BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Sufiati, 2008). Kehamilan adalah masa terpenting untuk pertumbuhan janin. Salah satu faktor mempengaruhi keberhasilan suatu kehamilan adalah gizi. Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat dipengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Status gizi pada trimester pertama akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa perkembangan dan pembentukan organ-organ tubuh (organogenesis). Pada trimester II dan III kebutuhan janin terhadap zat-zat gizi semakin meningkat. Jika tidak terpenuhi, plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan mengurangi kemampuannya dalam mensintesis zat-zat yang dibutuhkan oleh janin (Pratamawati, 2011). Rendahnya status gizi ibu hamil dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain yaitu rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi, pendapatan keluarga di bawah rata-rata, dan tidak teraturnya pola makan. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini didapat setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Perilaku yang didasarkan pengetahuan akan bertahan 1 2 lebih lama dibandingkan yang tidak didasarkan pengetahuan. Pengetahuan dapat memicu kesadaran untuk merubah perilaku (Notoatmodjo, 2007). Umumnya jika pendapatan naik, maka jumlah dan jenis makanan cenderung ikut membaik pula. Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang akan dibeli dengan adanya tambahan uang. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula presentase dari penghasilan tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur dan berbagai jenis pangan lainnya. Jadi penghasilan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas. Antara penghasilan dan gizi, jelas ada hubungan yang menguntungkan. Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga lain yang mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlawanan hampir universal (Suhardjo, 2008). Data WHO, UNICEF dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang dari 1% per tahun. Pada tahun 2009, sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 2006 sebanyak 576.000. Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan yang diakibatkan oleh anemia, kurang gizi dan KEK terjadi di Negara-negara berkembang (Antaranews, 2010) Rasio kematian ibu di Negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian per 100.000 kelahiran bayi hidup. Sementara itu di Asia Tenggara, WHO memperkirakan sebanyak 37 juta kelahiran terjadi di kawasan Asia Tenggara setiap tahun, sementara total kematian ibu dan bayi baru lahir diperkirakan berturut-turut 170.000 dan 1,3 juta pertahun. Sebanyak 3 98% dari seluruh kematian ibu dan anak yang terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal dan Myanmar (Antaranews, 2010). Tahun 2011 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, dari lima juta kelahiran hidup di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Ini merupakan dampak dari anemia dan kekurangan energi kronik pada ibu hamil (Pratamawati, 2012) Masalah yang terjadi di masyarakat adalah masih banyak masyarakat setempat yang pengetahuannya kurang memadai sehingga masyarakat tidak tahu apa itu gizi, dan mengabaikan gizi pada ibu hamil. Sedangkan dengan ekonomi yang rendah, banyak masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dengan menu yang seimbang. Sedangkan dengan pola makan, masih ada juga yang berpantang makanan karena masyarakat setempat masih terpengaruh pada tradisi yang ada di desa mereka. Dengan masih adanya masyarakat yang tidak mengetahui tentang gizi serta tidak tahu makanan yang baik untuk ibu hamil, sehingga kurang gizi masih ada di masyarakat. Rendahnya status gizi ibu hamil dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai asupan nutrisi ibu selama kehamilan, dimana suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Pendapatan keluarga yang rendah atau di bawah upah minimum regional yang telah di tetapkan di wilayah Aceh, bila pendapatan keluarga rendah maka akan sangat berpengaruh terhadap asupan nutrisi yang dimakan ibu hamil (Redaksi Plus, 2013) dan pola makan dimana dalam masa kehamilan salah satu bagian yang penting dalam 4 membantu perkembangan janin dalam kandungan adalah makanan yang dimakan dan cara makan yang sehat dan mengandung gizi (Jitowiyono, 2013) Menurut RISKESDAS tahun 2010, prevalensi Nasional Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (berdasarkan LILA yang disesuaikan dengan umur) adalah 13,6%. Prevalensi KEK di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam sebesar 16,18% dan meningkat menjadi 17,54% pada tahun 2011 (Riskesdas, 2011). Menurut data di puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan pada bulan Januari – Juni Tahun 2013 sebanyak 109 orang ibu hamil, terdapat 60% yang mengalami kurang gizi dengan berbagai faktor antara lain karena pendapatan keluarga di bawah rata-rata dan pola makan yang tidak teratur (Data Register Puskesmas Sawang, 2013). Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan terdapat 6 ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronik, dilihat dari hasil pengukuran LILA <23,5 cm, faktor yang mengakibatkan antara lain ibu tidak mengetahui pemenuhan nutrisi yang baik selama kehamilan maka porsi ibu makan 3x sehari dengan lauk pauk seadanya, misalnya kuah plie’u dan sayuran lainnya tanpa ada ikan dan munim susu, hal tersebut terjadi pula karena pendapatan keluarga di bawah UMR wilayah Provinsi Aceh. 4 orang lainnya tidak mengalami kekurangan energi kronik karena pendapatan keluarganya diatas UMR wilayah Provinsi Aceh dan ibu dapat makan dengan nutrisi yang cukup untuk diri ibu dan bayinya, ibu dapat makan daging ayam, ikan dan minum susu untuk kehamilan setiap harinya. 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui “Faktor-Faktor Apa Saja Yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan”? C. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan”. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan. b. Untuk mengetahui hubungan pendapatan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan. c. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau 6 informasi bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya. 3. Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal care dan dapat meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini sebelumnya pernah di teliti oleh Riswandari dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil pada Trimester III di Rumah Sakit Umum Mangunredjo tahun 2009. Populasi yang digunakan yaitu Ibu hamil Trimester III yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Rumah Sakit Umum Mangunredjo, sampel yang digunakan sebanyak 43 responden. Sampel yang digunakan menggunakan teknik accidental sampling. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Riswandari dan penulis adalah populasi dalam penelitian Riswandari sebanyak 74 orang dan sampel yang digunakan sebanyak 43 orang, pada penelitian ini populasinya sebanyak 109 orang dan sampel yang digunakan sebanyak 53 orang. Tempat dan waktu penelitian pada penelitian Riswandari dilakukan di Rumah Sakit Umum Mangunredjo pada tanggal 15 Maret – 15 April 2009, sedangkan pada penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan pada bulan Agustus 2013. Variabel yang digunakan pada penelitian Riswandari yaitu status gizi, umur, jumlah anak dan pendidikan, sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel status gizi, pendapatan dan pola makan. BAB II TINJAUAN TEORI A. Status Gizi Ibu Hamil 1. Pengertian Status gizi Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang sebagai akibat penggunaan makanan zat gizi oleh tubuh. Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, baik dan lebih (Sufiati, 2008). Status gizi adalah ekspresi dalam keadaan seimbang dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrient dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2005). 2. Faktor yang mempengaruhi status gizi Status gizi ibu hamil di pengaruhi terhadap faktor resiko, diet, pengukuran antropometrik dan biokimia. Penilaian tentang asupan pangan dapat diperoleh melalui ingatan 24 jam. Maka gizi ibu yang kurang baik perlu diperbaiki keadaan gizinya atau yang obesitas mendekati normal, yang dilakukan sebelum hamil. Sehingga mereka mempunyai kesempatan lebih besar untuk mendapatkan bayi yang sehat, serta untuk mempertahankan kesehatannya sendiri (Arisman, 2005). Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh status gizi janin. Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu pada waktu melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi pula oleh status gizi pada waktu konsepsi. 7 8 Status gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi sebelum hamil, keadaan kesehatan dan gizi ibu, jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak yang pertama, paritas dan usia kehamilan pertama (Arisman, 2005). Status gizi pada waktu melahirkan ditentukan berdasarkan kesehatan dan status gizi waktu konsepsi, juga berdasarkan keadaan sosial dan ekonomi waktu hamil, derajat pekerjaan fisik, asupan pangan dan pernah tidaknya terjangkit penyakit infeksi. Status gizi ibu akan mempengaruhi status gizi janin dan berat lahir. Penilaian status gizi dan perubahan fisiologis selama hamil dapat digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhan janin, misalnya berat badan rendah sebelum konsepsi serta pertambahan berat badan yang tidak adekuat (Arisman, 2005). 3. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dari hasil pengamatan ada hubungan yang kuat antara keadaan gizi sebelum hamil dengan berat bayi yang dilahirkan, sedangkan berat bayi lahir merupakan indikasi yang potensial untuk status kesehatan bayi nantinya. Bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram mempunyai kesempatan tinggi secara statistik untuk mendapatkan penyakit atau meninggal pada awal kehidupannya. Pada tubuh ibu yang kurang gizi tidak dapat membentuk plasenta yang sehat, yang cukup menyimpan zat-zat gizi untuk janin selama pertumbuhannya. Maka gizi ibu yang kurang baik perlu diperbaiki keadaan gizinya atau obesitas menjadi mendekati normal, yang dilakukan sebelum hamil. Sehingga mereka mempunyai kesempatan lebih 9 besar untuk mendapatkan bayi yang sehat, serta untuk mempertahankan kesehatannya sendiri (Soetjaningsih, 2008). 4. Kebutuhan gizi ibu hamil menurut Arisman (2005) adalah : a. Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh tetapi bukan lemak b. Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat badan selama hamil c. Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik d. Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan seperti mual muntah e. Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang terjadi selama kehamilan misalnya diabetes mellitus, hipertensi dll f. Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik (Gizi seimbang) (Arisman, 2005). 5. Pengaruh keadaan gizi terhadap proses kehamilan Pengaruh gizi terhadap proses kehamilan dapat mempengaruhi status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. a. Gizi pra hamil Konsep perinatal menjamin bahwa ibu dalam status gizi baik untuk terjadinya konsepsi selama masa kehamilan, bekerja dan setelah melahirkan mengalami sedikit komplikasi kehamilan, sedikit bayi 10 prematur dan ibu yang sehat menghasilkan bayi yang sehat (Sufiati, 2008). b. Gizi Pranatal Wanita yang dietnya kurang atau sangat kurang selama hamil mempunyai kemungkinan besar bayi yang tidak sehat seperti prematur, gangguan congenital, bayi lahir mati. Wanita hamil kurang gizi kemungkinan akan melahirkan bayi yang prematur dan kecil (Sufiati, 2008). 6. Akibat Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama kehamilan akan menimbulkan masalah, baik pada ibu, janin dan terhadap proses persalinannya yaitu : a. Terhadap Ibu Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan mudah terkena infeksi. b. Terhadap Persalinan Pengaruh gizi terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. c. Terhadap Janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus pada 11 bayi, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Soetjaningsih, 2008). 7. Cara penilaian status gizi ibu hamil Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting baik yang bersifat subjektif maupun bersifat objektif. Sedangkan status gizi janin ditentukan antara status gizi ibu sebelum dan selama dalam kehamilan dan keadaan ini dipengaruhi oleh status gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan dan gizi ibu, paritas dan jarak kehamilan jika yang dikandung bukan merupakan anak yang pertama (Arisman, 2005). Menurut Supariasa (2005), penilaian status gizi dapat dilaksanakan secara langsung dengan antropometri yaitu dengan menggunakan LILA. a. Pengertian Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko kekurangan energi protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuraan LILA dapat digunakan untuk memantau status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. b. Tujuan Beberapa tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah : 12 1) Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) c. Cara Pengukuran Cara pengukuran LILA dilakukan melalui urut-urutan yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LILA, yaitu : 1) Tetapkan posisi antara bahu dan siku 2) Letakkan pita antara bahu dan siku 3) Tentukan titik tengah lengan 4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan 5) Pita jangan terlalu ketat 6) Pita jangan terlalu longgar 7) Cara pembacaan skala ukur harus benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang dan kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sidah dilipat-lipat sehingga permukaan tidak rata. d. Hasil Pengukuran Hasil pengukuran LILA kemudian diubah dalam persentase dengan standar : 1) Laki-laki : 24,3 cm 2) Perempuan : 23,5 cm bentuk 13 B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi ibu hamil 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan orang yang mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut : 1) Kesadaran (Awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap objek (stimulus) 2) Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Disini sikap subyek sudah mulai timbul. 3) Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak baik lagi. 4) Trial, dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 14 5) Adopsi (adoption), dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007). b. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, adanya prinsip terhadap obyek yang dipelajari. 15 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2010). Penentuan kategori penelitian menurut Arikunto (2006) sebagai berikut : 1) 76-100%, jika pertanyaan yang benar dijawab oleh responden adalah kategori baik. 2) 61-75%, pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah Kategori Cukup. 3) < 60%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah kategori kurang. 16 2. Pendapatan Dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya dengan gaji, upah serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. UMR (Upah minimum regional Provinsi Nanggoe Aceh Darusalam tahun 2013 perkapita Rp. 1.550.000,-) (Redaksi Plus, 2013). Ada beberapa definisi pengertian pendapatan menurut Suhardjo (2011), pengertian pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan dan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga ekonomi (ARTE). Sedangkan menurut (Redaksi Plus, 2013), pendapatan adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah segala bentuk penghasilan atau penerimaan yang nyata dari seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga merupakan keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan informal dan pendapatan subsistem. Pendapatan formal, informal dan pendapatan subsistem yang dimaksud dalam konsep diatas dijelaskan sebagai berikut : a. Pendapatan formal adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil pekerjaan pokok. b. Pendapatan informal adalah pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan diluar pekerjaan pokok. 17 c. Pendapatan subsistem yaitu pendapatan yang diperoleh dari sector produksi yang dinilai dengan uang. Jadi yang dimaksud dengan pendapatan keluarga adalah seluruh penghasilan yang diperoleh dari semua anggota keluarga yang bekerja (Redaksi Plus, 2013). Pendapatan berdasarkan upah minimum propinsi Nanggroe Aceh Darusalam Tahun 2013 yaitu : Rp. 1.550.000,a. Tinggi apabila penghasilan > Rp. 1.550.000,- perbulan. b. Rendah apabila penghasilan ≤ Rp. 1.550.000,-perbulan (Redaksi Plus, 2013). 3. Pola Makan Perbedaaan kebiasaan pola makan dapat ditemui tidak saja antar bangsa, suku bangsa, tapi juga antar keluarga, sering bapak sebagai kepala keluarga dalam soal makanan sering diistimewakan. Kemudian anak dan ibu sebagai prioritas terakhir (Jitowiyono, 2013). Globalisasi telah menyebabkan pola makan menjadi universal dan makanan barang luar menjadi dominan. Masyarakat berpenghasilan tinggi mengkonsumsi pangan dalm jumlah yang kadang berlebihan dan cenderung mengkonsumsi banyak protein dan lemak hewani, mereka mengkonsumsi nabati yang kaya akan serat, kebiasaan ini dapat menimbulkan penyakit kegemukan, jantung, kolesterol sebagian lain akibat gizi berlebihan dan mengkonsumsi gizi yang salah, dapat menimbulkan berbagai penyakit kangker. Pola kebiasaan tersebut bukan yang mudah, karena makan mempunyai arti tertentu bagi seseorang (Jitowiyono, 2013).. Dalam masa kehamilan salah satu bagian yang penting dalam 18 membantu perkembagan janin dalam kandungan adalah makanan yang dimakan dan cara makan yang sehat dan mengandung gizi. Untuk ibu hamil perlu mempelajari prinsip-prinsip makan yang baik selama kehamilan yaitu: a. Selama hamil perlu merubah cara pola makan b. Menghindari makanan yang dapat membahayakan ibu dan janin c. Jangan diet selam hamil karena masa kehamilan buka masa yang dapat yang cukup untuk ibu yang hamil. d. Ibu hamil harus banyak minum vitamin secar teratur e. Ibu hamil harus banyak minum air 8 gelas sehari, karena ibu butuh cairan yang cukup untuk ibu dan bayi. f. Ibu yang sedang hamil memperbanyak makan makanan yang berserat tinggi, buah-buahan dan sayuran yang dapat membantu mengatasi konstipasi ibu selama hamil. g. Prinsip makanan selama hamil 1) Pilihlah makanan yang segar atau setidaknya makanan yang beku, sebaiknya jangan memilih kaleng atau makanan kemasan yang mengandung banyak pengawet dan bahan tambahan. Buah dan sayur harus dicuci dengan baik untuk menghilangkan residu pertisida. 2) Kukus, bakar, atau memanggang makanan. 3) Gunakan makanan yang segar, sebaiknya jangan memasak bahan makanan yang terlalu lama. 4) Hindari minuman yang mengandung alkohol 5) Memperbanyak minum cairan jus buah, tapi hindari minuman soda 19 atau minuman yang tinggi kadar gula atau kimiawinya, dan kurangi minuman teh atau kopi. 6) Gantilah cemilan seperti keripik atau kue dengan buah-buahan yang segar dan sayuran yang segar. 7) Pastikan mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi untuk menghindari sembelit. 8) Janganlah merokok karena merokok dapat menyebabkan janin kekurangan oksigen dan lahir bayi dengan berat badan lahir rendah h. Cara Mengolah Makanan Bagi Ibu Hamil 1) Makanan segar yang kaya gizi baik untuk dikonsumsi, namun mudah terjangkit bakteri dan jamur. Kehangatan, cahaya dan uap air memudahkan tumbuhnya mikro organisme. Makanan yang aman adalah kering, seperti, sereal, roti, tepung, buah kering dan kacang. 2) Makanan jangan terlalu lama disimpan, terutama jenis tepung, havermut, tepung maizena. Simpan kelebihan makanan tersebut dalam tas plastik lalu letakan di dalam lemari es atau freezer. Jenios sayuran segera dihabiskan setelah dibeli atau diolah, karena sayuran yang terlalu lama disimpan dapat layu dan kehilangan zatzat berharganya. 3) Susu yang terlalu lama terkena cahaya dapat kehilangan vitamin B, jika tidak ada lemari es, simpan kotak susu ditempat terlindung. Jangan lupa memperhatikan tanggal kadaluarsa dan kondisi lemari penyimpanan makanan kemasan. Jangan letakan kotak yughurt 20 dekat tempat terkena sinar matahari selama seminggu, simpan di lemari es. 4) Jangan garami daging atau ikan sebelum dimasak, karna dapat melenyapkan sarinya yang alami. Jangan terlalu panas memasak protein seperti daging, ikan, dan telur (Jitowiyono, 2013).. C. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin diteliti, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan ukur maka konsep tersebut harus digambarkan kedalam sub-sub variabel (Notoatmodjo, 2010). V. Independen V. Dependen Pengetahuan Status Gizi Ibu Hamil Pendapatan Pola Makan Gambar 2.2 Kerangka Konsep D. Hipotesa 1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan 2. Ha : Ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan 21 3. Ha : Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Adapun desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan (Notoatmodjo, 2010). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang umur kehamilannya Trimester II dan III yang datang berkunjung sejak bulan Januari – Juni Tahun 2013 di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan sebanyak 109 orang. 2. Sampel Menurut Notoatmodjo, (2010) Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2010), sebagai berikut : n= N 1 + N (d2) Keterangan : N : Besar Populasi 22 23 n : Besar Sampel d : Tingkat Kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 90% n= N 1 + N (d2) n= 109 1 + 109 (0,152) n= 109 1 + 109 (0,0225) n= 109 1 + 2,45 n= 109 3,45 = 31,59 Jadi, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 32 orang Teknik pengambilan sampel adalah Accidental Sampling yaitu ibu hamil Trimester II dan III yang saat itu sedang berkunjung ke Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan pada Bulan Agustus Tahun 2013 (Arikunto, 2006). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Ibu yang berkunjung ke Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan 2. Ibu Hamil Trimester II dan III 3. Bersedia menjadi responden 4. Ibu hamil yang dapat membaca dan menulis. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitan ini telah dilaksanakan di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan 24 2. Waktu Waktu penelitian dilakukan selama 4 hari mulai dari tanggal 19 – 22 September Tahun 2013. D. Tekhik Pengumpulan Data Pengumpulan data di lakukan dengan cara : 1. Untuk variabel Dependen di dilakukan pengukuran LILA 2. Untuk Variabel Independen di berikan soal dengan pilihan terpimpin. E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel 1 Variabel Dependen 1. Status Gizi Ibu Hamil Definisi Operasional 2 Keadaan status gizi ibu selama hamil yang dilihat berdasarkan LILA Cara ukur Alat Ukur 3 4 Mengukur LILA Normal, jika ukuran LILA ≥ 23,5 cm Skala Ukur 5 Mengukur dengan Pita Ukur dan wawancara terpimpin Ordinal Kuesioner Ordinal Hasil Ukur 6 -Normal -Tidak Normal Tidak Normal, jika ukuran LILA < 23,5 cm Variabel Independen 1. Pengetahuan Pemahaman responden tentang makanan ibu hamil, pola makan dan akibat kurang gizi Membagikan kuisioner yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan kriteria Baik, bila jawaban benar 76-100% Sedang, bila jawaban benar 61-75% Kurang, bila -Baik -Cukup -Kurang 25 jawaban benar < 60% 2. 3. Pendapatan Pola Makan Pendapatan keluarga dalam satu bulan berdasarkan rata-rata pendapatan penduduk perbulan Tindakan sehari-hari dalam kebiasaan makan meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan Membagikan kuisioner yang terdiri dari 1 pertanyaan dengan kriteria Kuisioner Ordinal ≥ 1.550.000,- <1.550.000,- Tinggi, jika jawaban x ≥ 1.550.000,Rendah, jika jawaban x < 1.550.000,Membagikan kuisioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan kriteria Kuesioner Ordinal -Baik -Kurang Baik, jika jawaban benar x≥3 Kurang, jika jawaban benar x<3 F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan 16 pertanyaan yang sudah disusun secara terstruktur. Variabel independen yaitu pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan, pendapatan terdiri dari 1 pertanyaan dan pola makan terdiri dari 5 pertanyaan dengan jawaban pilihan terpimpin. G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dan diolah dengan tahap : a. Editing : Semua form cheklist diperiksa dengan teliti. 26 b. Coding : memberikan kode berupa nomor pada form cheklist yang diisi oleh peneliti, sehingga mempermudah pengolahan data. c. Cleaning :pembersihan data merupakan kegiatan pemeriksaan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak, pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan ulang terhadap data, pengkodean. d. Tabulating : memasukkan data yang diperoleh ke dalam tabel distribusi frekuensi (Azwar, 2005). 2. Analisa Data Analisa data dilakukan secara bertahap dari analisa univariat dan bivariat. a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Kemudian ditentukan persentase peroleh (P) untuk tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Azwar, 2005) sebagai berikut : P= x 100% Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi yang teramati N : Jumlah Sampel b. Analisa Bivariat 27 Analisa bivariat merupakan analisis dari variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji data chi-square test pada tingkat kemaknaannya 95% (P < 0,05) sehingga dapat diketahui ada atau tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan program computer SPSS for windows versi 16. Melalui perhitungan uji chi-square test selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai P < α (P < 0,05) maka Ha di terima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas. Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square) menurut Azwar (2005), untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut : 1) Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2) Bia pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction. 3) Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square. 4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga menjadi table Contingency 2 x2. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan yang berbatasan dengan : a. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Meukek b. Bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Samadua c. Bagian barat berbatasan dengan Samudera Hindia d. Bagian Timur berbatasan dengan Aceh Tenggara B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden No Karakteristik Responden Umur 1. 19 – 30 tahun 2. > 30 – 35 tahun Penghasilan 1. ≥ 1.550.000,2. < 1.550.000,Pendidikan 1. Dasar 2. Menengah 3. Tinggi N % 32 21 60,4 39,6 18 35 34,0 66,0 28 16 8 54,7 30,2 15,1 Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa terdapat 32 responden yang berumur 19 – 30 tahun dan 21 responden berumur > 30 – 35 tahun. Terdapat 18 responden yang memiliki penghasilan ≥ 1.550.000,dan 35 responden yang memiliki penghasilan < 1.550.000,-. Terdapat 28 responden yang berpendidikan dasar, 16 responden yang berpendidikan menengah, dan 8 responden yang berpendidikan tinggi. 28 29 2. Analisa Univariat a. Status Gizi Ibu Hamil Tabel 4.1 Distribusi Status Gizi Ibu Hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan No 1. 2. Status Gizi Ibu Hamil Normal Tidak Normal Jumlah Frekuensi 14 18 32 (%) 43,8 56,2 100,0 Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti terdapat 14 responden (43,8%) yang memiliki status gizi normal dan 18 responden (56,2%) yang memiliki status gizi tidak normal. b. Pengetahuan Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan No 1. 2. 3. Pengetahuan Frekuensi 6 10 19 32 Baik Cukup Kurang Jumlah (%) 18,8 31,3 50,0 100,0 Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti terdapat 6 responden yang memiliki pengetahuan baik (18,8%), 10 responden (31,3%) memiliki pengetahuan cukup dan 19 responden (50,0%) memiliki pengetahuan kurang. 30 c. Pendapatan Tabel 4.3 Distribusi Pendapatan keluarga di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan No 1. 2. Pendapatan > Rp 1.550.000 < Rp 1.550.000 Jumlah Frekuensi 11 21 32 (%) 34,4 65,6 100,0 Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti terdapat 11 responden (34,4%) yang memiliki pendapatan ≥ 1.550.000,- dan 21 respondeen (65,6%) yang memiliki pendapatan < 1.550.000,d. Pola Makan Tabel 4.4 Distribusi Pola Makan di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan No 1. 2. Pola Makan Baik Kurang Jumlah Frekuensi 13 19 32 (%) 40,6 59,4 100,0 Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti terdapat 13 responden (40,6%) memiliki pola makan yang baik dan 19 responden (59,4%) memiliki pola makan yang kurang. 2. Analisa Bivariat a. Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Ibu Hamil Adapun hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan, dapat dilihat pada table di bawah ini : 31 Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Ibu Hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan N o Status Gizi 1 Normal Baik f % 5 35,7 2 Tidak 0 0 . Normal Jumlah 5 15,6 Signifikasi : P < 0,05 Pengetahuan Cukup Kurang f % f % 7 50,0 2 14,3 Jumlah P f 14 % 100 3 16,7 15 83,3 18 100 10 31,3 17 53,1 32 100 0,002 Berdasarkan tabel 4.5 diatas dari 14 responden yang memiliki status gizi normal, terdapat 7 responden (50,0%) yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 18 responden yang memiliki status gizi tidak normal terdapat 15 responden (83,3%) yang memiliki pengetahuan kurang. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai (p < 0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan. b. Hubungan Pendapatan dengan Status Gizi Ibu Hamil Tabel 4.6 Hubungan Pendapatan dengan Status Gizi Ibu Hamil di Puskesmas Sawang Aceh Selatan N o 1 Status Gizi Normal Pendapatan >Rp. <Rp. 1550.000 1.550.000 f % F % 8 57,1 6 42,9 2 Tidak 3 . Normal Jumlah 11 Signifikasi : P < 0,05 Jumlah f 14 % 100 16,7 15 83,3 18 100 34,4 21 65,6 32 100 P 0,027 32 Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dari 114 responden yang memiliki status gizi normal terdapat 8 responden (57,1%) yang memiliki pendapatan > Rp. 1.550.000. dari 18 responden yang memiliki status gizi tidak normal terdapat 15 responden (83,3%) yang memiliki pendapatan < Rp. 1.550.000 Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai (p < 0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan. c. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Ibu Hamil Tabel 4.7 Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Ibu Hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan N o Status Gizi 1 Normal Pola Makan Baik Kurang f % F % 9 64,3 5 35,7 2 Tidak 4 . Normal Jumlah 13 Signifikasi : P > 0,05 Jumlah f 14 % 100 22,2 14 77,8 18 100 40,6 19 59,4 32 100 P 0,029 Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dari 14 responden yang memiliki status gizi normal terdapat 9 responden (64,3%) yang memiliki pola makan baik. Dari 18 responden yang memiliki status gizi tidak normal terdapat 14 responden (77,8%) yang memiliki pola makan kurang Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai (p < 0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara 33 pendapatan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan. C. Pembahasan 1. Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Dapat dilihat dari tabel 4.5, dari 14 responden yang memiliki status gizi normal, terdapat 7 responden (50,0%) yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 18 responden yang memiliki status gizi tidak normal terdapat 15 responden (83,3%) yang memiliki pengetahuan kurang. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai (p < 0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Ananda (2009) yang menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan status gizi pada ibu hamil. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dengan pengetahuan yang baik maka banyak ibu hamil memiliki status gizi yang baik. Begitu pula sebaliknya. Nilai p-value 0,001 (p = 0,05) Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan 34 terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Lawrence Green sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan faktor predisposisi, termasuk diantaranya adalah pengetahuan. Sementara itu, WHO dalam Notoatmodjo (2003) menganalisis bahwa pengetahuan merupakan salah satu alasan pokok yang menyebabkan seseorang berperilaku. Dari literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan status gizi ibu hamil. Karena pengetahuan ibu yang baik akan mempengaruhi pola makan ibu sehari-hari. Dalam penelitian ini ditemukan masalah yaitu pada ibu yang status gizi normal lebih banyak ibu yang memiliki pengetahuan cukup dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan baik, hal tersebut disebabkan karena pengetahuan ibu cukup dan ia berusaha untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya selama kehamilan. 2. Hubungan Pendapatan dengan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa pendapatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan status gizi ibu 35 hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6, dari 114 responden yang memiliki status gizi normal terdapat 8 responden (57,1%) yang memiliki pendapatan > Rp. 1.550.000. dari 18 responden yang memiliki status gizi tidak normal terdapat 15 responden (83,3%) yang memiliki pendapatan < Rp. 1.550.000 Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai (p < 0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Azzuhra (2011) tentang pengaruh pengetahuan, pendidikan dan pendapatan terhadap status gizi ibu hamil. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan yang memadai akan berpengaruh positif terhadap kenaikan status gizi ibu hamil. Nilai p-value 0,005 (p < 0,01). Hal ini sesuai dengan teori yang dikutip pada redaksi plus (2013), dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya dengan gaji, upah serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. UMR (Upah minimum regional Provinsi Nanggoe Aceh Darusalam tahun 2013 perkapita Rp. 1.550.000,-). Pendapatan adalah segala bentuk penghasilan atau penerimaan yang nyata dari seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga merupakan keseluruhan dari 36 pendapatan formal, pendapatan informal dan pendapatan subsistem (Redaksi Plus, 2013). Dari literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti berasumsi bahwa pendapatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan status gizi ibu hamil. Pendapatan keluarga sangat mempengaruhi anggaran belanja sebuah keluarga, jika keluarga memiliki pendapatan dibawah UMR maka seluruh keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sehari-hari. Pada penelitian ini ditemukan masalah yaitu pada ibu yang memiliki status gizi tidak normal terdapat keluarga yang memiliki pendapatan > Rp. 1.550.000, hal tersebut dikarenakan ibu memiliki anak lebih dari 2 dan ada saudara yang tinggal dengan mereka. Jadi pendapatan tidak sebanding dengan pengeluarannya. 3. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa pola makan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7, dari 14 responden yang memiliki status gizi normal terdapat 9 responden (64,3%) yang memiliki pola makan baik. Dari 18 responden yang memiliki status gizi tidak normal terdapat 14 responden (77,8%) yang memiliki pola makan kurang Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai (p < 0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara 37 pendapatan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratih Perwitasari (2006), tentang hubungan pola makan dan pendapatan keluarga dengan status gizi ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan yang baik akan meningkatkan status gizi ibu hamil. Nilai p-value yang diperoleh adalah p = 0,0025 (p < 0,01). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Jitowiyono (2013) perbedaaan kebiasaan pola makan dapat ditemui tidak saja antar bangsa, suku bangsa, tapi juga antar keluarga, sering bapak sebagai kepala keluarga dalam soal makanan sering diistimewakan. Kemudian anak dan ibu sebagai prioritas terakhir. Globalisasi telah menyebabkan pola makan menjadi universal dan makanan barang luar menjadi dominan. Masyarakat berpenghasilan tinggi mengkonsumsi pangan dalam jumlah yang kadang berlebihan dan cenderung mengkonsumsi banyak protein dan lemak hewani, mereka mengkonsumsi nabati yang kaya akan serat, kebiasaan ini dapat menimbulkan penyakit kegemukan, jantung, kolesterol sebagian lain akibat gizi berlebihan dan mengkonsumsi gizi yang salah, dapat menimbulkan berbagai penyakit kangker. Pola kebiasaan tersebut bukan yang mudah, karena makan mempunyai arti tertentu bagi seseorang (Jitowiyono, 2013). Berdasarkann literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti berasumsi bahwa pola makan merupakan salah satu faktor yang 38 berhubungan dengan status gizi ibu hamil. Pola makan yang tidak baik akan mempengaruhi status gizi ibu, bila berlebihan maka ibu akan mengalami over weight dan bila kekurangan ibu akan mengalami kurang gizi. Pada penelitian ini ditemukan masalah yaitu pada ibu yang memiliki status gizi tidak normal terdapat ibu yang memiliki pola makan yang baik, hal tersebut dikarenakan pola makan ibu baik namun gizi yang terkandung di dalamnya kurang baik karena kurangnya pengetahuan ibu dalam memenuhi nutrisi selama kehamilan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ada hubungan pengetahuan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan, ditandai dengan nilai p-value (0,002) < α-value (0,05) 2. Ada hubungan pendapatan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan, ditandai dengan nilai p-value (0,027) < α-value (0,05) 3. Ada Hubungan pola makan dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Sawang Kabupaten Aceh Selatan, ditandai dengan nilai p-value (0,029) < α-value (0,05) B. Saran 1. Bagi Peneliti Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau informasi bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya. 39 40 3. Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal care dan dapat meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. 40