iltan revisi - WordPress.com

advertisement
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah suatu benda alami yang merupakan lapisan teratas kerak
bumi ,terdiri dari bahan mineral dan bahan organic yang mampu
menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat makhluk hidup lain dalam
melangsungkan kehidupannya. Dalam mengolah tanah diperlukan teknik
yang benar agar tidak mengalami suatu kerugian yang besar bagi kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Jika hal ini dibiarkan begitu saja yang
akan semakin membahayakan kehidupan karena tanah berfungsi sebagai
penopang kehidupan maka muncul ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang tanah yang disebut sebagai ilmu tanah.
Terdapat dua cabang utama ilmu tanah karena ilmu tanah adalah ilmu
pengetahuan yang tergolong masih muda. Pertama adalah pedologi , pedologi
merupakan ilmu tanah yang mempelajari tentang berbagai aspek geologi
tanah yang merupakan bagian dari alam dan berada dipermukaan bumi yang
menekankan hubungan antara tanah itu sendiri dengan factor pembentuknya.
Kedua yaitu edapologi, edapologi adalah ilmu tanah yang mempelajari tanah
sebagai suatu alat produksi pertanian yang menekankan hubungan antara
tanah dengan tanaman.
Kenyatannya sebagian besar dari tanah yang ada dipermukaan bumi
ini dipergunakan sebagai usaha pertanian, maka dapat dikatakan bahwa
tanah adalah alat produksi yang menghasilkan berbagai produk pertanian.
Sehingga tanah
penting,
merupakan komponen
yang dimanipulasi
hidup dari lingkungan yang
untuk mempengaruhi
tanaman dengan
memperhatikan sifat fisik, kimia dan biologinya.
Dengan adanya ilmu tanah ini diharapkan manusia mengetahui
definisi tanah itu sendiri, jenis- jenis tanah, fungsi dari tanah, komponen yang
ada di dalam tanah ,dan proses pembentukan tanah. Dengan memperhatikan
sifat fisika, kimia, biologi tanah sehingga dalam pengolahan tanah akan
berjalan dengan baik dan benar serta dapat menghasilkan tanaman yang
produktif dengan tanah yang subur dan sesuai dengan konsep pertanian
berkelanjutan yang bisa menguntungkan kehidupan manusia. Tanah
merupakan hal yang pokok untuk diketahui manusia, sehingga sangat penting
mempelajari ilmu tanah. Disinilah pentingnya dilakukan pembekalan kegiatan
praktikum bagi mahasiswa pertanian yang akan menjadi generasi penerus
pertanian Indonesia.
Fungsi tanah untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya
yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman,
penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsure hara), penyedia
kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh, hormone, vitamin,
asam-asam organic, antibiotic, dan lain-lain) dan siklus hara, sebagai habitat
biota tanah baik yang berdampak positif karena terlibat langsung dalam
peyediaan kebutuhan primer dan sekunder bagi tanaman, maupun yang
berdampak negatif bagi tanaman seperti hama dan penyakit tanaman, lokasi
pembangunan infrastruktur seperti bandara, bangunan rumah, kantor,
supermarket, dan lain sebagainya.
Dengan bertambahnya penduduk Indonesia yang semakin pesat
disertai dengan perkembangan pertanian yang semakin maju maka mulai
dirasakan masalah- masalah yang menyangkut tanah dan pertanian. Sering
dijumpai lahan yang dahulunya subur sekarang sudah menjadi lahan yang
kritis. Oleh karena itu, kita mempelajari tanah tentang bentang lahan, sifat
fisika dan kimianya. Sehingga kita akan dipermudah dalam menentukan
tanaman yang cocok ditanam di suatu lahan dan hasil produksinya menjadi
maksimal.
B.
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum dasar-dasar ilmu Tanah ini bertujuan untuk
1.
Mengenal dan mengetahui deskripsi lingkungan.
2.
Mengenal dan mengetahui deskripsi tanah.
3.
Mengenal dan mengetahui sifat fisika dan kimia tanah.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum mata kuliah Ilmu Tanah dilaksanakan pada tiga lokasi
dengan rincian sebagai berikut Desa Jatikuwung Kabupaten Karanganyar
pada hari Sabtu tanggal 26 Oktober 2013 pukul 11.00 – 12.00 WIB, Desa
Jumantono Kabupaten Karanganyar pada hari Minggu tanggal 27 Oktober
2013 pukul 08.00 – 09.00 WIB, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
pada hari Minggu tanggal 27 Oktober 2013 pukul 10.00 – 11.00 WIB.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencandraan Bentang Lahan
Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris), atau
landscap (Belanda) dan landschaft (Jerman). Secara umum berarti
pemandangan. Arti pemandangan mengandung 2 (dua) aspek, yaitu: (a)
aspek visual dan (b) aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu
(Widiyanto dkk 2006).
Menurut Strahler (1983), bentuk lahan adalah konfigurasi
permukaan lahan yang dihasilkan oleh proses alam. Lebih lanjut Whitton
(1984) menyatakan bahwa bentuklahan merupakan morfologi dan
karakteristik permukaan lahan sebagai hasil interaksi antara proses fisik
dan gerakan kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Berdasarkan
kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuklahan merupakan
bentang permukaan lahan yang mempunyai relief khas karena pengaruh
kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam yang bekerja
pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu. Masing-masing
bentuklahan dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal struktur dan
proses geomorfologi, relief/topografi dan material penyusun (Zmit 2013).
Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen
atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan
pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun).
Awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh
kontrol struktural (Suhendra 2009).
B. Profil Tanah
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik
berfungsi tempat tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara
kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (
senyawa porganik dan anorganik sederhana dan unsure-unsur esensial
seperti N, P,K,Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lain-lain ), dan
secara biologis berfungsi sebagai habitat biota ( organisme ) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (
pemacu tumbuh, proteksi ) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral
mampu menunjang produktifitas tanah untuk mengehasilkan biomassa
dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industry perkebunan,
maupun kehutanan ( Kemas A H 2007 ).
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah
dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar)
tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan
tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap
tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan
jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga
udara (Pasaribu 2007).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya dari fraksi tanah
halus. Berdasar atas perbandingan anyaknya butir-butir pasir, debu, liat
maka tanah dikelompokkan kedalam beberapa kelas tekstur. Dalam
klasifikasi tanah tingkat famili kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam
kelas sebaran besar butir yan mencakup seluruh tanah. Kelas besar butir
merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah tetapi dengan
memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan atau fragsi tanah yang
lebih besar dari pasir. Tanah-tanah bertekstur liat ukuran butienya lebuh
halus maka setiap satuan berat mempunyai luas luas permukaan yang
lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur
hara tinggi. Tanah yang bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia
daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno 2003)
Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang
membusuk pada topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona
pencucian, dan membantu melarutkan mineral seperti besi dan kalsium.
Pergerakan air ke bawah pada horizon E membawa serta mineral terlarut,
juga mineral lempung berukuran halus, ke lapisan di bawahnya.
Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat
horizon ini berwarna pucat seperti pasir (Hakim 2007).
C. Sifat Fisika Tanah
Contoh tanah utuh digunakan untuk penetapan sifat-sifat fisik
tanah seperti kerapatan isi, distribusi ruang pori, permeabilitas dan kurva
pF. Contoh tanah agregat utuh juga digunakan untu penetapan stabilitas
agregat dan emempuan tanah mengembang dan mengkerut atau disebut
nilai COLE ( Coefficient Of Linear Extensibilty ). Contoh tanah
terganggu digunakan untu penetapan tekstur tanah atau sifat-sifat kimia
tanah , seperti pH, kandungan bahan organic, kandungan unsure hara,
KTK, dan lain sebagainya. Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P) Bakteri
pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitarperakaran yang
jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri inidapat menghasilkan
enzim Phosphatase maupun asam-asamorganik yang dapat melarutkan
fosfat tanah maupun sumber fosfatyang diberikan (Mardiana 2006).
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang
terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan
udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah.
Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk
pergerakan air dan udara masuk keluar tanah secara leluasa. Porositas
mencerminkan tingkat kesarangan tanah untuk dilalui airan massa air
(permeabilitas, jarak per waktu) atau kecepatan aliran air untuk melewati
massa tanah (perkolasi, waktu per jarak) (Hanafiah 2005).
D. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah sangat penting karena mempengaruhi dan
menentukan kondisi kesuburan suatu tanah. Mempelajari kimia tanah
perlu dilandasi dengan pemahaman. Pemahaman tersebut yaitu terhadap
bagian fraksi yang reaktif dalam tanah yang disebut dengan koloid tanah,
reaksi tanah (pH), dan kandungan hara tanah, serta status ketersediaan
hara bagi tanaman (Abdul Madjid 2007).
Bila ditinjau dari sifat-sifat kimianya, maka koloid dapat dikatakan
dapat merupakan suatu garam yang bersifat masam. Zarah kolloidal
terdiri dari gugusan kompleks yang bermuatan negatif atau disebut misel
(bahasa Inggris: micelle, Microsoil), dan sejumlah berbagai kation yang
dijerap misel tersebut. Di daerah humid termasuk Idonesia, kation kalsium
aluminium dan hidrogen merupakan yang terbanyak (S. minardi dan
Sutopo 2000).
Sifat kimia tanah berhubungan pula dengan komposisi mineral
tanah. Mineral tanah dibagi menjadi mineral primer dan mineral sekunder.
Mineral primer berasal dari batuan beku yang dari segi kimiawinya belum
mengalami perubahan, misalnya kuarsa. Mineral ini merupakan sumber
utama unsur kimia ataupun juga bahan pokok senyawa anorganik pada
tanah. Sedangkan mineral sekunder dan bahan organik yang bertingkatan
koloid akan menyusun fraksi tanah yang aktif (Mul Mulyani Sutedjo dan
A.G. Kartasapoetra 2005).
Kalium merupakan unsur hara makro primer bagi tanaman.
Keberadaan unsur ini sangat penting untuk pertahanan diri tanaman dari
serangan hama dan penyakit dan kekeringan. Sistem pertanian organik
nyata meningkatkan kandungan K tersedia tanah, meskipun pada sistem
non pertanian organik ada loka yang menunjukkan K tersedia lebih tinggi,
tetapi kemungkinan hal ini terjadi karena baru saja dipupuk KCl. Sistem
pertanian organik memungkinkan keseimbangan nutrisi yang lebih baik.
Tanah entisol mempunyai sifat fisik dan kimia yang kurang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Tanah ini umumnya bertekstur pasir sehingga
struktur lepas, porositas aerasi besar dan permeabilitas cepat. Selain itu,
kadar lempung dan bahan organik rendah menyebabkan kapasitas
menahan air dan unsur hara rendah, agregasi lemah, kemantapan agregat
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanah ini mengalami dispersi bila
mengalami tumbukan air hujan dan mengakibatkan tanah mudah tererosi
dan agregat yang hancur menjadi partikel-partikel yang sangat halus
menutupi pori-pori tanah sehingga menurunkan kapasifas infiltrasi tanah
(Jamilah 2003).
E. Analisis Lengas Tanah
Lengas tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh ruang
pori tanah dan teradsorpsi pada permukaan zarah tanah. Lengas tanah juga
dapat diartikan sebagai air yang terdapaat dalam tanah yang terikat oleh
berbagai kakas. Kakas terdiri dari 4 yaitu kakas ikat matrik, osmosis, dan
kapiler (Notohadiprawiro 2000).
Kadar
lengas
tanah
sering
disebut
sebagai
kandungan
air(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan
kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume.
Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis,
yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran
gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk
cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground
water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam
(Handayani 2009).
Kebutuhan tanaman akar air ditentukan oleh daya tanaman
menghadapi penurunan ketersediaan lengas tanah. Ada tanaman yang
tahan kering (draught tolerant) yaitu mampu bertahan hidup dalam
keadaan kurang air dalam masa tertentu dengan jalan membatasi kegiatan
berbagai proses fisiologi. Setelah persediaan lengas cukup kembali,
tanaman tersebut dapat tumbuh kembali. Ada tanaman yang menghindari
kekeringan
(drought
avoidance)
yaitu
mampu
tetap
memenuhi
kebutuhannya akan air dalam keadaan kekurangan persediaan lengas
tanah dengan cara menggiatkan kegiatan penyerapan lengas tanah.
Tanaman karet dan jati, misalnya termasuk tanaman yang tahan kering,
sedang tanaman semangka dan mentimun termasuk yang bersifat
menghindari kekeringan. Pada satu toposekuen, kadar lengas tersedia
dalam tanah pada masing-masing lokasi akan berbeda. Perbedaan kadar
lengas tersedia dalam ini disebabkan banyak faktor, baik berupa faktor
lingkungan maupun kemampuan tanahnya. Di Indonesia banyak tanah
marginal yang berkandungan pasir tinggi seperti tanah vulkan berpasir
kasar dan tanah berpasir pantai. Tanah berpasir seperti itu memiliki
struktur yang jelek, berbutir tunggal lepas, berat volumenya tinggi, serta
kemampuan menyerap dan menyimpan air rendah sehingga kurang
mendukung dalam usaha bercocok tanam. Disamping itu, tanah jenis ini
peka terhadap pelindian unsur-unsur hara dan peka terhadap erosi air
maupun angin. Dalam kaitannya dengan daya menyimpan air, tanah
berpasir memiliki daya pengikatan terhadap lengas tanah yang relatif kecil
karena permukaan kontak antartanah pasiran ini didominasi oleh pori-pori
mikro. Oleh karena itu, air yang jatuh ke tanah jenis ini akan segera
mengalami perlokasi dalam air kapiler akan mudah lepas karen evaporasi
(Mukhid 2007).
Kandungan lengas dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa factor.
Beberapa factor tersebut antara lain anasir iklim, kandungan bahan
organik, fraksi lempung tanah, topografi. Serta adanya bahan penutup
tanah baik organik maupun anorganik (Walker and Paul 2002).
F. Analisis pH Tanah
Ciri umum tanah masam adalah nilai pH tanah rata-rata kurang
dari 4,0 dan tingginya kandungan unsur aluminium. Tanah mineral
masam memiliki kendala fisik, antara lain; pertama, kandungan bahan
organik yang rendah yaitu sekitar 2% bahkan banyak tanah yang telah
diusahakan untuk pertanian lebih rendah lagi. Daerah tropika yang
lembab dan temperatur yang tinggi merangsang aktivitas mikroorganisme
untuk melakukan dekomposisi bahan organik tanah. Kedua, rendahnya
kandungan bahan organik tanah ini menyebabkan stabilitas agregat yang
rendah sehingga tanah akan mudah mengalami erosi. Ketiga, rendahnya
kandungan bahan organik ini juga mempengaruhi daya simpan air dimana
daya simpan air pada tanah ini sangat rendah. Keempat, secara fisiografis
tanah umumnya tanah mineral masam terletak pada wilayah yang
berlereng, sehingga dengan curah hujan yang tinggi pada tanah berlereng,
tanah tersebut akan mudah mengalami erosi (Barchia 2009).
Tanah dengan pH netral merupakan jenis tanah yang mempunyai
lapisan solum yang cukup tebal, teksturnya agak bervariasi lempung
sampai liat, dengan struktur gumpal bersudut, sedang konsistensinya
adalah gempur sampai teguh. Kandungan bahan organik umumnya rendah
sampai sangat rendah. Reaksi tanah (pH) sekitar 6,0-7,0. Kadar unsure
hara yang terkandung umumnya tinggi, tetapi banyak tergantung kepada
bahan
induknya.
Daya
menehan
air
sederhana,
begitupula
permeabilitasnya adalah sedang. Air kadang-kadang merupakan faktor
pembatas. Kepekaan terhadap bahaya erosi adalah sedang sampai besar.
Tanah yang memiliki pH netral, mempunyai sifat-sifat fisik yang sedang
sampai baik. Sifat kimia umumnya baik, sehingga nilai produktivitas
ntanah adalah sedang sampai tinggi (Pemerintah Kabupateh Garut 2011).
Hasil pengukuran pH H2O tanah menunjukkan terdapat beda
nyata antar perlakuan. Tanah yang tidak diperlakukan dengan budidaya
organik menunjukkan kecenderungan pH lebih rendah. Lebih rendahnya
pH pada pertanian non organik disebabkan pemakaian pupuk pabrik
terutama urea yang makin lama akan memasamkan tanah. Bahan organik
mempunyai daya sangga (buffer capacity) yang besar sehingga apabila
tanah cukup mengandung komponen ini, maka pH tanah relatif stabil
(Utami dan Handayani 2003).
pH KCl menunjukkan jumlah hidrogen yang mendominasi
kompleks
pertukaran
menunjukkan
hanya
dan
2
larutan
perlakuan
tanah.
Hasil
pertanian
non
analsis
statistik
organik
yang
menunjukkan beda nyata, sementara 4 lainnya (2 pertanian organik dan 2
pertanian non organik) menunjukkan tidak beda nyata. Ini sesuai dengan
pernyataan di atas bahwa waktu 5 tahun belum cukup mempengaruhi sifat
dakhil tanah, yang paling terpengaruh adalah larutan tanah (Utami dan
Handayani 2003).
Menurut penelitian Yunan, dkk yang berjudul Karakteristik Tanah
Yang Berkembang Dari Batuan Diorit Dan Andesit Kabupaten Sleman,
Yogyakarta (2006), Analisis reaksi tanah bertujuan untuk mengetahui
taraf kemasaman tanah. Profil GW1 mempunyai pH H2O dengan kisaran
antara 5,4 sampai 5,8 (masam). pH KCl 4,0 sampai 4,2. Profil GW2
mempunyai pH H2O dengan kisaran 5.8 ( masam) sampai 7.0 (netral). pH
KCl 4,4 sampai 5,7. Profil GBT mempunyai pH H2O dengan kisaran 7,0
(netral) sampai 7,9 ( basis). pH KCl 5,0 sampai 6,3 (masam). Profil DV
mempunyai pH H2O dengan kisaran 6,2 (agak masam) sampai 6,5 (agak
masam), peningkatan pH tanah berdasarkan jeluk ini disebabkan oleh
pengaruh bahan induk sebab semakin kearah batuan induk maka pH tanah
akan mendekati pH netral sebab batuan induk termasuk calam kelompok
batuan basis. pH KCl dengan kisaran 4,7 sampai 5,2. Hal diatas
menggambarkan tanah di daerah penelitian dirajai oleh tanah yang
bermuatan negatif karena selisih antara pH (KCl) dan pH (H2O) bernilai
negatif.
III. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA
1.
Pencandraan Bentang Lahan
1. Alat
a. Klinometer
b. Global Positioning System (GPS)
c. Kompas
d. Meteran
e. Altimeter
2. Bahan
a. Lahan Pengamatan Kampus Fakultas Pertanian UNS Kentingan, Jebres,
Surakarta.
b. Lahan pengamatan di Desa Jumantono, Karanganyar.
c. Lahan Pengamatan di Desa Jatikuwung, Karanganyar.
3. Cara Kerja
a. Mengamati bentuk wilayah.
b. Mengamati cuaca yang terjadi saat pengamatan.
c. Mengukur posisi lintang dan bujur lokasi pengamatan.
d. Mengukur kemirinan lahan dengan klinometer.
e. Menentukan arah hadap lokasi pengamatan dengan mengunakan
kompas.
f. Mengamati fisiografi timbulan makro, timbulan mikro, kemas muka
tanah dan hidrologi tanah.
g. Mengamati vegetasi yang mendominasi lahan.
h. Mengamati ada tidaknya genangan, potensi banjir dan erosi.
i. Mengamati relief dan penggunaan lahan.
j. Mengukur ketinggian tempat.
2.
Penyidikan Profil Tanah
1. Alat
a. Pisau belati
b. Cangkul
c. Meteran dari kertas
d. Rafia
2. Bahan
a. Profil tanah yang baru dan terlindung dari sinar matahari secara
langsung.
3. Cara Kerja
a. Membuat irisan tegak atau lereng pada tanah.
b. Mengukur jeluk atau kedalaman regolit dengan meteran kertas.
c. Menentukan ada tidaknya gleisasi.
d. Menetukan batas lapisan dengan cara menusuk-nusuk tanah dengan
pisau belati atau dengan memukul-mukul tanah dengan gagang pisau
belati.
e. Mengamati perbedaan warna pada irisan tersebut.
f. Mengamati perbedaan yang ada pada tiap lapisan.
3.
Sifat Fisika Tanah
1. Alat
a. Lup
b. Penetrometer
c. Kertas saring
d. Pipet
e. Munsell Soil Colour Chart (MSCC)
2. Bahan
a. Tanah pada profil
b. Aquadest
3. Cara Kerja
a. Pengamatan Tekstur tanah
1) Mengambil sampel tanah tiap lapisan sekitar 25 gram.
2) Basahi tanah dengan aquades hingga berbentuk pasta tetapi tidak
sampai menjadi bubur.
3) Meremas-remas tanah dan dibentuk bola.
4) Membentuk pita dengan cara ditekan-tekan atau dipilin antara ibu
jari dan jari telunjuk.
5) Menentukan tekstur tanahnya.
b. Pengamatan Struktur tanah
1) Mengambil sampel tanah masing-masing lapisan atau horison.
2) Mengamati tanah dengan lup.
3) Mengamati tipe, ukuran dan derajat struktur tanah dengan cara
dipijit pijit.
4) Menentukan tipe struktur, ukuran dan derajat tanah.
c. Konsistensi tanah
1) Mengambil sampel tanah dari masing-masing lapisan atau horison.
2) Menentukan konsistensi dengan cara memeras, memijit dan atau
memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya di lapang.
d. Warna tanah
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan tanah.
2) Menentukan warna tanah dengan mencocokan sampel pada MSCC
(Munsel Soil Colour Chart).
e. Uji Penetrometer
1) Membersihkan bidang tanah yang akan diukur dari seresah atau
batu.
2) Cincin geser pembaca ditarik ke belakang pada kedudukan skala
nol (0).
3) Penetrometer
ditusukkan
ke
dalam
tanah
hingga
ujung
penetrometer masuk sedalam tanda batas.
4) Penetrometer dicabut tanpa menyentuh cincin geser pembaca yang
terdorong ke depan.
5) Mengamati skala yang ditunjukan pada penetrometer.
4.
Sifat Kimia Tanah
1. Alat
a. Flakon
b. Kertas Marga
c. pH stick
d. pH meter
e. Pipet
f. Tissue gulung
g. Spidol
h. Kertas saring
2. Bahan
a. Tanah pada profil
b. HCl 1,2 N
c. KCNS 10%
d. H2O2 3% dan 10%
e. K4Fe(CN)6 0,5%
f. KCl 1 N
g. H2O
h. HCL 10%
3. Cara Kerja
a. PH Tanah
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan dan dibagi menjadi
dua bagian dan dimasukkan dalam flakon.
2) Bagian pertama ditambah H2O dan bagian kedua ditambah KCl
dan dikocok.
3) Menggunakan perbandingan 1: 2,5 antara air dengan bahan
chemikalianya.
4) Mengamati pH masing-masing sampel secara elektrometrik yaitu
mengukur dengan pH meter dan secara volumetrik yaitu mengukur
dengan pH stick.
b. Kandungan Bahan Organik
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan.
2) Menambahkan beberapa tetes H2O2 10 % dengan takaran yang
sama pada masing-masing sampel.
3) Mengamati reaksi timbulnya buih yang terjadi.
c. Aerasi dan Drainase
1) Mengambil dua bongkah tanah pada masing-masing lapisan.
2) Meletakkannya dalam tissu gulung yang berbeda.
3) Menetesi keduanya dengan HCl 1,2 N.
4) Menutup tissu gulung dan menekan sampai cairan terperas keluar.
5) Menetesi sampel tanah yang satu dengan KCNS 10 % dan sampel
tanah yang lain dengan K3Fe(CN)6 0,5%.
6) Menekan masing-masing bongkah tanah sekali lagi menggunakan
jari yang masih bersih.
7) Melihat perubahan warna, jika dominan warna merah maka aerase
dan drainase baik, jika berwarna biru maka aerasi dan drainase
buruk, dan jika warna merah dan biru seimbang maka drainase dan
aerasi sedang.
d.
Kandungan CaCO3 (kapur)
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan.
2) Menambahkan beberapa tetes HCl 10 %.
3) Mengamati timbulnya buih yang terjadi.
e.
Konsentrasi
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan.
2) Menambahkan beberapa tetes H2O2 3 %.
3) Mengamati timbulnya buih yang terjadi.
5.
Lengas Tanah Kering Angin
1. Alat
a. Botol timbang
b. Oven
c. Eksikator
d. Penimbang
2. Bahan
a. Bongkahan
b. Contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm dan 2 mm
3. Cara Kerja
a. Botol penimbang dan tutupnya ke dalam oven selama 30 menit
kemudian mendinginkannya ke dalam eksikator dan menimbang botol
penimbang dengan sebagai tutupnya (sebagai a).
b. Memasukkan ctka kurang lebih 2/3 tinngi botol penimbang lalu
menimbangnya (sebagai b). Dan masing- masing ctka dilakukan 2 kali
ulangan.
c. Memasukkan ke dalam oven dengan keadaan terbuka bersuhu 105°C
selam 4 jam.
d. Mendinginkan botol penimbang dan isinya kc, eksikator dalam keadaan
tertutup,
kemudian
menimbangnya
setelah
dingin
(sebagai c).
e. Melakukan perhitungan kadar lengas.
6.
Kapasitas Lengas Lapang
1. Alat
a. Botol semprong
b. Kain kassa
c. Statif
d. Gelas piala
2. Bahan
a. Contoh tanah kering angin diameter 2 mm
3. Cara Kerja
a. Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol dengan kain
kassa.
b. Memasukkan ctka kedalam botol semprong dengan bagian yang
tertutup kain kassa sebagai dasarnya.
c. Memasang botol semprong pada statif dan diatur seperlunya.
d. Meredam selama 48 jam.
e. Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes sampai tetes
terakhir.
f. Mengambil contoh tanahnya yang berada 1/3 bagian tengah semprong
kemudian di masukkan ke dalam botol timbang (sebagai b), tetapi
sebelumnya terlebih dahulu botol timbang di timbang dengan tutupnya
(sebagai a).
g. Memasukkan ke dalam oven selama 4 jam.
h. Mendinginkan botol penimbang dan isinya pada eksikator, kemudian
menimbangnya (sebagai c)
i. Menguhitung kadar lengasnya.
7.
Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
1. Alat
a.
Cawan tembaga yang dasarnya berlubang
b.
Mortir porselin
c.
Saringan Ø 2 mm
d.
Timbangan analitik
e.
Spatel
f.
Oven
g.
Eksikator
h.
Gelas arloji
i.
Kertas saring
j.
Petridish
2. Bahan
a.
Aquades
b.
Contoh tanah kering angin diameter 2 mm
3. Cara Kerja
a.
Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi
Ø 2 mm.
b.
Mengambil cawan berlubang yang dasarnya diberi kertas saring yang
sudah dibasahi.
c.
Menimbang dengan gelas arloji sebagai alasnya + cawan berlubang
(sebagai a).
d.
Memasukkan ctka yang telah digerus ke dalam cawan ± 1/3 lalu
diketuk-ketukan, menambahkan lagi ctka sampai 2/3 lalu diketukketukan lagi, kemudian menambahkan lagi ctka sampai penuh,
mengetuknya lagi dan meratakannya.
e.
Memasukkan cawan tersebut ke dalam perendam kemudian diisi air
sampai permukaan air mencapai kurang lebih 1/2 tinggi dinding
cawan, perendaman 12 jam (setelah direndam permukaan tanah akan
cembung minimal rata/mendatar).
f.
Mengangkat cawan dan membersihkan sisi luarnya lalu meratakan
tanah
setinggi
cawan
dengan
diperes
secara
hati-hati
dan
menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (sebagai b).
g.
Memasukkan ke dalam oven bersuhu 105° C selama 4 jam, lubang
pembuangan air pada oven harus terbuka.
h.
Memasukkan ke dalam eksikator kemudian menimbang dengan diberi
gelas arloji (sebagai c).
i.
Membuang tanah, membersihkan cawan dan kertas saring kemudian
menimbangnya dengan alas gelas arloji (sebagai d).
j.
Menghitung kadar lengasnya.
Kadar lengas maksimum tanah =
8.
Batas Berubah Warna (BBW)
1. Alat
a. Botol timbang
b. Colet
c. Botol pemancar
d. Cawan penguap
e. Oven
f. Eksikator
g. Spatel
h. Lempeng kaca
i. Papan kayu
j. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Aquades
b. Contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm
3. Cara Kerja
x 100%
a. Memasukkan pasta tanah dengan cara mencampur ctka 0,5 mm dengan
air pada cawan penguap.
b. Meratakan pasta tanah pada kayu membentuk elips dengan ketinggian
pada bagian tengah ±3mm dan makin ke tepi makin tepi.
c. Membiarkan semalam dan setelah ada beda warna ambil tanah selebar
1cm (warna terang dan warna gelap) untuk di analisis Klnya.
d. Memasukkan tanah tadi ke dalam botol timbang yang telah di timbang
dahulu (sebagai a) dan menimbangnya lagi (sebagai b).
e. Masukkan ke dalam oven selama 4 jam.
f. Masukkan ke eksikator, dan setelah dingin menimbangnya (sebagai c).
g. Menghitung Kadar Lengasnya.
9.
Analisis pH Tanah
1. Alat
b. Flakon
c. Pengaduk Kaca
d. pH meter
e. Timbangan.
2. Bahan
a. Contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm sebanyak 10 gram
b. Reagen H2O (pH actual), KCL (pH potensial), dan NaF (analisis
alofan), dengan perbandingan 1:2,5
3. Cara Kerja
a. Menimbang ctka Ø 0,5 mm sebanyak 5 gram dan memasukkan kedalam
dua buah flakon.
b. Menambahkan aquadest 12,5 cc untuk analisis pH H2O, 12,5 cc KCl
untuk pH KCl, dan 12,5 cc NaF untuk pH NaF.
c. Mengaduk masing-masing flakon hingga homogeny selama 15 menit
d. Mendiamkannya selama 30 menit
e. Mengukur masing – masing pH dengan pH meter yang tersedia pada
Lab.
IV.
HASIL PENGAMATAN
A. Jatikuwung
1. Pencandraan Bentang Lahan
Lokasi
: Jatikuwung
Hari, Tanggal
: Sabtu, 26 Oktober 2013
Pukul
: 11.00 – 12.00 WIB
Nomor Profil
:2
Tinggi Tempat
: 158 mdpl
Arah Hadap
: Utara
Surveyor
: Kelompok 79
Gambar 4.1.2 Denah lokasi praktikum Jatikuwung
Tabel 4.1.1 Pencandraan Bentang Lahan Jumantono
No
Deskripsi
Keterangan
1.
Cuaca
2.
Latitude
7 31’5,2” LS
3.
Longitude
110 50’43,1” LU
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Tinggi Tempat
Lereng
5.1 Arah
5.2 Panjang
Fisiografi Lahan
Tutupan Lahan
Geologi
Genangan
Tinggi Genangan
Erosi
12.
13.
Kelas Erosi
Batuan Permukaan
14.
Vegetasi
Sumber : Boardlist
Cerah / bersih (Sunny / Clear)
158 mdpl
Utara
0,2%
Vulkanik
Rumput
Bahan Induk 1
Tanpa
0m
Erosi
Permukaan
(Sheet
erosion)
Ringan
Kelas 1
Jumlah < 0,1% dari luas
permukaan, jarak antar batuan
kecil >8 m dan jumlah batuan
besar sekitar 20 m.
Mangga 10%
Rumput Teki 40%
Rumput Gajahan 25%
Jambu 5%
Beringin 3%
Pisang 7%
2. Penyidikan Profil / Pedon Tanah
Tabel 4.1.2 Pengamatan Profil Tanah
No Deskripsi
Keterangan
1
2
3
4.
Metode Observasi
Jeluk
2.1 Horison A1
2.2 Horison A2
2.3 Horison B
Horison
3.1 Ketegasan Horison
3.1.1 Horison A1
3.1.2 Horison A2
3.1.3 Horison B
3.2 Bentuk batas
horison
3.2.1 Horizon A1
3.2.2 Horison A2
3.2.3 Horison B
Perakaran
4.1 Ukuran
4.1.1 Horizon A1
4.1.2 Horison A2
4.1.3 Horison B1
4.2 Jumlah
4.2.1 Horizon A1
4.2.2 Horison A2
4.2.3 Horison B1
Sumber : Boardlist
Irisan Sekop
0 – 13 cm
13 – 21 cm
21 – 32 cm
Berangsur
Berangsur
Berangsur
Berombak
Berombak
Berombak
Sangat Halus
Sangat Halus
Sangat Halus
Banyak
Biasa
Sedikit
3. Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.1.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah
No.
Deskripsi
1.
2.
Tekstur
1.1 Lapisan 1
1.2 Lapisan 2
1.3 Lapisan 3
Struktur
2.1 Tipe
2.1.1 Lapisan 1
2.1.2 Lapisan 2
2.1.3 Lapisan 3
2.2 Ukuran
2.2.1 Lapisan 1
2.2.2 Lapisan 2
2.2.3 Lapisan 3
2.3 Derajad
2.2.1 Lapisan 1
2.3.2 Lapisan 2
2.3.3 Lapisan 3
Konsistensi
3.1 Lapisan 1
3.2 Lapisan 2
3.3 Lapisan 3
Warna
4.1 Lapisan 1
4.2 Lapisan 2
4.3 Lapisan 3
Penetrasi
5.1 Vertikal
5.2 Horizontal
5.2.1 Lapisan 1
5.2.2 Lapisan 2
5.2.3 Lapisan 3
3.
4.
5.
Sumber : Boardlist
Keterangan
Geluh Lempungan
Lempung
Geluh Lempung Debuan
Gumpal Membulat
Gumpal Membulat
Gumpal Menyudut
Sangat Halus
Sangat halus
Sangat Halus
Kuat
Kuat
Sedang
Sangat Teguh Sekali
Teguh
Sangat Teguh Sekali
Black
Very Dark
Brown
2,5
2
1,5
1,25
4. Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.1.4 Pengamatan sifat-sifat kimia tanah
Horison
Drainase
pH tanah dari
KC
K4Fe
NS
(Cn)
H2O
KCl
A1
O3
R3
4-5
A2
O1
R3
B1
O1
R3
Sumber : Boardlist
Lapang
Kedar
Laboratorium
BO
Kapur
4-5
++
0
4-5
5
++
0
5
5
++
0
H2O
KCl
B. Jumantono
1. Pencandraan Bentang Lahan
Gambar 4.2.1 Profil Tanah Jumantono
Lokasi
: Jumantono
Hari, Tanggal
: Minggu, 27 Oktober 2013
Pukul
: 08.00 – 09.00 WIB
Nomor Profil
:2
Tinggi Tempat
: 187 mdpl
Arah Hadap
: Barat
Surveyor
: Kelompok 79
Gambar 4.2.2 Denah Lokasi Jumantono
Tabel 4.2.1 Pencandraan Bentang Lahan Jumantono
No
Deskripsi
Keterangan
1.
Cuaca
2.
Latitude
7 37’50,4” LS
3.
Longitude
110 56’54,0” LU
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Tinggi Tempat
Lereng
5.1 Arah
5.2 Panjang
Fisiografi Lahan
Tutupan Lahan
Geologi
Genangan
Tinggi Genangan
Erosi
12.
13.
Kelas Erosi
Batuan Permukaan
14.
Vegetasi
Sumber : Boardlist
Cerah / bersih (Sunny / Clear)
187 mdpl
40˚ menghadap timur laut
5%
Vulkanik
Tutupan buatan
Sangat jarang
0m
Erosi
Permukaan
(Sheet
erosion)
Ringan
Kelas 1
Jumlah < 0,1% dari luas
permukaan, jarak antar batuan
kecil >8 m dan jumlah batuan
besar sekitar 20 m.
Rumput 40%
Mangga 20%
Rambutan 5%
Singkong 5%
Jambu Monyet 2%
Alang-alang 8%
2. Penyidikan Profil / Pedon Tanah
Tabel 4.2.2 Pengamatan Profil Tanah
No Deskripsi
Keterangan
1
2
3
4.
Metode Observasi
Jeluk
2.1 Horison A1
2.2 Horison A2
2.3 Horison B1
2.4 Horison B2
Horison
3.1 Ketegasan Horison
3.1.1 Horison A1
3.1.2 Horison A2
3.1.3 Horison B1
3.1.4 Horison B2
3.2 Bentuk batas
horison
3.2.1 Horizon A1
3.2.2 Horison A2
3.2.3 Horison B1
3.2.4 Horison B2
Perakaran
3.3 Ukuran
3.3.1 Horizon A1
3.3.2 Horison A2
3.3.3 Horison B1
3.3.4 Horison B2
3.4 Jumlah
3.4.1 Horizon A1
3.4.2 Horison A2
3.4.3 Horison B1
3.4.4 Horison B2
Sumber : Boardlist
Irisan Sekop
0 – 11 cm
11 – 22 cm
22 – 45 cm
45 – 60 cm
Berangsur
Berangsur
Baur
Berangsur
Berombak
Berombak
Berombak
Berombak
Halus
Sangat Halus
Sangat Halus
Sangat Halus
Banyak
Biasa
Sedikit
Sedikit
3. Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.2.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah
No.
Deskripsi
Tekstur
1.1 Lapisan 1
1.2 Lapisan 2
1.3 Lapisan 3
1.4 Lapisan 4
2.
Struktur
2.1 Tipe
2.1.1 Lapisan 1
2.1.2 Lapisan 2
2.1.3 Lapisan 3
2.1.4 Lapisan 4
2.2 Ukuran
2.2.1 Lapisan 1
2.2.2 Lapisan 2
2.2.3 Lapisan 3
2.2.4 Lapisan 4
2.3 Derajad
2.2.1 Lapisan 1
2.3.2 Lapisan 2
2.3.3 Lapisan 3
3.
2.3.4 Lapisan 4
Konsistensi
3.1 Lapisan 1
3.2 Lapisan 2
3.3 Lapisan 3
4.
3.4 Lapisan 4
Warna
4.1 Lapisan 1
4.2 Lapisan 2
4.3 Lapisan 3
5.
4.4 Lapisan 4
Penetrasi
5.1 Vertikal
5.2 Horizontal
5.2.1 Lapisan 1
5.2.2 Lapisan 2
5.2.3 Lapisan 3
5.2.4 Lapisan 4
Sumber : Boardlist
Keterangan
1.
Geluh lempung debuan
Lempung
Geluh Lempungan
Lempung Pasiran
Gumpal Menyudut
Gumpal Membulat
Gumpal Menyudut
Gumpal Membulat
Halus
Halus
Halus
Halus
Lemah
Sedang
Kuat
Kuat
Sangat Teguh
Teguh
Teguh
Gembur
Dark Red
Dark Red Dish Brown
Dark Brown
Dark Brown
2
1,5
1,5
1,5
1,5
4. Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.2.4 Pengamatan sifat-sifat kimia tanah
Horison
Drainase
KC
K4Fe
NS
(Cn)
pH tanah dari
Lapang
H2O
KCl
Kadar
Laboratorium
H2O
BO
Kapur
++
KCl
A1
O1
R3
+++
A2
O3
R3
++
0
B1
O3
R3
++
0
B2
O3
R3
++++
0
Sumber : Boardlist
C. Fakultas Pertanian UNS
1. Pencandraan Bentang Lahan
Gambar 4.3.1 Profil Tanah Jumantono
Lokasi
: Fakultas Pertanian UNS
Hari, Tanggal
: Minggu, 27 Oktober 2013
Pukul
: 10.00 – 11.00 WIB
Nomor Profil
:2
Tinggi Tempat
: 119 mdpl
Arah Hadap
: Barat Laut
Surveyor
: Kelompok 79
Gambar 4.3.2 Denah Lokasi Fakultas Pertanian UNS
Tabel 4.3.1 Pencandraan Bentang Lahan Fakultas Pertanian UNS
No
Deskripsi
1.
Cuaca
2.
Latitude
3.
Longitude
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Tinggi Tempat
Lereng
5.1 Arah
5.2 Panjang
Fisiografi Lahan
Tutupan Lahan
Geologi
Genangan
Tinggi Genangan
Erosi
12.
13.
Kelas Erosi
Batuan Permukaan
14.
Vegetasi
Sumber : Boardlist
Keterangan
Berawan Sebagian (Partly
Cloudly)
7 33’36,513” LS
110 51’28,284” LU
119 mdpl
13%
Miscellaneous
Rumput
Tanpa
0m
Erosi
Permukaan
(Sheet
erosion)
Ringan
Kelas 1
Jumlah < 0,1% dari luas
permukaan, jarak antar batuan
kecil >8 m dan jumlah batuan
besar sekitar 20 m.
Lain-lain 50%
Rumput 30%
Jati 10%
Lamtoro 10%
2. Penyidikan Profil / Pedon Tanah
Tabel 4.3.2 Pengamatan Profil Tanah
No
Deskripsi
Keterangan
1
2
Metode Observasi
Jeluk
2.1 Horison A1
2.2 Horison A2
2.3 Horison B1
2.4 Horison B2
Horison
3.1 Ketegasan Horison
3.1.1 Horison A1
3.1.2 Horison A2
3.1.3 Horison B1
3.1.4 Horison B2
3.2 Bentuk batas
horison
3.2.1 Horizon A1
3.2.2 Horison A2
3.2.3 Horison B1
3.2.4 Horison B2
Perakaran
3.3 Ukuran
3.3.1 Horizon A1
3.3.2 Horison A2
3.3.3 Horison B1
3.3.4 Horison B2
3.4 Jumlah
3.4.1 Horizon A1
3.4.2 Horison A2
3.4.3 Horison B1
3.4.4 Horison B2
Irisan Sekop
3
4.
Sumber : Boardlist
0 – 8 cm
8 – 23 cm
23 – 42 cm
42 – 58 cm
Berangsur
Berangsur
Berangsur
Baur
Berombak
Berombak
Berombak
Berombak
Halus
Sangat Halus
Sangat Halus
Sangat Halus
Biasa
Sedikit
Sedikit
Sedikit
3. Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.2.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah
No.
Deskripsi
Tekstur
1.1 Lapisan 1
1.2 Lapisan 2
1.3 Lapisan 3
1.4 Lapisan 4
2.
Struktur
2.1 Tipe
2.1.1 Lapisan 1
2.1.2 Lapisan 2
2.1.3 Lapisan 3
2.1.4 Lapisan 4
2.2 Ukuran
2.2.1 Lapisan 1
2.2.2 Lapisan 2
2.2.3 Lapisan 3
2.2.4 Lapisan 4
3.
2.3 Derajad
2.2.1 Lapisan 1
2.3.2 Lapisan 2
2.3.3 Lapisan 3
2.3.4 Lapisan 4
4.
Konsistensi
3.1 Lapisan 1
3.2 Lapisan 2
3.3 Lapisan 3
3.4 Lapisan 4
5.
Warna
4.1 Lapisan 1
4.2 Lapisan 2
4.3 Lapisan 3
4.4 Lapisan 4
Penetrasi
5.1 Vertikal
5.2 Horizontal
5.2.1 Lapisan 1
5.2.2 Lapisan 2
5.2.3 Lapisan 3
5.2.4 Lapisan 4
Sumber : Boardlist
Keterangan
1.
Lempung Pasiran
Lempung Pasiran
Geluh Lempung Debuan
Geluh Lempung Debuan
Gumpal Menyudut
Gumpal Menyudut
Gumpal Membulat
Gumpal Menyudut
Halus
Halus
Sedang
Kasar
Kuat
Kuat
Sedang
Lemah
Sangat Teguh
Sangat Teguh
Teguh
Sangat Gembur
Dark Reddish Brown
Very Dark Brown
Dark Yellow Brown
Dark Brown
1
0,7
0,7
0,5
0,6
4. Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.3.4 Pengamatan sifat-sifat kimia tanah
Horiso
Drainase
pH tanah dari
Kedar
n
KC
K4Fe
NS
(Cn)
Lapang
H2O
KCl
Laboratorium
H2O
BO
Kapur
KCl
A1
O2
O2
+
0
A2
O2
O2
+
0
A3
O2
O2
++
0
A4
O2
O2
++
0
Sumber : Boardlist
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hanafiah Kemas 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Jakarta:Raja Grafindo
Persada.
Barchia Faiz 2009. Agroekosistem Tanah Mineral Masam. [on line]
http://faizbarchia.blogspot.com/2009/05/agroekosistem-tanah-mineralmasam.html.
Hakim 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hardjowigeno Sarwono 2003. Ilmu Tanah. CV. Akademika Pressindo. Jakarta
Madjid
Abdul
2007.
Klasifikasi
Tanah
USDA
1975.
http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/12/klasifikasi-tanah-usda1975.html. Diakses pada 17 November 2013 pukul 19.45 WIB.
Minardi S dan Sutopo 2000. Buku Pegangan Kuliah Fakultas Pertanian Dasardasar Ilmu Tanah I. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Mukhid S 2005. Pengaruh Pemberian Lapisan Lempung terhadap Pemungksan
Lengas Tanah pada Lahan Berpasir. Info Perpustakaan = Jurnal Sains dan
Teknologi (http://www.IPTEK.net.id). Diakses tanggal 16 November 2013
Notohadiprawiro T S Soekarmodjo S. Wisnubroto E. Sukana M. Dradjat. 2006.
Pelaksanaan Irigasi sebagai Salah Satu unsur hidromeliorasi Lahan
(http://www.Soil.Faperta.UGM.ac.id). Di akses tanggal 17 November 2013
Notohadiprawiro tejoyuwono. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat
Studi Sumber Daya Lahan,UGM, Yogyakarta.
Pasaribu 2007. http://www.scribd.com/doc/13977716/Alfisol-Dan-Oxisol.Diakses
tanggal 17 November 2013 pukul 16.00 WIB
Pemerintah
Kabupaten
Garut.
2011.
Kondisi
Tanah
[on line]
http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sekilas_geografi_kondisi
_tanah
Sutedjo, Mul Mulyani dan A.G. Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah
Terbantuknya Tanah dan Tanah Pertanian Edisi Baru. Jakarta: Rineka
Cipta.
Utami S N., dan Handayani, S. 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian
Organik.Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 63-69
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifak Kimia Tanah.. Yogyakarta; Gajah Mada
University Press
Yunan, dkk. 2006. Karakteristik Tanah Yang Berkembang Dari Batuan Diorit
Dan Andesit Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan Vol 6 (2) p: 109-115
Download