukan tindakan demi tercapainya cita-cita
Jejaka muda bersumpah baka,
(mengapa bimbang/berhenti walang, berhenti
Cinta gairah hati remaja.
tertegun/langkah tertahan, sangsi berharga apa
Lenyapkan sangsi, lenyapkan ngeri,
dipuja).
Indah gelombang mengejar pantai,
Indah pucuk menjelma rupa,
24
Jurnal Imiah BINA BAHASA Vol.7 No.1, Juni 2014: 17- 26
Indah Jejaka memuja cinta,
sosialnya. STA melihat adanya gejolak dalam
Benar, indah segala hidup,
diri masyarakat dalam mengerjakan sesuatu.
Menyerah tenaga menurut hasrat,
Kebanyakan masyarakat sebelum mencapai hasil
Tiada tanggung tiada kepalang.
yang diinginkan, mereka sudah takut dan kecewa
duluan, bahkan sudah mundur duluan. Sehingga
Dari permasalahan yang didapatkannya
tidak memperoleh hasilnya.
dalam kehidupan (kebanyakan orang tanggung-
Permasalahan yang dibicarakan di ataslah
tanggung dalam berjuang atau bertindak untuk
yang menyebabkan STA menciptakan puisi
mencapai hasil), STA menuliskannya ke dalam
“Jangan Tanggung Jangan Kepalang”. Puisi ini
puisinya “Jangan Tanggung Jangan Kepalang.”
sangat
tinggi
nilai
sosialnya.
Puisi
ini
Di dalam karyanya itu juga terkandung
mengandung pesan bahwa untuk memperoleh
nilai sosial yang tinggi yang dapat memengaruhi
cita atau yang diinginkan harus dikerjakan
masyarakat, terutama pembacanya. STA menilai
dengan sungguh-sungguh dan penuh perjuangan
bahwa untuk memperoleh hasil harus dikerjakan
sampai memeroleh hasil, karena di dalam
dengan
untuk
kehidupan ini banyak terdapat halangan ataupun
pemuda sebagai penerus bangsa. Pemuda harus
rintangan yang dapat mempengaruhi tindakan
bertekad dan berjuang untuk mencapai cita-
atau pekerjaannya yang sedang kita perjuangkan.
citanya,
yang
Jangan takut atau kecewa, bahkan mundur
mempunyai tekad yang bulat di dalam dirinya
duluan dalam menghadapi permasalahan hidup
untuk memperoleh hasil dari yang sudah
yang dapat mengagalkan rencana kita untuk
diperjuangkannya. Jangan menyerah dan harus
menggapai cita.
sungguh-sungguh.
seperti
Terutama
pemuda-pemuda
mencapai keindahan hidup dengan berjuang
Disarankan bagi pembaca atau penikmat
sepenuh hati. Hal ini seperti tampak pada bait
sastra hendaknya harus memperhatikan unsur-
ketiga, yaitu.
unsur sosial yang terkandung dalam puisi
Lenyapkan sangsi, lenyapkan ngeri,
“Jangan Tanggung Jangan Kepalang.” Nilai-nilai
Indah gelombang mengejar pantai,
sosial yang terdapat pada puisi ini dapat kita tiru.
Indah pucuk menjelma rupa,
Tetapi sebaliknya, jika nilai yang terkandung
Indah Jejaka memuja cinta,
buruk maka jangan ditiru. .
Dengan selesainya kajian sosiologi sastra
Benar, indah segala hidup,
Menyerah tenaga menurut hasrat,
ini, penulis berharap tulisan ini berfungsi juga
Tiada tanggung tiada kepalang.
bagi pembaca atau penikmat sastra yang ingin
mengetahui unsur-unsur sosial yang terdapat
dalam
4.
SIMPULAN
puisi
“Jangan
Tanggung
Jangan
Kelapang.”
Pada puisi “Jangan Tanggung Jangan
Kepalang” Karya STA terdapat unsur-unsur
Makna yang Tersirat Dalam Bahasa Puisi ”Jangan Tanggung Jangan Kepalang” … (Hastari Mayrita)
25
DAFTAR RUJUKAN
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya
Sastra. Sinar Baru Algesindo. Bandung.
Jabrohim. 2003. Metodologi Penelitian Sastra.
Hanindita Graha. Yogyakarta.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Penelitian Sastra.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Rukyah, Siti. 2006. Sosok Perempuan Kesepian
dalam “Perempuan yang Berumah
Dekat
Pantai:
Sebuah
Kajian
Hermeneutik: Puspa Ragam Bahasa dan
Sastra. Universitas
Sriwijaya.
Palembang.
Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Angkasa.
Bandung.
Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi.
Gramedia Pustaka. Jakarta.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori
Kesusastraan. Gramedia. Jakarta.
26
Jurnal Imiah BINA BAHASA Vol.7 No.1, Juni 2014: 17- 26
Download