hubungan inisiasi menyusu dini (imd) terhadap keberhasilan asi

advertisement
HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP
KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU
KELURAHAN CEMPAKA PUTIH CIPUTAT TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
REVI AGUSVINA
NIM: 1111104000003
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2015
Revi Agusvina, NIM: 1111104000003
Correlation between Early Initiation of Breastfeeding and the success of
exclusive breastfeeding in Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
xiv + 75 pages + 7 tables + 3 charts + 6 attachments
ABSTRACT
Exclusive breastfeeding is breastfeeding only in infants aged 0-6 months without
being given any additional food. Breastfeeding in Indonesia is still low. Data from
Kemenkes showed that the prevalence of exclusive breastfeeding in Indonesia in
2013 amounted to 54.3%. IMD implementation is the first step to start learning
success suckling baby first so that the milk still produced.
The purpose of this study was to determine the correlation of the IMD to the success
of exclusive breastfeeding in Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
This research is a quantitative analytical case control design with a retrospective
approach. The samples in this study using the technique of accidental sampling with
42 respondents. Collecting data using questionnaires. The result showed that there
was no correlation IMD to the success of exclusive breastfeeding (p = 0.102) with α =
0:05, although there is no known relationship that the IMD can affect the duration of
breastfeeding.
Results of this study are expected to be a consideration for any health authority in
order to create written policy concerning the implementation of the IMD and the
provision of education on exclusive breastfeeding to be monitored and evaluated so
for health workers who do not implement the policies it will get penalized.
Key words : Early breastfeeding initiation, Exclusive breastfeeding success
Reference
: 78 (years 1997 - 2015)
i
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Revi Agusvina, NIM: 1111104000003
Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di
Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
xiv + 75
halaman + 7 tabel + 3 bagan + 6 lampiran
ABSTRAK
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan tanpa diberikan
makanan tambahan apapun. Pemberian ASI di Indonesia masih terbilang rendah data
dari KEMENKES menunjukkan bahwa prevalensi pemberian ASI Eksklusif di
Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%. Pelaksanaan IMD merupakan langkah
awal keberhasilan bayi untuk memulai belajar menyusu pertama sehingga ASI tetap
diproduksi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan IMD terhadap
keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif desain case control dengan
pendekatan retrospektif. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
accidental sampling dengan jumlah 42 responden. Pengambilan data dengan
menggunakan kuesioner. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan IMD
terhadap keberhasilan ASI Eksklusif (p = 0,102) dengan α = 0.05, walaupun tidak ada
hubungan diketahui bahwa IMD dapat mempengaruhi lamanya pemberian ASI.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi setiap instansi
kesehatan untuk membuat kebijakan tertulis tentang pelaksanaan IMD dan pemberian
edukasi mengenai ASI Eksklusif yang akan dimonitoring dan dievaluasi sehingga
bagi tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan kebijakan tersebut maka akan
mendapatkan sanksi.
Kata Kunci : Inisiasi Menyusu Dini, Keberhasilan ASI Eksklusif
Referensi
: 78 ( tahun 1997 - 2015)
ivi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: REVI AGUSVINA
Tempat, tanggal Lahir
: Tanjung Enim, 19 Agustus 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: BTN Keban Agung Blok J No. 52 RT 007/
RW 003. Kec. Lawang Kidul, Sumatera Selatan
HP
: +6285273099319
E-mail
: [email protected]
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK Bhayangkari
1998 - 1999
2. SD Negeri 25 Lawang Kidul
1999 - 2005
3. SMP Negeri 3 Lawang Kidul
2005 - 2008
4. SMA Negeri 1 Muara Enim
2008 - 2011
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2011 - sekarang
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Inisisasi
Menyusui Dini (IMD) terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur”.
Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna
mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama
kuliah. Melalui penyusunan skripsi ini, banyak hal yang telah penulis peroleh
terutama dalam menambah pengetahuan penulis yang berhubungan dengan
aplikasi mata kuliah.
Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan
bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan
tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Ketua Program Studi dan
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Yenita Agus, M.Kep, Sp.Mat, Ph.D dan Ibu Ratna Pelawati, S.Kep,
M.Biomed, selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya
untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan
bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan
proposal skripsi ini.
4.
Ibu Puspita Palupi, S.Kep.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Mat., Ibu Yenita Agus,
M.Kep, Sp.Mat, Ph.D dan Ibu Ratna Pelawati, S.Kep, M.Biomed selaku
ix
Dosen Penguji Skripsi, terima kasih sebesar-besarnya atas saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
5.
Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing
Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah
membimbing, menjadi tempat curhat, dan memberi motivasi selama 4
tahun duduk di bangku kuliah.
6.
Segenap Staf Pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya
kepada saya selama duduk di bangku kuliah.
7.
Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan
Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensireferensi sebagai bahan rujukan skripsi.
8.
Staff karyawan Puskesmas Ciputat Timur yang telah memberikan
kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian.
9.
Orang tuaku, Bpk. Ahmad Darmawi Fatih dan Ibu Mulyati yang telah
mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan
keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun
materil kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa,
Kakakku, Novalino Pratama dan seluruh keluargaku yang selalu
memberikan semangat tanpa pamrih.
10. Teman-teman FKIK 2011, PSIK 2011, Sahabat-sahabat terbaikku, nadia,
azmi, chima, putri, atikoh, nika, lilis, hanik, fiqoh, malika, yang berjalan
dan berjuang bersama, memberi inspirasi, menghibur, memberi masukan,
dan mengundang tawa saya selama menyelesaikan proposal skripsi ini,
serta semua pihak yang telah mendo’akan selama proses pembuatan
skripsi ini.
Jakarta, Juli 2015
Revi Agusvina
x
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Karya ................................................................................ ii
Abstract .............................................................................................................. iii
Abstrak ............................................................................................................... iv
Pernyataan Persetujuan ...................................................................................... v
Lembar Pengesahan ........................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ viii
Kata Pengantar ................................................................................................... ix
Daftar Isi ............................................................................................................ xi
Daftar Singkatan ................................................................................................ xiv
Daftar Tabel ....................................................................................................... xv
Daftar Bagan ..................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ................................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7
C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9
F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ............................................................... 11
1. Pengertian IMD................................................................................. 11
2. Manfaat IMD .................................................................................... 14
3. Perilaku bayi sebelum menyusu ....................................................... 16
4. Syarat-sayarat kondisi ibu dan bayi yang dapat dan tidak dapat
xi
dilakukan IMD .................................................................................. 17
5. Tatalaksana IMD ............................................................................... 19
B. ASI Eksklusif ........................................................................................ 28
1. Definisi ASI Eksklusif ...................................................................... 28
2. Fisiologi Laktasi
............................................................................ 29
3. Komposisi ASI ................................................................................. 33
4. Manfaat ASI ..................................................................................... 39
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi ASI ........ 40
C. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) ............. 44
D. Kerangka Teori ...................................................................................... 46
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep ................................................................................. 47
B. Definisi Operasional ............................................................................ 48
C. Hipotesis .............................................................................................. 50
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................................. 51
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 51
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 51
D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 53
E. Langkah-langkah Pengumpulan Data .................................................. 53
F. Etika Penelitian .................................................................................... 55
G. Pengolahan data ................................................................................... 56
H. Analisis Data ....................................................................................... 57
I. Penyajian Data ..................................................................................... 58
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum posyandu kelurahan Cempaka Putih Ciputat
Timur ..................................................................................................... 59
B. Hasil analisis univariat ......................................................................... 60
xii
C. Hasil analisis bivariat .......................................................................... 63
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisi univariat
................................................................................ 64
B. Analisis bivariat .................................................................................... 70
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 72
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
........................................................................................ 73
.................................................................................................. 74
Daftar Pustaka
Lampiran
xiii
DAFTAR SINGKATAN
UIN
: Universitas Islam Negeri
IMD
: Inisiasi Menyusui Dini
SDKI
: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
BPS
: Badan Pusat Statistik
BKKBN
: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
AKN
: Angka Kmeatian Neonatal
AKB
: Angka Kematian Bayi
AKABA
: Angka Kematian Balita
WHO
: World Health Organization
ASI
: Air Susu Ibu
MDGs
: Millennium Development Goals
PASI
: Pemberian Pengganti Susu Ibu
Kemenkes
: Kementrian Kesehatan
RISKESDAS
: Riset Kesehatan Dasar
MP-ASI
: Makanan Pendamping Air Susu Ibu
UNICEF
: United Nations International Children's Emergency Fund
WHO
: World Health Organization
PP
: Peraturan Pemerintah
JNPK-KR
: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi
LMKM
: Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
DEPKES
: Departemen Kesehatan
KESMAS
: Kesehatan Masyarakat
FIL
: Feedback Inhibitor of Lactation
SPK
: Sarana Pelayanan Kesehatan
PP-ASI
: Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu
KP-ASI
: Kelompok Pendukung Air Susu Ibu
RT
: Rumah Tangga
RW
: Rumah Warga
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Definisi Operasional
48
5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
60
5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Persalinan di
Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
61
5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Paritas di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
61
5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaksanaan ASI
Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
62
5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaksanaan IMD di
Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
62
5.6 Hasil analina Chi-Square pada desain kasus kontrol
63
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman
2.1
Refleks Penghisapan
32
2.2
Kerangka Teori
46
3.1
Kerangka Konsep
47
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Perizinan
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner
Lampiran 4. Hasil Olahan SPSS Univariat
Lampiran 5. Hasil Olahan SPSS Bivariat
Lampiran 6. Rekapitulasi Jawaban Responden pada Kuesioner
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan
Kementerian Kesehatan yang dirancang untuk menyediakan data
kependudukan, keluarga berencana, dan kesehatan dimana salah satu tujuan
dari SDKI 2012 adalah mengukur tingkat dan kecenderungan kematian
bayi dan anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak
adalah Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB),
dan Angka Kematian Balita (AKABA). Target penurunan AKB pada
MDGs 2015 yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup maka peningkatan
akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal) menjadi
prioritas utama.
Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012, AKN pada tahun 2012 sebesar
19 per 1000 kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di
tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan hasil SDKI 2002.
Perhatian terhadap upaya penurunana AKN (0-28 hari) menjadi penting
karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi.
Komitmen global dalam MDGs menetapkan pada target ke empat terkait
kematian anak yaitu menurunkan angka kematian anak hingga dua per
tiga dalam kurun waktu 1990-2015.
1
2
Persentase AKN, AKB dan AKABA untuk lima tahun sebelum
survei hasil SDKI 2012 menunjukkan adanya penurunan, namun angka
tersebut masih menunjukkan tingkat penurunan yang lebih lambat dalam
tahun-tahun akhir. Penyakit penyebab kematian bayi berusia 0-7 hari (early
neonatal death) terbanyak adalah premature disertai berat badan lahir
rendah dan asfiksia lahir. Penyebab kematian bayi berusia 8-28 hari (late
neonatal death) terbanyak adalah infeksi dan feeding problem (Djaja dan
Soemantri, 2003).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan AKB yaitu
dengan sesegera mungkin memberi kolostrum yang ada dalam Air Susu
Ibu (ASI) kepada bayi baru lahir yang berguna untuk meningkatkan
kekebalan tubuh neonatal (Setjaningsih, 2012). Kolostrum merupakan
sekresi ASI pertama selama dua sampai tiga hari sesudah persalinan.
Kolostrum merupakan makanan pertama bagi bayi yang memiliki nilai
nutrisi yang tinggi dan mengandung semua unsur yang diperlukan oleh
bayi sebagai antibodi dan anti infeksi (Purwanti, 2004).
Bayi yang diberi kesempatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) lebih
dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan
(Roesli, 2012). IMD adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri
setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri
dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusu. Jangka
waktunya adalah sesegera mungkin setelah melahirkan. IMD sangat
penting tidak hanya untuk bayi, namun juga bagi ibu (Yuliarti, 2010).
3
Menurut hasil penelitian Righard (1990) dalam Roesli (2014)
bahwa bayi yang baru lahir memiliki respon menyusu lebih baik. Pada usia
kurang dari 30 menit bayi harus segera didekatkan kepada ibu dengan cara
menempelkan bayi pada payudara ibu. Hal ini dilakukan bukan untuk
pemberian nutrisi tetapi untuk belajar menyusui guna mempersiapkan
payudara ibu mulai memproduksi ASI. Selain itu, gerakan untuk mengisap
pada bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada waktu berusia 20-30
menit, sehingga apabila terlambat menyusui refleks ini akan berkurang dan
melemah (Fikawati dan Syafiq, 2003).
Penelitian di Ghana yang dilakukan oleh Edmond (2006) dengan
melibatkan 10.947 bayi menyatakan bahwa kesempatan menyusu dalam
satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya
selama satu jam) maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat
diselamatkan. Menurut Roesli (2012) persentase kematian balita dapat
dicegah dengan beberapa intervensi yaitu IMD, menyusui eksklusif enam
bulan dan diteruskan dengan memberikan makanan pendamping ASI (MPASI). IMD dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari dari sekitar 40%
kematian balita yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi.
Berarti IMD mengurangi angka kematian balita 8,8% (Roesli, 2012).
IMD juga berperan dalam meningkatkan keberhasilan menyusu
eksklusif dan lama menyusu sampai dua tahun. Hasil penelitian Dinartiana
dan Sumini (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pelaksanaan IMD dengan keberhasilan ASI eksklusif pada ibu yang
mempunyai bayi usia 7-12 bulan di Kelurahan Gunungpati Kota Semarang.
4
Ibu yang menyusui lebih dari 1 jam pasca-persalinan berisiko memberikan
makanan prelaktal 4,87 kali dibanding ibu yang menyusui kurang dari 1
jam pasca melahirkan (Rosha,dkk, 2013).
Penelitian Susanti (2011) menunjukkan bahwa rata-rata waktu
keluarnya ASI pada ibu yang melakukan IMD adalah 11,29 jam sedangkan
pada ibu yang tidak melakukan IMD adalah 36,7 jam. Hal ini dibuktikan
dengan adanya teori bahwa isapan bayi dapat meningkatkan kadar hormon
prolaktin,
yaitu
hormon
yang
merangsang
kelenjar
susu
untuk
memproduksi ASI (Yuliarti, 2010).
Menyusui eksklusif enam bulan dan tetap diberi ASI sampai 11
bulan saja dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada usia enam
bulan menurunkan kematian balita sebanyak 13% (Roesli, 2012).
Pemberian pengganti susu ibu (PASI) sebelum anak berumur enam bulan
tidak dianjurkan, karena dapat meningkatkan kemungkinan terkontaminasi
dan meningkatkan risiko terkena penyakit khususnya diare (SDKI, 2012).
Bayi yang tidak diberi ASI memiliki risiko lebih besar enam kali lipat
untuk meninggal akibat penyakit menular (termasuk diare) dalam dua
bulan pertama kehidupan dibandingkan mereka yang mendapatkan ASI
(WHO 2000, dalam Jennifer dan Muthukumar, 2012).
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di
Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila
dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6% (Kemenkes, 2014).
Sedangkan, persentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam
pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 34,5%
5
(RISKESDAS, 2013). UNICEF dan WHO (2014) membuat rekomendasi
pada ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya.
Sesudah umur 6 bulan, bayi baru dapat diberikan makanan pendamping
ASI (MP-ASI) dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak berumur
minimal 2 tahun.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan
juga
merekomendasikan para ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan
kepada bayinya (RISKESDAS, 2013). Pemberlakuan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif merupakan salah
satu upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah terkait pencapaian
cakupan ASI eksklusif di Indonesia. Selain itu, Pemerintah Indonesia
mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan IMD
sebagai
tindakan
“penyelamatan
kehidupan”,
karena
IMD
dapat
menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan
(Kemenkes, 2014).
Menurut agama islam menyusukan bayi adalah hak seorang ibu .
Ini telah ditegaskan oleh Allah swt.,
Allah Ta’ala berfirman…
َ‫وَاﻟْﻮَاﻟِﺪَاتُ ﯾُﺮْﺿِﻌْﻦَ أَوْﻻَدَھُﻦﱠ ﺣَﻮْﻟَﯿْﻦِ ﻛَﺎﻣِﻠَﯿْﻦِ ﻟِﻤَﻦْ أَرَادَ أَن ﯾُﺘِﻢﱠ اﻟﺮﱠﺿَﺎﻋَﺔ‬
‫وَﻋَﻠَﻰ اﻟْﻤَﻮْﻟُﻮدِ ﻟَﮫُ رِزْﻗُﮭُﻦﱠ وَﻛِﺴْﻮَﺗُﮭُﻦﱠ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُوفِ ﻻَ ﺗُﻜَﻠﱠﻒُ ﻧَﻔْﺲٌ إِﻻﱠ‬
ُ‫وُﺳْﻌَﮭَﺎ ﻻَ ﺗُﻀَﺂرﱠ وَاﻟِﺪَةُ ﺑِﻮَﻟَﺪِھَﺎ وَﻻَ ﻣَﻮْﻟُﻮدُ◌ُﻟﱠﮫُ ﺑِﻮَﻟَﺪِهِ وَﻋَﻠَﻰ اﻟْﻮَارِثِ ﻣِﺜْﻞ‬
ْ‫ذَﻟِﻚَ ﻓَﺈِﻧْﺄَرَادَا ﻓِﺼَﺎﻻً ﻋَﻦ ﺗَﺮَاضٍ ﻣِّﻨْﮭُﻤَﺎ وَﺗَﺸَﺎوُرٍ ﻓَﻼَ ﺟُﻨَﺎحَ ﻋَﻠَﯿْﮭِﻤَﺎ وَإِن‬
‫أَرَدْﺗُﻢْ أَن ﺗَﺴْﺘَﺮْﺿِﻌُﻮا أَوْﻻَدَﻛُﻢْ ﻓَﻼَ ﺟُﻨَﺎحَ ﻋَﻠَﯿْﻜُﻢْ إِذَا ﺳَﻠﱠﻤْﺘُﻢ ﻣﱠﺂءَاﺗَﯿْﺘُﻢ‬
}233 {ُ◌ُ‫ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُوفِ وَاﺗﱠﻘُﻮا ﷲَ وَاﻋْﻠَﻤُﻮا أَنﱠ ﷲَ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮنَ ﺑَﺼِﯿﺮ‬
“ Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah
menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut.
6
Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang
ibu menderita karena anaknya, dan janganlah pula seorang ayah
(menderita) karena anaknya. Ahli waris pun berkewajiban seperti itu pula.
Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan
permusyawaratan antara keduanya, dan jika kamu ingin menyusukan
anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al
Baqarah (2): 233).
Penyusuan merupakan hak yang perlu bagi seorang anak, maka
sangat dianjurkan agar ibu menyempurnakan penyusuan tersebut. Menurut
mazhab shafie ulama menetapkan bahwa ibu hendaklah menyusukan
anaknya dengan air susu permulaan yang keluar sebaik setelah anak
dilahirkan. Air susu permulaan yang disebut al-laba’ akan menjadikan
tubuh anak kuat dan tegap serta akan lebih terhindar daripada jangkitan
kuman penyakit (Yusuf, 2002). Pentingnya ASI sudah tercantum dengan
jelas dalam firman Allah swt., mengenai pentingnya air susu pertama bagi
anak karena bahwasannya ketika Allah memerintahkan sesuatu maka
lakukanlah karena itu pasti lebih banyak manfaatnya.
Berdasarkan
hasil
survei
yang
dilakukan
peneliti
dengan
menanyakan pelaksanaan IMD kepada tenaga kesehatan di Puskesmas
Ciputat Timur bahwa IMD selalu dilakukan kepada semua ibu bersalin
dengan syarat bahwa kondisi ibu dan bayi sehat. Akan tetapi, hal ini
berbeda ketika peneliti menanyakan kepada ibu yang baru saja bersalin di
Puskesmas Ciputat Timur bahwa masih ada ibu yang tidak dilakukan IMD,
padahal kondisi ibu dan bayi pada saat itu dalam keadaan sehat. Jadi, tidak
semua ibu yang melakukan persalinan di Puskesmas Ciputat Timur
7
dilakukan IMD. Selain itu, masih sedikitnya ibu yang memberikan ASI
Eksklusif di Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur sebanyak 60%.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa ibu yang melaksanakan
IMD adalah faktor pemungkin yang kuat terhadap keberhasilan ASI
eksklusif (Dinartiana dan Sumini, 2011; Fikawati dan Syafiq, 2009).
Namun, hasil tersebut berbeda dengan penelitian Sari (2012) dimana tidak
ada perbedaan pola pemberian ASI (pemberian kolostrum, pemberian
pralakteal, pemberian ASI eksklusif, frekuensi dan lama pemberian ASI)
antara Ibu IMD dan tidak IMD. Perbedaan hasil penelitian tersebut
menarik peneliti untuk mengetahui lebih lanjut ada atau tidaknya
hubungan pelaksanaan IMD terhadap keberhasilan ASI ekslusif di
Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
B. Rumusan Masalah
Beberapa penelitian menyatakan bahwa ibu yang melaksanakan
IMD adalah faktor pemungkin yang kuat terhadap keberhasilan ASI
eksklusif (Dinartiana dan Sumini, 2011; Fikawati dan Syafiq, 2009).
Namun, hasil tersebut berbeda dengan penelitian Sari (2012) dimana tidak
ada perbedaan pola pemberian ASI (pemberian kolostrum, pemberian
pralakteal, pemberian ASI eksklusif, frekuensi dan lama pemberian ASI)
antara Ibu IMD dan tidak IMD. Perbedaan hasil penelitian tersebut
menarik peneliti untuk mengetahui lebih lanjut ada atau tidaknya
hubungan pelaksanaan IMD terhadap keberhasilan ASI ekslusif di
Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
8
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran karakteristik (usia, jenis persalinan dan paritas)
responden di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur?
2. Bagaimana persentase IMD di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih
Ciputat Timur?
3. Bagaimana persentase keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur?
4. Bagaimana hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di
Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif
di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran karakteristik responden di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
2. Mengetahui persentase IMD di Posyandu Kelurahan Cempaka
Putih Ciputat Timur.
3. Mengetahui persentase keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
4. Mengetahui hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif
di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
9
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Ciputat Timur
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
tenaga kesehatan di Puskesmas Ciputat Timur tentang
pentingnya
penatalaksanaan IMD serta pentingnya penyuluhan mengenai manfaat
ASI Eksklusif kepada para Ibu. Ketika penatalaksanaan IMD
terlaksana dengan baik dan penyuluhan ASI Eksklusif terus dilakukan,
maka secara tidak langsung pihak puskesmas telah ikut serta
menurunkan AKN, AKB dan meningkatkan pemberian ASI Ekslusif di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur sehingga bayi mendapatkan
asupan nutrisi terbaik dari ibu yaitu ASI dengan komposisi gizi yang
sangat baik untuk tumbuh kembang bayi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru guna
meningkatkan pengetahuan dan melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan teori dan penelitian terbaru khususnya mengenai asuhan
ibu bersalin dan pemberian nutrisi pada bayi. Pada asuhan ibu bersalin,
tidak hanya mementingkan proses persalinan saja tapi juga
memperhatikan tindakan apa yang akan dilakukan kepada ibu dan bayi
pasca persalinan.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
pembaca tentang pentingnya pelaksanaan IMD dan manfaat ASI
eksklusif sehingga pembaca dapat menyebarkan informasi ini kepada
10
orang-orang terdekat khususnya para ibu dan calon ibu agar mereka
memahami cara menyusui dan gizi yang terbaik untuk bayi dan
termotivasi untuk melakukan IMD dan memberikan ASI eksklusif
demi kesehatan bayi maupun ibu.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah yang bertujuan untuk mengetahui hubungan IMD terhadap
keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih
Ciputat Timur. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik
kuantitatif case control dengan menggunakan pendekatan retrospektif.
Subjek yang akan diteliti adalah ibu dengan bayi usia di 6 - 7 bulan di
Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. Waktu penelitian dari
bulan Mei sampai Juni 2015.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
1. Pengertian IMD
IMD merupakan kemampuan bayi mulai menyusu sendiri
segera setelah dia dilahirkan. Pada prinsipnya IMD merupakan kontak
langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi segera ditengkurapkan di
dada atau di perut ibu setelah seluruh badan dikeringkan (bukan
dimandikan), kecuali pada telapak tangannya. Kedua telapak tangan
bayi dibiarkan tetap terkena cairan ketuban karena bau dan rasa cairan
ketuban ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu yang
akan menuntun bayi untuk menemukan puting (Siswosuharjo dan
Chakrawati, 2010). Menurut UNICEF dan WHO (2014) IMD
dilakukan satu jam pertama setelah kelahiran.
Pengertian IMD menurut Kemenkes (2014) adalah proses bayi
menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari
puting susu ibunya sendiri (tidak dituntun ke puting susu). Dua puluh
empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat
penting untuk keberhasilan menyusui selanjutnya. Pada jam-jam
pertama setelah melahirkan dikeluarkan hormon oksitosin yang
bertanggung jawab terhadap produksi ASI.
Menurut pokok-pokok Peraturan Pemerintah No.33 Tahun
2012 tentang pemberian ASI eksklusif IMD adalah suatu proses
dimana bayi begitu dilahirkan dari rahim ibu, tanpa dimandikan
11
12
terlebih dahulu segera diletakkan pada perut dan dada ibu dengan kulit
bayi melekat atau bersentuhan langsung pada kulit ibu. Proses ini
dilakukan sekurangnya selama 1 jam dan /atau sampai dengan bayi
berhasil meraih puting ibu untuk menyusu langsung sesuai
kebutuhannya atau lamanya menyusu saat IMD ditentukan oleh bayi.
IMD dapat dilakukan dalam semua jenis kelahiran normal maupun
dengan bantuan vakum atau operasi.
IMD adalah pemberian air susu ibu dimulai sedini mungkin
segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Biarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu menetap selama setidaknya 1
jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri (JNPK-KR 2007
dalam Martini, 2012)
Berdasarkan berbagai pengertian IMD diatas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa IMD adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan tanpa dimandikan terlebih dahulu, seluruh badan bayi
dikeringkan kecuali telapak tangannya, bayi diletakkan tengkurap di
dada ibu dengan kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibu
setidaknya selama satu jam sampai dengan bayi berhasil meraih puting
ibu untuk menyusu langsung sesuai kebutuhannya atau lamanya
menyusu saat IMD ditentukan oleh bayi.
IMD disebut juga sebagai proses Breast Crawl atau merangkak
mencari payudara. Ada beberapa hal yang menyebabkan bayi mampu
menemukan sendiri puting ibunya dan mulai menyusu (Aprilia, 2010).
13
a. Sensory Inputs
Sensory Inputs terdiri dari:
1) Indra penciuman yaitu bayi sensitif terhadap bau khas
ibunya setelah melahirkan.
2) Indra penglihatan, karena bayi baru dapat mengenal pola
hitam dan putih, bayi akan mengenali puting dan wilayah
areola payudara ibunya karena warna gelapnya.
3) Indra pengecap, bayi mampu merasakan cairan amniotik
yang melekat pada jari-jari tangannya.
4) Indra pendengaran, sejak dari dalam kandungan ia paling
mengenal suara ibunya.
5) Indra perasa dilakukan melalui sentuhan kulit ke kulit yang
akan memberi kehangatan dan rangsangan lainnya.
b. Central component
Otak bayi yang baru lahir sudah siap segera mengeksplorasi
lingkungannya dan lingkungan yang paling dikenalnya adalah
tubuh ibunya. Rangsangan ini harus segera dilakukan karena jika
terlalu lama dibiarkan, bayi akan kehilangan kemampuan ini. Inilah
yang menyebabkan bayi yang langsung dipisah dari ibunya sering
menangis daripada bayi yang langsung ditempelkan ke tubuh
ibunya.
c. Motor outputs
Gerak bayi yang merangkak di atas tubuh ibunya adalah
gerak yang paling alamiah yang dapat dilakukan bayi setelah lahir.
14
Selain berusaha mencapai puting ibunya, gerakan ini juga memberi
banyak manfaat untuk sang ibu, misalnya mendorong pelepasan
plasenta dan mengurangi perdarahan pada rahim.
Motor output dalam prosedur IMD terdiri dari dua
komponen utama
1) Kontak antar kulit ibu dan bayi (skin to skin)
2) Upaya menyusu (sucking). Sucking atau refleks menghisap
yaitu upaya bayi mencapai puting payudara ibu dan bayi
akan menghisap puting ibu dengan sendirinya (Aritonang
dan Priharsiwi, 2006).
2. Manfaat IMD
Manfaat kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan bayi
menyusu sendiri dalam satu jam pertama kehidupan (Roesli, 2012):
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak
mencari payudara.
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung
bayi lebih stabil.
c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari
kulit ibunya dan dia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri
baik dari kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak
membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat
dari lingkungan.
d. Ikatan kasih sayang (Bonding) antara ibu-bayi akan lebih baik
karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu,
15
biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama. Pemberian ASI lebih
awal dapat membantu bayi untuk belajar menyusu (UNICEF, 2015)
e. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui
eksklusif dan akan lebih lama disusui. Menunda permulaan menyusu
lebih dari satu jam menyebabkan kesukaran menyusui.
f. Pelekatan bayi pada ibu dan penghisapan puting ibu merangsang
pengeluaran horman oksitosin dan prolaktin. Hormon prolaktin akan
merangsang produksi ASI. Sedangkan, fungsi hormon oksitosin
adalah:
1) Membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran
ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu.
2) Merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi
lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang
nyeri, dan perasaan sangat bahagia.
3) Menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka berdua.
4) Merangsang pengaliran ASI dari payudara. Jika dirangsang oleh
hormon oksitosin, otot yang melingkari pabrik ASI ini akan
mengerut (berkontraksi) dan menyemprotkan ASI dari pabrik
ASI ke saluran ASI (Roesli, 2009).
g. Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali
keluar. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih
dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan.
Menurut
Queensland
Maternity
and
Neonatal
Clinical
Guidelines Program (2010) kontak kulit ke kulit memiliki beberapa
16
manfaat bagi ibu dan bayi. Manfaat bagi ibu yaitu menstimulus
pelepasan oksitosin yang akan meminimalkan kehilangan darah,
mengurangi kecemasan, meningkatkan ikatan emosional ibu dan bayi,
serta dapat mencegah atau meringankan masalah menyusui (misalnya
pembengkakan, puting sakit). Sedangkan manfaat bagi bayi yaitu
menjaga suhu tubuh agar tetap hangat, mengurangi lamanya waktu
menangis,
meningkatkan
interaksi
dengan
ibu,
meningkatkan
kebiasaan menyusu sejak lahir, meningkatkan durasi menyusu, dan
menjaga kadar glukosa darah normal.
3. Perilaku Bayi Sebelum Menyusu
Semua bayi akan melalui 5 tahapan yang sama saat IMD, antara
lain (Yuliarti, 2010 ; Roesli, 2012) :
a.
Selama 30 menit pertama merupakan stadium istirahat/diam
dalam keadaan siaga. Bayi diam tidak bergerak. Masa tenang yang
istimewa ini merupakan penyesuian peralihan dari keadaan dalam
kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan
kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam
suasana aman serta meningkatkan kepercayaan diri ibu dan ayah
terhadap kemampuan keberhasilan menyusui (Roesli, 2012)
b.
Antara 30 - 40 menit sesudah bayi tenang, bayi akan mengecap
bagian atas telapak tangannya. Bau di telapak tangan mirip dengan
ASI yang akan keluar. Jadi, bau ini memandu bayi untuk mencari
puting susu ibunya. Oleh karena itu, saat membersihkan bayi,
bagian atas telapak tangannya jangan dikeringkan.
17
c.
Menekan di atas perut tepat diatas rahim guna menghentikan
perdarahan. Hal tersebut dapat membantu mengecilkan kontraksi
rahim.
d.
Bayi mulai bergerak ke arah payudara dan menekan payudara dan
hal tersebut akan merangsang susu keluar. Sambil bergerak, ia
menjilat dan mengambil bakteri dari kulit ibunya. Seberapa
banyak ia menjilat cuma ia yang tahu berapa kebutuhannya akan
bakteri yang masuk ke pencernaaannya itu dan menjadi bakteri
Lactibacillus. Ia kulum dulu, kemudian dijilat sampai ia yakin
okstitusi ibunya cukup, baru dia naik ke atas. Jadi, hanya ia yang
tahu.
e.
Setelah merasa cukup maka ia akan bergerak ke arah puting susu
sampai menemukannya. Pada saat tersebut, tidak mesti ASI keluar
yang penting ia telah mencapai puting dan mulai menghisap.
Walaupun ia sudah menemukan puting susu ibunya, biarkan
selama 1 jam untuk proses skin to skin contact.
4. Syarat-syarat ibu dan bayi yang dapat dan tidak dapat dilakukan
IMD
Syarat dilakukannya IMD adalah apabila ibu dan bayi dalam
keadaan sehat, bugar, tidak gawat darurat, meskipun kelahiran dilakukan
melalui operasi caesar, IMD tetap bisa dilakukan (Info, 2013). Menurut
PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif bahwa
pelaksanaan IMD ini dapat tidak dilaksanakan apabila terdapat indikasi
medis demi keselamatan ibu dan bayi.
18
Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada
beberapa kasus pemberian ASI tidak dibenarkan (Manuaba, 1998)
a. Faktor dari ibu
Ibu dengan penyakit jantung yang berat akan menambah
beratnya penyakit ibu, ibu dengan preeklampsia dan eklampsia, karena
banyaknya
obat-obatan yang telah diberikan, sehingga dapat
mempengaruhi bayinya, penyakit infeksi berat pada payudara,
sehingga kemungkinan menular pada bayinya, karsinoma payudara
mungkin dapat menimbulkan metastasis, ibu dengan psikosis, dengan
pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat
membahayakan bayi, ibu dengan infeksi virus, ibu dengan TBC atau
lepra.
b. Faktor dari bayi
Bayi dalam keadaan kejang-kejang yang dapat menimbulkan
bahaya aspirasi ASI, bayi yang menderita sakit berat dengan
pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI,
bayi premature dan
berat badan lahir rendah karena refleks
menelannya sulit hingga bahaya aspirasi mengancam. Refleks
menangkap puting mulai ada di usia kehamilan 32 minggu. Koordinasi
menghisap, menelan dan bernafas mulai muncul di usia kehamilan 32
dan 35 minggu. Sebagian besar bayi bisa menetek dengan baik jika di
usia kehamilan 36 minggu (Karnadi, 2014). Bayi dengan cacat bawaan
yang
tidak
mungkin
menelan
(labiokisis,
palatognatokisis,
19
libiognatopalatokisis), bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit
metabolisme seperti alergi ASI.
c. Keadaaan patologis pada payudara
Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan
stagnasi ASI yang dapat menimbulkan infeksi dan abses dapat
dihindari. Sekalipun demikian masih ada keadaan patologis payudara
yang memerlukan konsultasi dokter sehingga tidak merugikan ibu dan
bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi adalah
infeksi payudara, terdapat abses yang memerlukan insisi, terdapat
benjolan payudara yang membesar saat hamil dan menyusui, ASI yang
bercampur dengan darah.
5. Tatalaksana IMD
Berikut macam-macam pelaksanaan IMD :
a. IMD yang kurang tepat (Roesli, 2012) :
1) Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain
kering
2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat
dipotong, lalu diikat.
3) Bayi dibedong dengan selimut bayi karena takut kedinginan
4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak
terjadi kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu
untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga
kesehatan selesai menjahit perinium.
20
5) Selanjutnya, bayi diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara
memasukkan puting susu ke mulut bayi.
6) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar
pemulihan untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah,
diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.
b. IMD secara umum (Roesli, 2012) :
1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat
persalinan.
2) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat
kimiawi saat persalinan.
3) Bagitu bayi lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah
dialasi kain kering
4) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya,
kecuali kedua tangannya.
5) Tali pusat dipotong, lalu diikat
6) Zat lemak putih (vernix) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya
tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
7) Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau
perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi
diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk
mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Sering kita
khawatir bayi kedinginan.
21
8) Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang
bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke
puting susu.
9) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tandatanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Dukungan ayah
akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam
posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama
satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum
satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam
waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan
kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
10) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap
setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang
invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi
dapat ditunda. Secara fisiologis kadar faktor koagulasi yang
tergantung vitamin K dalam tali pusat sekitar 50% dan akan
menurun dengan cepat mencapai titik terendah dalam 48-72 jam
setelah kelahiran (Kemenkes RI, 2011).
11) Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar.
Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi
selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman prelaktal
(cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.
c. IMD pada operasi Caesar (Roesli, 2012) :
22
Ada perbedaan waktu keberhasilan pelaksanaan program
IMD antara persalinan caesar dengan persalinan normal. Pada 24
responden yang diteliti untuk masing-masing jenis persalinan. Pada
kelompok yang menjalani persalinan normal presentase keberhasilan
melakukan program IMD adalah 87,5%, dan 12,5% tidak berhasil
melakukan program IMD. Sedangkan pada kelompok yang
menjalani persalinan caesar presentase 4,2% keberhasilan IMD dan
95,8% tidak berhasil melakukan IMD (Arifah, 2009).
Selain itu, pengeluaran ASI juga lebih cepat pada ibu post
partum normal dibandingkan ibu post sectio caesarea. Hal ini
diantaranya disebabkan karena ibu post sectio caesarea mengalami
nyeri luka setelah operasi yang mengganggu pengeluaran oksitosin
dalam merangsang refleks aliran ASI dan efek anestesi (Desmawati,
2010).
Upaya bayi merangkak mencari payudara secara standar
pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi Caesar. Namun,
jika diberikan anestesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar
sehingga dapat segera memberi respons pada bayi. Usahakan
menyusus pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaaan ibu
atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada
kesempatan yang tercepat (Roesli, 2012).
Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang
pulih saat ibu sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk
atau dalam pengaruh obat bius. Sementara menunggu ibu sadar,
23
ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit
dengan kulit sehingga bayi tetap hangat (Roesli, 2012). Berdasarkan
keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
450/MENKES/SK/IV/2004 yang tercantum dalam Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) bahwa apabila ibu
mendapat operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.
Berikut tatalaksana IMD pada operasi caesar :
1) Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif
2) Jika memungkinkan, diusahakan suhu ruangan 200-250 C.
Sediakan selimut dan topi bayi untuk mengurangi hilangnya
panas dari kepala bayi.
3) Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana IMD secara
umum diatas
4) Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi
atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap
diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan
atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan
ibu atau kamar pulih.
d. IMD pada bayi gemelli (Selasi 2009 dalam Juliastuti, 2011) :
1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu di kamar
bersalin
2) Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama
kepala, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix. Mulut
dan hidung bayi dibersihkan, tali pusat diikat.
24
3) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi di tengkurangpkan
di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan
mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti bayi dapat
diberi topi
4) Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan
bayi mencari puting sendiri
5) Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua berikan bayi
pertama pada ayah. Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi
melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda kanguru.
Keduanya ditutupi baju ayah
6) Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama
kepala, kecuali tangannya tanpa menghilangkan vernix. Mulut
dan hidung dibersihkan, tali pusat diikat
7) Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua
ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat
pada kulit ibu. Letakkan kembali bayi pertama di dada ibu
berdampingan dengan saudaranya, ibu dan kedua bayinya
diselimuti. Bayi-bayi dapat diberi topi.
8) Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama
paling tidak satu jam, bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam,
tetap biarkan kulit ibu-bayi bersentuhan sampai setidaknya 1
jam
9) Bila dalam satu jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu
dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan
25
puting ke mulut bayi. Beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi kulit
melekat pada kulit
10) Rawat gabung ibu dan bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam.
Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas
indikasi medis.
e. Langkah IMD dalam Asuhan Bayi Baru Lahir (JNPK-KR 2008,
dalam Martini, 2012)
Langkah 1: Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan
1)
Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran
2) Letakkan bayi diperut bawah ibu
3) Nilai bayi apakah memerlukan resusitasi atau tidak (2 detik)
4) Setelah itu keringkan bayi, mulai dari muka, kepala dan
bagian tubuh lain yang halus tanpa membersihkan vernix.
5) Tidak mengeringkan tangan bayi
6) Membersihkan lendir dengan kain bersih
7) Melakukan rangsangan taktil
Langkah 2: Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling
sedikit satu jam
1) Lakukan penjepitan tali pusat
2) Lakukan pemotongan tali pusat
3) Lakukan pengikatan tali pusat
4) Letakkan bayi tengkurap didada ibu
5) Menyelimuti ibu dan bayi
26
6) Membiarkan ibu dan bayi melakukan kontak kulit ke kulit
dada ibu paling sedikit 1 jam
7) Tidak membasuh/menyeka payudara ibu sebelum bayi
menyusu
8) Melakukan manajemen aktif kala III
Langkah 3: biarkan bayi mencari dan menemukan puting susu dan
mulai menyusu
1) Membiarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai
menyusu
2) Tidak menginterupsi menyusui/memindahkan bayi dari satu
payudara ke payudara yang lain.
3) Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal sampai bayi
selesai menyusu, seperti : menimbang, pemberian antibiotika
salep mata, vitamin K1 dan lain lain
4) Ibu dan bayi tidak dipindahkan ke ruang lain sampai IMD
selesai.
5) Jika
bayi
belum
menyusu
dalam
waktu
satu
jam
memposisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu
6) Jika
dalam
waktu
dua
jam
bayi
belum
menyusu,
memindahkan ibu keruang pemulihan dengan bayi tetap di
dada ibu
7) Menempatkan ibu dan bayi dalam ruangan yang sama
f. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam pelaksanaan IMD
27
1) Menurut penelitian Bergman (2005) dalam Roesli (2012),
kulit dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas dari
ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu
kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan bayi.
Jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu
derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit ibu bersifat
termoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi.
2) Menurut Roesli (2012) tentang pengalaman IMD dari
berbagai macam jenis persalinan dengan durasi waktu IMD
lebih kurang satu jam. Pada kelahiran normal bayi
menemukan puting susu ibunya pada usia 40 menit.
Kemudian untuk kelahiran vakum ektraksi bayi berhasil
menemukan payudara dan puting ibunya dan menyusu
dengan baik pada usia 45 menit. Sedangkan pada operasi
caesar tidak menjadi hambatan ibu untuk melakukan IMD,
bayi mampu menemukan puting susu ibunya pada usia 60
menit dan menyusu dengan baik pada usia 72 menit.
3) Ada
beberapa
intervensi
yang
dapat
mengganggu
kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan
sendiri payudara ibunya yaitu kelahiran dengan obat-obatan
atau tindakan, seperti caesar, vakum, forcep, bahkan
perasaan sakit saat di daerah episiotomi, tetapi yang penting
dari semua itu bahwa baik keluarga maupun tenaga kesehatan
mengetahui informasi ini dan dianjurkan agar menciptakan
28
suasana yang tenang, nyaman dan penuh kesabaran untuk
memberi kesempatan bayi merangkak mencari payudara ibu
atau “ the breast crawl “ (Roesli, 2012).
B. ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI Eksklusif
Kata eksklusif, diambil dari kata bahasa Inggris, exclusive yang
menurut kamus (John M.Echols & Hassan Shadily dalam Budiasih,
2008) artinya sendirian, tidak disertai dengan yang lain, terpisah dari
yang lain. Dengan demikian, pemberian ASI Eksklusif diartikan
sebagai pemberian ASI sepenuhnya tanpa disertai tambahan atau
selingan apa pun sejak bayi lahir hingga umur tertentu (Budiasih,
2008). Menurut RISKESDAS (2013) kriteria menyusu eksklusif
ditegakkan bila anak umur 0-6 bulan hanya diberi ASI saja pada 24
jam terakhir dan tidak diberi makanan dan minuman lain selain ASI.
Pemberian
ASI
Eksklusif
sudah
dikampanyekan
sejak
November 1990 atas komitmen dari UNICEF yang disepakati oleh
Departemen Kesahatan. Awalnya, ASI eksklusif disarankan untuk 4
atau 6 bulan. Kini, dengan berkembangnya pengetahuan tentang
keunggulan
ASI
Eksklusif
dan
kesesuaian
dengan
kesiapan
pencernaan bayi, pemberi ASI eksklusif ditegaskan hingga bayi
berusia 6 bulan (Budiasih, 2008).
Alasan pemberian makanan tambahan pada usia enam bulan
adalah (Purwanti, 2004):
29
a. Berdasarkan hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan
secara tepat dan benar sampai bayi berumur enam bulan.
b. Bayi pada saat berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai
matur. Jaringan pada usus halus bayi pada umumnya seperti
saringan pasir. Pori-porinya berongga sehingga memungkinkan
bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem
peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam
usus bayi ini akan tertutup rapat setelah bayi berumur enam bulan.
Dengan demikian, usus bayi setelah berumur enam bulan mampu
menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk.
2. Fisiologi Laktasi
Payudara pada wanita yang tidak hamil terutama terdiri dari
jaringan lemak dan sistem duktus rudimenter. Ukuran payudara
ditentukan oleh jumlah jaringan lemak yang tidak ada kaitannya
dengan kemampuan menghasilkan air susu (Sherwood, 2011 ). Pada
masa kehamilan di tiga bulan pertama, terjadi tumbuh kembang sistem
kelenjar payudara sebagai persiapan memberikan ASI. Tiga bulan
berikutnya, pertumbuhan tubuloalveolus mendominasi, stroma mama
terdesak dan digantikan oleh lobus payudara yang berkembang dengan
jalan hiperplasia dan hipertropi selnya. Alveolus dilapisi oleh sel
tunggal untuk membentuk ASI. Pada akhir kehamilan, lumen alveolus
telah berisi protein yang berasal dari deskuamasi sel epitel alveolus
dan lekosit (Manuaba, dkk, 2007).
30
Kemudian, pada masa post partum segera setelah persalinan,
besar sel alveolus makin bertambah dan disertai peningkatan organ
sekresinya dalam 48 jam sel menjadi lebih lebar, penuh dengan
retikulum endoplasmik, sel golgi, terdapat mikrovili pada ujungnya.
Alveoli penuh dengan ASI sehingga sel alveoli menjadi datar dan
tertekan. Bila ASI tidak diisap maka sel alveolus akan mengalami
nekrosis dan dapat menimbulkan masalah. Peredaran darah akan
meningkat segera setelah persalinan sehingga pembentukan ASI dapat
berlangsung dengan cukup baik (Manuaba, dkk, 2007).
Hormon
yang
berperan
dalam
proses
laktasi
yaitu
(UNICEF,2010):
a. Prolaktin
Prolaktin sebagai hormon yang merangsang produksi ASI.
Fungsi hormon ini tergantung pada waktu menyusui. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu anjurkan kontak payudara dan kulit dalam waktu
yang lama dan sering untuk merangsang produksi ASI, anjurkan
menyusu
dini
dan
pastikan
pelekatan
yang
efektif
untuk
memaksimalkan produksi ASI serta berikan ASI selama bayi
menginginkan.
b. Oksitosin
Oksitosin sebagai hormon yang merangsang pengeluaran
ASI. Menyusui merangsang pelepasan oksitosin untuk melancarkan
pengeluaran ASI. Selain itu penglihatan, suara dan sentuhan bayi
31
juga meningkatkan pengeluaran ASI. Oksitosin juga menimbulkan
ketenangan tetapi akan terhambat apabila terjadi stres.
c. Feedback Inhibitor of Lactation (FIL)
Feedback Inhibitor of Lactation sebagai faktor penghambat
laktasi. Aktivitas dalam payudara untuk menghambat produksi ASI
ketika payudara dalam keadaan penuh. Maka dari itu, untuk
mencegah agar payudara tidak penuh atau bengkak anjurkan ibu
untuk sesering mungkin menyusui yang efektif untuk mengurangi
ASI dan memastikan produksi lanjutan.
Rangsang untuk mensekresi ASI yang paling memuaskan
adalah pengosongan susu teratur dan sempurna, produksi susu akan
dikurangi ketika susu yang disekresi tidak dikeluarkan. Bila laktasi
terbina dengan baik, ibu mampu memproduksi lebih banyak ASI
daripada kebutuhan bayinya (Arvin, 2000).
Secara koordinasi sentral,
ada kemungkinan
terjadinya
kegagalan untuk memberikan ASI yaitu (Manuaba,dkk, 2007):
a. Kegagalan isapan bayi dapat menimbulkan refleks dari pengeluaran
oksitosin menurun dengan segala dampaknya dan pengeluaran
prolaktin menurun sehingga produksi ASI akan makin berkurang
dan akhirnya turun
b. Akibat gagalnya siklus sentral yaitu isapan bayi, maka seluruh
komponen siklus ASI akan mengalami penurunan.
Menyusui harus dimulai segera sesudah persalinan ketika
keadaan bayi memungkinkan, lebih baik dalam beberapa jam. Ada
32
banyak sebab mengapa menyusu tidak sempurna, tetapi yang utama
adalah kekurangan dukungan, kelemahan bayi, dan kegagalan
memulai siklus lapar alamiah (Arvin, 2000).
Upaya harus diarahkan kearah pembinaan awal yang normal,
rajin menyusu dengan membiarkan bayi sering mengosongkan susu
selama saat pembentukan kolostrum. Bayi harus diizinkan menyusu
bila lapar, tampak atau tidak tampak ada susu keluar (Arvin, 2000).
Penghisapan
Mekanoreseptor di puting payudara
Hipotalamus
Jalur saraf
↓ Prolactin-inhibiting hormone atau
↑ Prolactin-releasing hormone (?)
Hipofisis posterior
Hipofisis anterior
↑ Oksitosin
↑ Prolaktin
Kontraksi sel mioepitel yang
mengelilingi alveolus
Penyemprotan susu
↑ Sekresi susu
Bagan 2.1. Refleks Penghisapan (Sherwood, 2011)
33
3.
Komposisi ASI
Perbedaan Komposisi ASI dari hari ke hari (stadium laktasi)
sebagai berikut (Roesli, 2009) :
a. Kolostrum
Kolostrum yaitu ASI yang keluar dari hari pertama sampai
hari ke-4/ke-7 (Roesli, 2009). Air susu pertama yang diterima
oleh bayi pada tiap penyusuan disebut foremilk (air susu awal)
(Sears dan Martha, 2003 ). Sedangkan, bagian ASI yang keluar
setelah foremilk selesai, yaitu pada akhir sesi menyusui disebut
hindmilk. Hindmilk berfungsi memenuhi kebutuhan gizi si kecil
dan membuatnya merasa kenyang dan segera menyudahi menyusu
(Jannah, 2012).
Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya
zat anti-infeksi dan berprotein tinggi. Sebenarnya volume
kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung
bayi yang berusia 1-2 hari. Cairan emas yang encer dan seringkali
berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih menyerupai darah
daripada susu, sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel
darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit (Roesli, 2009).
Kolostrum
lebih
banyak
mengandung
protein
dibandingkan dengan ASI yang matang. Mengandung zat antiinfeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI matang. Kadar
karbohidrat dan lemak rendah dibandingkan dengan ASI matang.
34
Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matang.
Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam (Roesli, 2009).
Kolostrum
merupakan
pencahar
yang
ideal
untuk
membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru
lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi
makanan yang akan datang. Oleh sebab itu, kolostrum harus
diberikan pada bayi (Roesli, 2009).
b. ASI transisi / peralihan
ASI yang keluar sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke14. ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum menjadi ASI yang matang. Kadar protein makin merendah,
sedangkan kadar karbohidrat an lemak makin meninggi. Volume
akan makin meningkat (Roesli, 2009).
c. ASI matang (mature)
ASI yang keluar setelah hari ke-14. ASI matang merupakan
ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya,
komposisi relatif konstan (Roesli, 2009).
Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit (Bahiyatun, 2009) :
1) Faktor bifidus berperan dalam proses perkembangan bakteri
yang menguntungkan (bifidobakteri) dalam usus bayi,
untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang merugikan
sehingga memberi perlindungan pada sistem pencernaan
bayi. Faktor bifidus ini akan rusak dalam 2 hari setiap kali
35
bayi diberi susu buatan (susu sapi). Hal ini disebabkan oleh
adanya protein asing atau protein asal mamalia lain yang
akan menimbulkan alergi dan bayi akan mengalami diare.
Selain itu, akibat dari pemberian susu buatan yaitu vitamin
yang harusnya dibentuk di usus tidak dapat dibentuk
sehingga sangat merugikan perkembangan bayi yang
sedang mengalami tumbuh kembang (Purwanti, 2004).
2) Laktoferin berperan mengikat zat besi dalam ASI, sehingga
zat besi tidak digunakan oleh bakteri patogen untuk
pertumbuhannya.
3) Lakoperosidase dan sel-sel fagosit berperan membunuh
bakteri patogen.
4) Faktor antistafilokokus berperan menghambat pertumbuhan
Staphylococcus patogen
5) Komplemen berperan memperkuat kegiatan fagosit.
6) Sel limfosit dan makrofag berperan mengeluarkan zat
antibodi untuk meningkatkan imunitas terhadap penyakit.
7) Lisozim berperan membantu pencegahan terhadap penyakit.
8) Interferon berperan menghambat pertumbuhan virus
9) Faktor
pertumbuhan
epidermis
berperan
membantu
pertumbuhan selaput usus bayi sebagai perisai untuk
menghindari zat-zat merugikan yang masuk ke dalam
peredaran darah.
36
ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien.
Makronutrien terdiri dari vitamin dan mineral. Volume dan
komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari
kebutuhan bayi. ASI mengandung sebagian besar air sebanyak
87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu
lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang
mempunyai suhu udara panas (Hegar, 2008).
1) Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan
berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak.
Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi,
tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI
transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati
masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil (Hegar,
2008 ).
2) Protein
Kandungan
protein
ASI
cukup
tinggi
dan
komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam
susu sapi. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari
protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi,
sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein
casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi (Hegar,
2008 ).
37
3) Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding
dengan susu sapi dan susu formula. Lemak omega 3 dan
omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi
banyak ditemukan dalam ASI. Selain itu, ASI juga
mengandung
banyak
asam
lemak
rantai
panjang
diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam
arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan
jaringan saraf dan retina mata (Hegar, 2008 ).
4) Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses
pembentukkan
energi
yang
diperlukan
untuk
mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung
kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama
menyusui. Bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini
lebih tinggi lagi (Hegar, 2008 ).
5) Vitamin
ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini
tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada
pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D
yang berasal dari sinar matahari (Hegar, 2008 ).
Vitamin E untuk ketahanan dinding sel darah merah.
Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya
kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI
38
adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada
kolostrum dan ASI transisi awal (Hegar, 2008 ).
Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata,
mendukung pembelahan sel, kekebalan
tubuh, dan
pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak
saja vitamin A tetapi juga bahan bakunya yaitu beta
karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa
bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan
daya tahan tubuh yang baik (Hegar, 2008 ).
6) Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti
vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI.
Kadar vitamin BI dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi
kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah
pada ibu dengan gizi kurang (Hegar, 2008 ).
7) Mineral
Kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi
oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula
dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral di dalam ASI
mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah
diserap (Hegar, 2008 ).
39
4. Manfaat ASI
Manfaat ASI eksklusif (Aprilia, 2010)
a. Bagi Bayi
1) Mendapatakan kolostrum yang mengandung zat kekebalan
tubuh terutama Imunoglobulin A (IgA) yang melindungi
bayi dari berbagai infeksi terutama diare, serta membantu
pengeluaran meconium feses bayi baru lahir.
2) Makanan terlengkap untuk bayi yang terdiri dari proporsi
seimbang dan kuantitas cukup atas semua zat gizi yang
diperlukan untuk enambulan pertama kehidupannya.
3) Mudah dicerna dan diserap
4) Selalu bersih dan siap tersedia dalam suhu yang sesuai
5) Melindungi bayi terhadap alergi dan penyakit, khususnya
gangguan pencernaan.
6) Mencegah hipotermia pada bayi baru lahir.
b. Bagi ibu
1) Merupakan metode kontrasepsi yang efisien 98 % selama
enam bulan pertama pascakelahiran ( jika bayi hanya diberi
ASI dan sang ibu mengalami menstruasi kembali)
2) Menempelkan segera bayi payudara membantu pengeluaran
plasenta karena isapan bayi merangsang kontraksi rahim.
3) Memberikan
ASI
segera
(dalam
membantu meningkatkan produksi ASI
waktu
60
menit)
40
4) Isapan puting yang segera dan dalam intensitas yang sering
membantu mencegah payudara menjadi bengkak
5) Membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia
kapan dan di mana saja.
6) Ekonomis
7) Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi.
c. Bagi keluarga
1) Efisien. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula,
repot merebus air, atau membeli peralatan susu.
2) Pegeluaran biaya perawatan lebih sedikit karena bayi sehat.
Kekhawatiran akan bayi sakit juga otomatis berkurang
3) Membantu menjarangkan kelahiran karena efek kontrasepsi
dari ASI eksklusif.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Produksi ASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi ASI
(UNICEF, 2010):
a. Kulit ke kulit (skin to skin) antara ibu dan bayi
Manfaatnya yaitu respon hormonal memicu pelepasan
prolaktin, perilaku spontan ibu dan bayi berperan penting untuk
menyusui, bayi tenang, serta mengatur suhu, pernapasan dan
detak jantung.
b. Mengajarkan ibu posisi, pelekatan dan tangan
41
Manfaatnya yaitu meningkatkan kemungkinan pelekatan
yang efektif sehingga pemberian ASI efektif, meningkatkan
kepercayaan diri ibu, mencegah pembengkakan.
c. Sering menyusui
Manfaatnya yaitu meningkatkan sirkulasi prolaktin,
mengurangi tingkat FIL (Feedback Inhibitor of Lactation),
melatih menyusui dan mencegah pembengkakan.
d. Waktu menyusui tidak dibatasi
Hal ini dilakukan agar memastikan asupan lemak yang
cukup untuk bayi, memungkinkan bayi untuk mengatur
persediaan susu, memastikan bayi puas dan mengurangi colic.
e. Rawat gabung (Rooming in)
Manfaatnya yaitu memungkinkan sering menyusui,
meningkatkan kadar oksitosin, memungkinkan ibu dan bayi
untuk mengenal satu sama lain terutama tanda-tanda menyusui
dan mengurangi risiko kematian bayi yang tiba-tiba
Faktor- faktor yang mempengaruhi persediaan ASI (Arvin, 2000):
Rangsangan untuk mensekresi ASI yang paling memuaskan adalah
pengosongan susu teratur dan sempurna, produksi susu dikurangi
ketika susu yang disekresi tidak dikeluarkan. Ada banyak mengapa
menyususi tidak sempurna, tetapi yang utama adalah kekurangan
dukungan, kelemahan bayi dan kegelapan memualai siklus lapar
alamiah.
42
a. Faktor Psikologis
Tidak ada faktor yang lebih penting daripada kebahagiaan,
pikiran rileks. Kekuatiran dan ketidakbahagiaan adalah paling
efektif untuk mengurangi atau menghilangkan sekresi susu.
Tenaga kesehatan yang waspada mengenali dan menghargai
kekuatiran ini, terutama jika bayi adalah anak pertama, dengan
meyakinkan dan menjelaskan secara bijaksana dapat membantu
atau meminimalkan kekuatiran dengan demikian turut membantu
keberhasilan menyusui. Perhatian harus diberikan terhadap faktorfaktor sosial dan budaya untuk memberikan rencanan dukungan
untuk individu ibu
b. Kelelahan
Menghindari kelelahan adalah penting ,tetapi ibu harus
cukup latihan fisik untuk menaikkan kesehatan fisiknya.
c. Higiene
Sehari sekali susu harus dicuci. Jika sabun mengeringkan
susu dan daerah puting, sabun harus dihentikan. Daerah puting
harus selalu kering. Perawatan harus dilakukan untuk mencegah
iritasi dan infeksi puting yang disebabkan oleh penyusuan awal
yang lama, maserasi karena puting basah atau tergosok pakaian.
d. Diet
43
Diet harus mengandung kalori cukup untuk mengimbangi
diet yang diekskresikan dalam ASI serta untuk bahan yang
diperlukan
untuk
menghasilkannya.
Ibu
yang
menyusui
memerlukan diet yang bervariasi, cukup untuk mempertahankan
beratnya dan tinggi cairan, vitamin, dan mineral. Ibu harus
menghindari diet penurunan berat badan. Susu penting tetapi tidak
akan menggantikan makanan esensial lain. Jika ibu alergi
terhadap atau tidak suka susu, mungkin pada dietnya ditambahkan
1 g kalsium perhari.
Masukkan cairan harus sekitar 2, 8 L perhari, keluaran urin
merupakan ukuran yang baik kecukupan cairan dalam diet
perharinya. Kadang-kadang makan arbei, tomat, bawang, anggota
dari famili kubis, cokelat, bumbu dan rempah-rempah tertentu
dapat menyebabkan distres lambung atau tinja lunak pada bayinya.
Tidak ada makanan yang perlu dihentikan dari ibu kecuali kalau
makanan
tersebut
menyebabkan
distres
pada
bayinya.
Penghentian menyusui sementara dianjurkan jika ibu memerlukan
diagnostik radiofarmakeutikal, khloramfenikol, metronidazol,
sulfonamid,
atau
pencahar
derivat-anthroquinon,
obat-obat
antitiroid, lithium, obat-obat antikanker, isoniazid, semua obat
penyalah guna obat rekreasi dan fenidon.
44
C. Sepuluh
Langkah
Menuju
Keberhasilan
Menyusui
(LMKM)
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia
nomor /MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif
pada bayi di Indonesia :
1.
Sarana
Pelayanan
Kesehatan
(SPK)
mempunyai
kebijakan
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara
rutin dikomunikasikan kepada semua petugas
2.
Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan
keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut
3.
Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir
sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui
4.
Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah
melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat
operasi caesar, bayi menyusu setelah 30 menit ibu sadar
5.
Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi
medis
6.
Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI
kepada bayi baru lahir
7.
Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama
bayi 24 jam sehari
8.
Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan
terhadap lama dan frekuensi menyusui
45
9.
Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)
dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah
Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan.
46
D. Kerangka Teori
Manfaat IMD
IMD
Bagi Ibu :
Prinsip IMD
1. Kontak langsung antara kulit ibu dan kulit
bayi (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010)
2. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya
sendiri sampai menyusu sendiri (KEMENKES,
2014; JNPK-KR 2007 dalam Martini 2012)
Bagi Bayi :
(UNICEF India, 2007 dalam Sari, 2012)
Isapan bayi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
peningkatan produksi
ASI:
1. Skin to skin antara
ibu dan bayi
2. Edukasi posisi,
perlekatan dan
tangan ibu saat
menyusui
3. Sering menyusui
4. Lamanya
menyusui tidak
dibatasi
5. Rooming in
a. Menstimulus pelepasan
oksitosin
b. Mencegah masalah
menyusui
Menstimulus
pengeluaran
hormon oksitosin
dan prolaktin
Sekresi susu ↑
dan produksi ASI
↑
a. Menjaga suhu tubuh
b. Mengurangi lamanya
waktu menangis
c. Meningkatkan interaksi
ibu
d. Meningkatkan
kebiasaan
menyusu
sejak lahir
e. Meningkatkan durasi
menyusui
f. Menjaga kadar glukosa
darah normal
(Queensland Maternity and Neonatal
Clinical Guidelines Program, 2010)
Manfaat ASI Eksklusif (Aprilia, 2010):
A. Bagi Bayi
(UNICEF, 2010)
ASI EKSKLUSIF
Mendapatkan kolostrum yang mengandung
zat kekebalan tubuh, makanan terlengkap
yang mengandung zat gizi seimbang, mudah
dicerna dan diserap, mencegah hipotermi
pada bayi baru lahir
B. Bagi Ibu
Metode kontrasepsi yang efisien 98% selama
enam bulan pascapersalinan, isapan puting
yang segera dan dalam intensitas yang sering
membantu mencegah payudara menjadi
bengkak, embantu mengurangi beban kerja
ibu karena ASI tersedia kapan dan di mana
saja
Bagan 2.2. Kerangka Teori
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Variabel atau peubah merupakan suatu konsep yang mempunyai
variasi nilai dan variasi nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan
secara operasional atau ditentukan tingkatannya (Danim, 2003). Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen (variabel bebas) merupakan
variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen
(variabel terikat). Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel
yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat,
2007).
Penelitian ini mengkaji dua variabel yaitu variabel bebas
(independen) yakni IMD, sedangkan variabel terikat (dependen) yaitu
keberhasilan ASI eksklusif.
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian tentang Hubungan IMD terhadap
Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih
Ciputat Timur
ASI Eksklusif
IMD
47
48
B. Definisi Operasional
Tabel 3.2. Definisi Operasional
No. Variabel
1.
2.
3.
Definisi Operasional
Cara Ukur
Inisiasi
Proses
bayi
menyusu
setelah Wawancara
Menyusu Dini dilahirkan, dimana bayi diletakkan
(IMD)
tengkurap di dada ibu dengan kontak
langsung antara kulit bayi dan kulit ibu
sampai bayi dapat menyusu sendiri.
(Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010;
KEMENKES, 2014 ; JNPK-KR 2007
dalam Martini, 2012)
ASI Eksklusif Pemberian ASI yang diberikan dari Wawancara
hari pertama kelahiran sampai usia
enam bulan tanpa tambahan makanan
atau minuman.
(Budiasih, 2008)
Data
Demografi:
a. Usia
Keberadaan responden sejak dia lahir wawancara
hingga waktu umur itu dihitung.
Pengelompokkan
usia
dalam
kehamilan (Raharja, 2013):
- kelompok ideal dengan kriteria usia
Alat Ukur
Kuesioner C
Kuesioner B
Kesioner A.3
Hasil Ukur
Skala
Ukur
0= Tidak IMD (lihat Nominal
panduan kuisioner)
1=
IMD
(lihat
panduan kuisioner)
0= Tidak
(lihat
kuesioner)
1= ASI
(lihat
kuesioner)
Eksklusif Nominal
panduan
Eksklusif
panduan
1 = kelompok
tidak ideal
tahun
dan
tahun)
2 = kelompok
usia Ordinal
(<20
>35
usia
49
-
b. Jenis
Persalinan
(JP)
20 – 35 tahun
kelompok usia tidak ideal yaitu usia
dibawah 20 tahun dan usia diatas
35 tahun
ideal (20 – 35 tahun)
Secara umum persalinan terbagi Wawancara
menjadi dua yaitu persalinan normal
(keluarnya bayi dengan kondisi
belakang kepala dahulu melalui vagina
dalam keadaan hidup dan tanpa
memakai alat bantu) dan persalinan
tidak normal (penggunaan vakum,
forsep, caesar) (Sinsin, 2008)
Kuesioner A.5
1=Persalinan tidak Nominal
normal
2=Persalinan normal
c. Anak ke- Jumlah kehamilah yang telah mencapai Wawancara
(paritas)
viabilitas (24 minggu) dan telah
dilahirkan, bukan jumlah janin yang
dilahirkan,
pada
saat
bertemu
responden.
- Primipara : 1 kali kehamilan
- Multipara : 2 – 4 kali kehamilan
- Grande Multipara : 5 atau lebih
kehamilan
(Oxorn dan Forte, 2010; Morgan dan
Hamilton, 2009)
Kuesioner A.4
1 = Primipara
2 = Multipara
3 =Grande
Multipara
Nominal
50
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis
penelitian yang muncul adalah :
1. H0
= Tidak ada Hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI
Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
2. H1
= Ada Hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di
Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian case control dengan
pendekatan retrospektif. Penelitian dimulai dengan mengukur variabel
dependen, kemudian membagi subjek penelitian menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok kasus (subjek yang terkena penyakit atau efek tertentu) dan
kelompok kontrol (subjek tanpa penyakit atau tanpa efek tertentu).
Selanjutnya peneliti mengukur variabel independen (faktor resiko) yang
terjadi pada responden dimasa lalu secara retrospektif (Dharma, 2011).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015 di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur dengan jumlah posyandu
sebanyak 20.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi ialah semua bagian atau anggota dari objek yang akan
diamati. Populasi bisa berupa orang, benda, objek, peristiwa, atau apa
pun yang menjadi objek dari survei kita (Eriyanto, 2007). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 6 - 7
bulan yang melakukan kunjungan di Posyandu Kelurahan Cempaka
Putih Ciputat Timur.
51
52
2. Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan
sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008). Penentuan sample pada
penelitian
ini
menggunakan
teknik
convinience/
accidental/
opportunity sampling yaitu pengambilan sampel dengan mengambil
responden atau kasus yang kebetulan ada atau tersedia (Riyanto, 2010;
Swarjana, 2012). Penetapan kriteria sampel (inklusi dan eksklusi)
diperlukan dalam upaya untuk mengendalikan variabel penelitian yang
tidak diteliti, tetapi ternyata berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria eksklusi
adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008).
Kriteria inklusi :
a. Ibu yang mempunyai bayi usia diatas 6 - 7 bulan
b. Bayi dengan berat badan lahir ≥ 2500 gram
c. Ibu yang melakukan kunjungan di Posyandu Kelurahan
Cempaka Putih Ciputat Timur selama bulan Mei-Juni 2015
d. Responden dapat diajak berkomunikasi
e. Bersedia menjadi subjek penelitian
Kriteria eksklusi:
a. Bayi yang mengalami cacat bawaan (bibir sumbing)
53
b. Ibu yang memiliki kontraindikasi menyusui
c. Bayi yang memiliki kontraindikasi menyusu
d. Bayi lahir prematur dengan usia di bawah 36 minggu
D. Instrumen Penelitian
Data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner sehingga adanya komunikasi langsung antara peneliti dan
responden.
Instrumen
yang
digunakan
untuk
kedua
variabel,
dikembangkan oleh peneliti melalui kriteria dari masing-masing variabel,
kemudian berdasarkan kriteria itu dibuat dua pertanyaan singkat.
Instrumen penelitian variabel IMD, kriteria IMD dan tidak IMD
berdasarkan penelitian dan teori Roesli (2012), UNICEF India (2007)
dalam Sari (2012) dan JNPK-KR (2008) dalam Martini (2012). Sedangkan
untuk variabel ASI Eksklusif berdasarkan teori Budiasih (2008) dan
RISKESDAS (2013) sebagai kriteria keberhasilan ASI esklusif.
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian, antara lain:
1. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang identitas responden berupa usia,
paritas, jenis persalinan.
2. Kuesioner B berisi satu pertanyaan tentang ASI eksklusif.
3. Kuesioner C berisi satu pertanyaan tentang pelaksanaan IMD.
E. Langkah-langkah Pengumpulan Data
1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan
surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
54
2. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
3. Setelah surat permohonan ijin penelitian disetujui oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan, peneliti mengajukan permohonan
ijin penelitian ke Kepala Puskesmas Ciputat Timur.
4. Pemilihan sampel menggunakan teknik convinience/ accidental/
oppurtunity sampling dengan jumlah sampel didapatkan sebanyak 42
responden.
5. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon
responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden, mereka
dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya.
6. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden
selanjutnya diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner
dan responden dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan yang
kurang jelas.
7. Waktu pengisian kuisioner selama kurang lebih 15 menit untuk
masing-masing responden, sedangkan proses pengambilan data
dilakukan dari bulan Mei - Juni 2015.
8. Responden diharapkan menjawab seluruh pertanyaan di dalam
kuisioner.
9. Kuisioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisa oleh
peneliti.
55
F. Etika Penelitian
Pada penelitian ini subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka
peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Jika hal ini tidak
dilaksanakan, maka peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia.
Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai
hak-hak subjek dan prinsip keadilan (Nursalam, 2008).
1. Prinsip manfaat
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek
dalam bentuk apa pun.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak
untuk
ikut/tidak
menjadi
responden
(right
to
self
determination)
Subjek mempunyai memutuskan apakah mereka bersedia menjadi
subjek ataupun tidak.
b. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan dan mempunyai hak untuk
bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.
56
3. Prinsp keadilan (right to justice)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan untukitu perlu adanya tanpa nama
(anonymity) dan rahasia (confidentiality).
G. Pengolahan data
Pengolahan dan analisi data bertujuan mengubah data menjadi
informasi.
Informasi
yang
diperoleh
dipergunakan
untuk
proses
pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Kegiatan
pengolahan data meliputi (Wasis, 2008):
1. Editing
Data perlu diedit untuk memudahkan pengolahan data
selanjutnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengedit adalah
apakah pertanyaan telah terjawab dengan lengkap, apakah catatan
sudah jelas dan mudah dibaca, dan apakah coretan yang sudah
diperbaiki. Jangan sekali-kali mengganti jawaban dan angka dengan
maksud menyesuaikan dengan keinginan peneliti. Mengganti data
orisinil adalah perbuatan yang melanggar prinsip kejujuran intelektual
2. Koding
Koding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada
jawaban responden. Apabila yang digunakan adalah analisis kuantitatif,
kode yang diberikan adalah angka. Jika angka itu berlaku sebagai skala
pengukuran, angka itu disebut skor.
57
3. Entry
Entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat
tabel kontingensi. Program untuk analisa data menggunakan SPSS 22.
4. Tabulasi
Tabulasi adalah usaha untuk menyajikan data, terutama
pengolahan data yang akan menjurus ke analisis kuantitatif. Biasanya
pengolahan data seperti ini menggunakan tabel, baik tabel ditribusi
frekuensi maupun tabel silang.
H. Analisis Data
1. Analisa Univariat
Diperlukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data
secara sederhana. Cara penyajiannya
dengan presentase atau tabel
(Budiarto, 2008). Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada
variabel penelitian yang meliputi: 1) Karakteristik responden yang
terdiri dari umur, paritas, jenis persalinan ; 2) persentase pelaksanaan
IMD; 3) persentase keberhasilan ASI Eksklusif.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dan dependen, yaitu hubungan IMD terhadap
keberhasilan ASI eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih
Ciputat Timur. Berdasarkan desain penelitian dan variabel yang
digunakan maka uji statistik yang digunakan adalah chi-square.
58
Teknik analisa chi-square menggunakan derajat kepercayaan
95% dengan α 5%, sehingga jika nilai P (p value) < 0,05 berarti hasil
perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan
apabila nilai p value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak
bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Syarat uji chi-square yaitu untuk variabel kategorik
yang tidak berpasangan dan sel yang mempunyai nilai expected kurang
dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Pada penelitian ini nilai p dilihat
pada angka “ Continuity Correstion (a)” karena tabel yang digunakan
2 x 2 dan tidak ada nilai E < 5.
I. Penyajian Data
Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk tabulasi yang
kemudian dijabarkan dalam bentuk tulisan.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
Puskesmas Ciputat Timur merupakan Puskesmas yang membawahi dua
kelurahan, yaitu Kelurahan Rempoa dan Kelurahan Cempaka Putih yang terletak
di Jalan Haji Juanda Ciputat Timur Tangerang Selatan. Kelurahan Rempoa
membawahi 23 posyandu dan Kelurahan Cempaka Putih membawahi 20
posyandu.
Wilayah Kelurahan Cempaka Putih terdiri dari RW 01 sampai RW 09.
Adapun nama-nama posyandu di Kelurahan Cempaka Putih yang menjadi
tempat penelitian yaitu Nusa Indah RT 02/ RW 01, Melati RT 01/RW 02, Teratai
RT 03/ RW 04, Kenanga RT 02/ RW 04, Anggrek RT 04/ RW 05, Matahari RT
02/ RW 05, Tanjung RT 03/ RW 05, Sedap Malam RT 02/ RW 08, Wijaya
Kusuma RT 02/ RW 09, Seruni RT 03/ 09, dan Mawar RT 02/ RW 09.
Pemilihan tempat penelitian yang dilaksanakan di Kelurahan Cempaka Putih
dikarenakan keterbatasan waktu dalam penelitian yang tidak memungkinkan
untuk mengunjungi semua posyandu. Posyandu dilaksanakan setiap bulan
disetiap 3 minggu pertama. Satu hari ada 1-2 posyandu yang di kunjungi di
masing-masing kelurahan. Jadi, total posyandu yang dikunjungi dalam satu hari
terdapat 4 posyandu sehingga tidak memungkinkan peneliti untuk mengunjungi
keempat posyandu dalam satu hari.
59
60
B. Hasil Analisis Univariat
Analisa
univariat
dilakukan
untuk
menganalisa
variabel-variabel
karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi
frekuensi dan proporsi. Analisis univariat pada penelitian ini berupa data
karakteristik : usia, jenis persalinan, paritas, serta persentase IMD dan ASI
Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
1. Karakteristik Responden di wilayah Kelurahan Cempaka Putih
a. Usia
Mayoritas usia responden adalah kelompok usia ideal berjumlah 32
orang (76,2%), sedangkan responden pada kelompok usia tidak ideal
berjumlah 10 orang (23,8%). Hal tersebut bisa dilihat pada tabel 5.1
berikut ini:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Posyandu Kelurahan
Cempaka Putih Ciputat Timur
(n=42)
Usia
Frekuensi
Presentase
Kelompok usia tidak ideal (<20 tahun dan >35
tahun)
10
23,8%
Kelompok usia ideal (20 – 35 tahun)
Total
32
42
76,2%
100,0%
b. Jenis Persalinan
Pengelompokkan responden berdasarkan kategori jenis persalinan
digambarkan pada tabel 5.2 berikut:
61
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Persalinan di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
(n=42)
Jenis Persalinan
Persalinan tidak normal (vakum, caesar,
forsep)
Persalinan normal
Total
Frekuensi
Presentase
20
47,6%
22
42
52,4%
100,0%
Tabel 5.2 menunjukkan hasil bahwa jenis persalinan normal lebih
banyak yaitu 22 orang (52,4%) daripada jenis persalinan tidak normal
yaitu 20 orang (47,6%).
c. Paritas
Sebagian besar responden adalah multipara sebanyak 25 orang
(59,5%) dengan paritas terkecil pada grand multipara yaitu 3 orang (7,1%)
dan primipara 14 orang (33,3%).
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Paritas di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
(n=42)
Paritas
Frekuensi
Presentase
Primipara
14
33,3%
Multipara
Grand Multipara
Total
25
3
42
59,5%
7,1%
100,0%
2. Persentase Pemberian ASI Eksklusif
Pengelompokkan responden berdasarkan kategori pelaksanaan ASI
Eksklusif dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini :
62
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaksanaan ASI Eksklusif di
Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
(n=42)
Pelaksanaan ASI Ekslusif
Frekuensi Presentase
Tidak ASI Eksklusif
21
50,0%
ASI Eksklusif
Total
21
42
50,0%
100,0%
Jumlah responden ASI eksklusif dan yang tidak ASI Eksklusif adalah
sama. Hal ini dikarenakan penentuan jumlah responden sesuai dengan desain
yang digunakan yaitu case control dimana jumlah pada kelompok kasus sama
dengan jumlah kelompok kontrol.
3. Persentase Pelaksanaan IMD
Pengelompokkan responden berdasarkan kategori pelaksanaan IMD dapat
dilihat pada tabel 5.4 berikut ini :
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaksanaan IMD di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
(n=42)
Pelaksanaan IMD
Frekuensi
Presentase
Tidak IMD
28
66,7%
IMD
Total
14
42
33,3%
100,0%
Dari hasil tabel di atas disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak
melakukan IMD dengan jumlah 28 orang (66,7%), sedangkan yang
melakukan IMD sebanyak 14 orang (33,3%).
63
B. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel yang
berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih
Ciputat Timur. Teknik analisis dilakukan dengan uji Chi Square.
1. Hubungan IMD Terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
Tabel 5.6
Hasil analisis Chi-Square pada desain case control
(n=42)
ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
IMD Tidak IMD
IMD
Tidak ASI
Eklsusif
n
%
17
81,0
4
19,0
n
11
10
%
52,4
47,6
Total
21
21
100
100
P-value
0,102
Dari tabel 5.6 di atas, hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,102. Hal
tersebut menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara variabel IMD
dengan keberhasilan ASI Eksklusif (p<0,05) sehingga hipotesis H0 diterima
bahwa tidak ada hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di
Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.
BAB VI
PEMBAHASAN
Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan tentang
karakteristik responden, persentase IMD, persentase ASI Eksklusif, serta hubungan
IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih
Ciputat Timur. Pada akhir pembahasan, peneliti juga menyertakan keterbatasan dari
penelitian ini.
A. Hasil Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden di wilayah Kelurahan Cempaka Putih
a. Usia
Pada kategori usia dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu kelompok
usia ideal dan kelompok usia tidak ideal. Kelompok usia ideal adalah
responden yang memiliki usia 20-35 tahun dan kelompok usia tidak ideal
adalah responden yang memiliki usia < 20 tahun dan > 35 tahun.
Pengelompokkan usia berdasarkan kesiapan secara fisiologis tubuh dalam
kehamilan. Secara fisiologis usia yang ideal untuk hamil adalah 20 - 35 tahun
(Marshall, 2000). Usia < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan usia kehamilan
resiko tinggi yang akan mempengaruhi pelaksanaan IMD dan pemberian ASI
Eksklusif. Misalkan, melahirkan kurang bulan dan preeklampsia yang
merupakan salah satu faktor yang tidak dibenarkan ibu untuk pemberian ASI
(Manuaba, 1998).
64
65
Menurut penelitian Wadud (2013) hasil uji statistik Chi-Square
menunjukkan ada hubungan bermakna antara umur ibu dengan pemberian ASI
Eksklusif kepada bayinya dengan nilai p = 0,026. Sebanyak 46 responden, 24
responden yang berumur lebih dari 30 tahun 54,2% memberikan ASI
Eksklusif dan 22 responden berumur kurang dari 30 tahun 18,2% yang
memberikan ASI Eksklusif.
Penelitian Fikawati dan Syafiq (2009) juga menunjukkan bahwa rata-rata
informan ASI eksklusif berusia 30 tahun, sedangkan rata rata informan ASI
tidak eksklusif berusia 26 tahun. Beberapa hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa ibu yang berusia 20 - 35 tahun lebih banyak yang berhasil
memberikan ASI Eksklusif.
b. Jenis Persalinan
Menurut hasil penelitian Hikmawati (2008) bahwa jenis persalinan bukan
merupakan faktor resiko kegagalan pemberian ASI. Akan tetapi, jenis
persalinan dapat mempengaruhi pelaksanaan IMD yang disebabkan karena
adanya penggunaan obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa
sampai ke janin melalui ari-ari atau tindakan, seperti operasi caesar, vakum,
forcep sehingga dapat menganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan
menemukan sendiri payudara ibunya (Roesli, 2012).
Hasil Penelitian Desmawati (2010) menyatakan bahwa pengeluaran ASI
juga lebih cepat pada ibu post partum normal dibandingkan ibu post sectio
caesarea. Hal ini diantaranya disebabkan karena ibu post sectio caesarea
66
mengalami nyeri luka setelah operasi yang mengganggu pengeluaran oksitosin
dalam merangsang refleks aliran ASI dan efek anestesi.
c. Paritas
Masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu
primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberi penjelasan tentang
pentingnya perawatan payudara, cara menyusui yang benar dan hal-hal lain
yang erat hubungannya dengan proses menyusui (Bahiyatun, 2009). ASI
Eksklusif cenderung banyak dilaksanakan oleh ibu multipara dan grand
multipara, karena ibu akan belajar dari pengalaman menyusui sebelumnya.
Tampak bahwa pengetahuan lebih menunjuk pada pengalaman seseorang akan
dunia daripada dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman itu, seseorang tidak dapat
membentuk pengetahuan (Suparno, 2001).
Menurut von glasersfeld, pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi
seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan dapat
berarti dua macam. Pertama, bila kita berbicara tentang diri kita sendiri,
lingkungan menunjuk pada keseluruhan objek dan semua relasinya yang kita
abstraksikan dari pengalaman. Kedua, bila kita memfokuskan diri pada suatu
hal tertentu, lingkungan menunjuk pada sekeliling hal itu yang telah kita
isolasikan. (Von Glasesfeld 1996 dalam Suparno, 2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah paritas dapat menentukan
keberhasilan ASI Eksklusif yang dilihat dari pengalaman ibu. Rata-rata
informan ASI eksklusif memiliki 3 anak. Sedangkan rata rata informan ASI
67
tidak eksklusif memiliki 2 anak (Fikawati dan Syafiq, 2009). Jumlah paritas
yang mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif disini lebih dititik beratkan
pada pengalaman seorang ibu dalam menyusui. Pengalaman ibu dalam
menyusui akan membentuk pengetahuan ibu dengan sendirinya mengenai
menyusui, baik itu pemberian ASI Eksklusif, manfaat ASI, cara menyusui
yang baik dan benar, gizi ibu menyusui, serta cara agar ASI tetap diproduksi.
2. Pemberian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,
diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air
putih sampai bayi berumur 6 bulan
(Purwanti, 2004). Sistem pencernaan
bayi dibawah usia 6 bulan belum mampu menyerap makanan/minuman selain
ASI. Akibatnya, walaupun bayi menelan makanan yang diberikan kepadanya
selain ASI, tetapi tidak ada zat-zat gizi yang mampu diserap oleh tubuhnya
(Damayanti, 2010).
Bayi yang mendapat suplemen makanan lain selain ASI (mis. Susu
formula, air buah, atau makanan tambahan lain) akan merasa kenyang dan
harus menunggu lebih lama untuk menyusu berikutnya. Oleh karena itu,
frekuensi menyusu bayi akan menurun dan akhirnya produksi ASI akan
menurun juga (Bahiyatun, 2009).
Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makan bayi yang
alamiah. Namun, seringkali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi yang salah
tentang manfaat ASI esklusif tentang bagaimana cara menyusui yang benar
68
dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya
(Roesli, 2009 ).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada makanan di dunia ini yang sesempurna ASI
(Hubertin 2003 dalam Purwanti, 2004). ASI mengandung nutrisi, hormon,
unsur kekebalan faktor pertumbuhan, antialergi, serta anti inflamasi (Purwanti,
2004 ).
ASI memberi manfaat tidak hanya untuk bulan-bulan pertama kehidupan
bayi. Pemberian ASI akan memberi dampak positif bagi bayi sampai ke masa
dewasanya (Damayanti, 2010). Beberapa penelitian memberikan hasil positif
terhadap keterkaitan antara pemberian ASI dengan peningkatan kecerdasan
anak. ASI merupakan sumber AA dan DHA yang membuat kadar AA dan
DHA pada bayi yang disusui tetap tinggi di plasma dan sel darah
merahnya.asupan DHA dan AA secara alami telah diatur dalam ASI (Kasdu,
2004).
Menurut Kemenkes (2014) persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi
0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%. Persentase ini masih
terbilang cukup rendah. Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI
Eksklusif antara lain pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk
bayi 0-6 bulan yg tidak ada masalah medis, masih banyak tenaga kesehatan
ditingkat layanan yang belum peduli atau belum berpihak pada pemenuhan
69
hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu masih mendorong untuk
memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan, masih sangat terbatasnya tenaga
konselor ASI, serta belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi,
advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit
melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)
(Kemenkes, 2014).
3. Pelaksanaan IMD
IMD didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri
setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan
segala upayanya mencari puting untuk segera menyusu. Jangka waktunya
adalah sesegera mungkin setelah melahirkan (Yuliarti, 2010 ).
Kebanyakan bayi baru lahir sudah siap mencari puting dan menghisapnya
dalam waktu satu jam setelah lahir. Isapan bayi penting dalam meningkatkan
kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk
memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan produksi susu 2 kali lipat.
Itulah bedanya isapan dengan perasan (Yuliarti, 2010). Rangsangan ini harus
segera dilakukan karena jika terlalu lama dibiarkan, bayi akan kehilangan
kemampuan ini (Aprilia, 2010).
Menurut UNICEF (2006) dalam Aprilia (2010), ada banyak sekali
masalah yang dapat menghambat pelaksanaan IMD yaitu kurangnya
kepedulian terhadap pentingnya IMD, kurangnya konseling oleh tenaga
kesehatan tentang praktik IMD, masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa
70
ibu memerlukan istirahat yang cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit
dilakukan, adanya kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa
kolostrum yang keluar pada hari pertama tidak baik untuk bayi, adanya
kepercayaan masyarakat yang tidak mengizinkan ibu untuk menyusui dini
sebelum payudaranya dibersihkan.
B. Hasil Analisis Bivariat
1. Hubungan IMD terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui
eksklusif dan akan lebih lama disusui (Roesli, 2012). Isapan bayi yang penting
dalam meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang
kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan tersebut akan meningkatkan
produksi susu 2 kali lipat (Yuliarti, 2010).
Bayi yang dibiarkan menyusu sendiri, setelah berhenti menyusu baru
dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan diukur. Pada usia 10 jam saat bayi
diletakkan kembali di bawah payudara ibunya, ia tampak dapat menyusu dengan
baik (Rigard dan Alade 1990 dalam Roesli, 2012). Hasil penelitian Juliastuti
(2011) pada ibu yang mempunyai bayi umur 6-12 bulan di Desa Bejijong,
Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto dengan jumlah sampel 85
responden menunjukkan bahwa makin dilaksanakan IMD maka akan semakin
tinggi pemberian ASI Eksklusif (OR = 5,3; p = 0,002).
Hal penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2012) yang diperoleh
71
nilai p = 0,548 yaitu tidak ada perbedaan pemberian ASI Eksklusif antara ibu
IMD dan tidak IMD. Pola pemberian ASI dalam penelitian kuantitatif meliputi
pemberian kolostrum, pemberian pralakteal, pemberian ASI eksklusif, frekuensi
dan lama pemberian ASI. Peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa ibu
tidak memberikan ASI eksklusif disebabkan ibu yang tidak mengetahui manfaat
ASI Eksklusif dan kriteria yang dikatakan ASI Eksklusif sehingga ibu cenderung
memberikan makanan atau minuman tambahan kepada bayinya sebelum usia 6
bulan.
Pemberian
makanan
ataupun
minuman
tambahan
inilah
yang
memutuskan mata rantai yang dikatakan keberhasilan ASI Eksklusif.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh 121 responden menunjukkan bahwa
ada perbedaan bermakna antara keberhasilan IMD terhadap lama pemberian ASI
dengan nilai p = 0,008 (Rahayu, dkk, 2012). Pada penelitian tersebut tidak
melihat keberhasilan ASI Eksklusif melainkan lamanya pemberian ASI. Inilah
yang membuktikan bahwa benar IMD dapat mempengaruhi lama pemberian ASI.
Pelaksanaan IMD yang dapat mempercepat waktu pengeluaran ASI ini dapat
mencegah pemberian makanan prelaktal lebih awal (Susanti, 2011).
Akan tetapi, keberlangsungan dalam pemberian ASI Eksklusif ini tergantung
dari pengetahuan ibu serta peran tenaga kesehatan dalam memberikan penjelasan
mengenai kriteria keberhasilan ASI Eksklusif serta manfaatnya. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian Afifah (2007) dimana salah satu faktor
penyebab kegagalan ASI Esklusif yaitu kurangnya pengetahuan dan tidak ada
motivasi kuat dari subjek untuk memberikan ASI Eksklusif.
72
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini.
Keterbatasan penelitian tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Desain penelitian yang bersifat retrospektif (case control) sehingga recall bias
sangat mungkin terjadi. Peneliti mencoba meminimalkan bias recall dengan
memilih responden dengan bayi usia 6-7 bulan.
2. Jumlah responden yang terbatas kemungkinan dapat mempengaruhi hasil
hipotesis.
3. Adanya kemungkinan bias pada hasil penelitian ini bahwa keberhasilan ASI
Eksklusif bukan hanya dipengaruhi oleh IMD saja, melainkan bisa juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti: pengetahuan, pengalaman, budaya,
orang tua, serta kunjungan antenatal.
4. Instrumen penelitian belum baku dan dikembangkan sendiri oleh peneliti
sehingga hasilnya masih belum dapat mewakili secara keseluruhan.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan dan
dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.
Gambaran karakteristik ibu yang mempunyai bayi usia 6-7 bulan di Posyandu
Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur yang menjadi responden dalam
penelitian ini, yaitu : usia responden berkisaran 20 - 35 tahun dengan paritas
59,9% multipara dan jenis persalinan normal 52,4%.
2.
Sebagian besar responden tidak melakukan IMD (66,7%). Tampaknya tenaga
kesehatan masih kurang mengetahui manfaat dari pelaksanaan IMD itu sendiri
sehingga untuk pelaksanaannya pun masih kurang.
3.
Persentase pada ASI Eksklusif adalah sama yaitu ibu yang memberikan ASI
Eksklusif sebanyak 21 responden (50%) dan ibu yang tidak memberikan ASI
Eksklusif sebanyak 21 responden (50%). Hal ini dikarenakan sesuai dengan
desain penelitian yang digunakan yaitu case control.
4.
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel IMD
dengan variabel keberhasilan ASI Eksklusif (p = 0,102).
73
74
B. Saran
1. Bagi Perawat
Perawat harus memahami pelaksanaan IMD dengan tepat serta mengetahui
akan manfaat dari pelaksanaan IMD maupun pemberian ASI Eksklusif. Adanya
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif
adalah jelas mengenai keharusan bagi setiap ibu untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada anaknya selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 24 bulan.
Disini peran perawat dan tenaga kesehatan yaitu sangat penting dalam
memberikan edukasi kepada setiap ibu tentang pelaksanaan IMD dan pemberian
ASI Eksklusif.
2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur
Adanya PP nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif
merupakan
landasan
awal
dalam
pembuatan
kebijakan
mengenai
penatalaksanaan program IMD dan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
Ciputat Timur. Pihak Puskesmas Ciputat Timur harus membuat kebijakan
tersebut. Kebijakan yang tidak serta merta hanya dibuat saja melainkan harus
ada pihak yang selalu memonitoring dan mengevaluasi jalannya kebijakan
tersebut sehingga ketika didapatkan tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan
kebijakan tersebut dengan tepat maka harus diberi sanksi. Pelaksanaan program
IMD dapat diobservasi langsung di tempat bersalin dan pemberian edukasi
prenatal pada ibu agar ibu paham tentang IMD sehingga ibu bisa kooperatif saat
pelaksanaan IMD berlangsung, sedangkan untuk pemberian ASI Eksklusif
75
dilaksanakan dengan cara pemberian pendidikan kesehatan oleh tenaga
kesehatan kepada ibu dan ayah di setiap kunjungan antenatal dan imunisasi.
3. Bagi penelitian selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan
mendalam mengenai
faktor-faktor lain yang
berhubungan
dengan
pemberian ASI Eksklusif seperti pengetahuan dan budaya sehingga hasil
penelitian
yang didapatkan menjadi lebih baik.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengobservasi dari bayi baru lahir
sampai usia enam bulan untuk mengetahui keberhasilan ASI Esklusif
dengan baik.
c. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji mengenai tingkat pengetahuan tentang
pelaksanaan IMD dan manfaat ASI Eksklusif dari tenaga kesehatan ataupun
kader posyandu, karena hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi
dan pengetahuan oleh tenaga kesehatan atau kader posyandu kepada ibu
tentang IMD dan ASI Eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, D.N. (2007). Faktor yang Berperan dalam Kegagalan ASI
Eksklusif. Artikel Universitas Diponegoro.
Aprillia,Y. (2010). Hipnostetri: rileks, nyaman dan aman saat hamil
& melahirkan. Jakarta: GagasMedia.
Arifah, I.N. (2009). Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusui
Dini antara Persalinan Normal dengan Caesar di Ruang An
Nisa RSI Sultan Agung Semarang. Skripsi Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Arvin, B.K. (2000). Nelson ilmu kesehatan anak edisi 15 volume 3.
Jakarta: EGC.
Danim, S. (2003). Metode penelitian kebidanan: prosedur, kebijakan, dan
etik. Jakarta: EGC.
Damayanti, D. (2010). Asyiknya Minum ASI Tips Nikmati Memberi ASI
plus Resep-resep praktis untuk ibu menyusui. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Djaja, S. & Soemantri, S. (2003). Penyebab kematian bayi baru lahir
(neonatal) dan sistem pelayanan kesehatan yang berkaitan di
Indonesia survei kesehatan rumah tanga (SKRT) 2001. Jurnal.
Bul.Penel.Kesehatan, Vol.31. No.3. 2003: 155 - 165.
Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aritonang, I. & Priharsiwi, E. (2006). Busung lapar. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Bahiyatun. (2009). Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta:EGC.
Budiarto, E. (2003). Metodelogi penelitian kedokteran: sebuah pengantar.
Jakarta: EGC.
Budiasih, K.S. (2008). Handbook ibu menyusui. Bandung: Hayati Qualiti.
Budirahardja. (2011). Pedoman teknis pemberian injeksi vitamin K1
profilaksis pada bayi baru lahir. Direktorat bina kesehatan dirjen
bina gizi dan kesehatan Ibu dan Anak.
Danim, S. (2003). Riset keperawatan: sejarah dan metodelogi. Jakarta:
EGC.
Desmawati. (2010). Perbedaan waktu pengeluaran ASI ibu post sectio
caesarea dengan post partum normal. Jurnal Bina Widya
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 22(1): 11-6
Dinartiana, A. & Ni Luh, S. (2011). Hubungan pelaksanaan inisiasi
menyusu dini dengan keberhasilan pemberian ASI Ekslusif pada
ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan di kota semarang.
Vol.1 No.2. Jurnal Dinamika Kebidanan.
Dharma, K.K. (2011). Metodelogi penelitian keperawatan (pedoman
melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian). Jakarta: TIM.
Djaali & Muljono, P. (2008). Pengukuran dalam bidang pendidikan.
Jakarta: Grasindo.
______
Early
initiation
of
breastfeeding
(http://www.who.int/elena/titles/early_breastfeeding/en/
Edmon, dkk. (2006). Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of
Neonatal Mortality.PEDIATRICS (ISSN Numbers: Print, 0031
4005;Online, 1098-4275).
______(2001). Early initiation of breastfeeding. e-Library of Evidence
for
Nutrition
Actions
(eLENA)
(http://www.who.int/elena/titles/early_breastfeeding/en/
dikutip
pada 5 November 2014)
______(2014). Health Statistic. Sekretariat Jenderal Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. ISBN
978-602-235-645-5
Eriyanto. (2007). Teknik sampling analisi opini publik. Yogyakarta: LkiS.
Fikawati, S. & Ahmad, S. (2009). Penyebab Keberhasilan dan
Kegagalan praktik Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Fakultas Kesehatan Masyaraka Universitas
Indonesia. 4(3): 120-131.
Fikawati, S. & Syafiq, A. (2010). Kajian implementasi dan kebijakan air
susu ibu eksklusif dan inisiasi menyusu dini di Indonesia. Makara
Kesehatan. Vol.14. No.1 : 17-24.
Ganong, W.F. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Hegar, B., Suradi, R., Hendarto, A. & Pratiwi, I.G.A., editor. (2008).
Bedah ASI: kajian dari berbagai sudut pandang ilmiah.Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta.
Hidayat, A.A.A. (2007). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah.
Ed.2. Jakarta: Salemba Medika.
Hikmawati, I. (2008). Faktor-faktor risiko kegagalan pemberian ASI
selama dua bulan (Studi Kasus pada bayi umur 3-6 bulan di
Kabupaten Banyumas). Tesis Magister Epidemiologi Universitas
Diponegoro Semarang.
______
(2014).
Inisiasi
Menyusu
Dini.
26
Desember
(http://www.bayi.web.id/iniasi-menyusu-dini.html dikutip pada
tanggal 25 Januari 2015)
Jannah, A.W. (2012).
AgroMedia.
Enjoy
your
pregnancy,
mom!.
Jakarta:
Jennifer, H.G. & Muthukumar. (2012). A Cross-sectional Descriptive
Study to Estimate the Prevalence of Early Initiation and
Exclusive Breast Feeding in the Rural Health Training Centre
of a Medical College in Tamilnadu, Southern
India.
Journal
of Clinical and Diagnostic Research.Vol-6(9): 1514 15171514
.
Juliastuti, R. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan, status pekerjaan dan
pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan pemberian ASI eksklusif.
Tesis Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas
Selebas Maret.
Karnadi, A. (2014). Bayi prematur dan berat badan lahir rendah. Dunia
sehat.
http://duniasehat.net/2014/10/31/bayi-prematur-dan
beratbadan-lahir-rendah/ (akses tanggal 14 april 2015, pukul 22:08
WIB)
Kemenkes. (2014). Profil kesehatan indonesia tahun 2013. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI
KESMAS. (2014). Manfaat Inisiasi Menyusu Dini. Public Health
(http://www.indonesian-publichealth.com/2014/01/manfaat
inisiasi-menyusu-dini.html dikutip pada 28 Desember 2014 pukul
23:39 WIB)
Manuaba, I.G.G. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC.
Manuaba, Manuaba,C & Manuaba, F. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta : EGC.
_______(2009).Anatomi
dan
Fisiologi
Payudara.
http://www.lusa.web.id/anatomi-dan-fisiologi-payudara/
(akses
pada tanggal 5 April 2015 pukul 09:00 WIB)
Martini. (2012). Hubungan inisiasi menyusu dini dengan tinggi fundus
uteri ibu postpartum hari ke-tujuh di wilayah kerja puskesmas
kotabumi II lampung utara. Tesis Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Marshall, C. (2000). Awal Menjadi Ibu. Jakarta: Arcan.
Maulana, H.D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Motandang, Z. (2009). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen
penelitian. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED. Vol.6.No.1
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Oxorn, H. & Forte, W.R. (2010). Ilmu kebidanan: patologi & fisiologi
persalinan.Ed.1.Yogyakarta: YEM.
Purwanti, H.S. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku
untuk Bidan. Jakarta: EGC.
Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program. (2010).
Breastfeeding initiation. MN10.19-V2-R15.
Rahayu, RD., Kuswati., Kurniawati, A. (2012). Keberhasilan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan Lama Pemberian ASI. Kementrian
Kesehatan Politeknik Surakarta Jurusan Kebidanan.
Raharja, S.M. (2013). Resiko kematian ibu menurut usia pada kasus
kematian ibu dengan preeklampsia di provinsi jawa timur tahun
2012. Prosiding seminar nasional kependudukan Fakultas
Kesehatan Kasyarakat Universitas Jember.
Razak.
(2012). ASI eksklusif, artinya ASI, tanpa tambahan
apapun.(www.unicef.org dikutip pada 29 Oktober 2014)
Roesli, U. (2009). Mengenal ASI Ekslusif. Seri 1. Jakarta: Puspa Swara.
Roesli, U. (2009). Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda
Roesli, U. (2012). Panduan Inisiasi Menyusui Dini plus ASI eksklusif.
Jakarta: Pustaka Bunda.
Rosha, B.C. & Utami, N.R. (2013). Determinan pemberian makanan
prelaktal pada bayi baru lahir di kelurahan kebon kelapa dan
ciwaringin, kota bogor. Penelitian Gizi dan Makanan. Vol. 36 (1):
54-61.
Raghavan,V., Bharti, B., Kumar, P., Mukhopadhyay, K. & Dhaliwal L.
(2014).First hour
initiation of breastfeeding and exclusive
breastfeeding at six weeks: prevalence and predictors in a
tertiarycare setting.Indian J Pediatr. 2014 Aug;81(8):743 50.
PubMed. Abstrak http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24113879
(diakses pada tanggal 9 desember 2014)
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan
Kementrian
Kesehatan
RI.
(http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan
Riskesdas013.PDF dikutip pada 16 Oktober 2014 pukul 11:04
WIB)
Riyanto, A. (2011). Aplikasi
Yogyakarta: nuha medika.
metodelogi
penelitian
kesehatan.
Suparno, P. (2001). Filsafat dan teori pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
(Anggota IKAPI)
Sari, C.M. (2012). Perbedaan pola pemberian ASI antara ibu yang
melakukan dan tidak melakukan inisiasi menyusu dini (studi di
wilayah kerja puskesmas margorejo kabupaten pati). Artikel
penelitian. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran.
Universitas Diponegoro.
Sears, W & Martha, S. (2003). The Baby Book, segala hal yang anda
ketahui tentang bayi anda sejak lahir hingga usia dua tahun.
Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Sherwood, L. (2011). Fisiologi manusia : dari sel ke sistem.
Ed.6.Jakarta :EGC.
Sinsin, I. (2008). Seri kesehatan ibu dan anak masa kehamilan dan
persalinan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Siswosuharjo, S. & Firtria, C. (2010). Panduan super lengkap hamil
sehat. Jakarta: Penebar Plus.
Soetjaningsih, editor. (1997). Asi: petunjuk untuk tenaga kesehatan.
Jakarta:EGC.
Stevens, J., Schmied, V., Burns, E. & Dahlen, H. (2014). Immediate or
early skin-to-skin contact after a Caesarean section: a review of
the literature.John Wiley & Sons Ltd Maternal and Child
Nutrition,10, pp. 456–473.
Sujudi, A. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian air susu ibu
(ASI) secara eklusif pada bayi di Indonesia. Menteri Kesehatan
ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 April 2004
Susanti. (2011). Hubungan inisiasi menyusu dini dengan waktu keluarnya
air susu ibu pertama kali pada ibu postpartum. Skripsi. Program
Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
UNICEF. (2010). The UNICEF UK Baby Friendly Initiative Orientation
to Breastfeeding for General Practitioners. Orientation
handbook
UNICEF.
(2014).
Breastfeeding.
(http://www.unicef.org/nutrition/index_24824.html dikutip pada 15
Desember 2014 pukul 21:58 WIB)
UNICEF Indonesia. (2015). Paket konseling: pemberian makan bayi dan
anak. Booklet Pesan Utama.
Wadud, M.A. (2013). Hubungan umur ibu dan paritas dengan pemberian
ASI Eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan di Puskesmas Pembina
Palembang Tahun 2013. Poltekkes KEMENKES Palembang.
Wasis. (2008). Pedoman riset praktis untuk profesi perawat. Jakarta: EGC.
World Health Organization. (1998). Evidence for the Ten Steps to
Successful Breastfeeding. Division of Child Health and
Development.
Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI-Makanan terbaik untuk kesehatan,
kecerdasan, dan kelincahan si kecil.Ed.1.Yogyakarta:ANDI.
Yusuf, A.A. (2002). Penyusuan susu ibu menurut perspektif islam. Kuala
lumpur:Sdn Bhd.
_____ (2013). Inisiasi Menyusu Dini: sebuah definisi. Portal ASI dan
menyusui. http://menyusui.info/tag/inisiasi-menyusu-dini/ (akses
tanggal 14 April 2015, pukul 22:02 WIB)
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP
KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU KELURAHAN
CEMPAKA PUTIH CIPUTAT TIMUR
Assalamualaikum wr. wb.
Salam sejahtera,
Nama
: Revi Agusvina
NIM
: 1111104000003
Saya mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang
melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk
menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep). Pada lampiran ini
terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Untuk itu saya
harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya ibu bersedia meluangkan waktunya
untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Kerahasiaan jawaban ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Pertanyaan dari peneliti ini mohon dijawab dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa
yang dipertanyakan sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk
penelitian ini.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi ibu untuk peran
sertanya dalam studi saya.
Apakah Ibu bersedia menjadi responden?
YA / TIDAK
Tertanda
Responden
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP
KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU KELURAHAN
CEMPAKA PUTIH CIPUTAT TIMUR
Tujuan:
Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi: “Hubungan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih
Ciputat Timur”.
Petunjuk:
1. Kuesioner akan diisi oleh peneliti dan pertanyaan akan diajukan langsung oleh
peneliti
2. Setiap jawaban dimohon untuk dapat memberikan jawaban yang jujur
3. Ibu dapat bertanya langsung pada peneliti jika ada kesulitan dalam memahami
pertanyaan yang diajukan
A. Data Demografi/Identitas:
1. Nomor responden :
2. Nama Ibu
:
3. Umur ibu
:
(diisi oleh peneliti)
4. Anak yang ke berapa ? :
5. Jenis persalinannya
?:
1. Persalinan normal
2. Persalinan tidak normal
Vakum
Forcep
Caesar
B. Keberhasilan ASI Eksklusif
1. Apakah Ibu memberikan ASI saja kepada bayi dari sejak lahir sampai enam
bulan tanpa tambahan makanan atau minuman apapun ?
a. Ya
b. Tidak
KRITERIA ASI EKSKLUSIF :
Menurut RISKESDAS (2013) kriteria menyusu eksklusif ditegakkan bila anak
umur 0-6 bulan hanya diberi ASI saja pada 24 jam terakhir dan tidak diberi
makanan dan minuman lain selain ASI.
C. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2. Apa yang dilakukan kepada bayi segera setelah lahir ? (tunggu jawaban spontan
dari ibu)
a. IMD dilakukan
b. IMD tidak dilakukan
KRITERIA IMD :
IMD adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan tanpa dimandikan
terlebih dahulu, seluruh badan bayi dikeringkan kecuali telapak tangannya, bayi
diletakkan tengkurap di dada ibu dengan kontak langsung antara kulit bayi dan
kulit ibu setidaknya selama satu jam sampai dengan bayi berhasil meraih puting
ibu untuk menyusu langsung sesuai kebutuhannya atau lamanya menyusu saat
IMD ditentukan oleh bayi.
Lampiran 4
Hasil Olahan SPSS Univariat
Usia Ibu
Frequency
Valid kelompok usia tidak
ideal
kelompok usia ideal
Total
Percent
Valid primipara
multipara
grand
multipara
Total
23.8
23.8
23.8
32
42
76.2
100.0
76.2
100.0
100.0
Valid
Percent
Cumulative
Percent
20
47.6
47.6
47.6
22
42
52.4
100.0
52.4
100.0
100.0
Paritas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
14
33.3
33.3
33.3
25
59.5
59.5
92.9
3
7.1
7.1
42
100.0
100.0
ASI Eksklusif
Frequency Percent Valid Percent
Valid Tidak ASI
Eksklusif
ASI Ekslusif
Total
Cumulative
Percent
10
Jenis Persalinan
Frequenc
y
Percent
Valid persalinan tidak
normal
persalinan normal
Total
Valid
Percent
100.0
Cumulative Percent
21
50.0
50.0
50.0
21
42
50.0
100.0
50.0
100.0
100.0
Frequency
Valid Tidak
IMD
IMD
Total
IMD
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
28
66.7
66.7
66.7
14
42
33.3
100.0
33.3
100.0
100.0
Lampiran 5
Hasil Olahan SPSS Bivariat
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
IMD * ASI Eksklusif
Missing
Percent
42
N
100.0%
Total
Percent
0
N
Percent
0.0%
42
100.0%
IMD * ASI Eksklusif Crosstabulation
ASI Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif
IMD
Tidak IMD
Count
% within ASI Eksklusif
IMD
Total
11
28
81.0%
52.4%
66.7%
4
10
14
19.0%
47.6%
33.3%
21
21
42
100.0%
100.0%
100.0%
Count
% within ASI Eksklusif
Total
17
Count
% within ASI Eksklusif
ASI Ekslusif
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
.050
Continuity Correction
2.679
1
.102
Likelihood Ratio
3.952
1
.047
Pearson Chi-Square
3.857
b
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
.100
3.765
1
.052
42
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00.
b. Computed only for a 2x2 table
.050
Lampiran 6
Rekapitulasi Jawaban Responden pada Kuesioner
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Usia
2
1
1
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
JP
1
1
1
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
2
1
1
1
2
2
2
1
Paritas
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
1
3
2
1
1
2
3
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
P1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
P2
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
1
1
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
KETERANGAN
Usia
JP
Paritas
P1
P2
= Usia Responden
= Jenis Persalinan yang dilakukan
= Paritas Responden saat melakukan kunjungan
= Pertanyaan ASI Eksklusif
= Pertanyaan IMD
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
Download