P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Evaluasi Mutu Pelayanan Kategori Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Informasi Obat Di Salah Satu Puskesmas Di Kecamatan Tampan Pekanbaru (Evaluation of Satisfaction Service Quality Categories Of Drug Information In Public Health Center in Kecamatan Tampan Pekanbaru) Fina Aryani*; Rahayu Utami; & Fitria Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau *Corresponding email: [email protected] ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang Evaluasi Mutu Pelayanan Kategori Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Informasi Obat di Salah Satu Puskesmas Kecamatan Tampan Pekanbaru yang dinilai berdasarkan skala likert. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan rancangan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara purposive sampling, dengan jumlah sampel penelitian 102 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Nilai korelasi didapatkan dari perbandingan nilai rata-rata skor kepuasan dengan nilai rata-rata skor harapan. Hasil penelitian diperoleh nilai korelasi 0,84 dengan interpretasi cukup dan tingkat kepuasan puas. Kata Kunci: Mutu pelayanan, Kepuasan pasien, Pelayanan Informasi Obat, Puskesmas PENDAHULUAN Pelaksanaan pelayanan informasi obat Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang dari oleh apoteker, tenaga teknis kefarmasian dan perbandingan antara kesannya terhadap kinerja asisten tenaga kefarmasian untuk memberi atau harapan- informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan kinerja dan harapan. Jika kinerja dibawah lainnya dan pasien. Seperti yang tercantum pada harapan konsumen tidak akan puas, sebaliknya Peraturan bila mereka, No.30/MenKes/Per/VII/2014 tentang Standar konsumen akan puas dan konsumen akan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, apabila sangat puas jika kinerjanya melebihi harapan. peran dan tanggungjawab ini dijalankan dengan Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja benar oleh puskesmas, maka akan membentuk suatu barang atau jasa sekurang-kurangnya suatu penilaian dimata masyarakat. Penilaian sama dengan apa yang diharapkan (Kotler, tersebut salah satunya ada dalam bentuk 1997). kepuasan, sehingga kepuasan dapat sebagai hasil kinerja suatu yang produk memenuhi berasal merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan dan harapan Menteri Kesehatan RI indikator yang digunakan untuk mengevaluasi 8 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 mutu pelayanan kategori kepuasan pasien deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara terhadap cross sectional. Sampel penelitian adalah pasien pelayanan informasi obat di puskesmas (Anonim, 2014). atau keluarga pasien yang menerima pelayanan Puskesmas sebagai salah satu lini informasi obat di salah satu puskesmas terdepan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kecamatan Tampan dan memenuhi kriteria Indonesia memberikan inklusi. Pengambilan sampel dilakukan secara pelayanan informasi obat yang akurat, jelas dan non probability sampling dengan menggunakan terkini. yang teknik purposive sampling. Sampel yang diambil dilakukan oleh Abdullah, dkk (2010) tentang dihitung berdasarkan rumus sampel minimal pengetahuan, sikap dan kebutuhan pengunjung Notoatmodjo (2012) dengan tingkat kesalahan apotek terhadap informasi obat di Kota Depok yang masih dapat ditolensi adalah 10%, maka menyatakan 93,4% masyarakat membutuhkan jumlah pelayanan informasi obat di apotek. Penelitian responden. Instrumen penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Lestari (2012) tentang lembar kuesioner kepuasan responden yang evaluasi kualitas pelayanan farmasi rawat jalan telah diuji validitas dan reliabilitas yang terdiri terhadap kepuasan pasien di rumah sakit PKU dari 5 dimensi kualitas pelayanan yakni Muhammadiyah Gombong menyatakan bahwa tangible, reliability, responsiveness, assurance, pasien dan emphaty. Data dikumpulkan dengan cara sudah Namun rawat pelayanan seharusnya menurut jalan penelitian tidak kefarmasian puas yang terhadap diterimanya. sampel menyebarkan minimalnya kuesioner sebesar kepada 89 reponden. Penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2009) Analisa data secara univariat dilakukan dengan tentang menggunakan skala likert dan mencari nilai penerapan standar pelayanan kefarmasian di apotek Kota Medan tahun 2008 korelasi tingkat kepuasan pasien dengan menyatakan apotek yang melaksanakan standar membandingkan nilai rata-rata skor kepuasan pelayanan kefarmasian hanya 42,74%. dengan nilai rata-rata skor harapan. Penelitian ini dilakukan di salah satu puskesmas Kecamatan Tampan Pekanbaru. HASIL DAN DISKUSI Pemilihan lokasi ini dikarenakan lokasi ini Tingkat kepuasan responden diukur terpadat penduduknya dengan berkembang menggunakan kuesioner kepuasan yang terdiri sangat data dari lima dimensi kualitas pelayanan yakni kunjungan pasien didapatkan data selama tiga tangible, reliability, responsiveness, assurance, tahun terakhir yakni tahun 2012 dengan jumlah dan emphaty yang telah diuji validitas dan kunjungan sebanyak 12.561 pasien, tahun 2013 reliabilitasnya. pesat (Anonim, 2013). Dari dengan jumlah kunjungan sebanyak 11.656 pasien dan pada tahun 2014 dengan jumlah kunjungan sebanyak 10.238 pasien (Anonim, 2015). Dimensi Tangible Tangible (fasilitas berwujud) adalah sarana atau fasilitas fisik yang dapat langsung dirasakan oleh pasien. Sebagaimana penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini Lee (2011) pada klinik kesehatan di sebuah merupakan jenis penelitian observasional dengan rancangan Universitas Amerika menunjukkan bahwa lingkungan fisik berhubungan dengan kepuasan 9 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 pasien terhadap fasilitas dan penilaian kualitas dinding dan lain-lain (Anonim, 2014). Pada pelayanan. Salah satu kegiatan yang harus dimensi ini terdapat 4 pertanyaan dimana dilakukan oleh puskesmas adalah membuat keempat pertanyaan ini sudah mewakili untuk buletin, leaflet, label obat, poster, majalah penilaian terhadap fasilitas berwujud. Tabel 1. Tingkat Kepuasan Responden Berdasarkan Dimensi Tangible No Tangible 1. 2. 3. 4. Puskesmas menyediakan brosur obat Puskesmas menyediakan leaflet obat Puskesmas menyediakan majalah kesehatan Puskesmas menyediakan tempat khusus untuk pelayanan informasi obat Rata-rata Nilai Korelasi 0,74 0,74 0,74 0,77 Agak rendah Agak rendah Agak rendah Cukup Tingkat Kepuasan Cukup puas Cukup puas Cukup puas Puas Agak rendah Cukup puas Interpretasi 0,74 Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi 0,74 dengan interpretasi agak rendah dan tertinggi pada dimensi fasilitas berwujud ini tingkat kepuasan cukup puas. Ini membuktikan adalah puskesmas menyediakan tempat khusus bahwa secara keseluruhan puskesmas belum untuk pelayanan informasi obat. Tempat khusus memenuhi harapan pasien akan fasilitas yang ini bertujuan agar pasien memperoleh informasi dibutuhkannya dalam pelayanan informasi obat. dan konseling tentang penyakit dan obat yang baik oleh tenaga apoteker, tetapi pada Dimensi Reliability prakteknya masih banyak puskesmas yang Reliability farmasi adalah belum menyediakan ruang pelayanan informasi kemampuan obat. Penilaian pasien untuk pertanyaan ini pelayanan yang memuaskan pasien. Apabila cukup namun sebenarnya tempat khusus untuk kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan pelayanan informasi obat belum disediakan. Hal kecewa, bila melebihi harapan, pelanggan akan ini dikarenakan tempat khusus ini dianggap sangat puas (Tjiptono, 1997). tidak terlalu penting oleh pasien, dan merasa tenaga (kehandalan) memberikan Dapat diketahui nilai kolerasi tertinggi sudah mendapatkan informasi yang diinginkan dari meskipun tempat khusus pelayanan informasi memberi tahu cara pakai obat. Cara pakai obat obat belum disediakan oleh puskesmas. ini sangat penting, bila pasien tidak mengetahui Untuk nilai korelasi terendah adalah puskesmas cara pakai obat banyak dampak yang akan menyediakan brosur obat, leaflet obat dan timbul salah satunya yaitu efek terapi yang majalah kesehatan. Hal ini dikarenakan ketiga diinginkan tidak akan tercapai. Untuk mengatasi fasilitas ini belum disediakan, jika fasilitas ini kesalahan pemakaian obat, cara pakai obat juga disediakan akan sangat membantu pasien dalam tertera pada etiket obat. Nilai kolerasi terendah memahami penyakit yang dideritanya, dan adalah petugas memberi tahu efek samping mendapatkan tidak obat. Diperoleh nilai korelasi yang lebih rendah tersampaikan oleh petugas. Dari hasil penelitian pada efek samping ini karena petugas kurang secara tangible menginformasikan tentang efek samping kepada (fasilitas berwujud) ini diperoleh nilai korelasi pasien, selain itu pasien beranggapan bahwa informasi keseluruhan dari yang dimensi dimensi kehandalan adalah petugas 10 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 efek samping tidak akan muncul selama pasien karena itu efek samping ini dianggap tidak benar-benar memahami informasi obat lainnya terlalu penting oleh pasien. dengan baik yang diberikan petugas, oleh Tabel 2. Tingkat Kepuasan Responden Berdasarkan Dimensi Reliability No Reliability 1. 2. 3. 4. 5. Petugas memberi tahu efek samping obat Petugas memberi tahu indikasi obat Petugas memberi tahu cara pakai obat Petugas memberi tahu aturan pakai obat Petugas memberi tahu makanan & aktivitas yang dihindari selama mengkonsumsi obat Rata-rata Nilai Korelasi 0,88 0,89 0,93 0,91 0,89 0,90 Hal ini sama dengan hasil penelitian Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Tingkat Kepuasan Puas Puas Puas Puas Puas Cukup Puas Interpretasi Hasil penelitian menunjukkan pada yang dilakukan oleh Priyandani dkk (2014) dimensi menyimpulkan mutu diperoleh nilai korelasi yang tidak jauh berbeda pelayanan kefarmasian di puskesmas wilayah antara kelima pertanyaan dan rata-rata nilai Surabaya yang dianggap tidak terlalu penting kolerasi yang diperoleh adalah 0,90 dengan oleh pasien meliputi empat indikator salah interpretasi cukup dan tingkat kepuasan puas, satunya efek samping obat. Tetapi efek samping ini perlu diberitahu kepada pasien, ini sesuai diberikan oleh puskesmas kategori pelayanan dengan hasil penelitian Keban dkk (2013) informasi bahwa kurangnya informasi pasien mengenai (kehandalan) sudah cukup memenuhi harapan obat yang digunakan salah satunya yaitu efek pasien. Hal ini sesuai dengan penilaian yang samping menyebabkan diberikan oleh pasien bahwa puskesmas sudah ketidakpatuhan pasien untuk minum obat, melakukan pelayanan informasi obat dengan seperti cukup, bahwa obat halnya mengganggu indikator dapat efek pasien samping dalam obat yang beraktivitas kehandalan membuktikan obat sehingga secara bahwa dari keseluruhan pelayanan dimensi pasien yang yang reliability menerima pelayanan informasi obat merasa puas. ditambah jika obat yang digunakan tidak dapat memberikan efek secara langsung atau Dimensi Responsiveness membutuhkan waktu yang cukup lama untuk Responsiveness (ketanggapan) adalah memberikan efek, akibatnya pasien merasa kemampuan bahwa obat yang digunakan tersebut tidak pelayanan kepada pasien dengan cepat dan memberikan pasien tepat. Kepuasan terjadi apabila apa yang berhenti untuk minum obatsehingga efek terapi menjadi kebutuhan, keinginan, atau harapan yang diinginkan tidak tercapai. dapat dipenuhi (Supriyanto dan Ernawaty, manfaat apapun, dan tenaga farmasi memberikan 2010). Tabel 3. Tingkat Kepuasan Responden Berdasarkan Dimensi Responsiveness 11 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 No Responsiveness 1. 2. Petugas memberikan informasi sebelum pasien bertanya Petugas menawarkan bantuan pelayanan informasi obat tanpa harus diminta pasien Petugas bertanya kembali tentang kejelasan informasi yang disampaikan Petugas bersedia membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien terkait obat Rata-rata 3. 4. Dapat diketahui nilai korelasi tertinggi pada dimensi ketanggapan adalah petugas yang disampaikan. 0,86 Cukup Puas 0,85 Cukup Puas 0,84 Cukup Puas pertanyaan ini dibandingkan yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas dimensi responsiveness (ketanggapan) secara bertanya kembali tentang kejelasan informasi keseluruhan diperoleh nilai kolerasi yang tidak yang disampaikan akan membuat pasien lebih jauh berbeda antara keempat pertanyaan dan memahami informasi yang diterimanya, ini akan rata-rata nilai korelasi yang diperoleh adalah sangat membantu pasien apabila pasien masih 0,84 dengan interpretasi cukup dan tingkat kurang jelas dengan informasi obat yang kepuasan diterimamaka petugas dapat menjelaskannya penilaian pasien terhadap pelayanan informasi kembali, obat hingga memahaminya. Dengan Cukup Cukup Tingkat Kepuasan Puas Puas Interpretasi diperoleh nilai korelasi yang lebih rendah pada bertanya kembali tentang kejelasan informasi obat Nilai Korelasi 0,83 0,84 pasien Karena benar-benar bila terjadi puas. sudah Dapat merasa diketahui puas, bahwa dilihat dari ketanggapan petugas memberikan pelayanan kesalahpahaman informasi akan memberikan informasi dampak negatif pada pasien. puskesmas cukup tanggap terhadap kebutuhan Nilai kolerasi memberikan terendah informasi obat, pasien merasa bahwa adalah petugas pasien akan pelayanan informasi obat, selalu sebelum pasien siap membantu apabila terdapat kesulitan, bertanya. Hal ini dikarenakan pasien selalu menyediakan bertanya tahu melayani dengan baik. Dengan ini harapan informasi obatnya, ini berhubungan dengan pasien cukup terpenuhi sehingga pasien merasa adanya tingkat pendidikan pasien yang dominan puas dengan pelayanan informasi obat yang lulusan diberikan. sebelum perguruan petugas tinggi, memberi karena tingkat apa yang dibutuhkan dan pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pengalaman yang cukup baik dan diikuti rasa ingin tahu yang Dimensi Assurance Assurance tenaga (jaminan) farmasi adalah tinggi, sehingga pasien lebih kritis dengan kemampuan memberikan penyakitnya dan akan lebih aktif bertanya kepercayaan dan kebenaran atas pelayanan tentang informasi obatnya. Oleh sebab itu yang diberikan pada pasien. Tabel 4. Tingkat Kepuasan Responden Berdasarkan Dimensi Assurance 12 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 No Assurance 1. Petugas mempunyai pengetahuan yang baik dalam memberikan pelayanan informasi obat Petugas memiliki keterampilan yang baik dalam memberikan informasi obat Petugas melayani dengan ramah dan murah senyum Pasien mendapatkan informasi yang jelas & mudah dimengerti Petugas mampu memastikan bahwa pasien bersangkutan yg menerima informasi obat Rata-rata 2. 3. 4. 5. Nilai Korelasi 0,89 Cukup Tingkat Kepuasan Puas 0,91 Cukup Puas 0,90 0,89 Cukup Cukup Puas Puas 0,89 Cukup Puas 0,89 Cukup Puas Interpretasi Nilai korelasi tertinggi pada dimensi petugas harus memastikan bahwa pasien yang jaminan adalah petugas memiliki keterampilan menerima informasi obat ini adalah benar yang baik dalam memberikan informasi obat. pasien yang bersangkutan, karena jika terjadi Dengan bantuan alat atau benda tertentu seperti kesalahan laptop, inhaler dan torso petugas menjelaskan menerima informasi obat yang sesuai dengan setiap informasi obat kepada pasien, sehingga yang dibutuhkan akan sangat berbahaya untuk pasien lebih memahami dengan informasi obat pasien, yang disampaikan petugas. Untuk nilai korelasi pemakaian dan terendah munculnya dampak adalah petugas mempunyai informasi salah obat satu terjadinya ini akan bukan kesalahan mengakibatkan negatif yang lainnya. masih kurang pengetahuan yang baik dalam memberikan Petugas pelayanan informasi obat, pasien mendapatkan memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti dan diperoleh penilaian yang lebih rendah dari yang petugas mampu memastikan bahwa pasien lainnya. bersangkutan yang menerima informasi obat, puskesmas karena Hasil pelayanan tersebut penelitian dalam sehingga untuk dimensi dimana ketiga pertanyaan ini memiliki nilai Assurance (jaminan) diperoleh nilai korelasi korelasi yang sama. yang tidak jauh berbeda antara kelima Mempunyai pengetahuan yang baik pertanyaan dan rata-rata nilai korelasi yang dalam memberikan pelayanan informasi obat ini diperoleh yaitu 0,89 dengan interpretasi cukup sangat membantu petugas dalam meyakinkan dan tingkat kepuasan puas. Ini membuktikan pasien untuk setiap informasi obat yang petugas sudah memberikan pelayanan dengan disampaikannya, karena dengan pengetahuan cukup, yang luas petugas menyampaikan informasinya pelayanan informasi obat merasa puas dengan dengan percaya diri, dan dapat menjawab pelayanan yang diterimanya. sehingga pasien yang menerima pertanyaan yang diajukan oleh pasien dengan baik dan dapat menciptakan rasa kepercayaan dari pasien. Selain itu petugas Dimensi Emphaty harus Emphaty (empati) adalah kemampuan menyampaikan informasi obat dengan bahasa tenaga farmasi membina hubungan, perhatian, yang mudah dimengerti oleh pasien, sehingga dan memahami kebutuhan pasien. Penelitian setiap informasi yang disampaikan jelas dan yang mudah dipahami oleh pasien. Selanjutnya menyimpulkan bahwa ada hubungan antara dilakukan oleh Pasinringi (2009) 13 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 empati dengan kepuasan pasien di RSUD Dr. M Haulussy Ambon. Tabel 5. Tingkat Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Emphaty No Emphaty 1. Petugas memberikan perhatian terhadap keluhan pasien Petugas memberikan pelayanan informasi obat kpd semua pasien tanpa memandang status sosial & ekonomi Pasien merasa nyaman selama menerima informasi obat Petugas memahami kebutuhan informasi sesuai jenis penyakit pasien Petugas terkesan tidak menggurui dlm memberikan pelayanan informasi obat Rata-rata 2. 3. 4. 5. Nilai Korelasi 0,87 Cukup Tingkat Kepuasan Puas 0,84 Cukup Puas 0,89 Cukup Puas 0,89 Cukup Puas 0,86 Cukup Puas 0,87 Cukup Puas Interpretasi Nilai korelasi tertinggi pada dimensi paham tentang informasi yang dibutuhkan empati adalah pasien merasa nyaman selama pasien sehubungan dengan penyakitnya, karena menerima petugas itu sangat membantu pasien untuk mengetahui memahami kebutuhan informasi sesuai jenis apa dan bagaimana cara penyembuhan untuk penyakit pasien. Kenyamanan pasien ini sangat penyakitnya. informasi obat dan penting karena apabila pasien tidak dalam Dari hasil penelitian secara keseluruhan keadaan nyaman menerima informasi obat bisa pada dimensi empati diperoleh nilai korelasi saja pasien tidak bisa memahami atau tidak yang mendapatkan semua yang pertanyaan dan rata-rata nilai korelasi yang diharapkannya. Oleh sebelum diperoleh adalah 0,87 dengan interpretasi informasi sebab itu tidak berbeda harus memastikan pasiennya dalam keadaan membuktikan bahwa harapan pasien pada nyaman. Ini juga dapat mengurangi rasa dimensi empati cukup terpenuhi dan pasien kecemasan, pasien merasa diperhatikan dan merasa puas terhadap pelayanan informasi obat dihargai ini dapat memberikan kepuasan untuk dan pasien (Wijono, 2008). mengutamakan (2009) yang menemukan perhatian individual kepentingan pasien Ini dan yang bahwa Tingkat penting Dimensi Kepuasan Pasien Berdasarkan karena dapat responden dalam Berdasarkan hasil penelitian yang telah memperoleh layanan kesehatan. Penelitian oleh dilakukan, diperoleh nilai keseluruhan disetiap Nurba (2012) menemukan bahwa kenyamanan dimensinya, dimana dimensi yang mendapatkan dinilai oleh responden sebagai hal yang penting nilai korelasi tertinggi adalah dimensi reliability dan dapat dipenuhi dengan baik oleh Puskesmas (kehandalan) mendapatkan nilai korelasi yaitu Loa Janan dengan persentase tingkat kesesuaian 0,90 dengan interpretasi cukup dan tingkat sebesar 92,33%. Selain itu petugas harus sudah kepuasan puas. Ini membuktikan bahwa petugas menunjang responden secara puas. diberikan oleh petugas. kenyamanan dinilai sebagai hal yang sangat oleh kepuasan kelima cukup Mole tingkat antara memberikan pelayanan informasi obat petugas Hal ini sama dengan hasil penelitian dan jauh kenyamanan 14 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 sudah dapat diandalkan dalam memberikan penilaian yang cukup karena pasien merasa pelayanan informasi obat kepada pasien, dan puas dengan pelayanan yang diterimanya. pasien yang datang Gambar 1. sudah memberikan Dimensi Kualitas Pelayanan Di Salah Satu Puskesmas Kecamatan Tampan Pekanbaru Untuk nilai dimensi yang terendah secara sudah berusaha melakukan pelayanan sebaik- keseluruhan yaitu dimensi tangible (fasilitas baiknya berwujud) mendapatkan nilai korelasi adalah informasi obat kepada setiap pasien, sehingga 0,74 dengan interpretasi agak rendah dan pasien menilai pelayanan yang diterimanya tingkat kepuasan cukup. Hasil ini sama dengan sudah cukup dan pasien merasa puas dengan penelitian yang dilakukan oleh Harianto dkk pelayanan informasi obat yang diberikan. dalam memberikan pelayanan (2005) bahwa penilaian kepuasan reponden terhadap dimensi tangible agak kurang puas. Hal ini dikarenakan menyediakan fasilitas KESIMPULAN puskesmas belum Berdasarkan penilaian yang diberikan berwujud yang oleh responden, dapat disimpulkan bahwa mutu diharapkan pasien seperti tempat khusus untuk pelayanan pelayanan informasi obat, brosur, leaflet dan Kecamatan majalah kesehatan. kepuasan pasien terhadap pelayanan informasi Namun dari hasil di salah Tampan satu puskesmas Pekanbaru di kategori rata-rata obat sudah cukup memenuhi harapan pasien. keseluruhannya pelayanan informasi obat di Hal ini dibuktikan dengan diperoleh nilai puskesmas memperoleh nilai korelasi yaitu 0,84 korelasi 0,84 dengan interpretasi cukup dan dengan intepretasi cukup dan tingkat kepuasan tingkat kepuasan puas. puas. Hal ini membuktikan bahwa puskesmas DAFTAR PUSTAKA Abdullah, N., Andrajadi, R., dan Supardi, S., 2010, Pengetahuan, Sikap dan Kebutuhan Pengunjung Apotek Terhadap Informasi Obat di Kota Depok, Pusat Penelitian Dan Sistem Pengembangan Kebijakan Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, Depok. Anonim, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 30/Menkes/Per/VII/2014 tentang standar Anonim, 2010, Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Pekanbaru, di akses di http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/147.pdf pada tanggal 5 september 2015, Pekanbaru. Anonim, 2013, Profil Kecamatan Tampan Pekanbaru, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, Pekanbaru. 15 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2015, Profil Puskesmas Simpang Baru Panam Kecamtan Tampan Pekanbaru, diakses di https://id.foursquare.com/v/Puskesmas-SimpangBaru-Panam/ pada tanggal 25 Maret 2015, Pekanbaru. Ginting, A., 2009, Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kota Medan tahun2008, Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan. Harianto, Khasanah, N., Supardi, S., 2005, Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Resep Di Apotek Kopkar Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No. 1, April 2005, 12-21. Keban, S., A., Purnomo, L., B., Mustofa, 2013, Evaluasi Hasil Edukasi Farmasis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, Jurnal Kefarmasian Indonesia, Vol.11, No. 1, Hal: 45-52. Kotler, P., 1997, Manajemen Pemasaran (Marketing Management 9e): Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Edisi Revisi, PT. Prenhallindo, Jakarta. Lee, S., 2011, Evaluating Serviceability of Healthcare Servicecapes: Service Design Perspective, International Journal of Design, Vol. 5, No. 2, Hal: 61-71. Lestari, S., F., 2012, Evaluasi Kualitas Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Terhadap Kepuasan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong, Tesis, Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta. Mole, F., 2009, Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Terhadap Pelayanan Publik di Puskesmas Ngeskep Semarang, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang. Notoatmodjo, S., 2012, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Nurba, E., 2012, Analisis Tingkat Kepuasan Pelayanan Publik Pada Puskesmas Loa Janan, Jurnal Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Samarinda, jurnal EKSIS, Vol. 8, No. 2, Agustus 2012: 21682357. Pasinringi , 2009, Hubungan Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Di RSUD Dr. M Haulussy, Skripsi, Ambon. Priyandani, Y., Susanti, E., D., Hartoto, H., H., Kusumawardani, K., Titani, M., Amalia, R., A., Setiawan, C., D., Mufarrihah, Wijaya, I., N., Utami, W., 2014, Pemberian Informasi Lama Terapi dan Konfirmasi Informasi Obat Perlu Ditingkatkan di Puskesmas, Jurnal farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol. 1, No. 1, Juni 2014. Supriyanto, S., dan Ernawaty, 2010, Pemasaran Industri Jasa Kesehatan, Aadi, Yogyakarta. Tjiptono, F., 1997, Strategi Pemasaran, Edisi 1, Penerbit Andi, Yogyakarta. Wijono, D., 2008, Manajement Mutu Rumah Sakit dan Kepuasan Pasien, CV. Duta Priama Airlangga, Surabaya. 16