Panduan Skills Lab Modul 4.3 Mekanisme Penyakit II dan Infeksi

advertisement
Panduan Skills Lab Modul
4.3 Mekanisme Penyakit II
dan Infeksi Tropis
Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab Pekanbaru
2013/2014
Modul 4.3
Mekanisme Penyakit II dan Infeksi Tropis
Panduan Skills Lab
Edisi Pertama
Copyright®2014 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab
Penyusun
: May Valzon,dr,MSc
Lasiah Susanti, dr, MPH
Disain oleh
: Medical Education Unit
Disain sampul oleh
: Medical Education Unit
Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab
Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian
atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun
tanpa izin dari Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab
2
Daftar Isi
Daftar Isi .......................................................................................................................
3
Deskripsi singkat ......................................................................................................
4
Daftar keterampilan klinis terkait modul………………………………………..
5
Topic Tree .....................................................................................................................
7
Deskripsi pembelajaran skills .……………………………………………………...
8
Penyuluhan dan pembuatan media promosi ………………………………....
9
Konseling medik…………………………………..……………………………………....
19
Anamnesis ………………………………………………………………………………….
26
Lampiran pembagian kelompok ……………………………………………………
35
3
Deskripsi singkat
Modul 4.3 Mekanisme penyakit dan infeksi tropis terdiri atas 4 submodul,
yaitu infeksi tropis,
tuberkulosis.
Ilmu kesehatan masyarakat, mekanisme penyakit, dan
Pembelajaran skills lab pada modul ini fokus pada keterampilan
komunikasi yang dijabarkan ke 4 submodul tersebut. Adapun topik pembelajaran
skills lab untuk modul ini didominasi promosi kesehatan yang meliputi pembuatan
media dan penyuluhan, konseling medik. Selain promosi kesehatan, skills lab modul
ini juga mempelajari anamnesis sebagai dasar komunikasi dokter-pasien yang akan
dijabarkan kedalam 3 submodul autoimun, mekanisme penyakit dan tuberkulosis.
4
Tabel 1. Daftar keterampilan klinis terkait modul (SKDI, 2012)
Jenis pemeriksaan
Modul
Semester
Kesehatan masyarakat/kedokteran pencegahan/kedokteran komunitas
Perencanaan dan pelaksanaan, monitoring 4. 2 Mekanisme penyakit 1
dan evaluasi upaya pencegahan dalam dan tumbuh kembang
berbagai tingkat pelayanan
4.3 Mekanisme penyakit 2
dan infeksi tropis
Mengenali perilaku dan gaya hidup yang
membahayakan
Memperlihatkan kemampuan pemeriksaan
medis di komunitas
Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan
4
4.3 Mekanisme penyakit 2
dan infeksi tropis
7.3 Metodologi Penelitian
4
4.3 Mekanisme penyakit 2
dan infeksi tropis
Memperlihatkan kemampuan penelitian yang 7.3 Metodologi Penelitian
berkaitan dengan lingkungan
Memperlihatkan kemampuan perencanaaan, 4.3 Mekanisme penyakit 2
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi suatu dan infeksi tropis
intervensi pencegahan kesehatan primer,
sekunder, dan tersier
Melaksanakan kegiatan pencegahan spesifik 4. 2 Mekanisme penyakit 1
seperti vaksinasi, pemeriksaan medis berkala dan tumbuh kembang
dan dukungan sosial
Melakukan pencegahan dan penatalaksanaan 8.1 Elektif, Kesehatan kerja
kecelakaan kerja serta merancang program
untuk individu, lingkungan, dan institusi kerja
Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien
8.1 Elektif, Manajemen
Rumah Sakit
Melakukan
langkah-langkah
diagnosis 8.1 Elektif, Kesehatan kerja
penyakit akibat kerja dan penanganan
pertama di tempat kerja, serta melakukan
pelaporan PAK
Merencanakan program untuk meningkatkan 4. 2 Mekanisme penyakit 1
kesehatan masyarakat termasuk kesehatan dan tumbuh kembang
lingkungan
4.3 Mekanisme penyakit 2
dan infeksi tropis
4
Melaksanakan 6 program dasar Puskesmas: 4. 2 Mekanisme penyakit 1
1)promosi
kesehatan,
2)
Kesehatan dan tumbuh kembang
Lingkungan, 3) KIA termasuk KB, 4) Perbaikan 4.3 Mekanisme penyakit 2
4
7
7
4
4
8
8
8
4
5
gizi masyarakat, 5) Penanggulangan penyakit: dan infeksi tropis
imunisasi, ISPA, Diare, TB, Malaria 6)
Pengobatan
dan
penanganan
kegawatdaruratan
Pembinaan kesehatan usia lanjut
7.2 Gangguan Psikiatri,
Geriatri dan Gangguan Gerak
Menegakkan diagnosis holistik pasien individu 4. 2 Mekanisme penyakit 1
dan keluarga, dan melakukan terapi dasar dan tumbuh kembang
secara holistik
4.3 Mekanisme penyakit 2
dan infeksi tropis
Melakukan rehabilitasi medik dasar
7
4
Melakukan rehabilitasi sosial pada individu, 4. 2 Mekanisme penyakit 1
keluarga, dan masyarakat
dan tumbuh kembang
4.3 Mekanisme penyakit 2
dan infeksi tropis
Melakukan penatalaksanaan komprehensif 4. 2 Mekanisme penyakit 1
pasien, keluarga, dan masyarakat
dan tumbuh kembang
4.3 Mekanisme penyakit 2
dan infeksi tropis
Supervisi
4
Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat
dicegah
dengan
imunisasi
dan
pengendaliannya
Mengetahui jenis vaksin beserta
· cara penyimpanan
· cara distribusi
· cara skrining dan konseling pada
sasaran
· cara pemberian
· kontraindikasi efek samping yang
mungkin terjadi dan
· upaya penanggulangannya
Menjelaskan mekanisme pencatatan dan
pelaporan
Merencanakan, mengelola, monitoring, dan
evaluasi asuransi pelayanan kesehatan
misalnya BPJS, jamkesmas, jampersal, askes,
dll
4. 2 Mekanisme penyakit 1
dan tumbuh kembang
4
4. 2 Mekanisme penyakit 1
dan tumbuh kembang
4
4.3 Mekanisme penyakit 2
dan infeksi tropis
4. 2 Mekanisme penyakit 1
dan tumbuh kembang
4
4
4
6
Topic Tree Skills Lab Modul 4.3 Mekanisme penyakit 2 dan infeksi tropis
SUBMODUL
IKM
PROMOSI
KESEHATAN
Mediasi
Pemberdayaan
masyarakat
Advokasi
Penyuluhan
Pembuatan
media promosi
Keterampilan
Komunikasi
Konseling medik
Anamnesis
SUBMODUL
INFEKSI TROPIS
SUBMODUL
MEKANISME
PENYAKIT
SUBMODUL
TUBERKULOSIS
7
Deskripsi pembelajaran skills
Sesi I. Penyuluhan dan pembuatan media promosi
1. Kuis (pertanyaan tertulis)
2. Review teori penyuluhan dan pembuatan media promosi
3. Mahasiswa menyiapkan work plan
4. Role play
5. Diskusi
Evaluasi/OSCE (minggu 4 modul) :
a. Praktik penyuluhan dengan audiens siswa SD/SLTP/SMU
b. Pembuatan media promosi poster atau leaflet secara berkelompok
Sesi II. Konseling
1. Kuis (pertanyaan tertulis)
2. Review teori konseling
3. Mahasiswa menyiapkan work plan
4. Role play
5. Diskusi
Evaluasi/OSCE (minggu 5 modul): Praktik konseling dengan pasien percobaan
Sesi III. Anamnesis
1. Kuis (pertanyaan tertulis)
2. Review teori anamnesis
3. Mahasiswa menyiapkan work plan
4. Role play
5. Diskusi
Evaluasi/OSCE (minggu 6 modul) : Praktik konseling dengan pasien percobaan
8
PENYULUHAN DAN PEMBUATAN MEDIA PROMOSI
Pendahuluan
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah
perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;
mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan
masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman
(safe community).
Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, untuk mencapai
kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara menyeluruh maka individu ataupun
kelompok masyarakat harus mampu mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasinya,
memenuhi kebutuhannya dan mampu berubah atau menyesuaikan diri dengan
lingkungannya ( Ottawa Charter,WHO,1986). Singkatnya, promosi kesehatan
bertujuan menggerakkan masyarakat untuk berperilaku preventif dalam masalah
kesehatan. Ottawa charter (1986) yang diprakarsai WHO menjadi tonggak dasar
promosi kesehatan. Hingga saat ini ada berbagai definisi,strategi, dan kegiatan
promosi kesehatan dengan Ottawa charter sebagai dasarnya. Berdasarkan Ottawa
charter, ada 3 strategi dasar promosi kesehatan, yaitu advokasi, mediasi dan
pemberdayaan masyarakat. Skills lab modul 4.3 akan mempelajari mengenai
pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan dan pembuatan media promosi,
serta konseling medik.
Tujuan pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami promosi kesehatan, dan penggunaan media
yang tepat dalam promosi kesehatan
2. Mahasiswa mampu membuat media promosi kesehatan
3. Mahasiswa mampu melakukan penyuluhan kesehatan
Strategi pembelajaran

Pembuatan media promosi

Role play
9
A. Penyuluhan
HL Bloom (1974) mengemukakan sebuah teori mengenai faktor
faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Berdasar teori tersebut, kesehatan paling
dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku. Strategi yang paling tepat untuk
merubah perilaku kesehatan masyarakat proaktif dalam meningkatkan dan
memelihara kesehatan ialah dengan promosi kesehatan.
HL Bloom (1908) dalam Notoatmojo (2007) membagi perilaku dalam tiga
domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam perkembangannya,
teori ini dimodifikasi menjadi pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan.
Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan/kognitif
merupakan
domain
penting
dalam
pembentukan perilaku terbuka. Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan
terhadap obyek, melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba.
Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, dengan
mencerminkan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek. Sikap masih berupa
reaksi tertutup terhadap obyek, sedangkan perilaku berupa reaksi terbuka
terhadap obyek. Sehingga dapat disimpulkan, untuk merubah perilaku dapat
dimulai dengan merubah pengetahuan yang nantinya akan membentuk
sikap. Salah satu cara merubah pengetahuan kesehatan masyarakat yaitu
dengan pendidikan kesehatan melalui penginderaan terhadap obyek dengan
metode audio visual berupa penyuluhan ataupun dengan menggunakan
media promosi.
Adapun dimensi intervensi perilaku kesehatan meliputi:
1. perubahan perilaku, perubahan dari perilaku yang tidak kondusif ke
yang kondusif bagi kesehatan
2. Pembinaan perilaku, mempertahankan perilaku sehat
3. Pengembangan perilaku, membiasakan hidup sehat bagi anak-anak
10
Tujuan Intervensi Perilaku meliputi:
1. Mengurangi perilaku negatif bagi kesehatan
Contoh : mengurangi kebiasaan merokok
2. Mencegah meningkatnya perilaku negatif bagi kesehatan
Contoh : mencegah meningkatnya perilaku ‘seks bebas’
3. Meningkatkan perilaku positif bagi kesehatan
Contoh: mendorong kebiasaan olah raga
4. Mencegah menurunnya perilaku positif bagi kesehatan
Contoh : mencegah menurunnya perilaku makan kaya serat
B. Media promosi kesehatan
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai
alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa
atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi.
Alat peraga harus mudah dimengerti dan ide atau gagasan yang terkandung di
dalamnya harus dapat diterima.
Alat peraga yang digunakan dengan baik dapat menghindari salah
pengertian/pemahaman atau salah tafsir dan dapat memperjelas pesan yang
disampaikan sehingga lebih mudah dipahami. Tidak hanya itu pesan yang
disampaikan akan lebih lama diingat. Alat-alat peraga dapat diklasifikasikan
dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini
kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu
mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
-
Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
-
Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti
cacing dalam botol
-
pengawet, dll
-
Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan
seperti oralit, dll
11
2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan
bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan.
Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal
ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat
dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan
lain-lain.
3. Gambar/media grafis, adalah penyajian visual (menekankan persepsi indera
penglihatan) dengan penyajian dua dimensi yang dibuat berdasarkan unsur
dan prinsip rancangan gambar, dan sangat bermanfaat dan efektif sebagai
media penyampai pesan. Termasuk dalam media grafis seperti poster,
leaflet, gambar karikatur, lukisan, spanduk, dll.
a. Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar dengan tujuan
untuk mempengaruhi sesorang agar tertarik pada sesuatu, atau
mempengaruhi agar seseorang bertindak akan sesuatu. Kata-kata dalam
poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca
pada jarak kurang lebih 6 meter. Karena keterbatasan ini, poster lebih
cocok diperuntukkan sebagai tindak lanjut dari suatu pesan yang sudah
pernah disampaikan. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat
yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai
desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam
poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau foto. Poster
terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan
singkat. Cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya
berisikan satu ide atau satu kenyataan saja.
b. Leaflet, adalah lembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang
sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan
untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya
deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare
dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau
disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan
12
FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat
dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di fotokopi.
c. Gambar optik. seperti foto, slide, film, dll
- Foto sebagai bahan untuk alat peraga dapat digunakan dalam bentuk
album,
yaitu
merupakan
foto-foto
yang
isinya
berurutan,
menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Misalnya album
foto berisi kegiatan-kegiatan suatu desa dalam proses pembangunan
jamban sehat. Foto juga dapat berupa dokumentasi lepasan yang
ditampilkan
sendiri.
Dokumen
lepasan
biasanya
hanya
menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Foto
dapat digunakan dalam pembuatan media grafis seperti poster,
leaflet,spanduk,dll
- Slide, umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan
slide cukup efektif, karena medianya paling atraktif dan dapat
dikombinasi dengan penggunaan gambar optik lain seperti foto dan
film.
- Film, sama seperti slide digunakan untuk sasaran kelompok. Film
juga media yang sangat atraktif bagi semua kalangan. Namun, proses
pembuatannya memerlukan biaya yang jauh lebih besar. Tidak
hanya itu film juga harus dibuat secara akurat berdasar ilmu medis
agar
tidak
terjadi
salah
tafsir.
Film
dapat
digabungkan
penggunaannya dengan slide untuk media penyuluhan
C. Pesan dalam media
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau
kata yang sesuai untuk khalayak sasaran. Dalam media promosi, pesan
dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain, atau untuk menghimbau
khalayak sasaran agar mereka menerima dan melaksanakan gagasan kita.
Berikut adalah beberapa contoh bentuk himbauan yang disampaikan dalam
pesan
1. Himbauan rasional
Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk
rasional. Isi himbauan biasanya berisikan rasionalisasi sebab akibat jika
13
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku kesehatan, contohnya:
pesan “Datanglah ke posyandu untuk imunisasi anak Anda. Imunisasi
melindungi anak dari penyakit berbahaya”
2. Himbauan emosional
Kebanyakan perilaku manusia, lebih didasarkan pada emosi daripada hasil
pemikiran rasional. Pesan dengan menggunakan imbauan emosional sering
lebih berhasil dibanding dengan imbauan rasional. Isi pesan biasanya
berupa ancaman jika melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku
kesehatan sehingga menimbulkan rasa takut. Contoh pesan: “Merokok dapat
menyebabkan kematian, stop merokok sekarang”
3. Himbauan ganjaran
Pesan dengan imbauan ganjaran bermaksud membujuk penerima pesan
dengan ganjaran yang akan didapat jika melakukan atau tidak melakukan
suatu perilaku kesehatan. Contoh pesan: “Hidup sehat tanpa rokok”
4. Himbauan motivasional
Pesan ini dengan menggunakan bahasa motivasi yang menyentuh kondisi
internal diri si penerima pesan. Manusia dapat digerakkan lewat dorongan
kebutuhan biologis seperti lapar, haus, keselamatan, tetapi juga lewat
dorongan psikologis seperti kasih sayang, keagamaan, prestasi, dll. Contoh
pesan: “Tetap sehat saat puasa dengan konsumsi gizi seimbang saat berbuka
dan sahur”
Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan yang
disampaikan hendaknya memenuhi kriteria berikut:
1. Command attention, kembangkan suatu ide atau pesan pokok yang
merefleksikan strategi desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal
tersebut akan membingungkan khalayak sasaran dan mereka akan mudah
melupakan pesan tersebut.
2. Clarify the message, pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang
efektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak
sasaran.
3. Create trust, pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan dapat dilakukan
oleh masyarakat
14
4. Communicate a benefit, hasil pesan haruslah memberi keuntungan bagi
penerima pesan
5.
Consistency,
artinya
apapun
medianya
dan
berapapun
frekuensi
penyampaiannya, isi pesan haruslah tetap sama
6. Cater to the heart and head, pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh
akal dan rasa. Komunikasi yang efektif tidak hanya sekedar memberi alasan
teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan
membangkitkan kebutuhan nyata.
7. Call to action, pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khalayak
sasaran untuk bertindak sesuatu, memotivasi kearah suatu tindakan.
Pembuatan media promosi kesehatan dalam pembelajaran skills lab kali ini
meliputi pembuatan media grafis berupa poster dan leaflet. Sedangkan gambar optik
akan digunakan dalam penyuluhan. Secara umum perbedaan poster dan leaflet
terletak pada jenis dan ukuran wadah, jumlah isi pesan, dan penggunaannya. Poster
berukuran besar dan biasanya menggunakan kertas gambar atau kertas tebal yang
berisikan pesan singkat untuk kemudian dipajang di tempat umum. Sedangkan
leaflet berukuran sedang dan menggunakan lembaran kertas tipis yang biasanya
berbentuk lipatan, berisikan beberapa pesan singkat. Secara umum, berikut
beberapa panduan dalam pembuatan poster dan leaflet.
a.
Dibuat dalam tata letak yang menarik, misal besarnya huruf, gambar
warna yang mencolok, untuk poster harus dapat dibaca dari jarak 6
meter
b.
Menggunakan kata yang provokatif, sehingga menarik perhatian
c.
Isi pesan hendaknya menggugah emosi, misal dengan menggunakan
faktor iri, bangga, dll
d.
Dimensi poster biasa berukuran antara 50X70 cm untuk ukuran besar
dan 35X50 cm untuk ukuran kecil
e.
Dimensi leaflet biasanya berukuran 20 x 30 cm, berisi tulisan 200 – 400
kata
f.
Isi pesan dapat berupa:
- Memberikan peringatan, misalnya tentang peringatan untuk selalu
mencuci tangan dengan sabun setelah berak dan sebelum makan
15
- Memberikan informasi, misalnya tentang pengolahan air di rumah
tangga
- Memberikan anjuran, misalnya pentingnya mencuci makanan
mentah dan buah-buahan dengan air bersih sebelum di makan
- Mengingatkan kembali, misalnya cara mencuci tangan yang benar
- Memberikan informasi tentang dampak, misalnya informasi tentang
dampak membuang sampah sembarangan
g. Langkah langkah pembuatan
- Pilih subyek yang akan dijadikan topik, misal kesehatan lingkungan,
sanitai, PHBS,dll
- Pilih satu pesan kesehatan yang terkait, misal efek merokok
- Buat head line yang dapat dibaca jelas dari jarak 6 meter untuk poster,
untuk leaflet, headline hendaknya mencolok dan berukuran paling besar
- Headline mudah dimengerti dan mudah diingat
- Buatlah body copy yang menjelaskan dan melengkapi head line dengan
ukuran lebih kecil dibanding headline. Untuk poster body copy singkat
dan berisikan pesan yang sama dan atau menjelaskan isi headline.
Sedangkan untuk leaflet, body copy berisikan pesan pesan yang
menjelaskan dan mendukung isi headline
- Buatlah ilustrasi yang atraktif baik dari segi warna, bentuk, format dan
jenis gambar. Ilustrasi harus berhubungan erat dengan head line, dan
terpadu dengan penampilan secara keseluruhan
- Jika diinginkan, dapat dicantumkan logo dan identitas pembuat dengan
proporsi seimbang dan tidak mengganggu pesan ataupun ilustrasi
pendukung
h. Warna merupakan salah satu unsur grafis. Warna memiliki makna
simbolik dan harus diperhatikan saat pembuatan media. Berikut adalah
beberapa contoh makna simbolik warna yang sering digunakan, merah :
berani; putih : suci; kuning : kebesaran;hitam : abadi; hijau : harapan
16
Penilaian Keterampilan Penyuluhan
Nama Mahasiswa
:
Tanggal Pemeriksaan
:
No
Aspek yang Dinilai
Skor
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 : melakukan keduanya dengan sempurna
1 : melakukan keduanya tidak sempurna
0 : tidak melakukan
Memberikan pengantar penyuluhan, menjelaskan
maksud dan tujuan penyuluhan
2 : melakukan dengan sempurna
1 : melakukan tidak sempurna
0 : tidak melakukan
Menjelaskan isi penyuluhan dengan cara menarik
2 : melakukan dengan sempurna
1 : melakukan tidak sempurna
0 : tidak melakukan
Meminta umpan balik audiens dan memberikan
jawaban dengan baik terhadap pertanyaan dari
audiens
2 : melakukan dengan sempurna
1 : melakukan tidak sempurna
0 : tidak melakukan
Menyampaikan kesimpulan isi dan materi penyuluhan
2 : melakukan dengan sempurna
1 : melakukan tidak sempurna
0 : tidak melakukan
Melakukan penutup dan mengucapkan salam penutup
2 : melakukan dengan sempurna
1 : melakukan tidak sempurna
0 : tidak melakukan
Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan serta
menunjukkan empati (dinilai terakhir)
1 : melakukan sempurna
0 : tidak melakukan
Bahasa yang digunakan mudah dimengerti
2 : melakukan dengan sempurna
1 : melakukan tidak sempurna
0 : tidak melakukan
Berbicara jelas dan lancar
2 : melakukan dengan sempurna
1 : melakukan tidak sempurna
0 : tidak melakukan
Total Skor : _____ x 100% =
%
Observer
(………………………………..)
17
17
Penilaian Keterampilan pembuatan media promosi (poster/leaflet)
Nama Mahasiswa
:
Tanggal Pemeriksaan
:
No
Aspek yang Dinilai
0
1
2
3
4
5
Skor
1
2
Isi pesan menarik perhatian: provokatif,
menggugah emosi, menggunakan bahasa yang
mudah dipahami pembaca
2 : memenuhi 2 kriteria dengan sempurna
1 : memenuhi 2 kriteria namun
0 : tidak melakukan
Headline, berukuran lebih besar dibanding body
copy, headline menggunakan kalimat yang
mudah diingat
2 : memenuhi 2 kriteria
1 : memenuhi 1 kriteria
0 : tidak memenuhi kedua kriteria
Body copy berukuran lebih kecil dari headline
dan ukurannya proporsional(tidak terlalu besar
ataupun terlalu kecil dibanding headline).
Poster: bodycopy berisikan <5 pesan singkat
yang mendukung headline*
Leaflet: bodycopy berisikan banyak pesan
ringkas dan tepat yang mendukung dan
menjelaskan headline*
1 : memenuhi 2 kriteria
0 : tidak memenuhi kriteria bertanda *
Ilustrasi atraktif, mendukung headline dan isi
pesan secara keseluruhan
1 : memenuhi 2 kriteria
0 : ilustrasi atraktif tapi tidak mendukung
headline
Tata letak menarik: huruf dapat terbaca dengan
jelas (untuk poster dapat terbaca dari jarak 6 m),
menggunakan warna mencolok namun tetap
memperhatikan perpaduan grafis warna secara
keseluruhan
2 : memenuhi 2 kriteria
1 : memenuhi 1 kriteria
0 : tidak memenuhi kedua kriteria
Total Skor : _____
9
x 100% =
Observer
(………………………………….)
18
KONSELING MEDIK
Tujuan pembelajaran
1.
Mahasiswa mampu memahami proses konseling
2.
Mahasiswa mampu melakukan komunikasi interpersonal
3.
Mahasiswa mampu melakukan konseling:
a. Mahasiswa mampu melakukan tahap attending dengan proses
introduksi yang tepat dan menunjukkan attentive listening dengan
baik
b. Mahasiswa mampu melakukan exploring berdasarkan keilmuan yang
telah didapat
c. Mahasiswa
mampu
menunjukkan
understanding
terhadap
permasalahan pasien tanpa keterlibatan emosi
d. Mahasiswa mampu menjadi fasilitator pengambilan keputusan
pasien dalam tahap action
Strategi pembelajaran

Role play
Dalam
pelaksanaannya
konseling
sering
disalah
artikan
sebagai
menasehati pasien dan sering kali disamakan dengan pendidikan kesehatan bagi
pasien. Hal itu tentunya perlu diluruskan. Konseling sendiri sebenarnya suatu
bentuk terapi wicara yang memungkinkan pasien untuk berbicara lebih terbuka
mengenai masalah yang ia hadapi sehingga lebih memudahkan pasien untuk
menentukan solusi yang tepat. Perlu diperhatikan, konselor dalam hal ini dokter,
bertugas membantu pasien untuk menentukan solusi yang tepat, bukanlah sebagai
pengambil keputusan untuk pasien. Konseling merupakan salah satu bentuk
komunikasi dokter pasien yang tergolong sulit pelaksanaannya namun mutlak
dimiliki oleh seorang dokter.
Konseling medik dilakukan dalam situasi tertentu yang memerlukan
diskusi yang mendalam antara petugas kesehatan dengan pasien dan/atau
keluarganya agar pasien dan/atau keluarganya dapat menentukan pilihannya.
Konseling biasanya dilakukan untuk pasien yang telah jelas diagnosis penyakit
19
ataupun masalah
kesehatannya, namun kesulitan dalam menentukan ataupun
menjalani solusi masalah tersebut. Biasanya bila pasien dihadapkan pada dua
pilihan yang mempunyai keuntungan atau kerugian yang hampir sama. Beberapa
contoh keadaan yang memerlukan konseling medik adalah pengambilan keputusan
antara menjalani transplantasi ginjal atau meneruskan hemodialisis; pasangan
suami istri yang ingin menunda kehamilan dalam menentukan metode kontrasepsi,
seseorang yang ingin berhenti merokok, menggunakan narkoba, pasien kanker yang
kebingungan untuk memilih kemoterapi atau radioterapi. Pilihan tersebut
mempunyai keuntungan dan kelemahan masing-masing. Konselor harus dapat
memberikan informasi selengkap-lengkapnya tentang dua altematif tersebut tanpa
memberikan preferensinya.
Tujuan utama konseling adalah menolong pasien agar mereka dapat :
1. mengembangkan hubungan sedemikian rupa sehingga pasien merasa
dimengerti untuk selanjutnya dapat secara jujur dan terbuka mendiskusikan
persoalannya,
2.
mendapatkan pengertian yang mendalam akan masalah yang mereka
hadapi,
3. mendikusikan altematif pemecahan masalah dan menentukan keputusan,
4.
merencanakan dan melaksanakan tindakan yang spesifik
5. merasakan perasaan yang berbeda yang membuat mereka lebih tenang dan
bahagia.
Konseling yang baik terdiri atas dua elemen besar yakni menciptakan
hubungan yang bersifat saling mempercayai, serta memberikan dan menerima
informasi yang relevan dan akurat untuk menolong pasien membuat keputusan. Hal
tersebut dilakukan dengan menunjukkan empati, bersikap sopan dan ramah serta
menghormati pasien, termasuk menghargai pendapat pasien yang mungkin berbeda
dengan pendapat petugas, serta memberikan informasi yang sederhana, jujur, benar
dan lengkap. Dua elemen tersebut amat penting karena akan mempunyai dampak
positif terhadap kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan,
kepatuhan pasien untuk mengikuti petunjuk petugas kesehatan, serta keinginan
kembali ke klinik untuk pemeriksaan tindak Ianjut.
Pada saat memberikan konseling kepada pasien, baik pasien maupun
konselor harus berpartisipasi secara aktif, saling bertukar informasi, mendiskusikan
20
perasaan dan sikap pasien tentang apa yang menjadi masalahnya. Salah satu kunci
pokok
konseling
ialah
komunikasi
interpersonal
yang
baik.
Komunikasi
interpersonal adalah suatu proses dua arah, lingkaran interaktif dimana kedua
pihak yang berkomunikasi saling bertukar pesan. Dalam proses tersebut si
penerima menginterpretasikan pesan pengirim dan memberikan tanggapan dengan
pesan yang baru, atau dengan kata lain komunikasi interpersonal adalah proses
tatap muka penyampaian informasi dan saling pengertian antara dua atau lebih
orang. Pesan disampaikan secara verbal ataupun non-verbal.
Secara umum
keterampilan komunikasi dapat dibagi menjadi tiga yakni:
1. Keterampilan melakukan komunikasi verbal, konselor harus dapat
memahami pesan yang ingin disampaikan pasien melalui kalimat kalimat
yang disampaikan dengan cara mendengarkan. Mendengarkan adalah
keterampilan
konseling
yang
cukup
rumit.
Menurut
Lunsteen
“mendengarkan adalah the process by which spoken language is converted to
meaning in the mind". Definisi yang lain diajukan oleh Steil " Listening is a
complex, learned human process of sensing, interpreting, evaluating, storing
and responding to oral messages". Mendengarkan tidak hanya sekedar
memberikan perhatian penuh kepada seseorang yang berbicara, tetapi juga
harus menyadari bahwa orang yang berbicara tersebut melihat apakah kita
mendengarkan pembicaraannya. Kemudian konselor haruslah mampu
menanggapi dengan bahasa verbal yang dapat dipahami pasien dengan baik
pula, dalam hal ini dokter tidak boleh menggunakan terlalu banyak istilah
medis. Tak kalah pentingnya ialah penggunaan nada bicara dan intonasi
yang tepat, dokter hendaklah berbicara dengan nada dan intonasi yang
netral dan tidak terlalu keras. Selain itu sebaiknya dokter meminimalisir
penggunaan bahasa daerah, kecuali jika pasien tidak dapat memahami
bahasa lain.
2. Keterampilan melakukan komunikasi non-verbal, dalam hal ini konselor
hendaknya menunjukkan bahasa tubuh/body language yang mendukung
terwujudnya komunikasi interpersonal. Dalam hal ini, untuk memastikan
pasien menyadari bahwa konselor terlibat secara aktif dalam komunikasi.
Berikut adalah contoh bahasa tubuh yang menunjukkan keterlibatan secara
aktif:
21
 duduk berhadapan dengan lawan bicara
 posisi tubuh yang menunjukkan keterbukaan, jangan bersilang lengan
atau kaki
 condongkan tubuh sedikit ke arab lawan bicara
 lakukan kontak mata dengan lawan bicara secukupnya
 santai waktu mendengarkan
3. Keterampilan mengamati komunikasi verbal dari non-verbal pasien, artinya
konselor harus mampu memahami bahasa tubuh pasien sehingga nantinya
mempermudah dalam menanggapi pasien untuk membangun kepercayaan
pasien.
Ketiga keterampilan tersebut harus dikuasai oleh petugas kesehatan agar ia
dapat melakukan konseling dengan baik. Ketiganya dibutuhkan konselor agar
dapat menyesuaikan proses konseling dengan kebutuhan dan keadaan pasien
dalam membangun kepercayaan pasien terhadap dirinya. Dalam komunikasi,
konselor juga harus memperhatikan faktor norma dan budaya setempat untuk
menghindari misinterpretasi.
Konseling yang efektif akan terjadi bila konselor dapat berpartisipasi secara
penuh di dalam komunikasi pasien sehingga ia akan sangat memahami perasaan
pasien dan dapat menunjukkan pemahaman tersebut, yang pada akhirnya
konselor dapat membantu pasien dalam menentukan solusi dengan memainkan
peran sebagai fasilitator.
Konseling terdiri atas 4 tahap yakni attending, exploring, understanding dan
action.
4.
Pada tahap attending, hal pertama yang harus dilakukan konselor ialah
introduksi. Konselor hendaklah memperkenalkan dirinya sebagai seorang
profesional yang kompeten di bidangnya, dalam hal ini seorang dokter.
Walau terkesan remeh, hal ini sangat penting dalam memberikan kesan
terhadap image konselor kepada pasien. Image ini penting bagi pasien untuk
menentukan apakah konselor dapat ia percaya atau tidak. Selanjutnya,
konselor harus menunjukkan keterlibatan (attentive listening) mereka
kepada pasien dan siap untuk menyediakan waktu untuk konsultasi.
Attentive listening dapat dinilai dengan memperhatikan respon pasien, jika
pasien semakin terbuka mengenai masalah yang ia hadapi maka dapat
22
dikatakan attentive listening konselor berjalan dengan baik dan pasien mulai
membangun kepercayaan terhadap konselor
5.
Tahap kedua adalah exploring (menggali informasi) yang perlu dilakukan
setelah konselor dapat membangun kepercayaan pasien terhadap dirinya.
Pada tahap ini, konselor harus berusaha untuk mendapatkan pengertian dan
pemahaman yang lengkap mengenai keadaan pasien. Keterampilan yang
diperIukan oleh konselor untuk dapat melakukan exploring adalah
questioning, mempertanyakan hal yang penting untuk membantu memahami
permasalahan pasien; reflecting, merefleksikan pemahaman konselor
terhadap masalah pasien; dan summarizing menyimpulkan keadaan
sementara permasalahan yang dihadapi pasien. Pada tahapan ini, amat
penting bagi konselor untuk memiliki pengetahuan yang memadai mengenai
masalah kesehatan yang dialami pasien. Sehingga konselor mampu melewati
tahapan questioning, reflecting dan summarizing dengan tepat. Tahap ini
akan menjadi dasar bagi konselor untuk menjadi fasilitator bagi pasien
dalam tahap action.
6.
Selanjutnya, tahap understanding dimana konselor harus memahami semua
perasaan, masalah, dan pendapat pasien yang dikemukakan pada tahap
sebelumnya tanpa ikut mempengaruhi pasien dengan emosinya. Konselor
harus menyampaikan pengertian dan pemahamannya kepada pasien.
Keterampilan yang penting di sini adalah empati, yaitu konselor
menunjukkan bahwa ia melihat sesuatu yang terjadi melalui mata pasien.
7.
Tahap yang keempat adalah action. Pada tahap ini pasien diberi kesempatan
untuk memahami masalahnya untuk selanjutnya dapat membuat keputusan
dibantu oleh konselor sebagai fasilitator. Konselor hendaknya menjelaskan
sesuai dengan keilmuan yang ada, berbagai kemungkinan pilihan, serta
masing masing keuntungan dan kerugiannya. Pasien kemudian difasilitasi
untuk menentukan sendiri tujuan yang akan dicapai serta rencana apa yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut agar dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya. Konseling berakhir jika pasien sudah merasa
puas dengan informasi yang ia dapat dan memutuskan sendiri solusi dari
permasalahannya.
23
Terkadang pasien belum merasa cukup hanya dengan sekali pertemuan
konseling, hingga butuh beberapa kali pertemuan agar ia dapat mengambil
keputusan. Disini konselor hendaknya tidak mengakhiri pertemuan hingga pasien
merasa puas dengan informasi yang ia dapat walaupun belum menentukan solusi
permasalahannya.
24
Nama Mahasiswa
Tanggal Pemeriksaan
NO
Penilaian Konseling Medik
:
:
ASPEK YANG DINILAI
0
SKOR
1
2
Attending
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
2 Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat,
pekerjaan, status)
2 : menanyakan semua items dengan sempurna
1 : menanyakan 3-4 items
0 : menanyakan 1-2 items
3 Menanyakan alasan kedatangan pasien
Exploring
4 Konselor menunjukkan attentive listening, dinilai dengan
respon pasien yang makin terbuka dalam menyampaikan
permasalahannya
5 Menanyakan riwayat permasalahan kesehatan/penyakit
yang
berhubungan
dengan
permasalahan
kesehatan/penyakit
2 :menanyakan riwayat yang berhubungan
1 : menanyakan riwayat namun tidak berhubungan
0 :tidak dilakukan
6 Merefleksikan, menunjukkan pemahaman terhadap
permasalahan yang dihadapi pasien dan menyimpulkan
permasalahan yang sedang dihadapi pasien sesuai
dengan keilmuan dan kondisi pasien
2: Merefleksikan dan menyimpulkan sesuai kondisi
pasien
dan keilmuan
1:
 Merefleksikan dan menyimpulkan tidak sesuai
dengan kondisi pasien namun sesuai keilmuan
 Merefleksikan dan menyimpulkan tidak sesuai
dengan keilmuan namun sesuai kondisi pasien
 merefleksikan saja sesuai keilmuan atau
 menyimpulkan saja sesuai keilmuan
0:
 merefleksikan saja sesuai kondisi pasien,atau
 menyimpulkan saja sesuai kondisi pasien
Understanding
7 Menunjukkan
pemahaman
(understanding)
akan
perasaan, masalah, dan pendapat pasien tanpa
mempengaruhi pasien dengan emosi
1: menunjukkan tanpa mempengaruhi dengan emosi
25
0: menunjukkan dengan emosi
8
Menjelaskan kemungkinan solusi permasalahan beserta
keuntungan dan kerugian yang dihadapi pasien sesuai
keilmuan
1: menjelaskan sesuai keilmuan
0: menjelaskan tidak sesuai keilmuan
Action
9 Memfasilitasi proses pengambilan keputusan pasien
tanpa mempengaruhi ataupun menunjukkan preferensi
1: memfasilitasi tanpa menunjukkan preferensi
0: memfasilitasi dengan menunjukkan preferensi
13 Penutupan, konselor memastikan pasien merasa puas
dengan informasi yang ia dapat dan mencatat hasil
konseling
2 :memastikan kepuasan pasien dan mencatat hasil
1 : hanya melakukan salah satu
0 : tidak dilakukan
Komunikasi interpersonal
10 Konselor menggunakan bahasa yang mudah dipahami
pasien, penggunaan bahasa medis minimal dan
penggunaan bahasa daerah hanya jika pasien tidak
paham bahasa lain.
11 Konselor menggunakan nada bicara dan intonasi yang
netral
12 Konselor menunjukkan bahasa tubuh yang terbuka dan
mendukung komunikasi interpersonal
Total Skor : _____
17
x 100% =
%
Observer
(…………………………………..)
26
ANAMNESIS
Tujuan pembelajaran:
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis kasus penyakit imunologis dan infeksi
hingga penegakan diagnosis
Strategi pembelajaran:
Role play
Anamnesis adalah wawancara kepada pasien untuk mendapatkan informasi
mengenai
riwayat
(autoanamnesis)
perjalanan
maupun
dari
penyakit
penderita,
keluarga/orang
lain
baik
secara
langsung
(alloanamnesis
atau
heteroanamnesis) . Dokter yang akan melakukan anamnesis hendaknya memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan baik dan mempunyai pengetahuan mengenai
gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit tertentu.
Agar anamnesis dapat berlangsung dengan baik, hendaknya memenuhi beberapa
syarat, yaitu:
a. Suasana tenang dalam tempat pemeriksaan.
b. Pemeriksa/dokter sabar dan ramah.
c. Bahasa yang digunakan harus bahasa yang dimengerti oleh pasien, jangan
menggunakan istilah-istilah medis.
d. Dalam menyampaikan pertanyaan jangan tergesa-gesa.
e. Jika harus allo/heteroanamnesis maka usahakan pertanyaan ditujukan
kepada orang yang terdekat dan setiap hari bersama pasien.
Kemampuan berkomunikasi meliputi kemampuan sambung rasa dan
pendekatan pada pasien. Karena tidak semua pasien dapat mengungkapkan segala
keluhan/sakitnya dengan lengkap sehingga pasien harus dipastikan merasa aman
dan percaya kepada dokter/pemeriksa. Untuk itu pemeriksa/dokter harus memiliki
kemampuan menjadi pembicara dan pendengar yang baik, mengetahui/menguasai
bahasa non-verbal, cara bertanya yang baik, menjaga suasana aman dan nyaman,
dan cara cross check yang baik.
Anamnesis pada modul ini diharapkan sampai pada tahap penegakan
diagnosis dan memberi penjelasan kepada pasien mengenai penyakit yang
27
dideritanya. Bidang penyakit yang akan dilakukan proses anamnesis adalah
penyakit imun dan penyakit infeksi. Berikut adalah sistematika data anamnesis:
1. Tanggal Pemeriksaan dan Identitas Pasien
Hari dan tanggal anamnesis selalu menjadi informasi yang penting. Anda juga sangat
dianjurkan mencatat waktu (jam) ketika anda melakukan anamnesis atau
pemeriksaan lain, khususnya pada situasi emergensi. Identitas pasien meliputi
nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, suku, agama, status perkawinan, dan
pekerjaan. Seperti diketahui, data-data dari identitas pasien ini sangat penting oleh
karena data tersebut sangat berkaitan dengan masalah klinik maupun gangguan
sistem atau organ tertentu, misal penyakit tertentu berkaitan dengan umur, jenis
kelamin, pekerjaan, dan suku bangsa tertentu pula. Dalam menanyakan identitas
dalam anamnesis dalam skill lab hanya menanyakan nama, umur, dan alamat. Data
jenis kelamin ditanyakan jika tidak bisa diidentifikasi dengan inspeksi atau masalahmasalah yang sangat memerlukan kepastian jenis kelamin. Untuk suku dan agama
juga tidak perlu ditanyakan secara formal jika dirasa tidak perlu. Selain itu di
RS/puskesmas atau klinik identitas sudah terlebih dahulu diisikan dalam rekam
medik oleh petugas pendaftaran. Untuk data pernikahan bisa diajukan selama
proses anamnesis berjalan, jika dirasa perlu.
Catatan penting: Setelah mengetahui nama pasien maka hendaknya dokter sesekali
memanggil nama pasien. Contohnya: “OK, coba Pak Abu ceritakan apa yang bapak
rasakan/keluhkan”. Keterangan umur bisa dipakai untuk menentukan kata sapaan
yang sesuai misalnya, memanggil pasien dengan usia lebih kecil dari periksa dengan
panggilan “Dik, Mbak, dsb”. Panggilan Ibu atau Bapak misalnya diberikan kepada
pasien yang berusia diatas 30 th atau yang sudah menikah.
Contoh kalimat menanyakan identitas (harus berbeda dengan interogasi):
Dokter : “Selamat pagi, perkenalkan saya dr. Heru. Saya berbicara dengan Ibu siapa
ya?” (jika nama pasien sudah tercatat di dalam RM, maka dokter bisa langsung
mengatakan: “Selamat pagi, Ibu Suprihati ya?”)
Pasien : “ Saya Ibu Suprihati”
28
Dokter : “Baiklah, Ibu Supri usianya berapa sekarang?” (sebenarnya dokter bisa
menyambung rasa dan mencairkan suasana dengan menanyakan: “Oh, saya panggil
Bu Supri saja ya!” Baiklah, Ibu Supri ... “)
Pasien : “Saya 43 Dok” (dokter boleh menimpali dengan susuatu komentar yang
positif seperti: “wah masih kelihatan sangat muda ya”, catatan: jangan memberikan
komentar yang negatif!
Dokter : “ Bu, Supri tinggal dimana?”
Pasien : “Saya tinggal di Panam dok” (dokter bisa menimpali dengan mengatakan,
“wah cukup jauh ya, atau wah lumayan dekat”, naik apa kesini?”
Catatan: sambung rasa perlu dibangun sejak awal komunikasi sehingga bisa
membuat pasien nyaman. Akan tetapi jika kondisi pasien tampak tidak nyaman atau
kelihatan kesakitan, sebaiknya komunikasi dilakukan dengan singkat. Dalam kondisi
tersebut empati kepada pasien harus ditonjolkan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah satu atau lebih gejala yang menyebabkan pasien datang ke
dokter. Dokter perlu untuk memastikan keluhan utama pasien, sebab dalam
persepsi
pasien,
dokter
akan
membantu
menghilangkan/menyembuhkan
gejala/kekhawatiran tersebut (output yang diharapkan oleh pasien).
Contoh menggali KU
Dokter
: “Apa yang Ibu keluhkan?” atau “Apa yang ibu rasakan sekarang ini?”
atau “Apa yang bisa saya bantu Bu?”
Pasien
: “Ini dokter, badan saya gatal-gatal dan bentol-bentol”
Cara bertanya yang salah: “Penyakit ibu apa?” karena pasien akan menjawab “kalau
saya tau penyakit saya, ngapain saya datang ke dokter”
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Adalah uraian lengkap, jelas, dan kronologis mengenai berbagai permasalahan yang
mendorong pasien untuk datang (Keluhan Utama). Mulailah dengan mengajukan
pertanyaan terbuka.
Contoh:
Dokter
: “Coba ibu ceritakan gimana awal kejadiannya!” atau “Bagaimana
ceritanya ibu?” (biarkan pasien bercerita, dokter mendengarkan dengan simpati dan
empati).
29
Catatan: selama pasien bercerita dokter membuat catatan hal-hal penting yang
nantinya akan digali lebih lanjut dengan pertanyaan tertutup. Dari RPS ini dokter
harus memperoleh beberapa poin pentung meliputi hal dibawah ini.
Ingatlah kerangka “Tujuh Butir Mutiara” di bawah ini:
1. Lokasi keluhan, misal: menetap, menjalar/tidak, berpindah pindah/tidak
2. Karakter atau sifat keluhan, misal: sifat nyeri, tumpul, tajam, seperti ditusuk
tusuk, seperti ditindih benda berat
3. Berat ringannya kelainan (severity), misal: mengganggu aktivitas sehari hari
atau tidak
4. Waktu terjadinya, misal: akut, kronis, intermitten
5. Faktor-faktor pencetus dan yang memperberat, misal: nyeri dada diperberat
dengan batuk
6. Faktor yang meringankan keluhan, misal: nyeri dada membaik dengan istirahat
7. Manifestasi lain yang menyertainya, misalnya: selain keluhan utama adakah
gejala-gejala lain yang menyertai?
a.
b.
c.
Pikirkan organ yang terlibat serta prosesnya, bukan
penyakitnya!
Pertanyaan harus memiliki makna klinis, bukan hanya sekedar
bertanya saja.
Contoh: “Apakah gatal yang ibu rasakan disatu tempat saja atau
dibanyak tempat?” pertanyaan ini harus memiliki makna klinis
misalnya, apakah suatu penyakit bersifat lokal atau sistemik?
Pelajarilah bahan preklinik serta klinik yang telah Anda terima,
sebab dalam anamnesis ini Anda akan mencari apa yang Anda
ketahui serta ingat. “Anda melihat apa yang Anda cari dan Anda
mengenali apa yang Anda ketahui.”
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Catatlah penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh pasien beserta
waktunya. Yang ditanyakan termasuk apakah pasien pernah mengalami kecelakaan
atau operasi, maupun keadaan alergi. Hal tersebut di atas merupakan data-data
penting, oleh karena akan memberikan informasi mengenai:

Apakah ada gejala sisa?

Apakah ada kaitannya dengan penyakit sekarang?
30

Apakah ada pengaruh/kaitan terhadap pengelolaan pasien selanjutnya?
Beberapa contoh pertanyaan untuk riwayat penyakit dahulu adalah sebagai berikut:

Pernahkah Anda menderita penyakit berat dalam hidup Anda?

Pernahkah Anda mengalami masalah emosional?

Pernahkah Anda mengalami operasi/pembedahan?

Apakah ada obat-obatan yang pernah menyebakan gangguan pada Anda?

Pernahkah Anda menderita penyakit tertentu? Kapan?
Riwayat penyakit dahulu ini mencakup penyakit sistem yang berhubungan
dengan penyakit yang diderita sekarang, misal: kardiovaskular (demam reumatik
akut, dll), sistem pernafasan (difteri, batuk rejan, influenza, tonsilitis, pneumonia,
pleuritis,
tuberkulosis, dll), saluran pencernaan (disentri,
hepatitis, tifus
abdominalis), kulit (cacar air, morbili), infeksi (malaria, demam berdarah), dll
termasuk riwayat alergi obat dan makanan. Hal yang dicatat ialah keterangan
terperinci semua penyakit dengan komplikasinya yang pernah dialami dan sedapat
mungkin dicatat menurut urutan waktu. Tidak perlu mencatat penyakit-penyakit
yang tidak pernah diderita. Pada pasien dengan riwayat kecelakaan atau operasi
dicatat keterangan tentang tanggal, lama operasi, obat anestesi, jenis operasi, lama
perawatan di rumah sakit, lamanya penyembuhan, sembuh sempurna atau tidak,
berapa lama tidak bekerja, dll. Pada pasien wanita dengan riwayat kehamilan atau
keguguran ditanyakan dan dicatat secara kronologis tentang jumlah kehamilan serta
sebab keguguran.
4. Anamnesis Sistem
Tulislah di bawah ini judul-judul yang bersangkutan, semua keluhan dan
kelainan patologis yang bukan bagian dari penyakit sekarang dan yang belum ditulis
dalam bahasan riwayat penyakit dahulu. Jika tidak ada keluhan tulislah ‘tidak ada’,
tanpa tambahan lain. Bila ada keluhan , catatlah deskripsi lengkap.
Kepala : trauma, sakit kepala, nyeri pada sinus
Mata
:
nyeri, sekret, kelainan penglihatan, penglihatan kurang jelas,
pemakaian kaca mata
Telinga
: nyeri, sekret, nyeri tekan mastoid, tinitus, penurunan pendengaran
31
Hidung
: trauma, nyeri, sekret, epistaksis, penyumbatan, pilek, post-nasal
drip, pemakaian alat bantu
Mulut
: gigi-geligi, bibir, gusi, selaput lendir, lidah, kelainan mengecap atau
mengunyah, sekresi ludah, stomatitis
Tenggorokan : nyeri, tonsilitis, abses peritonsil, laringitis, kelainan suara, tak
bersuara
Leher
: pembesaran kelenjar gondok dan limfe, tanda radang
Jantung dan paru
: nyeri dada, rasa berdebar, sesak nafas, batuk, sianosis,
orthopnea, edema, bronkhitis, asma, pilek, batuk darah,
berkeringat malam hari
Lambung dan usus
:
kembung, mual, muntah,
disfagia, muntah darah,
konstipasi, ikterus, hemoroid, sifat tinja (diare, tinja yang
berdarah, hitam seperti aspal atau putih seperti dempul),
obstipasi
Alat kelamin
: disuria, poliuria, nokturia, poilakisuria, hematuria, kencing
batu, pasir, kencing nanah, ngompol, kolik ginjal atau ureter,
oliguria,
anuria,
kencing
menetes,
inkontinensia,
penyempitan uretra, prostatitis
Saraf dan otot
: anestesia, parestesia, otot lemah atau lumpuh, pingsan,
tidak sadar, otot berkedut, kejang, tinitus, vertigo, pusing,
afasia, gangguan bicara, sukar mengingat, amnesia, ataksia,
gangguan berkemih, kerusakan N. I – N. XII
Kejiwaan
: perangai stabil atau labil
Berat badan
: berat badan rata-rata, berat yang tertinggi, bilamana
menurunnya berat badan, dalam waktu berapa bulan, berat
badan sekarang
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Jika keluhan memberi petunjuk kemungkinan penyakit yang diderita pasien
adalah herediter, maka riwayat penyakit pasien harus diteliti dnegan seksama.
Anggota keluarga meliputi: kakek, nenek, ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara
perempuan, dan anak-anak pasien. Selain penyakit herediter, perlu diperhatikan
juga penyakit menular misalnya tuberkulosis, sifilis, hemofilia, penyakit saraf,
32
penyakit jiwa, neoplasma, penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit kardiorenal-vaskular, dll. Bila mengidap penyakit herediter, misal diabetes mellitus,
buatlah gambar diagram untuk mencari anggota-anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
6. Riwayat Pribadi, Sosial-Ekonomi-Budaya
Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya, dan keluarga merupakan informasi
penting, baik dalam kaitannya dengan masalah klinik atau penyakit yang diderita
saat ini dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan yang optimal untuk
pasien selanjutnya. Riwayat sosial mencakup keterangan pendidikan, pekerjaan
(macam pekerjaan, jam kerja, pengaruh lingkungan kerja, dll), asuransi, aktivitas di
luar kantor/kampus (olahraga, hobi, organisasi), perumahan, perkawinan (lamanya,
jumlah anak, keluarga berencana, perkawinan sebelumnya), tanggungan, makanan
(teratur atau tidak, variasi, banyaknya, berapa kali makan sehari, komposisi makan
sehari-hari, pengunyahan, nafsu makan, dan pencernaan), tidur (lamanya, teratur,
ventilasi, jumlah orang dalam satu kamar tidur, penyebab gangguan tidur),
kebiasaan merokok, teh, kopi, alkohol,obat, dan jamu.
Dalam anamnesis kali ini, mahasiswa akan diberikan keluhan-keluhan seputar
penyakit-penyakit infeksi dan penyakit imun.
Keluahan Utama:
1. Demam
2. Gatal-gatal
3. Batuk
4. Pilek
5. Sesak nafas
6. Nyeri sendiri
7. Kulit memerah
8. Biduran (galigato)
Tugas: Mahasiswa membuat algoritma masing-masing keluhan di atas! Algoritma
boleh dibuat sendiri, ambil dari buku ataupun sumber-sumber online.
33
Penilaian keterampilan anamnesis
Nama Mahasiswa
:
Tanggal Pemeriksaan
:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Aspek yang dinilai
Skor
0 1 2
Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan, serta menunjukkan
empati (dinilai terakhir).
2: sempurna
1: tidak sempurna
0: buruk
Memberi salam dan memperkenalkan diri.
1: melakukan keduanya
0: tidak melakukan/melakukan hanya salah satu
Menanyakan identitas pasien: nama, umur, alamat, pekerjaan
2: 4 item
1: 2-3 item
0: <2 item
Menanyakan keluhan utama pasien.
Menggali riwayat penyakit sekarang pasien.
1 : melakukan
0 : tidak melakukan
a. onset dan durasi
b. frekuensi
c. karakter atau sifat keluhan
d. berat-ringannya kelainan (severity)
e. faktor-faktor yang memperberat
f. faktor-faktor yang meringankan keluhan
g. keluhan lain yang menyertai
Melakukan anamnesis sistem lain yang berhubungan dengan keluhan
utama pasien.
Menggali riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keluhan
pasien.
2: menanyakan dan berhubungan dengan RPS
1: menanyakan tapi tidak berhubungan dengan RPS
0: tidak menanyakan
Menggali riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan
keluhan pasien.
2: menanyakan dan berhubungan dengan RPS
1: menanyakan tapi tidak berhubungan dengan RPS
0: tidak menanyakan
Menanyakan kebiasaan dan gizi pasien.
Bertanya dengan kalimat terbuka dan melakukan cross check
terhadap jawaban pasien.
2: sempurna
1: tidak sempurna
0: tidak melakukan
Menanyakan pada pasien apakah masih ada yang ingin ditanyakan.
34
Menjelaskan kemungkinan diagnosis dengan menggunakan bahasa
yang mudah dipahami oleh pasien.
2: menjelaskan kemungkinan diagnosis dengan benar, menggunakan
12.
bahasa yang dipahami pasien tanpa menggunakan bahasa medis
1: menjelaskan kemungkinan diagnosis dengan benar menggunakan
bahasa medis
0: salah menjelaskan kemungkinan diagnosis walaupun
Mampu menjawab pertanyaan tutor mengenai diagnosis dan
pemeriksaan
2: mampu menjawab pertanyaan mengenai diagnosis dan
13.
pemeriksaan
1: mampu menjawab pertanyaan mengenai diagnosis atau
pemeriksaan saja
0: Tidak mampu menjawab pertanyaan
14.
Mencatat hasil kesimpulan anamnesis
(*) : sistem saraf, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem muskuloskeletal,
sistem indra, sistem urogenital
Total Skor : _____
x 100% =
%
Observer
28
(…………………………………..)
35
Pembagian Kelompok Skills Lab 4.3 Kelas A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kelompok 1,LS
Rizki Agusmai
Darfirizan Seprika
Anggi Dwi Prasetyo
Novita Desthary
Ananta Yandini
Novita Amelia
Ade Irma Febriani
Ahmad Fahrozi
Sesria Nasution
Khairani Nurrizky
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kelompok 4, YN
Septya Dana Prakoso
Lisa Helledy
Erma Royani
M.Ibnu Rahmansyah
Novi Yohana
Isnaini Hafizah
Dewi Suspita Anggrayeni
Rapindri Andas
Guntur Harizona
Andini Hidayani D
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kelompok 2, HMW
Nela Dita Sari
Reza Nita Pertiwi
Ester Venny Junita BR.S
Lusy Agustin
Rahmad Ramadhan
Muhammad Tarmizi
Linda Rahayu Ningsih
Novia Desi Yana
Muhammad Zumrodin
Arif Rahman Yasin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kelompok 5, RP
Susi Susanti
Raja Ririn Sriningsih
Rahmani Shofi
Budi Harseno
Desi Rujika
Rana Nufarizki Fadhilah
Artria Pradya Sepni
Samirathul Qulbi
Shindy Delvina
Husnani
M.Zulkifli Eddysa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kelompok 3, RDU
Rita Lia Dahlia
Mesliza Ummeisa
Pratama Adharianto Putra
Ahmad Bukhari
Nafa Maulidina
Septiawati
Risna Nelda
Ayie Rizkyna Eddya
Yulia Kasih
Desila Irma Susanti
Pembagian Kelompok Skills Lab 4.3 Kelas B
Kelompok 1,LS
1
Nurhatika
2
Khairul Wara
3
Sella Annisa
4
Rahma Navali
5
Tiara Sri Annisa Hadi Broto
6
Umi Mukaromah
7
Shinta Trisna Yanti
8
Prizan Keni Idris
9
Yolanda Yuriati
10
Fitri Sri Wulandari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kelompok 4, EA
Yendri Al-Fulqon
Welly Elvandari
Ratih Aprizumi
Ayu Ainun Nur Yasin
Wandri Octa Mahyudin
E.Arinne Mariza
Rien Esty
Titi Yuliani
Deniati Fitri
Delta
Kelompok 2, HMW
1
Faizal Luthfi Akhyar
2
Desi Kartika Sari
3
Nazaruddin Nur
4
M. Habib Hidayat
5
Rizki Amanda Putra
6
Rayan Ferinaldi
7
Zainul Fatimah
8
Yesi Nurjanah
9
Toni Arifin
10
Dian Addi Vatia
Kelompok 3, HA
1
Puspa Delima Sari
2
R.Bobby Wibisono
3
Viyola Azzahra
4
Dwi Ratih Septia
5
Fauzi Riza Septia
6
Hasan Bukhari
7
Arruhul Amini
8
Yogie Ersandy
9
Yoanna Gustia Rahayu
10
Yurfi Andria
Kelompok 5, YP
1
Yunita Sri Rahayu
2
Inten Nur Rasadina
3
Zolla Maicelina
4
Septian Hady Putra
5
Toto Marzuki
6
Maya Ramadani
7
Alisya Putri H
8
Narita Riski
9
Yunis Eka Shinta
10
Yunita Sri Rahayu
37
Download