PEMANFAATAN KEARIFAN LOKAL DALAM KOMUNIKASI

advertisement
PEMANFAATAN KEARIFAN LOKAL
DALAM KOMUNIKASI PEMERINTAHAN DI DAERAH 1
Oleh
Drs. Faris Ihsan, M.Si 2
Abstrak
Pemerintah yang lebih memperhatikan pertumbuhan ekonomi dan politik dengan
mengabaikan kearifan lokal sebagai bagian dari karakter bangsa dapat
mengancam perekonomian negara. Negara gagal dicerminkan oleh
ketidakmampuan mengorganisasi aparatur secara efektif yang mengarah
kekacaubalauan. Pemimpin daerah memiliki political leadership yang menyangkut
seluruh aspek kehidupan masyarakat dalam suatu wilayah. Pemimpin daerah yang
dikenal dengan Kepala Daerah merupakan pemimpin bagi masyarakat di
daerahnya yang dipilih langsung oleh rakyat di daerah tersebut, oleh karena itu,
hal penting yang perlu dilakukannya adalah peduli terhadap persoalan-persoalan
yang menyentuh mayoritas masyarakat. Banyaknya persoalan yang berujung pada
konflik dan kerusuhan di daerah menandakan belum efektifnya komunikasi yang
dilakukan kepala daerah dengan rakyat dan bawahannya. Dalam hal ini
komunikasi yang berbasis kearifan lokal dapat menjadi solusi.
Kata Kunci : Komunikasi, pemerintahan, kearifan lokal.
A. Pendahuluan
Sebagai negara demokrasi terbesar di Asia, Indonesia menghadapi tantangan
pemerintahan
baik di pusat maupun di daerah yang cukup besar yaitu seberapa
jauh mereka mampu mempraktikkan tata pemerintahan yang baik (good governance).
Strategi
pemerintah
yang tepat dalam mewujudkan good governance ini adalah
dalam
berkomunikasi
dengan
rakyatnya.
Hal
efektivitas
yang penting juga
dilakukan adalah komunikasi dalam pemerintahan itu sendiri dan antar lembaga
pemerintahan. Keberhasilan organisasi pemerintahan lebih banyak ditentukan oleh
1. Telah dikoreksi oleh Tim Editor Website BKD dan Diklat Provinsi NTB
2. Widyaiswara Madya pada BKD dan Diklat Provinsi NTB
1
keunggulan pemimpinnya. Keunggulan pemimpin ditentukan oleh keunggulannya
dalam
berkomunikasi
dengan seluruh
tempat
dia berada. Karena itu komunikasi pemerintahan merupakan komponen pokok
bagi para pemimpin organisasi
anggota
organisasi
pemerintahan. Pembangunan
dan
lingkungan
yang diselenggarakan
oleh pemerintah pusat ataupun daerah akan dapat berhasil, jika pemerintah mampu
mengkomunikasikannya kepada rakyatnya. Komunikasi pemerintahan yang berbasis
kearifan lokal yaitu komunikasi pemerintahan yang berlandaskan kepada pandangan
hidup dan berbagai aktivitas yang dilakukan masyarakat lokal dalam menjawab berbagai
masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dengan kata lain, kearifan lokal
merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya lokal.
B. Kepemimpinan Pada Pemerintah Daerah
Kemajuan dibidang ekonomi dan politik ternyata tidak membuat Indonesia bebas dari
ancaman sebagai negara gagal. Hal ini disebabkan pemerintah lebih memperhatikan
pertumbuhan ekonomi dan politik serta mengabaikan kearifan lokal sebagai bagian dari
karakter bangsa. Bahaya ini bertambah besar karena sikap dan mental para pemimpin
disetiap instansi pemerintah yang tidak mempedulikan warna merah sebagai isyarat alam
tentang datangnya bahaya menuju kondisi kritis merah padam sebagai negara gagal.
Negara gagal dicerminkan oleh ketidakmampuan mengorganisasi aparatur secara efektif
yang mengarah kekacaubalauan. Hal yang urgen disini adalah bidang kepemimpinan.
Menurut Bappenas enam puluh persen keberhasilan pembangunan ditentukan daerah
karena otonomi daerah. Dalam komunikasi organisasi, kajian tentang kepemimpinan
seringkali dibahas. Kepemimpinan mengacu pada perilaku yang ditunjukkan oleh
seseorang atau lebih individu dalam kelompok yang membantu kelompok mencapai
tujuannya. Dalam bidang kepemimpinan, pemimpin daerah memiliki political leadership
2
yang menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat dalam suatu wilayah. Pemimpin
yang baik diperoleh dari proses yang panjang, tidak muncul secara tiba-tiba.
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk melakukan
sesuatu yang dikehendaki oleh pemimpin secara sukarela. Seorang kepala daerah yang
mempunyai kapasitas sebagai pejabat politik dan pemimpin pemerintahan di daerahnya,
haruslah mempunyai kepemimpinan dibidang organisasi dan kepemimpinan dibidang
sosial. Di bidang organisasi, seorang kepala daerah mempunyai bawahan yang patuh
pada berbagai ikatan norma-norma organisasi formal. Dibidang sosial, seorang kepala
daerah memiliki kapasitas dan kualitas pribadi dalam menggerakkan bawahannya. Dalam
hal ini aspek sosial dan politik lebih dominan daripada aspek administratif.
Kepemimpinan dibidang sosial lebih banyak diperoleh dari proses politik yang
membawa dirinya menjadi kepala daerah. Kepemimpinan berhubungan erat dengan
komunikasi, tujuan komunikasi adalah mencapai kesamaan makna. Pada dasarnya
kesamaan makna ini merupakan upaya untuk mempengaruhi karena makna yang
dimaksud adalah makna yang dikehendaki oleh satu pihak yang ditujukan pada pihak
lain. Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk melakukan
sesuatu yang dikehendaki oleh pemimpin secara sukarela.
Keberhasilan seorang
pemimpin dapat diperoleh dari keberhasilannya dalam kegiatan komunikasi. Dia tidak
mungkin menjadi pemimpin tanpa punya pengikut. Oleh karena itu, pemimpin haruslah
mempunyai kemampuan membina hubungan komunikatif dengan pengikut-pengikutnya.
Dia hendaknya mempunyai daya tarik dan kredibilitas. Seorang pemimpin yang juga
sebagai komunikator, hendaknya mempunyai daya tarik misalnya daya tarik fisik,
busana, suara dan dukungan fisik lainnya serta kesamaan diantara pemimpin sebagai
komunikator dengan khalayaknya. Kredibilitas menurut Rakhmat (1991) adalah
seperangkat persepsi khalayak tentang sifat-sifat komunikator, sehingga sesungguhnya
3
kredibilitas tidak melekat dalam diri komunikator. Kredibilitas mencakup dua komponen
yaitu keahlian dan dapat dipercaya. Keahlian adalah kesan yang dibentuk oleh khalayak
tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan
seperti cerdas, mampu, ahli, berpengalaman atau terlatih. Sedangkan kepercayaan adalah
kesan
khalayak
tentang
komunikator
yang
berkaitan
dengan wataknya seperti
jujur, bermoral, tulus, adil, sopan dan sebagainya. Faktor homofili atau kebersamaan
komunikator dengan khalayak
akan
mempermudah
interaksi
yang
memberikan
efek positif. Menurut Arifin (2008), keakraban atau hubungan baik antara komunikator
politik dengan khalayak merupakan hal yang penting dalam proses dan efektivitas
komunikasi politik. Keakaraban ini dapat dicapai, jika komunikator dengan khalayak
dapat hidup bersama dan bermain bersama. Hal ini dapat terwujud bila antara
komunikator dengan khalayaknya banyak memiliki kesamaan, terutama dalam hal nilainilai, pendidikan, status dan sebagainya. Tingkat perbedaan antara komunikator dengan
khalayak merupakan masalah paling menonjol dalam komunikasi inovasi atau
komunikasi yang menharapkan perubahan atau pembaruan. Untuk mengatasi hal
tersebut, komunikator politik harus mempelajari kerangka referensi dan kerangka
pengalaman khalayak yang dikenal sebagai filter konseptual dan berusaha menciptakan
sebanyak mungkin persamaan. Dalam hal ini komunikator harus memiliki kemampuan
empati, yaitu kemampuan menempatkan diri pada posisi diri orang lain. Empati
merupakan kepribadian saat seseorang dengan mudah menyesuaikan diri dengan kondisi,
situasi dan kepribadian orang lain.
C. Komunikasi Pemerintahan
Istilah komunikasi dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Inggris yaitu
Communication yang berasal dari kata Latin Communicatio dan istilah ini juga
4
bersumber dari kata Commnunis yang dalam bahasa Inggris berarti Common yang
dapat diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yaitu sama. Dengan berkomunikasi kita
membangun kebersamaan dengan membentuk suatu kontak dalam berhubungan. Ini
berarti individu-individu saling memberi keterangan, pikiran dan sikap-sikap dalam
melakukan hubungan. D. Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm dalam Arifin
(2008) menjelaskan bahwa komunikasi sebagai proses saling membagi atau
menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antara para peserta dalam proses
informasi. Selain itu komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses menghubungi atau
mengadakan perhubungan dengan menggunakan bahasa, gerak-gerik, badan, sistem,
isyarat, kode dan lain-lain. Rumusan yang lain dari rumusan di atas dikemukakan oleh
William Albig dalam Alfian
(1993) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
pengoperan lambang-lambang yang berarti diantara individu. Untuk menjelaskan
pengertian komunikasi maka beberapa ahli memberikan penjelasan dalam bentuk
pengertian komunikasi agar dapat dimengerti dan dipahami, oleh karena itu maka
penulis mengemukakan pengertian komunikasi oleh beberapa ahli :
Menurut Code dalam Suryadi (1993), “Komunikasi adalah suatu proses yang membuat
sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi
dimiliki dua orang atau lebih”. Menurut Berelson dan Steiner dalam Suryadi (1993),
komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lainlain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka,
dan lain-lain. Lebih lanjut pengertian komunikasi menurut Gerald R. Miller dalam
Mulyana (2001). Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan
kepada penerima dengan niat disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
Carl I. Hovland dalam Arifin (2008), komunikasi adalah proses memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal)
5
untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate). Menurut Barlund dalam Mulyana
(2001), komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa
ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. Dengan
dikemukakannya pengertian komunikasi oleh beberapa ahli maka dapat disimpulkan
bahwa komunikasi adalah pesan yang didalamnya terlibat satu atau lebih orang untuk
berbagi informasi dan mencapai kesepakatan bersama diantara orang yang terlibat
didalamnya.
Pengertian komunikasi pemerintahan dalam arti menggabungkan kedua makna yaitu
komunikasi dan pemerintahan maka pengertian komunikasi pemerintahan adalah
penyampaian ide, program dan gagasan pemerintah kepada masyarakat dalam rangka
mencapai tujuan negara (Rakhmat, 1991). Arti dari komunikasi pemerintahan disini
adalah pemerintah dalam hal ini diasumsikan sebagai komunikator dan masyarakat
sebagai komunikan, namun dalam suasana tertentu bisa sebaliknya masyarakat berada
pada posisi sebagai penyampai ide atau gagasan dan pemerintah berada pada posisi
mencermati apa yang diinginkan masyarakat. Dalam kondisi demikian pemerintah
memiliki kewenangan sekaligus bertanggung
bahkan untuk
merespon
jawab
untuk
mempertimbangkan,
keinginan-keinginan tersebut sesuai dengan aturan dan
ketentuan yang berlaku.
Dalam
komunikasi,
menentukan
efektivitas
komunikator
komunikasi.
merupakan
Beberapa
salah
studi
satu
faktor
mengidentifikasi
yang
sejumlah
karakteristik yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain. Ada empat komponen yang harus ada pada komunikator dalam Aly (2010)
yaitu :
6
1) Kredibilitas sumber mencau pada sejauh mana sumber dipandang memiliki
keahlian dan dipercaya. Semakin ahli dan dipercaya sumber informasi semakin
efektif pesan yang disampaikan.
2) Daya tarik seorang komunikator bisa terjadi karena penampilan fisik, gaya biocara,
sifat pribadi, keakraban, kinerja, keterampilan komunikasi dan perilakunya
3) Sumber disukai oleh masyarakat bisa jadi karena sumber tersebut mempunyai
kesamaan dalam hal kebutuhan, harapan dan perasaan.
D. Komunikasi Pemerintahan dan Pembangunan
Konsep pembangunan dapat dijelaskan oleh beberapa ahli, Johan Galtung dalam
Aly (2010) mengatakan bahwa pembangunan merupakan suatu upaya untuk pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara
yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan
sosial. Binoro
Tjokroamidjojo
dalam
Aly (2010),
mengemukakan
pengertian
pembangunan adalah merupakan suatu proses perubahan sosial berencana, karena
meliputi berbagai dimensi untuk mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi,
modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan dan bahkan peningkatan
kualitas manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Nugroho dan Rochmin Dahuri
dalam Suryadi (1993) mengemukakan bahwa pembangunan dapat diartikan sebagai
suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah
kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling
manusiawi. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang
bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja
diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah
lainnya, negara satu dengan negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan
7
bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy
Supriyadi Bratakusumah, dalam Aly (2010). Siagian
dalam
Suryadi
(1993)
memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian
usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa,f negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(nation building)”. Sedangkan Ginanjar
Kartasasmita
dalam
Suryadi (1993)
memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu prosess perubahan
ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”. Menurut Deddy
T. Tikson dalam Aly (2010) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi
menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya dapat
dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan
jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya,
kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik
dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial
dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh
akses terhadap sumber daya sosial- ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan,
air bnersih, fasilitas rekreasi, dan partisipasi
dalam proses
politik.
sering dikaitkan, antara lain dengan
Sedangkan
transformasi budaya
pembuatan
keputusan
bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai
dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke
materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan
materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.
Dari berbagai macam pengertian dari pembangunan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa pembangunan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam rangka menunjang
8
kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang ekonomi maupun sosial yang bertujuan
untuk mengurangi kemiskinan tanpa merusak lingkungan atau kehidupan sosial.
Transformasi atau perubahan ekonomi, sosial dan budaya yang digerakkan atas tujuan
atau strategi yang berguna untuk peningkatan kualitas manusia dalam memperbaiki
kualitas hidupnya. Komunikasi
pemerintahan
berperan
terhadap
peningkatan
pembangunan . Hal ini berlandaskan pada suatu anggapan dasar bahwa setiap
kegiatan yang dilaksanakan di desa oleh masyarakat yang diarahkan oleh pemerintah
akan meningkatkan pembangunan. Berdasarkan anggapan dasar ini maka terdapatlah
suatu asumsi yang mengatakan bahwa komunikasi pemerintahan yang terlaksana
pada masyarakat dimana pemerintah desa sebagai komunikator dan masyarakat desa
sebagai komunikan, atau sebaliknya, telah menghasilkan peningkatan pembangunan
Asumsi ini menghantar pada pendapat saya bahwa komunikasi pemerintahan berperan
terhadap peningkatan pembangunan.
Teori sistem manajemen kelompok partisipatif dikemukakan oleh Rensis Likert dalam
Alfian (1993), seorang ahli teori mengenai hubungan antar manusia. Likert lebih
memfokuskan perhatiannya pada anggota organisasi terkait dengan perasaan dan
kebutuhan mereka, pendekatan yang dilakukan Likert melihat pada hubungan antar
manusia sebagai instrumen manajemen. Ide dasar teori ini adalah bahwa jika pimpinan
organisasi memiliki kepedulian dan memberikan dukungan kepada karyawan atau
bawahan, maka karyawan atau bawahan akan memiliki motivasi kerja lebih besar
sehingga lebih produktif. Bagaimana seorang pemimpin melaksanakan manajemen
pemerintahannya yang berkaitan dengan pembangunan di daerahnya yaitu pertama
sebagai pemimpin daerah maka pemimpin memberi peluang kepada masyarakat dalam
pengambilan keputusan artinya dalam penentuan lokasi pembangunan di daerah maka
pemimpin
mengadakan musyawarah daerah yang melibatkan masyarakat yang di
9
dalamnya pemuka masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, aparat sehingga penentuan
lokasi pembangunan tepat sasaran. Hal ini juga berhubungan dengan pengambilan
keputusan yang akan dilakukan oleh pimpinan. Dan juga komunikasi yang dilakukan oleh
pimpinan tentang pembangunan, haruslah intensif kepada masyarakat dan setiap
masyarakat diberi tanggung jawab dalam pelaksanaan pembangunan.
E. Komunikasi Pada Pemerintahan Daerah
Nasib rakyat di daerah, lebih banyak ditentukan oleh pemimpin daerah. Karena itu
kajian tentang pemimpin
daerah penting untuk dilakukan. Salah satu kajian yang
dapat dilakukan adalah melalui pendekatan komunikasi politik. Komunikasi politik
diibaratkan sebagai sirkulasi darah dalam tubuh. Bukan darahnya tapi apa yang
terkandung dalam darah itu yang menjadikan sistem politik itu hidup (Alfian, 1993).
Komunikasi politik mengalirkan pesan-pesan politik berupa tuntutan, protes dan
dukungan (aspirasi dan kepentingan) ke jantung (pusat) pemrosesan sistem politik dan
hasil pemoresan itu, dialirkan kembali oleh komunikasi politik. Mulyana (2001),
mengartikan komunikasi politik sebagai segala komunikasi yang terjadi dalam suatu
sistem politik dan antara sistem tersebut dengan lingkungannya. Menurut Dahlan (2009)
komunikasi adalah unsur yang esensial dalam demokrasi. Batasan demokrasi banyak
ditentukan oleh komunikasi. komunikasi menentukan watak dan mutu demokrasi pada
suatu masyarakat. Bachtiar Aly (2010), menyebut komunikasi politik sebagai proses
penyampaian pesan politik dari elit politik kepada masyarakat secara timbal balik
agar pesan-pesan politik yang disampaikan memperoleh respons yang diharapkan
seperti terjadinya proses pengambilan keputusan politik secara demokratis, transparan
dan tanggung gugat (akuntabiIitas). Elit politik dikenal dengan elit yang memegang
kekuasaan politik formal dalam negara. Menurut Suryadi (1993), dalam komunikasi
10
politik terjadi pola hubungan memberi dan menerima, yang berarti bagaimana elit politik
menggunakan kekuasaannya kepada mayarakat dan bagaimana masyarakat itu
menanggapi serta menerima keinginan keinginan elit politik, begitu juga sebaliknya.
Pola hubungan seperti ini tergantung pada ideologi yang melandasi sistem politik
negara yang bersangkutan. Jika ideologinya demokratis maka komunikasi politiknya
akan demokratis pula. Dalam hal ini, elit politik ketika mempengaruhi atau
mengendalikan masyarakat tidak semata-mata mengandalkan kekuasaan formal yang
dimilikinya maupun wibawa dan pengaruhnya untuk senantiasa memaksakan kehendak
dengan cara yang bertentangan dengan norma atau etika yang berlaku dalam masyarakat.
Elit menerapkan kekuasaannya berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
tersebut, sehingga masyarakat dapat menerima dan patuh terhadap kekuasaan tersebut.
Elit lokal, yaitu para elit yang memerintah ditingkat daerah seperti kepala daerah
memegang peranan penting dalam komunikasi politik karena dia adalah pemimpin
masyarakat di daerahnya yang harus memperjuangkan aspirasi dan kepentingan
masyarakatnya. Kepala daerah dapat juga sebagai penghubung untuk menyerasikan
kebijakan pembangunan atau kebijakan politik nasional dengan aspirasi yang lahir dan
berkembang dalam masyarakat sehingga menjadi kekuatan actual yang dapat mendorong
laju pembangunan. Tugas yang berat ini dapat dilalui oleh kepala daerah tentu saja jika
ada keterbukaan, keadilan dan suasana dialogis sehingga terjadi komunikasi yang
seimbang antara elit daerah/kepala daerah dengan masyarakat.
F. Problem Di Daerah
Kepala daerah seringkali digugat, ia dianggap kurang responsif, tidak bertanggung
jawab atas kemelut politik yang terjadi, tidak peka terhadap penderitaan rakyat, kurang
responsif terhadap aspirasi masyarakat dan kurang cepat belajar untuk tidak
11
mengulangi kesalahan pendahulunya masa lalu. Dilain pihak, kepala daerah
menganggap
masyarakat
kurang
paham
dengan
agenda kepala daerah, tidak
mengerti bagaimana suka duka mereka merealisasikan aspirasi masyarakat. Persoalan
seperti ini sering kali terjadi diberbagai daerah yang kalau tidak ditangani dapat
berujung pada konflik. Peristiwa Tanjung Priok dapat dijadikan contoh, buruknya
komunikasi antara kepala daerah dengan masyarakat. Komunikasi yang baik justru
terjadi setelah ada kerusuhan. Setelah terjadi kerusuhan yang menelan korban jiwa dan
benda, Pemerintah Daerah DKI Jakarta mengundang semua pihak yang terlibat untuk
berdialog dari hati ke hati. Dialog yang diliput media itu berlangsung dengan
kesepakatan yang diterima semua pihak. Rasa saling percaya dan harmonisasi antar
kelompok masyarakat
merupakan prasyarat
utama bagi
keberlangsungan proses
peningkatan kesejahteraan dan pengembangan standar-standar baru kesejahteraan hidup
masyarakat secara menyeluruh. Rasa saling percaya dan harmonisasi akan mengantar
masyarakat untuk bekerja bersama-sama tanpa rasa saling curiga di dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan daerah diberbagai sektor dan diberbagai lapisan masyarakat guna
mencapai kesejahteraan rakyat daerah. Walaupun berbagai kemajuan dalam menjaga
harmonisasi didalam masyarakat telah dicapai dan berbagai upaya telah ditempuh, guna
menciptakan dan meningkatkan rasa saling percaya dan harmonisasi di dalam
masyarakat, tetapi masih dirasakan bahwa kadar kekerasan serta harmonisasi tersebut
masih jauh dari harapan. Hal ini ditandai dengan masih adanya berbagai konflik
antarmasyarakat, antargolongan, antarkelompok, bahkan antara masyarakat
daerah
tertentu dan pemerintah daerah yang sudah tentu akan menghambat upaya penciptaan
harmonisasi antarkelompok masyarakat, serta menghambat upaya penciptaan rasa
aman dan damai dihati warga. Dapat ditengarai bahwa terjadinya konflik berdimensi
kekerasan di beberapa daerah, antara lain, dilatarbelakangi oleh adanya faktor
12
kompleksitas
kepentingan
sosial politik, ketidakadilan, serta provokasi
yang
mengeksploitasi perbedaan-perbedaan etnis, agama, dan golongan. Ketiadaan forumforum dialog atau belum optimal dan efektifnya pelaksanaan mekanisme penyelesaian
konflik semakin memperluas konflik dan sulitnya penyelesaiannya secara tuntas.
Komunikasi politik antarelit termasuk kepala daerah dan masyarakat belum dapat
berkembang dengan efektif. Hal lain yang juga signifikan mendorong terjadinya
konflik yang disebabkan oleh berbagai dimensi yang kompleks tersebut, adalah
rentannya pemahaman dan pelaksanaan nilai kebangsaan terutama dalam konteks
menjaga harmonisasi di dalam masyarakat. Dengan demikian, penyelesaian akar
permasalahan dan penerapan strategi yang tepat dalam penyelesaian konflik menjadi
tantangan yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah secara sistematis mengingat
penyelesaiannya akan memakan waktu yang panjang. Selain berhubungan dengan
masyarakatnya, kepala daerah dalam menjalankan pemerintahan daerah, berhubungan
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Kepala daerah dan DPRD
berwenang menentukan pengaturan pembangunan daerah, melalui penetapan peraturan
daerah (Perda) dan kebijakan strategis daerah. Oleh karena itu hubungan yang baik
antara pihak kepala daerah dengan DPRD sangat menentukan keberhasilan kinerja
pembangunan daerah. Hubungan kepala daerah dengan DPRD diwujudkan dalam bentuk
komunikasi politik. Kepala daerah dan DPRD sering kali melakukan komunikasi politik
dengan masyarakat menyangkut masalah-masalah yang ada di masyarakat
tuntutan
seperti
kenaikan upah dari kelompok buruh, tuntutan menolak keberadaan pasar
swalayan dari kelompok pedagang dan lain sebagainya. Hubungan antara kepala daerah
dengan DPRD memperlihatkan gejala masing-masing merasa lebih superior sehingga
terjadi tarik menarik kepentingan antara kedua institusi tersebut. Mereka memiliki
kecenderungan untuk membenarkan diri sendiri. Pihak kepala daerah lebih memahami
13
kedudukan mereka sebagai pelaksana kebijakan sehingga mereka lebih memiliki akses
politik khususnya terhadap publik. Di pihak lain, DPRD merasa sesuai dengan
kewenangannya mereka merasa lebih kuat karena mereka adalah yang mengawasi
kebijakan kepala daerah, memberikan persetujuan terhadap APBD dan peraturan daerah.
G. Komunikasi Dialogis
Bertukar pandangan atau dialog merupakan salah satu bentuk tradisi masyarakat
lokal yang masih banyak digunakan seperti di Sumatera Barat, Riau, dan daerah
lain.
Martin
komunikasi.
Buber
memandang
dialog
sebagai
inti
Menurutnya dialog merupakan hubungan Saya-Anda (I-You), yaitu
manusia dengan
kelangsungan,
dalam Dahlan (2009)
manusia, yang
kejujuran,
ditandai dengan kebersamaan, keterbukaan hati,
spontanitas,
keterusterangan,
tidak
pura-pura,
tidak
manipulatif, kerukunan, intensitas dan cinta kasih dalam arti bertanggung jawab kepada
orang lain. Dialog berbeda dengan komunikasi Saya-Benda (I-It) atau komunikasi
monologis yang ditandai dengan cinta diri, penipuan, kepura-puraan, kelicikan,
dominasi, eksploitasi dan manipulasi. Dalam menangani berbagai persoalan di daerah,
bentuk komunikasi dialogis hendaknya lebih banyak dilakukan untuk memberikan
pemahaman tentang suatu masalah kepada masyarakat dan cata-cara yang ditawarkan
untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu, bentuk dialogis yang menghasilkan
komunikasi dua arah,
sangat tepat untuk menjaring aspirasi masyarakat, dan dapat
dengan cepat mengartikulasikan aspirasi itu sehingga lebih mudah dipahami oleh
pembuat kebijakan publik. Dalam komunikasi politik, dialog mensyaratkan bahwa
kepala daerah menempatkan diri dalam posisi pengambil peran yang baik untuk
memahami berbagai makna yang terdapat dalam dunia simbolik rakyat, tidak
14
memaksakan “kebenaran” atau pendapatnya sendiri kepada masyarakat. (Mulyana,
2001).
H. Penutup
Komunikasi pemerintahan hendaknya dapat menyesuaikan dengan
pemerintahan
yang
saat
ini berubah,
pemerintahan) ke governance. Dalam hal
perkembangan
dari government (penyelenggaraan
ini
terjadi
perubahan
interaksi
dari
kekuasaan dan kontrol menjadi pertukaran informasi, komunikasi dan persuasi dengan
penyediaan informasi kepada masyarakat
untuk dapat mengawal pemerintahan.
Dalam mewujudkan tata kelola (governant), kepercayaan merupakan faktor penting.
Ketika
masyarakat
semakin
skeptis dengan pemerintahan, maka komunikasi
pemerintahan yang berbasis kearifan lokal harus diperkuat untuk menjaga kepercayaan.
Komunikasi yang dilakukan pemimpin daerah janganlah dianggap
mujarab
dalam
mengatasi
sebagai
obat
persoalan-persoalan di daerah. Komunikasi tanpa
memperdulikan persoalan-persoalan yang mendasar dalam masyarakat dan tidak
dilakukan berdasarkan kearifan lokal dari daerah tersebut, tidak akan memberikan hasil
yang
diharapkan.
memerlukan
Sebagai
perhatian
contoh,
oleh
terjadinya konflik
di
berbagai
daerah
kepala daerah, persoalan konflik yang dipicu oleh
kesenjangan ekonomi, kemiskinan
hendaknya dapat
dicarikan
jalan
keluarnya.
Persoalan konflik yang terjadi sangatlah kompleks karena tidak hanya menyangkut
persoalan politik semata, tetapi juga persoalan ekonomi, sosial, dan budaya. Komunikasi
berbasis kearifan lokal yang dilakukan oleh pemimpin daerah dapat membantu atau
memberikan kontribusi
untuk
mempercepat
penyelesaian
masalah-masalah
di
daerah.
15
Daftar Pustaka
Alfian, 1993, Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia, Gramedia, Jakarta
Aly, Bachtiar, 2010, “Komunikasi Politik sebagai Penjuru Penyelesaian Konflik dan
Mengoptimalkan Sinergitas Hubungan Pusat dan Daerah, Gramedia, Jakarta
Arifin, Anwar, 2008, Komunikasi Politik:Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi
dan
Komunikasi Politik Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Dahlan, M. Alwi, 2009, “Teknologi Informasi dan Demokrasi”. Jurnal ISKI No. 4 Oktober
2009
Mulyana, Deddy, 2001, “Merancang Peran Baru Humas dalam Pengembangan Otonomi
Daerah” dalam Jurnal Komunikasi Mediator Volume 2 Nomor 1 Tahun 2001
Rakhmat, Jalaluddin, 1991, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Jakarta
Suryadi, Samsu, 1993, ”Elit Politik dalam Komunikasi Politik di Indonesia” dalam
Indonesia dan Komunikasi Politik, Gramedia, Jakarta
Akses Internet :
Website BKD dan Diklat Provinsi NTB : http:///bkddiklat.ntbprov.go.id (diakses 14 Agustus
2014).
16
Download