I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah adalah suatu benda alami yang merupakan lapisan teratas kerak bumi ,terdiri dari bahan mineral dan bahan organic yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat makhluk hidup lain dalam melangsungkan kehidupannya. Dalam mengolah tanah diperlukan teknik yang benar agar tidak mengalami suatu kerugian yang besar bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Jika hal ini dibiarkan begitu saja yang akan semakin membahayakan kehidupan karena tanah berfungsi sebagai penopang kehidupan maka muncul ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanah yang disebut sebagai ilmu tanah. Terdapat dua cabang utama ilmu tanah karena ilmu tanah adalah ilmu pengetahuan yang tergolong masih muda. Pertama adalah pedologi , pedologi merupakan ilmu tanah yang mempelajari tentang berbagai aspek geologi tanah yang merupakan bagian dari alam dan berada dipermukaan bumi yang menekankan hubungan antara tanah itu sendiri dengan factor pembentuknya. Kedua yaitu edapologi, edapologi adalah ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu alat produksi pertanian yang menekankan hubungan antara tanah dengan tanaman. Kenyatannya sebagian besar dari tanah yang ada dipermukaan bumi ini dipergunakan sebagai usaha pertanian, maka dapat dikatakan bahwa tanah adalah alat produksi yang menghasilkan berbagai produk pertanian. Sehingga tanah penting, merupakan komponen yang dimanipulasi hidup dari lingkungan yang untuk mempengaruhi tanaman dengan memperhatikan sifat fisik, kimia dan biologinya. Dengan adanya ilmu tanah ini diharapkan manusia mengetahui definisi tanah itu sendiri, jenis- jenis tanah, fungsi dari tanah, komponen yang ada di dalam tanah ,dan proses pembentukan tanah. Dengan memperhatikan sifat fisika, kimia, biologi tanah sehingga dalam pengolahan tanah akan berjalan dengan baik dan benar serta dapat menghasilkan tanaman yang produktif dengan tanah yang subur dan sesuai dengan konsep pertanian berkelanjutan yang bisa menguntungkan kehidupan manusia. Tanah merupakan hal yang pokok untuk diketahui manusia, sehingga sangat penting mempelajari ilmu tanah. Disinilah pentingnya dilakukan pembekalan kegiatan praktikum bagi mahasiswa pertanian yang akan menjadi generasi penerus pertanian Indonesia. Fungsi tanah untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman, penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsure hara), penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh, hormone, vitamin, asam-asam organic, antibiotic, dan lain-lain) dan siklus hara, sebagai habitat biota tanah baik yang berdampak positif karena terlibat langsung dalam peyediaan kebutuhan primer dan sekunder bagi tanaman, maupun yang berdampak negatif bagi tanaman seperti hama dan penyakit tanaman, lokasi pembangunan infrastruktur seperti bandara, bangunan rumah, kantor, supermarket, dan lain sebagainya. Dengan bertambahnya penduduk Indonesia yang semakin pesat disertai dengan perkembangan pertanian yang semakin maju maka mulai dirasakan masalah- masalah yang menyangkut tanah dan pertanian. Sering dijumpai lahan yang dahulunya subur sekarang sudah menjadi lahan yang kritis. Oleh karena itu, kita mempelajari tanah tentang bentang lahan, sifat fisika dan kimianya. Sehingga kita akan dipermudah dalam menentukan tanaman yang cocok ditanam di suatu lahan dan hasil produksinya menjadi maksimal. B. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum dasar-dasar ilmu Tanah ini bertujuan untuk 1. Mengenal dan mengetahui deskripsi lingkungan. 2. Mengenal dan mengetahui deskripsi tanah. 3. Mengenal dan mengetahui sifat fisika dan kimia tanah. C. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum mata kuliah Ilmu Tanah dilaksanakan pada tiga lokasi dengan rincian sebagai berikut Desa Jatikuwung Kabupaten Karanganyar pada hari Sabtu tanggal 26 Oktober 2013 pukul 11.00 – 12.00 WIB, Desa Jumantono Kabupaten Karanganyar pada hari Minggu tanggal 27 Oktober 2013 pukul 08.00 – 09.00 WIB, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret pada hari Minggu tanggal 27 Oktober 2013 pukul 10.00 – 11.00 WIB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pencandraan Bentang Lahan Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris), atau landscap (Belanda) dan landschaft (Jerman). Secara umum berarti pemandangan. Arti pemandangan mengandung 2 (dua) aspek, yaitu: (a) aspek visual dan (b) aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu (Widiyanto dkk 2006). Menurut Strahler (1983), bentuk lahan adalah konfigurasi permukaan lahan yang dihasilkan oleh proses alam. Lebih lanjut Whitton (1984) menyatakan bahwa bentuklahan merupakan morfologi dan karakteristik permukaan lahan sebagai hasil interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuklahan merupakan bentang permukaan lahan yang mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu. Masing-masing bentuklahan dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal struktur dan proses geomorfologi, relief/topografi dan material penyusun (Zmit 2013). Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun). Awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol struktural (Suhendra 2009). B. Profil Tanah Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi tempat tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi ( senyawa porganik dan anorganik sederhana dan unsure-unsur esensial seperti N, P,K,Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lain-lain ), dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota ( organisme ) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif ( pemacu tumbuh, proteksi ) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktifitas tanah untuk mengehasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industry perkebunan, maupun kehutanan ( Kemas A H 2007 ). Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu 2007). Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya dari fraksi tanah halus. Berdasar atas perbandingan anyaknya butir-butir pasir, debu, liat maka tanah dikelompokkan kedalam beberapa kelas tekstur. Dalam klasifikasi tanah tingkat famili kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas sebaran besar butir yan mencakup seluruh tanah. Kelas besar butir merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah tetapi dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan atau fragsi tanah yang lebih besar dari pasir. Tanah-tanah bertekstur liat ukuran butienya lebuh halus maka setiap satuan berat mempunyai luas luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah yang bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno 2003) Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus, ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat seperti pasir (Hakim 2007). C. Sifat Fisika Tanah Contoh tanah utuh digunakan untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah seperti kerapatan isi, distribusi ruang pori, permeabilitas dan kurva pF. Contoh tanah agregat utuh juga digunakan untu penetapan stabilitas agregat dan emempuan tanah mengembang dan mengkerut atau disebut nilai COLE ( Coefficient Of Linear Extensibilty ). Contoh tanah terganggu digunakan untu penetapan tekstur tanah atau sifat-sifat kimia tanah , seperti pH, kandungan bahan organic, kandungan unsure hara, KTK, dan lain sebagainya. Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P) Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitarperakaran yang jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri inidapat menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asamorganik yang dapat melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfatyang diberikan (Mardiana 2006). Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk keluar tanah secara leluasa. Porositas mencerminkan tingkat kesarangan tanah untuk dilalui airan massa air (permeabilitas, jarak per waktu) atau kecepatan aliran air untuk melewati massa tanah (perkolasi, waktu per jarak) (Hanafiah 2005). D. Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah sangat penting karena mempengaruhi dan menentukan kondisi kesuburan suatu tanah. Mempelajari kimia tanah perlu dilandasi dengan pemahaman. Pemahaman tersebut yaitu terhadap bagian fraksi yang reaktif dalam tanah yang disebut dengan koloid tanah, reaksi tanah (pH), dan kandungan hara tanah, serta status ketersediaan hara bagi tanaman (Abdul Madjid 2007). Bila ditinjau dari sifat-sifat kimianya, maka koloid dapat dikatakan dapat merupakan suatu garam yang bersifat masam. Zarah kolloidal terdiri dari gugusan kompleks yang bermuatan negatif atau disebut misel (bahasa Inggris: micelle, Microsoil), dan sejumlah berbagai kation yang dijerap misel tersebut. Di daerah humid termasuk Idonesia, kation kalsium aluminium dan hidrogen merupakan yang terbanyak (S. minardi dan Sutopo 2000). Sifat kimia tanah berhubungan pula dengan komposisi mineral tanah. Mineral tanah dibagi menjadi mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer berasal dari batuan beku yang dari segi kimiawinya belum mengalami perubahan, misalnya kuarsa. Mineral ini merupakan sumber utama unsur kimia ataupun juga bahan pokok senyawa anorganik pada tanah. Sedangkan mineral sekunder dan bahan organik yang bertingkatan koloid akan menyusun fraksi tanah yang aktif (Mul Mulyani Sutedjo dan A.G. Kartasapoetra 2005). Kalium merupakan unsur hara makro primer bagi tanaman. Keberadaan unsur ini sangat penting untuk pertahanan diri tanaman dari serangan hama dan penyakit dan kekeringan. Sistem pertanian organik nyata meningkatkan kandungan K tersedia tanah, meskipun pada sistem non pertanian organik ada loka yang menunjukkan K tersedia lebih tinggi, tetapi kemungkinan hal ini terjadi karena baru saja dipupuk KCl. Sistem pertanian organik memungkinkan keseimbangan nutrisi yang lebih baik. Tanah entisol mempunyai sifat fisik dan kimia yang kurang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tanah ini umumnya bertekstur pasir sehingga struktur lepas, porositas aerasi besar dan permeabilitas cepat. Selain itu, kadar lempung dan bahan organik rendah menyebabkan kapasitas menahan air dan unsur hara rendah, agregasi lemah, kemantapan agregat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanah ini mengalami dispersi bila mengalami tumbukan air hujan dan mengakibatkan tanah mudah tererosi dan agregat yang hancur menjadi partikel-partikel yang sangat halus menutupi pori-pori tanah sehingga menurunkan kapasifas infiltrasi tanah (Jamilah 2003). E. Analisis Lengas Tanah Lengas tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh ruang pori tanah dan teradsorpsi pada permukaan zarah tanah. Lengas tanah juga dapat diartikan sebagai air yang terdapaat dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas. Kakas terdiri dari 4 yaitu kakas ikat matrik, osmosis, dan kapiler (Notohadiprawiro 2000). Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam (Handayani 2009). Kebutuhan tanaman akar air ditentukan oleh daya tanaman menghadapi penurunan ketersediaan lengas tanah. Ada tanaman yang tahan kering (draught tolerant) yaitu mampu bertahan hidup dalam keadaan kurang air dalam masa tertentu dengan jalan membatasi kegiatan berbagai proses fisiologi. Setelah persediaan lengas cukup kembali, tanaman tersebut dapat tumbuh kembali. Ada tanaman yang menghindari kekeringan (drought avoidance) yaitu mampu tetap memenuhi kebutuhannya akan air dalam keadaan kekurangan persediaan lengas tanah dengan cara menggiatkan kegiatan penyerapan lengas tanah. Tanaman karet dan jati, misalnya termasuk tanaman yang tahan kering, sedang tanaman semangka dan mentimun termasuk yang bersifat menghindari kekeringan. Pada satu toposekuen, kadar lengas tersedia dalam tanah pada masing-masing lokasi akan berbeda. Perbedaan kadar lengas tersedia dalam ini disebabkan banyak faktor, baik berupa faktor lingkungan maupun kemampuan tanahnya. Di Indonesia banyak tanah marginal yang berkandungan pasir tinggi seperti tanah vulkan berpasir kasar dan tanah berpasir pantai. Tanah berpasir seperti itu memiliki struktur yang jelek, berbutir tunggal lepas, berat volumenya tinggi, serta kemampuan menyerap dan menyimpan air rendah sehingga kurang mendukung dalam usaha bercocok tanam. Disamping itu, tanah jenis ini peka terhadap pelindian unsur-unsur hara dan peka terhadap erosi air maupun angin. Dalam kaitannya dengan daya menyimpan air, tanah berpasir memiliki daya pengikatan terhadap lengas tanah yang relatif kecil karena permukaan kontak antartanah pasiran ini didominasi oleh pori-pori mikro. Oleh karena itu, air yang jatuh ke tanah jenis ini akan segera mengalami perlokasi dalam air kapiler akan mudah lepas karen evaporasi (Mukhid 2007). Kandungan lengas dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa factor. Beberapa factor tersebut antara lain anasir iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah, topografi. Serta adanya bahan penutup tanah baik organik maupun anorganik (Walker and Paul 2002). F. Analisis pH Tanah Ciri umum tanah masam adalah nilai pH tanah rata-rata kurang dari 4,0 dan tingginya kandungan unsur aluminium. Tanah mineral masam memiliki kendala fisik, antara lain; pertama, kandungan bahan organik yang rendah yaitu sekitar 2% bahkan banyak tanah yang telah diusahakan untuk pertanian lebih rendah lagi. Daerah tropika yang lembab dan temperatur yang tinggi merangsang aktivitas mikroorganisme untuk melakukan dekomposisi bahan organik tanah. Kedua, rendahnya kandungan bahan organik tanah ini menyebabkan stabilitas agregat yang rendah sehingga tanah akan mudah mengalami erosi. Ketiga, rendahnya kandungan bahan organik ini juga mempengaruhi daya simpan air dimana daya simpan air pada tanah ini sangat rendah. Keempat, secara fisiografis tanah umumnya tanah mineral masam terletak pada wilayah yang berlereng, sehingga dengan curah hujan yang tinggi pada tanah berlereng, tanah tersebut akan mudah mengalami erosi (Barchia 2009). Tanah dengan pH netral merupakan jenis tanah yang mempunyai lapisan solum yang cukup tebal, teksturnya agak bervariasi lempung sampai liat, dengan struktur gumpal bersudut, sedang konsistensinya adalah gempur sampai teguh. Kandungan bahan organik umumnya rendah sampai sangat rendah. Reaksi tanah (pH) sekitar 6,0-7,0. Kadar unsure hara yang terkandung umumnya tinggi, tetapi banyak tergantung kepada bahan induknya. Daya menehan air sederhana, begitupula permeabilitasnya adalah sedang. Air kadang-kadang merupakan faktor pembatas. Kepekaan terhadap bahaya erosi adalah sedang sampai besar. Tanah yang memiliki pH netral, mempunyai sifat-sifat fisik yang sedang sampai baik. Sifat kimia umumnya baik, sehingga nilai produktivitas ntanah adalah sedang sampai tinggi (Pemerintah Kabupateh Garut 2011). Hasil pengukuran pH H2O tanah menunjukkan terdapat beda nyata antar perlakuan. Tanah yang tidak diperlakukan dengan budidaya organik menunjukkan kecenderungan pH lebih rendah. Lebih rendahnya pH pada pertanian non organik disebabkan pemakaian pupuk pabrik terutama urea yang makin lama akan memasamkan tanah. Bahan organik mempunyai daya sangga (buffer capacity) yang besar sehingga apabila tanah cukup mengandung komponen ini, maka pH tanah relatif stabil (Utami dan Handayani 2003). pH KCl menunjukkan jumlah hidrogen yang mendominasi kompleks pertukaran menunjukkan hanya dan 2 larutan perlakuan tanah. Hasil pertanian non analsis statistik organik yang menunjukkan beda nyata, sementara 4 lainnya (2 pertanian organik dan 2 pertanian non organik) menunjukkan tidak beda nyata. Ini sesuai dengan pernyataan di atas bahwa waktu 5 tahun belum cukup mempengaruhi sifat dakhil tanah, yang paling terpengaruh adalah larutan tanah (Utami dan Handayani 2003). Menurut penelitian Yunan, dkk yang berjudul Karakteristik Tanah Yang Berkembang Dari Batuan Diorit Dan Andesit Kabupaten Sleman, Yogyakarta (2006), Analisis reaksi tanah bertujuan untuk mengetahui taraf kemasaman tanah. Profil GW1 mempunyai pH H2O dengan kisaran antara 5,4 sampai 5,8 (masam). pH KCl 4,0 sampai 4,2. Profil GW2 mempunyai pH H2O dengan kisaran 5.8 ( masam) sampai 7.0 (netral). pH KCl 4,4 sampai 5,7. Profil GBT mempunyai pH H2O dengan kisaran 7,0 (netral) sampai 7,9 ( basis). pH KCl 5,0 sampai 6,3 (masam). Profil DV mempunyai pH H2O dengan kisaran 6,2 (agak masam) sampai 6,5 (agak masam), peningkatan pH tanah berdasarkan jeluk ini disebabkan oleh pengaruh bahan induk sebab semakin kearah batuan induk maka pH tanah akan mendekati pH netral sebab batuan induk termasuk calam kelompok batuan basis. pH KCl dengan kisaran 4,7 sampai 5,2. Hal diatas menggambarkan tanah di daerah penelitian dirajai oleh tanah yang bermuatan negatif karena selisih antara pH (KCl) dan pH (H2O) bernilai negatif. III. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA 1. Pencandraan Bentang Lahan 1. Alat a. Klinometer b. Global Positioning System (GPS) c. Kompas d. Meteran e. Altimeter 2. Bahan a. Lahan Pengamatan Kampus Fakultas Pertanian UNS Kentingan, Jebres, Surakarta. b. Lahan pengamatan di Desa Jumantono, Karanganyar. c. Lahan Pengamatan di Desa Jatikuwung, Karanganyar. 3. Cara Kerja a. Mengamati bentuk wilayah. b. Mengamati cuaca yang terjadi saat pengamatan. c. Mengukur posisi lintang dan bujur lokasi pengamatan. d. Mengukur kemirinan lahan dengan klinometer. e. Menentukan arah hadap lokasi pengamatan dengan mengunakan kompas. f. Mengamati fisiografi timbulan makro, timbulan mikro, kemas muka tanah dan hidrologi tanah. g. Mengamati vegetasi yang mendominasi lahan. h. Mengamati ada tidaknya genangan, potensi banjir dan erosi. i. Mengamati relief dan penggunaan lahan. j. Mengukur ketinggian tempat. 2. Penyidikan Profil Tanah 1. Alat a. Pisau belati b. Cangkul c. Meteran dari kertas d. Rafia 2. Bahan a. Profil tanah yang baru dan terlindung dari sinar matahari secara langsung. 3. Cara Kerja a. Membuat irisan tegak atau lereng pada tanah. b. Mengukur jeluk atau kedalaman regolit dengan meteran kertas. c. Menentukan ada tidaknya gleisasi. d. Menetukan batas lapisan dengan cara menusuk-nusuk tanah dengan pisau belati atau dengan memukul-mukul tanah dengan gagang pisau belati. e. Mengamati perbedaan warna pada irisan tersebut. f. Mengamati perbedaan yang ada pada tiap lapisan. 3. Sifat Fisika Tanah 1. Alat a. Lup b. Penetrometer c. Kertas saring d. Pipet e. Munsell Soil Colour Chart (MSCC) 2. Bahan a. Tanah pada profil b. Aquadest 3. Cara Kerja a. Pengamatan Tekstur tanah 1) Mengambil sampel tanah tiap lapisan sekitar 25 gram. 2) Basahi tanah dengan aquades hingga berbentuk pasta tetapi tidak sampai menjadi bubur. 3) Meremas-remas tanah dan dibentuk bola. 4) Membentuk pita dengan cara ditekan-tekan atau dipilin antara ibu jari dan jari telunjuk. 5) Menentukan tekstur tanahnya. b. Pengamatan Struktur tanah 1) Mengambil sampel tanah masing-masing lapisan atau horison. 2) Mengamati tanah dengan lup. 3) Mengamati tipe, ukuran dan derajat struktur tanah dengan cara dipijit pijit. 4) Menentukan tipe struktur, ukuran dan derajat tanah. c. Konsistensi tanah 1) Mengambil sampel tanah dari masing-masing lapisan atau horison. 2) Menentukan konsistensi dengan cara memeras, memijit dan atau memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya di lapang. d. Warna tanah 1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan tanah. 2) Menentukan warna tanah dengan mencocokan sampel pada MSCC (Munsel Soil Colour Chart). e. Uji Penetrometer 1) Membersihkan bidang tanah yang akan diukur dari seresah atau batu. 2) Cincin geser pembaca ditarik ke belakang pada kedudukan skala nol (0). 3) Penetrometer ditusukkan ke dalam tanah hingga ujung penetrometer masuk sedalam tanda batas. 4) Penetrometer dicabut tanpa menyentuh cincin geser pembaca yang terdorong ke depan. 5) Mengamati skala yang ditunjukan pada penetrometer. 4. Sifat Kimia Tanah 1. Alat a. Flakon b. Kertas Marga c. pH stick d. pH meter e. Pipet f. Tissue gulung g. Spidol h. Kertas saring 2. Bahan a. Tanah pada profil b. HCl 1,2 N c. KCNS 10% d. H2O2 3% dan 10% e. K4Fe(CN)6 0,5% f. KCl 1 N g. H2O h. HCL 10% 3. Cara Kerja a. PH Tanah 1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan dan dibagi menjadi dua bagian dan dimasukkan dalam flakon. 2) Bagian pertama ditambah H2O dan bagian kedua ditambah KCl dan dikocok. 3) Menggunakan perbandingan 1: 2,5 antara air dengan bahan chemikalianya. 4) Mengamati pH masing-masing sampel secara elektrometrik yaitu mengukur dengan pH meter dan secara volumetrik yaitu mengukur dengan pH stick. b. Kandungan Bahan Organik 1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan. 2) Menambahkan beberapa tetes H2O2 10 % dengan takaran yang sama pada masing-masing sampel. 3) Mengamati reaksi timbulnya buih yang terjadi. c. Aerasi dan Drainase 1) Mengambil dua bongkah tanah pada masing-masing lapisan. 2) Meletakkannya dalam tissu gulung yang berbeda. 3) Menetesi keduanya dengan HCl 1,2 N. 4) Menutup tissu gulung dan menekan sampai cairan terperas keluar. 5) Menetesi sampel tanah yang satu dengan KCNS 10 % dan sampel tanah yang lain dengan K3Fe(CN)6 0,5%. 6) Menekan masing-masing bongkah tanah sekali lagi menggunakan jari yang masih bersih. 7) Melihat perubahan warna, jika dominan warna merah maka aerase dan drainase baik, jika berwarna biru maka aerasi dan drainase buruk, dan jika warna merah dan biru seimbang maka drainase dan aerasi sedang. d. Kandungan CaCO3 (kapur) 1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan. 2) Menambahkan beberapa tetes HCl 10 %. 3) Mengamati timbulnya buih yang terjadi. e. Konsentrasi 1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan. 2) Menambahkan beberapa tetes H2O2 3 %. 3) Mengamati timbulnya buih yang terjadi. 5. Lengas Tanah Kering Angin 1. Alat a. Botol timbang b. Oven c. Eksikator d. Penimbang 2. Bahan a. Bongkahan b. Contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm dan 2 mm 3. Cara Kerja a. Botol penimbang dan tutupnya ke dalam oven selama 30 menit kemudian mendinginkannya ke dalam eksikator dan menimbang botol penimbang dengan sebagai tutupnya (sebagai a). b. Memasukkan ctka kurang lebih 2/3 tinngi botol penimbang lalu menimbangnya (sebagai b). Dan masing- masing ctka dilakukan 2 kali ulangan. c. Memasukkan ke dalam oven dengan keadaan terbuka bersuhu 105°C selam 4 jam. d. Mendinginkan botol penimbang dan isinya kc, eksikator dalam keadaan tertutup, kemudian menimbangnya setelah dingin (sebagai c). e. Melakukan perhitungan kadar lengas. 6. Kapasitas Lengas Lapang 1. Alat a. Botol semprong b. Kain kassa c. Statif d. Gelas piala 2. Bahan a. Contoh tanah kering angin diameter 2 mm 3. Cara Kerja a. Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol dengan kain kassa. b. Memasukkan ctka kedalam botol semprong dengan bagian yang tertutup kain kassa sebagai dasarnya. c. Memasang botol semprong pada statif dan diatur seperlunya. d. Meredam selama 48 jam. e. Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes sampai tetes terakhir. f. Mengambil contoh tanahnya yang berada 1/3 bagian tengah semprong kemudian di masukkan ke dalam botol timbang (sebagai b), tetapi sebelumnya terlebih dahulu botol timbang di timbang dengan tutupnya (sebagai a). g. Memasukkan ke dalam oven selama 4 jam. h. Mendinginkan botol penimbang dan isinya pada eksikator, kemudian menimbangnya (sebagai c) i. Menguhitung kadar lengasnya. 7. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum) 1. Alat a. Cawan tembaga yang dasarnya berlubang b. Mortir porselin c. Saringan Ø 2 mm d. Timbangan analitik e. Spatel f. Oven g. Eksikator h. Gelas arloji i. Kertas saring j. Petridish 2. Bahan a. Aquades b. Contoh tanah kering angin diameter 2 mm 3. Cara Kerja a. Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi Ø 2 mm. b. Mengambil cawan berlubang yang dasarnya diberi kertas saring yang sudah dibasahi. c. Menimbang dengan gelas arloji sebagai alasnya + cawan berlubang (sebagai a). d. Memasukkan ctka yang telah digerus ke dalam cawan ± 1/3 lalu diketuk-ketukan, menambahkan lagi ctka sampai 2/3 lalu diketukketukan lagi, kemudian menambahkan lagi ctka sampai penuh, mengetuknya lagi dan meratakannya. e. Memasukkan cawan tersebut ke dalam perendam kemudian diisi air sampai permukaan air mencapai kurang lebih 1/2 tinggi dinding cawan, perendaman 12 jam (setelah direndam permukaan tanah akan cembung minimal rata/mendatar). f. Mengangkat cawan dan membersihkan sisi luarnya lalu meratakan tanah setinggi cawan dengan diperes secara hati-hati dan menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (sebagai b). g. Memasukkan ke dalam oven bersuhu 105° C selama 4 jam, lubang pembuangan air pada oven harus terbuka. h. Memasukkan ke dalam eksikator kemudian menimbang dengan diberi gelas arloji (sebagai c). i. Membuang tanah, membersihkan cawan dan kertas saring kemudian menimbangnya dengan alas gelas arloji (sebagai d). j. Menghitung kadar lengasnya. Kadar lengas maksimum tanah = 8. Batas Berubah Warna (BBW) 1. Alat a. Botol timbang b. Colet c. Botol pemancar d. Cawan penguap e. Oven f. Eksikator g. Spatel h. Lempeng kaca i. Papan kayu j. Timbangan analitik 2. Bahan a. Aquades b. Contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm 3. Cara Kerja x 100% a. Memasukkan pasta tanah dengan cara mencampur ctka 0,5 mm dengan air pada cawan penguap. b. Meratakan pasta tanah pada kayu membentuk elips dengan ketinggian pada bagian tengah ±3mm dan makin ke tepi makin tepi. c. Membiarkan semalam dan setelah ada beda warna ambil tanah selebar 1cm (warna terang dan warna gelap) untuk di analisis Klnya. d. Memasukkan tanah tadi ke dalam botol timbang yang telah di timbang dahulu (sebagai a) dan menimbangnya lagi (sebagai b). e. Masukkan ke dalam oven selama 4 jam. f. Masukkan ke eksikator, dan setelah dingin menimbangnya (sebagai c). g. Menghitung Kadar Lengasnya. 9. Analisis pH Tanah 1. Alat b. Flakon c. Pengaduk Kaca d. pH meter e. Timbangan. 2. Bahan a. Contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm sebanyak 10 gram b. Reagen H2O (pH actual), KCL (pH potensial), dan NaF (analisis alofan), dengan perbandingan 1:2,5 3. Cara Kerja a. Menimbang ctka Ø 0,5 mm sebanyak 5 gram dan memasukkan kedalam dua buah flakon. b. Menambahkan aquadest 12,5 cc untuk analisis pH H2O, 12,5 cc KCl untuk pH KCl, dan 12,5 cc NaF untuk pH NaF. c. Mengaduk masing-masing flakon hingga homogeny selama 15 menit d. Mendiamkannya selama 30 menit e. Mengukur masing – masing pH dengan pH meter yang tersedia pada Lab. IV. HASIL PENGAMATAN A. Jatikuwung 1. Pencandraan Bentang Lahan Lokasi : Jatikuwung Hari, Tanggal : Sabtu, 26 Oktober 2013 Pukul : 11.00 – 12.00 WIB Nomor Profil :2 Tinggi Tempat : 158 mdpl Arah Hadap : Utara Surveyor : Kelompok 79 Gambar 4.1.2 Denah lokasi praktikum Jatikuwung Tabel 4.1.1 Pencandraan Bentang Lahan Jumantono No Deskripsi Keterangan 1. Cuaca 2. Latitude 7 31’5,2” LS 3. Longitude 110 50’43,1” LU 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Tinggi Tempat Lereng 5.1 Arah 5.2 Panjang Fisiografi Lahan Tutupan Lahan Geologi Genangan Tinggi Genangan Erosi 12. 13. Kelas Erosi Batuan Permukaan 14. Vegetasi Sumber : Boardlist Cerah / bersih (Sunny / Clear) 158 mdpl Utara 0,2% Vulkanik Rumput Bahan Induk 1 Tanpa 0m Erosi Permukaan (Sheet erosion) Ringan Kelas 1 Jumlah < 0,1% dari luas permukaan, jarak antar batuan kecil >8 m dan jumlah batuan besar sekitar 20 m. Mangga 10% Rumput Teki 40% Rumput Gajahan 25% Jambu 5% Beringin 3% Pisang 7% 2. Penyidikan Profil / Pedon Tanah Tabel 4.1.2 Pengamatan Profil Tanah No Deskripsi Keterangan 1 2 3 4. Metode Observasi Jeluk 2.1 Horison A1 2.2 Horison A2 2.3 Horison B Horison 3.1 Ketegasan Horison 3.1.1 Horison A1 3.1.2 Horison A2 3.1.3 Horison B 3.2 Bentuk batas horison 3.2.1 Horizon A1 3.2.2 Horison A2 3.2.3 Horison B Perakaran 4.1 Ukuran 4.1.1 Horizon A1 4.1.2 Horison A2 4.1.3 Horison B1 4.2 Jumlah 4.2.1 Horizon A1 4.2.2 Horison A2 4.2.3 Horison B1 Sumber : Boardlist Irisan Sekop 0 – 13 cm 13 – 21 cm 21 – 32 cm Berangsur Berangsur Berangsur Berombak Berombak Berombak Sangat Halus Sangat Halus Sangat Halus Banyak Biasa Sedikit 3. Sifat Fisika Tanah Tabel 4.1.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah No. Deskripsi 1. 2. Tekstur 1.1 Lapisan 1 1.2 Lapisan 2 1.3 Lapisan 3 Struktur 2.1 Tipe 2.1.1 Lapisan 1 2.1.2 Lapisan 2 2.1.3 Lapisan 3 2.2 Ukuran 2.2.1 Lapisan 1 2.2.2 Lapisan 2 2.2.3 Lapisan 3 2.3 Derajad 2.2.1 Lapisan 1 2.3.2 Lapisan 2 2.3.3 Lapisan 3 Konsistensi 3.1 Lapisan 1 3.2 Lapisan 2 3.3 Lapisan 3 Warna 4.1 Lapisan 1 4.2 Lapisan 2 4.3 Lapisan 3 Penetrasi 5.1 Vertikal 5.2 Horizontal 5.2.1 Lapisan 1 5.2.2 Lapisan 2 5.2.3 Lapisan 3 3. 4. 5. Sumber : Boardlist Keterangan Geluh Lempungan Lempung Geluh Lempung Debuan Gumpal Membulat Gumpal Membulat Gumpal Menyudut Sangat Halus Sangat halus Sangat Halus Kuat Kuat Sedang Sangat Teguh Sekali Teguh Sangat Teguh Sekali Black Very Dark Brown 2,5 2 1,5 1,25 4. Sifat Kimia Tanah Tabel 4.1.4 Pengamatan sifat-sifat kimia tanah Horison Drainase pH tanah dari KC K4Fe NS (Cn) H2O KCl A1 O3 R3 4-5 A2 O1 R3 B1 O1 R3 Sumber : Boardlist Lapang Kedar Laboratorium BO Kapur 4-5 ++ 0 4-5 5 ++ 0 5 5 ++ 0 H2O KCl B. Jumantono 1. Pencandraan Bentang Lahan Gambar 4.2.1 Profil Tanah Jumantono Lokasi : Jumantono Hari, Tanggal : Minggu, 27 Oktober 2013 Pukul : 08.00 – 09.00 WIB Nomor Profil :2 Tinggi Tempat : 187 mdpl Arah Hadap : Barat Surveyor : Kelompok 79 Gambar 4.2.2 Denah Lokasi Jumantono Tabel 4.2.1 Pencandraan Bentang Lahan Jumantono No Deskripsi Keterangan 1. Cuaca 2. Latitude 7 37’50,4” LS 3. Longitude 110 56’54,0” LU 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Tinggi Tempat Lereng 5.1 Arah 5.2 Panjang Fisiografi Lahan Tutupan Lahan Geologi Genangan Tinggi Genangan Erosi 12. 13. Kelas Erosi Batuan Permukaan 14. Vegetasi Sumber : Boardlist Cerah / bersih (Sunny / Clear) 187 mdpl 40˚ menghadap timur laut 5% Vulkanik Tutupan buatan Sangat jarang 0m Erosi Permukaan (Sheet erosion) Ringan Kelas 1 Jumlah < 0,1% dari luas permukaan, jarak antar batuan kecil >8 m dan jumlah batuan besar sekitar 20 m. Rumput 40% Mangga 20% Rambutan 5% Singkong 5% Jambu Monyet 2% Alang-alang 8% 2. Penyidikan Profil / Pedon Tanah Tabel 4.2.2 Pengamatan Profil Tanah No Deskripsi Keterangan 1 2 3 4. Metode Observasi Jeluk 2.1 Horison A1 2.2 Horison A2 2.3 Horison B1 2.4 Horison B2 Horison 3.1 Ketegasan Horison 3.1.1 Horison A1 3.1.2 Horison A2 3.1.3 Horison B1 3.1.4 Horison B2 3.2 Bentuk batas horison 3.2.1 Horizon A1 3.2.2 Horison A2 3.2.3 Horison B1 3.2.4 Horison B2 Perakaran 3.3 Ukuran 3.3.1 Horizon A1 3.3.2 Horison A2 3.3.3 Horison B1 3.3.4 Horison B2 3.4 Jumlah 3.4.1 Horizon A1 3.4.2 Horison A2 3.4.3 Horison B1 3.4.4 Horison B2 Sumber : Boardlist Irisan Sekop 0 – 11 cm 11 – 22 cm 22 – 45 cm 45 – 60 cm Berangsur Berangsur Baur Berangsur Berombak Berombak Berombak Berombak Halus Sangat Halus Sangat Halus Sangat Halus Banyak Biasa Sedikit Sedikit 3. Sifat Fisika Tanah Tabel 4.2.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah No. Deskripsi Tekstur 1.1 Lapisan 1 1.2 Lapisan 2 1.3 Lapisan 3 1.4 Lapisan 4 2. Struktur 2.1 Tipe 2.1.1 Lapisan 1 2.1.2 Lapisan 2 2.1.3 Lapisan 3 2.1.4 Lapisan 4 2.2 Ukuran 2.2.1 Lapisan 1 2.2.2 Lapisan 2 2.2.3 Lapisan 3 2.2.4 Lapisan 4 2.3 Derajad 2.2.1 Lapisan 1 2.3.2 Lapisan 2 2.3.3 Lapisan 3 3. 2.3.4 Lapisan 4 Konsistensi 3.1 Lapisan 1 3.2 Lapisan 2 3.3 Lapisan 3 4. 3.4 Lapisan 4 Warna 4.1 Lapisan 1 4.2 Lapisan 2 4.3 Lapisan 3 5. 4.4 Lapisan 4 Penetrasi 5.1 Vertikal 5.2 Horizontal 5.2.1 Lapisan 1 5.2.2 Lapisan 2 5.2.3 Lapisan 3 5.2.4 Lapisan 4 Sumber : Boardlist Keterangan 1. Geluh lempung debuan Lempung Geluh Lempungan Lempung Pasiran Gumpal Menyudut Gumpal Membulat Gumpal Menyudut Gumpal Membulat Halus Halus Halus Halus Lemah Sedang Kuat Kuat Sangat Teguh Teguh Teguh Gembur Dark Red Dark Red Dish Brown Dark Brown Dark Brown 2 1,5 1,5 1,5 1,5 4. Sifat Kimia Tanah Tabel 4.2.4 Pengamatan sifat-sifat kimia tanah Horison Drainase KC K4Fe NS (Cn) pH tanah dari Lapang H2O KCl Kadar Laboratorium H2O BO Kapur ++ KCl A1 O1 R3 +++ A2 O3 R3 ++ 0 B1 O3 R3 ++ 0 B2 O3 R3 ++++ 0 Sumber : Boardlist C. Fakultas Pertanian UNS 1. Pencandraan Bentang Lahan Gambar 4.3.1 Profil Tanah Jumantono Lokasi : Fakultas Pertanian UNS Hari, Tanggal : Minggu, 27 Oktober 2013 Pukul : 10.00 – 11.00 WIB Nomor Profil :2 Tinggi Tempat : 119 mdpl Arah Hadap : Barat Laut Surveyor : Kelompok 79 Gambar 4.3.2 Denah Lokasi Fakultas Pertanian UNS Tabel 4.3.1 Pencandraan Bentang Lahan Fakultas Pertanian UNS No Deskripsi 1. Cuaca 2. Latitude 3. Longitude 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Tinggi Tempat Lereng 5.1 Arah 5.2 Panjang Fisiografi Lahan Tutupan Lahan Geologi Genangan Tinggi Genangan Erosi 12. 13. Kelas Erosi Batuan Permukaan 14. Vegetasi Sumber : Boardlist Keterangan Berawan Sebagian (Partly Cloudly) 7 33’36,513” LS 110 51’28,284” LU 119 mdpl 13% Miscellaneous Rumput Tanpa 0m Erosi Permukaan (Sheet erosion) Ringan Kelas 1 Jumlah < 0,1% dari luas permukaan, jarak antar batuan kecil >8 m dan jumlah batuan besar sekitar 20 m. Lain-lain 50% Rumput 30% Jati 10% Lamtoro 10% 2. Penyidikan Profil / Pedon Tanah Tabel 4.3.2 Pengamatan Profil Tanah No Deskripsi Keterangan 1 2 Metode Observasi Jeluk 2.1 Horison A1 2.2 Horison A2 2.3 Horison B1 2.4 Horison B2 Horison 3.1 Ketegasan Horison 3.1.1 Horison A1 3.1.2 Horison A2 3.1.3 Horison B1 3.1.4 Horison B2 3.2 Bentuk batas horison 3.2.1 Horizon A1 3.2.2 Horison A2 3.2.3 Horison B1 3.2.4 Horison B2 Perakaran 3.3 Ukuran 3.3.1 Horizon A1 3.3.2 Horison A2 3.3.3 Horison B1 3.3.4 Horison B2 3.4 Jumlah 3.4.1 Horizon A1 3.4.2 Horison A2 3.4.3 Horison B1 3.4.4 Horison B2 Irisan Sekop 3 4. Sumber : Boardlist 0 – 8 cm 8 – 23 cm 23 – 42 cm 42 – 58 cm Berangsur Berangsur Berangsur Baur Berombak Berombak Berombak Berombak Halus Sangat Halus Sangat Halus Sangat Halus Biasa Sedikit Sedikit Sedikit 3. Sifat Fisika Tanah Tabel 4.2.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah No. Deskripsi Tekstur 1.1 Lapisan 1 1.2 Lapisan 2 1.3 Lapisan 3 1.4 Lapisan 4 2. Struktur 2.1 Tipe 2.1.1 Lapisan 1 2.1.2 Lapisan 2 2.1.3 Lapisan 3 2.1.4 Lapisan 4 2.2 Ukuran 2.2.1 Lapisan 1 2.2.2 Lapisan 2 2.2.3 Lapisan 3 2.2.4 Lapisan 4 3. 2.3 Derajad 2.2.1 Lapisan 1 2.3.2 Lapisan 2 2.3.3 Lapisan 3 2.3.4 Lapisan 4 4. Konsistensi 3.1 Lapisan 1 3.2 Lapisan 2 3.3 Lapisan 3 3.4 Lapisan 4 5. Warna 4.1 Lapisan 1 4.2 Lapisan 2 4.3 Lapisan 3 4.4 Lapisan 4 Penetrasi 5.1 Vertikal 5.2 Horizontal 5.2.1 Lapisan 1 5.2.2 Lapisan 2 5.2.3 Lapisan 3 5.2.4 Lapisan 4 Sumber : Boardlist Keterangan 1. Lempung Pasiran Lempung Pasiran Geluh Lempung Debuan Geluh Lempung Debuan Gumpal Menyudut Gumpal Menyudut Gumpal Membulat Gumpal Menyudut Halus Halus Sedang Kasar Kuat Kuat Sedang Lemah Sangat Teguh Sangat Teguh Teguh Sangat Gembur Dark Reddish Brown Very Dark Brown Dark Yellow Brown Dark Brown 1 0,7 0,7 0,5 0,6 4. Sifat Kimia Tanah Tabel 4.3.4 Pengamatan sifat-sifat kimia tanah Horiso Drainase pH tanah dari Kedar n KC K4Fe NS (Cn) Lapang H2O KCl Laboratorium H2O BO Kapur KCl A1 O2 O2 + 0 A2 O2 O2 + 0 A3 O2 O2 ++ 0 A4 O2 O2 ++ 0 Sumber : Boardlist DAFTAR PUSTAKA Ali Hanafiah Kemas 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Jakarta:Raja Grafindo Persada. Barchia Faiz 2009. Agroekosistem Tanah Mineral Masam. [on line] http://faizbarchia.blogspot.com/2009/05/agroekosistem-tanah-mineralmasam.html. Hakim 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Hardjowigeno Sarwono 2003. Ilmu Tanah. CV. Akademika Pressindo. Jakarta Madjid Abdul 2007. Klasifikasi Tanah USDA 1975. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/12/klasifikasi-tanah-usda1975.html. Diakses pada 17 November 2013 pukul 19.45 WIB. Minardi S dan Sutopo 2000. Buku Pegangan Kuliah Fakultas Pertanian Dasardasar Ilmu Tanah I. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Mukhid S 2005. Pengaruh Pemberian Lapisan Lempung terhadap Pemungksan Lengas Tanah pada Lahan Berpasir. Info Perpustakaan = Jurnal Sains dan Teknologi (http://www.IPTEK.net.id). Diakses tanggal 16 November 2013 Notohadiprawiro T S Soekarmodjo S. Wisnubroto E. Sukana M. Dradjat. 2006. Pelaksanaan Irigasi sebagai Salah Satu unsur hidromeliorasi Lahan (http://www.Soil.Faperta.UGM.ac.id). Di akses tanggal 17 November 2013 Notohadiprawiro tejoyuwono. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber Daya Lahan,UGM, Yogyakarta. Pasaribu 2007. http://www.scribd.com/doc/13977716/Alfisol-Dan-Oxisol.Diakses tanggal 17 November 2013 pukul 16.00 WIB Pemerintah Kabupaten Garut. 2011. Kondisi Tanah [on line] http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sekilas_geografi_kondisi _tanah Sutedjo, Mul Mulyani dan A.G. Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah Terbantuknya Tanah dan Tanah Pertanian Edisi Baru. Jakarta: Rineka Cipta. Utami S N., dan Handayani, S. 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian Organik.Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 63-69 Winarso. 2005. Pengertian dan Sifak Kimia Tanah.. Yogyakarta; Gajah Mada University Press Yunan, dkk. 2006. Karakteristik Tanah Yang Berkembang Dari Batuan Diorit Dan Andesit Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) p: 109-115