Panduan Skills Lab Modul 4.3 Mekanisme Penyakit II dan Infeksi Tropis Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab Pekanbaru 2013/2014 Modul 4.3 Mekanisme Penyakit II dan Infeksi Tropis Panduan Skills Lab Edisi Pertama Copyright®2014 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab Penyusun : May Valzon,dr,MSc Lasiah Susanti, dr, MPH Disain oleh : Medical Education Unit Disain sampul oleh : Medical Education Unit Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa izin dari Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab 2 Daftar Isi Daftar Isi ....................................................................................................................... 3 Deskripsi singkat ...................................................................................................... 4 Daftar keterampilan klinis terkait modul……………………………………….. 5 Topic Tree ..................................................................................................................... 7 Deskripsi pembelajaran skills .……………………………………………………... 8 Penyuluhan dan pembuatan media promosi ……………………………….... 9 Konseling medik…………………………………..…………………………………….... 19 Anamnesis …………………………………………………………………………………. 26 Lampiran pembagian kelompok …………………………………………………… 35 3 Deskripsi singkat Modul 4.3 Mekanisme penyakit dan infeksi tropis terdiri atas 4 submodul, yaitu infeksi tropis, tuberkulosis. Ilmu kesehatan masyarakat, mekanisme penyakit, dan Pembelajaran skills lab pada modul ini fokus pada keterampilan komunikasi yang dijabarkan ke 4 submodul tersebut. Adapun topik pembelajaran skills lab untuk modul ini didominasi promosi kesehatan yang meliputi pembuatan media dan penyuluhan, konseling medik. Selain promosi kesehatan, skills lab modul ini juga mempelajari anamnesis sebagai dasar komunikasi dokter-pasien yang akan dijabarkan kedalam 3 submodul autoimun, mekanisme penyakit dan tuberkulosis. 4 Tabel 1. Daftar keterampilan klinis terkait modul (SKDI, 2012) Jenis pemeriksaan Modul Semester Kesehatan masyarakat/kedokteran pencegahan/kedokteran komunitas Perencanaan dan pelaksanaan, monitoring 4. 2 Mekanisme penyakit 1 dan evaluasi upaya pencegahan dalam dan tumbuh kembang berbagai tingkat pelayanan 4.3 Mekanisme penyakit 2 dan infeksi tropis Mengenali perilaku dan gaya hidup yang membahayakan Memperlihatkan kemampuan pemeriksaan medis di komunitas Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan 4 4.3 Mekanisme penyakit 2 dan infeksi tropis 7.3 Metodologi Penelitian 4 4.3 Mekanisme penyakit 2 dan infeksi tropis Memperlihatkan kemampuan penelitian yang 7.3 Metodologi Penelitian berkaitan dengan lingkungan Memperlihatkan kemampuan perencanaaan, 4.3 Mekanisme penyakit 2 pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi suatu dan infeksi tropis intervensi pencegahan kesehatan primer, sekunder, dan tersier Melaksanakan kegiatan pencegahan spesifik 4. 2 Mekanisme penyakit 1 seperti vaksinasi, pemeriksaan medis berkala dan tumbuh kembang dan dukungan sosial Melakukan pencegahan dan penatalaksanaan 8.1 Elektif, Kesehatan kerja kecelakaan kerja serta merancang program untuk individu, lingkungan, dan institusi kerja Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien 8.1 Elektif, Manajemen Rumah Sakit Melakukan langkah-langkah diagnosis 8.1 Elektif, Kesehatan kerja penyakit akibat kerja dan penanganan pertama di tempat kerja, serta melakukan pelaporan PAK Merencanakan program untuk meningkatkan 4. 2 Mekanisme penyakit 1 kesehatan masyarakat termasuk kesehatan dan tumbuh kembang lingkungan 4.3 Mekanisme penyakit 2 dan infeksi tropis 4 Melaksanakan 6 program dasar Puskesmas: 4. 2 Mekanisme penyakit 1 1)promosi kesehatan, 2) Kesehatan dan tumbuh kembang Lingkungan, 3) KIA termasuk KB, 4) Perbaikan 4.3 Mekanisme penyakit 2 4 7 7 4 4 8 8 8 4 5 gizi masyarakat, 5) Penanggulangan penyakit: dan infeksi tropis imunisasi, ISPA, Diare, TB, Malaria 6) Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan Pembinaan kesehatan usia lanjut 7.2 Gangguan Psikiatri, Geriatri dan Gangguan Gerak Menegakkan diagnosis holistik pasien individu 4. 2 Mekanisme penyakit 1 dan keluarga, dan melakukan terapi dasar dan tumbuh kembang secara holistik 4.3 Mekanisme penyakit 2 dan infeksi tropis Melakukan rehabilitasi medik dasar 7 4 Melakukan rehabilitasi sosial pada individu, 4. 2 Mekanisme penyakit 1 keluarga, dan masyarakat dan tumbuh kembang 4.3 Mekanisme penyakit 2 dan infeksi tropis Melakukan penatalaksanaan komprehensif 4. 2 Mekanisme penyakit 1 pasien, keluarga, dan masyarakat dan tumbuh kembang 4.3 Mekanisme penyakit 2 dan infeksi tropis Supervisi 4 Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan pengendaliannya Mengetahui jenis vaksin beserta · cara penyimpanan · cara distribusi · cara skrining dan konseling pada sasaran · cara pemberian · kontraindikasi efek samping yang mungkin terjadi dan · upaya penanggulangannya Menjelaskan mekanisme pencatatan dan pelaporan Merencanakan, mengelola, monitoring, dan evaluasi asuransi pelayanan kesehatan misalnya BPJS, jamkesmas, jampersal, askes, dll 4. 2 Mekanisme penyakit 1 dan tumbuh kembang 4 4. 2 Mekanisme penyakit 1 dan tumbuh kembang 4 4.3 Mekanisme penyakit 2 dan infeksi tropis 4. 2 Mekanisme penyakit 1 dan tumbuh kembang 4 4 4 6 Topic Tree Skills Lab Modul 4.3 Mekanisme penyakit 2 dan infeksi tropis SUBMODUL IKM PROMOSI KESEHATAN Mediasi Pemberdayaan masyarakat Advokasi Penyuluhan Pembuatan media promosi Keterampilan Komunikasi Konseling medik Anamnesis SUBMODUL INFEKSI TROPIS SUBMODUL MEKANISME PENYAKIT SUBMODUL TUBERKULOSIS 7 Deskripsi pembelajaran skills Sesi I. Penyuluhan dan pembuatan media promosi 1. Kuis (pertanyaan tertulis) 2. Review teori penyuluhan dan pembuatan media promosi 3. Mahasiswa menyiapkan work plan 4. Role play 5. Diskusi Evaluasi/OSCE (minggu 4 modul) : a. Praktik penyuluhan dengan audiens siswa SD/SLTP/SMU b. Pembuatan media promosi poster atau leaflet secara berkelompok Sesi II. Konseling 1. Kuis (pertanyaan tertulis) 2. Review teori konseling 3. Mahasiswa menyiapkan work plan 4. Role play 5. Diskusi Evaluasi/OSCE (minggu 5 modul): Praktik konseling dengan pasien percobaan Sesi III. Anamnesis 1. Kuis (pertanyaan tertulis) 2. Review teori anamnesis 3. Mahasiswa menyiapkan work plan 4. Role play 5. Diskusi Evaluasi/OSCE (minggu 6 modul) : Praktik konseling dengan pasien percobaan 8 PENYULUHAN DAN PEMBUATAN MEDIA PROMOSI Pendahuluan Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community). Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, untuk mencapai kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara menyeluruh maka individu ataupun kelompok masyarakat harus mampu mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasinya, memenuhi kebutuhannya dan mampu berubah atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya ( Ottawa Charter,WHO,1986). Singkatnya, promosi kesehatan bertujuan menggerakkan masyarakat untuk berperilaku preventif dalam masalah kesehatan. Ottawa charter (1986) yang diprakarsai WHO menjadi tonggak dasar promosi kesehatan. Hingga saat ini ada berbagai definisi,strategi, dan kegiatan promosi kesehatan dengan Ottawa charter sebagai dasarnya. Berdasarkan Ottawa charter, ada 3 strategi dasar promosi kesehatan, yaitu advokasi, mediasi dan pemberdayaan masyarakat. Skills lab modul 4.3 akan mempelajari mengenai pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan dan pembuatan media promosi, serta konseling medik. Tujuan pembelajaran 1. Mahasiswa mampu memahami promosi kesehatan, dan penggunaan media yang tepat dalam promosi kesehatan 2. Mahasiswa mampu membuat media promosi kesehatan 3. Mahasiswa mampu melakukan penyuluhan kesehatan Strategi pembelajaran Pembuatan media promosi Role play 9 A. Penyuluhan HL Bloom (1974) mengemukakan sebuah teori mengenai faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Berdasar teori tersebut, kesehatan paling dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku. Strategi yang paling tepat untuk merubah perilaku kesehatan masyarakat proaktif dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan ialah dengan promosi kesehatan. HL Bloom (1908) dalam Notoatmojo (2007) membagi perilaku dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi menjadi pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan/kognitif merupakan domain penting dalam pembentukan perilaku terbuka. Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan terhadap obyek, melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, dengan mencerminkan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek. Sikap masih berupa reaksi tertutup terhadap obyek, sedangkan perilaku berupa reaksi terbuka terhadap obyek. Sehingga dapat disimpulkan, untuk merubah perilaku dapat dimulai dengan merubah pengetahuan yang nantinya akan membentuk sikap. Salah satu cara merubah pengetahuan kesehatan masyarakat yaitu dengan pendidikan kesehatan melalui penginderaan terhadap obyek dengan metode audio visual berupa penyuluhan ataupun dengan menggunakan media promosi. Adapun dimensi intervensi perilaku kesehatan meliputi: 1. perubahan perilaku, perubahan dari perilaku yang tidak kondusif ke yang kondusif bagi kesehatan 2. Pembinaan perilaku, mempertahankan perilaku sehat 3. Pengembangan perilaku, membiasakan hidup sehat bagi anak-anak 10 Tujuan Intervensi Perilaku meliputi: 1. Mengurangi perilaku negatif bagi kesehatan Contoh : mengurangi kebiasaan merokok 2. Mencegah meningkatnya perilaku negatif bagi kesehatan Contoh : mencegah meningkatnya perilaku ‘seks bebas’ 3. Meningkatkan perilaku positif bagi kesehatan Contoh: mendorong kebiasaan olah raga 4. Mencegah menurunnya perilaku positif bagi kesehatan Contoh : mencegah menurunnya perilaku makan kaya serat B. Media promosi kesehatan Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi. Alat peraga harus mudah dimengerti dan ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima. Alat peraga yang digunakan dengan baik dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir dan dapat memperjelas pesan yang disampaikan sehingga lebih mudah dipahami. Tidak hanya itu pesan yang disampaikan akan lebih lama diingat. Alat-alat peraga dapat diklasifikasikan dalam 4 kelompok, yaitu: 1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain : - Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb - Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol - pengawet, dll - Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll 11 2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain. 3. Gambar/media grafis, adalah penyajian visual (menekankan persepsi indera penglihatan) dengan penyajian dua dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, dan sangat bermanfaat dan efektif sebagai media penyampai pesan. Termasuk dalam media grafis seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, spanduk, dll. a. Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar dengan tujuan untuk mempengaruhi sesorang agar tertarik pada sesuatu, atau mempengaruhi agar seseorang bertindak akan sesuatu. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Karena keterbatasan ini, poster lebih cocok diperuntukkan sebagai tindak lanjut dari suatu pesan yang sudah pernah disampaikan. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau foto. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. b. Leaflet, adalah lembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan 12 FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di fotokopi. c. Gambar optik. seperti foto, slide, film, dll - Foto sebagai bahan untuk alat peraga dapat digunakan dalam bentuk album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Misalnya album foto berisi kegiatan-kegiatan suatu desa dalam proses pembangunan jamban sehat. Foto juga dapat berupa dokumentasi lepasan yang ditampilkan sendiri. Dokumen lepasan biasanya hanya menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Foto dapat digunakan dalam pembuatan media grafis seperti poster, leaflet,spanduk,dll - Slide, umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide cukup efektif, karena medianya paling atraktif dan dapat dikombinasi dengan penggunaan gambar optik lain seperti foto dan film. - Film, sama seperti slide digunakan untuk sasaran kelompok. Film juga media yang sangat atraktif bagi semua kalangan. Namun, proses pembuatannya memerlukan biaya yang jauh lebih besar. Tidak hanya itu film juga harus dibuat secara akurat berdasar ilmu medis agar tidak terjadi salah tafsir. Film dapat digabungkan penggunaannya dengan slide untuk media penyuluhan C. Pesan dalam media Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran. Dalam media promosi, pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain, atau untuk menghimbau khalayak sasaran agar mereka menerima dan melaksanakan gagasan kita. Berikut adalah beberapa contoh bentuk himbauan yang disampaikan dalam pesan 1. Himbauan rasional Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional. Isi himbauan biasanya berisikan rasionalisasi sebab akibat jika 13 melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku kesehatan, contohnya: pesan “Datanglah ke posyandu untuk imunisasi anak Anda. Imunisasi melindungi anak dari penyakit berbahaya” 2. Himbauan emosional Kebanyakan perilaku manusia, lebih didasarkan pada emosi daripada hasil pemikiran rasional. Pesan dengan menggunakan imbauan emosional sering lebih berhasil dibanding dengan imbauan rasional. Isi pesan biasanya berupa ancaman jika melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku kesehatan sehingga menimbulkan rasa takut. Contoh pesan: “Merokok dapat menyebabkan kematian, stop merokok sekarang” 3. Himbauan ganjaran Pesan dengan imbauan ganjaran bermaksud membujuk penerima pesan dengan ganjaran yang akan didapat jika melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku kesehatan. Contoh pesan: “Hidup sehat tanpa rokok” 4. Himbauan motivasional Pesan ini dengan menggunakan bahasa motivasi yang menyentuh kondisi internal diri si penerima pesan. Manusia dapat digerakkan lewat dorongan kebutuhan biologis seperti lapar, haus, keselamatan, tetapi juga lewat dorongan psikologis seperti kasih sayang, keagamaan, prestasi, dll. Contoh pesan: “Tetap sehat saat puasa dengan konsumsi gizi seimbang saat berbuka dan sahur” Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan yang disampaikan hendaknya memenuhi kriteria berikut: 1. Command attention, kembangkan suatu ide atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut. 2. Clarify the message, pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. 3. Create trust, pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan dapat dilakukan oleh masyarakat 14 4. Communicate a benefit, hasil pesan haruslah memberi keuntungan bagi penerima pesan 5. Consistency, artinya apapun medianya dan berapapun frekuensi penyampaiannya, isi pesan haruslah tetap sama 6. Cater to the heart and head, pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektif tidak hanya sekedar memberi alasan teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata. 7. Call to action, pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khalayak sasaran untuk bertindak sesuatu, memotivasi kearah suatu tindakan. Pembuatan media promosi kesehatan dalam pembelajaran skills lab kali ini meliputi pembuatan media grafis berupa poster dan leaflet. Sedangkan gambar optik akan digunakan dalam penyuluhan. Secara umum perbedaan poster dan leaflet terletak pada jenis dan ukuran wadah, jumlah isi pesan, dan penggunaannya. Poster berukuran besar dan biasanya menggunakan kertas gambar atau kertas tebal yang berisikan pesan singkat untuk kemudian dipajang di tempat umum. Sedangkan leaflet berukuran sedang dan menggunakan lembaran kertas tipis yang biasanya berbentuk lipatan, berisikan beberapa pesan singkat. Secara umum, berikut beberapa panduan dalam pembuatan poster dan leaflet. a. Dibuat dalam tata letak yang menarik, misal besarnya huruf, gambar warna yang mencolok, untuk poster harus dapat dibaca dari jarak 6 meter b. Menggunakan kata yang provokatif, sehingga menarik perhatian c. Isi pesan hendaknya menggugah emosi, misal dengan menggunakan faktor iri, bangga, dll d. Dimensi poster biasa berukuran antara 50X70 cm untuk ukuran besar dan 35X50 cm untuk ukuran kecil e. Dimensi leaflet biasanya berukuran 20 x 30 cm, berisi tulisan 200 – 400 kata f. Isi pesan dapat berupa: - Memberikan peringatan, misalnya tentang peringatan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun setelah berak dan sebelum makan 15 - Memberikan informasi, misalnya tentang pengolahan air di rumah tangga - Memberikan anjuran, misalnya pentingnya mencuci makanan mentah dan buah-buahan dengan air bersih sebelum di makan - Mengingatkan kembali, misalnya cara mencuci tangan yang benar - Memberikan informasi tentang dampak, misalnya informasi tentang dampak membuang sampah sembarangan g. Langkah langkah pembuatan - Pilih subyek yang akan dijadikan topik, misal kesehatan lingkungan, sanitai, PHBS,dll - Pilih satu pesan kesehatan yang terkait, misal efek merokok - Buat head line yang dapat dibaca jelas dari jarak 6 meter untuk poster, untuk leaflet, headline hendaknya mencolok dan berukuran paling besar - Headline mudah dimengerti dan mudah diingat - Buatlah body copy yang menjelaskan dan melengkapi head line dengan ukuran lebih kecil dibanding headline. Untuk poster body copy singkat dan berisikan pesan yang sama dan atau menjelaskan isi headline. Sedangkan untuk leaflet, body copy berisikan pesan pesan yang menjelaskan dan mendukung isi headline - Buatlah ilustrasi yang atraktif baik dari segi warna, bentuk, format dan jenis gambar. Ilustrasi harus berhubungan erat dengan head line, dan terpadu dengan penampilan secara keseluruhan - Jika diinginkan, dapat dicantumkan logo dan identitas pembuat dengan proporsi seimbang dan tidak mengganggu pesan ataupun ilustrasi pendukung h. Warna merupakan salah satu unsur grafis. Warna memiliki makna simbolik dan harus diperhatikan saat pembuatan media. Berikut adalah beberapa contoh makna simbolik warna yang sering digunakan, merah : berani; putih : suci; kuning : kebesaran;hitam : abadi; hijau : harapan 16 Penilaian Keterampilan Penyuluhan Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : No Aspek yang Dinilai Skor 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri 2 : melakukan keduanya dengan sempurna 1 : melakukan keduanya tidak sempurna 0 : tidak melakukan Memberikan pengantar penyuluhan, menjelaskan maksud dan tujuan penyuluhan 2 : melakukan dengan sempurna 1 : melakukan tidak sempurna 0 : tidak melakukan Menjelaskan isi penyuluhan dengan cara menarik 2 : melakukan dengan sempurna 1 : melakukan tidak sempurna 0 : tidak melakukan Meminta umpan balik audiens dan memberikan jawaban dengan baik terhadap pertanyaan dari audiens 2 : melakukan dengan sempurna 1 : melakukan tidak sempurna 0 : tidak melakukan Menyampaikan kesimpulan isi dan materi penyuluhan 2 : melakukan dengan sempurna 1 : melakukan tidak sempurna 0 : tidak melakukan Melakukan penutup dan mengucapkan salam penutup 2 : melakukan dengan sempurna 1 : melakukan tidak sempurna 0 : tidak melakukan Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan serta menunjukkan empati (dinilai terakhir) 1 : melakukan sempurna 0 : tidak melakukan Bahasa yang digunakan mudah dimengerti 2 : melakukan dengan sempurna 1 : melakukan tidak sempurna 0 : tidak melakukan Berbicara jelas dan lancar 2 : melakukan dengan sempurna 1 : melakukan tidak sempurna 0 : tidak melakukan Total Skor : _____ x 100% = % Observer (………………………………..) 17 17 Penilaian Keterampilan pembuatan media promosi (poster/leaflet) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : No Aspek yang Dinilai 0 1 2 3 4 5 Skor 1 2 Isi pesan menarik perhatian: provokatif, menggugah emosi, menggunakan bahasa yang mudah dipahami pembaca 2 : memenuhi 2 kriteria dengan sempurna 1 : memenuhi 2 kriteria namun 0 : tidak melakukan Headline, berukuran lebih besar dibanding body copy, headline menggunakan kalimat yang mudah diingat 2 : memenuhi 2 kriteria 1 : memenuhi 1 kriteria 0 : tidak memenuhi kedua kriteria Body copy berukuran lebih kecil dari headline dan ukurannya proporsional(tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil dibanding headline). Poster: bodycopy berisikan <5 pesan singkat yang mendukung headline* Leaflet: bodycopy berisikan banyak pesan ringkas dan tepat yang mendukung dan menjelaskan headline* 1 : memenuhi 2 kriteria 0 : tidak memenuhi kriteria bertanda * Ilustrasi atraktif, mendukung headline dan isi pesan secara keseluruhan 1 : memenuhi 2 kriteria 0 : ilustrasi atraktif tapi tidak mendukung headline Tata letak menarik: huruf dapat terbaca dengan jelas (untuk poster dapat terbaca dari jarak 6 m), menggunakan warna mencolok namun tetap memperhatikan perpaduan grafis warna secara keseluruhan 2 : memenuhi 2 kriteria 1 : memenuhi 1 kriteria 0 : tidak memenuhi kedua kriteria Total Skor : _____ 9 x 100% = Observer (………………………………….) 18 KONSELING MEDIK Tujuan pembelajaran 1. Mahasiswa mampu memahami proses konseling 2. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi interpersonal 3. Mahasiswa mampu melakukan konseling: a. Mahasiswa mampu melakukan tahap attending dengan proses introduksi yang tepat dan menunjukkan attentive listening dengan baik b. Mahasiswa mampu melakukan exploring berdasarkan keilmuan yang telah didapat c. Mahasiswa mampu menunjukkan understanding terhadap permasalahan pasien tanpa keterlibatan emosi d. Mahasiswa mampu menjadi fasilitator pengambilan keputusan pasien dalam tahap action Strategi pembelajaran Role play Dalam pelaksanaannya konseling sering disalah artikan sebagai menasehati pasien dan sering kali disamakan dengan pendidikan kesehatan bagi pasien. Hal itu tentunya perlu diluruskan. Konseling sendiri sebenarnya suatu bentuk terapi wicara yang memungkinkan pasien untuk berbicara lebih terbuka mengenai masalah yang ia hadapi sehingga lebih memudahkan pasien untuk menentukan solusi yang tepat. Perlu diperhatikan, konselor dalam hal ini dokter, bertugas membantu pasien untuk menentukan solusi yang tepat, bukanlah sebagai pengambil keputusan untuk pasien. Konseling merupakan salah satu bentuk komunikasi dokter pasien yang tergolong sulit pelaksanaannya namun mutlak dimiliki oleh seorang dokter. Konseling medik dilakukan dalam situasi tertentu yang memerlukan diskusi yang mendalam antara petugas kesehatan dengan pasien dan/atau keluarganya agar pasien dan/atau keluarganya dapat menentukan pilihannya. Konseling biasanya dilakukan untuk pasien yang telah jelas diagnosis penyakit 19 ataupun masalah kesehatannya, namun kesulitan dalam menentukan ataupun menjalani solusi masalah tersebut. Biasanya bila pasien dihadapkan pada dua pilihan yang mempunyai keuntungan atau kerugian yang hampir sama. Beberapa contoh keadaan yang memerlukan konseling medik adalah pengambilan keputusan antara menjalani transplantasi ginjal atau meneruskan hemodialisis; pasangan suami istri yang ingin menunda kehamilan dalam menentukan metode kontrasepsi, seseorang yang ingin berhenti merokok, menggunakan narkoba, pasien kanker yang kebingungan untuk memilih kemoterapi atau radioterapi. Pilihan tersebut mempunyai keuntungan dan kelemahan masing-masing. Konselor harus dapat memberikan informasi selengkap-lengkapnya tentang dua altematif tersebut tanpa memberikan preferensinya. Tujuan utama konseling adalah menolong pasien agar mereka dapat : 1. mengembangkan hubungan sedemikian rupa sehingga pasien merasa dimengerti untuk selanjutnya dapat secara jujur dan terbuka mendiskusikan persoalannya, 2. mendapatkan pengertian yang mendalam akan masalah yang mereka hadapi, 3. mendikusikan altematif pemecahan masalah dan menentukan keputusan, 4. merencanakan dan melaksanakan tindakan yang spesifik 5. merasakan perasaan yang berbeda yang membuat mereka lebih tenang dan bahagia. Konseling yang baik terdiri atas dua elemen besar yakni menciptakan hubungan yang bersifat saling mempercayai, serta memberikan dan menerima informasi yang relevan dan akurat untuk menolong pasien membuat keputusan. Hal tersebut dilakukan dengan menunjukkan empati, bersikap sopan dan ramah serta menghormati pasien, termasuk menghargai pendapat pasien yang mungkin berbeda dengan pendapat petugas, serta memberikan informasi yang sederhana, jujur, benar dan lengkap. Dua elemen tersebut amat penting karena akan mempunyai dampak positif terhadap kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, kepatuhan pasien untuk mengikuti petunjuk petugas kesehatan, serta keinginan kembali ke klinik untuk pemeriksaan tindak Ianjut. Pada saat memberikan konseling kepada pasien, baik pasien maupun konselor harus berpartisipasi secara aktif, saling bertukar informasi, mendiskusikan 20 perasaan dan sikap pasien tentang apa yang menjadi masalahnya. Salah satu kunci pokok konseling ialah komunikasi interpersonal yang baik. Komunikasi interpersonal adalah suatu proses dua arah, lingkaran interaktif dimana kedua pihak yang berkomunikasi saling bertukar pesan. Dalam proses tersebut si penerima menginterpretasikan pesan pengirim dan memberikan tanggapan dengan pesan yang baru, atau dengan kata lain komunikasi interpersonal adalah proses tatap muka penyampaian informasi dan saling pengertian antara dua atau lebih orang. Pesan disampaikan secara verbal ataupun non-verbal. Secara umum keterampilan komunikasi dapat dibagi menjadi tiga yakni: 1. Keterampilan melakukan komunikasi verbal, konselor harus dapat memahami pesan yang ingin disampaikan pasien melalui kalimat kalimat yang disampaikan dengan cara mendengarkan. Mendengarkan adalah keterampilan konseling yang cukup rumit. Menurut Lunsteen “mendengarkan adalah the process by which spoken language is converted to meaning in the mind". Definisi yang lain diajukan oleh Steil " Listening is a complex, learned human process of sensing, interpreting, evaluating, storing and responding to oral messages". Mendengarkan tidak hanya sekedar memberikan perhatian penuh kepada seseorang yang berbicara, tetapi juga harus menyadari bahwa orang yang berbicara tersebut melihat apakah kita mendengarkan pembicaraannya. Kemudian konselor haruslah mampu menanggapi dengan bahasa verbal yang dapat dipahami pasien dengan baik pula, dalam hal ini dokter tidak boleh menggunakan terlalu banyak istilah medis. Tak kalah pentingnya ialah penggunaan nada bicara dan intonasi yang tepat, dokter hendaklah berbicara dengan nada dan intonasi yang netral dan tidak terlalu keras. Selain itu sebaiknya dokter meminimalisir penggunaan bahasa daerah, kecuali jika pasien tidak dapat memahami bahasa lain. 2. Keterampilan melakukan komunikasi non-verbal, dalam hal ini konselor hendaknya menunjukkan bahasa tubuh/body language yang mendukung terwujudnya komunikasi interpersonal. Dalam hal ini, untuk memastikan pasien menyadari bahwa konselor terlibat secara aktif dalam komunikasi. Berikut adalah contoh bahasa tubuh yang menunjukkan keterlibatan secara aktif: 21 duduk berhadapan dengan lawan bicara posisi tubuh yang menunjukkan keterbukaan, jangan bersilang lengan atau kaki condongkan tubuh sedikit ke arab lawan bicara lakukan kontak mata dengan lawan bicara secukupnya santai waktu mendengarkan 3. Keterampilan mengamati komunikasi verbal dari non-verbal pasien, artinya konselor harus mampu memahami bahasa tubuh pasien sehingga nantinya mempermudah dalam menanggapi pasien untuk membangun kepercayaan pasien. Ketiga keterampilan tersebut harus dikuasai oleh petugas kesehatan agar ia dapat melakukan konseling dengan baik. Ketiganya dibutuhkan konselor agar dapat menyesuaikan proses konseling dengan kebutuhan dan keadaan pasien dalam membangun kepercayaan pasien terhadap dirinya. Dalam komunikasi, konselor juga harus memperhatikan faktor norma dan budaya setempat untuk menghindari misinterpretasi. Konseling yang efektif akan terjadi bila konselor dapat berpartisipasi secara penuh di dalam komunikasi pasien sehingga ia akan sangat memahami perasaan pasien dan dapat menunjukkan pemahaman tersebut, yang pada akhirnya konselor dapat membantu pasien dalam menentukan solusi dengan memainkan peran sebagai fasilitator. Konseling terdiri atas 4 tahap yakni attending, exploring, understanding dan action. 4. Pada tahap attending, hal pertama yang harus dilakukan konselor ialah introduksi. Konselor hendaklah memperkenalkan dirinya sebagai seorang profesional yang kompeten di bidangnya, dalam hal ini seorang dokter. Walau terkesan remeh, hal ini sangat penting dalam memberikan kesan terhadap image konselor kepada pasien. Image ini penting bagi pasien untuk menentukan apakah konselor dapat ia percaya atau tidak. Selanjutnya, konselor harus menunjukkan keterlibatan (attentive listening) mereka kepada pasien dan siap untuk menyediakan waktu untuk konsultasi. Attentive listening dapat dinilai dengan memperhatikan respon pasien, jika pasien semakin terbuka mengenai masalah yang ia hadapi maka dapat 22 dikatakan attentive listening konselor berjalan dengan baik dan pasien mulai membangun kepercayaan terhadap konselor 5. Tahap kedua adalah exploring (menggali informasi) yang perlu dilakukan setelah konselor dapat membangun kepercayaan pasien terhadap dirinya. Pada tahap ini, konselor harus berusaha untuk mendapatkan pengertian dan pemahaman yang lengkap mengenai keadaan pasien. Keterampilan yang diperIukan oleh konselor untuk dapat melakukan exploring adalah questioning, mempertanyakan hal yang penting untuk membantu memahami permasalahan pasien; reflecting, merefleksikan pemahaman konselor terhadap masalah pasien; dan summarizing menyimpulkan keadaan sementara permasalahan yang dihadapi pasien. Pada tahapan ini, amat penting bagi konselor untuk memiliki pengetahuan yang memadai mengenai masalah kesehatan yang dialami pasien. Sehingga konselor mampu melewati tahapan questioning, reflecting dan summarizing dengan tepat. Tahap ini akan menjadi dasar bagi konselor untuk menjadi fasilitator bagi pasien dalam tahap action. 6. Selanjutnya, tahap understanding dimana konselor harus memahami semua perasaan, masalah, dan pendapat pasien yang dikemukakan pada tahap sebelumnya tanpa ikut mempengaruhi pasien dengan emosinya. Konselor harus menyampaikan pengertian dan pemahamannya kepada pasien. Keterampilan yang penting di sini adalah empati, yaitu konselor menunjukkan bahwa ia melihat sesuatu yang terjadi melalui mata pasien. 7. Tahap yang keempat adalah action. Pada tahap ini pasien diberi kesempatan untuk memahami masalahnya untuk selanjutnya dapat membuat keputusan dibantu oleh konselor sebagai fasilitator. Konselor hendaknya menjelaskan sesuai dengan keilmuan yang ada, berbagai kemungkinan pilihan, serta masing masing keuntungan dan kerugiannya. Pasien kemudian difasilitasi untuk menentukan sendiri tujuan yang akan dicapai serta rencana apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Konseling berakhir jika pasien sudah merasa puas dengan informasi yang ia dapat dan memutuskan sendiri solusi dari permasalahannya. 23 Terkadang pasien belum merasa cukup hanya dengan sekali pertemuan konseling, hingga butuh beberapa kali pertemuan agar ia dapat mengambil keputusan. Disini konselor hendaknya tidak mengakhiri pertemuan hingga pasien merasa puas dengan informasi yang ia dapat walaupun belum menentukan solusi permasalahannya. 24 Nama Mahasiswa Tanggal Pemeriksaan NO Penilaian Konseling Medik : : ASPEK YANG DINILAI 0 SKOR 1 2 Attending 1 Memberi salam dan memperkenalkan diri 2 Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, status) 2 : menanyakan semua items dengan sempurna 1 : menanyakan 3-4 items 0 : menanyakan 1-2 items 3 Menanyakan alasan kedatangan pasien Exploring 4 Konselor menunjukkan attentive listening, dinilai dengan respon pasien yang makin terbuka dalam menyampaikan permasalahannya 5 Menanyakan riwayat permasalahan kesehatan/penyakit yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan/penyakit 2 :menanyakan riwayat yang berhubungan 1 : menanyakan riwayat namun tidak berhubungan 0 :tidak dilakukan 6 Merefleksikan, menunjukkan pemahaman terhadap permasalahan yang dihadapi pasien dan menyimpulkan permasalahan yang sedang dihadapi pasien sesuai dengan keilmuan dan kondisi pasien 2: Merefleksikan dan menyimpulkan sesuai kondisi pasien dan keilmuan 1: Merefleksikan dan menyimpulkan tidak sesuai dengan kondisi pasien namun sesuai keilmuan Merefleksikan dan menyimpulkan tidak sesuai dengan keilmuan namun sesuai kondisi pasien merefleksikan saja sesuai keilmuan atau menyimpulkan saja sesuai keilmuan 0: merefleksikan saja sesuai kondisi pasien,atau menyimpulkan saja sesuai kondisi pasien Understanding 7 Menunjukkan pemahaman (understanding) akan perasaan, masalah, dan pendapat pasien tanpa mempengaruhi pasien dengan emosi 1: menunjukkan tanpa mempengaruhi dengan emosi 25 0: menunjukkan dengan emosi 8 Menjelaskan kemungkinan solusi permasalahan beserta keuntungan dan kerugian yang dihadapi pasien sesuai keilmuan 1: menjelaskan sesuai keilmuan 0: menjelaskan tidak sesuai keilmuan Action 9 Memfasilitasi proses pengambilan keputusan pasien tanpa mempengaruhi ataupun menunjukkan preferensi 1: memfasilitasi tanpa menunjukkan preferensi 0: memfasilitasi dengan menunjukkan preferensi 13 Penutupan, konselor memastikan pasien merasa puas dengan informasi yang ia dapat dan mencatat hasil konseling 2 :memastikan kepuasan pasien dan mencatat hasil 1 : hanya melakukan salah satu 0 : tidak dilakukan Komunikasi interpersonal 10 Konselor menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien, penggunaan bahasa medis minimal dan penggunaan bahasa daerah hanya jika pasien tidak paham bahasa lain. 11 Konselor menggunakan nada bicara dan intonasi yang netral 12 Konselor menunjukkan bahasa tubuh yang terbuka dan mendukung komunikasi interpersonal Total Skor : _____ 17 x 100% = % Observer (…………………………………..) 26 ANAMNESIS Tujuan pembelajaran: Mahasiswa mampu melakukan anamnesis kasus penyakit imunologis dan infeksi hingga penegakan diagnosis Strategi pembelajaran: Role play Anamnesis adalah wawancara kepada pasien untuk mendapatkan informasi mengenai riwayat (autoanamnesis) perjalanan maupun dari penyakit penderita, keluarga/orang lain baik secara langsung (alloanamnesis atau heteroanamnesis) . Dokter yang akan melakukan anamnesis hendaknya memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan mempunyai pengetahuan mengenai gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit tertentu. Agar anamnesis dapat berlangsung dengan baik, hendaknya memenuhi beberapa syarat, yaitu: a. Suasana tenang dalam tempat pemeriksaan. b. Pemeriksa/dokter sabar dan ramah. c. Bahasa yang digunakan harus bahasa yang dimengerti oleh pasien, jangan menggunakan istilah-istilah medis. d. Dalam menyampaikan pertanyaan jangan tergesa-gesa. e. Jika harus allo/heteroanamnesis maka usahakan pertanyaan ditujukan kepada orang yang terdekat dan setiap hari bersama pasien. Kemampuan berkomunikasi meliputi kemampuan sambung rasa dan pendekatan pada pasien. Karena tidak semua pasien dapat mengungkapkan segala keluhan/sakitnya dengan lengkap sehingga pasien harus dipastikan merasa aman dan percaya kepada dokter/pemeriksa. Untuk itu pemeriksa/dokter harus memiliki kemampuan menjadi pembicara dan pendengar yang baik, mengetahui/menguasai bahasa non-verbal, cara bertanya yang baik, menjaga suasana aman dan nyaman, dan cara cross check yang baik. Anamnesis pada modul ini diharapkan sampai pada tahap penegakan diagnosis dan memberi penjelasan kepada pasien mengenai penyakit yang 27 dideritanya. Bidang penyakit yang akan dilakukan proses anamnesis adalah penyakit imun dan penyakit infeksi. Berikut adalah sistematika data anamnesis: 1. Tanggal Pemeriksaan dan Identitas Pasien Hari dan tanggal anamnesis selalu menjadi informasi yang penting. Anda juga sangat dianjurkan mencatat waktu (jam) ketika anda melakukan anamnesis atau pemeriksaan lain, khususnya pada situasi emergensi. Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, suku, agama, status perkawinan, dan pekerjaan. Seperti diketahui, data-data dari identitas pasien ini sangat penting oleh karena data tersebut sangat berkaitan dengan masalah klinik maupun gangguan sistem atau organ tertentu, misal penyakit tertentu berkaitan dengan umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan suku bangsa tertentu pula. Dalam menanyakan identitas dalam anamnesis dalam skill lab hanya menanyakan nama, umur, dan alamat. Data jenis kelamin ditanyakan jika tidak bisa diidentifikasi dengan inspeksi atau masalahmasalah yang sangat memerlukan kepastian jenis kelamin. Untuk suku dan agama juga tidak perlu ditanyakan secara formal jika dirasa tidak perlu. Selain itu di RS/puskesmas atau klinik identitas sudah terlebih dahulu diisikan dalam rekam medik oleh petugas pendaftaran. Untuk data pernikahan bisa diajukan selama proses anamnesis berjalan, jika dirasa perlu. Catatan penting: Setelah mengetahui nama pasien maka hendaknya dokter sesekali memanggil nama pasien. Contohnya: “OK, coba Pak Abu ceritakan apa yang bapak rasakan/keluhkan”. Keterangan umur bisa dipakai untuk menentukan kata sapaan yang sesuai misalnya, memanggil pasien dengan usia lebih kecil dari periksa dengan panggilan “Dik, Mbak, dsb”. Panggilan Ibu atau Bapak misalnya diberikan kepada pasien yang berusia diatas 30 th atau yang sudah menikah. Contoh kalimat menanyakan identitas (harus berbeda dengan interogasi): Dokter : “Selamat pagi, perkenalkan saya dr. Heru. Saya berbicara dengan Ibu siapa ya?” (jika nama pasien sudah tercatat di dalam RM, maka dokter bisa langsung mengatakan: “Selamat pagi, Ibu Suprihati ya?”) Pasien : “ Saya Ibu Suprihati” 28 Dokter : “Baiklah, Ibu Supri usianya berapa sekarang?” (sebenarnya dokter bisa menyambung rasa dan mencairkan suasana dengan menanyakan: “Oh, saya panggil Bu Supri saja ya!” Baiklah, Ibu Supri ... “) Pasien : “Saya 43 Dok” (dokter boleh menimpali dengan susuatu komentar yang positif seperti: “wah masih kelihatan sangat muda ya”, catatan: jangan memberikan komentar yang negatif! Dokter : “ Bu, Supri tinggal dimana?” Pasien : “Saya tinggal di Panam dok” (dokter bisa menimpali dengan mengatakan, “wah cukup jauh ya, atau wah lumayan dekat”, naik apa kesini?” Catatan: sambung rasa perlu dibangun sejak awal komunikasi sehingga bisa membuat pasien nyaman. Akan tetapi jika kondisi pasien tampak tidak nyaman atau kelihatan kesakitan, sebaiknya komunikasi dilakukan dengan singkat. Dalam kondisi tersebut empati kepada pasien harus ditonjolkan. 2. Keluhan Utama Keluhan utama adalah satu atau lebih gejala yang menyebabkan pasien datang ke dokter. Dokter perlu untuk memastikan keluhan utama pasien, sebab dalam persepsi pasien, dokter akan membantu menghilangkan/menyembuhkan gejala/kekhawatiran tersebut (output yang diharapkan oleh pasien). Contoh menggali KU Dokter : “Apa yang Ibu keluhkan?” atau “Apa yang ibu rasakan sekarang ini?” atau “Apa yang bisa saya bantu Bu?” Pasien : “Ini dokter, badan saya gatal-gatal dan bentol-bentol” Cara bertanya yang salah: “Penyakit ibu apa?” karena pasien akan menjawab “kalau saya tau penyakit saya, ngapain saya datang ke dokter” 3. Riwayat Penyakit Sekarang Adalah uraian lengkap, jelas, dan kronologis mengenai berbagai permasalahan yang mendorong pasien untuk datang (Keluhan Utama). Mulailah dengan mengajukan pertanyaan terbuka. Contoh: Dokter : “Coba ibu ceritakan gimana awal kejadiannya!” atau “Bagaimana ceritanya ibu?” (biarkan pasien bercerita, dokter mendengarkan dengan simpati dan empati). 29 Catatan: selama pasien bercerita dokter membuat catatan hal-hal penting yang nantinya akan digali lebih lanjut dengan pertanyaan tertutup. Dari RPS ini dokter harus memperoleh beberapa poin pentung meliputi hal dibawah ini. Ingatlah kerangka “Tujuh Butir Mutiara” di bawah ini: 1. Lokasi keluhan, misal: menetap, menjalar/tidak, berpindah pindah/tidak 2. Karakter atau sifat keluhan, misal: sifat nyeri, tumpul, tajam, seperti ditusuk tusuk, seperti ditindih benda berat 3. Berat ringannya kelainan (severity), misal: mengganggu aktivitas sehari hari atau tidak 4. Waktu terjadinya, misal: akut, kronis, intermitten 5. Faktor-faktor pencetus dan yang memperberat, misal: nyeri dada diperberat dengan batuk 6. Faktor yang meringankan keluhan, misal: nyeri dada membaik dengan istirahat 7. Manifestasi lain yang menyertainya, misalnya: selain keluhan utama adakah gejala-gejala lain yang menyertai? a. b. c. Pikirkan organ yang terlibat serta prosesnya, bukan penyakitnya! Pertanyaan harus memiliki makna klinis, bukan hanya sekedar bertanya saja. Contoh: “Apakah gatal yang ibu rasakan disatu tempat saja atau dibanyak tempat?” pertanyaan ini harus memiliki makna klinis misalnya, apakah suatu penyakit bersifat lokal atau sistemik? Pelajarilah bahan preklinik serta klinik yang telah Anda terima, sebab dalam anamnesis ini Anda akan mencari apa yang Anda ketahui serta ingat. “Anda melihat apa yang Anda cari dan Anda mengenali apa yang Anda ketahui.” 4. Riwayat Penyakit Dahulu Catatlah penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh pasien beserta waktunya. Yang ditanyakan termasuk apakah pasien pernah mengalami kecelakaan atau operasi, maupun keadaan alergi. Hal tersebut di atas merupakan data-data penting, oleh karena akan memberikan informasi mengenai: Apakah ada gejala sisa? Apakah ada kaitannya dengan penyakit sekarang? 30 Apakah ada pengaruh/kaitan terhadap pengelolaan pasien selanjutnya? Beberapa contoh pertanyaan untuk riwayat penyakit dahulu adalah sebagai berikut: Pernahkah Anda menderita penyakit berat dalam hidup Anda? Pernahkah Anda mengalami masalah emosional? Pernahkah Anda mengalami operasi/pembedahan? Apakah ada obat-obatan yang pernah menyebakan gangguan pada Anda? Pernahkah Anda menderita penyakit tertentu? Kapan? Riwayat penyakit dahulu ini mencakup penyakit sistem yang berhubungan dengan penyakit yang diderita sekarang, misal: kardiovaskular (demam reumatik akut, dll), sistem pernafasan (difteri, batuk rejan, influenza, tonsilitis, pneumonia, pleuritis, tuberkulosis, dll), saluran pencernaan (disentri, hepatitis, tifus abdominalis), kulit (cacar air, morbili), infeksi (malaria, demam berdarah), dll termasuk riwayat alergi obat dan makanan. Hal yang dicatat ialah keterangan terperinci semua penyakit dengan komplikasinya yang pernah dialami dan sedapat mungkin dicatat menurut urutan waktu. Tidak perlu mencatat penyakit-penyakit yang tidak pernah diderita. Pada pasien dengan riwayat kecelakaan atau operasi dicatat keterangan tentang tanggal, lama operasi, obat anestesi, jenis operasi, lama perawatan di rumah sakit, lamanya penyembuhan, sembuh sempurna atau tidak, berapa lama tidak bekerja, dll. Pada pasien wanita dengan riwayat kehamilan atau keguguran ditanyakan dan dicatat secara kronologis tentang jumlah kehamilan serta sebab keguguran. 4. Anamnesis Sistem Tulislah di bawah ini judul-judul yang bersangkutan, semua keluhan dan kelainan patologis yang bukan bagian dari penyakit sekarang dan yang belum ditulis dalam bahasan riwayat penyakit dahulu. Jika tidak ada keluhan tulislah ‘tidak ada’, tanpa tambahan lain. Bila ada keluhan , catatlah deskripsi lengkap. Kepala : trauma, sakit kepala, nyeri pada sinus Mata : nyeri, sekret, kelainan penglihatan, penglihatan kurang jelas, pemakaian kaca mata Telinga : nyeri, sekret, nyeri tekan mastoid, tinitus, penurunan pendengaran 31 Hidung : trauma, nyeri, sekret, epistaksis, penyumbatan, pilek, post-nasal drip, pemakaian alat bantu Mulut : gigi-geligi, bibir, gusi, selaput lendir, lidah, kelainan mengecap atau mengunyah, sekresi ludah, stomatitis Tenggorokan : nyeri, tonsilitis, abses peritonsil, laringitis, kelainan suara, tak bersuara Leher : pembesaran kelenjar gondok dan limfe, tanda radang Jantung dan paru : nyeri dada, rasa berdebar, sesak nafas, batuk, sianosis, orthopnea, edema, bronkhitis, asma, pilek, batuk darah, berkeringat malam hari Lambung dan usus : kembung, mual, muntah, disfagia, muntah darah, konstipasi, ikterus, hemoroid, sifat tinja (diare, tinja yang berdarah, hitam seperti aspal atau putih seperti dempul), obstipasi Alat kelamin : disuria, poliuria, nokturia, poilakisuria, hematuria, kencing batu, pasir, kencing nanah, ngompol, kolik ginjal atau ureter, oliguria, anuria, kencing menetes, inkontinensia, penyempitan uretra, prostatitis Saraf dan otot : anestesia, parestesia, otot lemah atau lumpuh, pingsan, tidak sadar, otot berkedut, kejang, tinitus, vertigo, pusing, afasia, gangguan bicara, sukar mengingat, amnesia, ataksia, gangguan berkemih, kerusakan N. I – N. XII Kejiwaan : perangai stabil atau labil Berat badan : berat badan rata-rata, berat yang tertinggi, bilamana menurunnya berat badan, dalam waktu berapa bulan, berat badan sekarang 5. Riwayat Penyakit Keluarga Jika keluhan memberi petunjuk kemungkinan penyakit yang diderita pasien adalah herediter, maka riwayat penyakit pasien harus diteliti dnegan seksama. Anggota keluarga meliputi: kakek, nenek, ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan, dan anak-anak pasien. Selain penyakit herediter, perlu diperhatikan juga penyakit menular misalnya tuberkulosis, sifilis, hemofilia, penyakit saraf, 32 penyakit jiwa, neoplasma, penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit kardiorenal-vaskular, dll. Bila mengidap penyakit herediter, misal diabetes mellitus, buatlah gambar diagram untuk mencari anggota-anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. 6. Riwayat Pribadi, Sosial-Ekonomi-Budaya Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya, dan keluarga merupakan informasi penting, baik dalam kaitannya dengan masalah klinik atau penyakit yang diderita saat ini dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan yang optimal untuk pasien selanjutnya. Riwayat sosial mencakup keterangan pendidikan, pekerjaan (macam pekerjaan, jam kerja, pengaruh lingkungan kerja, dll), asuransi, aktivitas di luar kantor/kampus (olahraga, hobi, organisasi), perumahan, perkawinan (lamanya, jumlah anak, keluarga berencana, perkawinan sebelumnya), tanggungan, makanan (teratur atau tidak, variasi, banyaknya, berapa kali makan sehari, komposisi makan sehari-hari, pengunyahan, nafsu makan, dan pencernaan), tidur (lamanya, teratur, ventilasi, jumlah orang dalam satu kamar tidur, penyebab gangguan tidur), kebiasaan merokok, teh, kopi, alkohol,obat, dan jamu. Dalam anamnesis kali ini, mahasiswa akan diberikan keluhan-keluhan seputar penyakit-penyakit infeksi dan penyakit imun. Keluahan Utama: 1. Demam 2. Gatal-gatal 3. Batuk 4. Pilek 5. Sesak nafas 6. Nyeri sendiri 7. Kulit memerah 8. Biduran (galigato) Tugas: Mahasiswa membuat algoritma masing-masing keluhan di atas! Algoritma boleh dibuat sendiri, ambil dari buku ataupun sumber-sumber online. 33 Penilaian keterampilan anamnesis Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Aspek yang dinilai Skor 0 1 2 Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan, serta menunjukkan empati (dinilai terakhir). 2: sempurna 1: tidak sempurna 0: buruk Memberi salam dan memperkenalkan diri. 1: melakukan keduanya 0: tidak melakukan/melakukan hanya salah satu Menanyakan identitas pasien: nama, umur, alamat, pekerjaan 2: 4 item 1: 2-3 item 0: <2 item Menanyakan keluhan utama pasien. Menggali riwayat penyakit sekarang pasien. 1 : melakukan 0 : tidak melakukan a. onset dan durasi b. frekuensi c. karakter atau sifat keluhan d. berat-ringannya kelainan (severity) e. faktor-faktor yang memperberat f. faktor-faktor yang meringankan keluhan g. keluhan lain yang menyertai Melakukan anamnesis sistem lain yang berhubungan dengan keluhan utama pasien. Menggali riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keluhan pasien. 2: menanyakan dan berhubungan dengan RPS 1: menanyakan tapi tidak berhubungan dengan RPS 0: tidak menanyakan Menggali riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan keluhan pasien. 2: menanyakan dan berhubungan dengan RPS 1: menanyakan tapi tidak berhubungan dengan RPS 0: tidak menanyakan Menanyakan kebiasaan dan gizi pasien. Bertanya dengan kalimat terbuka dan melakukan cross check terhadap jawaban pasien. 2: sempurna 1: tidak sempurna 0: tidak melakukan Menanyakan pada pasien apakah masih ada yang ingin ditanyakan. 34 Menjelaskan kemungkinan diagnosis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien. 2: menjelaskan kemungkinan diagnosis dengan benar, menggunakan 12. bahasa yang dipahami pasien tanpa menggunakan bahasa medis 1: menjelaskan kemungkinan diagnosis dengan benar menggunakan bahasa medis 0: salah menjelaskan kemungkinan diagnosis walaupun Mampu menjawab pertanyaan tutor mengenai diagnosis dan pemeriksaan 2: mampu menjawab pertanyaan mengenai diagnosis dan 13. pemeriksaan 1: mampu menjawab pertanyaan mengenai diagnosis atau pemeriksaan saja 0: Tidak mampu menjawab pertanyaan 14. Mencatat hasil kesimpulan anamnesis (*) : sistem saraf, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem muskuloskeletal, sistem indra, sistem urogenital Total Skor : _____ x 100% = % Observer 28 (…………………………………..) 35 Pembagian Kelompok Skills Lab 4.3 Kelas A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kelompok 1,LS Rizki Agusmai Darfirizan Seprika Anggi Dwi Prasetyo Novita Desthary Ananta Yandini Novita Amelia Ade Irma Febriani Ahmad Fahrozi Sesria Nasution Khairani Nurrizky 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kelompok 4, YN Septya Dana Prakoso Lisa Helledy Erma Royani M.Ibnu Rahmansyah Novi Yohana Isnaini Hafizah Dewi Suspita Anggrayeni Rapindri Andas Guntur Harizona Andini Hidayani D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kelompok 2, HMW Nela Dita Sari Reza Nita Pertiwi Ester Venny Junita BR.S Lusy Agustin Rahmad Ramadhan Muhammad Tarmizi Linda Rahayu Ningsih Novia Desi Yana Muhammad Zumrodin Arif Rahman Yasin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kelompok 5, RP Susi Susanti Raja Ririn Sriningsih Rahmani Shofi Budi Harseno Desi Rujika Rana Nufarizki Fadhilah Artria Pradya Sepni Samirathul Qulbi Shindy Delvina Husnani M.Zulkifli Eddysa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kelompok 3, RDU Rita Lia Dahlia Mesliza Ummeisa Pratama Adharianto Putra Ahmad Bukhari Nafa Maulidina Septiawati Risna Nelda Ayie Rizkyna Eddya Yulia Kasih Desila Irma Susanti Pembagian Kelompok Skills Lab 4.3 Kelas B Kelompok 1,LS 1 Nurhatika 2 Khairul Wara 3 Sella Annisa 4 Rahma Navali 5 Tiara Sri Annisa Hadi Broto 6 Umi Mukaromah 7 Shinta Trisna Yanti 8 Prizan Keni Idris 9 Yolanda Yuriati 10 Fitri Sri Wulandari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kelompok 4, EA Yendri Al-Fulqon Welly Elvandari Ratih Aprizumi Ayu Ainun Nur Yasin Wandri Octa Mahyudin E.Arinne Mariza Rien Esty Titi Yuliani Deniati Fitri Delta Kelompok 2, HMW 1 Faizal Luthfi Akhyar 2 Desi Kartika Sari 3 Nazaruddin Nur 4 M. Habib Hidayat 5 Rizki Amanda Putra 6 Rayan Ferinaldi 7 Zainul Fatimah 8 Yesi Nurjanah 9 Toni Arifin 10 Dian Addi Vatia Kelompok 3, HA 1 Puspa Delima Sari 2 R.Bobby Wibisono 3 Viyola Azzahra 4 Dwi Ratih Septia 5 Fauzi Riza Septia 6 Hasan Bukhari 7 Arruhul Amini 8 Yogie Ersandy 9 Yoanna Gustia Rahayu 10 Yurfi Andria Kelompok 5, YP 1 Yunita Sri Rahayu 2 Inten Nur Rasadina 3 Zolla Maicelina 4 Septian Hady Putra 5 Toto Marzuki 6 Maya Ramadani 7 Alisya Putri H 8 Narita Riski 9 Yunis Eka Shinta 10 Yunita Sri Rahayu 37