POTRET DISKRIMINASI TERHADAP RAS KULIT HITAM DALAM FILM ‘THE HELP’ (Analisis Semiotik tentang Representasi Diskriminasi terhadap Ras Kulit Hitam dalam Film The Help) Oleh : Melati Oktaviana Lestyan Putri D0211062 JURNAL Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik Program Studi Ilmu Komunikasi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 1 POTRET DISKRIMINASI TERHADAP RAS KULIT HITAM DALAM FILM ‘THE HELP’ (Analisis Semiotika tentang Representasi Diskriminasi terhadap Ras Kulit Hitam dalam Film ‘The Help’) Melati Oktaviana Lestyan Putri Mahfud Anshori Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract In United States, discrimination problems often experienced by African-American people. These various forms of discrimination are often accepted by the blacks community to make them marginalized and become second-class citizens. Set in 1950s, The Help into a medium that can display the potray of discrimination to blacks. This study aims to determine the meaning of the symbols along with discrimination against blacks are represented in the film The Help. By seeing, understanding and knowing the signs that show the behavior of discrimination against blacks, methodology used in this study is a qualitative descriptive approach semiotic analysis method. Data were obtained for analysis was obtained through the selection of the scene that may have had an indication of discrimination against blacks. Then, after the data have been grouped according to the forms of discrimination that they dapatkan. And the analysis techniques, using analytical techniques Roland Barthes. The conclusion from this study is the film gives an overview of the discrimination symbols and their meanings from the symbols represented in the film The Help through the life of blacks in Mississippi who worked as a maid at home employers white. Symbol of discrimination that have been found categorized into direct and indirect discrimination concept. Every discrimination symbol that have been found has a specific meanings in represented discrimination to blacks. Keywords: semiotic, movies, racial discrimination 2 Pendahuluan Dari waktu ke waktu, film telah menjadi suatu media komunikasi massa yang sangat populer di kalangan masyarakat. Film berperan sebagai sarana yang digunakan untuk menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian lain kepada masyarakat umum. 1 Meningkatnya popularitas film dari waktu ke waktu disebabkan karena masyarakat mengganggap film merupakan media pengantar pesan yang menarik dan unik. Hal tersebut dikarenakan tidak terikat ruang dan waktu sehingga dapat dinikmati kapanpun dan dimanapun. Pesan komunikasi massa pada umumnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan segera, dikonsumsi “sekali pakai” dan bukan untuk tujuan-tujuan yang bersifat permanen. Namun, ada pengecualian, seperti buku-buku perpustakaan, film, transkripsi-transkripsi radio dan rekaman audiovisual yang merupakan rekaman dokumentatif. 2 Pertunjukan Lumiere Bersaudara pada 1896 di Perancis menjadi tonggak sejarah perfilman dunia. Sejak saat itu film terus mengalami perkembangan dengan dukungan kemajuan teknologi yang dari waktu ke waktu mengalami pembaruan baik dari segi format, kualitas dan sebagainya. Di awal ditemukannya, film hanya menampilkan gambar hitam putih tanpa suara yang disebut film bisu. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1903 seorang penemu Amerika Edwin S. Porter membuat film bisu Amerika pertama, The Great Train Robbery. Film ini adalah film berdurasi dua belas menit yang sangat memperngaruhi awal perkembangan perfilman Amerika 3, yang hingga saat ini merajai industri film populer. Industri perfilman Amerika Serikat dikenal banyak memproduksi film-film terbaik yang menjadi box office dunia, bahkan terdapat sebuah kawasan di Los Angeles yang bernama Hollywood yang merupakan kawasan industri perfilman terkenal Amerika. Pada tahun 2011, beberapa rumah produksi Amerika yaitu, Touchstone Pictures dan beberapa rumah 1 produksi lainnya seperti DreamWorks Pictures, Reliance Denis Mc Quail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Jakarta, Erlangga, 1996) hlm. 13. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa (Jakarta, Grasindo, 2000) hlm. 6. 3 Marcel Danesi, Semiotika Media (Yogyakarta, Jalasutra, 2010) hlm. 136. 2 3 Entertainment, Participant Media, Image Nation dan 1429 Pictures merilis sebuah film yang diadaptasi dari novel yang ditulis oleh Kathryn Stockett berjudul The Help. The Help sendiri jika diterjemahkan, memiliki arti yaitu ‘pembantu’. Berlatar belakang sebuah kota bernama Jackson pada tahun 1960an, yang merupakan ibukota Negara bagian Mississippi. The Help menceritakan tentang gambaran diskriminasi ras yang dilakukan oleh majikanmajikan kulit putih terhadap pembantunya yang merupakan orang kulit hitam. Para pembantu yang menerima perlakuan diskriminasi tersebut hanya bisa menerima. Sampai pada akhirnya seorang penulis wanita berkulit putih mengajak mereka untuk membuat sebuah buku yang berisi kisah-kisah diskriminasi yang telah dialami mereka. Yang membuat penulis tertarik untuk meneliti film The Help ini karena film ini telah berhasil dalam menyampaikan isu utamanya, yaitu potret isu diskriminasi ras yang terjadi di Amerika Serikat. Penyampaian tema diskriminasi dalam film ini disampaikan secara ringan, namun dikemas menarik sehingga tidak membuat kita sebagai penonton merasa jenuh. Oleh karena itu alur cerita The Help sangat mudah diterima dan diikuti. Meskipun film ini merupakan adaptasi dari novel yang ditulis oleh Katheryn Stokett merupakan cerita fiktif. Namun hal-hal yang terjadi didalam film The Help juga dapat terjadi di kehidupan nyata. Secara keseluruhan film ini memberikan gambaran-gambaran nyata tentang tragedi-tragedi yang terjadi semasa pergerakan hak-hal sipil tersebut berlangsung. Serta memberikan gambaran cerita mengenai perilaku ras mayoritas ketika melakukan diskriminasi terhadap ras minoritas di Amerika Serikat. Alasan dipilihnya isu diskriminasi dalam penelitian ini karena isu diskriminasi khususnya yang terjadi di Amerika Serikat pada era 60-an sangat menarik untuk diteliti mengingat isu diskriminasi terhadap kulit hitam memiliki sejarah panjang semenjak jaman perbudakan. Pada era 60-an isu ini memanas dan mencapai puncak pergolakan yang dikerahkan oleh masyarakat kulit hitam untuk menuntut kesetaraan hak yang sama dengan masyarakat 4 mayoritas. Bahkan setelah beberapa dekade berlalu isu diskriminasi terhadap ras kulit hitam di Amerika masih tetap ada hingga saat ini. Rumusan Masalah Penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah simbol-simbol diskriminasi terhadap ras kulit hitam yang direpresentasikan di dalam film The Help? 2. Bagaimanakah pemaknaan simbol-simbol diskriminasi terhadap ras kulit hitam yang direpresentasikan di dalam film The Help? Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui simbol-simbol diskriminasi terhadap ras kulit hitam yang direpresentasikan di dalam film The Help. 2. Untuk mengetahui pemaknaan simbol-simbol diskriminasi terhadap ras kulit hitam yang direpresentasikan di dalam film The Help. Telaah Pustaka 1. Komunikasi Komunikasi adalah sebuah proses simbolik, salah satu kebutuhan pokok manusia seperti yang dikatakan Susanne K. Langer dalam Deddy Mulyana, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang meyerupai apa yang direpresentasikannya. Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks adalah tanda yang secara alamiah mereprentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk 5 indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari disebut dengan juga dengan gejala (symptom). 4 2. Komunikasi Verbal dan Nonverbal Komunikasi yang pesannya dikemas secara verbal disebut komunikasi verbal, sedang komunikasi yang pesannya dikemas secara nonverbal disebut komunikasi nonverbal. Jadi, komunikasi verbal adalah penyampaian makna dengan menggunakan kata-kata.Sedang komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata.Dalam komunikasi sehari-hari 35% berupa komunikasi verbal dan 65% berupa komunikasi nonverbal. 5 Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tertulis.Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antarmanusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting. 6 Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal.Tanpa kata-kata.Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal ternyata jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal, dengan kata-kata. 7 Menurut Larry A. Samovar dan Richard E.Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. 8 4 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2010) hlm.92-93 5 Agus M.Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta, Kanisius, 2003) hlm.22 6 Ibid. 7 Ibid, hlm.26. 8 Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009) hlm. 69. 6 Ilmu atau pengetahuan yang berhubungan dengan bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics). Istilah ini dikemukakan pertama kali oleh seorang ahli bahasa nonverbal, Ray L. Birdwhistell. Setiap anggota tubuh manusia seperti wajah, tangan, kepala, kaki, dan bahkan seluruh anggota tubuh kita dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. 9 Condon John berpikir bahwa komunikasi nonverbal relevan dengan psikologi, sosiologi, dan fisiologi, isinya sangat luas. Condon merangkum dua puluh empat jenis perilaku nonverbal, yang sudah menarik perhatian akademisi; Termasuk: gesture, ekspresi wajah, postur, kostum dan gaya rambut, postur berjalan, proxemics, menyentuh, perilaku, pandangan mata dan kontak, desain arsitektur dan dekorasi rumah, sihns dan simbol, bau badan, paralanguage, warna, make-up, konsepsi tentang waktu, diam, dll. 10 3. Definisi Film Film adalah salah satu media massa yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Dalam menyampaikan pesan, film tidak bisa berdiri sendiri sebagai media yang netral. Film mempunyai kekuatan untuk mengkonstruksi pesan lewat bahasa audio visual. 11 Oleh karena itu, film adalah medium komunikasi massa, yaitu alat penyampai berbagai jenis pesan dalam peradaban modern ini. Dalam penggunaan lain, film menjadi medium ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman film untuk mengutarakan gagasan, ide, lewat suatu wawasan keindahan. 12 Sebagai gambar bergerak, film adalah reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya. Ketika film ditemukan, orang-orang berbondong memasuki ruang gelap hanya untuk melihat kenyataan yang ditampilkan kembali, sama persisnya seperti jika terlihat dengan matanya sendiri. 9 Ibid, hlm.71. Haiyan Wang, “Nonverbal Communication and the Effect on Interpersonal Communication”, Jurnal CCSE Asian Social Science, Vol.5 No.11, November (2009) hlm.156. 11 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007) hlm. 137. 12 Marselli Soemarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta, Grasindo, 1996) hlm. 4. 10 7 Dengan kata lain senematografi memang menjadi eksistensi fotografi. Namun, agaknya pengertian apa adanya itu tak pernah menjadi tuntas. Karena meski gambar sudah bergerak, tetapi gambar yang masuk kedalam bingkai adalah suatu pilihan: gambar bergerak yang dilihat oleh seseorang bukanlah kenyataan apa adanya lagi, itulah pandangan subjektif atas apa yang diandalkan sebagai kenyataan objektif. Subjektif, bisa unik pula. Dengan begitu sebuah film tentu mewakili pula pandangan pembuatnya, dan seseorang membuat film untuk mengkomunikasikan pandangan itu. 13 Sebuah film adalah film. Artinya, ia tidak harus bertutur lewat dialog, sehingga ada ceritanya seperti apa adanya, sesuai dengan spesifikasi teknologi yang dicapainya, melainkan gambar-gambar yang artifisial: gambar-gambar yang direka, supaya tampak artistik. 14 Sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasar kode-kode, konvensi, dan ideologi dari kebudayaan. 15 4. Diskriminasi Menurut DuBois dan Miley, sumber utama terjadinya sebuah konflik adalah adanya ketidakadilan sosial, adanya diskriminasi terhadap hak-hak individu dan kelompok serta tidak adanya penghargaan terhadap keberagaman. 16 Pettigrew membedakan antara diskriminasi langsung dan diskriminasi tidak langsung. Yang dimaksud diskriminasi langsung adalah tindakan membatasi suatu wilayah tertentu, seperti pemukiman, jenis pekerjaan, fasilitas umum dan semacamnya bagi ras/etnik tertentu. Sedangkan diskriminasi tidak langsung dilaksanakan melalui penciptaan kebijakankebijakan yang menghalangi ras/etnik tertentu untuk berhubungan secara bebas dengan kelompok ras/etnik lain. 17 13 Phillip Cheah, dkk, Membaca Film Garin (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002) hlm. 44-45. Ibid, hlm.56. 15 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001) hlm. 95. 16 Bagja Waluya, Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat (Bandung, Setia Purna Inves, 2007) hlm. 38. 17 Alo Lilliweri, Prasangka dan Konflik (Yogyakarta: LKis), hlm. 221. 14 8 Diskriminasi adalah penolakan hak yang sama berdasarkan prasangka dan stereotip (Fiske, 2010). Diskriminasi berbeda dari prasangka dan stereotip, dalam hal tersebut bukanlah sebuah keyakinan, melainkan penerapan keyakinan. 18 5. Semiotika Roland Barthes Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai halhal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini di campuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). 19 Teori mitos dikembangkan oleh Barthes untuk melakukan kritik atas ideologi budaya massa (atau budaya media). Barthes memang memilih budaya media sebagai bidang kajiannya, ia memeriksa bentukbentuk mitos yang kita temukan dalam media massa dan muatan ideologis didalamnya. 20 Mitos mengambil sistem semiotik tingkat pertama sebagai landasannya. Untuk menghasilkan sistem mitis, sistem semiotik tingkat kedua mengambil seluruh sistem tanda tingkat pertama sebagai signifier atau form. Lebih tepatnya sign diambil oleh sistem tingkat dua menjadi form. Adapun concept diciptakan oleh pembuat atau pengguna mitos. Kemudian sign (tanda) yang diambil diberi nama lain, yaitu meaning (makna) karena kita mengetahui tanda hanya dari maknanya. Ini berarti satu tingkat pemaknaan berdiri atas tingkat kebahasaan (sebagai tanda), dan satu lagi berada di atas tingkat sistem mitis (sebagai makna). 21 18 Sabrina Keene, “Social Bias: Prejudice, Stereotyping, and Discrimination”, Journal of Law Enforcement, Vol.1 No.3, hlm. 2. 19 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013) hlm.15. 20 Sunardi, Semiotika Negativa (Yogyakarta: Buku Baik, 2004) hlm.86. 21 Ibid, hlm.90-91. 9 Metodologi Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian kualitatif. Sedangkan bentuk penelitian yang digunakan dalam judul ini adalah bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Subjek utama dalam penelitian ini adalah scene dalam film The Help yang menggambarkan representasi diskriminasi yang dialami oleh ras kulit hitam. Sedangkan subyek yang dianalisis adalah rangkaian shot yang ada dalam scene yang sudah terpilih tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi dan analisis pustaka. Analisis penelitian menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Sajian dan Analisis Data Berikut ini adalah sajian dan analisis data dari penelitian ini, scene yang merepresentasikan diskriminasi terhadap kulit hitam dikumpulkan, kemudian dikategorikan menjadi diskriminasi langsung dan tidak langsung. Lalu dianalisis dengan analisis semiotika Roland Barthes. Diskriminasi Langsung Scene 7 Shot 1 Shot 2 Shot 3 1. Denotasi Skeeter yang sedang menaiki mobilnya tiba disebuah pom bensin. Dari balik kemudinya ia memperhatikan sekelompok wanita kulit hitam memasuki sebuah bangunan bertuliskan ‘colored’. 2. Konotasi Bangunan yang diperhatikan oleh Skeeter tersebut merupakan fasilitas umum yang dikhususkan hanya untuk masyarakat berkulit hitam. Hal ini diketahui lewat tulisan yang ada dalam fasilitas tersebut yang bertuliskan 10 ‘colored’ didalam adegan dalam scene ini. Colored jika diterjemahkan memiliki arti berwarna, atau yang dimaksud berwarna dalam konteks ini adalah orang dengan kulit berwarna. Tulisan ‘colored’ tersebut merupakan penekanan bahwa hanya orang berkulit hitam saja yang dapat memasuki area bangunan tersebut atau bangunan tersebut khusus diperuntukan untuk memfasilitasi kegiatan warga berkulit hitam saja. Hal ini dipertegas dengan adanya sekelompok wanita yang semuanya berkulit hitam berjalan menuju bangunan tersebut. 3. Mitos ‘Colored’ merupakan istilah untuk mendeskripsikan kulit berwarna, di Amerika hal ini merupakan simbol segregasi yang tertera di setiap fasilitas umum pada era segregasi. Namun istilah ‘colored’ di Afrika Selatan memiliki makna berbeda, di Afrika ‘colored’ merupakan sebutan bagi orang yang memiliki banyak warisan. Scene 22 Shot 1 Shot 2 Shot 3 1. Denotasi Hilly yang sedang bermain bridge merasa ingin ke toilet, Elizabeth menyuruhnya ke toilet tapi Hilly berdalih jika ia tidak apa-apa. Mrs. Walters, berkata bahwa Hilly tidak mau ke toilet karena toiletnya juga dipakai oleh Aibileen “Dia hanya kesal, karena negro itu menggunakan toilet tamu.”, 2. Konotasi Pernyataan dari Mrs.Walters “Dia hanya kesal, karena negro itu menggunakan toilet tamu.” merupakan penyataan yang mendukung keengganan Hilly untuk memakai toilet Elizabeth yang juga digunakan oleh ‘negro itu’. Negro adalah sebutan untuk orang-orang berkulit hitam. 11 Pada masa itu hingga sekarang sebutan ‘negro’ merupakan sebutan yang sensitif untuk kaum kulit hitam karena mempunyai sejarah masa lalu. ‘Negro itu’ yang dimaksud oleh Mrs. Walters adalah Aibileen, karena dalam ruangan tersebut hanya Aibileen yang berkulit hitam. 3. Mitos Istilah ‘negro’ merupakan istilah sensitif bagi kaum kulit hitam di Amerika. Pada awal perdagangan budak, perkataan ‘Negro’ mungkin kurang lebih dipakai sebagai nama sinonim dari kata “budak”. Namun sebutan ‘negro’ memiliki istilah yang berbeda dibelahan lain Amerika Selatan. Misalnya, di negara-negara berbahasa Spanyol seperti Argentina, Chili, dan Uruguay di mana ada beberapa orang asal dan berparas Afrika, negro (negra untuk perempuan) umumnya digunakan untuk merujuk kepada mitra, teman dekat. Scene 35 Shot 1 Shot 2 Shot 3 1. Denotasi Aibileen sedang berada disebuah ruangan berlatar papan kayu sambil bercucuran keringat, diluar ruangan kecil tersebut Elizabeth memanggilnya untuk menjaga Mae Mobley. Aibileen keluar, lalu menggendong Mae Mobley dan menutup pintu ruangan kecil tersebut. 2. Konotasi Ruangankecil tersebut ternyata merupakan toilet khusus yang dibuatkan keluarga Elizabeth untuk Aibileen, tujuannya agar menjaga sanitasi dalam rumah tersebut terpisah berdasarkan ras. 12 Scene 67 Shot 1 Shot 2 Shot 3 1. Denotasi Aibileen dan Henry yang berpapasan didalam bus saling menyapa, mereka berdua tampak duduk di bus bagian belakang. Tiba-tiba sopir bus memberhentikan bus dan menyuruh penumpang kulit hitam turun, namun tetap mengantarkan sisa penumpang berkulit putih ke tujuan terdekat “Kulit gelap turun, sisanya, beritahu tujuan kalian. Aku antar sedekat mungkin.”. Sedangkan pada shot 2 dapat terlihat para penumpang kulit putih duduk dibagian depan bus. 2. Konotasi Posisi tempat duduk menjadi salah satu bentuk diskriminasi antara kedua ras, selain diskriminasi hal ini juga dapat menunjukan status dalam masyarakat. Posisi tempat duduk didepan dapat menggambarkan status orang yang lebih diutamakan daripada duduk dibelakang. Selain itu pemisahan tempat duduk ini dapat juga bertujuan agar antara ras kulit hitam dan kulit putih tidak mengalami kontak langsung. Sedangkan perkataan supir bus tersebut juga merupakan bentuk diskriminasi, karena ia hanya mengantarkan penumpang kulit putih dan menurunkan penumpang kulit hitam ditengah perjalanan. Scene 74 Shot 1 Shot 2 Shot 3 13 1. Denotasi Skeeter sedang makan sendirian disebuah kafe terlihat koki pria berkulit hitam berjalan dibelakangnya. Dan banyak pengunjung kafe berkulit putih yang ada disekitarnya. Tiba-tiba Hilly datang ke kafe dan bercerita kepada teman-temannya kecurigaannya terhadap Yule Mae yang pencuri,“Dari hari pertama ia kerja, aku sudah tahu dia pencuri, seorang negro menggadaikan cincin besar dan indah. Mereka hanya butuh 10 menit mencari tempatnya bekerja”. 2. Konotasi Dapat dilihat perbedaan status sosial lewat jenis pekerjaan diantara kulit hitam dan kulit putih yang ada dikafe tersebut. Status sosial kulit putih dirasa lebih tinggi karena daripada kulit hitam. Karena pekerjaan pelayan kafe dan juru masak merupakan salah satu contoh pekerjaan pesuruh atau pekerjaan yang bertugas untuk melayani pengunjung. Perkataan Hilly juga merupakan salah satu bentuk stereotipe kulit hitam yang umumnya ada di masyarakat setempat. 3. Mitos Rendahnya status pekerjaan pada kaum kulit hitam karena stereotipe budak yang telah melekat pada mereka. Selain stereotipe budak, umumnya mereka disebut sebagai biang onar dan tidak berpendidikan, dari anggapan-anggapan negatif inilah yang memunculkan stereotip bahwa orang-orang kulit hitam adalah pelaku kriminal. Diskriminasi Tidak Langsung Scene 37 Shot 1 Shot 2 Shot 3 14 1. Denotasi Skeeter menghampiri Aibileen yang akan bergegas pulang dengan bus, dan kemudian menanyakan apa Aibileen bisa menjadi narasumber bukunya. Namun, Aibileen ketakutan dan menceritakan bahwa mobil sepupunya dibakar karena pergi ke pemilu, dan apabila ia melakukanya maka sama saja ia membakar rumahnya. Aibileen tidak mau menjadi narasumber Skeeter karena hal tersebut melawan Jim Crow Laws “Ini sudah tak hati-hati, Nona Skeeter! Kau tidak tahu, itulah yang paling menakutkan aku. Menakutiku lebih dari Jim Crow.”. Scene 38 Shot 1 Shot 2 1. Denotasi Skeeter mengunjungi gedung pemerintahan Mississippi, didepan gedung tersebut Skeeter membaca buku yang bertuliskan ”The Laws Governing the Conduct of Nonwhites and other Minorities”. Dalam aspek verbal terdengar narasi suara dari tokoh Aibileen terdengar menjabarkan poinpoin hukum segregasi, “Wanita kulit putih tidak boleh diharuskan merawat di bangsal atau kamar dimana ada orang negro ditempatkan. Buku tidak boleh pindah antara sekolah kulit putih dan gelap, tapi harus terus digunakan oleh ras yang pertama menggunakannya. Pemangkas kulit gelap tidak boleh memotong rambut wanita atau gadis kulit putih. Setiap orang yang mencetak, menerbitkan atau mengedarkan tulisan yang mendorong penerimaan atau persamaan sosial kulit putih dan negro dapat dihukum penjara.”. 15 2. Konotasi scene 37 dan scene 38 Scene 37 dan 38, merupakan satu rangkaian sekuen. Dalam rangkaian sekuen ini ditemukan bahwa pemerintah berupaya menjaga agar ras minoritas dan mayoritas tetap terpisah dengan membuat kebijakan segregasi yang disebut Jim Crow. Berbagai kebijakan khusus terhadap kulit hitam lewat Jim Crow Laws nampaknya telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat kulit hitam, bahkan menjadi ketakutan tersendiri dalam kehidupan mereka. Jika mereka melanggar atau memberanikan diri melawan aturan ini, maka mereka akan mendapatkan hukuman penjara bahkan kekerasan yang mengancam nyawa. Scene 57 Shot 1 Shot 2 Shot 3 Shot 4 1. Denotasi Hilly secara tidak sengaja melihat buku yang didapatkan Skeeter dari Gedung Pemerintahan Mississippi di tas milik Skeeter. Hilly memanggil Aibileen dan bertanya tentang toiletnya sambil menunjukan gesture rasis. Aibileen menjawab jika ia menikmati toilet tersebut. Setelah itu Hilly kembali berbincang mengenai aturan pemisahan ras “Separated but Equal .Itu kata Ross Barnett, jangan melawan Gubernur.”. Skeeter yang merasa tersindir oleh Hilly dan malah menyindir balik Hilly “Sudah pasti, tidak di Mississippi, tempat kelahiran pemerintahan modern.”. 16 2. Konotasi Pada scene 57, dialog menyinggung tentang Separated but Equal yang merupakan salah satu kebijakan segregasi ras di Amerika. Separated but Equal adalah sebuah doktrin segregasi rasial di Amerika, jika diterjemahkan Separated but Equal memiliki arti terpisah tapi sama atau sederajat. Dibawah aturan Separated but Equal, pelayanan, fasilitas dan akomodasi publik dizinkan terpisah sesuai ras dengan kondisi bahwa kualitas dari fasilitas publik masing-masing kelompok ras sama-sama sederajat. Namun, walaupun begitu masih saja fasilitas umum bagi warga kulit hitam kerap mendapatkan diskriminasi. 3. Mitos pada Scene 37, 38, dan 57 Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah merupakan salah satu bentuk diskriminasi tidak langsung yang dilakukan oleh Pemerintah. Jika di Amerika berlaku aturan diskriminasi Separated but Equal dan Jim Crow Laws. Di Afrika Selatan berlaku kebijakan Apartheid yang penyelenggaraannya didasari ketakutan kaum kulit putih minoritas terhadap kaum kulit hitam yang mendominasi. Sedangkan hukum diskriminasi lain yang berlaku ada di Indonesia, yang memberlakukan sistem asimilasi terhadap etnis tionghoa. Sistem yang tadinya bertujuan untuk membaurkan mereka masuk kedalam masyarakat Indonesia, malah menjadi sistem diskriminatif. Bahkan sebelum tahun 2000, etnis tionghoa tidak tercatat didalam sensus kependudukan Indonesia. Kesimpulan Berdasarkan analisisa pada scene yang merepresentasikan diskriminasi terhadap ras kulit hitam dalam film The Help, didapatkan kesimpulan. Berikut ini kesimpulannya : a. Simbol Diskriminasi dalam Film ‘The Help’ Disimpulkan bahwa simbol-simbol diskriminasi yang direpresentasikan dalam film The Help ini memberikan gambaran tentang kehidupan kaum kulit hitam di Mississippi yang bekerja sebagai pembantu dirumah 17 majikan-majikan kulit putih semasa era segregasi rasial yang berlangsung di Amerika Serikat. Simbol-simbol diskriminasi terhadap kaum kulit hitam yang ditemukan dalam penelitian ini termasuk kedalam bentuk perilaku diskrimisi langsung dan diskriminasi tidak langsung. Bentuk diskriminasi langsung mengacu pada pembatasan kaum kulit hitam dalam menggunakan fasilitas publik, penggunaan sanitasi khusus, dan jenis pekerjaan. Sedangkan bentuk diskriminasi tidak langsung mengacu pada kebijakan-kebijakan hukum yang dibuat oleh Pemerintah untuk membatasi hak yang seharusnya dimiliki oleh kaum kulit hitam sebagai warga Negara. b. Pemaknaan Simbol Diskriminasi dalam Film ‘The Help’ a) Diskriminasi Langsung Simbol diskriminasi yang ditemukan dalam kategori diskriminasi langsung adalah sebagai berikut : 1. Colored , istilah ‘colored’ merupakan salah satu simbol segregasi yang terpajang diberbagai fasilitas publik khusus untuk kulit hitam. Dikarenakan simbol ini merupakan salah satu simbol segregasi rasial yang paling terkenal, maka hingga saat ini istilah ‘colored’ merupakan istilah sensitif yang dapat menyinggung ras berwarna khususnya kaum kulit hitam jika digunakan didepan umum, khususnya di Amerika Serikat. 2. Kata ‘negro’, istilah negro merupakan sebutan untuk budak kulit hitam pada era perbudakan. Istilah atau panggilan ini merupakan kata umum untuk merepresentasikan orang berkulit hitam, namun hal ini di Amerika merujuk pada perkataan yang kasar jika dikatakan langsung kepada kaum kulit hitam. 3. Toilet khusus pembantu kulit hitam dalam rumah kulit putih, merupakan bentuk simbol diskriminasi yang dibuat karena prasangka bahwa kulit hitam membawa penyakit yang berbeda. 18 4. Posisi tempat duduk dalam transportasi umum, ditemukan bahwa dalam setiap transportasi umum para kaum kulit hitam duduk dibelakang dan kulit putih duduk dibagian depan. Hal ini mengartikan bahwa status kulit putih lebih diutamakan daripada kulit hitam. 5. Jenis Pekerjaan dan stereotipe budak, kebanyakan jenis pekerjaan kulit hitam pada era segregasi berada dalam tingkatan bawah. Seperti, pelayan dan pembantu, hal ini identik dengan pekerjaan budak yang menempel pada identitas diri kaum kulit hitam. Selain stereotip budak, yang menyebabkan hal ini adalah rendahnya kualitas pendidikan yang dienyam oleh kaum kulit hitam. Hal ini dikarenakan kesenjangan kualitas antara sekolah kulit hitam dan kulit putih, pada sekolah kulit putih biasanya pendidikan yang diberikan jauh lebih baik. 6. Stereotipe kriminal. Stereotipe kriminal pada kulit hitam melekat kuat pada diri mereka. Selain disebabkan oleh prasangka, hal ini juga disebabkan karena pendidikan rendah serta kemiskinan. Tak jarang kaum kulit hitam terlibat pada tindak kriminal seperti perampokan, narkoba dsb. Hal ini membuat semua orang berkulit hitam mempunyai stereotipe kriminal dimata kulit putih. Maka orang kulit putih kerap berprasangka bahwa sebagian besar atau semua orang berkulit hitam pasti rentan dan selalu melakukan kejahatan seperti pencurian. b) Diskriminasi Tidak Langsung Simbol diskriminasi yang ditemukan dalam kategori diskriminasi tidak langsung adalah sebagai berikut : 1. Jim Crow Laws atau Hukum Jim Crow menjadi simbol diskriminasi yang menjadi ketakutn terbesar bagi sebagian besar orang berkulit hitam. Jim Crow adalah sebuah sistem segregasi dan diskriminasi yang melarang persamaan status orang kulit hitam dengan orang 19 kulit putih Amerika, dan memiliki sanksi yang keras bagi pelanggarnya. Jim Crow seringkali digunakan untuk mendiskripsikan hukum, aturan dan kebiasaan segregasi yang mana muncul setelah rekonstruksi berakhir pada 1877 dan berlanjut sampai pertengahan 1960-an. Bahkan nama Jim Crow diambil dari karakter budak kulit hitam yang ditampilkan seorang aktor berkulit putih di salah satu pertunjukannya. Jim Crow Laws berlaku pada kaum kulit hitam dan kulit putih. Namun biasanya apabila kulit hitam yang melanggar, mereka akan dihukum lebih berat daripada pelanggar berkulit putih. 2. Separated but Equal merupakan simbol lain yang merepresentasikan diskriminasi terhadap ras kulit hitam yang ditemukan didalam penelitian ini. Separated but Equal atau terpisah tetapi sederajat merupakan sebuah kebijakan yang mengatur pemisahan fasilitas umum untuk kulit hitam dan kulit putih. Jadi dengan adanya fasilitas terpisah antara kedua ras, tidak ada kemungkinan untuk terjadinya kontak langsung. Dengan adanya pemisahan, pemerintah wajib membuat fasilitas terpisah bagi kedua ras, namun kebanyakan fasilitas yang didapat kaum kulit putih lebih baik daripada yang didapatkan kaum kulit hitam. Saran a. Diskriminasi yang masih kerap terjadi di masyarakat multikultural diberbagai Negara khususnya di Negara kita sendiri, Indonesia yang hingga saat ini masyarakatnya masih banyak terlibat bentrok agama, suku dan ras diharapkan tidak terjadi lagi. b. Semoga kedepannya tema film-film yang menyangkut isu rasialisme seperti film The Help ini menjadi inspirasi bagi insan perfiliman Indonesia untuk membuat film dengan tema yang sama, lebih berkualitas dari film-film Indonesia yang beredar saat ini, dan memiliki nilai edukasi yang tinggi. 20 c. Semoga kajian penelitian ini nantinya dapat menjadi sarana serta acuan untuk meningkatkan kualitas penelitian sejenis atau penelitian dimasa depan sehingga dapat mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala, (2007), Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cheah, Phillip, dkk.(2002). Membaca Film Garin.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Danesi, Marcel, (2010), Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra. Harjana, Agus, (2003), Komunikasi Intrapersonal Dan Interpersonal, Yogyakarta:Kanisius. Keene, Sabrina, “Social Bias: Prejudice, Stereotyping, and Discrimination”, Journal of Law Enforcement, www.jghcs.info, 10/10/2015. Liliweri, Alo, (2005), Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: LKis Mc Quail, Denis, (1996), Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga. Mulyana, Deddy, (2010), Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Riswandi, (2009), Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sobur, Alex, (2001), Analisis Teks Media, Bandung: Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex, (2013), Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Soemarno, Marselli, (1996), Dasar-Dasar Apresiasi Film, Jakarta: Grasindo. Sunardi, (2004), Semiotika Negativa, Yogyakarta: Buku Baik. Wang, Haiyan, November 2009, “Nonverbal Communication and the Effect on Interpersonal Communication”, Journal CCSE Asian Social Science Vol.5 No.11. Waluya, Bagja, (2007), Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, Bandung:Setia Purna Inves. Wiryanto, (2000), Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Grasindo.