MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR RAHILA JUNIKA TANJUNGSARI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manfaat Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik, Desa Benteng Ciampea Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Rahila Junika Tanjungsari NIM E34100076 ABSTRAK RAHILA JUNIKA TANJUNGSARI. Manfaat Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik, Desa Benteng Ciampea Bogor. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan ELLYN K. DAMAYANTI. Revitalisasi konservasi untuk kemandirian kesehatan dapat dicapai dengan pembentukkan kampung konservasi contohnya Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi manfaat Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik, berupa pemanfaatan tumbuhan obat, dampaknya terhadap kesehatan dan ekonomi masyarakat. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara open-ended, studi literatur, dan observasi lapang. Hasil menunjukkan terdapat 152 jenis tumbuhan obat dari 57 famili yang dimanfaatkan, dengan famili tumbuhan obat yang paling banyak digunakan adalah Zingiberaceae dan Asteraceae. Hasil perhitungan Index of Cultural Significance (ICS) menunjukkan jenis yang pemanfaatannya tertinggi, yaitu jahe merah (Zingiber officinale), temulawak (Curcuma xantorrizha), dadap (Erythrina lithosperma), sambiloto (Andrographis paniculata), suji (Dracaena angustifolia), sirih (Piper betle), sembung (Blumea balsamifera), kencur (Kaempferia galanga), lempuyang (Zingiber aromaticum), dan kunyit (Curcuma domestica). Pencanganan Kampung Konservasi Gunung Leutik memberikan dampak positif bagi kesehatan dan ekonomi masyarakat. Kata kunci: kampung konservasi TOGA, pemanfaatan, tumbuhan obat. ABSTRACT RAHILA JUNIKA TANJUNGSARI. Benefit of Family Medicinal Plant (TOGA) Conservation Kampoong of Gunung Leutik, Benteng Village Ciampea Bogor. Supervised by ERVIZAL A.M. ZUHUD dan ELLYN K. DAMAYANTI. Conservation revitalization for health endurance can be achieved by establishing a conservation village such as Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. The purposes of this research are to identify the benefit of Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik in the form medicinal plants utilization, and the impacts of its existence to local people’s health and economy. Methods used in this research was open-ended interview, literature study, and observation. The result shows that there are 152 medicinal plant species from 57 families that are utilized by the local people and most of them are from Zingiberaceae and Asteraceae families. Index of Cultural Significance (ICS) calculation shows the most utilized plants are ginger (Zingiber officinale), temulawak (Curcuma xantorrizha), dadap (Erythrina lithosperma), sambiloto (Andrographis paniculata), suji (Dracaena angustifolia), sirih (Piper betle), sembung (Blumea balsamifera), kencur (Kaempferia galanga), lempuyang (Zingiber aromaticum), and kunyit (Curcuma domestica). Benefits of these medicinal plants are for spices and daily disease treatment. The existence of Kampung Konservasi Gunung Leutik gives positive impacts for local people health and economy. Keywords: TOGA conservation kampoong, medicinal plant, utilization MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR RAHILA JUNIKA TANJUNGSARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2014 ini adalah manfaat kampung konservasi, dengan judul Manfaat Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik, Desa Benteng Ciampea Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Ervizal A. M. Zuhud, MS dan Ibu Ellyn K. Damayanti, SHut, MSi, PhDAgr selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Sekaryati, Bapak Bukhari, masyarakat Kampung Gunung Leutik, petugas kelurahan Desa Benteng, dan petugas Puskesmas Ciampea yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahahnda Bapak Yanto Pahroji, ibunda Upit Sarimanah, adik Habib Salman Giffari dan Kania Kamaratih Cantika, serta seluruh keluarga, dosen, staf DKSHE, sahabat Nepenthes rafflesiana 47, Kelompok Pemerhati Flora, teman-teman Fast Track 47 atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2014 Rahila Junika Tanjungsari DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Alat dan Bahan 2 Prosedur Pengumpulan Data 2 Jenis Data yang Dikumpulkan 3 Metode Pengumpulan Data 3 Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian 8 8 Karakteristik Informan 10 Pemanfaatan Tumbuhan Obat 12 Manfaat Kampung Konservasi TOGA 20 SIMPULAN DAN SARAN 24 Simpulan 24 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 24 LAMPIRAN 27 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian Kriteria dan nilai kepentingan penggunaan Kriteria dan nilai intensitas penggunaaan Kriteria dan nilai ekslusivitas penggunaan Persentase penduduk berdasarkan etnis Jenis famili tumbuhan obat yang banyak digunakan Cara pengolahan tumbuhan obat Jenis tumbuhan yang memiliki nilai ICS tertinggi Jenis penyakit yang diderita masyarakat 3 7 7 8 9 13 16 18 23 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 Struktur umur informan Jumlah tumbuhan obat berdasarkan tingkat pendidikan Sumber pengetahuan informan Habitus tumbuhan obat yang digunakan Kondisi penyebaran tumbuhan obat Jahe merah (Zingiber officinale) dan temulawak (Curcuma xantorrizha) Dadap (Erythrina lithosperma) dan sambiloto (Andrographis paniculata) 11 11 12 14 17 19 20 DAFTAR LAMPIRAN 1 Rekapitulasi tumbuhan obat beserta karakteristiknya 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat 3 Ramuan tumbuhan obat yang digunakan informan 27 36 56 PENDAHULUAN Latar Belakang Tumbuhan obat dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengobatan oleh masyarakat, karena mahalnya dan sulitnya akses untuk mendapatkan obat-obatan modern. Akses terhadap obat-obatan dan pengobatan modern hanya dapat diakses oleh kalangan masyarakat yang mampu. World Health Organization (WHO) menduga bahwa mayoritas masyarakat di kebanyakan negara non-industri masih mengandalkan bentuk pengobatan tradisional untuk menjaga kesehatan sehari-hari. Masyarakat diberbagai Negara sekitar 80-90% termasuk dalam kategori ini. Tumbuhan obat dan produk obat dari hewan, merupakan bentuk dari materi pengobatan tradisional (Bodeker 2000). Upaya pengobatan tradisional dengan obat-obat tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dan sekaligus merupakan teknologi tepat guna yang potensial untuk menunjang pembangunan kesehatan. Masyarakat perkampungan di negara berkembang, mayoritas bergantung pada biodiversitas sebagai mata pencaharian, memenuhi kebutuhan nutrisi dan kesehatan mereka. Perubahan lahan hutan menjadi pertanian, dalam jangka pendek mempertinggi kondisi nutrisi atau konsumsi dari beberapa orang, namun menyebabkan hilangnya tanaman obat penting dan dapat memunculkan penyakit akibat ketidakseimbangan ekosistem (Bodeker 2005). Gerakan revitalisasi digambarkan dalam pengetahuan pengobatan tradisional untuk dikembangkan secara terintegrasi dalam proyek perawatan kesehatan modern dan tradisional. Program konservasi dan holtikultura muncul sebagai komponen vital dalam revitalisasi tradisi kesehatan atau pengobatan lokal. Pengetahuan tradisional dapat menjadi poin untuk memulai yang fundamental dalam straregi konservasi (Bodeker 2000). Gerakan revitalisasi ini dapat dilakukan dengan pembentukkan kampung konservasi. Salah satu contoh kampung konservasi yang telah dibentuk adalah Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik yang terletak di Desa Benteng Ciampea Bogor. Kampung ini berada di sekitar kampus IPB Darmaga yang merupakan kampung percontohan pemanfatan TOGA. Adanya TOGA memudahkan masyarakat mendapatkan sumber obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit dengan cepat dan tepat. Hal ini dikarenakan TOGA dapat dengan mudah ditemukan di sekitar lingkungan tempat tinggal dan tepat pengobatannya, karena TOGA memiliki khasiat dalam mengobati penyakit. Potensi yang dimiliki oleh Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik yaitu, sebanyak 216 spesies tumbuhan obat dari 70 famili (Rosmiati 2010). Jenis-jenis tumbuhan obat tersebut beberapa sudah dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengobati penyakit. Mengingat pentingnya manfaat TOGA untuk masyarakat maka perlu adanya pengembangan Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik sebagai strategi konservasi jenis tumbuhan obat agar dapat dilakukan pemanfaatan secara berkelanjutan dan masyarakat dapat mandiri dalam aspek kesehatan. Pengembangan jenis-jenis komersil tumbuhan obat yang digunakan sebagai ramuan atau bahan baku obat juga dapat dikembangkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan obat dan 2 dampaknya terhadap kesehatan, identifikasi manfaat pembentukan kampung konservasi, serta karakteristik tumbuhan obat berdasarkan kepentingan budaya, penyebaran di alam, status dan sifat pemanfaatannya perlu dilakukan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi manfaat Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik, berupa pemanfaatan tumbuhan obat berdasarkan kepentingan budaya, penyebaran di alam, status dan sifat pemanfaatan, dampaknya terhadap kesehatan dan ekonomi masyarakat. Manfaat Penelitian Data, informasi, dan hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi masyarakat lain mengenai jenis-jenis tumbuhan obat yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari dan jenis-jenis tumbuhan obat yang komersial untuk dijual. Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah untuk melakukan pemberdayaan masyarakat yang mandiri kesehatan sekaligus masyarakat dapat secara langsung ikut mengkonservasi jenisjenis tumbuhan obat agar dapat dilakukan pemanfaatan secara berkelanjutan. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada bulan Maret – April 2014. Pengolahan dan analisis data dilaksanakan selama 2 bulan yaitu, pada Juni – Juli 2014. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, kalkulator, panduan wawancara, label, dan tumbuhan obat yang ada di sekitar Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. Prosedur Pengumpulan Data Peneltian ini meliputi studi literatur, wawancara dengan masyarakat untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan obat dan bentuk pengolahannya, dan survei lapangan untuk melihat kondisi di lapangan tumbuhan obat yang dimanfaatkan. 3 Jenis Data yang Dikumpulkan Tabel 1 Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian No Jenis Data 1. Kondisi umum 2. Karakteristik Informan 3. Pemanfaatan tumbuhan obat Uraian Sumber Data 1. Sejarah pembentukkan kampung konservasi TOGA 2. Manfaat pembentukkan Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Pendidikan 5. Etnis 1. Sumber pengetahuan 2. Tumbuhan yang dimanfaatkan 3. Bagian yang dimanfaatkan 4. Kondisi tumbuhan yang dimanfaatkan 5. Cara memperoleh 6. Cara pemanfaatan/ peramuan 7. Manfaat selain menjadi tumbuhan obat 8. Sifat Pemanfaatan tumbuhan obat 9. Pengobatan pasien Metode Masyarakat Kampung Gunung Leutik, Pegawai Balai Desa Masyarakat Kampung Gunung Leutik Wawancara, studi literatur (arsip Desa Benteng). Masyarakat Kampung Gunung Leutik Wawancara dan observasi lapang Wawancara Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk adalah: pengumpulan data dalam penelitian ini Studi Literatur Metode ini digunakan untuk mencari dan mengkaji informasi tentang pengembangan TOGA dan pemanfaatannya dari berbagai literatur, seperti skripsi, tesis, disertasi, jurnal nasional dan internasional mengenai etnobotani dan tumbuhan obat. Literatur digunakan sebagai referensi, acuan, dan tambahan informasi untuk melengkapi data yang diperoleh. Wawancara Wawancara dilakukan kepada masyarakat dan kader yang berada di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik tentang pemanfaatan TOGA dan manfaat yang dirasakan dengan dicanangkannya Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara semi terstruktur dengan metode open-ended secara mendalam. Teknik penarikan 4 contoh menggunakan metode snowball. Metode ini dilakukan dengan menentukan informan kunci (key person) yang secara langsung memanfaatkan tumbuhan obat keluarga (TOGA) dan menjadi kader di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. Selanjutnya, informan kunci menyarankan orang berikutnya yang dianggap memiliki pengetahuan dan menggunakan tumbuhan obat untuk dijadikan informan. Informan selanjutnya berdasarkan rekomendasi dari informan sebelumnya. Wawancara dihentikan ketika data dan informasi yang didapatkan sudah jenuh dan tidak ada lagi penambahan informasi. Observasi Lapang Metode observasi lapang dilakukan untuk memverifikasi jenis-jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. Observasi ini dilakukan dengan cara mengamati tumbuhan obat yang dimanfaatkan baik dari habitat, cara budidaya dan cara pemanfaatan. Analisis Data Hubungan antara Lamanya Menempuh Pendidikan dengan Pengetahuan Tumbuhan Obat Metode korelasi Spearman Rank (rho) digunakan untuk mencari hubungan antara lamanya menempuh pendidikan dengan pengetahuan tumbuhan obat. Rumus korelasi Spearman Rank (rho) adalah sebagai berikut: 6𝛴𝑑 2 𝑟𝑠 = 1 − 𝑛 (𝑛2 − 1) Keterangan: 𝑟𝑠 = Nilai korelasi Spearman Rank d2 = Selisih setiap pasangan Rank n = Jumlah pasangan rank untuk Spearman (5 <n <30) Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: H1 : Terdapat hubungan antara lamanya informan menempuh pendidikan dengan pengetahuan informan mengenai tumbuhan obat. H0 : Tidak terdapat hubungan antara lamanya informan menempuh pendidikan dengan pengetahuan informan mengenai tumbuhan obat. Selang kepercayaan yang digunakan adalah 95% sehingga tingkat signifikansi 0.05. Jika r hitung > r tabel maka terima H1 dan jika r hitung < r tabel maka terima H0. Nilai r menunjukkan tingkat hubungan atau korelasi. Apabila r bernilai 0, maka tidak ada korelasi. Jika r bernilai 1.00 atau -1.00 maka terdapat korelasi sempurna atau hubungan antar variabel tinggi (Supranto 2009). Sumber Pengetahuan Pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan tumbuhan obat didapatkan dari berbagai sumber. Sumber pengetahuan tersebut dapat berasal dari turun temurun, media cetak, media elektronik, orang lain, penyuluhan, dan lain 5 sebagainya. Persentase sumber pengetahuan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: % Sumber Pengetahuan= Σsn ×100% Σbn Keterangan: Sn = jumlah spesies tumbuhan obat yang diketahui melalui sumber pengetahuan tertentu bn = jumlah total seluruh spesies tumbuhan obat Karakteristik Tumbuhan Obat Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan dikelompokkan berdasarkan famili. Famili tumbuhan obat dapat dihitung dengan menggunakan rumus: % famili = Σfn ×100% Σbn Keterangan: fn = jumlah spesies tumbuhan obat yang termasuk dalam famili tertentu bn = jumlah total seluruh spesies tumbuhan obat Spesies-spesies tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dapat dikelompokkan 7 (tujuh) macam habitus, yaitu bambu, terna, herba, Iiana, perdu, pohon, dan semak (Zuhud et al. 2011). Persentase habitus dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Σhn % Habitus = ×100% Σbn Keterangan: hn = jumlah spesies tumbuhan obat yang termasuk dalam habitus tertentu bn = jumlah total seluruh habitus tumbuhan obat Bagian Tumbuhan yang Digunakan Bagian yang digunakan dari tumbuhan obat di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik terbagi menjadi, akar, rimpang, umbi, umbi lapis, daun, bunga, buah, kulit buah, kulit batang, batang kayu, herba, minyak atau biji. Persentase bagian yang digunakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: % ji= Σ (ji1 +ji2 + ji3 +ji4 +…+jin ) ×100% Σi Keterangan: j = jumlah bagian dari tumbuhan obat yang digunakan sebagai obat i = jumlah total seluruh bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat Catatan: Satu spesies tumbuhan obat memungkinkan beberapa bagiannya digunakan sebagai obat. Cara Pengolahan Tumbuhan Obat Pemanfaatan tumbuhan obat di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik di klasifikasikan ke dalam berbagai cara pengolahan. Persentase cara pengolahan tumbuhan obat dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 6 % Cara pengolahan= Σi ×100% Σj Keterangan: i = jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan dengan cara pengolahan tertentu j = jumlah total seluruh cara pengolahan tumbuhan obat Catatan: Satu spesies tumbuhan obat memungkinkan untuk digunakan dengan beberapa cara pengolahan Kondisi Penyebaran Tumbuhan dan Status Tumbuhan Obat di Alam Tumbuhan obat di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik menyebar pada beberapa tipe habitat yang ada di kampung tersebut. Kondisi penyebaran tumbuhan dianalisis menggunakan persentasi sebagai berikut: % Kondisi penyebaran tumbuhan= ΣKpn ×100% ΣKP Keterangan Kpn = Jumlah spesies tumbuhan obat yang menyebar pada habitat tertentu KP = Jumlah total seluruh habitat tumbuhan obat Catatan: Satu spesies tumbuhan obat memungkinkan untuk tumbuh di beberapa tipe habitat. Status tumbuhan obat di alam terdiri dari kategori liar, semidomestika dan domestika. Kategori liar artinya tumbuhan tumbuh alami secara liar. Kategori semidomestika artinya tumbuhan sebagian dibudidayakan dan sebagian masih ada dalam kondisi liar. Kategori domestika artinya tumbuhan hanya ada dalam kondisi budidaya. Status tumbuhan obat di alam dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % Status di alam= ΣSan ×100% ΣSa Keterangan: San = jumlah spesies tumbuhan obat yang termasuk kategori status di alam tertentu. Sa = jumlah total seluruh spesies tumbuhan obat. Sifat Pemanfaatan Sifat pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu subsisten, komersial, subsisten-komersial. Kategori subsisten artinya masyarakat memanfaatkan jenis tumbuhan sesuai kebutuhan untuk dikonsumsi sendiri. Kategori komersial artinya masyarakat telah memanfaatkan jenis tumbuhan untuk mendapat keuntungan finansial. Kategori subsisten-komersial artinya masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan mendapat keuntungan finansial. Sifat pemanfaatan dari tumbuhan dianalisis dengan menggunakan persentasi dibawah ini: % Sifat pemanfaatan= ΣSPen ×100% ΣPe 7 Keterangan: Spen = jumlah spesies tumbuhan obat yang termasuk dalam kategori sifat pemanfaatan tertentu SPe = jumlah total seluruh spesies tumbuhan obat Index Kepentingan Budaya (Index of Cultural Significance) Menurut Turner (1988) yang dimodifikasi oleh Purwanto (2002) dalam Kartikawati (2004) Index Kepentingan Budaya dapat dikategorikan menjadi: a. Kepentingan Penggunaan (Quality of use) Index ini berdasarkan variasi dari berbagai sifat penggunaan jenis tumbuhan dengan menggunakan skor. Tabel 2 Kriteria dan nilai kepentingan penggunaan Nilai 5 4 3 2 1 Kriteria Bahan makanan pokok. Bahan makanan sekunder (akar, batang, buah, umbi, daun, bunga, minuman) dan material pokok (kayu untuk konstruksi, kayu bakar, serat untuk tali temali, kerajianan tangan, teknologi sederhana). Penggunanan lainnya yang berkaitan dengan makanan (perasa, pemanis, pembungkus, pakan, stimulant, dll), material sekunder (penyamak, pengawet, pewangi, pewarna, getah, kosmetik, dll) dan obat-obatan. Ritual, mitologi, rekreasi/tanaman hias. Tumbuhan yang dikenal namun tidak digunakan secara khusus atau dianggap istimewa dalam hal apapun. b. Intensitas Penggunaan (Intensity of use) Penilaian berdasarkan pengaruh penggunaan jenis tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari dalam suatu masyarakat. Nilai 5 4 3 2 1 Tabel 3 Kriteria dan nilai intensitas penggunaaan Kriteria Intensitas tinggi (very high intensity) : sangat berpengaruh terhadap pola hidup harian atau tahunan; tumbuhan seringkali dengan sengaja dipelihara melalui modifikasi habitat; meramu atau perdagangan produk tumbuhan sebagai kegiatan budaya primer. Intensitas penggunaan cukup tinggi (moderately high use intensity); sering dicari/digunakan dan seringkali mempengaruhi kegiatan budaya harian dan atau perdagangan. Intensitas penggunaan menengah (medium use intensity); secara teratur dicari; terkadang mempengaruhi pola hidup harian atau musiman; meramu dan atau perladangan merupakan kegiatan budaya yang relatif sering dilakukan. Intensitas penggunaan rendah (low use intensity); terkadang digunakan; dampak terhadap pola hidup harian atau musiman rendah. Intensitas penggunaan minimal (minimal use intensity); jarang digunakan dan dampak terhadap pola hidup harian atau musiman dapat diabaikan. 8 c. Eksklusivitas Penggunaan (Exclusivity of use) Penilaian tergantung dari tingkat jenis tumbuhan tersebut lebih disenangi daripada jenis tumbuhan lain. Nilai 2 1 0.5 Tabel 4 Kriteria dan nilai ekslusivitas penggunaan Kriteria Jenis tumbuhan yang paling dipilih dalam peran budaya tertentu. Salah satu dari banyak jenis tumbuhan yang dipilih dengan eksklusivitas rata-rata (digunakan untuk sebagian besar penggunaan). Sumber sekunder dengan eksklusivitas rendah dalam peran budaya tertentu. Index Kepentingan Budaya dihitung dengan menggunakan rumus: ICS=(q 1 + i1 +e1 )1 + (q 2 + i2 +e2 )2 +…+(q n + in +en )n Keterangan : ICS : Index Kepentingan Budaya (Index of Cultural Significance) q : Nilai Kualitas i : Nilai Intensitas e : Nilai Eksklusivitas Nilai ICS kemudian dikelompokkan menjadi tiga selang nilai dan diberi skor berdasarkan kepentingan budayanya, yaitu: Skor 3: nilai ICS 138 – 206 termasuk kategori tumbuhan yang sangat penting dalam budaya tertentu. Skor 2: nilai ICS 69 – 137 termasuk kategori tumbuhan yang penting dalam budaya tertentu. Skor 1: nilai ICS 3 – 68 termasuk kategori tumbuhan yang kurang penting dalam budaya tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Administrasi dan Demografi Kampung Gunung Leutik berada di Desa Benteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Desa Benteng merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam desa lingkar kampus IPB. Luas Desa Benteng adalah 248.5 ha dengan berbagai penggunaan lahan, seperti pemukiman, persawahan, kuburan, pekarangan, taman, perkantoran, dan prasarana umum lainnya. Desa Benteng terbagi menjadi tujuh RW, yang mana Kampung Gunung Leutik termasuk RW 5. Desa Benteng berbatasan dengan: Sebelah utara : Desa Ranca Bungur, Kecamatan Ranca Bungur Sebelah selatan : Desa Bojong Rangkas dan Cibanteng, Kecamatan Ciampea 9 Sebelah timur : Kampus IPB, Kecamatan Dramaga Sebelah barat : Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea Jumlah penduduk Desa Benteng menurut data terakhir pada Mei 2014 adalah 12 062 jiwa dengan laki-laki 5 627 jiwa dan perempuan 6 345 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 2 782 KK. Sebanyak 20% masyarakat Desa Benteng berada di Kampung Gunung Leutik. Jumlah penduduk Kampung Gunung Leutik adalah 2 545 jiwa, dengan laki-laki sejumlah 1 350 jiwa, perempuan 1 195 jiwa, dan 673 KK. Mata pencaharian penduduk Desa Benteng terdiri dari petani, buruh, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang, pembantu rumah tangga, dan pensiunan. Penduduk Desa Benteng sebagian besar merupakan warga lokal (92%), tetapi terdapat juga warga pendatang sebanyak 8%. Sebagian besar etnis yang tinggal di Desa Benteng adalah Sunda (Tabel 5). Agama yang dianut oleh masyarakat Desa Benteng sebagian besar adalah Islam (84%), tetapi ada juga yang menganut agama lain, seperti Kristen (5%), Katholik (5%), Hindu (1%), Budha (2%) dan Konghuchu (3%). Sunda Jawa Betawi Melayu Minang Etnis Lain Total Tabel 5 Persentase penduduk berdasarkan etnis Etnis Persentase (%) 92.4 2.8 2.2 2.0 0.1 0.6 100 Sumber: Data Desa Benteng Sejarah Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik diawali dengan dibentuknya Kelompok TOGA pada tahun 2010. Tahap awal, yaitu warga dan mahasiswa IPB melakukan pendataan setiap tumbuhan obat yang ada di setiap rumah warga di Kampung Gunung Leutik. Selanjutnya, warga dan pihak dari IPB melakuan Diskusi Kelompok Terfokus/ Focussed Grup Discussion (FGD) mengenai tumbuhan obat yang ada di setiap rumah, manfaat yang diketahui masyarakat, sampai cara pengolahan tumbuhan obat. Beberapa orang dari Kampung Gunung Leutik mengikuti pelatihan di Fakultas Kehutanan yang diadakan oleh Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan (BKKT) Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE), Fakultas Kehutanan IPB. Pelatihan tersebut membahas mengenai konservasi TOGA dan pengenalan jenis-jenis TOGA. Pelatihan tersebut diikuti juga oleh peserta dari Kampung Carangpulang, Kampung Cangkrang, dan Kampung Pabuaran Sawah. Desa di mana kampung-kampung tersebut berada termasuk ke dalam desa lingkar kampus. Total peserta adalah 40 peserta yang mana masing-masing kampung diwakili oleh 10 peserta (Zuhud 2009). Setelah pelatihan, selanjutnya dibentuk Kelompok TOGA Bina Sehat Lestari dengan ketua pertama Bapak RM. Yusuf, sekretaris Bapak Dedi Sukardi, Bendahara Bapak Keji, dan pengelola Ibu Sekaryati. Kelompok tersebut dibina oleh BKKT-DKSHE Fakultas Kehutanan IPB. Menurut Zuhud et al. (2011) 10 pemilihan kader TOGA didasarkan pada minat responden terhadap TOGA. Setelah itu kelompok secara mandiri melakukan sosialisasi secara lebih menyeluruh mengenai tumbuhan obat ke masyarakat. Pembentukkan Kelompok TOGA Bina Sehat Lestari diikuti dengan dibangunnya kebun TOGA. Kebun TOGA merupakan kebun yang berisi koleksi berbagai tumbuhan obat. Kelompok TOGA Bina Sehat Lestari juga diberi pelatihan pengolahan tumbuhan obat, seperti jahe merah instan, temulawak instan, dan lain sebagainya. Program TOGA memberikan bahan dan peralatan kepada tiap kelompok kader TOGA, berupa peralatan sederhana dalam pembuatan produk tumbuhan obat skala rumah tangga/home industry, yang diharapkan mampu menunjang ekonomi masyarakat (Zuhud et al. 2011). Produksi pertama, yaitu pembuatan bandrek yang dijual di warung-warung dan akhirnya dapat menambah penghasilan Ibu Sekaryati. Setelah ide yang digagas Ibu Sekaryati, masyarakat lainnya ikut membuat produk. Publikasi tentang Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik dilakukan oleh BKKT, berupa pembuatan dan penayangan short movie dan cuplikan wawancara yang bekerjasama dengan beberapa stasiun televisi swasta dan penerbitan artikel di majalah dan media massa nasional. Setelah itu kelompok TOGA digabung dengan Posdaya Benteng Harapan. Posdaya tersebut memiliki program Observasi Study Tour. Melalui tayangan di televisi, penerbitan artikel di media massa dan adanya program dari Posdaya, Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik berkembang dan dikenal berbagai pihak. Orang banyak berdatangan dari luar kota ke Kampung Gunung Leutik, karena kampung ini memiliki keunggulan tumbuhan obat. Program tersebut merupakan ajang promosi dan melakukan pembibitan, sehingga menambah koleksi tumbuhan menjadi 170 jenis. Jenis yang ditanam merupakan jenis-jenis tumbuhan lokal. Survei dilakukan ke lokasi-lokasi yang memiliki potensi tumbuhan obat di sekitar Kampung Gunung Leutik untuk mengidentifikasi tumbuhan obat dan selanjutnya diambil dan dibudidayakan di kebun TOGA. Salah satu hal penting dalam pengembangan program TOGA adalah pemahaman dalam pembudidayaan tumbuhan obat. Budidaya TOGA dibutuhkan untuk menunjang keberlanjutan pemanfaatan TOGA (Zuhud et al. 2011). Kelompok TOGA Bina Sehat Lestari ini telah mendapatkan penghargaan, berupa piagam perak dan bantuan dari Dikti untuk pembangunan kebun TOGA. Produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat ada yang sudah memiliki prestasi di tingkat Internasional, yaitu di Singapura pada tahun 2013. Saat ini, salah satu produk unggulan dari Gunung Leutik akan diproduksi dalam skala besar yang bekerja sama dengan Agrisocio. Karakteristik Informan Jenis Kelamin dan Struktur Umur Informan Jumlah informan yang diwawancarai adalah 22 orang. Sebagian besar informan adalah etnis Sunda, yaitu 82% dan 18% sisanya berasal dari Etnis Jawa dan Minang. Komposisi jenis kelamin informan, yaitu 16 orang perempuan dan 6 orang laki-laki. Di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik kecenderungan pengetahuan dan penggunaan tumbuhan obat dimiliki oleh perempuan, karena sebagai ibu rumah tangga, perempuan sering menggunakan tumbuhan obat untuk 11 Jumlah (orang) kepentingan keluarganya. Selain itu, Kelompok TOGA yang ada di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik mayoritas anggotanya merupakan perempuan. Keikutsertaan di kelompok TOGA memberikan pengetahuan yang lebih tentang pemanfaatan tumbuhan obat. Informan mayoritas berumur antara 20 - 60 tahun (Gambar 1). Selang umur tersebut termasuk selang umur produktif. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia (2014) karakteristik penduduk selang umur produktif adalah pada selang umur 15-64 tahun. 14 15 10 6 5 1 1 60-70 >80 0 20-40 40-60 Selang Kelas Umur Gambar 1 Struktur umur informan 100 80 60 40 20 0 90 47 16 15 10 28 27 21 21 21 32 27 27 15 35 32 49 26 13 25 18 8 Jahri Tebe Nur Juariah Yani Hafifah Sani Nuraeni Hesti Nana Neni Dina Wati Imas Yeti Sekaryati Cicih Syamsuar Bukhari Dedi Hadi Nugrahaeni Jumlah TO Tingkat Pendidikan Informan dan Pengetahuan Tumbuhan Obat Tingkat pendidikan informan yang diwawancarai cukup beragam. Sebagian besar tingkat pendidikan informan adalah Sekolah Dasar (SD), yaitu sebanyak 45%. Tingkat pendidikan lainnya, yaitu SMA/SMK 23%, SMP 18%, Diploma 5%, Sarjana 5%, dan tidak bersekolah 5%. Uji korelasi Spearman-rank dilakukan untuk mengetahui hubungan antara lamanya menempuh pendidikan dengan pengetahuan mengenai tumbuhan obat. Berdasarkan perhitungan korelasi Spearman-rank diperoleh hasil nilai r hitung = 0.054 dan r tabel = 0.428, sehingga terima H0. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan yang ditunjukkan oleh lamanya menempuh pendidikan dengan pengetahuan mengenai jenis tumbuhan obat. Nilai r atau rho menunjukkan tingkat kereratan hubungan antar variabel. Nilai r = 0.054 menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan mengenai tumbuhan obat sangat rendah. Tidak Bersekolah SD SMP SMA/SMK D3S1 Tingkat Pendidikan Gambar 2 Jumlah tumbuhan obat berdasarkan tingkat pendidikan 12 Berdasarkan Gambar 2, dapat terlihat bahwa pengetahuan tumbuhan obat yang dimiliki oleh informan dari berbagai tingkat pendidikan cukup beragam. Tingkat pendidikan yang tinggi tidak menghasilkan pengetahuan mengenai tumbuhan obat tinggi pula, begitu pun sebaliknya. Hal tersebut telah diperkuat oleh hasil uji korelasi Spearman Rank di atas. Sumber Pengetahuan Pengetahuan masyarakat Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar sumber pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan obat berasal dari orang tua yang diwariskan secara turun temurun, yaitu sebanyak 55%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pewarisan pengetahuan lokal mengenai pemanfaatan tumbuhan obat secara turun temurun masih terjaga di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. Menurut Purwanto (tahun tidak diketahui) sistem pengetahuan lokal demikian umumnya dipelajari secara in-situ dari generasi ke generasi. Pengetahuan lokal diajarkan oleh orang tua sejak dini mulai dari anakanak hingga mampu mengadopsi dengan sendirinya perkembangan yang ada disekelilingnya. Distribusi pengetahuan berbeda antara laki-laki dan perempuan. Terdapat sejumlah faktor dalam masyarakat yang mempengaruhi distribusi pengetahuan diantara individu-individu, salah satu faktor sosial yang umum adalah gender. Persentase sumber pengetahuan informan disajikan pada Gambar 3: media elektronik 1% penyuluhan 15% media cetak 12% orang 17% turun temurun 55% Gambar 3 Sumber pengetahuan informan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Karakteristik Tumbuhan Obat yang Digunakan Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, jenis tumbuhan obat yang digunakan di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik sebanyak 152 jenis dari 57 Famili. Penggunaan jenis tumbuhan obat sebagai alternatif pengobatan masyarakat cenderung meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010 setelah pencanangan kampung Gunung Leutik sebagai kampung konservasi TOGA. Penelitian yang dilakukan oleh Rosmiati (2010) mengungkapkan bahwa jenis 13 tumbuhan obat yang digunakan di Kampung Gunung Leutik adalah 47 jenis dari 23 famili. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencanangan Kampung Gunung Leutik sebagai kampung konservasi TOGA memberikan manfaat, berupa peningkatan pemahaman dan pengetahuan mengenai jenis-jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan di sekitar Kampung Gunung Leutik yang sebelumnya tidak pernah dimanfaatkan dan pembudidayaan jenis-jenis tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat lainnya. Persentase lima besar famili tumbuhan obat yang banyak digunakan tersaji pada Tabel 6. Tabel 6 Famili tumbuhan obat yang banyak digunakan No 1 2 3 4 5 Famili Zingiberaceae Asteraceae Fabaceae Poaceae Euphorbiaceae Jumlah TO 15 14 8 7 6 Persentase 9.9 9.2 5.3 4.6 3.9 Berdasarkan Tabel 6, famili tumbuhan obat yang banyak digunakan adalah dari famili Zingiberaceae. Famili Zingiberaceae banyak digunakan informan, karena selain berkhasiat sebagai obat, jenis-jenis dari famili Zingiberaceae banyak digunakan sebagai bumbu masak. Laurence (1964) menyatakan bahwa akar tumbuhan famili Zingiberaceae dapat digunakan sebagai ekstrak rasa, sebagai bumbu, untuk minyak wangi yang digunakan dalam parfum, dan untuk ornamental, atau tumbuhan hias. Famili Zingiberaceae umumnya memiliki khasiat untuk mengobati demam, anorexia, permasalahan peredaran darah, perut kembung, diabetes, rematik pembengkakan hati dan semua indikasi mengenai permasalahan saluran pernafasan, seperti asma dan batuk (Remadevi et al. 2004). Menurut informan, famili Zingiberaceae bermanfaat sebagai bumbu masak dan mengobati berbagai penyakit seperti, menghangatkan tubuh, penyakit saluran pernafasan, perawatan sehabis melahirkan, perawatan tubuh, pegal-pegal, masuk angin, kembung, meriang, sakit kepala, penyakit saluran pencernaan, kanker, asam urat, flu, luka memar, keseleo, jantung, tumor, cacingan, liver, dan jantung. Famili tumbuhan obat lainnya yang digunakan oleh informan, yaitu famili Asteraceae. Menurut Fahmi et al. (tahun tidak diketahui) famili Asteraceae memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai tanaman obat, tanaman hias dan sebagai sayuran. Manfaat tumbuhan obat dari famili Asteraceae berdasarkan wawancara informan adalah untuk mengobati batu ginjal, kencing batu, bisul, diabetes, demam, jantung, meningkatkan stamina, maag, perawatan sehabis melahirkan, keputihan, muntah darah, luka, pelangsing, penumbuh rambut, struk, dan kanker. Menurut ilmu kemotaksonomi, tumbuhan dalam suku yang sama mengandung senyawa dengan kerangka struktur kimia sama, sehingga berpotensi memiliki aktivitas biologis yang sama (Tringali 2001 dalam Syukur et al. 2011). Beberapa tumbuhan dari famili Fabaceae bermanfaat sebagai obat. Menurut infoman, manfaat tumbuhan obat dari famili Fabaceae adalah mengobati ambeien, disentri, cacingan, diabetes, pengencer darah, gatal-gatal, mata, panas dalam, sariawan, usus buntu, pelangsing, meredakan demam, dan batuk. Syukur et al. (2011) menyatakan bahwa sebagian besar tanaman Fabaceae mengandung 14 senyawa flavonoid yang efektif menghambat peroksidasi asam linoleat dan mencegah pembentukan anion superoksida. Famili Poaceae memiliki manfaat sebagai penghasil pakan ternak, bahan kertas, makanan, bangunan, minyak atsiri, gula, dan obat tradisional (Solikin 2004). Umumnya, informan menggunakan tumbuhan dari Famili Poaceae untuk mengobati batuk, liver, panas dalam, pegal-pegal, meningkatkan stamina, rematik, obat luar, radang sendi, asam urat. Beberapa jenis tumbuhan dari famili Poaceae juga memiliki manfaat sebagai bumbu masak. Famili tumbuhan obat lainnya yang banyak digunakan informan adalah famili Euphorbiaceae. Menurut informan, manfaat tumbuhan obat dari famili Euphorbiaceae, yaitu untuk mengobati kembung, sakit gigi, menambah nafsu makan, demam, maag, luka, meningkatkan daya tahan tubuh, patah tulang, pegalpegal, keseleo, dan pelancar ASI. Pemanfaatan Euporbiaceae yang telah dilakukan antara lain, sebagai bahan biodiesel dan bahan obat tradisional (Suryawan et al. 2013). Djawarningsih (2007) diacu dalam Suryawan et al. (2013) menyatakan terdapat 148 jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai obat tradisional dari suku Euporbiaceae. Karakteristik tumbuhan obat lainnya adalah habitus. Habitus tumbuhan merupakan bentuk perawakan tumbuhan. Jenis-jenis habitus tumbuhan obat yang ada di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik terdiri dari pohon, perdu, herba, semak, liana, dan bambu. Berikut merupakan habitus tumbuhan obat yang digunakan: 40.0 33.6 Persentase 30.0 23.7 20.4 20.0 18.4 10.0 2.6 1.3 Liana Bambu 0.0 Herba Pohon Semak Perdu Gambar 4 Habitus tumbuhan obat yang digunakan Pada Gambar 4, terlihat bahwa habitus tumbuhan yang paling banyak digunakan di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik adalah herba (33.6%). Jenis tumbuhan yang paling banyak digunakan yang memiliki habitus herba adalah jahe merah (Zingiber officinale). Habitus herba tidak membutuhkan ruang yang luas untuk ditanam, selain itu habitus herba membutuhkan perlakuan dan perawatan yang mudah. Habitus tumbuhan obat yang paling banyak digunakan selain herba adalah pohon (23.7%). Pohon memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai tumbuhan obat dan potensial untuk diambil kayunya. Pohon dengan habitus lainnya merupakan satu kesatuan bentuk hidup tumbuhan yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan (Damayanti 1999). Liana, tumbuhan memanjat dan tumbuhan bawah memerlukan pohon sebagai penaungnya. Habitus pohon menjadi pemanfaatan cukup banyak, karena banyaknya bagian dari pohon yang bisa dimanfaatkan, seperti buah, daun, akar, batang dan biji. 15 Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan Tumbuhan pada umumnya terdiri dari bagian akar, daun, batang, bunga, buah, dan biji. Terdapat jenis-jenis tumbuhan obat yang hanya beberapa bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tetapi adapula jenis-jenis tumbuhan obat yang keseluruhan bagian tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai obat, yaitu akar, batang, daun. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan oleh informan dikelompokkan ke dalam daun (46.4%), batang (14.4%), buah (12.4%), rimpang (6.2%), bunga (3.8%), kulit batang (3.8%), akar (2.9%), herba (2.4%), biji (2.4%), getah (1.9%), umbi (1.4%), umbi lapis (1.0%), kulit buah (0.5%), dan rebung (0.5%). Bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan adalah daun sebanyak 46.2%. Daun merupakan tempat pengolahan makanan yang berfungsi sebagai obat, mudah diperoleh, mudah dibuat atau diramu sebagai obat dibandingkan dengan bagian-bagian tumbuhan yang lainnya (Hamzari 2008). Daun merupakan salah satu bagian penting dari suatu tumbuhan, karena proses fotosintesis terjadi pada bagian daun sehingga unsur hara yang menjadi khasiat obat banyak terdapat pada bagian daun. Contoh tumbuhan obat yang dimanfaatkan daunnya sebagai obat di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik adalah sembung, dadap, saga manis, dan lain sebagainya. Cara Pengolahan dan Pemakaian Tumbuhan Obat Tumbuhan obat yang akan dikonsumsi atau digunakan terlebih dahulu diolah dengan berbagai cara, agar ekstrak atau bahan aktif keluar dan efektif digunakan. Pengolahan tumbuhan obat dikelompokkan menjadi pengolahan dengan cara direbus, ditumbuk, diremas, tanpa pengolahan, dibuat teh (daun dikeringkan lalu disangrai), dicampur masakan atau minuman, disayur atau ditumis, diseduh, dan diasap. Pengolahan dengan cara direbus artinya tumbuhan obat direbus dalam air sampai mendidih lalu dikonsumsi air rebusannya. Sedangkan pengolahan dengan cara disayur atau dimasak artinya tumbuhan obat dibuat sayur atau ditumis. Pengolahan dengan cara ditumbuk artinya tumbuhan obat ditumbuk dengan menggunakan alat agar tumbuhan obat menjadi halus dan mudah digunakan. Sedangkan pengolahan dengan cara diremas artinya tumbuhan obat diremas menggunakan tangan sampai hancur. Pengolahan tumbuhan obat dengan cara dibuat teh artinya tumbuhan dikeringkan terlebih dahulu. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara dijemur atau dioven, kemudian disangrai. Setelah kering, tumbuhan obat kemudian diseduh. Sedangkan pengolahan obat dengan cara diseduh artinya tumbuhan obat dalam kondisi segar langsung diseduh dengan menggunakan air hangat. Pengolahan tumbuhan obat yang dilakukan oleh informan paling banyak dengan menggunakan cara direbus (48.1%). Pengolahan dengan cara direbus umum digunakan, karena pengolahan tersebut mudah dilakukan. Umumnya tumbuhan obat langsung direbus dalam kondisi segar dan langsung dikonsumsi. Terdapat beberapa tumbuhan obat dalam bentuk sediaan kering (simplisia) untuk digunakan dalam jangka waktu relatif lama. Pengeringan merupakan salah satu cara untuk menurunkan kadar air bahan sampai ketingkat yang diinginkan (Hernani dan Marwati 2012). Proses pengeringan dapat mencegah timbulnya 16 bakteri dan jamur pada sediaan, karena kadar air pada tumbuhan telah berkurang. Persentase cara pengolahan disajikan pada Tabel 7: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tabel 7 Cara pengolahan tumbuhan obat Cara pengolahan Direbus Ditumbuk Diremas Tanpa Pengolahan Dibuat teh Dicampur makanan atau minuman Dimasak Diseduh Diasap Persentase 48.1 21.1 10.8 9.2 3.2 2.2 2.2 2.2 1.1 Tumbuhan obat dikonsumsi dengan berbagai cara pemakaian. Sebanyak 49.7% tumbuhan obat yang telah diolah dikonsumsi dengan cara diminum. Umumnya tumbuhan obat yang diolah dengan cara direbus cara pemakaiannya dengan meminum air hasil rebusan. Cara pemakaian lainnya, yaitu dengan cara ditempelkan dan dioles, masing-masing sebanyak 18.1% dan 5.3%. Pemakaian dengan cara ditempelkan dan dioleskan dilakukan untuk mengobati luka luar atau penyakit kulit. Selanjutnya, cara pemakaian tumbuhan obat dengan dimakan dan dimakan langsung, yaitu sebanyak 9.4% dan 8.2%. Tumbuhan obat yang dikonsumsi dengan cara dimakan diolah terlebih dahulu, sedangkan dikonsumsi dengan cara dimakan langsung sebagai lalapan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Pemakaian dengan cara diteteskan sebanyak 4.0%. Pemakaian tumbuhan obat dengan cara diteteskan dilakukan untuk mengobati sakit mata. Cara pemakaian lainnya, yaitu sebanyak 5.3%. Pengolahan dan pemakaian tumbuhan obat tergantung dari bagian tumbuhan obat yang digunakan dan jenis penyakit yang diderita. Daun merupakan bagian tumbuhan obat yang paling mudah diolah dan dipakai. Kondisi Penyebaran Tumbuhan Obat dan Status Tumbuhan Obat di Alam Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik tersebar pada beberapa tipologi habitat yang dapat dikelompokan menjadi pekarangan, sawah, kebun, pinggir jalan, dan hutan. Penyebaran suatu tumbuhan tergantung dari status tumbuhan di alam. Tumbuhan obat menyebar paling banyak di pekarangan rumah, yaitu sebesar 47%. Di pekarangan rumah, biasanya terdapat jenis-jenis tumbuhan berbunga, pohon peneduh, dan TOGA. Hal tersebut menunjukkan bahwa informan Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik memanfaatkan lahan yang berada di sekitar tempat tinggal untuk memenuhi kebutuhan terhadap tumbuhan obat. Tumbuhan obat sebagai bahan tumbuhan yang ditanam atau tumbuh sendiri di pekarangan mudah diperoleh sehingga menghemat biaya dan tenaga. Menurut Zuhud (2009) umumnya tumbuhan obat yang terdapat di lahan pekarangan ditanam, karena kesadaran pentingnya apotek hidup di pekarangan rumah. Kondisi penyebaran tumbuhan obat disajikan pada Gambar 5: 17 kebun 16% pinggir jalan 9% hutan 7% sawah 21% pekarangan 47% Gambar 5 Kondisi penyebaran tumbuhan obat Status di alam adalah sifat tumbuhan yang tumbuh pada habitat tertentu, baik itu liar, semidomestika, dan domestika. Sebagian besar tumbuhan obat yang ada di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik merupakan tanaman obat yang telah dibudidayakan. Sebanyak 56.6% tumbuhan obat adalah domestik, artinya tumbuhan tersebut sudah banyak dibudidayakan masyarakat. Contoh jenis tanaman obat yang telah dibudidayakan masyarakat adalah jenis jahe merah (Zingiber officinale). Budidaya merupakan salah satu hal penting untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan manfaat dari suatu spesies (Zuhud 2009). Menurut Zuhud (2009), masyarakat Kampung Gunung Leutik membudidayakan tumbuhan obat yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari hari. Tumbuhan obat yang termasuk kategori semidomestika, yaitu sebesar 24.3%, artinya tumbuhan tersebut dapat hidup secara liar atau budidaya. Contoh jenis tumbuhan obat yang termasuk kategori semidomestika adalah jenis sambiloto (Andographis paniculata). Sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti dikebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab atau di pekarangan (Dalimartha 1999). Sambiloto banyak dimanfaatkan informan di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik, sehingga beberapa warga membudidayakannya. Disamping itu, informan juga masih menggunakan tumbuhan obat yang termasuk kategori liar, yaitu sebesar 19.1%. Status tumbuhan obat di alam memiliki kaitan atau hubungan dengan kondisi penyebaran tumbuhan. Tumbuhan obat liar umumnya menyebar di manamana dan tumbuh secara alami. Penyebaran tumbuhan obat liar di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik, yaitu di kebun, pinggir jalan, hutan, pekarangan dan sawah. Tumbuhan obat domestik umumnya menyebar pada habitat tertentu, misalnya di pekarangan dan kebun. Tumbuhan obat semidomestika, kondisi penyebarannya lebih luas dibanding tumbuhan obat domestik. Tumbuhan obat semidomestika dapat menyebar di pekarangan, kebun, sawah, hutan, dan pinggir jalan. 18 Index Kepentingan Budaya (Index of Cultural Significance) Index of Cultural Significance (ICS) atau Index Kepentingan Budaya merupakan suatu analisis etnobotani kuantitatif yang menunjukkan kepentingan tiap-tiap jenis tumbuhan berguna berdasarkan pada keperluan masyarakat (Munawaroh et al. 2011). Angka hasil perhitungan ICS menunjukkan tingkat kepentingan setiap jenis tumbuhan berguna oleh masyarakat. Nilai ICS didasarkan atas pemberian nilai atau skor pada kualitas, intensitas, dan ekslusifitas dari jenisjenis tumbuhan yang dimanfaatkan. Perhitungan ICS bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan yang paling penting bagi kehidupan masyarakat (Ajiningrum 2011). Hasil perhitungan 10 nilai ICS tertinggi dari jenis tumbuhan obat disajikan pada Tabel 8 berikut: Tabel 8 Jenis tumbuhan yang memiliki nilai ICS tertinggi No Spesies Nama ilmiah Keterangan Nilai Skor 1 2 Penting Jahe merah Zingiber officinale 117 2 2 Penting Temulawak Curcuma xanthorrizha 87 3 Erythrina lithosperma 2 Penting Dadap 82.5 4 Andrographis paniculata 2 Penting Sambiloto 78 5 Dracaena angustifolia 2 Penting Suji 76.5 6 Piper betle 2 Penting Sirih 75 7 Blumea balsamifera 2 Penting Sembung 72 8 Kaempferia galanga 1 Kurang Penting Kencur 61.5 9 1 Kurang Penting Lempuyang Zingiber aromaticum 61.5 10 Kunyit Curcuma domestica 1 Kurang Penting 58.5 Berdasarkan hasil perhitungan ICS diperoleh jenis-jenis yang memiliki nilai ICS tertinggi (Tabel 8). Menurut Turner (1988) semakin banyak kegunaan suatu tumbuhan, maka semakin besar nilai kepentingan tumbuhan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Rosmiati (2010) dari 20 responden yang diwawancarai, menyatakan bahwa spesies tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Gunung Leutik adalah jahe merah, kunyit, sirih, dadap, dan sembung. Jenis yang memiliki nilai ICS tertinggi, yaitu jenis jahe merah (Zingiber officinale) yang termasuk ke dalam famili Zingiberaceae dengan nilai ICS sebesar 117 (Tabel 8). Berdasarkan nilai ICS tersebut dapat dikategorikan bahwa jahe merah memiliki peranan penting dalam budaya masyarakat khususnya informan. Budaya disini memiliki arti pola keseharian masyarakat. Jahe merah memiliki kualitas sebagai tumbuhan obat yang berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, seperti masuk angin, asam urat, batuk, kanker, menghangatkan badan, meredakan pegal-pegal, migrain, vertigo, meriang, batuk, dan menambah stamina, serta digunakan sebagai bumbu masak. Intensitas penggunaan jahe merah oleh informan termasuk kategori sering digunakan dan tumbuhan sudah dibudidayakan. Ekslusivitas atau tingkat kesukaan menunjukkan bahwa jenis jahe merah paling disukai dalam mengobati berbagai penyakit daripada jenis-jenis lainnya. Jenis lainnya yang memiliki ekslusivitas tinggi atau paling disukai untuk mengobati sakit kepala, demam, meriang, masuk angin adalah jenis bawang merah (Allium cepa). 19 Jenis kedua yang memiliki nilai ICS tertinggi adalah jenis temulawak (Curcuma xantorrizha), yaitu sebesar 87. Jenis ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terutama sebagai obat penyakit liver. Intensitas penggunaan temulawak, yaitu sering digunakan dan ekslusivitas atau tingkat kesukaan tumbuhan paling disukai. Temulawak banyak digunakan sebagai obat, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran, yaitu sebagai hepatoprotektor, anti-inflamasi, antikanker, antidiabetes, antimikroba, antihiperlipidemia, dan pencegah kolera (Hwang 2006). Gambar 6 Jahe merah (Zingiber officinale) dan temulawak (Curcuma xantorrizha) Jenis tumbuhan obat lainnya yang memiliki nilai ICS tertinggi lainnya, yaitu, dadap (Erythrina lithosperma) yang termasuk ke dalam famili Fabaceae dengan nilai ICS sebesar 82.5 yang termasuk pada kategori tumbuhan obat penting. Kualitas penggunaan dadap adalah sebagai tumbuhan obat. Informan memanfaatkan dadap (Erythrina lithosperma) untuk mengobati panas dalam, sakit dada, batuk, dan demam. Menurut Heyne (1987a) daun dadap yang ditumbuk dapat diminum sebagai obat pendarahan sehabis melahirkan. Intensitas penggunaan dadap untuk mengobati penyakit oleh informan tergolong sering. Ekslusifitas dadap sebagai obat penurun panas termasuk paling disukai. Sehingga dadap merupakan salah satu tumbuhan obat penting bagi informan. Sambiloto (Andrographis paniculata) termasuk ke dalam famili Acanthaceae memiliki nilai ICS sebesar 78 yang termasuk dalam kategori tumbuhan obat penting. Sambiloto memiliki khasiat menyembuhkan penyakit gula, typus, demam, serta penawar racun gigitan ular (Heyne 1987b). Kualitas penggunaan sambiloto, yaitu sebagai tumbuhan obat untuk mengobati berbagai penyakit. Informan memanfaatkan daun sambiloto sebagai obat diabetes, radang telinga, sakit gigi, paru-paru, batuk dan penyakit kulit. Intensitas penggunaan sambiloto oleh informan tergolong sering dengan ekslusivitas paling disukai. Suji (Dracaena angustifolia) termasuk ke dalam famili Liliaceae memiliki nilai ICS sebesar 76.5 yang termasuk dalam kategori tumbuhan obat penting. Kualitas penggunaan suji oleh infoman adalah sebagai obat dan pewarna makanan. Suji merupakan pewarna alami makanan berwarna hijau. Suji dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat untuk meredakan panas dada, panas dalam, batuk, demam, peluruh dahak, dan penyakit paru-paru. Intensitas 20 penggunaan suji oleh informan tergolong sering. Ekslusivitas atau tingkat kesukaan penggunaan suji, yaitu paling dipilih atau disukai oleh informan. Sirih (Piper betle) termasuk ke dalam famili Piperaceae memiliki nilai ICS sebesar 75 yang termasuk dalam kategori tumbuhan obat penting. Sirih memiliki banyak khasiat sebagai obat untuk mengobati masalah mulut, membersihkan luka, keputihan, batuk, sakit gigi, mimisan (Heyne 1987a). Sirih banyak digunakan oleh wanita untuk mengobati penyakit khusus wanita, seperti keputihan. Sirih juga memiliki manfaat untuk mengobati mimisan, perawatan sehabis melahirkan, bau mulut, menghilangkan biang keringat, sakit gigi, dan menghilangkan bau badan. Intensitas penggunaan sirih oleh informan tergolong sering dengan ekslusifitas paling disukai. Tumbuhan obat lainnya yang paling disukai oleh infoman untuk menghilangkan bau badan adalah beluntas (Pluchea indica). Sembung (Blumea balsamifera) termasuk ke dalam famili Asteraceae memiliki nilai ICS sebesar 72 yang termasuk dalam kategori tumbuhan obat penting. Sembung dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit jantung, menstabilkan tubuh, meningkatkan stamina, perawatan sehabis melahirkan, pegal-pegal, dan membersihkan darah. Menurut Dalimartha (1999) daun sembung memiliki manfaat meredakan persendian yang sakit sehabis melahirkan, masalah persendian, demam, kembung, sariawan, kencing manis, dan nyeri haid. Masyarakat memanfaatkan daun sembung sebagian besar untuk perawatan sehabis melahirkan dan mengobati pegal-pegal. Intensitas penggunaan sembung oleh informan tergolong sering dengan ekslusivitas paling dipilih atau disukai. Gambar 7 Dadap (Erythrina lithosperma) dan sambiloto (Andrographis paniculata) Manfaat Kampung Konservasi TOGA Manfaat Peningkatan Pengetahuan dan Sosial Budaya Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik selama pencanangannya memberikan manfaat peningkatan pengetahuan bagi informan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, informan mendapatkan tambahan pengetahuan 21 mengenai jenis-jenis tumbuhan obat yang sebelumnya tidak diketahui manfaatnya. Telah dibahas sebelumnya bahwa penggunaan jenis tumbuhan obat meningkat setelah dicanangkannya Kampung Konservasi TOGA. Peningkatan pengetahuan terhadap jenis-jenis tumbuhan obat dapat mengurangi penggunaan obat konvensional, karena tumbuhan obat dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan terhadap berbagai macam penyakit. Bertambahnya pengetahuan menghasilkan lebih banyak jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan sebagai alternatif jika jenis tumbuhan obat tertentu tidak ditemukan atau tidak tersedia. Pencanangan Kampung Konservasi TOGA di Kampung Gunung Leutik memberikan manfaat sosial budaya masyarakat, khususnya untuk para informan. Manfaat sosial yang diperoleh, yaitu peningkatan interaksi sosial masyarakat khususnya yang tergabung dalam kelompok TOGA. Selain interaksi sesama kader TOGA, saling membantu antar kader TOGA dan masyarakat lainnya juga dapat meningkatkan interaksi sosial. Pencanangan Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik diharapkan mampu mempertahankan budaya pengetahuan tumbuhan obat yang diwariskan secara turun temurun. Manfaat Kesehatan Menurut Damayanti et al. (2009) pembangunan kesehatan berbasis sumberdaya domestik memungkinkan tercapainya masyarakat mandiri kesehatan. Masyarakat mandiri kesehatan artinya masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhannya untuk menyehatkan diri, keluarga dan kelompok terdekatnya dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya (Damayanti et al. 2009). Kesesuaian dan kecocokan bahan baku ramuan tradisional untuk mengobati suatu penyakit memang didasarkan pada pengalaman turun temurun. Selama ini obat tradisional dianggap cukup manjur untuk mengobati berbagai macam penyakit. Selain itu, metode farmakologi modern senantiasa berhasil mengungkapkan adanya dasar-dasar ilmiah dibalik resep-resep ramuan tradisional. Ramuan tradisional yang digunakan oleh informan dapat dilihat pada Lampiran 3. Umumnya informan memanfaatkan tumbuhan obat untuk kepentingan kesehatan, baik perawatan sehari-hari atau pengobatan ketika sakit. Pengetahuan membuat ramuan dari tumbuhan obat diperoleh informan dari berbagai sumber. Ramuan yang dibuat oleh informan sudah dirasakan khasiatnya walaupun belum ada uji klinis. Ramuan obat digunakan untuk mengobati penyakit ringan maupun penyakit berat. Berdasarkan hasil wawancara terdapat 40 ramuan yang digunakan oleh informan untuk mengobati 31 jenis penyakit (Lampiran 3). Penyakit ringan yang dapat disembuhkan dengan ramuan yang ada, yaitu sakit gigi, asam urat, batuk, diare, keseleo, luka, meriang, panas dalam, meriang, pegal-pegal, pelangsing, penyakit kulit, perawatan sehabis melahirkan, pusing, demam, sakit perut, sakit pinggang, sariawan, pengencer darah, dan penghilang bau badan. Sedangkan, penyakit berat yang dapat disembuhkan dengan ramuan yang ada, yaitu darah tinggi, jantung koroner, kurang darah, liver, paru-paru, peluruh kencing, radang usus, usus buntu (Lampiran 3). Pemanfaatan tumbuhan obat di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik diolah dari satu jenis atau berbagai jenis tumbuhan obat dalam bentuk ramuan tumbuhan obat. Jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan dalam ramuan, yaitu sebanyak 54 jenis tumbuhan obat. Jenis tumbuhan obat yang digunakan 22 dalam ramuan tersebut yang termasuk kategori penting menurut perhitungan ICS adalah jahe merah, temulawak, dadap, sambiloto, sirih, sembung, dan suji. Contoh ramuan tumbuhan obat yang digunakan oleh informan untuk mengobati diare terdiri dari 5 helai daun jambu biji yang direbus dengan sekitar 3 gelas air, lalu air sisa rebusannya sebanyak 1 gelas diminum. Contoh ramuan tumbuhan obat lainnya yang digunakan oleh informan, yaitu ramuan bandotan untuk mengobati penyakit maag. Ramuan bandotan terdiri dari segenggam bandotan direbus kemudian diminum airnya. Contoh ramuan tersebut sama dengan yang dilakukan oleh masyarakat di di Kampung Babakan-Cengal Desa Cikaracak Kecamatan Leuwiliang, Bogor (Aristantia 2012). Ramuan-ramuan untuk mengobati penyakit-penyakit ringan tersebut umum diketahui oleh masyarakat. Pemakaian obat tradisional tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti pada obat modern. Hal ini dikarenakan didalam tanaman atau bahan alam masih terkandung senyawa kimia pendukung lainnya yang memberikan efek sinergitas terhadap senyawa-senyawa lain dalam bahan, dibandingkan dengan obat modern yang hanya mengandung komponen tunggal (Hernani dan Marwati 2012). Manfaat Ekonomi Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar informan memiliki mata pencaharian sebagai ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 67.8%. Mata pencaharian lainnya, yaitu PNS sebanyak 9.2%, pedagang sebanyak 4.6%, petani sebanyak 4.6%, penjahit sebanyak 4.6%, supir sebanyak 4.6%, dan tidak bekerja sebanyak 4.6%. Ibu rumah tangga lebih banyak memanfatakan tumbuhan obat. Hal tersebut dikarenakan ibu rumah tangga memanfaatkan tumbuhan dan tanaman obat untuk kepentingan keluarganya. Tumbuhan obat digunakan oleh ibu rumah tangga sebagai alternatif pengobatan yang mudah dan murah. Sebagian besar sifat pemanfaatan tumbuhan obat oleh informan di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik adalah subsisten, yaitu sebesar 90.1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa informan memanfaatkan tumbuhan obat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri tanpa harus membeli obat konvensional atau berobat ke dokter. Sifat pemanfaatan tumbuhan obat secara komersial adalah 1.3% dan secara subsisten-komersial adalah sebanyak 8.6%. Informan menjual jenis tumbuhan obat bukan sebagai penghasilan utama, tetapi sebagai penghasilan tambahan. Informan memperoleh tumbuhan obat dengan berbagai cara, yaitu dengan menanam sebanyak 36.4%, membeli sebanyak 18.2%, meminta sebanyak 15.7% dan mengambil sebanyak 29.7%. Informan banyak menanam tumbuhan obat baik di pekarangan atau di kebun yang dimilikinya. Informan lebih mudah memperoleh tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan apabila menanam sendiri. Cara memperoleh lainnya, yaitu dengan mengambil sendiri dari alam khusus untuk tumbuhan kategori liar. Hal tersebut menunjukkan masyarakat khususnya informan lebih bergantung kepada sumber daya tumbuhan obat yang ada di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini dapat menghemat biaya untuk berobat maupun membeli obat-obatan konvensional. Penggunaan tumbuhan obat oleh informan, merupakan manfaat ekonomi yang secara tidak langsung didapatkan oleh mereka. Data yang diperoleh dari 23 Puskesmas Ciampea menunjukkan bahwa terdapat 10 besar penyakit yang biasa diderita oleh masyarakat (Tabel 9). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tabel 9 Jenis penyakit yang diderita masyarakat (2013) Kisaran Biaya Pengobatan (Rp) Nama Penyakit Diare 4 419 ISPA 15 829 Dermatitis 10 703 Gangguan lain pada kulit 12 048 Varicela 75 174 Influenza 10 550 Abses 4 123 Konjungtivitis 3 456 Karies gigi 1 544 Penyakit pulpa 3 553 Berdasarkan Tabel 9, penyakit yang paling sering diderita oleh masyarakat adalah penyakit diare. Penyakit diare, ISPA, gangguan pada kulit, dermatitis, penyakit gigi (karies gigi dan penyakit pulpa) dapat diobati dengan ramuan tumbuhan obat yang digunakan oleh informan. Sehingga, informan dapat menghemat biaya pengobatan untuk satu kali pengobatan untuk penyakit diare sebanyak Rp4 419, ISPA sebanyak Rp15 829, gangguan pada kulit sebanyak Rp12 048, dermatisis sebanyak Rp10 703, penyakit gigi (karies gigi dan penyakit pulpa) sebanyak Rp5 097 (Tabel 9). Kisaran biaya diperoleh dari harga obat yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit tersebut yang di jual di pasaran. Untuk penyakit berat, misalnya penyakit jantung koroner, liver, dan darah tinggi, informan mengeluarkan biaya setiap kali berobat atau check up berkisar antara Rp35 000 - Rp50 000. Ibu Yeti yang menderita penyakit jantung koroner, awalnya check up setiap minggu. Setelah menggunakan ramuan tumbuhan obat, check up menjadi satu bulan sekali, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat sebanyak Rp150 000/bulan. Bapak Jahri yang menderita penyakit liver, jantung koroner, dan hipertensi harus setiap bulan chek up ke dokter. Setelah menggunakan ramuan tumbuhan obat, Bapak Jahri dapat menghemat sebanyak Rp50 000/bulan. Penyakit hipertensi yang diderita Ibu Nana mengharuskannya untuk check up setiap 3 bulan sekali dengan biaya sekali check up Rp35 000. Setelah mengkonsumsi ramuan tumbuhan obat Ibu Nana tidak perlu check up lagi, sehingga dapat menghemat uang sebesar Rp35 000/3 bulan. Selain manfaat ekonomi berupa penghematan biaya berobat, pencanangan kampung konservasi TOGA di Kampung Gunung Leutik merupakan sarana promosi bagi masyarakat. Masyarakat dari berbagai daerah banyak yang datang dan ingin membawa oleh-oleh, berupa produk obat yang diproduksi masyarakat. Sebanyak 32% informan mendapatkan keuntungan ekonomi dari hasil penjualan tumbuhan obat. Jenis produk yang dijual oleh informan, berupa tumbuhan segar, simplisia, dan ramuan/ produk tumbuhan obat, seperti jahe merah instan, temulawak instan, dan berbagai macam teh tumbuhan obat. Pendapatan yang diperoleh informan setiap bulannya pada tahun 2011-2012 sekitar Rp100 000 - 24 Rp800 000. Tetapi pendapatan tersebut tidak menentu, tergantung banyaknya pesanan dan konsumen yang datang untuk membeli produk tumbuhan obat. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini telah dapat mengidentifikasi manfaat kampung konservasi TOGA Gunung Leutik bagi masyarakat Desa Benteng, khususnya para informan. Manfaat tersebut adalah: 1. Tumbuhan obat yang penting dan mempengaruhi budaya keseharian masyarakat khususnya para informan, yaitu jahe merah (Zingiber officinale), temulawak (Curcuma xantorrizha), dadap (Erythrina lithosperma), sambiloto (Andrographis paniculata), suji (Dracaena angustifolia), sirih (Piper betle), dan sembung (Blumea balsamifera). Spesies tumbuhan obat tersebut dapat menjadi spesies unggulan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan. 2. Keberadaan pekarangan sebagai apotek hidup merupakan hal yang penting bagi masyarakat khususnya informan. Pekarangan dapat digunakan sebagai tempat untuk pembudidayaan tumbuhan obat. 3. Sifat pemanfaatan tumbuhan di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik paling tinggi adalah subsisten. Hal tersebut menunjukkan bahwa informan telah mandiri kesehatan dengan memanfaatkan sumberdaya tumbuhan obat di sekitar tempat tinggalnya. 4. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh informan memberikan tambahan pendapatan dan mengurangi biaya pengeluaran untuk berobat. Saran Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk dapat mengakomodasi lebih banyaknya pemanfaatan tumbuhan obat, perlu adanya lanjutan penelitian serupa dengan menggunakan metode penarikan contoh selain metode snowball. Contohnya dengan menggunakan teknik penarikan contoh stratified ramdom sampling ataupun metode wealth ranking yang ditujukan kepada masyarakat desa secara umum. 2. Perlu ada kajian lebih lanjut tentang prioritas konservasi terutama bagi jenisjenis tumbuhan obat yang Index of Cultural Significance-nya paling tinggi. 3. Perlu adanya konservasi dan pengembangan serta promosi kembali mengenai TOGA dan Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik, agar masyarakat luas mengetahui dan memanfaatkan tumbuhan obat. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Karakteristik penduduk. Tersedia pada http://www.datastatistik.com/. Diunduh pada 7 juli 2014. 25 Ajiningrum PS. 2011. Valuasi potensi keanekaragaman jenis hasil hutan nonkayu (HHNK) masyarakat lokal Dayak Lundayeh dan Uma’lung di Kabupaten Malinau Kalimantan Timur [tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Aristantia T. 2012. Kajian pemanfaatan tumbuhan obat keluarga di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bodeker G. 2000. Indigenous Medical Knowledge: The Law and Politics of Protection. Oxford Intellectual Property Research Centre Seminar. 2000 Januari 25; Oxford, Inggris, Inggris (GB): Oxford University. Bodeker G. 2005. Medicinal Plant Biodiversity & Local Healthcare: Sustainable Use & Livelihood Development. Paper. Division of Health Sciences & Institute for International Development, University of Oxford & Dept of Epidemiology, Mailman School of Public Health, Columbia University. Dalimartha S. 1999. Atlas tumbuhan obat Indonesia Jilid 1. Jakarta (ID): Trubus Agriwidya. Dalimartha S. 2003a. Atlas tumbuhan obat Indonesia Jilid 2. Jakarta (ID): Trubus Agriwidya. Damayanti EK. 1999. Kajian Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit Penting pada Berbagai Etnis Di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Damayanti EK, Zuhud EAM, Sangat HM, Permanasari T. 2009. Pemanfaatan dokumentasi pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk mewujudkan masyarakat mandiri kesehatan. Seminar Nasional Etnobotani IV; 2009 Mei 18. Cibinong, Indonesia. Cibinong (ID): LIPI. Fahmi, Haryani TS, Ismanto. _______. Inventarisasi familia Asteraceae di Kebun Raya Bogor. Paper. Universitas Pakuan. Hamzari. 2008. Identifikasi tanaman obat-obatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan Tabo-tabo. Jurnal hutan dan Masyarakat Vol. 3: 2(111-234). Hernani, Marwati T. 2012. Teknologi pascapanen tanaman obat. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Heyne K. 1987a. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Jakarta (ID): Balai Litbang Departemen Kehutanan. Heyne K. 1987a. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta (ID): Balai Litbang Departemen Kehutanan. Hwang, J.K. 2006. Xanthorrizol; A New Bioactive Natural Compound. Seoul (KR): Universty of Yonsei. Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan sumberdaya tumbuhan oleh masyarakat Dayak Meratus di kawasan hutan Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Laurence J, Bacharach M. 1964. Analytical Toxicology. Philadelphia (US): CRC Press. Munawaroh E, Saparita R, Purwanto Y. 2011. Ketergantungan masyarakat pada hasil hutan non kayu di Malinau, Kalimantan Timur: suatu analisis etnobotani dan implikasinya bagi konservasi hutan. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus. 7A:51-58 26 Purwanto Y._________. Etnobotani: ilmu interdisipliner, metodologi, aplikasinya dalam pengembangan sumberdaya tumbuhan. Bogor (ID): Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Ramadevi R. Surendran E, Ravindran PN. 2004. Ginger : The Genus Zingiber. editor: Ravindran PN dan Babu KN. Florida (US): CRC Press. Rosmiati S. 2010. Pengembangan tumbuhan obat keluarga melalui peran serta masyarakat (studi kasus di Kampung Gunung Leutik Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suryawan A, Kinho J, Mayasari A. 2013. Struktur dan sebaran jenis-jenis suku Euphorbiaceae di Cagar Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara. Info BPK Manado. 3(2):89-102. Solikin. 2004. Jenis-jenis tumbuhan suku Poaceae di Kebun Raya Purwodadi. Biodiversitas. 5(1):23-27. Supranto J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga. Syukur R, Alam G, Mufidah, Rahim A, Tayeb R. 2011. Aktivitas antiradikal bebas beberapa ekstrak tanaman famili Fabaceae. JST Kesehatan. 1(1)61-67. Turner NJ. 1988. The importance of a rose: evaluating the cultural significance of plants in Thompson and Lillooet Interior Salish. Journal of American Antrophology. 90(2):272-290. Zuhud EAM. 2009. Revitalisasi konservasi tumbuhan obat keluarga (TOGA) guna meningkatkan kesehatan dan ekonomi keluarga mandiri di desa contoh lingkar kampus IPB Darmaga Bogor. Laporan Akhir Penelitian Penelitian strategis Unggulan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zuhud EAM, Hikmat A, Siswoyo, Sandra E, Kartikasari R. 2011. Revitalisasi konservasi tumbuhan obat keluarga (TOGA) guna meningkatkan kesehatan dan ekonomi keluarga mandiri di desa contoh lingkar kampus IPB Darmaga Bogor. Jurnal llmu Pertanian Indonesia. 16(2):71-80. Lampiran 1 Rekapitulasi tumbuhan obat beserta karakteristiknya No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus 1 Alang-alang Imperata cylindrica Poaceae Herba 2 Alpukat Persea americana Lauraceae 3 Antanan/pegagan 4 Anting-anting Centella asiatica Acalypha australis Pohon Apiaceae Euphorbiaceae Herba Semak Sawah, kebun Pekarangan, sawah Liar Liar Kebun Domestik Direbus Direbus, dibuat teh Direbus Dicampur makanan atau minuman Hutan, kebun Domestik Diseduh Kebun Domestik Kebun Pekarangan, sawah, kebun, pinggir jalan Kebun Semidomestik Direbus Tanpa pengolahan Liar Domestik Direbus Ditumbuk Kebun Kebun Kebun Sawah Pekarangan, kebun Pekarangan Pekarangan, pinggir jalan, sawah Domestik Domestik Domestik Domestik Domestik Semidomestik Direbus Ditumbuk Ditumbuk Dimasak Direbus, diseduh Direbus Domestik Direbus Arenga pinnata Arecaceae Tamarindus indica Fabaceae 7 Bambu kuning Bambusa vulgaris Poaceae Pohon Pohon Bambu 8 Bambu tali Gigantochloa apus Ageratum conyzoides Zingiber purpureum Eleutherine americana Allium cepa Allium sativum Amaranthus tricolor Averrhoa carambola Averrhoa bilimbi Poaceae Bambu Asteraceae Zingiberaceae Herba Herba Iridaceae Liliaceae Liliaceae Amaranthaceae Oxalidaceae Oxalidaceae Herba Herba Herba Herba Pohon Pohon Pluchea indica Asteraceae Perdu Bawang dayak Bawang merah Bawang putih Bayam Belimbing manis Belimbing wuluh 17 Beluntas Cara pengolahan Ditumbuk, direbus Liar 5 Aren 11 12 13 14 15 16 Status di Alam Sawah, kebun Kebun, pinggir jalan, pekarangan 6 Asem jawa 9 Bandotan 10 Bangle Kondisi penyebaran Domestik 27 28 Lampiran 1 Rekapitulasi tumbuhan obat beserta karakteristiknya (lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Maoutia dipversifolia Anredera cordifolia Kondisi penyebaran Status di Alam Cara pengolahan Direbus Direbus, diremas Ditumbuk, direbus Urticaceae Basellaceae Semak Liana Pinggir jalan Pekarangan, kebun Liar Semidomestik Tinospora crispa Hibiscus rosasinensis Clitoria ternatea Menispermaceae Liana Pekarangan, kebun Semidomestik Malvaceae Fabaceae Perdu Semak Pekarangan Pekarangan Semidomestik Semidomestik Piperaceae Solanaceae Solanaceae Liana Perdu Semak Kebun, pekarangan Kebun Pekarangan, kebun Domestik Domestik Domestik Selaginellaceae Semak Kebun, hutan Liar Ditumbuk Araceae Herba Kebun Liar Diasap Myrtaceae Menispermaceae Solanaceae Sterculiaceae Pohon Perdu Herba Pohon Kebun Kebun, hutan, pekarangan Sawah, kebun, pekarangan Pekarangan Domestik Semidomestik Liar Domestik Direbus Diremas Direbus Ditumbuk 32 Dadap Piper retrofractum Capsicum annum Capsicum frutescens Selaginella doederleinii Homalomena latifrons Syzygium aromaticum Cyclea barbata Physalis minima Theobroma cacao Erythrina lithosperma Direbus Diremas Direbus, ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk Fabaceae Pohon Kebun, pekarangan Domestik 33 Dandang gendis 34 Daun dewa Clinacanthus nutans Gynura procumbens Acanthaceae Asteraceae Herba Kebun Sawah, pekarangan Liar Semidomestik Diremas, direbus Dikeringkan, direbus Direbus 18 Beubeunteuran 19 Binahong 20 Brotowali 21 Bunga sepatu 22 Bunga teleng 23 Cabe jawa 24 Cabe merah 25 Cabe rawit 26 Cakar ayam 27 Cariang merah 28 29 30 31 Cengkeh Cincau pohon Ciplukan Coklat / kakao Lampiran 1 Rekapitulasi tumbuhan obat beserta karakteristiknya (lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus 35 Daun mangkok Nothopanax scutellarium Araliaceae Perdu Kebun, pekarangan Domestik 36 Daun sendok Plantago major Plantaginaceae Herba Sawah, kebun, pinggir jalan Liar 37 38 39 40 Punica sp. Lansium domesticum Durio zibethinus Basella rubra Punicaceae Meliaceae Bombacaceae Basellaceae Pohon Pohon Pohon Herba Domestik Domestik Domestik Domestik Cannaceae Herba Semidomestik Malvaceae Portulacaceae Semak Semak Kebun, sawah Sawah Semidomestik Liar Direbus Direbus 44 Handeuleum Canna edulis Abelmoschus manihot Portulaca oleracea Graptophyllum pictum Pekarangan, kebun Pekarangan Kebun Kebun Sawah, kebun, pinggir jalan, hutan Cara pengolahan Direbus, dimasak Ditumbuk, diseduh Tanpa pengolahan Direbus Diremas Ditumbuk Tanpa pengolahan Acanthaceae Perdu Domestik Direbus 45 Harendong Melastoma affine Melastomataceae Semak Sawah, kebun, pekarangan Hutan, pinggir jalan, pekarangan Liar 46 Hareuga Bidens pilosa Asteraceae Semak Sawah, pekarangan Liar 47 Jahe merah 48 Jamblang Zingiber officinale Syzygium cumini Zingiberaceae Myrtaceae Herba Pohon Domestik Domestik 49 Jambu biji 50 Jarak pagar Psidium guajava Jatropha curcas Myrtaceae Euphorbiaceae Pohon Perdu Kebun Pekarangan, kebun Pekarangan, sawah, kebun, pinggir jalan Pekarangan, kebun Direbus Tanpa pengolahan Ditumbuk, direbus Direbus Domestik Semidomestik Diremas, direbus Diasap, diremas Delima Duku Durian Gandola ungu 41 Ganyong putih 42 Gedi 43 Gelang Kondisi penyebaran Status di Alam 29 30 Lampiran 1 Rekapitulasi tumbuhan obat beserta karakteristiknya (lanjutan) No Nama Lokal 51 Jawer kotok 52 53 54 55 Jengkol Jeruk bali Jeruk nipis Johar Nama Ilmiah Solenostemon scutellarioides Archidendron jiringa Citrus maxima Citrus aurantifolia Cassia siamea Habitus Kondisi penyebaran Status di Alam Cara pengolahan Lamiaceae Herba Kebun, sawah, pekarangan Semidomestik Diremas, direbus Fabaceae Rutaceae Rutaceae Fabaceae Pohon Pohon Perdu Pohon Kebun Pekarangan Pekarangan, kebun Pekarangan, Domestik Domestik Domestik Domestik Famili 56 Jonghe Emilia sonchifolia Asteraceae Herba Sawah Liar 57 Jotang Asteraceae Semak Sawah Liar Rubiaceae Apocynaceae Perdu Pohon Kebun, pekarangan Pekarangan Domestik Domestik Direbus, diremas Direbus Zingiberaceae Piperaceae Semak Semak Sawah, pekarangan Kebun, pekarangan Domestik Semidomestik Direbus Direbus Euphorbiaceae Asteraceae Perdu Herba Kebun, pekarangan, sawah Sawah, kebun Semidomestik Liar Direbus, dimasak Ditumbuk 64 Kayu manis 65 Kecubung Acmella paniculata Gardenia jasminoides Plumeria rubra Amomum compactum Piper sarmentosum Sauropus androgynus Tridax procumbens Cinnamomum burmannii Datura metel Direbus Direbus, diremas Diperas Ditumbuk Tanpa pengolahan Tanpa pengolahan Lauraceae Salanaceae Pohon Herba Kebun Pekarangan Domestik Domestik 66 Kedondong 67 Kedondong laut 68 Keji beling Spondias dulcis Anacardiaceae Polyscias fruticosa Araliaceae Strobilanthes crispus Acanthaceae Pohon Perdu Semak Kebun Kebun, pekarangan Pekarangan, kebun Domestik Domestik Domestik Dimasak Ditumbuk Tanpa pengolahan Direbus Direbus 58 Kaca piring 59 Kamboja 60 Kapulaga 61 Karuk 62 Katuk 63 Katumpangan Lampiran 1 Rekapitulasi tumbuhan obat beserta karakteristiknya (lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Kondisi penyebaran Status di Alam Cara pengolahan Tanpa pengolahan Dimasak Ditumbuk, direbus Tanpa pengolahan Ditumbuk Ditumbuk Tanpa pengolahan 69 Kelapa 70 Kemangi Cocos nucifera Ocimum sanctum Arecaceae Lamiaceae Pohon Semak Kebun Pekarangan Domestik Domestik 71 Kencur Kaempferia galanga Zingiberaceae Semak Sawah, kebun Semidomestik 72 Kenikir 73 Ketepeng 74 Ki encok Cosmos caudatus Cassia alata Plumbago zeylanica Asteraceae Fabaceae Plumbaginaceae Perdu Perdu Perdu Kebun, pekarangan Sawah, kebun, pekarangan Kebun, pekarangan Domestik Domestik Domestik 75 Ki korejat Laurentia longiflora Hemigraphis colorata Campanulaceae Herba Pinggir jalan Liar Acanthaceae Semak Sawah Liar Valerianaceae Herba Domestik Portulacaceae Herba Kebun Sawah, pekarangan, pinggir jalan Semidomestik Dimasak, direbus Zingiberaceae Rubiaceae Herba Pohon Hutan Hutan, kebun, Domestik Semidomestik 81 Kumis kucing Valeriana officinalis Talinum paniculatum Curcuma purpurascens Coffea arabica Orthosiphon aristatus Ditumbuk Direbus, ditumbuk Lamiaceae Herba Kebun, pekarangan Domestik 82 Kunyit 83 Kunyit putih Curcuma domestica Curcuma zedoaria Zingiberaceae Zingiberaceae Herba Herba Sawah, kebun, pekarangan Pekarangan Domestik Domestik Ditumbuk Ditumbuk Dibuat teh, direbus Dicampur masakan atau minuman, ditumbuk Direbus 76 Ki remek daging 77 Ki saat 78 Kolesom 79 Koneng tinggang 80 Kopi 31 32 Lampiran 1 Rekapitulasi tumbuhan obat beserta karakteristiknya (lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Kondisi penyebaran Habitus Semak Kebun, pekarangan 84 Lada Piper alba Piperaceae Semak 85 Lada hitam Piper nigrum Piperaceae Pohon Pekarangan 86 Lame/ pulai Alstonia scholaris Apocynaceae Pohon Pekarangan 87 Lempeni Ardisia elliptica Myrsinaceae Status di Alam Cara pengolahan Domestik Domestik Domestik Domestik Zingiberaceae Herba Kebun, sawah, hutan Liar Alpinia galanga Leucas lavandulifolia Zingiberaceae Herba Sawah Domestik Lamiaceae Herba Dimana-mana Liar Solanaceae Asphodelaceae Perdu Herba Pekarangan Pekarangan, kebun Semidomestik Domestik Thymelaeaceae Perdu Pekarangan, Domestik Direbus Meliaceae Pohon Dipinggir jalan Domestik Direbus 95 Manggis Solanum nigrum Aloe vera Phaleria macrocarpa Swietenia macrophylla Garcinia mangostana Ditumbuk Direbus Direbus Direbus Ditumbuk, dikeringkan Ditumbuk, direbus, dimasak Ditumbuk, direbus Tanpa pengolahan Direbus Clusiaceae Pohon Kebun, pekarangan Domestik 96 Marasi Curculigo latifolia Amaryllidaceae Semak Hutan, gunung, pinggir kali Liar Morinda citrifolia Phyllanthus niruri Cucumis sativus Azadirachta indica Rubiaceae Euphorbiaceae Cucurbitaceae Meliaceae Pohon Herba Herba Pohon Kebun, hutan, pekarangan Pinggir jalan, sawah Sawah Kebun, Semidomestik Liar Domestik Semidomestik Direbus Dicampur makanan atau minuman Ditumbuk, direbus Direbus Ditumbuk Ditumbuk 88 Lempuyang 89 Lengkuas 90 Leng-lengan 91 Leunca 92 Lidah buaya 93 Mahkota dewa 94 Mahoni 97 98 99 100 Mengkudu Meniran Mentimun Mimba Zingiber aromaticum Lampiran 1 Rekapitulasi tumbuhan obat beserta karakteristiknya (lanjutan) No Nama Lokal 101 Murbei Nama Ilmiah Morus alba Famili Moraceae Habitus Perdu 102 Nanas kerang Rhoeo discolor Artocarpus heterophyllus Commelinaceae Status di Alam Liar Cara pengolahan Diremas Semak Kondisi penyebaran Pekarangan Sawah, kebun, pinggir jalan, pekarangan Domestik Direbus Moraceae Pohon Pekarangan Domestik Costus spiralis Oryza sativa Myristica fragrans Pandanus amaryllifolius Pedilanthus pringlei Carica papaya Carica Sp Leucaena leucocephala Zingiberaceae Poaceae Myristicaceae Herba Herba Pohon Semidomestik Domestik Domestik Pandanaceae Euphorbiaceae Caricaceae Caricaceae Perdu Semak Perdu Perdu Hutan, kebun Sawah Kebun Sawah, kebun, pinggir jalan, pekarangan Kebun, pekarangan Kebun, sawah, pekarangan Kebun, sawah Fabaceae Pohon Pekarangan Semidomestik Musaceae Musaceae Musaceae Perdu Perdu Perdu Kebun Kebun Kebun Domestik Domestik Domestik 115 Rambutan Musa paradisiaca Musa sp Musa brachycarpa Nephelium lappaceum Direbus Tanpa pengolahan Ditumbuk Direbus Dimasak, ditumbuk Ditumbuk Direbus Dimasak, direbus Tanpa pengolahan Tanpa pengolahan, direbus Dimasak Direbus Sapindaceae Pohon Domestik Diremas 116 Rosela 117 Ruku-ruku Hibiscus sabdariffa Ocimum sanctum Malvaceae Lamiaceae Semak Semak Pinggir jalan Sawah, kebun, pinggir jalan, pekarangan Kebun, Domestik Domestik Direbus Dibuat teh 103 Nangka 104 Pacing 105 Padi 106 Pala 107 108 109 110 Pandan wangi Patah tulang Pepaya Pepaya gandul 111 Petai china 112 Pisang 113 Pisang asem 114 Pisang batu Domestik Domestik Semidomestik Semidomestik 33 34 Lampiran 1 Rekapitulasi tumbuhan obat beserta karakteristiknya (lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Hedyotis corymbosa Abrus precatorius Syzygium polyanthum Andrographis paniculata Gynura procumbens Melicope glabra Caesalpinia sappan Ocimum basilicum Rubiaceae Fabaceae Herba Liana Sawah, hutan, Kebun, pekarangan Liar Semidomestik Cara pengolahan Ditumbuk, direbus Diremas, diseduh Myrtaceae Pohon Pinggir jalan, pekarangan Semidomestik Direbus Acanthaceae Asteraceae Rutaceae Caesalpiniaceae Lamiaceae Herba Herba Semak Pohon Semak Sawah, pekarangan Pekarangan, kebun Hutan, pekarangan Kebun Kebun Semidomestik Domestik Semidomestik Domestik Domestik Direbus, diremas Direbus Direbus Direbus Direbus Paederia foetida Rubiaceae Herba Sawah, kebun Semidomestik Asteraceae Perdu Pinggir jalan, pekarangan Semidomestik Verbenaceae Perdu Pekarangan Semidomestik Araceae Herba Kebun Liar 130 Sereh 131 Sereh wangi Blumea balsamifera Clerodendrum serratum Alocasia macrorrhiza Cymbopogon citratus Cymbopogon nardus Direbus Dibuat teh, direbus Poaceae Poaceae Semak Semak Domestik Domestik 132 133 134 135 Sida rhombifolia Manihot utilissima Piper betle Piper crocatum Malvaceae Euphorbiaceae Piperaceae Piperaceae Semak Perdu Herba Herba Kebun, pekarangan, sawah Kebun Sawah, kebun, pinggir jalan, hutan Sawah, kebun Pekarangan, kebun Pekarangan, kebun Ditumbuk Tanpa pengolahan Ditumbuk, dimasak Direbus Liar Semidomestik Domestik Domestik Diremas, direbus Direbus, diremas Diremas, direbus Direbus 118 Rumput mutiara 119 Saga manis 120 Salam 121 122 123 124 125 Sambiloto Sambung nyawa Sampang Secang Selasih Sembukan / 126 kahitutan 127 Sembung 128 Senggugu 129 Sente Sidagori Singkong Sirih Sirih merah Kondisi penyebaran Status di Alam Lampiran 1 Rekapitulasi tumbuhan obat beserta karakteristiknya (lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus 136 Sirsak Annona muricata Annonaceae Pohon Kondisi penyebaran Hutan, sawah, kebun, pekarangan 137 Sosor bebek 138 Stevia Crassulaceae Asteraceae Semak Semak Kebun,pekarangan Kebun Domestik Domestik Liliaceae Perdu Pekarangan, kebun Semidomestik Diremas, direbus 140 Sukun Kalanchoe pinnata Stevia rebaudiana Dracaena angustifolia Artocarpus communis Cara pengolahan Direbus, dibuat teh Ditumbuk, direbus Dibuat teh Moraceae Pohon Semidomestik 141 Takokak Solanum torvum Solanaceae Perdu Direbus Tanpa pengolahan 142 Tapak liman Elephantopus scaber Asteraceae Herba Hutan, kebun Pinggir jalan, sawah, pekarangan Sawah, kebun, pekarangan, pinggir jalan Poaceae Asteraceae Zingiberaceae Semak Herba Herba Kebun Pinggir jalan Pekarangan Domestik Liar Domestik Zingiberaceae Zingiberaceae Herba Herba Pekarangan Domestik Domestik 139 Suji Status di Alam Semidomestik Semidomestik Liar 146 Temu kunci 147 Temu mangga Sasaccharum officinarum Sonchus arvensis Curcuma aeruginosa Gastrochilus panduratum Curcuma mangga 148 Temu putih 149 Temulawak Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Herba Herba Hutan, kebun, pekarangan Hutan, sawah,kebun Semidomestik Domestik 150 Tespong Oenanthe javanica Apiaceae Herba Sawah Domestik 143 Tebu 144 Tempuyung 145 Temu ireng Direbus Dicampur masakan atau minuman Direbus Direbus Dimasak Direbus Ditumbuk, direbus Direbus Tanpa pengolahan 35 36 Lampiran 1 Rekapitulasi tumbuhan obat beserta karakteristiknya (lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus 151 Timbul/ keluwih 152 Urang-aring Artocarpus communis Eclipta alba Moraceae Asteraceae Pohon Herba Kondisi penyebaran Pekarangan Sawah, kebun, Status di Alam Cara pengolahan Domestik Liar Direbus Diremas Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat No Nama Lokal 1 Alang-alang 2 Alpukat 3 Anting-anting 4 Aren 5 Asem jawa Manfaat Q I E ICS Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen Pegal-pegal, sakit pinggang Panas dalam Obat Penyakit peredaran darah (darah tinggi, kurang darah, dl) Obat penyakit ginjal Obat penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen Obat Pegal-pegal, sakit pinggang Buah 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 1 3 0.5 3 2 3 1 1 1 3 2 3 1 2 2 3 1 Obat Pegal-pegal, sakit pinggang 3 2 0.5 3 Pemanis alami Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Bumbu masak 3 3 3 2 3 4 1 1 2 9 6 24 6 4.5 18 9 3 18 9 12 12 Total ICS Skor Ket 37.5 1 Kurang Penting 54 1 Kurang Penting 3 1 9 1 30 1 Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama lokal 6 Bambu kuning 7 Bambu tali 8 Bandotan 9 Bangle 10 Bawang dayak 11 Bawang merah 12 Bawang putih 13 Bayam 14 Belimbing manis Manfaat Penyakit kuning, liver, hepatitis Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Bahan bangunan Penyakit kulit (panu, kadas kurap) Pengobatan luka luar dan luka dalam Masalah perut (sakit perut, diare, kembung, maag) Perawatan persalinan, pelancar ASI Ritual Penyakit jantung Penyakit diabetes Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Bumbu masak Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Penyakit jantung Asam urat dan rematik Bumbu masak Perawatan persalinan, pelancar ASI Sayuran Melancarkan darah Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Buah Q I E ICS 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 2 2 4 2 3 2 1 4 4 1 3 3 4 2 4 1 1 3 0.5 0.5 1 0.5 1 2 1 1 0.5 0.5 2 2 1 1 1 2 0.5 1 0.5 1 1 4.5 3 12 3 6 24 6 6 3 1.5 24 24 3 9 9 24 3 16 1.5 3 12 Total ICS Skor 4.5 1 15 1 33 1 Kurang Penting 12 1 Kurang Penting 4.5 1 Kurang Penting 48 1 Kurang Penting 45 1 Kurang Penting 20.5 1 Kurang Penting 15 1 Kurang Penting ket Kurang Penting Kurang Penting 37 38 Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 15 Belimbing wuluh 16 Beluntas 17 Beubeunteuran 18 Binahong 19 Brotowali 20 Bunga sepatu 21 Bunga teleng 22 Cabe jawa Manfaat Q I E ICS Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Sayuran Penyakit khusus wanita Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Sayuran 3 4 3 2 3 4 2 1 2 24 6 24 3 4 4 3 2 0.5 24 6 Perawatan persalinan, pelancar ASI Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penyakit tulang, sendi, otot Pengobatan luka luar dan luka dalam Penyakit khusus wanita Penyakit diabetes Penyakit kulit (panu, kadas kurap) Perawatan persalinan, pelancar ASI Penyakit saluran pencernaan Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Panas dalam Tanaman hias 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 2 2 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 1 6 6 6 24 24 3 3 3 1.5 3 4.5 6 2 2 2 4 4 2 2 2 1 2 3 3 Penyakit mata 3 2 1 6 Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) 3 2 0.5 3 Total ICS Skor Ket 30 1 Kurang Penting 54 1 Kurang Penting 6 1 Kurang Penting 36 1 Kurang Penting 33 1 Kurang Penting 15 1 Kurang Penting 6 1 3 1 Kurang Penting Kurang Penting Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 23 Cariang merah 24 Cabe merah 25 Cabe rawit 26 Cakar ayam 27 Cengkeh 28 Cincau pohon 29 Ciplukan 30 Coklat Manfaat Q I E ICS Masalah perut (sakit perut, diare, kembung, maag) Masalah perut (sakit perut, diare, kembung, maag) Bumbu masak Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Bumbu masak 3 3 3 3 3 4 2 2 4 3 3 4 0.5 0.5 1 1 0.5 1 3 3 12 9 4.5 16 Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen 3 2 0.5 3 Penghangat badan Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Panas dalam Penyakit saluran pencernaan Penyakit ginjal Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Pegal-pegal, sakit pinggang Mengempiskan bisul Buah 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 1 1 1 1 1 1 0.5 2 1 1 9 6 9 6 6 9 3 18 9 12 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 Total ICS Skor 3 1 15 1 29.5 1 3 1 9 1 21 1 Kurang Penting 36 1 Kurang Penting 21 1 Kurang Penting Ket. Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting 39 40 Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Q I E ICS Total ICS Skor Ket Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Panas dalam 3 3 3 3 3 4 5 4 0.5 2 2 2 4.5 24 30 24 82.5 2 Penting Penyakit diabetes 3 2 0.5 Penyakit jantung Meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh Penyakit khusus wanita Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh Sayuran Penyakit tulang, sendi, otot Pengobatan luka luar dan luka dalam Perawatan persalinan, pelancar ASI 3 3 3 2 3 3 0.5 0.5 1 4.5 3 9 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 2 2 2 1 1 1 1 0.5 24 6 16 9 6 3 Perawatan persalinan, pelancar ASI Penyakit kuning, liver, hepatitis Pegal-pegal, sakit pinggang Bahan bangunan Mengempiskan bisul Buah 3 3 3 4 3 4 2 3 2 1 3 3 1 1 0.5 0.5 1 1 6 9 3 2 9 12 Nama Lokal Manfaat Penyakit jantung 31 Dadap 32 Dandang gendis 33 Daun dewa 34 Daun mangkok 35 Daun sendok/ sendokan 36 Delima 37 Duku 38 Durian 3 1.5 1 Kurang Penting Kurang Penting 7.5 1 55 1 Kurang Penting 18 1 Kurang Penting 6 1 Kurang Penting 14 1 Kurang Penting 21 1 Kurang Penting Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 39 Gandola ungu 40 Ganyong putih 41 Gedi 42 Gelang 43 Handeuleum 44 45 Harendong Hareuga 46 Jahe merah 47 Jamblang Manfaat Penyakit mata Sakit pinggang, makanan Makanan sekunder Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penyakit ginjal Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen Penyakit jantung Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penyakit tulang, sendi, otot Pengobatan luka luar dan luka dalam Penyakit saluran pencernaan Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Pegal-pegal, sakit pinggang Meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh Asam urat dan rematik Bumbu masak Penyakit diabetes Q I E ICS 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 5 2 2 2 4 2 2 3 4 2 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 1 2 1 0.5 1 2 1 1 1 2 0.5 3 3 4 3 3 3 3 3 4.5 3 3 30 6 3 6 24 6 6 9 24 3 Total ICS 3 Skor Ket 1 K. Penting 7 1 K. Penting 6 1 K.Penting 3 1 K. Penting 6 1 K. Penting 4.5 3 1 1 K. Penting K. Penting 117 2 Penting 3 1 K. Penting 41 42 Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 48 Jambu biji 49 Jarak pagar 50 Jawer kotok 51 Jengkol 52 Jeruk bali 53 Jeruk nipis 54 Johar 55 Jonghe Manfaat Masalah perut (sakit perut, diare, kembung, maag) Buah Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penyakit gigi dan mulut Masalah perut (sakit perut, diare, kembung, maag) Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Penyakit khusus wanita Pengobatan luka luar dan luka dalam Perawatan persalinan, pelancar ASI Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Penyakit diabetes Sayuran Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Pegal-pegal, sakit pinggang Buah Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Bumbu masak Q I E ICS 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 5 3 3 3 2 2 3 2 4 1 4 3 3 2 3 3 4 3 2 1 1 2 1 0.5 1 1 2 0.5 2 1 1 0.5 1 1 2 1 30 12 9 18 6 3 9 6 24 1.5 24 12 9 3 12 9 24 9 Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen 3 2 0.5 3 Penyakit khusus wanita 3 2 1 6 Total ICS Skor Ket 42 1 Kurang Penting 33 1 Kurang Penting 42 1 Kurang Penting 37.5 1 Kurang Penting 24 1 Kurang Penting 42 1 Kurang Penting 3 1 6 1 Kurang Penting Kurang Penting Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 56 Jotang 57 Kaca piring 58 Kamboja 59 Kapulaga 60 Karuk 61 Katuk 62 Katumpangan 63 Kayu manis 64 Kecubung 65 Kedondong 66 Kedondong laut Manfaat Q I E Penyakit khusus wanita Penyakit ginjal Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Panas dalam Penyakit kuning, liver, hepatitis Penyakit gigi dan mulut Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Perawatan persalinan, pelancar ASI 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 1 1 0.5 0.5 0.5 0.5 6 6 9 9 3 3 3 3 Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) 3 4 2 24 Perawatan persalinan, pelancar ASI 3 4 2 24 Mengempiskan bisul 3 2 0.5 3 Bumbu masak 3 2 1 6 Penyakit tulang, sendi, otot Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Buah Penyakit khusus wanita Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan 3 3 4 3 0.5 0.5 1 2 3 1.5 12 24 2 1 3 4 3 3 1 ICS 9 Total ICS Skor Ket 6 1 Kurang Penting 24 1 Kurang Penting 6 1 Kurang Penting 6 1 Kurang Penting 24 1 24 1 3 1 6 1 3 1 13.5 1 33 1 Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting 43 44 Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 67 Keji beling 68 Kelapa 69 Kemangi 70 Kencur 71 Kenikir 72 Ketepeng 73 Ki encok Manfaat Q I E ICS Penyakit ginjal Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penawar racun Penyakit ginjal Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Bumbu masak Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Pengobatan luka luar dan luka dalam Perawatan persalinan, pelancar ASI Penghangat badan Masalah perut (sakit perut, diare, kembung, maag) Bumbu masak Penyakit jantung Sayuran 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 4 2 2 1 0.5 0.5 1 0.5 18 8 1.5 3 12 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 1 2 2 3 4 2 4 4 3 1 1 0.5 0.5 1 1 2 1 1 2 1 9 9 1.5 3 6 9 24 6 12 24 12 Penyakit kulit (panu, kadas kurap) Penyakit tulang, sendi, otot Pegal-pegal, sakit pinggang 3 4 3 4 3 2 2 2 0.5 24 24 3 Total ICS Skor Ket 27 1 Kurang Penting 19.5 1 Kurang Penting 18 1 Kurang Penting 61.5 1 Kurang Penting 36 1 Kurang Penting 24 1 27 1 Kurang Penting Kurang Penting Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 74 Ki korejat 75 Ki remek daging 76 Ki saat 77 Kolesom 78 Koneng tinggang 79 Kopi 80 Kumis kucing Manfaat Penyakit mata Penyakit tulang, sendi, otot Penyakit mata Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Pengobatan luka luar dan luka dalam Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen Penyakit khusus wanita Penyakit tulang, sendi, otot Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen Penyakit saluran pencernaan Perawatan persalinan, pelancar ASI Meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh Sayuran Perawatan persalinan, pelancar ASI Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Minuman Penyakit ginjal Penyakit khusus wanita Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen Meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh Q I E ICS 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 1 2 2 2 2 2 5 3 3 3 2 2 0.5 0.5 1 0.5 0.5 1 0.5 1 0.5 1 1 18 12 3 1.5 6 3 3 6 3 15 4.5 9 12 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 2 4 2 1 0.5 1 2 0.5 2 1 6 3 12 18 3 24 6 Total ICS Skor 18 1 15 1 13.5 1 Kurang Penting 49.5 1 Kurang Penting 6 1 Kurang Penting 15 1 Kurang Penting 51 1 Kurang Penting Ket Kurang Penting Kurang Penting 45 46 Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No 81 Nama Lokal Kunyit 82 Kunyit putih 83 Lada 84 Lada hitam 85 Lame/ pulai Manfaat Q I E ICS Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Penyakit khusus wanita Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penyakit kuning, liver, hepatitis Perawatan persalinan, pelancar ASI Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Masalah perut (sakit perut, diare, kembung, maag) Meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh Kanker Pegal-pegal, sakit pinggang Penyakit khusus wanita Cacingan Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Jantung Perawatan sehabis melahirkan Bumbu masak 3 3 3 3 3 1 2 3 3 2 1 1 1 1 1 3 6 9 9 6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 0.5 0.5 1 0.5 1 0.5 1 9 9 12 6 3 3 6 3 6 3 6 Menghangatkan badan Pegal-pegal, sakit pinggang Penyakit gigi dan mulut 3 3 3 2 3 2 1 0.5 0.5 9 3 3 Total ICS Skor Ket 63 1 Kurang Penting 18 1 Kurang Penting 18 1 Kurang Penting 9 1 6 1 Kurang Penting Kurang Penting Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 86 Lempeni 87 Lempuyang 88 Lengkuas 89 Leng-lengan 90 Leunca 91 Lidah buaya 92 Mahkota dewa 93 Mahoni Manfaat Q I E ICS Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Sayuran Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Penyakit saluran pencernaan Penyakit diabetes Masalah perut (sakit perut, diare, kembung, maag) Meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh Perawatan persalinan, pelancar ASI Penyakit kulit (panu, kadas kurap) Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Perawatan persalinan, pelancar ASI Bumbu masak 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 2 2 4 3 1 2 3 0.5 0.5 0.5 1 1 1 2 2 2 0.5 1 1 3 8 1.5 9 9 6 12 24 18 1.5 6 9 Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin 3 2 0.5 3 Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Sayuran Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Tanaman hias Penyakit kuning, liver, hepatitis Penyakit kulit (panu, kadas kurap) 3 4 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 0.5 1 0.5 1 1 0.5 3 8 3 4 9 3 Penyakit kuning, liver, hepatitis 3 3 1 9 Total ICS Skor Ket 7 1 Kurang Penting 61.5 2 Penting 34.5 1 Kurang Penting 3 1 11 1 7 1 Kurang Penting 11 1 Kurang Penting 9 1 Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting 47 48 Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 94 Manggis 95 Marasi 96 Mengkudu 97 Meniran 98 Mentimun 99 Mimba 100 Murbei 101 Nanas kerang Manfaat Q I E ICS Penyakit kuning, liver, hepatitis Penyakit diabetes Penyakit jantung Penyakit tulang, sendi, otot Buah Penyakit diabetes Pemanis alami Pengobatan luka luar dan luka dalam Pegal-pegal, sakit pinggang Meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Sayuran 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 1 2 2 2 3 1 1 1 0.5 1 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 9 6 9 3 12 1.5 4 3 3 4 Penyakit kulit (panu, kadas kurap) Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Buah Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Minuman 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 4 3 2 2 3 1 2 3 1 1 1 9 6 12 0.5 0.5 1 0.5 1 1 3 3 12 1.5 6 12 Total ICS Skor Ket 39 1 Kurang Penting 5.5 1 Kurang Penting 6 1 Kurang Penting 13 1 Kurang Penting 18 1 3 1 15 1 Kurang Penting 19.5 1 Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 102 Nangka 103 Pacing 104 Padi 105 Pala 106 Pandan wangi 107 Patah tulang 108 Pegagan Manfaat Penyakit kuning, liver, hepatitis Sayuran Buah Kontrasepsi Penyakit mata Makanan pokok Keseleo Meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Bumbu masak Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Bumbu masak Penyakit kulit (panu, kadas kurap) Penyakit tulang, sendi, otot Meningkatkan nafsu makan, stamina dan daya tahan tubuh Penyakit tulang, sendi, otot Pegal-pegal, sakit pinggang Penyakit khusus wanita Q I E ICS 3 4 4 3 3 5 3 3 3 3 3 2 3 1 4 5 3 2 2 2 0.5 1 1 1 2 2 1 0.5 1 1 4 8 12 3 24 50 9 3 6 6 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 2 1 1 0.5 1 0.5 0.5 1 0.5 12 9 3 6 3 3 6 3 Total ICS Skor Ket 24 1 Kurang Penting 27 1 Kurang Penting 59 1 Kurang Penting 15 1 Kurang Penting 21 1 Kurang Penting 9 1 Kurang Penting 15 1 Kurang Penting 49 50 Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 109 Pepaya 110 Pepaya gandul 111 Petai china 112 Pisang 113 Pisang asem 114 Pisang batu 115 Rambutan Manfaat Q I E ICS Penyakit saluran pencernaan Penyakit ginjal Buah Sayuran Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Pegal-pegal, sakit pinggang 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 2 2 2 1 3 2 2 1 1 0.5 1 1 2 0.5 24 6 8 4 6 3 18 3 Cacingan 3 2 1 6 Penyakit saluran pencernaan Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Buah Masalah perut (sakit perut, diare, kembung, maag) Buah Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Buah Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Buah 3 3 4 3 4 3 4 3 4 5 1 2 2 2 2 2 2 2 2 0.5 1 0.5 1 0.5 1 0.5 1 30 1.5 8 3 8 3 8 3 8 Total ICS Skor Ket 42 1 Kurang Penting 30 1 Kurang Penting 6 1 Kurang Penting 39.5 1 Kurang Penting 11 1 Kurang Penting 11 1 Kurang Penting 11 1 Kurang Penting Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 116 Rosela 117 Ruku-ruku 118 Rumput mutiara 119 Saga manis 120 Salam 121 Sambiloto Manfaat Penawar racun Sariawan Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Minuman Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Bumbu masak Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh Penyakit gigi dan mulut Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Penyakit tulang, sendi, otot Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Radang telinga Perawatan persalinan, pelancar ASI Penyakit gigi dan mulut Penyakit diabetes Penyakit kulit (panu, kadas kurap) Q I 3 3 3 3 E 1 1 ICS Skor Ket 43.5 1 Kurang Penting 7 1 Kurang Penting 4.5 1 Kurang Penting 30 1 Kurang Penting 18 1 Kurang Penting 78 2 Penting 9 9 3 3 3 3 4 3 0.5 1 1 4.5 9 12 3 3 3 2 0.5 0.5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0.5 0.5 1 2 1 2 1 1 2 1 2 0.5 1 1.5 3 6 24 6 12 9 3 24 6 24 3 9 1 2 2 4 2 2 3 1 4 2 4 2 3 Total ICS 51 52 Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 122 Sambung nyawa 123 Sampang 124 Secang 125 Selasih 126 Sembukan/kahitutan 127 Sembung 128 Senggugu 129 Manfaat Q I E ICS Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Pegal-pegal, sakit pinggang 3 3 3 3 1 2 2 4 0.5 0.5 0.5 2 1.5 3 3 24 Pewarna makanan/ minuman 3 2 2 12 Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin 3 2 0.5 3 Masalah perut (sakit perut, diare, kembung, maag) Penyakit jantung Perawatan persalinan, pelancar ASI Meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh Pegal-pegal, sakit pinggang Penyakit tulang, sendi, otot Pegal-pegal, sakit pinggang Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 2 2 1 0.5 2 2 2 2 1 1 0.5 3 24 18 12 18 6 6 1.5 Sente Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) 3 2 1 130 Sereh Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Asam urat dan rematik 3 1 3 5 131 Sereh wangi Pegal-pegal, sakit pinggang 3 0.5 2 2 1 6 1.5 30 6 Total ICS Skor Ket 4.5 1 Kurang Penting 27 1 Kurang Penting 12 1 3 1 4 1 72 2 Penting 13.5 1 Kurang Penting 6 1 31.5 1 6 1 Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal 132 Sidagori 133 Singkong 134 Sirih 135 Sirih merah 136 Sirsak 137 Sosor bebek Manfaat Q I E Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Asam urat dan rematik Penyakit tulang, sendi, otot Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Pengobatan luka luar dan luka dalam Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen Makanan sekunder Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penyakit gigi dan mulut Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Penyakit khusus wanita Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Perawatan persalinan, pelancar ASI 3 3 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 2 3 2 3 2 3 1 2 2 0.5 1 1 1 0.5 1 3 18 18 3 9 6 12 3 9 3 3 3 3 4 4 3 2 2 2 1 1 24 24 9 6 Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) 3 2 0.5 Kanker Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen Pegal-pegal, sakit pinggang Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Penyakit diabetes 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 1 2 0.5 2 2 0.5 0.5 ICS 3 24 3 12 12 3 1.5 Total ICS Skor Ket 39 1 Kurang Penting 30 1 Kurang Penting 75 2 Penting 3 Kurang Penting 1 51 1 Kurang Penting 4.5 1 Kurang Penting 53 54 Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No 138 Nama Lokal Stevia 139 Suji 140 Sukun 141 Takokak 142 Tapak liman 143 Tempuyung 144 Tebu 145 Temu ireng 146 Temu kunci Manfaat Q I Penyakit diabetes 3 2 0.5 Penyakit saluran pernafasan (asma, batuk) Sakit kepala, demam, meriang, masuk angin Panas dalam Penyakit jantung Pewarna makanan/ minuman Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) Penyakit mata Penyakit diabetes Sayuran Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Penyakit ginjal Penyakit saluran pembuangan/ susah kencing, ambeyen 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 2 1 1 3 3 3 Pemanis alami 4 5 2 Penyakit jantung Pegal-pegal, sakit pinggang Perawatan persalinan, pelancar ASI Penyakit khusus wanita 3 3 3 3 4 2 2 2 3 2 3 4 3 2 E 2 2 2 0.5 1 0.5 1 1 2 1 1 0.5 1 1 1 1 1 0.5 ICS Total ICS Skor Ket 2 1 Kurang Penting 76.5 2 Penting 6 1 Kurang Penting 42 1 Kurang Penting 3 1 18 1 3 24 18 24 4.5 6 3 3 3 18 9 12 3 12 6 40 12 6 6 3 40 1 18 1 9 1 Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Lampiran 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat (lanjutan) No Nama Lokal Manfaat Q I E ICS 147 Temu mangga Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan 3 3 0.5 4.5 148 Temu putih Penyakit jantung 3 3 0.5 4.5 3 4 2 24 149 Temulawak Meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan Pegal-pegal, sakit pinggang Penyakit kuning, liver, hepatitis Masalah perut (sakit perut, diare, kembung, maag) 150 Tespong Penyakit peredaran darah (darah tinggi, darah rendah, dll) 3 2 0.5 3 151 Timbul/ keluwih Penyakit kuning, liver, hepatitis 3 3 0.5 4.5 152 Perawatan tubuh, muka, kulit, pelangsing, menghilangkan bau badan 3 2 Urang-aring 3 4 0.5 3 3 3 4 3 4 Skor 4.5 1 4.5 1 87 2 Penting 4.5 1 3 1 Kurang Penting Kurang Penting Kurang Penting Ket Kurang Penting Kurang Penting 6 1 2 2 0.5 Total ICS 9 24 24 3 3 1 55 56 Lampiran 3 Ramuan tumbuhan obat yang digunakan informan No Nama Jenis Penyakit Gula darah/ diabetes 1 Sekaryati Usus buntu Sakit gigi Luka luar dan dalam 2 Cicih 3 TB Saefudin Penyakit kulit Penghilang bau badan Liver 4 Radang usus Dina Jenis TO Dandang gendis Sambiloto Cincau Keji beling Sambung nyawa Dadap Saga manis Rumput mutiara Kunyit Sambiloto Binahong Ketepeng Beluntas Temulawak Suji Saga manis Cara pengolahan Dosis Direbus, diminum airnya Hasil Pengobatan 1 genggam Direbus, diminum airnya Dihaluskan, diambil airnya diteteskan ke gigi yang sakit Sembuh 4 helai Sembuh Diremas, ditempelkan ke tubuh yang sakit Diremas, dioleskan ke tubuh yang terkena penyakit 5 helai Sembuh 1 genggam Sembuh Direbus, dimakan sebagai lalap Dihaluskan, diminum airnya Dihaluskan, diminum airnya 1 gelas 3x sehari 10 helai 3 ruas 10 helai 1 genggam Sembuh Sembuh Sembuh Lampiran 4 Ramuan tumbuhan obat yang digunakan informan (lanjutan) No 5 Nama Wati Jenis Penyakit Asma Sariawan Diare Peluruh kencing Pegal-pegal 6 Imas Pelangsing 7 Nur 8 Syamsuar Demam Sakit pinggang Sakit perut 9 Juariah Meriang Kurang darah Jenis TO Karuk Saga manis Jambu biji Kumis kucing Ciplukan Sembung Dadap Meniran Sidagori Dadap Alpukat Sirsak Kumis kucing Alang-alang Kunyit Lempuyang Jambu biji Sampang Jeruk Bali Kunyit Lempuyang Kencur Jawer kotok Cara pengolahan Dihaluskan, dibalurkan ke dada Dihaluskan, ditempelkan ke bibir Dikonsumsi langsung, direbus atau diseduh Dosis 5 helai 3 helai 5 helai Direbus, diminum airnya 1 genggam 1 genggam Direbus, diminum airnya 1 genggam 1 genggam 1 genggam Direbus, diminum airnya 1 genggam Diremas, ditempelkan 3 helai 7 helai 7 helai Direbus, diminum airnya 1 genggam 7 akar 2 ruas Dihaluskan lalu diseduh air hangat, diminum 1 ruas 3 helai 1 genggam Ditumbuk, diremas agar airnya keluar, diminum 1 genggam 1 ruas 1 ruas Dihaluskan, ditumbuk 1 ruas 3 helai Hasil Pengobatan Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh 57 58 Lampiran 5 Ramuan tumbuhan obat yang digunakan informan (lanjutan) No Nama Jenis penyakit Darah tinggi 9 Juariah Asam urat Usus buntu Maag 10 Yani Pegal-pegal Pegal-pegal 11 Hafifah Keseleo Maag Jenis TO Sirsak Belimbing wuluh Jahe merah Ciplukan Kunyit Jawer kotok Bandotan Jeruk bali Sampang Jawer kotok Sembung Bandotan Ciplukan Sirih Sirsak Kumis kucing Kencur Padi Ki urat Bandotan Cara Pengolahan Dosis Hasil Pengobatan 20 helai Direbus, diminum airnya Dihaluskan, ditempelkan Direbus, diminum airnya Direbus, diminum airnya Direbus, diminum airnya Direbus, diminum airnya Ditumbuk, ditempelkan Direbus, diminum airnya Sembuh 10 helai 2 ruas 1 genggam 1 ruas Segenggam 1 genggam 2 helai 2 helai 1 genggam 1 genggam 3 herba 3 herba 1 genggam 1 genggam 1 genggam 3 ruas 1/2 genggam 2 helai 1 genggam Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Lampiran 6 Ramuan tumbuhan obat yang digunakan informan (lanjutan) No 12 Jenis Penyakit Jahri Liver, jantung, darah tinggi Asam urat Maag Pusing 13 Sani Batuk Jantung koroner 14 Yeti Panas dalam 15 Nuraeni Batuk Jenis TO Mahoni Duku Manggis Alang-alang Ciplukan Mahkota dewa Harendong Sidagori Bandotan Kunyit Kencur Gula merah Jahe Gula merah Sembung Temu hitam Temu putih Daun dewa Saga manis Kaca piring Jahe merah Cara Pengolahan Direbus, diminum 2 kali sehari Direbus, diminum airnya Direbus, diminum airnya Direbus, diminum airnya Ditumbuk, diminum airnya Direbus, diminum 2x sehari Dihaluskan, diminum airnya Direbus, diminum airnya Dosis 3 jari 3 jari 3 jari 3 batang 7 helai 3 iris 7 helai 1 genggam 1 genggam 1 ruas 1 ruas 1/2 butir 3 ruas 1/2 butir 4 helai 2 ruas 2 ruas 4 helai 1 genggam 1 genggam 3 ruas Hasil Pengobatan Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh 59 60 Lampiran 7 Ramuan tumbuhan obat yang digunakan informan (lanjutan) No Jenis Penyakit Pegal-pegal 16 Hesti Liver Peluruh kencing 17 Nugrahaeni Masuk angin 18 Hadi Pengencer darah 19 Bukhari Masuk angin 20 Nana Keseleo Darah tinggi 21 Neni Pegal-pegal Asma 22 Dedi Sukardi Batu ginjal Jenis TO Alang-alang Ciplukan Pepaya gandul Sampang Jawer kotok Kamboja Keji beling Kumis kucing Alpukat Kunyit Jengkol Jahe Ki urat Sidagori Alpukat Ciplukan Sidagori Alang-alang Tapak liman Karuk Keji beling Kumis kucing Cara Pengolahan Direbus, diminum airnya Direbus, diminum airnya Direbus, diminum airnya Diparut, diminum airnya Direbus, diminum airnya Direbus Ditumbuk, ditempelkan Direbus, diminum airnya Direbus, diminum airnya Dihaluskan, dibalurkan ke dada Direbus, diminum airnya Dosis 1 genggam 1 genggam 1 genggam 1 genggam 5 helai 3 jari 7 helai 1 genggam 1 genggam 3 ruas 10 lembar 3 ruas 5 helai 5 helai 1 genggam 1 genggam 1 genggam 1 genggam 1 genggam 5 helai 5 helai 1 genggam Hasil Pengobatan Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh Sembuh - 61 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Majalengka pada tanggal 12 Juni 1992. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Yanto Pahroji, AMd dan Ibu Upit Sarimanah, AMd. Pendidikan formal ditempuh di SD Negeri 1 Sukasari, SMP Negeri 2 Cikijing, dan SMA Negeri 2 Majalengka. Tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan tahun 2011 penulis tercatat sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai pengurus dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) dan Kelompok Pemerhati Flora (KPF) Rafflesia periode 2011 – 2012 dan 2012 – 2013. Kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti selama menjadi mahasiswa IPB diantaranya adalah Magang Mandiri Fakultas Kehutanan IPB di Taman Nasional Way Kambas, Lampung (2012), Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam Leuweung Sancang – Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kamojang (2012), Eksplorasi Fauna, Flora, dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Bojonglarang Jayanti, Jawa Barat (2013), Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, dan KPH Cianjur (2013), serta Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (2014). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian di Kabupaten Bogor dengan judul “Manfaat Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga Gunung Leutik Ciampea, Bogor” dibawah bimbingan Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Ellyn K. Damayanti, SHut, MSi, PhDAgr.