“ TUGAS MATA KULIAH PERILAKU DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI” KEKUASAAN, POLITIK, DAN KEPEMIMPINAN DISUSUN OLEH : Dyna Nuzul Cahyanti 115030200111001 Talitha Gustirani 115030201111013 Idha Ayu Apsari 115030207111001 Nandya Ayu Putri 115030207111012 KELAS C UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS MALANG 2012 1 POLITIK Definisi Politik Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Secara etimologi politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika - yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης (polites - warga negara) dan πόλις (polis - negara kota). Secara etimologi kata "politik" masih berhubungan dengan polisi, kebijakan. Kata "politis" berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata "politisi" berarti orang-orang yang menekuni hal politik. Proses politik dalam organisasi dapat diartikan dua hal. Pertama, penggunaan kekuasaan itu sendiri, sebagaimana pemahaman Robbins (1990:263) bahwa politik dalam organisasi pada dasarnya adalah penggunaan kekuasaan (exercise of power). Kedua, proses politik dalam organisasi dapat juga diartikan sebagai upaya seseorang untuk menambah kekuasaan yang dimilikinnya. Politik dalam organisasi adalah aktivitas-aktivitas manajer dan pegawai/anggota dalam rangka meningkatkan kekuasaan mereka (menambah kekuasaan) dan mempersuasi pihakpihak lain yang demi mencapai berbagai sasaran dan tujuan personal mereka (menggunakan kekuasaan). Politik dalam organisasi juga dapat diartikan sebagai upaya-upaya anggota organisasi dalam menggalang dukungan untuk meloloskan atau menolak suatu kebijakan, peraturan, tujuan organisasi, atau keputusan-keputusan lain yang hasil atau efeknya akan berdampak tertentu terhadap mereka. Artinya, ada upaya-upaya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang penting agar menguntungkan ( atau setidak-tidaknya jangan sampai merugikan) bagi mereka yang melakukan aktivitas mobilisasi politik tersebut. 5 jenis proses politik yang biasa dilakukan dalam organisasi: 1. Cara-cara bersaing (competing), yaitu memaksa lawan berada pada posisi kalah menang. 2 2. Cara-cara akomodasi (accommodating), yaitu bersikap kooperatif dengan mengakomodasi kepentingan lawan. 3. Cara-cara mengajak kerja sama (collaborating), yaituberusaha mengubah lawan menjadi sekutu. 4. Cara-cara menghindar ( avoiding), yaitu menhindari atau tidak menonjolkan adanya perbedaan kepentingan. 5. Cara-cara kompromi (compromising), yaitu saling berbagi kepentingan atau manfaat dengan lawan. Kekuasaan dan Taktik Politik 1. Taktik menyalahkan (attack and blame tactic) versus merangkul (make-everyone-a winner tactic). Taktik pertama adalah menyerang secara terbuka, baik dihadapan yang brsangkutan atau dengan menyebarkan informasi atau fakta-fakta yang menjatuhkan lawan. Taktik kedua adalah kita berusaha merangkul semua pihak dengan mencari suatu formula kebijakan atau solusi yang menguntungkan semua pihak. Atau setidaknya “kelihatan” menguntungkan bagi semua. Ini digunakan pada situasi-situasi yang membutuhkan konsensus. 2. Taktik mengurangi ketidakpastian dan menggunakan informasi yang objektif (reduceuncertanty and use-objective-information tactic). Taktik ini biasanya digunakan untuk menambah kekuasaan. Jadi, seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengatasi ketidakpastian merupakan suatu aset politik yang berharga. Pengertian ‘ketidakpastian’ disini adalah kondisi-kondisi dimana fungsi atau mekanisme organisasi tidak dapat memastikan hasil-hasil yang akan dicapainya. 3. Menduduki posisi sentral atau posisi yang tidak tergantikan dalam organisasi (beirreeplaceable or occupy-a-central-position tactic). Posisi-posisi atau jabatan yang pentingdan menentukan dalam organisasi selalu merupakan incaran semua orang, karena setiap jabatan mengandung otoritas dan memengaruhi banyak hal dalam organisasi. 4. Menggalang koalisi dan aliansi (building-coalitions-and-alliances tactic). Dengan menggalang dukungan atau mencari sektutu yang lebih banyak, seseorang atau sebuah unit dapat menambah kekuasaannya dalam organisasi, dan juga lebih efektif dalam menggunakan kekuasaan. 3 5. Taktik mengontrol agenda (act-unobstructively-and-control-agenda tactic). Seseorang berusaha mengontrol isu-isu yang perlu diangkat dalam agenda organisasi, isu-isu yang penting dan harus menjadi prioritas, serta berusaha menghilangkan atsu mengesampingkan isu-isu yang tidak menguntungkan posisinya. Teori Politik dalam Organisasi 1. Teori Kontingensi Strategis Teori ini menjelaskan tentang darimana sumber kekuasaan dalam organisasi. Menurut teori ini, kekuasaan berasal dari kemampuan untuk menyediakan sesuatu yang oleh organisasi bernilai tinggi dan hanya bisa diperoleh dari satu aktor social tertentu. 2. Teori Ketergantungan Sumber Daya Teori ini menjelaskan sumber kekuasaan dalam organisasi berasal dari ketergantungan organisasi terhadap lingkungan. Menurut teori ini, distribusi kekuasaan dalam organisasi dapat dijelaskan dari ketergantungan organisasi terhadap lingkungan. Teori ini memandang bahwa lingkungan hanya menciptakan ‘peluang-peluang kekuasaan’ (opportunities) dan masing-masing aktor atau unit dalam organisasi berbeda dalam menanggapinya. Jadi, menurut teori ini, politik internal organisasi pada dasarnya independen terhadap pengaruh lingkungan. 3. Teori Dua Wajah Kekuasaan Teori dua wajah kekuasaan merupakan pemikiran dari dua ahli politik Amerika, Peter Bachacrach dan Morton Baratz. Menurut mereka, kekuasaan dalam organisasi pada dasarnya memiliki dua wajah (two faces of power). Menurut teori ini, kekuasaan dapat pula diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mencegah suatu isu dikemukakan atau diangkat kepermukaan oleh aktor-aktor lain dalam organisasi. 4. Kritik Feminis Kritik feminis ad alah teori-teori yang menekankan pada efektivitas, produkktiivitas, dan efisiensi dalam organisasi merupakan sarana legitimasi dan justifikasi kekuasaan itu sendiri. Artinya, teori-teori tersebut memberi suatu logika pembenaran yang membuat kekuasaan dan status quo tertentu dalam organisasi adalah suatu yang abash dan harus diterima. Jadi, menurut Pfeffer, literature manajemen dan teori organisasi itu sendiri adalah suatu 4 tindakan politik. Kritik feminis memperluas gagasan ini dengan mengatakan bahwa kekuasaan dipergunakan untuk memarginalkan mereka yang tidak memiliki kekuasaan (tha powerless). Konsep merginalisasi ini direkatkan pada slogan post modern “berikan suara kepada yang dibungkam” (give voice to silence). Dalam hal ini kritik feminis terutama mengkaji marginalisasi kaum perempuan dalam kehidupan organisasi. Atau dengan perkataan lain, mereka mengangkat topik-topik seputar relasi gender dan politik gender dalam organisasi. Perilaku politik Perilaku politik atau (Inggris:Politic Behaviour)adalah perilaku yang dilakukan oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik.Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku politik contohnya adalah: Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau parpol , mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga swadaya masyarakat Ikut serta dalam pesta politik Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas Berhak untuk menjadi pimpinan politik Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku 5 KEKUASAAN Definisi Kekuasaan Kekuasaan biasanya di definisikan sebagai kemampuan seseorang untuk membuat orang lain, atau sekelompok orang melakukan sesuatu yang jika tidak, tidak akan mereka lakukan. Misal, A dikatakan memiliki kekuasaan terhadap B, sejauh ia dapat membuat B melakukan sesuatu yang jika tidak, tidak dilakukan oleh B. Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagau subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan). Kekuasaan adalah serupa, tapi tak sama dengan otoritas. Jika otoritas melekat pada jabatan, sementara kekuasaan tidak. Jika seseorang berhenti dari suatu jabatan atau dipromosikan ke jabatan lain maka otoritas yang dimilikinya tertinggal bersama jabatan lama tersebut, dan otoritas itu kemudian menjadi milik dari pemegang jabatan berikutnya. Sudut pandang kekuasaan 1. Kekuasaan bersifat positif merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat memengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental. 6 2. Kekuasaan bersifat Negatif Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam memengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang baik,mereka hanya berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam dalam mengambil suatu tindakan, bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak dapat menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok yang berada di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak memiliki kemampuan atau modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya. Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan menuju kekuasaan selain melalui jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui jalur partai politik. Partai partai politik berusaha untuk merebut konstituen dalam masa pemilu. Partai politik selanjutnya mengirimkan calon anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif. Dalam pemilihan umum legislatif secara langsung seperti yang terjadi di Indonesia dalam Pemilu 2004 maka calon anggota legislatif dipilih langsung oleh rakyat. Legitimasi kekuasaan Dalam pemerintahan mempunya makna yang berbeda: "kekuasaan" didefinisikan sebagai "kemampuan untuk memengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu yang bila tidak dilakukan", akan tetapi "kewenangan" ini akan mengacu pada klaim legitimasi, pembenaran dan hak untuk melakukan kekuasaan. Sebagai contoh masyarakat boleh jadi memiliki kekuatan untuk menghukum para kriminal dengan hukuman mati tanpa sebuah peradilan sedangkan orang-orang 7 yang beradab percaya pada aturan hukum dan perundangan-undangan dan menganggap bahwa hanya dalam suatu pengadilan yang menurut ketenttuan hukum yang dapat memiliki kewenangan untuk memerintahkan sebuah hukuman mati. Dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial, kekuasaan telah dijadikan subjek penelitian dalam berbagai empiris pengaturan, keluarga (kewenangan orangtua), kelompok-kelompok kecil (kewenangan kepemimpinan informal), dalam organisasi seperti sekolah, tentara, industri dan birokrat (birokrasi dalam organisasi pemerintah) dan masyarakat luas atau organisasi inklusif, mulai dari masyarakat yang paling primitif sampai dengan negara, bangsa-bangsa modern atau organisasi (kewenangan politik). Sifat kekuasaan Kekuasaan cenderung korup adalah ungkapan yang sering kita dengar, atau dalam bahasa Inggrisnya adalah Power tends to corrupct. Kekuasaan dapat dikatakan melekat pada jabatan ataupun pada diri orang tersebut, penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Position Power, kekuasaan yang melekat pada posisi seseorang dalam sebuah organisasi. 2. Personal Power, kekuasaan yang berada pada pribadi orang tersebut sebagai hubungan sosialnya. French & Raven mengatakan bahwa ada lima jenis kekuasaan: 1. Kekuasaan memberi penghargaan. 2. Kekuasaan yang memaksa 3. Kekuasaan yang sah. 4. Kekuasaan memberi referensi. 5. Kekuasaan ahli Sumber kekuasaan bila dikaitkan dg kegunaan, maka sbb: 1.Militer & Polisi utk mengendalikan kekerasan dan kriminal 2.Ekonomi utk mengendalikan tanah, buruh, kekayaan & produksi 3.Politik utk pengambilan keputusan 4.Hukum utk mempertahankan, mengubah, & melancarkan interaksi 5.Tradisi utk mempertahankan sistem kepercayaan / nilai-nilai Sumber utama kekuasaan adalah jabatan atau otoritas. Sumber lainnya adalah: (1) karakteristik personal (kharisma), (2) keahlian (expertise), dan (3) peluang (opportunity) 8 KEPEMIMPINAN Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi. Ciri-Ciri Seorang Pemimpin Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Kekuasaan vs Kepemimpinan Kekuasaan dekat dengan kepemimpinan. Pemimpin tanpa kekuasaan, seperti orang yang hanya memiliki sebelah kaki. Pemimpin formal dalam organisasi barangkali memiliki otoritas, tapi belum tentu memiliki kekuasaan. Kita bisa menyebutnya sebagai pemimpin yang lemah atau pemimpin yang tidak efektif. Jadi permasalahannya adalah hal-hal apa yang membuat seseorang menjadi pemimpin yang efektif dalam organisasi dengan perkataan lain bagaimana berkekuasaan yang dimiliki seseorang seimbang dengan otoritas yang dipegangnya. Artinya, agar mampu mejalankan otoritas secara efektif seorang pemimpin memerlukan kekuasaan yang bersumber dari aspek formal maupun ciri-ciri personal. Menurut Jones (2007: 188-90) seorang pemimpin yang efektif membutuhkan 5 persyaratan: 1. Energy atau daya juang semana dan dorongan untuk maju; 2. Rasa percaya diri dan control diri yang tinggi; 3. Intuisi, kecerdasan, kemampuan 9 kognitif; 4. Kecerdasan emosi dan kemampuan berempati; 5. Etika dan integritas moral yang baik. Teori Kepimimpinan 1. Teori sifat kepemimpinan a. Kecerdasan intelligence b. Kedewasaan social dan hubungan social yang luas c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi d. Sikap-sikap hubungan manusiawi 2. Teori kelompok Teori ini dikembangkan atas dasar ilmu psikologi social yang menyatakan bahwa untuk pencapaian tujuan-tujuan kelompok harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dan bawahannya. 3. Teori situasional Pendekatan sifat maupun kelompok terbukti tidak memadai untuk mengunkap teori kepemimpinan yang menyeluruh. Perhatian dialihkan pada aspek-aspek situasional kepemimpinan. 4. Teori path-goal Teori ini menganalisa pengaruh dampak kepemimpinan terutama perilaku pemimpin terhadap motivai bawahan. Kepuasan dan pelaksanaan kerja. Tipe-tipe kepemimpinan A. Otokratis, mempunyai ciri-ciri: 1. Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin 2. Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan di dikte oleh atasan setiap waktu B. Demokratis, mempunyai ciri-ciri: 1. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin. 10 2. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas dilakukan oleh kelompok C. Laissez faire, mempunyai ciri-ciri: 1. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisi 11