2012 perambatan bunyi melalui tulang tengkorak

advertisement
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOLOGI FUNGSI
KEGIATAN 5
PERAMBATAN BUNYI MELALUI TULANG TENGKORAK
Disusun oleh:
Nama
: Atik Kurniawati
NIM
: 11708251025
Kelompok
: 5
PRODI PENDIDIKAN SAINS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
PERAMBATAN BUNYI MELALUI TULANG TENGKORAK
I. Latar Belakang
Mendengar adalah aktifitas menangkap gelombang bunyi dari suatu
sumber. Organ yang menjadi alat pendengar adalah telinga. Telinga berfungsi
mengubah gelombang suara menjadi impuls yang kemudian akan dijalarkan ke
pusat
pendengaran di otak.
Walaupun
mekanisme
mendengar
tidak dapat
mencakup seluruh gelombang bunyi, namun keterbatasan ini tidak merupakan
hambatan bagi seseorang untuk dapat menanggapi berbagai macam bunyi yang
berasal dari lingkungannya, salah satunya adalah suara garpu tala.
Oleh karena telinga dalam yaitu koklea tertanam pada kavitas (cekungan
tulang) dalam os temporalis yang disebut labirin tulang, getaran seluruh tulang
tengkorak dapat menyebabkan getaran cairan pada koklea itu sendiri. Oleh karena
itu, pada kondisi yang memungkinkan garpu tala jika diletakkan pada setiap
protuberonsia tulang tengkorak dan prosessus mastoideus dapat menyebabkan
telinga mendengar getaran suara (Syaifuddin, 2009: 233).
Percobaan kali ini membuktikan bagaimana telinga dapat mendengar
getaran suara hasil perambatan bunyi melalui tulang tengkorak. Faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi proses mendengar ini. Selain itu, juga melakukan tes
pendengaran. Telinga dapat mengalami kehilangan kemampuannya untuk
mendengar getaran suara. Untuk mengetahui kondisi telinga apakah mengalami
gangguan pendengaran/tuli dapat dengan melakukan tes pendengaran, yaitu garpu
tala, tes Rinne, dan tes Webber.
II. Tujuan Praktikum
1. Tujuan kegiatan
a. Memahami
perambatan
bunyi
melalui
tulang
tengkorak
dengan
menggunakan garpu tala.
b. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi melalui
tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.
1 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
2. Kompetensi khusus
a. Menerangkan mekanisme perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
dengan menggunakan garpu tala.
b. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi melalui
tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.
III. Tinjauan Pustaka
Telinga manusia dapat dibagi menjadi tiga bagian. Telinga bagian luar
terdiri atas daun telinga dan saluran auditoris, yang mengumpulkan gelombang
suara dan menyalurkan ke membrane timpanik/ gendang teling yang memisahkan
telinga luar dan telinga bagian tengah. Di dalam telinga bagian dalam getaran
dihantarkan melalui tiga osikel (tulang kecil) -maleus, inkus, dan sanggurdi- ke
telingan dalam lewat jendela oval, suatu membrane di bawah sanggurdi. Telinga
bagian dalam membuka ke dalam saluran eustachius, yang berhubungan dengan
faring. Telinga bagian ini terdiri dari suatu labirin saluran di dalam tulang
tengkorak (tulang temporal). Saluran ini dilapisi oleh membran dan mengandung
cairan yang bergerak sebagai respon terhadap suara atau pergerakan kepala.
Bagian telinga bagian dalam yang terlibat dalam pendengaran merupakan sebuah
organ berpilin yang rumit yang dikenal sebagai koklea. Di dalamnya terdapat
organ Corti yang mengandung sel reseptor telinga yang sesungguhnya, yaitu selsel rambut. Neuron sensoris bersinapsis dengan sel-sel rambut. Neuron berfungsi
membawa sensasi ke otak melalui saraf auditoris (Campbell dkk., 2004: 245-246).
Telingan mentransduksi (mengubah dasar genetik energi) energi
gelombang suara ke bentuk impuls saraf yang diantarkan ke sistem pusat
pendengaran di amna suara diterjemahkan. Suara dihasilkan oleh benda yang
bergetar dalam medium fisik (udara, air, dan benda padat) dan tidak dapat melalui
ruang hampa. Telinga manusia dapat mendengar frekuensi 20-20.000 Hz
(Syaifuddin, 2009: 234).
Oleh karena telinga dalam yaitu koklea tertanam pada kavitas (cekungan
tulang) dalam os temporalis yang disebut labirin tulang, getaran seluruh tulang
tengkorak dapat menyebabkan getaran cairan pada koklea itu sendiri. Oleh karena
2 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
itu, pada kondisi yang memungkinkan garpu tala jika diletakkan pada setiap
protuberonsia tulang tengkorak dan prosessus mastoideus dapat menyebabkan
telinga mendengar getaran suara (Syaifuddin, 2009: 233).
Telinga dapat mengalami kehilangan kemampuannya untuk mendengar
getaran suara. Hilang pendegaran atau tuli dapat dibedakan atas dua macam yaitu
hilang pendengaran karena konduksi (tuli konduksi)
dan
hilang
pendengaran
karena syaraf (tuli syaraf atau persepsi).
1. Tuli konduksi terjadi karena vibrasi/getaran suara tidak mencapai telinga
bagian tengah. Tuli semacam ini sifatnya hanya sementara oleh karena adanya
malam (wax/serumen) ataupun cairan di dalam telinga tengah. Apabila tuli
konduksi
tidak dapat
pulih kembali,
maka
penderita
diatasi
dengan
menggunakan alat bantu pendengaran (hearing aid).Tuli konduktif disebabkan
kelainan di telinga luar atau telinga tengah. Kelainan telinga luar yang
menyebabkan tuli konduktif adalah otalgia, atresia liang telinga, sumbatan oleh
serumen, otitis eksterna sirkum skripta, otitis eksterna maligna, dan osteoma
liang telinga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah
sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanisklerosia,
hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran.
2. Tuli sensorineural terbagi atas tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Tuli
sensorineural koklea disebabkan aplasia, labirintitis, intoksikasi obat ototaksik
atau alkohol. Dapat juga disebabkan tuli mendadak, trauma kapitis, trauma
akustik dan
pemaparan bising.tuli sensorineural retrokoklea disebabkan
neoroma akustik, tumor sudut pons serebellum, mieloma multipel, cedera otak,
perdarahan otak, dan kelainan otak lainnya. Tuli syaraf terjadi karena hanya
sebagian kecil frekuensi bunyi atau seluruh frekuensi bunyi yang tidak
didengar. Tuli syaraf ini sampai sekarang belum bisa diobati sehingga
dikategorikan sebagai tuli permanen (Anonim, 2012).
Untuk
mengetahui
kondisi
telinga
apakah
mengalami
gangguan
pendengaran/tuli dapat dengan melakukan tes pendengaran, yaitu ter garpu tala,
tes Rinne, dan tes Webber.
3 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
1. Tes Rinne. Tes Rinne ini dilakukan untuk membandingkan konduksi bunyi
melalui tulang dengan konveksi bunyi melalui udara. Caranya, yaitu salah
satu garpu tala seperti yang disebutkan di atas (misalnya C128) digetarkan
kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus (di belakang telinga), setelah
tidak terdengar getaran lagi, garpu tala dipindahakan ke depan lubang telinga.
Tanyakan pada
penderita
apakah
masih terdengar
getaran
tersebut?
Menurut Gabriel (1996: 87) mengatakan bahwa dalam keadaan normal
konduksi bunyi/suara melalui udara 85-90 detik dan konduksi melalui udara
45 detik. Tes Rinne positif, (Rinne +) berarti pendengaran penderita baik,
pada penderita tuli konduksi maupun tuli syaraf. Sedangkan tes Rinne negatif
(Rinne - ) berarti pada penderita tuli konduksi selang waktu konduksi tulang
mungkin sama atau lebih lama. Ada 3 interpretasi dari hasil tes Rinne yang
kita lakukan, yaitu :
a. Normal. Jika tes Rinne positif.
b. Tuli konduktif. Jika tes Rinne negatif.
c. Tuli sensorineural. Jika tes Rinne positif.
Interpretasi tes Rinne dapat false Rinne baik pseudo positif dan pseudo
negatif. Hal ini dapat terjadi manakala telinga pasien yang tidak kita tes
menangkap bunyi garpu tala karena telinga tersebut pendengarannya jauh
lebih baik daripada telinga pasien yang kita periksa.
3. Tes Webber. Tes ini dilakukan dengan menggetarkan garpu tala, kemudian
diletakan pada vertex dahi/puncak kepala. Pada penderita tuli konduksi
(penyebab wax atau otitis media) akan terdengar bunyi nyaring/terang pada
telinga yang sakit. Misalnya pada telinga kiri terdengar bunyi nyaring (makin
keras) maka disebut Weber laterisasi ke kiri. Begitupun jika telinga kanan sakit
maka weber laterisasi ke kanan (Anonim, 2012). Ada 3 interpretasi dari hasil
tes Weber yang kita lakukan, yaitu :
a. Normal. Jika tidak ada lateralisasi.
b. Tuli konduktif. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit.
c. Tuli sensorineural. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang
sehat.
4 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
IV. Metode Praktikum
1. Jenis kegiatan
: Observasi
2. Obyek pengamatan : Naracoba
3. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:
a. Garpu tala 112 – 870 Hz
b. Arloji/jam tangan yang bersuara
c. Mistar
d. Stopwatch
4. Prosedur kerja Tes Pendengaran I
a. Menutup telinga kanan dengan kapas dan memejamkan kedua mata (ditutup
dengan kain)
b. Penguji memposisikan jam tangan di dekat telinga kiri naracoba. Perlahanperlahan, penguji menjauhkan sampai naracoba tidak mendengar lagi suara
arloji. Penguji mengukur dan mencatat jarak antara arloji dengan telinga kiri
naracoba. Kemudian perlahan-lahan penguji mendekatkan lagi arloji sampai
naracoba mendengar lagi suaranya. Penguji mengukur dan mencatat jarak
antara arloji dengan telinga kiri naracoba.
c. Mengulangi percobaan point b sampai lima kali
d. Melakukan cara yang sama untuk telinga kanan (dengan menutup telinga
kiri menggunakan kapas)
e. Membandingkan hasil percobaan antara telinga kanan dan telinga kiri
5. Percobaan Rinne (ketajaman pendengaran dengan menggunakan garpu tala)
a. Penguji menggetarkan garpu tala dan meletakkan di puncak kepala
naracoba. Mula-mula akan terdengar suara garpu tala tersebut keras dan
semakin lama semakin lemah, hingga tidak terdengar lagi. Mencatat waktu
antara terdengar sampai tidak terdengar suara lagi.
b. Ketika tidak terdengar suara tersebut, penguji memindahkan garpu tala ke
dekat telinga atau lubang telinga kanan naracoba. Dengan pemindahan letak
itu, naracoba akan mendengar suara garpu tala lagi. Mencatat waktu antara
5 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
naracoba mendengar sampai tidak mendengar lagi suara garpu tala di dekat
telinga atau lubang telinga kanan.
c. Melakukan percobaan tersebut untuk telinga kiri dan juga mengulangi
percobaan tersebut sebanyak lima kali.
d. Mencatat frekuensi garpu tala yang digunakan dan hasil percobaan.
e. Membandingkan hasil percobaan antara telinga kanan dan telinga kiri
6. Percobaan Webber (lateralisasi)
a. Penguji meletakkan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan di puncak
kepala naracoba.
b. Naracoba menutup salah satu lubang telinga luarnya
c. Penguji menanyakan kepada naracoba pada telinga mana suara garpu tlaa
tersebut terdengar lebih keras.
d. Melakukan percobaan yang sama pada telinga lainnya
e. Membandingkan hasil yang diperoleh untuk kedua telinga
f. Mengambil kesimpulan dari hasil percobaan tersebut, apakah seseorang
tersebut tuli atau tidak.
6 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
V. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
a. Percobaan I ( percobaan dengan arloji)
Data uji pendengaran ini merupakan data jarak terjauh naracoba masih
bisa mendengar suara arloji. Tabulasi data adalah sebagai berikut:
Nama
Rio CH
Atik
Isnaeni
Ari H
Ahmad Zaqi Z
Yuliana Kopong
Sri Wahyuni
Cahya Imawati
F. Yudha C.
Agung
Iyoh
Nanik
Adria U.
Dian S
Kholil
Ike
Fira
Ummy
Eka
Dian Ida Lestari
Rini Pambudhi B
Nayla
Hidayat
Jumlah
Rata-rata
Telinga Kanan
dijauhkan
didekatkan
93.6
78.4
34.8
33.2
54.8
54.4
13
15.2
83.6
73.2
75.4
54.6
47
44.6
48
31.4
47.4
46.6
87.6
64.4
168.4
113.2
90.4
47.8
186.8
116
65.6
38.8
92
86.4
107.8
116.2
58.6
62
81.8
74
312.2
114.4
45.2
44.2
31.4
34.4
61.6
65.2
105
117.4
9960
7630
86.6087
66.3478
7 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
Telinga Kiri
dijauhkan didekatkan
123.8
120.2
36.2
37.4
55.4
55.4
40.8
27.8
68
60.6
27.6
21.8
45.4
37.8
46
37.8
72
65.2
75.8
66
86
63.2
98
53.6
173.4
102.3
54.1
35.2
110.2
100
89.8
107.2
61.8
56.2
72
71.4
115.2
122
35
32.6
50.6
48.4
45.8
43.4
160.4
226.8
8716.5
7961.5
75.7956
69.2304
b. Percobaan Rinne
Data uji ini merupakan waktu terakhir naracoba mulai tidak mendengar
suara pada garpu tala. Tabulasi data hasil uji Rinne adalah sebagai berikut:
Nama
Telinga Kanan
Telinga Kiri
di kepala
di telinga
di kepala
di telinga
Rio CH
9.8
3.4
12.4
6.6
Atik
6.6
7
6.2
6
Isnaeni
6.4
13.4
5.8
6.6
Ari H
13
2.2
13.2
2.2
Ahmad Zaqi Z
5.2
4.2
6.6
3.6
Yuliana Kopong
9.4
5.6
11
12
Sri Wahyuni
12.8
4
14.2
10.8
Cahya Imawati
7.6
3.4
6.2
3
F. Yudha C.
10
10.2
9.6
16.8
Agung
14.4
13.4
16
14.6
Iyoh
10.2
8.6
9.4
9.6
Nanik
9.2
9.2
10.2
12.4
3
13.2
2.2
17.8
Dian S
0.8
15.8
1.4
8
Kholil
17.2
35.8
19
35.2
Ike
18.6
33
25.2
40.8
Fira
18.4
36.6
17.2
32.6
Ummy
13.2
23
15.4
18.2
Eka
12.2
29
8.8
22.6
Dian Ida Lestari
4.4
16.5
4.64
17.6
Rini Pambudhi B
3.86
16.66
4
14.88
Nayla
1.56
23.8
2.08
18.28
Hidayat
5.24
20.4
4.1
21.14
Jumlah
1065.3
1741.8
1124.1
1756.5
Rata-rata
9.2635
15.1461
9.7748
15.2739
Adria U.
8 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
c. Percobaan Webber
Data uji ini adalah telinga yang mendengar suara garpu tala ketika salah
satu telinga ditutup. Tabulasi data hasil pengujian adalah sebagai berikut:
No.
Nama
Telinga Kiri ditutup
Telinga Kanan ditutup
1
Atik
kanan
kiri
2
Isnaeni
kanan
kiri
3
Rio CH
kanan
kiri
4
Ari H
kanan
kiri
5
Ahmad Zaqi Z
lebih keras
lebih keras
6
Yuliana Kopong
lebih keras
lebih keras
7
Sri Wahyuni
lebih keras
lebih keras
8
Cahya Imawati
lebih keras
lebih keras
9
F. Yudha C.
lebih keras
lebih keras
10
Agung
lebih keras
lebih keras
11
Iyoh
lebih keras
lebih keras
12
Nanik
lebih keras
lebih keras
13
Adria U.
lebih keras
lebih keras
14
Dian S
lebih keras
-
15
Kholil
lebih keras
lebih keras
16
Ike
lebih keras
lebih keras
17
Fira
lebih keras
lebih keras
18
Ummy
lebih keras
lebih keras
19
Eka
lebih keras
lebih keras
20
Dian Ida Lestari
lebih jelas telinga kanan
lebih jelas telinga kiri
21
Rini Pambudhi B
lebih jelas telinga kanan
lebih jelas telinga kiri
22
Nayla
lebih jelas telinga kanan
lebih jelas telinga kiri
23
Hidayat
lebih jelas telinga kanan
lebih jelas telinga kiri
9 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
2. Pembahasan
Kegiatan dalam praktikum kali ini adalah uji pendengaran. Pengujian
dilakukan untuk memahami perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
dengan menggunakan garpu tala dan untuk menerangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi
perambatan
bunyi
melalui
tulang
tengkorak
dengan
menggunakan garpu tala. Uji pendengaran ini terdiri dari 3 percobaan, yaitu tes
pendengaran (titik terjauh masih bisa mendengar), tes Rinne, dan percobaan
Webber.
Tes pendengaran I adalah pengujian titik terjauh telinga mulai mendengar
(arloji didekatkan) dan mulai tidak mendengar (arloji dijauhkan) suara jam
arloji. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, rata-rata jarak terjauh
telinga kanan mulai tidak mendengar suara arloji sebesar 86.6087 cm dan
mulai mendengar kembali ketika arloji didekatkan adalah pada jarak 66.3478
cm. Sedangkan pengujian untuk telinga kanan tercatat titik 75.7956 cm adalah
titik dimana telinga sudah tidak mendengar suara arloji lagi dan 69.2304 cm
adalah titik dimana telinga mulai mendengar suara arloji ketika arloji
didekatkan ke arah naracoba.
Uji pendengaran yang kedua adalah Percobaan Rinne. Percobaan ini
menguji kemampuan pendengaran dengan medium tulang dan syaraf,
untuk membandingkan konduksi bunyi melalui tulang dengan konveksi bunyi
melalui udara. Data berupa catatan waktu telinga mulai tidak mendengar suara
pada garpu tala yang digunakan.
Percobaan rinne, pada saat probandus tidak mendengar suara garputala,
penguji dengan segera memindahkan garputala itu, ke dekat telinga kanan.
Dengan pemindahan garputala itu, maka ada dua kemungkinan yang bisa
diperoleh: probandus akan mendengar garpu tala lagi, disebut Tes Rinne
Positif. Kemungkinan yang kedua adalah probandus tidak mendengar suara
garpu tala lagi, disebut Tes Rinne Negatif.
Bila garputala digetarkan, maka getaran melalui udara dapat didengar dua
kali lebih lama dibandingkan melalui tulang. Normal getaran melalui tulang
10 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
dapat didengar selama 70 detik, maka getaran melalui udara dapat didengar
selama 40 detik.
Perbedaan waktu mendengar antara ketika garpu tala diletakkan di puncak
kepala dan di dekat telinga menunjukkan ada tidaknya transmisi suara melalui
tulang. Jika suara garpu tala terdengar lebih lama ketika diletakkan di puncak
kepala berarti terjadi mekanisme transmisi suara melalui tulang.
Data yang tercatat hasil percobaan Rinne ini bervariasi. Rata-rata waktu
yang tercatat naracoba tidak mendengar suara garpu tala yang diletakkan di
puncak kepala adalah 9.2635 detik dan lama suara garpu tala masih terdengar
ketika diletakkan dekat telinga atau lubang telinga kanan naracoba adalah
15.1461 detik. Sedangkan untuk pengujian telinga kanan, naracoba tidak
mendengar suara garpu tala yang diletakkan di puncak kepala pada 9.7748
detik dan waktu yang igunakan telinga masih mendengar suara garpu tala yang
diletakkan di dekat telinga atau lubang telinga kanan naracoba adalah 15.2739
detik.
Hasil percobaan ini pada semua naracoba adalah Rinne positif, dimana
naracoba masih bisa mendengar suara garpu tala ketika garpu tala diletakkan di
dekat telinga atau lubang telinga kanan naracoba. Selain itu, data rata-rata
tersebut menunjukkan suara garpu tala terdengar lebih lama ketika garpu tala
diletakkan dekat telinga atau lubang telinga naracoba, baik telinga kanan
maupun telinga kiri.
Uji yang ketiga adalah Percobaan Webber. Percobaan ini untuk
menentukan sumber bunyi dan hasilnya untuk menguji ada tidaknya lateralisasi
pada
salah
satu
atau
kedua
telinga.
Pada penderita
tuli
konduksi
(penyebab wax atau otitis media) akan terdengar bunyi nyaring/terang pada
telinga yang sakit. Misalnya pada telinga kiri terdengar bunyi nyaring (makin
keras) maka disebut Webber laterisasi ke kiri. Begitupun jika telinga kanan
sakit maka webber laterisasi ke kanan. Sedangkan pada penderita tuli persepsi
atau saraf, getaran garpu tala terdengar lebih keras pada telinga normal.
Hasil Percobaan Webber menunjukkan telinga yang mendengar suara pada
garpu tala adalah telinga yang terbuka. Kalau yang ditutup adalah telinga
11 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
kanan, semua naracoba menyatakan suara garpu tala terdengar lebih keras pada
telinga kiri yang terbuka. Dan sebaliknya, telinga kiri yang ditutup, suara garpu
tala terdengar jelas pada telinga kanan yang tidak ditutup. Tetapi ada satu
naracoba, Dian, yang tidak mendengar suara garpu tala ketika telinga kanan
yang ditutup. Sehingga naracoba tidak mengalami lateralisasi karena pada
telinga yang ditutup suara garputala tidak terdengar lebih keras dari pada
telinga yang terbuka.
Ide penelitian yang dapat dikembangkan berdasarkan praktikum ini adalah
pengaruh lingkungan kerja (tenang, sedang, bising) terhadap ketajaman
pendengaran seseorang,
12 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
VI. Simpulan Praktikum
Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Perambatan bunyi tidak hanya mellaui syaraf saja, tetapi bisa melalui tulang.
Ini disebabkan yaitu karena tertanamnya kokhlea dalam labirin tulang pada
kavitas tulang belakang.
2.
Hasil tes pendengaran I menunjukkan rata-rata jarak terjauh telinga kanan
mulai tidak mendengar suara arloji sebesar 86.6087 cm dan mulai mendengar
kembali ketika arloji didekatkan adalah pada jarak 66.3478 cm. Sedangkan
pengujian untuk telinga kanan tercatat titik 75.7956 cm adalah titik dimana
telinga sudah tidak mendengar suara arloji lagi dan 69.2304 cm adalah titik
dimana telinga mulai mendengar suara arloji ketika arloji didekatkan ke arah
naracoba.
3.
Hasil percobaan Rinne semua naracoba adalah Rinne positif, dimana
naracoba masih bisa mendengar suara garpu tala ketika garpu tala diletakkan
di dekat telinga atau lubang telinga kanan naracoba.
4.
Hasil percobaan Webber adalah naracoba tidak mengalami lateralisasi karena
pada telinga yang ditutup suara garputala tidak terdengar lebih keras dari pada
telinga yang terbuka.
13 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Kegiatan 5, perambatan bunyi melalui tulang tengkorak. Diambil
pada
tanggal
5
Juni
2012
dari
http://dc404.4shared.com/doc/_FtJEczM/preview.html.
Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi, Edisi KelimaJilid 3. (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga. (Buku asli
diterbitkan tahun 1999).
Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk Praktikum Biologi. Yogyakarta: Prodi
PSn PPs UNY.
Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
14 | Keg.5 Perambatan Bunyi melalui Tulang Tengkorak
Download