STUDIUM GENERALE: Bagian I - Pengantar ke Filsafat Ilmu Bahan Bacaan: C Verhaak dan R. Haryono Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Gramedia Pustaka Utama, 1995. C.A. van Peursen, Susunan Ilmu Pengetahuan, Gramedia Pustaka Utama, 1993. Harry Hamersma, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, Kanisius, 1981. Sutarjo Adisusilo JR, Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Kanisius, 1983. P. Hardono Hadi, Epistemologi, Kanisius, 1994. Th. Huijbers, Manusia Mencari Allah, Kanisius, 1982. Louis Leahy, Sains dan Agama dalam Konteks Zaman Ini, Kanisius, 1997 J W M Bakker, SJ, Sejarah Filsafat dalam Islam, Kanisius, 1978 Thomas S Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions, The University of Chicago Press,1970 Andi Hakim Nasoetion, Pengantar ke Filsafat Sains, Litera AntarNusa, 1989 Dr Yusuf Qardhawi, Al-Qur'an, Akal dan Ilmu Pengetahuan, Gema Insani, 1998 Osman Bakar, Hierarki Ilmu, Penerbit Misan, 1997 Jujun S. Suriasumatri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan. 1996 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, edisi kedua (diperbaharui), Penerbit dan Percetakan "Liberty", Yogyakarta, 1991 Mark Kac dan Stanislaw M Ulsam, Mathematics and Logics, Penguin Books, 1968 P J Zoetmulder SJ, Manunggaling Kawula Gusti, PT Gramedia, 1990. M.M. Syarif, MA (editor); Para Filosof Muslim. Penerbit Mizan, cetakan VIII, April 1996 Jostein Gaarder, Dunia Sophie: sebuah novel filsafat, Penerbit Mizan, 1996 Pengantar: Naskah ini tentang filsafat ilmu dan ditulis sebagai cetusan dari keresahan melaksanakan tugas mengajar matakuliah ini di Jurusan Teknik Elektro UGM (yang mulai September 1999 diberi nama Studium Generale, agar materi-materi lain dapat dimasukkan), dan dalam kegelisahan oleh kenyataan bahwa sampai saat ini tampaknya perlu dikembangkan bahan yang tepat bagi para mahasiswa, agar mahasiswa dapat memanfaatkan dan mengembangkannya sendiri. Kata "tepat" mungkin perlu diberi penegasan, sekurang-kurangnya mengenai maksud penulis ini, namun penulis memilih untuk menyerahkan semuanya kepada para pembaca: Naskah ini telah merupakan suatu realisasi dari persepsi penulis tentang kata "tepat" tersebut. Materi yang dibahas: 1. 2. 3. 4. 5. Filsafat ilmu - suatu pengantar Ikhtisar sejarah pemikiran filsafat (1) : akal budi dan iman Ikhtisar sejarah pemikiran filsafat (2) : jurus-jurus kajian rasional Cara kerja ilmu Kebenaran pengetahuan Adalah merupakan harapan yang tulus agar kuliah ini membawa mahasiswa, yang notabene merupakan para ilmuwan masa depan, kepada kesadaran akan hal yang sangat penting seperti telah tertulis dalam Serat Wedatama: Mangka nadyan tuwa pikun / (meskipun sudah tua) Yen tan mikani rasa / (jika tidak memiliki hikmat) Yekti sepa sepi lir sepah samun / (maka dia kosong sama sekali). Hendaklah dihindari juga (menurut Wedatama) sikap seorang yang dungu: Si pengung nora nglegewa / (si dungu tidak menyadari) Sangsayarda denira cumariwis / (semakin keraslah pembicaraannya) Ngandar-andar ngumadukur / (dan makin congkak pula) Omonge ora kaprah / (omongannya tidak pantas). Pada awal tahun 50-an, ketika penulis masih di sekolah menengah, beredar luas "Fash Gordon" komik bergambar petualangan di angkasa luar. Awal bagi terwujudnya zaman itu terjadi pada saat manusia pertama mendarat di permukaan bulan, dan prestasi-prestasi selanjutnya menunjukkan zaman itu bukan hal yang mustahil. Sebagai "science fiction", "Flash Gordon" telah membuat suatu ramalan yang menarik akan masa depan. Akan tetapi jika sekarang penulis duduk di muka televisi menikmati serial STARTREK di televisi, misalnya, sering muncul pertanyaan apakah demikian gambaran akan masa depan umat manusia itu? Apakah makna hidup itu? Dimana kehangatan hidup berkeluarga, keakraban relasi manusiawi, semangat gotong royong dan cintakasih? Dimana pula hidup penuh iman dan taqwa kepada Allah? -- Sebagai "science fiction", mungkin STARTREK mampu mengungkapkan tantangan ilmiah untuk membangun masa depan seperti itu, namun sebagai suatu gambaran kemungkinan akan adanya budaya-manusia-masa-depan STARTREK pastilah menampilkan gagasan yang miskin dan menyedihkan. Tatanan masyarakat manusia dewasa ini pada hakekatnya telah merupakan hasil dari proses refleksi tak kunjung henti yang tidak mudah dijelaskan dalam beberapa kalimat. Ada refleksi rasional yang berawal di Yunani dan berkembang di Dunia Barat, yang melahirkan tidak hanya ilmu-ilmu pengetahuan sebagaimana diajarkan di universitas-universitas, tetapi juga teknologi untuk membangun yang belum pernah ada sebelumnya. Ada refleksi iman berawal di Timur Tengah yang melahirkan agama-agama samawi, ada pula olah batin yang memperkaya hidup rohani dan budaya yang khas Asia. Mahasiswa diundang untuk mencermati hal-hal itu dan menemukan suatu benang merah dalam rangka pengembangan diri sebagai manusia yang utuh, ilmuwan yang dewasa, dalam imtaq dan iptek, memasuki milenium ketiga. Secara singkat, mahasiswa memang diajak mengenal (meski sedikit) filsafat ilmu, agar mulai mencintai ulah-filsafat, -- agar “dapat berfilsafat”, -- dan “berteologi” juga. Mengapa? Mengenal sedikit filsafat dan ulah-filsafat tampaknya bermanfaat bagi semua orang dalam meniti hidup dan kehidupan. Jika kurun waktu normal hidup seorang manusia (katakanlah 80 tahun) dicermati dengan sungguh-sungguh, rasanya tidak banyak meleset jika disimpulkan bahwa seperempat bagian pertama hidupnya pasti dihabiskan untuk belajar dan tumbuh menjadi dewasa, dua perempat berikutnya untuk bekerja dan aktualisasi diri, dan serempat sisanya untuk pensiun. Dengan pensiun (menikmati hari tua) waktu dan aktivitas diisi dengan banyak hal, termasuk menikmati hidup (dan bersyukur bahwa masih diperkenankan untuk hidup) serta menyiapkan diri melewati Horison Itu; - horison konkret yang mengakhiri ruang-dan-waktu hidupnya di dunia, memasuki Keabadian, yang jelas tanpa dimensi waktu dan ruang sekaligus. F Soesianto