PT. Angkasa Pura

advertisement
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. Gambaran Perusahaan
1.
Sejarah Perusahaan
a.
Sejarah PT Angkasa Pura 1 (Persero)
PT. Angkasa Pura I (Persero) yang selanjutnya disebut
Angkasa Pura Airports bertekad mewujudkan perusahaan berkelas
dunia yang profesional. Angkasa Pura Airports yakin dapat
melakukan yang terbaik dengan memberikan pelayanan keamanan,
keselamatan, dan kenyamanan berstandar internasional bagi para
pelanggan.
Sejarah Angkasa Pura Airports sebagai pelopor pengusahaan
kebandarudaraan secara komersial di Indonesia bermula dari
kunjungan kenegaraan Presiden Soekarno ke Amerika Serikat untuk
bertemu dengan Presiden John F Kennedy. Setibanya di tanah air,
Presiden Soekarno menegaskan keinginannya kepada Menteri
Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum agar lapangan terbang di
Indonesia dapat setara dengan lapangan terbang di negara maju.
Tak lama kemudian, pada tanggal 15 November 1962 terbitlah
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 1962 tentang Pendirian
Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran. Tugas pokoknya
23
adalah untuk mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara
Kemayoran di Jakarta yang saat itu merupakan satu-satunya bandar
udara internasional yang melayani penerbangan dari dan ke luar
negeri selain penerbangan domestik.
Setelah melalui masa transisi selama dua tahun, terhitung sejak
20 Februari 1964 PN Angkasa Pura Kemayoran resmi mengambil alih
secara penuh aset dan operasional Pelabuhan Udara Kemayoran
Jakarta dari Pemerintah. Tanggal 20 Februari 1964 itulah yang
kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Angkasa Pura Airports.
Pada tanggal 17 Mei 1965, berdasarkan PP Nomor 21 tahun
1965 tentang Perubahan dan Tambahan PP Nomor 33 Tahun 1962,
PN Angkasa Pura Kemayoran berubah nama menjadi PN Angkasa
Pura, dengan maksud untuk lebih membuka kemungkinan mengelola
bandar udara lain di wilayah Indonesia.
Secara bertahap, Pelabuhan Udara Ngurah Rai-Bali, Halim
Perdanakusumah-Jakarta,
Sepinggan-Balikpapan,
Polonia-Medan,
dan
Sultan
Juanda-Surabaya,
Hasanuddin-Ujungpandang,
kemudian bergabung dalam pengelolaan PN Angkasa Pura.
Selanjutnya, berdasarkan PP Nomor 37 tahun 1974, status
badan hukum perusahaan diubah menjadi Perusahaan Umum
(Perum).
24
Dalam rangka pembagian wilayah pengelolaan bandar udara,
berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 1987 tanggal 19 Mei 1987, nama
Perum Angkasa Pura diubah menjadi Perusahaan Umum Angkasa
Pura I, hal ini sejalan dengan dibentuknya Perum Angkasa Pura II
yang secara khusus diberi tugas untuk mengelola Bandara SoekarnoHatta dan Bandara Halim Perdanakusuma.
Selanjutnya, berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 1992, bentuk
Perum diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang sahamnya
dimiliki sepenuhnya oleh Negara Republik Indonesia sehingga
namanya menjadi PT Angkasa Pura I (Persero) dengan Akta Notaris
Muhani Salim, SH tanggal 3 Januari 1993 dan telah memperoleh
persetujuan Menteri Kehakiman dengan keputusan Nomor C2470.HT.01.01 Tahun 1993 tanggal 24 April 1993 serta diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 52 tanggal 29 Juni
1993 dengan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
Nomor2914/1993.
Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan terakhir adalah
berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 14
Januari 1998 dan telah diaktakan oleh Notaris Imas Fatimah, SH
Nomor 30 tanggal 18 September 1998. Perubahan Anggaran Dasar
tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia Nomor: C2-25829.HT.01.04 Tahun 1998 tanggal
25
19 November 1998 dan dicantumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia Nomor 50 tanggal 22 Juni 1999 dengan Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia Nomor 3740/1999.
Hingga saat ini, Angkasa Pura Airports mengelola 13 (tiga
belas) bandara di kawasan tengah dan timur Indonesia, yaitu:
1) Bandara Ngurah Rai-Denpasar
2) Bandara Juanda-Surabaya
3) Bandara Hasanuddin-Makassar
4) Bandara Sepinggan-Balikpapan
5) Bandara Frans Kaisiepo-Biak
6) Bandara Sam Ratulangi-Manado
7) Bandara Syamsudin Noor-Banjarmasin
8) Bandara Ahmad Yani-Semarang
9) Bandara Adisutjipto-Yogyakarta
10) Bandara Adisumarmo-Surakarta
11) Bandara Internasional Lombok-Lombok Tengah
12) Bandara Pattimura-Ambon
13) Bandara El Tari-Kupang
b.
Sejarah Bandara Internasional Adi Soemarmo
Bandara Internasional Adi Soemarmo Surakarta, pada zaman
penjajahan merupakan lapangan terbang darurat yang terletak di
sebelah barat kota Surakarta (14 KM) dibangun pada tahun 1940 oleh
26
pemerintah Belanda dan bertepatan dengan masuknya tentara Jepang
ke Indonesia. Lapangan terbang tersebut dihancurkan oleh Belanda
dan dibangun kembali oleh pemerintah Jepang pada tahun 1942 yang
kemudian digunakan sebagai basis militer penerbangan Angkatan
Laut Jepang (Kaigun-Bokusha).
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus
1945, kesanggupan dan kemampuan menyelenggarakan penerbangan
dimanivestasikan
dalam
bentuk
organisasi
yang
dinamakan
“Penerbangan Surakarta” yang diresmikan pada tanggal 6 Februari
1946 dan pada bulan Mei 1946 “Penerbangan Surakarta” berubah
menjadi
“Pangkalan
Udara
Panasan”
dimana
kegiatan
penerbangannya hanya diperuntukan Penerbangan Militer. Menjelang
Konferensi PATA tahun 1974 Fasilitas pelabuhan udara bagi
keselamatan penerbangan ditingkatkan sehingga dapat dimanfaatkan
untuk melayani penerbangan komersial disamping penerbangan
militer. Penerbangan komersial secara teratur resmi dibuka sejak
tanggal 23 April 1974 dan dilayani oleh perusahaan PT. Garuda
dengan route Jakarta-Solo-Jakarta sebanyak 3 kali dalam 1 minggu.
Semakin meningkatnya arus barang dan penumpang yang
menggunakan jasa penerbangan di Bandara Adi Soemarmo, maka
frekuensi penerbangan yang semula 3 kali dalam 1 minggu
ditingkatkan menjadi 5 kali dalam sehari. Disamping peningkatan
27
frekuensi penerbangan, kemampuan Bandar Udara Adi Soemarmo
juga ditingkatkan sehingga mampu melayani operasi penerbangan
untuk DC 09 dan sejenisnya. Penerbangan DC 09 ke dan dari Bandara
Adi Soemarmo diresmikan pada tanggal 9 Agustus 1986 oleh Menteri
Perhubungan.
Untuk meningkatkan pelayanan bagi wisatawan, melalui SK
Menteri Perhubungan No. KP.2/AU.005/PBH-89 tanggal 31 Maret
1989, Departemen Perhubungan menetapkan Bandar Udara Adi
Soemarmo Surakarta sebagai bandar udara yang selain melayani
penerbangan domestik juga melayani penerbangan ke luar negeri.
Penerbangan perdana ke luar negeri yaitu Singapore-Jakarta-Solo
(PP) yang dilayani oleh maskapai Garuda Indonesia dan diresmikan
pada 1 Mei 1989. Terhitung tanggal 1 April 1992 Bandara Adi
Soemarmo Surakarta secara resmi masuk jajaran Perum Angkasa Pura
I berdasarkan PP No.5 tahun 1992. Kemudian pada tanggal 2 Januari
1993 status Badan Hukum Perum Angkasa Pura I berubah menjadi
PT. Angkasa Pura I (Persero) berdasarkan PP No.14 tahun 1993.
Mulai tanggal 15 Maret 1997 Bandara Adi Soemarmo secara resmi
menjadi Embarkasi Haji untuk daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Pada saat Bandara Adi Soemarmo dibangun oleh pemerintah
Hindia Belanda pada tahun 1940, tidak ada yang menduga bandara ini
akan menjadi bandara internasional kelas menengah yang mampu
28
didarati pesawat berbadan lebar jenis MD 11. Program pembangunan
nasional pada tahun 1970-an membawa perubahan yang begitu cepat
dalam
berbagai
aspek
kehidupan
termasuk
dalam
bidang
kebandarudaraan. Bandar Udara yang dulunya hanya sebagai tempat
naik turunya pesawat terbang, berkembang menjadi salah satu
infrastruktur penting bagi perekonomian bangsa sekaligus sebagai
kawasan bisnis baru yang menjanjikan beragam peluang.
Pada tahun 1990-an diperkenalkan pola pengembangan
terpadu
kawasan
segitiga
Yogyakarta-Solo-Semarang
(JOGLOSEMAR), karena Departemen Perhubungan memandang
perlu adanya pengembangan salah satu bandara yang ada di
Joglosemar tersebut untuk mengimbangi pertumbuhan kawasan itu
pada masa mendatang. Setelah melalui kajian yang mendalam melalui
konsultan JICA (Japan Internatioanal Coorperation Agency) terhadap
3 bandara yang ada di kawasan joglosemar yaitu Bandara Adi
Soemarmo, Bandara Adisucipto, Bandara Ahmad Yani, akhirnya
disimpulkan bahwa bandara yang sudah sejak tahun 1989 telah
berstatus bandara internasional, yaitu Bandara Adi Soemarmo dinilai
paling memenuhi syarat kelayakan untuk dikembangkan. Melalui
proyek PFBU Dirjen Perhubungan Udara pada tahun 1996 dimulai
pengembangan tahap I Bandara Adi Soemarmo yang meliputi
pembangunan terminal baru dan apton di sisi utara, serta perpanjangan
29
landasan pacu (runway).
Bandara Adi Soemarmo memiliki berbagai keunggulan,
sehingga diharapkan memiliki prospek yang cerah untuk dapat
dikembangkan pada masa mendatang. Oleh karena itu, manajemen
Bandara Internasional Adi Soemarmo memproyeksikan bandara ini
sebagai The Premier Air Gateway of Central Java and Yogyakarta,
terutama untuk kegiatan pariwisata, industri dan perdagangan.
Letak Bandara Internasional Adi Soemarmo sangat strategis,
berada di dekat kota Solo yang sejak zaman Hindia Belanda dikenal
sebagai salah satu pusat pertumbuhan industri dan perdagangan di
jalur selatan Pulau Jawa. Selain itu, Bandara Internasional Adi
Soemarmo terletak hanya 60 km dari Yogyakarta yang merupakan
kota daerah tujuan wisata ke-2 setelah Pulau Bali serta 100 km dari
kota Semarang yang merupakan kota industri dan perdagangan
terbesar ke-3 setelah Jakarta dan Surabaya.
Tanggal 7 Maret 2009, terminal baru Bandara Internasional
Adi Soemarmo diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono. Terminal yang terdiri dari 3 (tiga) lantai tersebut
dibangun di atas lahan seluas 13.000 𝑚2 dan menelan biaya 58 miliyar
rupiah. Terminal baru Bandara Internasional Adi Soemarmo memiliki
fasilitas parking stand 9 pesawat bertubuh kecil (narrow body) dan 3
pesawat bertubuh besar (wide body), seperti Boeing 737-200, 73730
300, 737-400.
Terminal baru Bandara Internasional Adi Soemarmo
berbentuk bangunan khas Jawa (Joglo) ini terletak tepat di bandara
lama. Terminal baru mampu menampung 600 orang.
2.
Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan misi dari PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara International
Adi Soemarmo Surakarta adalah sebagai berikut :
a.
Visi Perusahaan
Menjadi salah satu dari sepuluh perusahaan pengelola bandar udara
terbaik di Asia.
b.
Misi Perusahaan
1) Meningkatkan nilai pemangku kepentingan
2) Menjadi mitra pemerintah dan pendorong pertumbuhan ekonomi
3) Mengusahakan jasa kebandarudaraan melalui pelayanan prima
yang
memenuhi
standar
keamanan,
keselamatan,
dan
kenyamanan
4) Meningkatkan daya saing perusahaan melalui kreatifitas dan
inovasi
5) Memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan hidup
3.
Tujuan Perusahaan
Tujuan PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara International Adi
Soemarmo Surakarta antara lain :
31
a.
Meningkatkan kemanfaatan perusahaan bagi stakeholder dengan
perusahaan pelayanan jasa Lalu Lintas Udara dan jasa bandar udara
yang berkualitas tinggi dan efisien.
b.
Agar manajemen dapat memiliki informasi yang dapat digunakan
sebagai pedoman yang terukur dan terstruktur dalam melaksanakan
kegiatan perusahaan dalam jangka waktu 5 tahun.
4.
Jenis Usaha
Jenis – jenis usaha PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara International Adi
Soemarmo Surakarta antara lain sebagai berikut :
a.
Jasa Pelayanan Aeronautika
1) Jasa pelayanan pendaratan, penempatan, dan parkir pesawat
udara.
2) Jasa pelayanan penumpang pesawat terbang.
3) Jasa pelayanan penerbangan dan pelayanan aeronautika yang lain.
b.
Jasa Pelayanan Non Aeronautika
1) Jasa fasilitas kantor
2) Jasa penyewaan ruang dan tanah
3) Jasa pungutan konsesi
4) Jasa advertensi
5) Jasa pelayanan dan pengunjung bandara
6) Jasa parkir kendaraan
7) Jasa penyedia listrik, air, telepon dan pelayanan non aeronautika
yang lain.
32
c.
Operasi penerbangan di PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara
International Adi Soemarmo Surakarta.
PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara International Adi Soemarmo
Surakarta menyelenggarakan 2 jenis operasi penerbangan, yaitu :
1) Operasi penerbangan terjadwal (regular)
Operasi
penerbangan
terjadwal
adalah
operasi
yang
diselenggarakan secara terjadwal atau kontinu yang umumnya
melayani penerbangan komersial.
2) Operasi penerbangan tak terjadwal (incidental)
Operasi penerbangan tidak terjadwal adalah operasi penerbangan
yang diselenggarakan pada waktu yang tidak ditentukan,
misalnya pada waktu yang tidak ditentukan, misi kebudayaan
atau pariwisata, penyelenggaraan embarkasi haji atau acara
khusus yang lainnya memerlukan jasa penerbangan.
5.
Logo Perusahaan
Tulisan Angkasa Pura tampil dengan segar berdampingan dengan kata
AIRPORTS untuk memperjelas bisnis yang digeluti perusahaan.
Warna hijau bermakna bisnis membumi, berakar, tumbuh dan lestari yang
33
dipadu dengan warna hijau yang melambangkan langit atau angkasa.
Dua warna yang berbeda dipadu secara harmonis untuk memberi pesan
tentang : cita – cita setinggi langit dan harus dimulai dengan sinergi konsep
dan kerja yang membumi, berakar, tumbu dan lestari.
6.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi kantor cabang PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara
Adi Soemarmo Surakarta adalah sebagai berikut :
a.
General Manager
General Manager mempunyai tugas antara lain :
1) Sebagai pimpinan tertinggi kantor cabang PT. Angkasa Pura I
(Persero) Bandara Adi Soemarmo Surakarta.
2) Sebagai koordinator dalam pelaksanaan tugas – tugas yang
diemban oleh kantor cabang PT. Angkasa Pura I (Persero)
Bandara Adi Soemarmo Surakarta sesuai dengan pedoman dan
kebijaksanaan yang digariskan Direksi.
3) Mengkoordinir semua tugas yang dilakukan oleh Manager dan
Asisten Manager.
b.
Airport Duty Manager (ADM)
Airport Duty Manager (ADM) merupakan staf fungsional yang
memiliki fungsi penanggulangan masalah pelayanan operasi bandar
udara, yang menjalankan tugasnya secara bergiliran. Dalam
melaksanakan
fungsi
dan
tugasnya
Airport
bertanggung jawab kepada General Manager.
34
Duty
Manager
c.
Kepala Unit Pengadaan
Kepala Unit Pengadaan bertugas menangani pengadaan dan
pemesanan kupon PJP2U. Kepala Unit Pengadaan bertanggung jawab
kepada General Manager.
d.
Manager Operasi dan Teknik
Manager Operasi dan Teknik mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:
1) Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan
kegiatan pelayanan jasa operasi keselamatan dan keamanan
bandar udara.
2) Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan
pelayanan jasa operasi bandar udara.
3) Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan
kegiatan pelayanan jasa operasi lalu lintas penerbangan.
4) Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan
kegiatan pembangunan dan pemeliharaan fasilitas teknik umum
dan peralatan bandar udara.
5) Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan
kegiatan pembangunan dan pemeliharaan fasilitas teknik
elektronika dan listrik bandar udara.
Dalam melaksanakan tugasnya Manager Operasi dan Teknik dibantu
oleh :
1) Asisten Manager Keselamatan dan Keamanan Bandara
Asisten Manager Keselamatan dan Keamanan Bandara mempunyai
35
tugas
membuat
rencana
kerja,
menyelenggarakan
dan
melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan operasi
pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran
serta pengamanan dan penertiban umum bandar udara.
2) Asisten Manager Pelayanan Umum Bandar Udara
Asisten Manager Pelayanan Umum Bandar Udara mempunyai
tugas
membuat
rencana
kerja,
menyelenggarakan
dan
melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan operasi sisi
udara (air side), sisi darat (land side), terminal serta penerbangan
bandar udara.
3) Asisten Manager Operasi Lalu Lintas Penerbangan
Asisten Manager Operasi Lalu Lintas Penerbangan mempunyai
tugas membuat rencana kerja, menyelengarakan dan melaporkan
hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan jasa operasi lalu lintas
penerbangan
serta
menunjang
kegiatan
pencarian
dan
pertolongan kecelakaan penerbangan di daerah adalah aerodrome
traffic zone (ATZ), pelayanan jasa bantuan operasi penerbangan
berupa komunikasi penerbangan dan penerangan aeronautika.
4) Asisten Manager Teknik Umum dan Peralatan
Asisten Manager Teknik Umum dan Peralatan mempunyai tugas
membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil
pelaksanaan kegiatan penyiapan pakai fasilitas bangunan,
landasan, tata lingkungan bandar udara, mekanikal, air bersih,
36
kendaraan operasi, alat-alat besar serta perbengkelan.
5) Asisten Manager Teknik Elektronika dan Listrik
Asisten Manager Teknik Elektronika dan Listrik mempunyai
tugas
membuat
rencana
kerja,
menyelenggarakan
dan
melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyiapan pakai fasilitas
teknik keselamatan penerbangan yang meliputi telekomunikasi
penerbangan, navigasi udara, radar, elektronika dan listrik bandar
udara yang meliputi sistem pembangkit jaringan listrik.
6) Manager Keuangan, Komersial dan Umum
Manager Keuangan, Komersil dan Umum mempunyai tugas
dalam koordinator dalam menyiapkan dan melaksanakan
kegiatan :
a) Komersial dan Pengembangan Usaha
b) Akuntansi dan Anggaran
c) Perbendaharaan
dan
Program
Kemitraan
dan
Bina
Lingkungan (PKBL)
d) Personalia dan Umum
Manager Keuangan, Komersial, dan Umum dibantu oleh
empat Asisten Manager, yaitu :
a) Asisten Manager Komersial dan Pengembangan Usaha
Asisten Manager Komersial dan Pengembangan Usaha
mempunyai tugas membuat rencana kerja menyelenggarakan
dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pengembangan
37
produk jasa, pemasaran dan pemungutan pendapatan jasa
pelayanan aeronautika serta non aeronautika.
b) Asisten Manager Akuntansi dan Anggaran
Asisten Manager Akuntansi dan Anggaran mempunyai tugas
membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan
hasil pelaksanaan kegiatan pencatatan dan pelaporan
akuntansi keuangan, akuntansi managemen, akuntansi
persediaan dan aktiva tetap serta penyusunan, pengendalian
dan pelaporan anggaran Kantor Cabang PT. Angkasa Pura I
(Persero).
c) Asisten Manager Perbendaharaan dan PKBL
Asisten Manager Perbendaharaan dan Program Kemitraan
serta Bina Lingkungan (PKBL) mempunyai tugas membuat
rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil
pelaksanaan
kegiatan
pengolaan
penerimaan
dan
pengeluaran kas atau bank (manajemen kas), administrasi
dan penyimpanan surat berharga, bukti – bukti kekayaan
perusahaan serta penghapusan aset, pengelolaan, penarikan
dan pencairan piutang, perpajakan, pemotongan dan
penyetoran iuran pegawai, kegiatan administrasi lainnya,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan
kegiatan pengelolaan barang persediaan di gudang beserta
administrasi pendukungannya serta penyaluran dana dan
38
pengendalian PKBL.
d) Asisten Manager Personalia dan Umum
Asisten Manager Personalia dan Umum mempunyai tugas
membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan
hasil pelaksanaan kegiatan perencanaan dan pengembangan
personalia,
ketatausahaan
kantor,
hukum,
hubungan
masyarakat, sistem informasi managemen (SIM) sebagai alat
bantu untuk percepatan dan ketepatan pengambilan keputusan
managemen, termasuk perangkat keras dan perangkat
lunaknya, kegiatan pengumpulan, pengelolaan, penyajian
data dan laporan, pengadaan barang dan jasa.
39
STRUKTUR ORGANISASI
PT. ANGKASA PURA I (PERSERO)
KANTOR CABANG BANDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO
SURAKARTA
General Manager
Abdulah Usman
Sales & Shared Service
Departement Head
Junius F. Walenta
Operation Departement
Head
Yaka Sulistya W
Airport Operation &
Readiness Section
Kadari
Safety Management
System & Health
Environment Section
Head
Herdiansyah
Sales Section Head
Annang Setia Budhi
Quality Management &
Customer Service Section
Head
Rini Sri Rahayu
Human Capital &
General Affair Section
Head
Nur Kholismajid
Finance & Information
Tecnology Section Head
Rianda Wahju A
Procurement Section
Head
Ruspandi
40
B. Laporan Magang Kerja
1.
Lokasi Magang Kerja
Magang kerja dilaksanakan di PT. Angkasa Pura I (Persero)
kantor cabang Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo
Surakarta
2.
Jangka Waktu Magang Kerja
Pelaksanaan magang kerja dimulai pada tanggal 4 Februari
sampai dengan 4 Maret 2016 di bagian komersial.
3.
Ketentuan Perusahaan pada Pelaksanakan Magang Kerja yatu:
a. Pelaksanaan magang kerja dimulai dari hari Senin –
Jumat dengan rincian waktu sebagai berikut :

Senin – Kamis
: pukul 08.00 – 16.00 WIB

Jumat
: pukul 07.00 – 13.00 WIB

Istirahat
: pukul 12.00 – 13.00 WIB
b. Memakai pakaian yang rapi hitam putih dan sopan serta
bersepatu
4. Kegiatan Selama Magang
Kegiatan magang di mulai pada tanggal 4 Februari 2016,
dimulai dengan jobdesk pertama yaitu mengambil data dari
AirNav kemudian menginput data yang didapat pada program
yang disediakan pada bagian komersial bagian PJP4U, jobdesk
ke dua adalah mengambil data dari AMC (Air Movement
Control) kemudian sama seperti jobdesk yang pertama data
41
yang sudah didapat diinput diprogram. Jobdesk yang keempat
adalah mengoreksi data-data tersebut. Jobdesk yang kelima
adalah mencetak data tersebut kemudian diserahkan kepada
pihak AIRLINE untuk di rekonsiliasi. Jobdesk yang keenam
adalah mengambil data yang sudah di rekonsiliasi kemudian
menginputnya kembali pada program dan jobdesk yang terakhir
adalah mencetak hasil tagihan yang nantinya di serahkan
kembali pada pihak AIRLINE.
C. Pembahasan Masalah
1. Prosedur Adminsitrasi PJP4U
Prosedur adminsitrasi PJP4U dalam proses penagihan
memiliki prosedur yang pada akhirnya mengeluarkan tagihan
kepada pihak AIRLINE, Prosedur tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan data dari Airport Movement Control
(AMC) prosedur ini digunakan devisi komersial untuk
memperoleh data pergerakan pesawat di area bandara.
Proses ini dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari,
dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari karena tagihan
yang akan diberikan ke pada pihak AIRLINE adalah
tagihan selama 1 (satu bulan).
2. Prosedur yang selanjutnya adalah pencocokan data dari
Airport Movement Control (AMC) dengan sistem
informasi SIOPKOM, prosedur ini dilakukan guna
42
untuk memastikan data yang didapat dari AMC sudah
sesuai dengan data yang ada pada sistem SIOPKOM
tersebut. Selain itu sistem ini juga di gunakan untuk
menghitung biaya extand. Biaya extand adalah biaya
yang di bebankan ke pada AIRLINE yang beroprasi di
luar jam oprasional bandara. (23.00 – 12.00 UTC di
Surakarta + 7 jam). Biaya extand di bebankan dari
jumlah pesawat yang ada di jam extand tersebut, jika
ada AIRLINE dengan dua pesawat maka pembebanan di
tentukan pada jumlah jam pesawat terbanyak.
3. Prosedur selanjutnya adalah Merekonsiliasi data yang
sudah dapat kepada pihak AIRLINE. Data data yang
sudah didapat maka akan di berikan kepada pihak
AIRLINE, data tersebut akan di cocokan dengan data
yang AIRLINE miliki dan jika terjadi ketidak cocokan
data maka pihak AIRLINE akan memberi informasi
kepada divisi komersial kemudian data yang di
laporkan akan dicocokan kembali dengan AMC jika
data tersebut salah makan akan di ganti tetapi jika data
dari AMC sudah sesuai pihak AIRLINE harus tetap
menerima keputusan dari devisi komersial.
4. Prosedur selanjutnya adalah menginput data yang sudah
kembali dari AIRLINE kedalam sistem SAP. Data yang
43
sudah berada di sistem akan diolah (menghitung semua
pemakaian jasa yang di sediakan oleh PT. Angkasa
Pura I (Persero) Bandara Internasional Adi Soemarmo
yang digunakan oleh AIRLINE), kemudian divisi
komersial mengeluarkan tagihan berupa data kepada
divisi ke uangan yang nantinya akan tagihkan kepada
pihak AIRLINE
44
Diagram Alir Prosedur Administrasi PJP4U
KOMERSIAL
Mengambil data dari
AMC
AMC
Memberikan data jam
datang dan jam pergi
pesawat.
KOMERSIAL
Melakukan penocokan
data dari AMC dengan
data system SIOPKOM
AMC
Memberikan data jam
datang dan jam pergi
pesawat.
KOMERSIAL
Menyerahkan hasil
pencocokan data dari
system SIOPKOM
kepada AIRLINE
AIRLINE
Merekonsiliasi Data hasil
pencocokan dari
KOMERSIAL dengan pihak
AIRLINE
KOMERSIAL
Menginput data hasil
rekonsiliasi kedalam
system SAP
AIRLINE
Menyerahkan hasil
rekonsiliasi kepada
KOMERSIAL
KOMERSIAL
Meyerahkan hasil
perhitungan system SAP
kepada divisi FINANCIAL
KOMERSIAL
Melakukan perhitungan
data dari system SAP
45
FINANCIAL
Memberikan nota tagihan
kepada pihak AIRLINE
mengenai kegiatan pesawar
udara selama sebulan
Penerapan Sistem Informasi Manajemen pada PJP4U
(Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, Penyimpanan Pesawat
Udara) PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional Adi
Soemarmo, Surakarta. Menurut Surat Keputusan Direksi PT.
(PERSERO) Angksa Pura I Nomor : KEP. 111 / KB. 10 / 2015
tentang Tarif Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, dan
Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U) untuk Penerbangan dalam
negeri pada Bandar Udara Yang Diusahakan PT. Angkasa Pura I
(Persero) pada tanggal 14 Agustus 2015. Sehubungan dengan hal
tersebut bahwa per 1 januari 2016 terdapat penyesuaian tarif
Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan dan Penyimpanan
Pesawat Udara (PJP4U) untuk penerbangan dalam negri dan
rincian sebagai berikut
i.
Tabel tarif Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan dan
Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U) terlampir.(belum
termasuk PPN)
ii.
Untuk penerbangan domestic dan internasional pesawat
udara dengan berat kurang dari 20.000 kg (dua puluh
kilogram) di kenakan tarif PJP4U dangan berat 20.000 kg.
iii.
Tarif PJP4U tidak dikenakan terhadap :
1. Pesawat Udara Negara yang melakukan penerbangan
non komersial.
2. Pesawat Udara yang khusus dipergunakan oleh Tamu
46
Negara, Kepala Negara, Kepala Negara atau Kepala
Pemerintahan berserta rombongan dalam rangka
kunjungan resmi/Kenegaraan di Indonesia.
3. Pesawat Udara yang digunakan untuk keperluan
pencarian dan pertolongan/Search and Rescue (SAR)
4. Pesawat Udara Milik Kementrian Perhubungan atau
Tentara
Republik
Nasional
Indonesia
Indonesia
yang
(TNI)/
Kepolisian
dipergunakan
untuk
pendidikan Awak Kokpit Peswat Udara atau kegiatan
lainya yang berkaitan dengan pembinaan keselamatan
penerbangan dan kegitan kalibrasi. Selain Pesawat
Udara yang di sebutkan di atas yang tidak dikenakan
tarif PJP4U, Board of Directors dapat membebaskan
pengenaan tarif PJP4U terhadap penerbangan untuk
keperluan misi kemanusiaan.
iv.
Perhitungan tarif pelayanan jasa penempatan untuk
penerbangan domestik dan internasional dalah sebagai
berikut :
1. Penempatan Pesawat Udara di hitung dari saat
Pesawat Udara parkir (block on) sampai dengan
Pesawat Udara meninggalkan tempat parkir (block
off).
2. Penempatan Pesawat Udara sampai dengan 1 (satu)
47
jam
di
bebaskan
dari
tarif
pelayanan
Jasa
Penempatan.
3. Penempatan Pesawat Udara untuk penerbangan
Domestik lebih dari 1 (satu) jam dibebankan tarif
pelayanan jasa penempatan setiap jam.
v.
Penempatan
Pesawat
Udara
untuk
penerbangan
Internasional lebih dari 1 (satu) jam di bebankan 1 (satu)
kali tarif pelayanan jasa penempatan dalam sehari (sehari
= jangka waktu edaran bumi pada sumbunya selama 24
jam).
vi.
Perhitungan tarif pelayanan jasa penempatan tambahan
(parking surcharge) untuk penerbangan domestik dan
Internasional adalah sebagai berikut:
1. Hanya berlaku untuk pesawat udara yang ditempatkan
di aircraft parking stand active melebihi waktu 1 (satu)
jam tarif dihitung setiap jamnya.
2. Dibebankan kepada perusahaan angkutan udara yang
bersangkutan.
3. Khusus penerbangan internasional tarif pelayanan jasa
penempatan tambahan (parking surcharge) dikenakan
kepada pesawat udara yang di tempatkan hanya pada
saat peak hours (00.00 – 04.00 UTC & 08.00 – 11.00
UTC)
48
vii.
Pendaratan Pesawat Udara tanapa izin terbang (flight
approval), dari Menteri Perhubungan cq. Direktur Jendral
Perhubungan Udara dapat dikenakan sanksi tarif
tambahan selain yang di tetapkan dalam keputusan ini,
yang besarnya ditentukan oleh Board of directors dengan
jumlah setinggi-tingginya 100 (sertus) kali tarif pelayanan
jasa Pendaratan Pesawat Udara yang bersangkutan,
kecuali bagi pendaratan darurat. Selain harus membayar
tarif tambahan Pesawat Udara yang mendarat tanpa izin
terbang (flight approval) akan dikenakan sanksi sesuai
peraturan yang berlaku. Untuk penerbangan tidak
terjadwal (non schedule flight), pelunasan pembayaran
Perusahaan Angkutan Udara yang pesawat udaranya
melakukan pendaratan, penempatan dan penyimpan wajib
melunasi pembayaran tarif PJP4U dengan besaran
sebagaimana ditetapkan dalam keputusan ini harus di
selesaikan sebelum Pesawat Udara meninggalkan Bandar
Udara. Penerapan prosedur administrasi pada Bisnis
Pelayanan
Jasa
Pendaratan,
Penempatan
dan
Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U) PT. Angkasa Pura
I (Persero) Bandara Internasional Adi Soemarmo
Surakarta
49
2.
Kendala Yang Dihadapi
Dalam prosedur administrasi PJP4U yang di lakukan PT. Angkasa Pura
I dengan pihak AIRLINE didapati kendala-kendala yang biasanya terjadi
yaitu :
1. Ketidak sesuaian data yang diperoleh dari divisi AMC dengan data
sistem SIOPKOM. Pada prosedur administrasi yang pertama
dilakukan adalah pengambilan data jam datang dan jam terbang
pesawat setelah itu mencocokan data yang sudah diperoleh dengan
sistem SIOPKOM. Terkadang terjadi kesalahan pencatatan data oleh
pihak AMC sehingga data tidak sesuai dengan sistem dan jika hal ini
terjadi akan memperlambat proses selanjutnya. Penanganan dari
kendala ini adalah pihak komersial harus mengechek ulang data pada
divisi AMC kemudian mengupload data kembali kesistem
SIOPKOM.
2. Ketidak sesuaian antara data yang diperoleh dari system SIOPKOM
dengan data yang dimiliki oleh pihak AIRLINE.
Hal ini terjadi karena pihak AIRLINE mencatat data jam datang dan
jam pergi pesawat udara yang tidak sesuai dengan kelangsungan saat
pesawat udara tersebut tiba di tempat parkir pesawat dan saat
pesawat udara akan lepas landas. Sedangankan divisi AMC
mengamati secara langsung (manual) peswat yang tiba dan peswat
yang akan pergi dan langsung mencatat data tersebut. Hal ini yang
50
menyebabkan ketidak sesuaian data saat merekonsiliasi data dengan
pihak AIRLINE. Penanganan dari kendala ini adalah divisi komersial
mengecek kembali data mulai dari AMC kemudian sistem
SIOPKOM dan jika data sudah sesuai dengan keduanya pihak
AIRLINE harus menerima data yang diserahkan.
51
Download