1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dikatakan mengalami
keterlambatan perkembangan motorik dan kognitif pada anak usia dini. Hal ini
diungkapkan oleh Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang-Pediatri
Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr.dr. Eddy Fadlyana, MKes. SpA(K).
Hal tersebut dikarenakan kurangnya ketersediaan sarana dari pemerintah yang dapat
menunjang kecerdasan motorik dan kognitif anak. Salah satu sarana penunjang yang
mempengaruhi kecerdasan anak yaitu lembaga Pusat Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD).
PAUD sebagai titik sentral strategi pembangunan sumber daya manusia dan
sangat fundamental memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah
perkembangan anak selanjutnya, sebab merupakan fondasi dasar bagi kepribadian
anak. Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan fisik maupun mental yang akan berdampak pada
peningkatan prestasi belajar, etos kerja, produktivitas, yang pada akhirnya anak akan
mampu lebih mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sehingga
memiliki harapan lebih besar untuk meraih keberhasilan dimasa mendatang.
Sebaliknya, anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai
membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk mengembangkan hidup
selanjutnya.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2013 jumlah
penduduk usia 2-6 tahun di wilayah DKI Jakarta sebanyak 829.642 jiwa (delapan
ratus dua puluh sembilan ribu enam ratus empat puluh dua jiwa).
Tabel 1 Jumlah Penduduk Usia 2-6 Tahun Pada Tahun 2013 di DKI Jakarta
N
o
1
2
3
4
5
6
Kabupaten/ Kota
Jenis Kelamin
L
P
Jumlah
Kab. Kepulauan Seribu
1.066
1.034
2.100
Jakarta Pusat
35.685
33.769
70.962
Jakarta Utara
74.142
69.591
143.733
Jakarta Barat
100.677
95.041
195.718
Jakarta Selatan
89.465
85.076
174.541
Jakarta Timur
125.915 118.181
244.096
426.950 402.692
829.642
TOTAL
Sumber: Badan Pusat Statistik
1
2
Sedangkan menurut data dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Provinsi DKI Jakarta kini memiliki sekitar 3696 (tiga ribu enam
ratus sembilan puluh enam) lembaga PAUD yang tersebar di berbagai daerah di
Jakarta.
Tabel 2 Jumlah Lembaga PAUD Tahun 2013 di DKI Jakarta
no
1
2
3
4
5
6
Kabupaten/
TK/RA
KB
TPA
Kota
N
S
JML N
S
JML N S JML N
Kab. Kepulauan 0
12
12
0
0
0
0 0
0
0
Seribu
Jakarta Pusat
0 257
257 0
7
7
0 2
2
1
Jakarta Utara
1 405
406 3 105 108 0 0
0
2
Jakarta Barat
0 411
412 2
75
77
0 4
4
5
Jakarta Selatan
7 642
649 0
37
37
0 1
1
3
Jakarta Timur
1 561
561 3 113 116 0 0
0
7
9 2288 2297 8 337 345 0 7
7
18
TOTAL
Sumber: Data Referensi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
SPS
S
JML
4
4
42
136
314
316
217
1029
43
138
319
319
224
1047
total
16
309
652
812
1006
901
3696
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah PAUD yang tersebar
di Jakarta Selatan paling banyak diantara kota lain di DKI Jakarta, namun jika dilihat
dari jumlah penduduk usia 2-6 tahun, jumlah penduduk terbesar berada di Jakarta
Timur dan Jakarta Barat, namun jumlah PAUD di daerah tersebut sangat sedikit. Hal
ini mengakibatkan, masih banyak anak usia dini di daerah Jakarta Barat dan Timur
belum terlayani untuk memperoleh pendidikan.
Setelah memperoleh data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sarana
pendidikan untuk anak usia dini masih sangat dibutuhkan di DKI Jakarta, khususnya
Jakarta Barat. Untuk mengoptimalkan Pusat Pendidikan Anak Usia Dini, penulis
menggunakan konsep Arsitektur Berwawasan Perilaku dengan memperhatikan
perilaku anak usia 2-6 tahun untuk mendukung perkembangan otak dan
pembentukan perilaku anak di masa depan. Dengan dasar tesebut, perlu diperhatikan
perancangan interior ruang pembelajaran anak yang mendukung konsep tersebut.
Karakteristik perkembangan anak menjadi acuan yang akurat untuk menetukan
penggunaan elemen warna untuk meningkatkan minat belajar anak, pengaturan
pencahayaan yang memadai, penataan sirkulasi, penataan perabot yang aman bagi
aktifitas pembelajaran anak hingga pengaturan posisi perabot sesuai dengan
kebutuhan anak untuk menambah tingkat kemandirian anak tanpa bantuan orang tua
ataupun pengasuh.
3
Pada sebagian besar Pusat Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia kurang
memperhatikan penataan interior ruangnya. Hal ini mengakibatkan, proses
perkembangan anak menjadi terhambat karena membuat anak menjadi bergantung
pada orang dewasa disekitarnya. Anak menjadi kesulitan mencapai obyek yang
diinginkan yang diletakkan ditempat yang tinggi. Selain itu juga perlu diperhatikan
tingkat keamanan perabotan yang akan sering digunakan oleh anak-anak pada saat
proses belajar, mulai dari penggunaan bahan material, hasil finishing, hingga bentuk
perabotan itu sendiri.
Dari semua uraian diatas, maka keberadaan Pusat Pendidikan Anak Usia Dini
perlu ditingkatkan untuk mengoptimalkan Pendidikan Anak Usia Dini di Jakarta,
namun dengan memperhatikan perilaku anak sehingga perancangan ruang menjadi
optimal yang sesuai dengan kebutuhan dan pencapaian anak usia 2-6 tahun untuk
meningkatkan kemandirian anak sehingga tidak bergantung pada orang dewasa
disekitarnya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari pemikiran dan latar belakang tersebut di atas, beberapa hal
menarik untuk dikaji antara lain :
1. Bagaimana perancangan interior ruang yang sesuai dengan perilaku anak dalam
masa perkembangannya?
2. Bagaimana merancang sebuah lingkup lingkungan pendidikan yang sesuai
dengan standarisasi untuk Pusat Pendidikan Anak Usia Dini?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengkaji perilaku anak usia dini sebagai acuan untuk merancang interior ruang
Pusat Pendidikan Anak Usia Dini.
2. Membuat suatu lingkup lingkungan pendidikan yang dapat mewadahi perilaku
anak usia dini dalam proses perkembangannya.
1.4
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup kajian menggunakan pendekatan aspek fungsional. Dasar
pendekatanfungsional bertitik tolak pada faktor-faktor sebagai berikut :
4
1. Pelaku Kegiatan
Pada PAUD terbagi dalam 3 macam pelaku kegiatan yaitu:
1. Siswa-siswi
a. Berdasarkan jenis kelamin: Perempuan dan Laki-laki
b. Berdasarkan usia : 2-4 tahun dan 4-6 tahun.
2. Staf karyawan
a. Tenaga Pendidik
b. Administrasi, Teknisi (mechanical engineering), cleaning service dan
Keamanan.
3. Tamu / Pengunjung
a. Kerabat Siswa-siswi
b. Tamu Pengelola
2.
Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Kegiatan Utama
a. Belajar-Mengajar
2. Kegiatan Pendukung
a. Bermain
b. Administrasi
c. Olahraga
d. Buang Air Kecil dan Air Besar
e. Makan Siang
3.
Proses Aktivitas
Berisikan tentang alur kegiatan pelaku kegiatan sejak datang hingga pulang
dalam 1 (satu) hari. Hal ini diperlukan untuk menentukan susunan pola ruang
untuk memudahkan pencapaian suatu ruang sehingga kegiatan dapat
berlangsung efektif.
4.
Jenis Fasilitas
Jenis fasilitas ditentukan berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan oleh pelaku
kegiatan.
5.
Kapasitas dan Besaran Ruang
Besaran ruang ditentukan berdasarkan kebutuhan ruang untuk kegiatan belajarmengajar, kegiatan penunjang pendidikan, kegiatan pengelola dan administrasi,
5
serta kegiatan servis dan pelengkap. Kapasitas dan besaran ruang selanjutnya
akan dijabarkan dalam bentuk tabel program ruang.
Pendekatan fungsional betujuan untuk menciptakan wadah yang fungsional dan
efektif untuk menampung semua kegiatan dan persyaratan bangunan.
Kajian proyek akan dibatasi pada fungsi Preschool dan Kindergarten, dengan
pertimbangan bahwa anak usia 0-18 bulan belum terlalu membutuhkan sarana
pendidikan diluar rumah. Anak usia 0-18 bulan masih mengalami proses adaptasi
dalam lingkup keluarga. Pada usia 2-6 tahun, anak mulai bisa bersosialisasi dan
beradaptasi ke lingkungan luar selain keluarga.
Lokasi
Proyek ini berlokasi di Jl. Pedongkelan no.35, Cengkareng, Jakarta Barat
11730. Lokasi ini masih berupa tanah kosong yang terletak di sekitar komplek ruko
dan perumahan. Lokasi memiliki luas ± 3500 m².
Gambar 1 Peta Lokasi Proyek
Sumber : Google Maps, Diakses Tanggal 03 Agustus 2015 pukul 17.55
Dalam memilih lokasi, ada beberapa aspek yang diperhitungkan seperti
sasaran pengguna (anak usia 2-6 tahun), lingkungan sekitar, dan jumlah PAUD yang
tersedia disekitar lokasi masih sangat kurang. Jumlah sarana pendidikan PAUD di
daerah ini tidak dapat memenuhi pertumbuhan penduduk usia 2-6 tahun di
Kecamatan Cengkareng, sehingga penulis memilih 2 lokasi yang dinilai sesuai untuk
pembangunan sekolah. Lokasi pertama di Jl. Pedongkelan dan lokasi kedua di Jl.
Kalibaru Timur.
6
Dari kedua lokasi tersebut dilakukan perbandingan kekurangan dan kelebihan
masing-masing lokasi yang dijabarkan lebih lanjut pada tabel berikut.
Tabel 3 Perbandingan Pemilihan Lokasi Proyek
Kelebihan
Kekurangan
 berada dikawasan
perumahan baru dan ruko
 kategori keluarga
menengah keatas
 terdapat banyak keluarga
muda
 berada dikawasan
perumahan penduduk di
sebelah Timur lokasi
Jl. Pedongkelan
Jl. Kalibaru Timur
 lingkungan yang tidak terlalu
ramai karena merupakan
kawasan yang sedang
berkembang
 berada di lingkungan
kawasan kumuh (menengah
ke bawah)
 lingkungan yang sepi
(berada di pinggir jalan yang
dekat dengan gudang)
 lingkungan tidak ramah anak
Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Berdasarkan pertimbangan pada tabel tersebut diatas, maka penulis memilih
lokasi pertama sebagai lokasi proyek ini.
Selanjutnya dari data yang diperoleh, terlihat bahwa penduduk usia 2-6 tahun
di Jakarta Barat lebih banyak dibandingkan di daerah Jakarta lainnya setelah Jakarta
Timur. Namun di Jakarta Timur sudah memiliki banyak Pusat Pendidikan Anak Usia
Dini.
Diantara beberapa Kecamatan di Jakarta Barat, Kecamatan Cengkareng
memiliki jumlah penduduk usia 2-6 tahun yang paling banyak, namun masih
kekurangan sarana pendidikan untuk usia dini. Selain itu, Kecamatan Cengkareng
merupakan daerah yang sedang berkembang.
Tabel 4 Jumlah Penduduk Usia 2-6 tahun di Jakarta Barat
no
1
2
4
5
6
7
8
Kecamatan
Jenis Kelamin
L
P
Jumlah
Kembangan
12.716
11.875
24.591
Kebon Jeruk
14.323
13.572
25.672
Grogol Petamburan
7.820
7.308
15.128
Tambora
8.832
8.396
17.228
Taman Sari
3.824
3.451
7.275
Cengkareng
25.218
23.997
49.215
Kali Deres
19.599
18.600
38.199
100.677
95.041
195.718
TOTAL
Sumber: Badan Pusat Statistik
7
Batas-batas site :
-
Sebelah utara
: komplek perumahan dan ruko
-
Sebelah selatan
: tanah kosong
-
Sebelah barat
: komplek ruko
-
Sebelah timur
: tanah kosong
Gambar 2 Tampak Utara Site
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3 Tampak Barat Site
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4 Tampak Timur Dan Selatan Site
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada Ladybird Preschool & Kindergarten untuk
melihat perilaku siswa-siswi dalam beraktivitas menurut kelompok usianya dengan
berdasar pada teori karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak. Lokasi
penelitian dilakukan di Ladybird Preschool & Kindergarten dengan pertimbangan
bahwa lokasi sekolah ini berada satu area dengan lokasi tapak sehingga diharapkan
hasil observasi terhadap perilaku anak yang menjadi responden lebih akurat
dibandingkan jika memilih sekolah lain untuk dijadikan sasaran observasi. Selain itu,
sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan kurikulum
8
internasional sehingga pembelajaran yag diterapkan sudah disesuaikan dengan
pembelajaran preschool dan kindergarten di negara lain.
Pada proses penelitian, batasan pengamatan akan dibatasi pada :
a. Jumlah siswa-siswi
b. Perilaku anak dalam beraktivitas
c. Fasilitas yang dibutuhkan
d. Flow activity yang terjadi di sebuah Pusat Pendidikan Anak Usia Dini
e. Pembagian ruang dan kebutuhan ruang yang diperlukan dalam sebuah Pusat
Pendidikan Anak Usia Dini
Download