Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Terpenoid Dari Fraksi M 17 Ekstrak

advertisement
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ng an Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Terpenoid Dari Fraksi M 17
Ekstrak Metilena Klorida Kulit Batang Tumbuhan Kasturi
(Mangifera casturi)
(Isolation
and Identification Terpenoide from The M 17 Fraction Of Methylene
Chloride Bark Extracts of Kasturi)
Budi Prayitno1*; Kholifatu Rosyidah2; & Maria Dewi Astuti2
1STKIP
PGRI Banjarmasin
FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Sultan Adam Komp H Iyus 18 , Banjarmasin 70121
2Kimia
*Corresponding email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian tentang isolasi senyawa terpenoid dari fraksi M 17 ekstrak metilen klorida telah
dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan karakterisasi struktur senyawa hasil
isolasi berdasarkan spekstroskopi UV, IR dan 1H- NMR. Pemisahan fraksi M 17 menggunakan
Kromatografi Vakum Cair (KVC) menghasilkan 16 vial yang digabung berdasarkan pola noda yang sama
menjadi enam fraksi, yaitu A, B, C, D, E, dan F. Fraksi E dipilih dan diuji kemurniannya dengan KLT tiga
sistem eluen dan KLT dua dimensi, diperoleh 20 mg senyawa murni berupa padatan berwarna putih. Data
spektrum inframerah menunjukkan adanya gugus –OH, –CH alifatik, –C=O, C=C dan C–O. Spektrum 1HNMR menunjukkan pola triterpenoid sikloartan yang positif dibuktikan dengan uji Liebermann-Burchard.
Hasil analisis diduga senyawa 1 adalah senyawa (23-E)-27-nor-3β-hidroksisikloart-23-en-25-on.
Kata kunci: Mangifera casturi, triterpenoid, sikloartan
PENDAHULUAN
menyumbangkan satu atau lebih elektron
Keanekaragaman tumbuhan di Indonesia sangat
kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas
memungkinkan untuk ditemukannya beraneka
tersebut menjadi tidak aktif (Gordon, 1990).
jenis senyawa kimia berupa metabolit sekunder
Penelitian tentang senyawa antioksidan eksogen
seperti
terpenoida,
alami terus berkembang. Antioksidan alami
saponin, dan sebagainya. Tumbuhan-tumbuhan
dalam makanan yang sudah dikenal,seperti
tersebut
asam askorbat, β-karoten dan α-tokoferol
alkaloida,
potensial
flavonoida,
untuk
diteliti
dan
dikembangkan oleh para peneliti Indonesia
mampu mencegah
perkembangan
dalam rangka pencarian obat atau bahan baku
penyakit
obat (Fitrya et al., 2010). Salah satu penelitian
tumbuhan yang kaya akan senyawa-senyawa
yang banyak dilakukan adalah penelitian untuk
yang aktif antioksidan adalah genus Mangifera.
mencari senyawa antioksidan yang efektif.
Penelitian pada kulit batang Mangifera indica
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat
menunjukkan
(Reynertson,
2007).
kandungan
berbagai
Salah
senyawa
satu
aktif
390
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ng an Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
antioksidan seperti asam askorbat, β-karoten
(MeOH), dan etil asetat (EtOAc). Pelarut organik
dan senyawa fenolat (Ribeiro, 2007). Selain itu
pro analitik (pa) yaitu kloroform (CHCl3) dan
M. indica juga mengandung polifenol, triterpen,
metanol.
flavonoida, fitosterol, serta elemen-elemen kecil
Whatman 40, plat KLT silika gel Merck 60
lainnya, seperti glukosilsanton, yang berfungsi
GF254 0,25 mm ukuran 20 x 20 cm dengan
sebagai antiviral, antitumor, antidiabetes dan
alumunium sebagai penyangga fasa diam, silika
antioksidan (Rivera et al., 2008).
gel Merck 60 GF254, silika gel
Kasturi (M. casturi) memiliki kekerabatan
mesh), larutan penampak noda 1,5% serium
dengan M. indica, sehingga diharapkan kasturi
sulfat, DPPH, dan vitamin C.
juga mengandung metabolit sekunder yang
Pelaksanaan Penelitian
sama atau hampir sama. Penelitian sebelumnya
a) Fraksinasi dan Pemurnian Senyawa
Alumunium
foil,
kertas
saring
G 60 (60-70
yang telah dilakukan, serbuk kasar batang
Proses pemisahan senyawa dilakukan
kasturi dimaserasi dengan metilena klorida
dengan menggunakan KVC yang berdiameter 2
(MTC). Ekstrak MTC
cm.
tersebut, kemudian
Sebanyak
20
gram
silika
gel
yang
dilakukan pemisahan dengan KVC menggunakan
sebelumnya dioven selama 1,5 jam dimasukkan
eluen n-heksana: etilasetat (EtOAc) dalam
kedalam KVC dan divakum, kemudian dilakukan
berbagai perbandingan, sehingga diperoleh 24
elusi dengan n-heksana sebanyak tujuh kali agar
fraksi yaitu fraksi M1-M24. Senyawa dari fraksi
padat dan tidak retak. Fraksi M 17 dibuat
M6
senyawa
impreg dengan cara dilarutkan dalam 2 ml
terpenoida, dan senyawa dari fraksi gabungan
pelarut aseton, kemudian diteteskan ke dalam 1
M12 dan M13 diduga sebagai golongan fenolat
gram silika gel 60 diaduk sampai homogen dan
(Rosyidah &Ariyani, 2009). Penelitian ini akan
kering. Impreg dimasukkan di atas kolom KVC
melakukan isolasi senyawa aktif fraksi M 17
yang telah siap pakai, kemudian dielusi dengan
ekstrak
pelarut yang sesuai. Elusi diawali dengan
dan
M15
MTC
diduga
kulit
sebagai
batang
kasturi
dan
mengkarakterisasinya.
pelarut non polar sebanyak 30 ml kemudian
METODE PENELITIAN
dihisap dengan pompa vakum. Elusi dilanjutkan
Alat
dengan kombinasi pelarut dengan polaritas
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini
meningkat, sesuai hasil KLT.
adalah spektofotometer UV Varian Conc. 100,
Semua fraksi yang diperoleh setelah
seperangkat alat gelas, alat destilasi, penguap
proses elusi pada KVC diamati dengan KLT.
putar vakum merk Buchi, oven merk Mammert
Setiap fraksi ditotolkan pada plat KLT sesuai
type U 40, neraca analitik Ohaus Item no. E 121
urutan, kemudian dielusi dengan eluen yang
40, chumber, tabung reaksi dan kolom KVC
digunakan untuk KVC. Setelah kering dapat
(diameter kolom = 2 cm), erlenmenyer, lampu
diamati di bawah lampu UV. Setelah itu
UV, IR, dan 1H-NMR.
disemprot
Bahan
Selanjutnya
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Fraksi M 17 dari penelitian
sebelumya, pelarut organik teknis
metilena
klorida
(MTC),
aseton,
dengan
larutan
dipanaskan
serium
dalam
sulfat.
oven.
Penggabungan fraksi dilakukan berdasarkan
pola kromatogram KLT.
n-heksana,
Uji kemurnian dilakukan dengan KLT
metanol
sampai tampak satu noda pada minimal tiga
391
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ng an Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
sistem eluen. Selain itu, uji kemurnian juga
adalah pelarut dengan perbandingan tersebut.
dilakukan dengan KLT dua dimensi yang apabila
Proses elusi dilakukan dengan sistem elusi
murni akan menampakkan satu noda.
bergradien, sehingga mula-mula yang digunakan
b) Penentuan Struktur Senyawa Murni
untuk elusi adalah n-heksana hingga etil asetat.
Analisis
struktur
senyawa
murni
Elusi dilanjutkan dengan kepolaran meningkat
dilakukan dengan analisis hasil spektoskopi UV,
mulai dari campuran n-heksana:etil asetat,
IR dan 1H-NMR. Hasil analisis akan didapatkan
kemudian etil asetat. Perbandingan campuran
bebarapa spektra sehingga dapat dilakukan
yang digunakan untuk elusi, yaitu 9,5:0,5; 9:1;
pengolahan data untuk menentukan struktur
8,5:1,5; 8:2; 7,5: 2,5; 7:3 dan 6:4.
dugaan senyawa murni.
Fraksi hasil KVC kemudian dianalisis dengan
menggunakan KLT dengan eluen n-heksana:etil
HASIL DAN DISKUSI
asetat (8:2). Fraksi yang sama digabungkan
a. Fraksinasi, Isolasi dan Pemurnian Senyawa
berdasarkan pola kromatogram.
Penelitian sebelumnya oleh Rosyidah dan
Berdasarkan pola kromatogram maka
Ariyani (2009), sebanyak 2,5 kg serbuk kasar
fraksi yang digabungkan, yaitu fraksi A yang
batang kasturi dimaserasi langsung dengan
terdiri atas vial 1 sampai 5 dengan Rf 0,7, fraksi
MTC. Hasil maserasi disaring dan dievaporasi
B yang berasal dari vial 6 dengan Rf 0,6, fraksi C
sehingga diperoleh ekstrak MTC sebanyak 37
terdiri atas vial 7 dan 8 dengan Rf 0,5, fraksi D
gram.
pemisahan
terdiri atas vial 9 dan 10 dengan dua noda,
dengan KVC menggunakan eluen n-heksana: etil
masing-masing memiliki Rf 0,3 dan Rf 0,2, fraksi
asetat (EtOAc) sehingga diperoleh 24 fraksi
E terdiri atas vial 11 dan 12 dengan Rf 0,2 dan
yaitu fraksi M1-M24. Pada penelitian ini akan
fraksi F terdiri atas vial 13, 14, 15, dan 16
dilakukan isolasi senyawa aktif dari fraksi M 17.
dengan Rf 0,07. Fraksi A, B dan C memiliki
Ekstrak
MTC
Fraksinasi
dilakukan
dengan
massa yang sedikit yaitu ± 5 mg, fraksi D
menggunakan kromatografi kolom cair (KVC).
memiliki massa 152,7 mg, fraksi E bermassa
Hal pertama kali yang dilakukan adalah mencari
100 mg dan fraksi F sebesar 604,8 mg. Fraksi
eluen yang sesuai untuk KVC. Pencarian eluen
yang dianalisis selanjutnya adalah fraksi E, hal
yang sesuai diawali dengan menggunakan
ini karena fraksi E memiliki pola noda yang
metanol, kloroform,
n-heksana,
lebih sederhana dan massa yang cukup untuk
aseton, dan MTC , kemudian dilakukan variasi
pemisahan selanjutnya. Fraksi E menghasilkan
perbandingan berbagai pelarut tersebut untuk
endapan putih pada wadah vialnya.
mendapatkan pola pemisahan yang paling baik.
Fraksi E terbagi dua yaitu yang berasal dari vial
Pola pemisahan senyawa dari fraksi M 17 dilihat
11 dan vial 12 yang selanjutnya vial 11 disebut E
dari pola pemisahan noda pada KLT.
1 dan vial 12 sebagai E 2. Endapan tersebut
Pola
kromatogram
dilakukan
etil asetat,
17,
berupa bubuk putih yang dapat terbentuk
menunjukkan pola pemisahan yang terbaik
kembali jika dilarutkan dalam n-heksana:etil
adalah
asetat (7:3), atau yang lebih polar. Endapan
n-heksana:etil
KLT
fraksi
asetat
(7:3)
M
karena
menunjukkan pola pemisahan senyawa yang
tersebut
dicuci
dengan
aseton
untuk
lebih banyak. Oleh karena itu, eluen yang
meminimalisasi senyawa yang ikut terikat pada
digunakan untuk elusi senyawa pada KVC
392
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ng an Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
endapan.
Endapan
tersebut
kemudian
Spektrum
UV
menggunakan
prinsip
dipisahkan dan dianalisis selanjutnya.
antaraksi gelombang elektromagnetik dengan
Analisis selanjutnya dilakukan uji kemurnian
molekul senyawa yang berhubungan dengan
dengan menggunakan sistem tiga eluen dan KLT
energi transisi antara transisi elektron π → π*
dua
dan n → π*. Panjang gelombang UV bergantung
dimensi.
berdasarkan
Pemilihan
eluen
kepolarannya,
dilakukan
selain
itu
jika
pada mudahnya promosi elektron dari suatu
senyawa tersebut telah murni akan memberikan
senyawa.
noda tunggal dalam eluen apapun. Sistem tiga
menimbulkan spektra UV. Senyawa 1 dianalisis
eluen yang berbeda yang dipilih, yaitu eluen n-
dengan spektrofotometer UV menggunakan
heksana:etil asetat (7:3), n-heksana:aseton (7:3)
pelarut metanol. Pelarut ini dipilih karena
dan metilen klorida:aseton (8:2). Hasilnya
metanol merupakan pelarut organik yang dapat
menunjukkan noda tunggal. Hasil kromatogram
melarutkan
KLT dua dimensi menggunakan pelarut n-
nonpolar walaupun dalam jumlah terbatas
heksana:etil asetat (8:2) dan n-heksana:aseton
terhadap kelarutan senyawa tertentu.
(7:3) juga menunjukkan noda tunggal.
Spektrum UV Senyawa 1 menunjukkan adanya
Senyawa dari endapan fraksi E 1 tersebut
puncak maksimum pada panjang gelombang (λ)
kemudian disebut Senyawa 1 pada analisis
216
selanjutnya. Senyawa yang diperoleh memiliki
maksimum (λmax) pada 216 nm merupakan
berat ± 20 mg. Hasil KLT dua dimensi dan
puncak khas untuk karbonil-α,β- tak jenuh (-
sistem tiga eluen menunjukkan bahwa senyawa
C=C-C=O) dan diena terkonjugasi (-C=C-C=C-)
pada endapan tersebut tampak sebagai noda
dengan adanya transisi elektron
tunggal. Oleh karena itu, senyawa tersebut telah
(Silverstein,
murni dan dapat dilakukan analisis struktur
spektrum UV ini menunjukkan bahwa Senyawa
dengan menggunakan spektrometer UV, IR dan
1 terdapat gugus karbonil-α,β-tak jenuh (-C=C-
H-NMR dan uji antioksidan dengan radikal
C=O) atau diena terkonjugasi (-C=C-C=C-) dan
DPPH.
gugus karbonil (-C=O) (Sastrohamidjojo, 2001).
b. Penentuan Struktur Senyawa 1
Puncak-puncak spektrum UV dapat dilihat pada
a) Analisis ultraviolet (UV)
nm
Tipe-tipe
senyawa
dalam
transisi
baik
pelarut
1991).
elektron
polar
maupun
metanol.
Puncak
akan
Puncak
π →
serapan
π*
pada
Gambar 3.
b
a
O
C
C
b
C
C
C
R
Gambar 3. Spektrum UV Senyawa 1
393
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ng an Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
b) Analisis spektroskopi inframerah
Spektrum IR Senyawa 1 menunjukkan
adanya pita serapan pada bilangan gelombang
1;1031 cm-1; dan 668 cm-1. Pola spektrum IR
Senyawa 1 dapat dilihat pada Gambar 4 di
bawah ini.
3382 cm-1; 2939 cm-1; 2872cm-1; 1688 cm-1;
1642 cm-1; 1457 cm-1; 1373 cm-1; 1258 cm-
Gambar 4. Spektrum IR Senyawa 1
Pita serapan pada bilangan gelombang 3382 cm1 menunjukkan adanya vibrasi ulur gugus
hidroksi (OH). Kedua serapan tersebut
mengindikasikan adanya gugus hidroksi (OH)
yang terikat pada atom karbon. Munculnya
vibrasi ulur C-H alifatik pada 2939 cm-1 dan
2872 cm-1 memberi petunjuk kemungkinan
adanya gugus metil (CH3) dan metilena (CH2).
Data ini diperkuat dengan adanya vibrasi tekuk
C-H pada bilangan gelombang 1457 cm-1 dan
1373 cm-1 yang mengindikasikan adanya gugus
gem dimetil sebagai ciri khas senyawa
triterpenoid. Adanya karbon ikatan rangkap
(C=C) seperti ditunjukkan oleh spektrum UV
diperkuat oleh data spektrum IR dengan adanya
vibrasi ulur (C=C) pada bilangan gelombang
1642 cm-1 dan vibrasi ulur karbonil (C=O) pada
1688 cm-1. Spektrum IR adanya vibrasi ulur
(C=C) dan vibrasi ulur karbonil (C=O) ini mirip
seperti senyawa (22-E)-25,26,27-trinor-3βhidroksisikloart-22-en-24-al yang memiliki
vibrasi ulur (C=C) pada bilangan gelombang
1635 cm-1 dan vibrasi ulur karbonil (C=O) pada
1695 cm-1 yang berdekatan (Chiang, et al.,
2001). Data UV dan IR menunjukkan Senyawa 1
memiliki gugus hidroksil, karbon ikatan rangkap
(C=C), karbonil (C=O), gugus metilena (CH2),
gugus metil (CH3) dan tidak memiliki bilangan
gelombang untuk (=C-H) aromatik pada 30003100 cm-1.
c. Analisis spektroskopi 1H-NMR
Spektroskopi 1H-NMR berguna untuk
menunjukkan posisi proton (H) pada struktur
Senyawa 1. Spektrum 1H-NMR ini menunjukkan
adanya enam metil muncul pada δH 1,84 (3H, s),
0,96 (6H, s), 0,80 (3H, s) dan 0,90 (3H, t, J= 6.45)
ppm, terdapat proton yang ciri khas untuk
metilen siklopropana, yaitu pada δH 0,33 dan
0,55 (2H,d, J=3,9) ppm. Puncak dengan geseran
kimia δH 3,33 (1H, m) ppm menunjukkan
adanya proton metin karbinol. Spektrum ini
memiliki kesamaan dengan beberapa contoh
senyawa triterpenoid, seperti 27-nor-3βhidroksi-25-oksosikloartan,
(22-E)-25,26,27trinor-3β-hidroksisikloart-22-en-24-al (Chiang,
et
al.,
2001)
dan
(23-E)-27-nor-3βhidroksisiklo-23-en-25-on (Zhang, et al., 2002).
Spektrum 1H-NMR Senyawa 1 dapat dilihat
pada Gambar 5 di bawah ini.
394
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ng an Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Gambar 5. Spektrum 1H-NMR Senyawa 1
Kemiripan
spektrum
1H-NMR
Senyawa
1
menit. Uji ini positif untuk triterpenoid jika
dengan beberapa struktur triterpenoid di atas
terbentuk warna merah (Kristanti, et al., 2004).
perlu dilakukan uji untuk membuktikan apakah
Uji kualitatif Senyawa 1 dengan pereaksi
Senyawa 1 juga termasuk senyawa triterpenoid.
Liebermann-Burchard
d. Uji Liebermann-Burchard
senyawa tersebut adalah triterpenoid dengan
Uji Liebermann-Burchard dilakukan dengan
melarutkan sampel dalam kloroform hingga
menunjukkan
bahwa
terbentuknya senyawa warna merah jingga
seperti pada Gambar 6.
larut sempurna. Larutan tersebut kemudian
ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam
sulfat pekat, dikocok dan didiamkan selama 15
(a)
Sebelum
penambahan
pereaksi LiebermannBurchard
(b)Setelah penambahan
pereaksi
LiebermannBurchard
Gambar 6. Hasil uji Liebermann-Burchard
395
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ng an Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
e) Struktur dugaan Senyawa 1
27-nor-3β-hidroksi-25-oksosikloartan,
Data hasil analisis spektrum UV, IR dan
1H-NMR
serta
dilanjutkan
dengan
Liebermann-Burchard
menunjukkan
Senyawa
senyawa
1
adalah
(22-E)-
25,26,27-trinor-3β-hidroksisikloart-22-en-24-al
uji
(Chiang, et al., 2001) dan (23-E)-27-nor-3β-
bahwa
hidroksisikloart-23-en-25-on
(Zhang,
et
al.,
triterpenoid.
2002), karena memiliki pola spektrum 1H-NMR
Triterpenoid ini mengandung gugus karbonil-
dan IR yang hampir sama, selain itu juga
α,β-tak jenuh, hidroksil dan siklopropana yang
didukung oleh spektrum UV. Struktur ketiga
terdapat pada Senyawa 1. Hasil studi literatur,
senyawa tersebut seperti pada Gambar 7.
senyawa ini diduga salah satu dari triterpenoid
O
H
O
OH
OH
(a) 27-nor-3β-hidroksi-25-oksosikloartan
(b) (22-E)-25,26,27-trinor-3βhidroksisikloart-22-en-24-al
O
HO
(c) (23-E)-27-nor-3β-hidroksisikloart-23-en-25-on
Gambar 7. Beberapa triterpeniod sikloartan
Ketiga senyawa di atas memperlihatkan bahwa
triterpenoid tersebut terdiri atas 30 atom
karbon yang membentuk cincin utama. Sistem
penomorannya seperti Gambar 8.
21
18
12
11
19
10
9
5
6
23
27
25
26
16
15
8
7
24
17
14
2
3 4
20
13
1
H
22
30
HO
29
28
Gambar 8. Sistem penomoran pada triterpenoid sikloartan
396
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ng an Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Perbandingan pola spektrum
1H-NMR
ketiga
bawah ini.
senyawa di atas dapat dilihat pada Tabel 1 di
Tabel 1. Perbandingan 1H-NMR ketiga sikloartan dengan Senyawa 1
H
27-nor-3β-hidroksi-25oksosikloartan
(1)
(22-E)-25,26,27-trinor-3β-
(23-E)-27-nor-3β-
hidroksisikloart-22-en-24-al
hidroksisikloart-23-en-
(1)
25-on (2)
Senyawa 1
1
2
3
3.26 (1H,dd, J= 10.8, 4.0)
3.27 dd (1H,m, 10.8, 44)
3.26 (dd, J=11, 4.2)
3.23 (1 H, m)
1.28a)
1.28a)
1.48a)
1.52a)
11
1.95a), 1,20a)
2.02 (1H,m), 1.14a)
12
1.60a)
1.64a)
1.30a)
1.31a)
17
1.55a)
1.74a)
18
0,93 (3H,s)
1.01 (3H,s)
0.97 (3H,s)
0.96 (3H,s)
19
0.31 (1Ha,d, J=4)
0.33(1Ha,d,J=4, Ha)
0.32 (1Ha, d, J=4.2)
0.33 (1Ha,d, J=3.9)
0.51 (1Hb, d, J=4)
0.55 (1H,d,J=4, Hb)
0.54 (1Hb,d, J=4.2)
0,55 (1Hb ,d, J=3,9).
1.20-1,40a)
2,4 (1H, m)
4
5
6
7
8
9
10
2.12 (1H, m)
13
14
15
16
20
1.75a)
2.25 (1H,m)
397
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ng an Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
21
0.85(3H, d, J=5.2)
1.07 (3H.d, J=6.4)
22
1.20-1.40a)
6.07 (1H,dd, 15.6, 8.8)
23
1.58a)
6.04 (1H, dd, J=15.6, 7.6)
0.88 (3H, d, J=6.5)
0.90 (3H, t, J= 6.45)
6.78 (1H, ddd, J=15.6,
6.90 (1H, t, J= 7.75, 6.9)
8.7, 6.2)
6.05 (d, J=15.8)
24
2.37 (1H, m)
9.46 (1H, d, J=7,6)
25
2.33 (3H,s)
26
2.11 (3H,s)
1.84 (3H, s)
27
0.95 (3H,s)
28
0.94 (3H,s)
0.95 (3H,s)
29
0.78 (3H,s)
0.79 (3H,s)
30
0.86 (3H,s)
0.89 (3H,s)
0.96 (3H, s)
0.79 (3H,s)
0.80 (3H, s)
0.87 (3H,s)
0.89 (3H, s)
a) =overlap, s=singlet, d=doblet, t=triplet dan m=multiplet. (1)Chiang, et al. (2001) dan (2) Zhang, et al. ( 2002)
Perbandingan antara 1H-NMR Senyawa 1
1642 cm-1 dan vibrasi ulur karbonil (C=O) pada
dan ketiga senyawa di atas menunjukkan bahwa
1688 cm-1 seperti pada senyawa (22-E)-
pola spektrum Senyawa 1 memiliki kemiripan
25,26,27-trinor-3β-hidroksisikloart-22-en-24-al
dengan ketiganya. Hal ini menunjukkan bahwa
mengandung
senyawa satu termasuk golongan triterpenoid
memiliki vibrasi ulur (C=C) pada bilangan
sikloartan. Ciri khas golongan ini adalah adanya
gelombang 1635 cm-1 dan vibrasi ulur karbonil
geseran kimia δH 0,33 dan 0,55 ppm, masing-
(C=O) pada 1695 cm-1 (Chiang, et al., 2001).
masing doblet dan terdiri satu proton, untuk
Spektrum IR menunjukkan Senyawa 1 juga
proton-proton C-19. Kesamaan adanya lima
memiliki gugus hidroksil dengan bilangan
gugus metil (CH3) yaitu proton-proton dari C-
gelombang 3382 cm-1, karbon ikatan rangkap
18, C-21, C- 28, C-29 dan C-30, yaitu pada
(C=C), karbonil (C=O), gugus metilena (CH2),
geseran kimia δH 0,81; 0,89; 0,90; 0,96 (15H,
gugus metil (CH3). Oleh karena itu, dari ketiga
5X3); 1,84 (3H, s) ppm. Senyawa 1 juga memiliki
senyawa pembanding di atas, senyawa yang
kesamaan yaitu adanya gugus hidroksil yang
memiliki gugus karbonil-α,β-tak jenuh adalah
terletak pada C-3 dengan ditandai oleh adanya
(22-E)-25,26,27-trinor-3β-hidroksisikloart-22-
geseran proton tunggal (proton metin karbinol)
en-24-al dan (23-E)-27-nor-3β-hidroksisikloart-
dan multiplet pada δH 3,2 ppm.
23-en-25-on. Spektrum 1H-NMR Senyawa 1
gugus
karbonil-α,β-tak
jenuh,
Spektrum UV menunjukkan bahwa Senyawa
tidak menunjukkan adanya geseran kimia untuk
1 mengandung gugus karbonil-α,β-tak jenuh.
proton aldehida dari senyawa (22-E)-25,26,27-
Hal ini dibenarkan oleh spektrum IR adanya
trinor-3β-hidroksisikloart-22-en-24-al
vibrasi ulur (C=C) pada bilangan gelombang
9,46), selain itu juga senyawa (22-E)-25,26,27-
(δH
398
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ng an Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
trinor-3β-hidroksisikloart-22-en-24-al,
tidak
µg/ml (5,9 µM). Keaktivan ini lebih tinggi
memiliki proton-proton untuk C-26, sedangkan
daripada asam betulinat, asam ursolat dan asam
pada
1
betulonat yang memiliki CC50 berturut-turut
menunjukkan adanya geseran kimia untuk
sebesar 16,4 µg/ml (36,0 µM), 7,2 µg/ml (15,8
proton C-26 (δH 1,84,s, ppm).
µM)) dan 47,7 µg/ml (105,1 µM) dan IC50
spektrum
1H-NMR
Senyawa
Hasil analisis Senyawa 1 berdasarkan
spektrum
UV,
IR
dan
1H-NMR
memiliki
kesamaan dengan senyawa (23-E)-27-nor-3β-
berturut-turut sebesar 14,8 µg/ml (32,5 µM),
6,7 µg/ml (17,7 µM) dan 9,7 µg/ml (21,4 µM)
(Zhang, et al., 2002).
hidroksisikloart-23-en-25-on. Oleh karena itu,
dapat
disimpulkan
merupakan
Senyawa
senyawa
penelitian
tanaman
seperti
ini
M.
pada
yang
Gambar
menunjukkan
casturi
diduga
KESIMPULAN
(23-E)-27-nor-3β-
hidroksisikloart-23-en-25-on
struktur
1
diduga
memiliki
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari
penelitian
ini
adalah
hasil
isolasi
dan
7c.
Hasil
karakterisasi dengan spektrum UV, IR dan 1H-
bahwa
pada
NMR menunjukkan senyawa tersebut diduga
mengandung
senyawa (23-E)-27-nor-3β-hidroksisikloart-23-
(23-E)-27-nor-3β-hidroksisikloart-23-en-25-on
yang termasuk kedalam golongan terpenoid.
en-25-on seperti pada Vatica cinera (Zhang, et
al.,2002) dan Ficus microcarpa (Chiang, et al.,
UCAPAN TERIMAKASIH
2001).
Ucapan terimakasih diberikan kepada laboran
Studi literatur terhadap senyawa (23-E)-27nor-3β-hidriksisikloart
23-en-25-on
menunjukkan bahwa senyawa ini memiliki
dari lab instrumentasi Kimia FMIPA Unesa dan
LIPI
puspitek
Serpong
untuk
analisis
spektroskopi UV-Vis dan NMR.
aktivitas sitotoksik (CC50) yaitu sebesar 5,4
µg/ml (12,7 µM) dan memiliki aktivitas anti-HIV
(IC50) sebesar 21% penghambatan pada 2,5
DAFTAR PUSTAKA
Chiang, Y.M., J.K. Su, Y.H. Liu, & Y.H. Kuo. 2001. New
Cyclopropyl-Triterpenoids from the Aerial Roots of
Ficus microcarpa. Journal Chem. Pharm. Bull. 49(5)
581—583 (2001).
Fitrya, L. Anwar & E. Novitasari. 2010. Isolasi Senyawa
Fenolat dari Fraksi Etil Asetat Kulit Batang
Tumbuhan Gandaria. Jurnal Kimia. Vol. 13, No. 1.
Gordon, M.H. 1990. The Mechanism of Antioxidants
Action in Vitro. Di dalam: B.J.F. Hudson, editor.
Food Antioxidants. Elsivier Applied Science. London
Hanani, E., A. Mun’im., & R. Sekarini. 2005. Identifikasi
Senyawa Antioksidan dalam Spons Callyspongia sp
dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2
(3) : 127-133.
N’Guessan, J.D.N., A.P.Bidié, B.N.Lenta, B. Weniger, P.
André, & F. Guédé-Guina. 2007. In vitro Assays for
Bioactivity-guided Isolation of Antisalmonella and
Antioxidant Compound in Thonningia sanguinea
flowers. African Journal of Biotechnology. Vol. 6,
No.14 : 1685-1689.
Reynertson, K.A. 2007. Phitochemical Analysis of
Bioactive Constituents from Edible Myrtaceae Fruit,
Dessertation. The City University of New York. New
York.
Rivera D.G., I.H. Balmaseda, A.A. Leon, B.C.
Hernandez, L.M. Montiel, G.G. Garrido, S.
Cuzzocrea, & R.D. Hernandez. 2006. Anti-allergic
properties of Mangifera indica L. extract (Vimang)
and contribution of its glucosylxanthone mangiferin.
Journal of Pharmacy and Pharmacology 58: 385392.
Ribeiro, S.M.R. 2007. Antioxidants in Mango (Mangifera
indica L.) Pulp. Journal Plant Foods for Human
Nutrition 62:13-17.
Rosyidah, K., & D. Ariyani. 2009. Karakterisasi
Senyawa-sennyawa fenolat Berkhasiat Sitotoksik
399
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ng an Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
dari Batang Kasturi (Mangifera casturi). Laporan
Penelitian. FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Siska. 2010. Karakterisasi Struktur dan Uji Aktivitas
Antioksidan Senyawa Fenolat dari Kulit Batang
Tumbuhan Binjai (Mangifera caesia). FMIPA
UNLAM. Banjarbaru.
Zhang, H.J., G.T. Tan, V.D. Hoang, N.V. Hung, N.M.
Cuong, D.D. Soejarto, J.M. Pezzuto, & H. H. S.
Fong. 2002. Natural Anti-HIV Agents. Part IV. AntiHIV Constituents from Vatica cinerea. Journal of
Institute of Chemistry, National Center for Science
and Technology.
400
Download