Pembahasan tentang kebangkitan orang mati tidak dapat

advertisement
ARIE-1/MB-PWG/01-2011
SERI I – MATERI BINA WG
Sahabat-sahabatku,
Sesudah kita memasuki 2011, bukan berarti berbagai masalah telah selesai tuntas.
Mungkin masih ada masalah lama, bisa juga akan muncul masalah baru dalam
persekutuan yang bersaksi dan melayani.
Salah satunya, apa yang dialami beta terkait pengajaran Gereja tentang Kebangkitan
Orang Mati. Apakah orang yang mati dibangkitkan Allah ? Sudah pasti YA dan AMIN.
Akan tetapi pertanyaan tersebut tidak berhenti di sana. Muncul pertanyaan baru :
Dengan tubuh apakah orang mati akan dibangkitkan ?
Masalah ini pun digemakan dalam pengucapan Pengakuan Iman Rasuli pada setiap
Ibadah Minggu : AKU PERCAYA, ADANYA KEBANGKITAN DAGING ! Benarkah daging
yang sudah dimakan belatung akan dibangkitkan ? Bagaimanakah kita memberitakan
kebenaran tentang kebangkitan orang mati kepada saudara-saudara keturunan
Tiongha (Cina), padahal beberapa di antara mereka memiliki tradisi kremasi.
Digelisahkan dan diresahkan oleh hal itu, beta mencoba menelusuri rumusan-rumusan
Pengakuan Iman Ekumenis dan Pengakuan Iman Athanasius untuk mencoba
menjawab masalah tersebut dengan menggali gagasan-gagasan teologi dalam Alkitab.
Harapan beta, tulisan ini dapat membantu kalian mengembangkan pengajaran Gereja
berdasarkan pemahaman iman kita.
Dikarenakan cukup panjang, maka beta memasukkannya secara bersambung. Selamat
menyimak, dan semoga bermanfaat. Semoga saja…..
Medan, 04 Januari 2011
Salam dan Doa
Pdt. Arie A. R. Ihalauw
KEBANGKITAN DAGING
ATAUKAH
KEBANGKITAN ORANG MATI ?
ditulis oleh
ARIE A. R. IHALAUW
SUMATERA UTARA : Medan, 5 Januari 2011
PENDAHULUAN
Saya merasa terganggu, ketika peserta ibadah mengucapkan PENGAKUAN IMAN
RASULI (Credo Apostolocum), khususnya :
Aku percaya adanya Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus,
pengampunan dosa dan KEBANGKITAN DAGING…
Saya tidak mengetahui dan tidak juga mengerti alasan pemindahan makna
KEBANGKITAN ORANG MATI menjadi KEBANGKITAN DAGING. Saya juga tidak
mengetahui, siapakah yang menerjemahkan dan apakah alasan penerjemahan
kalimat tersebut dari bahasa asing the resurrection of the body / flesh ke dalam
Bahasa Indonesia. Yang jelas, warga jemaat mengikuti pelayan gereja yang kurang
mengetahui alasan biblikal dan kontekstual yang dihadapi gereja kini dan
mendatang.
Berangkat dari kegelisahan dan keresahan yang bertahun-tahun dirasakan, saya
mencari alasan-alasan kontekstual dan biblikal untuk mengungkapkan pemahaman
dan pengakuan pribadi, yang mungkin bertentangan dengan pendapat banyak orang.
Harapan saya, tulisan ini akan membuka wawasan serta pendekatan kita terhadap
konteks di mana gereja/jemaat melaksanakan pelayanan-kesaksiannya. Melalui
tulisan ini saya mendorong para teolog dalam Gereja / Jemaat, khususnya
pendeta, agar selalu mengkaji dan menguji penggunaan istilah-istilah teologis
yang berdampak bagi pekerjaan pelayanan-kesaksian.
I. PENGGUNAAN TERMINOLOGI
I.A. Kebangkitan Daging
Penggunaan terminologi ‘kebangkitan daging’ (the resurrection of the body
/ flesh) dapat berpengaruh luas ke dalam pernyataan Gereja terhadap
berbagai situasi yang dihadapi. Kata daging bersifat sempi dan terbatas. Ia
menunjuk pada tubuh, badan, atau jasad manusia.
Sementara realitas yang dihadapi warga gereja dalam peristiwa kematian,
mayat, jenasah, tubuh atau badan yang dikuburkan akan hancur dimakan
belatung. Malahan bentuk dan rupa orang yang telah meninggalpun tidak
utuh lagi. Persoalannya : bagaimanakah bentuk tubuh yang dimaksudkan,
ketika kita mengucapkan ‘Aku percaya akan kebangkitan daging ?’
Sebaiknya, keyakinan (pengakuan iman) yang diucapkan dapat dirumuskan
dalam kalimat baku Bahasa Indonesia yang sederhana, dan yang dapat
menguraikan makna pemahaman secara jelas.
Penggunaan terminologi ‘kebangkitan daging’ (the resurrection of the body
/ flesh), bagi orang Kristen merupakan sebuah kewajaran (walaupun tidak
diketahui dan tidak dimengerti); akan tetapi ia akan menjadi hambatan bagi
upaya pemberitaan injil Kristus kepada masyarakat. Sebab rumusan itu tidak
rasional, mengandung hukum logika. Daging adalah bahagian komponen
dari kesatuan tubuh, badan manusia. Sesuai dengan pernyataan iman,
pada waktu Ibadah Pemakaman, seorang pelayan berkata : “Yang dari debu
tanah akan kembali menjadi debu tanah, dan roh kembali kepada Allah”.
Dalam ucapan tersebut terasa dikotomi (pemisahan dan pembedaan) gagasan
antara tubuh/badan dan roh. Umumnya, orang berpikir sempit tentang
daging, yang menunjuk pada bahagian komponen dari kesatuan tubuh
atau badan manusia. Mustahil, jika daging (dalam arti tubuh atau badan
manusia) dapat bangkit kembali. Apapun yang mau dikatakan, semuanya
mustahil.
Meskipun hal itu dikatakan oleh Paulus sekalipun serta terkandung dalam
Alkitab ! Saya menaruh keberatan atas pernyataan Paulus, jika hal itu
dipakai sebagai landasan dari rumusan pengakuan iman yang diucapkan
oleh warga jemaat pada setiap ibadah minggu. Daging tidak pernah akan
bangkit. Dalam tulisannya (I Kor. 15:50) Rasul Paulus sendiri mengakui,
bahwa darah dan daging tidak dapat mengambil bahagian dalam Kerajaan
Sorga. Jika benar hal itu dituliskan, maka saya menilai bahwa pikiran
Paulus kontradiktif, serta bisa menimbulkan kekacauan bagi proses berpikir
umat. Kita juga akan tersesat, jika tidak memahami benar maksud Paulus
tentang masalah kebangkitan.
Jelasnya, Paulus tidak bermaksud mengajarkan, bahwa akan terjadi
kebangkitan daging (the resurrection of the body / flesh) pada saat
Kristus Yesus menyatakan diri selaku Raja Mesiah. Dengan demikian, saya
mengajukan pertanyaan kepada seluruh teolog gereja (Pendeta, Penatua,
Diaken) dengan alasan apakah anda menggunakan rumusan kebangkitan
daging (the resurrection of the body / flesh) ?
I.B. Kebangkitan Orang Mati
Saya cenderung memakai terminologi ini dalam setiap Ibadah, di mana
Pengakuan Iman Rasuli (Creedo Apostolicum) diucapkan. Alasannya cukup
rasional (logis) : yang mati itu bukan daging, bukan tubuh, bukan badan.
Yang mati adalah manusia secara utuh. Yang mati adalah orang, bukan
dagingnya.
Terjemahan – Terjemahan PENGAKUAN IMAN RASULI
1. THE OLD ROMAN CREED
BELIEVE in God almighty [the Father almighty—(Rufinus)]. And in Christ
Jesus, his only Son, our Lord Who was born of the Holy Spirit and the
Virgin Mary. Who was crucified under Pontius Pilate and was buried And
the third day rose from the dead. Who ascended into heaven. And sitteth
on the right hand of the Father. Whence he cometh to judge the living and
the dead. And in the Holy Spirit. The holy church. The remission of sins.
The resurrection of the flesh. The life everlasting. [Rufinus omits this
line.]
2. THE APOSTLES’ CREED ( sixth-century Gallican version )
I BELIEVE in God the Father almighty, I also believe in Jesus Christ his
only Son, our Lord, conceived of the Holy Spirit, born of the Virgin Mary.
suffered under Pontius Pilate, crucified, dead and buried; he descended
into hell, rose again the third day, ascended into heaven, sat down at the
right hand of the Father, thence he is to come to judge the living and the
dead. I believe in the Holy Ghost, the holy catholic Church, the communion
of saints, the remission of sins, the resurrection of the flesh and life
eternal.
3. THE APOSTLES’ CREED ( terjemahan yang dipakai sampai hari
ini )
I BELIEVE in God the Father Almighty, Maker of heaven and earth: And in
Jesus Christ his only Son, our Lord; who was conceived by the Holy Ghost,
born of the virgin Mary, suffered under Pontius Pilate, was crucified, dead,
and buried; he descended into hell; the third day he rose again from the
dead; he ascended into heaven, and sitteth on the right hand of God the
Father Almighty; from thence he shall come to judge the quick and the
dead. I believe in the Holy Ghost; the holy catholic church; the communion
of saints; the forgiveness of sins; the resurrection of the body; and the life
everlasting. Amen
THE OLD ROMAN CREED
as quoted by TERTULLIAN (c. 200)
De Virg. Vel.
1.
1 De Praecept. 13
Percaya kepada Satu Allah,
1.
Bapa Pencipta dunia
(Believing in one God Almighty,
maker of the world)
2.
dan Anak-Nya, Yesus Kristus
(and His Son, Jesus Christ)
3.
lahir dari perawan Maria
Kami percaya
kepada satu Allah
(We believe one only
God)
2.
dan Anak Allah,
Yesus Kristus (and
the son of God Jesus
Christ)
3.
lahir melalui Sang
1 De Praecept. 26
1.
Aku percaya kepada
satu Allah, Pencipta
dunia (I believe in one
God, maker of the
world)
2.
Firman, yang disebut
Anak-Nya, Yesus
Kristus (the Word,
called His Son, Jesus
Christ)
3.
oleh Rohkudus dan
(born of the Virgin Mary)
4.
disalibkan di bawah
pemerintahan Pontius
Pilatus (crucified under
Pontius Pilate)
5.
pada hari ketiga
dibangkitkan dari antara
orang mati (on the third day
brought to life from the dead)
6.
masuk ke Sorga (received in
heaven)
7.
sekarang duduk di sebelah
kanan Bapa (sitting now at
the right hand of the Father)
8.
akan datang untuk
menghakimi orang yang
hidup dan orang yang mati
(will come to judge the living
and the dead)
9.
Rohkudus yang diutus oleh
Bapa (who has sent from the
Father the Holy Ghost).
Perawan (born of
the Virgin)
4.
Him suffered died,
and buried
4.
disiksa di salin
(fastened to a cross).
5.
hidup kembali
(brought back to
life)
5.
bangkit pada hari
ketiga (He rose the
third day)
6.
naik/diangkat
kembali ke sorga
(staken again into
heaven)
6. diangkat ke sorga
(was caught up into
heaven)
7.
duduk di sebelah
kanan Bapa (sits at
the right hand of the
Father)
7. duduk di sebelah
kanan Bapa (set at the
right hand of the
Father)
8.
akan datang untuk
menghakimi orang
yang hidup dan
orang yang mati
(will come to judge
the living and the
dead)
8. will come with glory to
take the good into life
eternal, and condemn
the wicked to
perpetual fire
9. sent the vicarious power of His Holy Spirit
10. untuk memerintah /
memimpin orang percaya (to
govern believers)
12. melalui kebangkitan daging
(through resurrection of the
flesh).
kuasa Allah dibuat
menjadi daging dan
lahir melalui
kandungan Maria (by
the Spirit and power of
God the Father made
flesh in Mary's womb,
and born of her)
(In this passage articles 9 and 10 precede 8)
12. Kebangkitan daging (restoration of the flesh)
THE OLD ROMAN CREED
Existing Modern Creed (T)
Old Roman Creed (R)
(1)
Aku percaya kepada Allah Yang
Mahakuasa (I believe in God the Father
Terjemahan ini dipakai sampai
sekarang
(1)
Aku percaya kepada Allah Bapa,
Pencipta langit dan Bumi (I believe
Almighty);
in God the Father Almighty Creator
of Heaven and earth)
(2)
Dan Yesus Kristus, Anak-Nya yang
Tunggal, Tuhan kita (And in Jesus
Christ, His only Son, our Lord);
(2) Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya
yang Tunggal, Tuhan kita (And in
Jesus Christ, His only Son, our Lord);
(3)
yang dilahirkan oleh Rohkudus dan
dilahirkan/keluar dari Perawan
Maria (Who was born of (de) the Holy
Ghost and of (ex) the Virgin Mary);
(3)
yang dikandung oleh Rohkudus
dan dilahirkan oleh Perawan
Maria (Who was conceived by the
Holy Ghost, born of the Virgin Mary),
(4)
Disalibkan dan mati di bawah
perintah Pontius Pilatus (Crucified
under Pontius Pilate and buried);
(4)
menderita disalibkan, mati dan
dikuburkan di bawah pmerintahan
Pontius Pilatus (Suffered under
Pontius Pilate, was crucified, dead,
and buried);
(5)
pada hari ketiga telah bangkit
kembali dari antara orang mati (The
third day He rose again from the dead),
(5)
Ia telah turn/masuk ke dalam
neraka; pada hari ketiga bangkit
kembali dari antara orang mati
(He descended into hell; the third
day He rose again from the dead);
(6)
Ia telah naik ke Sorga, duduk di
sebelah kanan Allah, Bapa Yang
Mahakuasa (He ascended into
Heaven, sitteth at the right hand of
God the Father Almighty);
(7)
Dari sana Ia akan dating untuk
menghakimi orang yang hidup dan
orang yang mati (From thence He
shall come to judge the living and the
dead).
(8)
Aku percaya akan Rohkudus (I
believe in the Holy Ghost),
(9)
Gereja yang Esa, dan persekutuan
orang-orang kudus (The Holy
Catholic Church, the communion of
saints)
(6)
Ia telah naik kembali ke dalam sorga
(He ascended into Heaven),
(7)
duduk di sebelah kanan Bapa (Sitteth
at the right hand of the Father),
(8)
Ia pasti akan dating kembali untuk
menghakimi orang yang hidup dan
orang yang mati (Whence He shall
come to judge the living and the dead).
(9)
dan kepada Rohkudus (And in the
Holy Ghost),
(10) Gereja yang kudus (The Holy Church),
(10) pengampunan dosa (The
forgiveness of sins),
(11) pengampunan dosa (The forgiveness
of sins);
(11) kebangkitan daging, dan (The
resurrection of the body, and
(12) kebangkitan daging (The resurrection
of the body).
(12) Hidup yang kekal (life everlasting).
Dikutip dan diterjemahkan oleh saya dari : http://www.mbsoft.com/believe/txc/apostles.htm (warna BIRU adalah terjemahan yang
dipakai sampai hari ini).
d). Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel
Traditional Wording, used since around 1549
I believe in one God,
the Father Almighty,
maker of heaven and earth,
and of all things visible and invisible;
And in one Lord Jesus Christ,
the only begotten Son of God,
begotten of his Father before all worlds,
God of God, Light of Light,
very God of very God,
begotten, not made,
being of one substance with the Father;
by whom all things were made;
who for us men and for our salvation
came down from heaven,
and was incarnate by the Holy Ghost
of the Virgin Mary,
and was made man;
and was crucified also for us under Pontius Pilate;
he suffered and was buried;
and the third day he rose again
according to the Scriptures,
and ascended into heaven,
and sitteth on the right hand of the Father;
and he shall come again, with glory,
to judge both the quick and the dead;
whose kingdom shall have no end.
And I believe in the Holy Ghost the Lord, and Giver of Life,
who proceedeth from the Father [and the Son];
who with the Father and the Son together
is worshipped and glorified;
who spake by the Prophets.
And I believe one holy Catholic and Apostolic Church;
I acknowledge one baptism for the remission of sins;
and I look for the resurrection of the dead,
and the life of the world to come. AMEN.
Modern (Western) Wording
We believe in one God,
the Father, the Almighty,
maker of heaven and earth,
of all that is, seen and unseen.
We believe in one Lord, Jesus Christ,
the only son of God,
eternally begotten of the Father,
God from God, Light from Light,
true God from true God,
begotten, not made,
of one being with the Father.
Through him all things were made.
For us and for our salvation
he came down from heaven:
by the power of the Holy Spirit
he became incarnate from the Virgin Mary,
and was made man.
For our sake he was crucified under Pontius Pilate;
he suffered death and was buried.
On the third day he rose again
in accordance with the Scriptures;
he ascended into heaven
and is seated at the right hand of the Father.
He will come again in glory
to judge the living and the dead,
and his kingdom will have no end.
We believe in the Holy Spirit, the Lord, the giver of life,
who proceeds from the Father [and the Son].
With the Father and the Son
he is worshipped and glorified.
He has spoken through the Prophets.
We believe in one holy catholic and apostolic Church.
We acknowledge one baptism for the forgiveness of sins.
We look for the resurrection of the dead,
and the life of the world to come. AMEN.
e) The Athanasian Creed, Quicunque
QUICUNQUE VULT
Alternate readings in brackets
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Whosoever will be saved, before all things it is necessary that he hold the Catholic Faith.
Which Faith except everyone do keep whole and undefiled, without doubt he shall perish
everlastingly.
And the Catholic Faith is this:
That we worship one God in Trinity, and Trinity in Unity,
Neither confounding the Persons, nor dividing the Substance [Essence].
For there is one Person of the Father, another of the Son, and another of the Holy Ghost.
But the Godhead of the Father, of the Son, and of the Holy Ghost, is all one, the Glory equal,
the Majesty co-eternal.
Such as the Father is, such is the Son, and such is the Holy Ghost.
The Father uncreate [uncreated], the Son uncreate [uncreated], and the Holy Ghost
uncreate [uncreated].
The Father incomprehensible [unlimited], the Son incomprehensible [unlimited], and the
Holy Ghost incomprehensible [unlimited].
The Father eternal, the Son eternal, and the Holy Ghost eternal.
And yet they are not three eternals, but one eternal.
As also there are not three incomprehensibles [infinites], nor three uncreated, but one
uncreated, and one incomprehensible [infinite].
So likewise the Father is Almighty, the Son Almighty, and the Holy Ghost Almighty.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
And yet they are not three Almighties, but one Almighty.
So the Father is God, the Son is God, and the Holy Ghost is God.
And yet they are not three Gods, but one God.
So likewise the Father is Lord, the Son Lord, and the Holy Ghost Lord.
And yet not three Lords, but one Lord.
For like as we are compelled by the Christian verity: to acknowledge every Person by
himself to be both God and Lord,
So are we forbidden by the Catholic Religion, to say, There be [are] three Gods, or three
Lords.
The Father is made of none, neither created, nor begotten.
The Son is of the Father alone, not made, nor created, but begotten.
The Holy Ghost is of the Father and of the Son, neither made, nor created, nor begotten, but
proceeding.
So there is one Father, not three Fathers; one Son, not three Sons; one Holy Ghost, not
three Holy Ghosts.
And in this Trinity none is afore, or after other; none is greater, or less than another [there
is nothing before, or after: nothing greater or less];
But the whole three Persons are co-eternal together and co-equal.
So that in all things, as is aforesaid, the Unity in Trinity and the Trinity in Unity is to be
worshipped.
He therefore that will be saved must [let him] thus think of the Trinity.
Furthermore, it is necessary to everlasting salvation that he also believe rightly the
Incarnation of our Lord Jesus Christ.
For the right Faith is, that we believe and confess, that our Lord Jesus Christ, the Son of
God, is God and Man;
God, of the Substance [Essence] of the Father, begotten before the worlds; and Man, of the
Substance [Essence] of his Mother, born in the world;
Perfect God and perfect Man, of a reasonable soul and human flesh subsisting;
Equal to the Father, as touching his Godhead; and inferior to the Father, as touching his
Manhood.
Who although he be [is] God and Man, yet he is not two, but one Christ;
One, not by conversion of the Godhead into flesh, but by taking assumption of the
Manhood into God;
One altogether, not by confusion of Substance [Essence], but by unity of Person.
For as the reasonable soul and flesh is one man, so God and Man is one Christ;
Who suffered for our salvation, descended into hell [Hades, spirit-world], rose again the
third day from the dead.
He ascended into heaven, he sitteth on the right hand of the Father, God [God the Father]
Almighty,
From whence [thence] he shall come to judge the quick and the dead.
At whose coming all men shall rise again with their bodies
And shall give account for their own works.
And they that have done good shall go into life everlasting, and they that have done evil
into everlasting fire.
This is the Catholic Faith, which except a man believe faithfully [truly and firmly], he
cannot be saved.
Latin Version
Symbolum Quicunque
1.
2.
Quicunque vult salvus esse, ante omnia opus est, ut teneat catholicam fidem:
Quam nisi quisque integram inviolatamque servaverit, absque dubio in aeternam peribit.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
Fides autem catholica haec est: ut unum Deum in Trinitate, et Trinitatem in unitate
veneremur.
Neque confundentes personas, neque substantiam seperantes.
Alia est enim persona Patris alia Filii, alia Spiritus Sancti:
Sed Patris, et Fili, et Spiritus Sancti una est divinitas, aequalis gloria, coeterna maiestas.
Qualis Pater, talis Filius, talis [et] Spiritus Sanctus.
Increatus Pater, increatus Filius, increatus [et] Spiritus Sanctus.
Immensus Pater, immensus Filius, immensus [et] Spiritus Sanctus.
Aeternus Pater, aeternus Filius, aeternus [et] Spiritus Sanctus.
Et tamen non tres aeterni, sed unus aeternus.
Sicut non tres increati, nec tres immensi, sed unus increatus, et unus immensus.
Similiter omnipotens Pater, omnipotens Filius, omnipotens [et] Spiritus Sanctus.
Et tamen non tres omnipotentes, sed unus omnipotens.
Ita Deus Pater, Deus Filius, Deus [et] Spiritus Sanctus.
Et tamen non tres dii, sed unus est Deus.
Ita Dominus Pater, Dominus Filius, Dominus [et] Spiritus Sanctus.
Et tamen non tres Domini, sed unus [est] Dominus.
Quia, sicut singillatim unamquamque personam Deum ac Dominum confiteri christiana
veritate compelimur:
Ita tres Deos aut [tres] Dominos dicere catholica religione prohibemur.
Pater a nullo est factus: nec creatus, nec genitus.
Filius a Patre solo est: non factus, nec creatus, sed genitus.
Spiritus Sanctus a Patre et Filio: non factus, nec creatus, nec genitus, sed procedens.
Unus ergo Pater, non tres Patres: unus Filius, non tres Filii: unus Spiritus Sanctus, non tres
Spiritus Sancti.
Et in hac Trinitate nihil prius aut posterius, nihil maius aut minus:
Sed totae tres personae coaeternae sibi sunt et coaequales.
Ita, ut per omnia, sicut iam supra dictum est, et unitas in Trinitate, et Trinitas in unitate
veneranda sit.
Qui vult ergo salvus esse, ita de Trinitate sentiat.
Sed necessarium est ad aeternam salutem, ut incarnationem quoque Domini nostri Iesu
Christi fideliter credat.
Est ergo fides recta ut credamus et confiteamur, quia Dominus noster Iesus Christus, Dei
Filius, Deus [pariter] et homo est.
Deus [est] ex substantia Patris ante saecula genitus: et homo est ex substantia matris in
saeculo natus.
Perfectus Deus, perfectus homo: ex anima rationali et humana carne subsistens.
Aequalis Patri secundum divinitatem: minor Patre secundum humanitatem.
Qui licet Deus sit et homo, non duo tamen, sed unus est Christus.
Unus autem non conversione divinitatis in carnem, sed assumptione humanitatis in Deum.
Unus omnino, non confusione substantiae, sed unitate personae.
Nam sicut anima rationalis et caro unus est homo: ita Deus et homo unus est Christus.
Qui passus est pro salute nostra: descendit ad inferos: tertia die resurrexit a mortuis.
Ascendit ad [in] caelos, sedet ad dexteram [Dei] Patris [omnipotentis].
Inde venturus [est] judicare vivos et mortuos.
Ad cujus adventum omnes homines resurgere habent cum corporibus suis;
Et reddituri sunt de factis propriis rationem.
Et qui bona egerunt, ibunt in vitam aeternam: qui vero mala, in ignem aeternum.
Haec est fides catholica, quam nisi quisque fideliter firmiterque crediderit, salvus esse non
poterit.
II. Landasan Kerangka Pemikiran Saya
Pasti muncul pertanyaan : mengapa saya menaruh keberatan terkait rumusan
kebangkitan daging (resurrection of the body / flesh). Saya telah menyimak
kedua pengakuan ekumenis dan pengakuan pribadi, yakni Pengakuan Iman
Rasul dan Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel serta Pengakuan Iman
Pribadi yang disusun dan dirumuskan oleh Bapa Gereja : Athanasius, dan saya
mnemukan perkembangan penterjemahan di dalamnya, sebagai berikut :
a. Athanasius secara pribadi merumuskan pemahaman dan pengakuan
imannya tentang masalah kebangkitan orang percaya, berbunyi : at whose
coming all men shall rise again with their bodies. Kalimat ini dapat
diterjemahkan : dan akan terjadi semua orang dibangkitkan dengan
tubuhnya masing-masing.
b. Rumusan Pengakuan Konstantinopel berbunyi : I (or We) look for the
resurrection of the dead. Kalimat ini dapat diterjemahkan : kebangkitan
orang mati (ingat dan simak Pengakuan Iman Rasuli dalam pertumbuhan
tradisi Gereja-Gereja di Indonesia sebelum tahun 1970-an. Pada masa itu
warga jemaat mngucapkan hal yang sama seperti yang saya terjemahkan)
c. Rumusan Pengakuan Iman Rasuli tertulis : The resurrection of the body.
Kalimat ini dapat diterjemahkan : kebangkitan daging. Rumusan ini
dipakai sesudah tahun 1970-an
Kedua rumusan Pengakuan Iman Ekumenis butir b dan butir c menunjuk pada
suatu perkembangan yang mungkin disadari ataupun tidak disadari, mungkin
disengaja atau pun tidak disengaja. Hal ini perlu kita pahami dengan merujuk
pada konteks masyarakat di mana Gereja / Jemaat-Jemaat memberitakan serta
mengajarkan ajarannya. Dalam konteks itu Gereja / Jemaat secara parokial
mengupayakan penjelasan pertanggungjawaban iman terhadap serangan dan
kecaman dari dalam maupun dari luar persekutuan.
Kondisi apologetic yang dihadapi jemaat-jemaat dapat disimak dalam rumusan
Pengakuan Iman Athanasius tentang kebangkitan. Saya menemukan dalam
rumusan Athanasius 2 (dua) kalimat yang saling menerangkan : dan akan terjadi
semua orang dibangkitkan dengan tubuhnya masing-masing. Rumusan ini
terdiri dari 2 (dua) kalimat, yang saya uraikan sebagai berikut :
1. Kalimat pertama berbunyi : akan terjadi kebangkitan semua orang (at whose
coming all men).
Kalimat pertama ini memberikan kesan tentang bagaimana Athanasius
merumuskan ajaran Gereja tentang kebangkitan.
Pengajaran ini terkait
dengan pemahaman teologi Paulus dalam Surat kepada Jemaat Kristen di
Tesalonika (I & II Tesalonika) dan kepada Jemaat Kristen di Korintus (I Kor.
15). Terfokus pada pertanyaan : apakah akan ada kebangkitan orang mati,
padahal Yesus Kristus belum juga datang kembali ?
Menjawab keputusasaan Jemaat di Tesalonika Paulus menulis (I Tes. 4) :
13. Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang
mereka yang telah meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang yang
tidak mempunyai pengharapan. 14. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah
mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa orang-orang yang telah
meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia
(Kristus Yesus)… 18. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataaan
ini
juga di dalam suratnya kepada Jemaat Kristen di Korintus (I Kor. 15) :
Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka tidak ada juga tidak
dibangkitkan. 14. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah juga
kepercayaan kamu. 15. Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena
tentang Dia (Yesus Kristus) kami katakan, bahwa Ia (Allah) telah membangkitkan Kristus
– padahal Ia (Allah) tidak membangkitkan-Nya (Yesus Kristus), kalau andaikata benar,
bahwa orang mati tidak dibangkitkan. 16. Sebab jika benar orang-orang mati tidak
dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. 17. Dan jika Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam
dosamu. 18. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati di dalam Kristus. 19.
Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita
adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. 20. Tetapi yang benar
ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung
dari orang-orang yang telah meninggal”
13.
Kedua nasihat itu ditujukan kepada jemaat-jemaat Kristen yang sedang
menghadapi ajaran-ajaran yang bertentangan dengan kekristenan. Paulius
ingin menguatkan dan mnghibur jemaat yang diinjilinya, agar iman mereka
dibangun dan bertumbuh imannya dalam pengenalan akan Yesus Kristus (Efs.
5:12-16) serta sanggup bertahan, sambil memberitakan injil Kristus.
2. Kalimat kedua berbunyi : dibangkitkan dengan tubuhnya masing-masing.
Persoalan berikutnya adalah : jikalau tokh memang ada kebangkitan, maka
dengan tubuh apakah mereka akan bangkit ? Masalah ini muncul di dalam
Jemaat Korintus. Menjawab pertanyaan tersebut, Paulus menyatakan (I Kor.
15:50):
“Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan
darah tidak mengambil bahagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang dapat binasa
tidak mendapat bahagian dalam apa yang tidak dapat binasa”.
Jadi dengan tubuh apakah orang-orang yang telah meninggal akan
dibangkitkan / dihidupkan kembali ? Paulus menjawab (I Kor. 15 : 40, 42 –
44) :
40. Ada tubuh sorgawi, ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari
pada kemuliaan tubuh duniawi. 42. Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan
orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkikan dalam ketidak-binasaan. 43.
Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam
kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. 44. Yang ditaburkan ada tubuh alamiah, yang
dibangkitkan adalah tubuh rohaniah.
Pertanyaannya : apakah Paulus berspekulasi, karena ia tidak mengetahui yang
akan terjadi dengan tubuh manusia ? Tidak ! Paulus tidak berspekulasi. Ia
tidak memusatkan perhatiannya pada hal-hal duniawi. Ia tidak bermaksud dan
bertujuan membahas masalah kebangkitan tubuh. Hal itu bukan urusannya.
Yang dibahas Paulus adalah kebangkitan orang mati (the resurrection from
the dead) dan bukan kebangkitan tubuh / daging (the resurrection of the
body / flesh). Sebab itu, Paulus selalu memakai frasa / idiom kebangkitan
orang mati. Apakah orang-orang yang meninggal dalam iman kepada Yesus
Kristus dibangkitkan ataukah tidak dibangkitkan ? Sementara masalah
dengan tubuh apakah orang mati dibangkitkan merupakan kelanjutan
pertanyaan yang mengikuti masalah utama.
III. KESAKSIAN ALKITAB TENTANG KEBANGKITAN
Masalah kebangkitan manusia kurang dibahas oleh Alkitab Perjanjian Lama
(selanjutnya APL). Nubuat-nubuat yang diberitakan para nabi maupun penulis
APL menggunakan ilustrasi kebangkitan berhubungan dengan pemulihan dan
pembangunan kembali umat dan Kerajaan Israel, juga Dinasti Daud. Tradisi
keagamaan Israel terkait kebangkitan baru muncul pada masa pra dan poseksilis (Pembuangan Israel ke Babel). Salah satu nubuat tentang Kebangkitan
Israel diberitakan oleh Nabi Yeheskiel (Yeh. 37 : 1 – 14). Dalam kitabnya
Yeheskiel menubuatkan :
3. Allah berfirman : “Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali ?”
Aku menjawab : “Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahuinya !” 4. Lalu firmanNya kepadaku : “Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya. Hai
tulang-tulang yang kering, dengarlah firman TUHAN ! 5. Beginilah firman Tuhan ALLAH
kepada tulang-tulang ini : Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup
kembali. 6. Aku akan memberi urat-urat kepadamu dan menumbuhkan daging
padamu, Aku akan menutupi engkau dengan kulit dan memberikan nafas hidup,
agar engkau hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN. 11.
Firman-Nya kepadaku: Hai anak manusia, tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel.
Sungguh mereka sendiri mengatakan : Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan
pengharapan kamu sudah lenyap, kami sudah hilang. 12. Oleh sebab itu, bernubuatlah
dan katakanlah kepada mereka : Beginilah firman Tuhan A LLAH : Sungguh, Aku membuka
kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku
membawa kamu ke tanah Israel. 13. Dan kamu akan mengetahui, bahwa Akulah
TUHAN, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai
umat-Ku, dari dalamnya. 14. Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga
kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu
akan mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan membuatnya,
demikianlah firman TUHAN”
Penjelasan
1. Maksud dan tujuan nubuat nabi
Yeheskiel tidak bertujuan dan bermaksud menubuatkan kebangkitan Israel
sama seperti yang diajarkan kekristenan.
2. Konteks Israel.
Konteks di mana Yeheskiel menubuatkan firman Allah berbeda dengan
masalah yang dihadapi orang Kristen di Korintus dan Tesalonika, termasuk
juga umat Kristen sekarang ini. Nubuatnya disampaikan kepada umat
Israel yang sedang menjalani masa hukuman buang di Babel.
Pada masa itu, umat Israel sedang mengalami kondisi yang mereka
katakana “Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan
kamu sudah lenyap, kami sudah hilang” (ay. 11). Kondisi seperti ini tidak
bermaksud menunjuk pada kematian biologis, melainkan terhubung
pada kematian spiritualitas, yaitu : pengharapan tentang masa depannya
umat Allah. Mereka ingin kembali ke Zion, Kota Allah, dan Yerusalem, Kota
Daud, untuk membangun kembali kejayaan bangsanya.
3. Kebangkitan bermakna politis
Nubuat nabi tentang kebangkitan Israel tidak berhubungan dengan
kematian biologis, an sich. Istilah kebangkitan Israel ditafsirkan ke dalam
makna pembebasan secara politis. Pembebasan dari penjajahan Babel.
Dan, menurut nabil Yeheskiel : “TUHAN, yang mengatakannya dan
membuatnya”. Tuhan ALLAH akan mengerjakan pembebasan itu sendirian
saja.
4. Tujuan Allah dalam karya-Nya
Karya penyelamatan dan pembebasan ditransliteralisasikan oleh Yeheskiel
sebagai kebangkitan, supaya umat Israel mengetahui dan mengenal Tuhan
ALLAH mereka. Sebab Dia sendiri yang akan :
4.1. Memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali
(ay.5)
4.2.
Memberi urat-urat kepadamu dan menumbuhkan daging
padamu, Aku akan menutupi engkau dengan kulit dan
memberikan nafas hidup (ay.6)
4.3. Membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu (ay12, 13).
4.4. Memberikan
Roh-Ku
kembali (ay.14)
ke
dalammu,
sehingga
kamu
hidup
Secara politis nabi mengatakan : “akan membawa kamu ke tanah Israel”
(ay. 12) dan “akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu” (ay.13). Dialah
Tuhan, ALLAH Israel, yang mengatakan dan melakukan semua hal itu ke
atas umat-Nya.
5. Transformasi makna kebangkitan secara politis ke dalam makna spiritual
Spiritualisasi kebangkitan Kerajaan Israel dilakukan secara intensif
menjelang kelahiran Yesus Kristus. Pekerjaan ini kemungkinan dilakukan
oleh kaum Essen, sebuah aliran spiritual dalam Yudaisme pos/paska
eksilis. Hal ini saya kemukakan berhubungan dengan karya kaum Essen
terkait penafsiran tentang Raja TUHAN (Mesiah). Dalam tradisi Agama
Israel (masa pra dan pos-eksilis), Mesiah selalu diartikan berhubungan
dengan pembangunan kembali “pondok Daud” (Kerajaan Daud) yang
hancur. Secara politis, tugas mesianis yang dipahami Israel ialah
membangun dan melestarikan tradisi dan Kerajaan Israel sama seperti
masa pemerintahan Raja Daud dan Salomo.
Kaum Essen tidak saja menyoroti tugas Mesiah secara politis. Mereka pun
menafsirkan figur Mesiah selaku tokoh spiritual. Tafsiran ini berkembang
dari pembaharuan pemahaman iman kelompok itu tentang fungsi dan
peran bait Allah yang baru (sesudah pembuangan). Pemahaman seperti itu
dilator belakangi kondisi sosial yang dihadapi Israel sesudah pembuangan
di Babel. Beberapa waktu sesudah pembuangan Babel, wilayah Israel
ditaklukkan oleh bangsa-bangsa lain : Yunani (Alexander the Great) dan
kemudian kaisar Romawi. Kondisi ini tidak memungkinkan Kerajaan Israel
dapat dibangun kembali. Malahan pemberontakan Makabe telah
menguburkan harapan bangsa itu. Di sinilah akhir dari perjalanan sejarah
Israel selaku bangsa yang merdeka dan pernah memiliki kekuatan militer
serta menaklukkan wilayah-wilayah di sekitarnya.
Pada masa kerja Yesus, orang Nazareth, harapan akan datangnya masa
kejayaan di bawah kepemimpinan Mesiah dari Dinasti Daud sempat
mencuat ke permukaan. Ternyata harapan itu dipupuskan Yesus, ketika
Dia menjawab pertanyaan orang banyak : “Kerajaan-Ku bukan dari dunia
ini”. Implementasinya cukup kuat dan amat serius bagi Israel. Pernyataan
itu sama artinya dengan mematikan harapan umat, sebab itu Yesus ditolak
dan dibunuh. Namun pembunuhan itu tidak secara langsung mampu
mematikan pokok-pokok ajaran-Nya, termasuk kebangkitan orang mati (bd.
Cerita Yohanes tentang Lazarus yang dibangkitkan Yesus -> Yoh. 11).
IV. TEOLOGI KEBANGKITAN : antara YESUS, YOHANES dan PAULUS intelektual
Parisi.
Pembahasan tentang kebangkitan orang mati tidak dapat dipisahkan dari
gagasan teologi Yesus dan juga Paulus. Tokoh yang terakhir ini juga adalah
intelektual Yudaisme aliran Parisi yang sangat mempengaruhi kekristenan. Oleh
karena itu, kita akan mengalami kesulitan untuk membahas pandangan / ajaran
Kristen tentang kebangkitan tanpa memenyimak perkembangan gagasan teologi
Paulus.
IV.A. Tradisi di sekitar Ucapan Yesus di dalam Injil-Injil Sinoptis
Secara khusus Yesus tidak pernah berbicara tentang kebangkitan tubuh /
daging (resurrection of the body/flesh). Memang ucapan-ucapn Yesus
tentang kebangkitan dapat ditemukan sporadic dalam Injil-Injil Sinoptis
(Markus, Matius, Lukas) dan Injil Yohanes. Kebanyakan ucapan-Nya
berhubungan langsung dengan peristiwa konkrit yang aktual, di mana Dia
membangkitkan orang mati maupun yang terkait pernyataan tentang
kehidupan pribadi-Nya (Mat.26:32 : “sesudah Aku bangkit”, bd. Mrk.
14:28. Simak juga pernyataan-Nya : ‘Sejak waktu itu Yesus mulai
menyatakan kepada murid-murid-Nya, … dibunuh dan dibangkitkan pada
hari ketiga’ Mat. 16:21; 17:23; 20:19; 27:63; bd. Mrk. 8:31; 9:9,31;
10:34;Luk.18:33; 24:27 -> walaupun pernyataan ini masih didebatkan
oleh para teolog Yesus Sejarah). Secara tersurat kita kurang menemukan
data tertulis, dalam Injil-Injil Sinoptis, terkait pernyataan Yesus mengenai
kebangkitan orang mati, kecuali dalam tulisan Matius : “Dan kuburan
terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit” (Mat.
27:52 -> bahagian ini juga didebatkan teolog, termasuk para teolog Yesus
Sejarah, karena merupakan pernyataan yang dimasukkan oleh redaksi Injil
Matius).
Tentang Gagasan Teologi Kebangkitan pada Masa kerja Yesus
Perdebatan teologis tentang kebangkitan orang mati, bukan saja menjadi
milik kekristenan klasik atau juga sekarang ini. Masalah itu didebatkan
juga pada masa kerja Yesus. Yudaisme Saduki (bisa disebut juga
Sadukisme) pun menentang ajaran tersebut (Mat. 22:23; Mrk. 12:28; Luk.
20:77). Sadukisme menentang Parisisme yang percaya akan adanya
kebangkitan orang mati (Kis. 23:6-8 -> sebab orang-orang Saduki
mengatakan tidak ada kebangkitan orang mati, dan tidak ada malaikat
atau roh, tetapi orang-orang Parisi mengakui kedua-duanya).
Apakah pandangan Yesus tentang Kebangkitan Orang Mati (Mat. 22:2332; Mrk. 12:18-27; Luk. 20:27-40) ?
Jika kita menyimak pertsoalan yang diajukan orang-orang Saduki tentang
kebangkitan orang mati, Yesus tidak menjawab inti persoalan yang
dikemukakan mereka. Orang Saduki bertanya tentang keadaan yang
dialami manusia setelah meninggal dunia. Apakah keadaan yang dijalani di
di sorga akan sama seperti yang pernah dijalaninya di atas bumi ? (masalah
tentang kawin mawin). Yesus berkata :
“Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci (yang dimaksudkan-Nya ialah
APL) kuasa Allah. Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak
dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga” (Mat. 22:29-30).
Sementara, di pihak lain, untuk melawan ajaran Kaum Saduki tentang
kebangkitan orang mati, Yesus berkata :
Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang
difirmankan Allahm ketika Ia bersabda : Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah
Yakub ? Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup” (Mat. 22:31-32).
Dengan kata lain, Yesus ingin mengatakan : “Urusilah kehidupan, dan
tidak perlu mengurusi orang mati. Sebab kebangkitan orang mati
adalah urusan Allah”. Di sinilah saya memahami makna nubuat nabi
Yeheskiel : Tuhan ALLAH yang mengatakannya dan yang membuatnya
(Yeh. 36:14).
Menurut pendapat saya, jawaban Yesus netral. Ia tidak memihak kaum
Saduki maupun kaum Parisi. Ia ingin mengambil posisi sebagai penengah.
Ia tidak mencari dukungan kaum Parisi, ketika ditanyai kaum Saduki.
Sebab Ia mengetahui, bahwa kedua kaum itu jahat hati serta kotor
pikirannya. Mereka berbeda kepentingan, tetapi ketika menghadapi-Nya,
mereka akan bersekutu. Yesus adalah tokoh yang memelihara
keseimbangan (harmoni – dalam bahasa teologi disebut juga keadaan
damai) dalam persekutuan. Ia berkata jujur, tulus dan terbuka, agar
persekutuan itu selalu ada dalam kedamaian. Jikalau Yesus berpihak pada
kaum Saduki, maka akan berhadapan dengan kaum Parisi, sebaliknya juga
demikian. Yesus selalu memaikan peran-Nya sebagai Jurudamai di
tengah pihak-pihak yang bertentangan.
Dari jawaban-Nya terhadap pertanyaan kaum Saduki, Yesus tidak
mengadakan perlawanan, tetapi justru Ia melakukan penggembalaan untuk
membuka wawasan banyak orang. Saya merumuskan sikap-Nya begini :
“Uruslah urusanmu, dan jangan mencampuri urusan Allah !”
IV.B. Tradisi di sekitar Ucapan Yesus tentang Kebangkitan dalam Injil Yohanes
Salah satu tradisi lisan yang dituliskan dan yang sangat terkenal dapat
ditemukan dalam tulisan Yohanes tentang kebangkitan Lazarus (Yoh. 11).
Pakar teologi mengusulkan bacaan ini memiliki 2 (dua) makna :
i. Cerita ini merupakan sebuah peristiwa yang sungguh-sungguh
terjadi, dan
ii. Yesus menggunakannya sebagai refleksi, agar para murid dan
pengikut memahami peristiwa yang akan dimasuki : kematian yang
akan dihadapi-Nya.
Inilah gaya Yohanes menceritakan kembali segala peristiwa ang disaksikan
dari ucapan dan tindakan Yesus. Memang ciri penulisan Yohanes berbeda
dari para penulis Injil-Injil Sinoptis. Ia berusaha mennyelami makna
perkataan dan perbuatan Sang Guru. Kemudian ia menyalin kembali
berdasarkan tujuan pengajaran dan pengggembalaan bagi Jemaat-Jemaat
yang dilayaninya sejalan konteks misi pada waktu itu. Banyak cerita seperti
itu ditemukan dalam Injil ini. Oleh karena itu, Injil ini disebut juga Injil
semeion (tanda / lambang yang berbicara tentang makna).
Catatan : untuk memahami gagasan-gagasan teologi yang tersurat maupun tersirat
dalam Injil Yohanes, kita perlu membaca banyak buku-buku teologi dan tafsiran.
Darimanakah kita akan memulai penjelasan ini ? Menurut saya, kita
wajib membaca prolog / kata pengantarnya : Yohanes 1 : 1 – 18.
Jika menyimak prolog Injil Yohanes, maka kita akan menemukan kata-kata
kunci, seperti :
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
Firman bersama-sama dengan Allah,
Firman yang kreatif/menciptakan (ay. 3),
Firman yang menjadi Terang (ay.4),
Firman yang menghidupkan (ay. 4),
Firman yang menjadi penunjuk jalan (ay. 5),
Firman yang menjadi manusia (ay. 14),
Keesaan Firman dengan Allah (ay. 1,16 -> kepenuhan Allah)
Firman kasih-karunia (ay. 16),
Firman adalah Kemuliaan Allah (ay.18)
Hampir dapat dipastikan, menurut pendapat saya, Yohanes menuliskan
penghayatan dari pengalaman imannya bersama Yesus tentang HIDUP
BERSAMA ALLAH (bd. 18). Hal itu dilator belakangi pemahaman dan
penguasaannya tentang Yudaisme seperti diajarkan oleh gurunya : Yohanes
Pembaptis. Ia adalah seorang Yahudi yang bertumbuh dan dibesarkan dalam
tradisi agamanya. Pengenalan akan keahudian dan pengalaman pelayanan
bersama Yohanes Pembaptis dan Yesus sekurang-kurangnya membentuk
pandangan dan karakternya berteologi.
Kronologis berpikir Yohanes sebagaimana yang saya simak dan pahami :
a. Inji Yohanes 1 : 1 – 5 menegaskan, bahwa rasul mengenal benar
tradisi Agama Israel.
Kalimat : Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah; merupakan pernyataan
mengenai pemahaman imannya tentang kesatuan ilahi (Trinitas
Mahakudus) yang tidak terpecahkan, dan yang telah ada sebelum
segala sesuatu dijadikan.
a.1. ALLAH YANG HIDUP
Kemudian Yohanes mengupas hakekat Firman, yang adalah Allah,
melalui kata-kata yang sangat dalam maknanya, seperti : HIDUP
dan TERANG. FIRMAN, menurut Yohanes, adalah kekuatan HIDUP
(ROH ALLAH) dan kuasa yang ada di dalam hakekat Allah.
Nampaklah kemahiran Yohanes menggunakan tradisi Agama Israel
tentang nama Allah Israel, yakni : TUHAN (yihyeh asyer yihyeh –
HAYAH = HIDUP). Allah itu adalah satu-satunya TUHAN yang
HIDUP (bd. Yes. 45:5,6, dst). Dia adalah TUHAN, Allah Yang Hidup,
yang menjadi sumber dan yang menciptakan segala sesuatu. Oleh
Firman-Nya, maka segala sesuatu dijadikan dan menjadi ada (bd.
Kej. 1:1-25). Itulah FIRMAN YANG MENGHIDUPKAN (bd. Ul. 8:3;
Mat. 4:4; Luk. 4:4)
a.2. ALLAH YANG MENERANGI
Tradisi Kitab Kejadian (1:1-3) mengemukakan pandangan Israel
tentang dunia (kosmos, alam semesta, langit dan bumi). Menurut
pemahaman iman Israel, ada kekuatan besar yang mengacaukan
karya penciptaan : kuasa kegelapan (Kej.1:2). Kuasa ini selalu
menimbulkan kekacauan, disebut juga ketidak tertiban hidup dan
yang mmbawa ke dalam kematian. Oleh karna itu, Allah, yang juga
adalah Roh (Ibr. Ruach Elohim), menertibkan kekacauan dan
menata kehidupan alam semesta. Dia ber-Firman (Ibr. amar,
amar YHWH, acapkali kata ini menunjuk pada Firman yang
berkuasa menciptakan): “Jadilah terang, maka terang pun
jadilah” (Kej. 1:3). Dengan kata lain, pada saat Allah berkata,
maka Dia mengalirkan seluruh kuasa-Nya untuk mematikan
kuasa kegelapan, sekaligus mengalirkan kehidupan ke dalam
makhluk ciptaan-Nya. Itulah sebabnya dikatakan : tanpa Firman
tidak ada terang. Tanpa terang tidak mungkin ada kehidupan.
Sebab Firman itulah yang menjadi kekuatan untuk menerangi
kegelapan. Sama seperti matahari seberkas cahaya menghalau
kegelapan, demikianlah Firman menerangi kehidupan.
a.3. FIRMAN – HIDUP – TERANG Allah adalah sama dan sehakekat.
Tidaklah mengherankan, jika Yohanes menegaskan : FIRMAN
Allah yang adalah Sumber TERANG dan HIDUP bagi manusia
sepanjang perjalanan di atas bumi, yang sering dikuasai kuasa
kegelapan (identifikasinya disebut Iblis atau Setan). Pandangan ini
mewarnai seluruh teolog APL, meskipun dirumuskan dalam
pengalimatan dan kata yang berbeda. Bobot pengertiannya sama.
Akan tetapi gagasan itu masih berbentuk idelisme (gambaran ideal)
yang tidak kelihatan. Oleh karena itu, Yohanes mengalimatkan
kehadiran Allah sebagai berikut :
b. Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita
telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan-Nya
sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia (Yoh. 1:14, 16-18).
b.1. FIRMAN, yang dahulu tidak kelihatan dan yang tersembunyi dari
pandangan orang banyak MENJADI MANUSIA. Sexara teologis
kaimat tersebut menunjuk pada suatu proses di mana Allah
sendiri menjumpai manusia (bd. Flp. 2:5-11) untuk menjalankan
rencana penyelamatan / pembebasan-Nya. Sesungguhnya,
kalimat ini merupakan gaya Yohanes menceritakan peristiwa
NATAL / KELAHIRAN YESUS.
b.2. Proses
waktuwi.
Berdasarkan
kesaksian
Alkitab,
saya
menyimpulkan, bahwa perihal FIRMAN MENJADI MANUSIA
berjalan sesuai rencana Allah dalam sejarah manusia. Sejarah
yang dimaksudkan Alkitab adalah sejarah Allah yang berkarya di
dalam sejarah bangsa-bangsa dan manusia, disebut juga sejarah
penyelamatan. Ia menjumpai manusia. Perjumpaan merupakan
peristiwa anugerah (kairos) yang terjadi dalam rentang waktu
(kronos) sejarah dunia. Namun patut diperhatikan, bahwa Allah
tidak setiap waktu (sejarah) menjumpai manusia. Ada kalanya Ia
berdiam diri dan tak menyapa / menjumpai manusia. Menghadapi
keadaan seperti ini, manusia diwajibkan mencari TUHAN, supaya
menerima hidup ilahi (bd. Yer. 29:12-14; Amos 5:4-6; Mat.6:33).
Itulah yang dilakukan manusia dalam ritus peribadahan. Dalam
hal ini perjumpaan bisa berarti Allah menemui manusia dan atau
manusia datang kepada Allah. Allah bersifat aktif dan manusia
perlu proaktif. Pada perjumpaan seperti itu, kehidupan menjadi
semakin indah dan berbuah lebat. Manusia bahagia, dan Allah
pun tersenyum.
b.3. Perkembangan gagasan teologi : Kemuliaan Anak Tunggal
Bapa. Gagasan ini banyak kali ditemukan dalam tulisan-tulisan
Yohanes. Jargon : ANAK TUNGGAL BAPA bukan menunjuk pada
keadaan biologis dari Firman yang menjadi manusia, melainkan
Yohanes ingin menegaskan keesaan / kesatuan hakekat dari
FIRMAN YANG ADA BERSAMA-SAMA DENGAN ALLAH sebelum
segala sesuatu diciptakan (bd. gagasan metaporis dalam teologi
tentang HIKMAT ALLAH -> Kitab Amsal 23). Sama seperti BAPA
adalah mulia, begitu pula FIRMAN-Nya. Dia tetap mulia meski
telah menjadi manusia. Dia tidak berdosa atau disentuh oleh dosa,
meskipun telah berdiam di antara manusia.
Mengalir dari uraian tentang pemahaman teologi dalam prolog / pengantar
Injil Yohanes tersebut. Kita memasuki beberapa pokok teologi sang penulis
Injil tentang Kematian dan Kebangkitan.
 Hidup tidak pernah dapat dihentikan oleh kematian.
Menurut Yohanes, HIDUP adalah kekuatan kuasa, yang bersumber
dan mengalir dari Allah, diberikap kepada semua makhluk ciptaan,
serta tidak pernah dapat dihentikan oleh kematian biologis.
a) Bagaiamana caranya makhluk, khususnya manusia, memahami
dan mengerti, bahwa hidup itu tidak pernah dapat dihentikan
oleh kematian ?
Menurut tradisi Yohanes tentang uapan Yesus Kristus, Dia
berkata : “Tinggallah dalam Aku dan firman-Ku tinggal di
dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan
kamu akan menerimanya” (Yoh. 15:7; bd. Doa Imam Besar
Agung -> psl 17). Untuk menjelaskan maknanya Yohanes
memakai perumpamaan pohon anggur (psl. 15). Intinya :
memelihara hubungan baik dan benar dengan Allah, yang
telah dibangun kembali oleh Yesus. Hubungan itu akan
mengokohkan status siapapun, sekaligus menegaskan bahwa
permintaannya dipenuhi.
b) Kasih dalam peng-arti-an percaya pada Yesus karya Allah
yang telah dikerjakan-Nya.
“Percayakah engkau akan hal itu ?” Pertanyaan dan pernyataan
ini acapkali dipakai Yohanes untuk menyoal pendapat pendengar
tenang ucapan dan tindakan Yesus (bd. Yoh. 11:25-26). Ketika
pertanyaan itu dikemukakan Yesus kepada Marta, bukan berarti
Dia ingin mencobai, melainkan Dia ingin mengetahui pendapat
Marta tentang Diri-Nya.
Pertanyaan Yesus dijawab Marta dalam rumusan pernyataan
iman : “Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkauah Mesiah, Anak
Allah (bd. Yoh. 1:14,18), Dia yang datang ke dalam dunia”
(11:26; bd. 1:10, 14). Pernyataan iman yang diucapkan dengan
nyata-nyata di hadapan banyak orang, di sekitar peristiwa
kematian saudaranya : Lazarus (adalah juga pernyataan iman
Gereja secara ekumenis), mengungkapkan kebenaran yang
diuraikan Yohanes dala prolog Injilnya. Marta menyatakan Yesus,
Firman Allah Yang Hidup, menjadi pusat kehidupan pribadi.
Dengan demikian pernyataan yang saya kemukakan sebelumnya
adalah benar. HIDUP itu hanya semakin indah dan bermakna
dalam peristiwa perjumpaan antara subjek manusia (Marta)
dan subjek ilahi (Yesus yang berfirman). Dalam peristiwa
perjumpaan itu Allah mengalirkan kekuatan kuasa-Nya
(Rohkristus) ke dalam kehidupan tiap orang percaya.
Hal ini tampak jelas, ketika Yesus bertindak memenuhi harapan
Marta-Maria : “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku
tidak akan mati. Tetapi sekarangpun aku percaya, bahwa Allah
akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau ita
kepada-Nya. Aku tahu (percaya) bahwa ia akan bangkit pada
waktu orang bangkit pada akhir zaman” (11:21-22, 24). Yesus
memastikan : “Saudaramu akan bangkit” (11:25).
Pernyataan Yesus, jikadikaitkan dengan uapan Marta : “Sekarang
aku percaya… (dstnya)” mengandung arti luas dan mendalam.
Pertama, Yesus yang adalah kekuatan kuasa Allah sanggup
membangkitkan Lazarus dari antara orang mati semasa Dia
masih bekerja di tengah-tengah manusia. Dan, pembangkitan
Lazarus oleh Yesus akan mencelikkan mata orang banyak tentang
kesaksian Marta, bahwa Dia-lah Mesiah, Anak Allah. Kedua,
pembangkitan Lazarus oleh Yesus menjadi jaminan dan dasar
iman yang kokoh tentang kematian dan kebangkitan semua orang
pecaya. Barangsiapa percaya tidak akan
dikecewakan.
Pengalaman Marta-Maria akan dialami juga oleh setiap orang
Kristen; akan tetapi sekalipun kematian itu dijalani, asalkan oleh
iman kepada Allah dalam nama Yesus, maka orang percaya akan
menikmati yang seperti yang dialami Lazarus : dibangkitkan dari
antara orang mati (bukan kebangkitan daging/tubuh). Ketiga,
pembangkitan Lazarus memperlihatkan bahwa kuasa maut yang
bekerja dalam peristiwa kematian tak mampu mengalahkan
kuasa Allah (Yesus Kristus). TUHAN, Allah kita, adalah Pemenang.
Keempat, pembangkitan Lazarus merupakan model dari
kebangkitan yang akan dialami oleh setiap orang pecaya. Kelima,
kebangkitan merupakan kata lain dari pemahaman, bahwa hidup
orang yang percaya kepada Kristus tidak pernah dapat dihentikan
oleh peristiwa kematian. Asalkan kita mengasihi Allah Yang
Berfirman dan bekerja dalam Kristus Yesus, kita akan terus
hidup bersama Allah meskipun dalam / melalui kematian.
Itulah Firman Iman yang meneguhkan pokok pengharapan
Kristen. Dalam hal ini kematian menjadi jalan perjumpaan orang
percaya dengan Allah. Yohanes menuliskan : “Berbahagialah
orang-orang mati yang mati di dalam Tuhan sejak sekarang
ini, supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka,
karena segala perbuatan mereka menyertai mereka” (Why.
14:13).
 Sedikitpun Yohanes tidak mempersoalkan dengan tubuh apakah orang
percaya yang mati akan dibangkitkan. Yang penting dan yang
terutama, menurut Yohanes, adalah kebangkitan itu sendiri. Itu urusan
Allah. Yang terutama dan yang patut dipikirkan : apakah engkau
percaya akan hal itu ? (bd. Yoh. 11:25-26).
bersambung…
IV.C. Pengajaran Rasul Paulus (Kis. 17:22; 24:15)
Download