BAB II TEORI DASAR 2.1. Reaksi Nuklir 2.1.1. Pendahuluan Proses tumbukan dua inti atomik dan partikel penyusunnya, lalu menghasilkan produk yang berbeda dari partikel awalnya dikenal dengan istilah reaksi nuklir. Pada prinsipnya, sebuah reaksi dapat melibatkan lebih dari dua partikel yang bertumbukan, namun peristiwa ini sangat jarang terjadi. Jika partikel yang bertumbukan itu memisah tanpa terjadi perubahan, maka proses tersebut disebut proses tumbukan saja, bukan sebuah reaksi. Gambar 2.1 Tumbukan menghasilkan reaksi nuklir 5 Selanjutnya, dalam studi dan analisis reaktor nuklir, terdapat dua jenis reaksi nuklir yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Reaksi peluruhan radioaktif 2. Reaksi tumbukan nuklir 2.1.2. Reaksi Peluruhan Radioaktif Reaksi transformasi dari atom-atom dengan inti tidak stabil (metastable state) secara spontan menjadi inti atom lain dengan diiringi emisi partikel tertentu maka disebut reaksi peluruhan radiokatif. Jenis reaksi ini menjadi bahasan penting dalam kajian dan analisis reaktor mengingat bahwa bahan nuklir dan sisa bahan bakar dari teras reaktor akan mengalami reaksi peluruhan radioaktif. Berdasarkan jenis partikel yang diemisikan, reaksi peluruhan radioaktif dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Peluruhan alpha (α) Peluruhan alpha terjadi bila suatu inti atom metastabil bertransformasi menjadi inti atom lain dengan memancarkan partikel alpha, yaitu partikel inti helium, yang terdiri dari 2 proton dan 2 neutron, dengan muatan total +2. Contoh reaksi peluruhan alpha : U → 238 92 Th + 24He 2+ 234 90 (2.1) Biasa ditulis dengan 6 U → 238 234 Th + α (2.2) 2. Peluruhan beta (β) Peluruhan beta terjadi bila suatu inti atom metastabil bertransformasi menjadi inti atom lain dengan memancarkan partikel beta, dan disertai emisi neutrino. Terdapat 2 jenis partikel beta, yaitu β- (elektron, dengan muatan -1) dan β+ (positron, dengan muatan +1). Contoh reaksi peluruhan beta : + e − + v e (beta minus) (2.3) Ne + e + + ve (beta plus) (2.4) Cs → 137 56 22 11 Na → 22 10 22 11 Na + e − → 137 55 22 10 Ne + ve (penangkapan elektron) (2.5) 3. Peluruhan gamma (γ) Peluruhan gamma terjadi bila suatu inti atom metastabil bertransformasi menjadi inti atom stabil dengan memancarkan partikel gamma. Partikel gamma adalah partikel tak bermasa dan tak bermuatan, atau disebut photon, yaitu suatu paket energi diskrit. Contoh reaksi peluruhan gamma : 60 Ni * → 60 Ni + γ (2.6) 2.1.3. Reaksi Tumbukan Nuklir Secara umum, reaksi tumbukan nuklir terjadi saat partikel penumbuk (proyektil) menumbuk atau menabrak inti atom (target). Reaksi tumbukan nuklir biasanya disertai pelepasan energi ke lingkungan atau penyerapan energi dari lingkungan. Bila 7 reaksi nuklir melepas energi ke lingkungan, maka reaksi tersebut disebut bersifat eksoterm, sedangkan bila reaksi nuklir menyerap energi dari lingkungan, maka reaksi tersebut disebut bersifat endoterm. Terdapat banyak jenis reaksi nuklir yang mungkin terjadi, tetapi dalam analisis reaktor nuklir, ada 3 jenis reaksi yang memainkan peranan utama, yaitu : 1. Reaksi fisi nuklir (Nuclear Fission) Reaksi fisi nuklir disebut juga reaksi (n, fission) , dan termasuk reaksi eksoterm yang menghasilkan energi dalam jumlah yang relatif sangat besar. Reaksi fisi nuklir pada dasarnya adalah reaksi pembelahan inti atom berat menjadi inti-inti atom yang lebih ringan, akibat tumbukan oleh neutron. 2. Reaksi penangkapan neutron (Neutron Capture) Reaksi penangkapan neutron disebut juga reaksi penangkapan radiatif (radiative capture) atau reaksi (n,γ). Reaksi ini disebut reaksi penangkapan radiatif karena menghasilkan radiasi gamma, yaitu ketika inti atom metastabil hasil reaksi bertransformasi menjadi inti atom lain yang stabil dengan melepas kelebihan energinya dalam bentuk radiasi gamma. 3. Reaksi hamburan neutron (Neutron Scattering) Reaksi hamburan neutron terjadi bila proyektil dan target tidak mengalami transformasi nuklir setelah terjadinya tumbukan, dengan kata lain, neutron hanya terhambur saja oleh target setelah terjadi reaksi. Tetapi energi dan keadaan (state) 8 proyektil dan target bisa saja berubah. Reaksi hamburan neutron dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : a. Reaksi hamburan elastik (n, n) Reaksi ini terjadi bila energi dan keadaan proyektil dan target tidak berubah setelah mengalami tumbukan. Dengan kata lain energi kinetik sistem sebelum dan sesudah tumbukan tidak berubah. b. Reaksi hamburan inelastik atau non-elastik (n, n' ) Reaksi ini terjadi bila energi dan/atau keadaan proyektil dan target mengalami perubahan setelah mengalami tumbukan. Dengan kata lain energi kinetik sistem sebelum dan sesudah tumbukan berubah, perubahan ini disebabkan oleh konversi sebagian energi kinetik neutron menjadi radiasi gamma. Reaksi jenis ini dapat disertai dengan perpindahan keadaan nuklir dan radiasi energi. 2.1.4. Cross Section Reaksi Nuklir Cross section reaksi nuklir adalah peluang akan terjadinya reaksi atau interaksi nuklir. Cross section dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : a. Cross section mikroskopik (σ), yaitu probabilitas bahwa suatu reaksi atau interaksi nuklir akan terjadi pada satu inti atom tunggal. Cross section mikroskopik memiliki satuan barn atau cm2, dimana 1 barn = 10-24 cm2. R σ = IN A 1 (2.7) 9 Keterangan : • σ = cross section mikroskopik (barn atau cm2) • R = laju reaksi (#cm-2s-1) • I = intensitas proyektil (#cm-2s-1) NA = Kerapatan target (#cm-2) b. Cross section makroskopik (Σ), yaitu probabilitas bahwa suatu reaksi atau interaksi nuklir akan terjadi pada “sebongkah” (chunk) material. Hubungan antara cross section makroskopik dengan cross section makroskopik adalah sebagai berikut : Σ = Nσ (2.8) Keterangan : • Σ = cross section makroskopik (cm-1) • σ = cross section mikroskopik (cm2) N = kerapatan material target (#/cm-3) Satu besaran yang berhubungan dengan cross section reaksi nuklis adalah jalan bebas rata-rata atau mean free path (mfp), adalah sebuah besaran yang didefinisikan sebagai jarak rata-rata yang ditempuh neutron sebelum akhirnya bereaksi dengan suatu inti atom atau keluar dari teras reaktor akibat kebocoran (leakage). Mean free path secara matematis dituliskan dengan persamaan : 10 λ= 1 Σt (2.9) dimana : • λ= mean free path (cm) • Σt = cross section total (cm-1) σt = σs + σa = σs + (σc + σf), dimana σc ≈ σγ (2.10) Σt = Σs + Σa = Σs + (Σc + Σf). (2.11) Dari persamaan diatas, dapat diketahui bahwa cross section total adalah penjumlah dari semua jenis cross section yang ada. Adapun sifat itu juga berlaku untuk campuran isotop-isotop dan elemen-elemen, contoh : ΣαH 2O = ΣαH + ΣαO = N H σ αH + N Oσ αO = 2 N H 2Oσ αH + N H 2Oσ αO = N H 2O (2σ σH + σ αO ) 2.2 Reaktor Nuklir 2.2.1 Pendahuluan (2.12) Reaktor nuklir adalah seperangkat alat tempat reaksi fisi berantai dapat dimulai, dipertahankan, dan dikendalikan. Komponen terpentingnya adalah teras berbahan bakar fisil, moderator, reflektor, perisai, pendingin, dan pengendali. Sedangkan instalasi yang dibangun untuk mengkonversi daya termal yang dihasilkan reaksi fisi nuklir pada teras reaktor menjadi daya listrik yang siap pakai disebut pembangkit 11 listrik tenaga nuklir. Energi nuklir memiliki potensi untuk memiliki peranan lebih besar sebagai sumber energi dunia karena memiliki sifat dapat diperbaharui. Selain itu juga memiliki jumlah cadangan di alam yang dapat memenuhi kebutuhan energi dalam jangka waktu lebih panjang. Tabel 2.1 Perbandingan Sumber Energi Sumber Energi Energi Kg per Bahan Bakar per Cadangan yang Lama Bahan 1000 MWe Plant Tersedia Penggunaan Bakar per Tahun Uranium 50.000 kwh 30 ton 4,36 juta ton Minyak 4 kwh 2.000.000 ton 1,195 bumi 72 tahun * milyar 43 tahun barel Batu bara 3 kwh 2.600.000 ton 1,316 milyar ton 231 tahun *). jika hanya menggunakan reaktor PWR atau BWR tanpa daur ulang. Tabel 2.2 Perbandingan Skenario Pemanfaatan Sumber Energi Nuklir Skenario Cadangan Reaktor LWR dengan OTC (Once Through 4,36 juta ton standar Fuel cycle) Reaktor - FBR lanjut - Multirecycle Penggunaan 72 tahun 4,36 juta ton ~ 10.000 tahun - Cadangan uranium di laut 4 milyar ton ~ jutaan tahun - Cadangan thorium 3 x uranium - Efisiensi lebih tinggi 12 Reaktor nuklir telah digunakan sebagai pembangkit listrik oleh berbagai negara seperti Jepang, Amerika, dan Inggris serta merupakan penyuplai listrik utama yang digunakan oleh Prancis. Salah satu kelebihan teknologi ini adalah volume bahan bakar yang dibutuhkan sangat kecil dibandingkan dengan bahan bakar fosil untuk membangkitkan jumlah energi yang sama. 2.2.2 Klasifikasi Reaktor Reaktor nuklir dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sebagai berikut : 1. Berdasarkan perbedaan spektrum energi neutronnya, reaktor nuklir dapat diklasifikasikan menjadi reaktor cepat dan reaktor termal. Reaktor cepat adalah reaktor yang proses fisinya lebih dominan disebabkan oleh neutron cepat yang memiliki energi di atas 1 keV. Sedangkan reaktor termal adalah reaktor dengan proses fisi lebih dominan disebabkan oleh neutron termal yang memiliki energi di bawah 1 eV. 2. Berdasarkan jenis material yang digunakan sebagai moderator dan pendingin, reaktor dapat kita golongkan menjadi Magnox, AGR, LWR, HWR, RBMK, dan HTGR [ tabel 2.3 ]. 3. Berdasarkan fungsinya, reaktor dapat kita bagi menjadi reaktor riset, konverter, dan reaktor daya. Reaktor riset adalah reaktor yang dayanya digunakan untuk penelitian. Saat ini reaktor riset telah ada di Indonesia. Jenis reaktor berikutnya adalah konverter yang menghasilkan bahan fisil dari bahan fertil yang dikonsumsinya. Bahan fisil yang dihasilkan dapat 13 lebih banyak dari bahan yang dikonsumsi. Reaktor seperti ini disebut breeder reactor (reaktor pembiak). Breeder reactor mempunyai rasio konversi lebih besar dari satu. Jenis terakhir adalah reaktor daya yang digunakan terutama sebagai penghasil daya, misal reaktor daya listrik, reaktor propulsi, dan reaktor proses panas. Tabel 2.3 Klasifikasi Reaktor Nuklir Tipe Reaktor Nama Reaktor Moderator Coolant Reaktor Termal Magnox GCR Grafit CO2 (Thermal Reactor) AGR Grafit CO2 PWR H2O H2O BWR H2O H2O BLWR (FUGEN) D2O H2O PHWR (CANDU) D2O D2O HTR Grafit He THTR Grafit He RBMK Grafit H2O LMFBRs Tidak ada Na atau Pb/ Pb-Bi Reaktor Cepat (Fast Reactor) 14 2.2.3 Analisis Teras Reaktor Terdapat seperangkat parameter sistem yang harus diperhatikan dalam menganalisis sebuah reaktor sehingga dapat beroperasi dengan aman, handal dan ekonomis. Parameter-parameter sistem yang dianalisis tidak dapat dilakukan secara parsial, tetapi secara menyeluruh mencakup semua aspek selain teras reaktor, seperti analisis termohidrolik, struktur kompenen, ekonomi, dll. Analisis teras reaktor selanjutnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis neutronik dan analisis non-neutronik. 2.2.3.1 Analisis Neutronik Reaktor Analisis neutronik membahas hal-hal mengenai neutron pada reaksi fisi berantai yang terjadi di dalam teras reaktor (reactor core). Analisis ini terutama membahas mengenai populasi neutron, fluks neutron, distribusi sumber neutron, distribusi daya termal, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan perilaku neutron di dalam teras reaktor. Salah satu besaran penting dalam analisis neutronik adalah apa yang disebut faktor multiplikasi, yang disimbolkan dengan keff. Faktor multiplikasi dirumuskan sebagai berikut : keff = Populasi neutron pada satu generasi Populasi neutron pada generasi sebelumnya 15 (2.13) Berdasarkan nilai faktor multiplikasi, terdapat 3 jenis keadaan teras reaktor, yaitu: a. k>1 disebut keadaan superkritis, dimana polulasi neutron terus bertambah b. k=1 disebut keadaan kritis, dimana populasi neutron tidak berubah (konstan) c. k<1 disebut keadaan subkritis, dimana populasi neutron terus berkurang Ketiga keadaan tersebut diperlihatkan pada gambar berikut : Gambar 2.2 Faktor Multiplikasi Jadi faktor multiplikasi menggambarkan tingkat kestabilan reaksi fisi berantai dalam teras reaktor, dimana keadaan stabil tercapai bila nilai k = 1. 16 Perhitungan faktor multiplikasi dan distribusi daya merupakan perhitungan paling umum dalam analisis reaktor. Perhitungan distribusi daya akan bergantung pada pengayaan bahan bakar, moderator-to-fuel ratio (MFR), geometri teras, lokasi dan tipe pengontrol reaktivitas, serta desain elemen bahan bakar. Kerapatan daya teras juga merupakan fungsi ruang dan waktu. Parameter yang paling penting dalam desain termal teras adalah rasio antara kerapatan daya puncak dan rata-rata (yang disebut sebagai “hot channel” atau “power peaking factor”) karena hal ini menentukan batasan termal dari performansi teras. Mekanisme fuel loading juga harus diperhatikan, karena berhubungan langsung dengan fuel depletion dan efek reaktivitas. 2.2.3.2 Reaktivitas dan Analisis Kontrol Reaktivitas yang dilambangkan dengan simbol ”ρ”, berhubungan erat dengan faktor multiplikasi (keff) dan dapat dinyatakan sebagai berikut : ρ= k eff − 1 (2.14) k eff Reaktor nuklir harus memiliki bahan bakar yang cukup dan dalam bentuk geometri tertentu sehingga dapat mencapai kondisi kritis. Ekses reaktivitas (excess reactivity) merupakan reaktivitas maksimum yang dapat dicapai melalui pengaturan batang kendali dan diperlukan untuk mengatasi reaktivitas negatif yang dihasilkan beberapa produk reaksi fisi seperti xenon dan samarium. Terdapat beberapa efek reaktivitas pada bahan bakar dalam reaktor. Reaksi fisi menghasilkan dua efek reaktivitas 17 negatif, yaitu terus berkurangnya bahan bakar dan bertambahnya produk fisi. Hampir semua produk fisi tersebut memiliki penampang lintang neutron yang besar. Transmutasi isotop fertil menjadi isotop non fisil dapat berarti reaktivitas positif ataupun negatif, hal ini tergantung pada cross section-nya. Sedangkan transmutasi dari isotop fertil ke isotop fisil selalu berarti reaktivitas positif. Analisis kontrol bertujuan mengetahui besarnya reaktivitas negatif agar dapat memberikan kontrol yang diperlukan dalam mengkompensasi ekses reaktivitas pada initial fuel loading ( penempatan bahan bakar ke dalam teras). Ada beberapa mekanisme sistem kontrol yang terdiri dari : • Batang kendali (movable) • Racun neutron dapat larut dalam pendingin (Soluble neutron poisons in coolant / chemical shim) • Racun neutron yang dibakar selama siklus teras / racun dapat dibakar (Neutron poisons, burn over core life time / burnable poisons or mechanical shim) Deplesi nuklida dipengaruhi oleh reaktivitas, sehingga perlu diatur untuk mempertahankan keadaan kritis reaktor selama siklus bahan bakar. Elemen yang mengkompensasi reaktivitas adalah batang kontrol, yang dapat dimasukkan lebih dalam untuk mengkompensasi efek reaktivitas positif dan sebaliknya. Cara lain adalah dengan mengatur konsentrasi bahan yang dapat menyerap neutron seperti 18 boron (dalam bentuk boric acid) di dalam air pendingin. Soluble poison (racun dapat larut) bisa digunakan untuk mengkompensasi efek reaktivitas tetapi konsentrasi yang dapat dimasukkan terbatas. Sedangkan burnable poison (racun dapat dibakar) terletak pada kisi bahan bakar dan semakin lama akan berkurang. Konsentrasi racun dipilih agar sifat spatial self shielding dari elemen racun cukup besar pada awal siklus pembakaran. Setelah beberapa waktu konsentrasi racun berkurang dan faktor selfshielding bertambah sehingga racun habis dan menyebabkan nilai reaktivitas bertambah. Faktor lain yang dapat digunakan untuk menentukan kestabilan reaksi dan keselamatan reaktor adalah reactivity swing. Reactivity swing dihitung dengan membagi nilai keff pada akhir siklus. Dalam pengoperasian reaktor nuklir selalu ada kelebihan nilai reaktivitas pada awal siklus, lalu nilai faktor multiplikasi efektif akan berkurang sebanding dengan burnup sehingga terlihat kemiringan pada grafik faktor multiplikasi efektif terhadap burnup. Nilai reactivity swing dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengukur hal tersebut. Reaktor diinginkan selalu berada dalam kondisi kritis, dengan kemiringan grafik faktor multiplikasi efektif sedapat mungkin mendekati garis lurus. Hal ini menyebabkan nilai reactivity swing dapat diusahakan sekecil mungkin. Ukuran standar untuk reactivity swing berkisar sekitar 1 $ atau 0,0065. 19 2.2.3.3 Analisis deplesi bahan bakar (burn-up analysis) Komposisi bahan bakar dapat berubah selama reaktor beroperasi karena konsumsi bahan fisi dan produksi produk fisi. Proses ini harus dimonitor sepanjang umur reaktor untuk mengetahui komposisi bahan bakar dan reaktivitas sebagai fungsi energi yang dihasilkan. Komposisi awal elemen bahan bakar pada reaktor nuklir bergantung pada pilihan bahan bakar yang digunakan. Perubahan yang terjadi pada bahan bakar selama reaktor nuklir dioperasikan berhubungan dengan dua jenis reaksi, yaitu transmutasi dan fisi. Transmutasi adalah proses transformasi dari suatu inti atom yang tidak stabil menjadi inti yang stabil atau berumur paruh pendek melalui reaksi nuklir. Berbagai jenis atom yang menyusun bahan bakar mengalami proses transmutasi dengan menangkap neutron dan melalui peluruhan. Konsentrasi dan aktivitas produk fisi harus diketahui terutama untuk alasan keselamatan. Desain bahan bakar harus mempertimbangkan efek build up produk fisi, baik yang berbentuk solid maupun gas. Produk fisi dalam bentuk gas ini akan berdifusi pada batang bahan bakar serta berkumpul pada gap antara bahan bakar dan cladding sehingga menyebabkan tekanan pada sisi dalam cladding. Tekanan ini harus dapat dikontrol agar tidak melebihi tekanan coolant. Pada saat burnup, nilai reaktivitas dipengaruhi oleh absorbsi neutron oleh produk fisi. Sebagian kecil energi yang dihasilkan reaksi fisi berbentuk energi panas dari proses 20 peluruhan produk fisi yang bersifat radioaktif. Panas ini akan terus teradiasikan walaupun reaktor mengalami shut down, sehingga harus dibuang untuk menghindari kenaikan temperatur teras secara tiba-tiba yang dapat menyebabkan terjadinya melt down. Burnup (derajat bakar) menyatakan ukuran konsumsi bahan bakar reaktor, yang dapat dinyatakan dalam dua hal. Pertama adalah persentase atom yang mengalami fisi dan yang kedua merupakan banyaknya energi yang dihasilkan per satuan berat bahan bakar dalam reaktor. Persamaan burnup juga dapat dituliskan lebih terperinci lagi sebagai berikut: P [MW ( t ) ] x CF x T ( days ) ⎛ MWD ⎞ BU ⎜ ⎟= 0 MTU ⎝ MTU ⎠ (2.3) Keterangan : Po : plant rated power (kapasitas daya) MTU : massa uranium dalam teras (Metric Ton Uranium/MTU) CF : capacity factor (kapasitas faktor), dengan persamaan sebagai berikut: T ∫ P ( t ) dt CF = T : periode operasi reaktor P(t) : daya termal reaktor pada saat t 0 P0T (2.4) 21 2.2.4 Kompenen-komponen Reaktor Reaktor memiliki beberapa komponen sebagai berikut : 1. Fuel (bahan bakar) yang dapat digolongkan menjadi bahan fisil dan fertil. Bahan fisil adalah bahan yang mudah terinduksi menghasilkan reaksi fisi melalui interaksi dengan neutron lambat. Yang termasuk bahan fisil adalah uranium-233, uranium-235, plutonium-239 dan plutonium-240. Sedangkan yang tergolong bahan fertil adalah bahan yang tidak bersifat fisil, tetapi dapat diubah menjadi bahan fisil melalui reaksi penangkapan neutron dalam reaktor nuklir. Yang termasuk bahan fertil antara lain thorium-232, uranium-238 dan plutonium-240. Uranium-238 dan thorium232 dapat diubah menjadi plutonium-239 dan uranium-233 yang bersifat fisil. Reaktor daya terbaru saat ini menggunakan fuel dalam berbagai bentuk antara lain keramik, oksida seperti UO2, karbida seperti UC, dan nitrida seperti UN. 2. Fuel element (elemen bahan bakar), yaitu bagian diskrit struktur terkecil reaktor atau perangkat bahan bakar dengan bahan bakar nuklir sebagai bagian utamanya, juga disebut elemen bakar. 3. Fuel assembly / bundle (bundel bahan bakar), yaitu rakitan elemen bakar nuklir berbentuk batang, pin atau pelat yang tersusun teratur secara kompak dengan komponen struktur. Contoh fuel bundle PWR di kapal NS 22 Savannah (kapal penumpang dan kargo) yang didesain dan dibangun oleh Babcock and Wilcox Company : Gambar 2.3 Fuel assembly/bundle 4. Moderator, yaitu bahan seperti air, air berat (D2O) atau grafit yang dipakai dalam reaktor untuk memperlambat neutron cepat, sehingga meningkatkan probabilitas terjadinya proses fisi lebih lanjut. 5. Coolant (pendingin), yaitu bahan yang dialirkan ke dalam teras reaktor untuk memindahkan panas. Materi yang biasanya digunakan adalah air, udara, karbon dioksida, natrium cair dan paduan natrium-kalium. 6. Reactor core (teras reaktor), yaitu bagian utama reaktor nuklir yang berisi elemen bahan bakar dan biasanya juga berisi moderator, reflektor dan kontrol elemen. 7. Control element (elemen kendali), yaitu bagian reaktor yang digunakan untuk mengendalikan reaktivitas reaktor. Elemen kendali dapat berupa satu satuan tunggal atau satu set bagian tertentu. 23 8. Reflector (reflektor), yaitu lapisan bahan selimut teras reaktor yang merefleksikan neutron ke dalam teras sehingga neutron tidak lolos keluar teras reaktor. 9. Shielding (perisai), yaitu bahan atau lapisan yang diletakkan di antara sumber radiasi dan bahan atau orang untuk menyerap radiasi sehingga dapat mengurangi paparan. 2.3 Boiling Water Reactor (BWR) Pada Boiling Water Reactor (BWR), air ringan (H2O) memainkan peranan yang penting baik sebagai moderator maupun sebagai pendingin. Sebagian dari air ringan tersebut mendidih di dalam bejana tekan, menghasilkan campuran air dan uap yang keluar dari teras reaktor. Uap yang dihasilkan langsung masuk ke dalam turbin, oleh karena itulah air di dalam uap harus dipisahkan (air di dalam uap dapat merusak sudu-sudu turbin). Uap yang keluar dari turbin dikondensasikan di dalam kondenser dan diumpankan kembali ke dalam reaktor setelah dipanaskan. Air yang tidak diuapkan di dalam bejana reaktor terakumulasi di bagian bawah bejana dan bercampur dengan air umpan yang dipompa balik. Karakterisasi BWR yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 2.4 Parameter desain dari teras BWR Power Output 1000Mwe Average power density 50 Wcm-3 24 Radius of fuel pellet 0.529 cm Radius of fuel rod 0.615 cm Pin Pitch 1.444 cm Void fraction 10-90 % Fuel tipe Oksida Cladding Zircaloy-2 Coolant H2O 25