RABU, 12 FEBRUARI 2014 Memastikan Identitas lewat Uji DNA Tan Malaka dieksekusi mati pada 21 Februari 1949. Dengan arahan sejarahwan Belanda, Harry A Poeze, diduga kuat makam Tan Malaka terletak di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kediri, Jawa Timur. Kepastian makam berisi jasad Tan Malaka lewat analisis DNA metode low copy number. Oleh F Suryadjaja T an Malaka tidak meninggalkan keturunan. Meskipun jasad tinggal kerangka tulang, berkat upaya identifikasi dari Tim Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dan bahan sampel DNA keponakan laki-laki Tan Malaka, Zulfikar Kamarudin, maka jasad dalam makam di Selopanggung, disimpulkan sungguh-sungguh kerangka tubuh Tan Malaka. Sebelum itu, Zulfikar berhasil menunjukkan satu profil DNA dari suatu bagian (lokus) Y-Short Tandem Repeats (Y-STR), dan Zulfikar juga 90 persen yakin kerangka tersebut yang akan dianalisis DNA mitokondrianya dengan metode low copy number merupakan kerangka tulang belulang Tan Malaka. Zaman telah berubah, konsep kebenaran nilai juga telah berubah. Pada satu zaman, nilai kebenaran silsilah, terutama dari sosok individu kesohor, cukup dengan fakta sejarah yang diperoleh dari tradisi pencatatan berlatar persamaan persepsi. Namun, adakalanya nilai kebenaran tersebut menjadi tergerus akibat berjalannya waktu, bahkan identitas suatu individu memiliki probabilitas dipalsukan sedemikian rupa sehingga tak sesuai lagi realita peristiwa kejadian yang sesungguhnya. Kini dengan teknik analisis DNA (deoxyribonucleic acid), nilai kebenaran genealogis menemukan kepastiannya jikalau ditemukan homologis (kesesuaian) sekuens DNA dalam satu silsilah keluarga. Kerangka tulang Tan Malaka bukan merupakan peristiwa fenomenal satu-satunya di dunia yang dikonfirmasi identitasnya. Pada Agustus 2012 saat penggalian lapangan parkir dewan kota di Leicester, Inggris, ditemukan kerangka tulang belulang dalam kondisi masih baik. Lewat identifikasi DNA dari tim forensik Universitas Leicester, dipastikan kerangka tersebut berasal dari tubuh Raja Richard III, raja Inggris yang terakhir dari Dinasti Pentagenet, memerintah dari tahun 1483 sampai 1485, dan tewas dalam Pertempuran Bosworth 22 Agustus 1485 saat berusia 32 tahun. Kepastian diperoleh berdasarkan analisis DNA, setelah tim forensik menelusuri profil DNA mitokondria dari individu keturunan keluarga Raja Richard III yang kini berada di Kanada. Tidak hanya masalah identitas untuk elite kesohor yang telah lama meninggal. Berkat sampel DNA mitokondria dari Samantha Hall dan bantuan analisis dari tim forensik Universitas Leicester, kerangka William Briggs, berhasil diidentifikasi secara pasti. William Briggs, 83 tahun silam di Northampton, tepatnya 06 November 1930, dihabisi secara sadis oleh penyandang psikopath Alfred Rouse. Fenomena ini terungkap secara kebetulan, lantaran Samantah Hall ingin meneliti silsilah keluarganya, sehingga teringat bahwa leluhurnya dimakamkan bersama orang-orang tidak dikenal di pemakaman umum Northamptonshire, Inggris. DNA mitokondria dari sampel tubuh korban dan dari pihak keluarga korban, dicari saksi kunci untuk mengungkap identitas tersebut. Padahal, jenazah William Briggs dibakar oleh pembunuhnya untuk maksud memalsukan kronologis peristiwa pembunuhan tersebut. Sementara itu, hing- ga meninggal di tiang gantungan, Alfred Rouse tidak pernah mengungkap identitas korbannya tersebut. Samantha Hall adalah cucu keponakan William Briggs. Kromosom Mitokondria Pada waktu fertilasi terjadi penggabungan DNA dalam sperma dari ayah dan DNA inti sel dalam sel telur dari ibu, sehingga terbentuk satu sel zigot. Namun, DNA dari ayah tidak bergabung dengan DNA mitokondria dalam sel telur ibu. Pasalnya, mitokondria dari sel sperma dihancurkan oleh sel telur saat terjadi proses fertilasi. Dengan demikian DNA mitokondria konsisten murni (eksklusif) diturunkan ibu ke anaknya (matrilineage), baik laki-laki maupun perempuan, tanpa intervensi genom DNA dari sang ayah. Dalam sel tubuh manusia yang berinti sel (nuclear cell) memiliki dua jenis DNA, yaitu DNA dalam inti sel (nuclear DNA, nDNA) dan dalam mitokondria (mitochondrial DNA, mtDNA). Sementara pada sel yang tidak berinti, seperti sel batang rambut, hanya dapat diisolasi atau diekstraksi DNA mitokondria atau kromosom mitokondria. Berukuran 0,5 - 1 mikron, mitokondria adalah salah satu organel (komponen) dalam sitoplasma sel. Mitokondria merupakan tempat produksi energi (adenosine triphosphate, ATP) untuk proses metabolisme sel tubuh manusia. Satu rantai ganda DNA mitokondria membentuk satu lingkaran berdinding rangkap. Terdapat 2-10 untai ganda kromosom DNA dalam satu mitokondria. Satu untai kromosom DNA mitokondria, hanya terdiri dari 37 gen (16.600 nukleotida). Dengan demikian, DNA mitokondria lebih sederhana untuk keperluan analisis sekuens DNA ketimbang kromosom DNA inti sel yang terdiri dari sekitar 5000 gen. Uji DNA mitokondria atau kromosom mitokondria kini telah menjadi salah satu teknik analisis DNA yang mengatasi Popularitas Metode Low Copy Number kendala tatkala bahan sampel ternyata berupa elemen tubuh yang tidak mempunyai inti sel. Pada uji DNA tradisional, kromosom atau molekul DNA pada inti sel merupakan materi kunci untuk identifikasi jasad yang telah meninggal, dan tidak diketahui identitas serta dari keluarga mana berasalnya. Padahal, tidak semua sel tubuh manusia memliki inti sel, misalnya batang rambut dan sel darah merah. Berkat perkembangan analisis DNA mitokondria, meskipun bahan sampel berupa sel yang tidak memiliki inti sel, analisis DNA tetap efektif untuk tujuan memastikan identifikasi suatu jasad yang bahkan hanya terdiri dari kerangka dan rambut. Sedangkan, sampel sel darah merah (eritrosit) yang mudah didapatkan pada lokasi tempat peristiwa pembunuhan terjadi, tidak dapat dipakai untuk analisis DNA. Pasalnya, dalam eristosit tidak terdapat mitokondria maupun inti sel, sehingga tidak memiliki DNA di dalam sel. Beberapa keunggulan kromosom atau DNA mitokondria dibanding DNA inti sel. Kromosom atau DNA mitokondria dari sel tubuh manusia bersifat sangat stabil atau hanya mengalami mutasi sekali dalam 6.000 tahun atau 300 generasi manusia. Dengan demikian, DNA mitikondria lebih efektif untuk tujuan analisis profil DNA dalam genealogi (silsilah keluarga), khususnya pemastian leluhur yang hidup ratusan bahkan ribuan tahun silam, khususnya silsilah dari garis keturunan ibu (matrilineage). DNA mitokondria ditemukan pertama kali oleh Margit MK Ness dan Sylvan Ness pada tahun 1960-an dengan bantuan mikroskop elektron. DNA mitokondria pertama kali dipakai untuk identifikasi kasus pembunuhan di California pada tahun 2002. (11) PADA Januari 2012, ketua tim identifikasi Tan Malaka, Djaja Atmadja menyampaikan hanya tersisa sampel serpihan tulang seberat 1,1 gram dan serpihan gigi 0,25 gram yang diperoleh dari kerangka jenazah yang diduga kuat dari jasad Pahlawan Kemerdekaan Nasional Ibrahim Datuk Tan Malaka untuk keperluan identifikasi DNA metode low copy number (LCN). Meskipun untuk keperluan LCN diperlukan sekitar 100200 miligram bahan sampel tulang dan gigi untuk satu uji identifikasi forensik, namun umur sampel DNA sudah 60 tahun terkubur dalam tanah yang lembab, sehingga diperkirakan mengalami kontaminasi oleh lingkungan sekitarnya. Selain itu, kuantitas DNA relatif sedikit dalam organ tulang dan gigi. Low copy number bertumbuh dari kontroversialitas. Dengan sampel yang teramat sedikit untuk dianalisis, umumnya berkisar 15-20 sel (rata-rata berat satu sel tubuh manusia 0,3 miligram), akurasi hasil pemeriksaan dari LCN sangat diragukan. Alasan selain kontaminan, juga mudah terjadi kerusakan dalam susunan nukleotida. Hingga kini, hanya sedikit laboratorium di dunia ini yang mengakses metode LCN ini lantaran teramat mahal biaya operasionalnya. Walaupun memiliki berbagai keterbatasan dan kelebihan, penyempurnaan teknik prosedur LCN berhasil meningkatkan tingkat keberhasilan yang mana 70-90 persen kasus yang sulit diungkap dengan teknik DNA tradisional, menemukan titik terang dengan metode LCN. Tambahan pula, metode LCN sepuluh kali lebih sensitif ketimbang uji DNA tradisional. Kasus Orang Hilang Boleh saja secara makroskopis tubuh manusia mengalami perubahan akibat proses penguraian (pembusukan, degradasi). Tidak demikian dengan materi molekul DNA (deoxyribonucleic acid). Karenanya, metode LCN dapat diaplikasikan untuk investigasi kasus orang hilang, meskipun sampel berupa keringat yang ditinggal dapat sidik jari yang tertempel di permukaan suatu benda (pintu, dinding, lantai). Satu untai molekul DNA stabil sepanjang hayat hidup manusia, bahkan hingga usia lebih dari 100 tahun. Lebih fantastis lagi, molekul DNA dapat sukses melewati generasi ke generasi dengan hanya sedikit perbuhan. Ikatan kimiawi dalam gugus molekul DNA tidak mudah rusak sekalipun terpapar oleh larutan kimiawi asam kuat dan suhu yang sangat tinggi. LCN bukan teknik analisis DNA yang ekslusif. LCN yang merupakan metode analisis untuk DNA mitokondria, mulai digunakan untuk investigasi sejumlah kasus forensik di Inggris pada 1999. Relevansinya, amat ideal untuk dijadikan standar dalam memastikan identitas dan garis keturunan ibu (matrilineage) dari seorang individu yang sudah tidak bernyawa lagi, bahkan bahan sampel dari kasus yang telah puluhan tahun. Tahun 2001 mulai diakses oleh Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat. LCN bekerja dengan kuantitas sampel DNA yang sangat minim, bahkan materi sampel DNA seberat kurang dari 100 pikogram. Dibanding dengan analisis DNA tradisional metode VNTR (Variable Number Tandem Repeat) yang memerlukan kuantitas DNA seberat 50-1000 nanogram atau 50.000-1 juta pikogram. Sementara, untuk keperluan pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) diperlukan kuantitas DNA seberat 0,5 - 2 nanogram atau 500 - 2.000 pikogram. (F Suryadjaja, dari berbagai re-ferensi-11) – F Suryadjaja, dokter pada Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Deteksi Penyakit Lewat Bau PENYAKIT ternyata bisa dideteksi lewat bau tubuh. Hasil riset para peneliti dari Karolinska Institute, Swedia, menyatakan bahwa manusia bisa mencium aroma tubuh seseorang yang kekebalan tubuhnya dalam kondisi sangat aktif. "Dalam studi ini, kami telah mempelajari kemampuan manusia mendeteksi penyakit lewat bau," ujar salah seorang peneliti, Profesor Mats Olsson, seperti dilansir laman Daily Mail. Para peneliti juga mengungkapkan, terdapat bukti bersifat anekdot dan ilmiah yang menunjukkan bahwa setiap penyakit memiliki bau tertentu. Mereka yang memiliki penyakit scrofula misalnya, disebut memiliki bau seperti bir basi. Sementara itu, mereka yang menderita diabetes kadang-kadang memiliki bau napas seperti aseton. Olsson menjelaskan, kemampuan mendeteksi lewat bau ini akan membantu manusia menghindari penyakit berbahaya. Dalam penelitian ini, Olsson bersama timnya meminta delapan partisipan sehat untuk mengunjungi laboratorium mereka. Kemudian, para partisipan disuntik dengan sejenis lipopolisakarida (LPS). Delapan partisipan ini juga menggunakan kaus ketat untuk menyerap keringat mereka selama empat jam. Setelah itu, sekelompok relawan yang terdiri dari 40 orang diminta mencium sampel keringat delapan orang tersebut. Hasilnya, kaus partisipan yang telah disuntik LPS memiliki bau yang tidak menyenangkan dibandingkan kaus lainnya. Selain itu, kaus milik partisipan yang disuntik LPS memiliki bau tidak sehat. Studi ini menunjukkan bahwa "manusia memang dapat memisahkan antara bau orang sakit dan sehat " empat jam setelah sistem kekebalan tubuh diaktifkan. Mereka juga menemukan bahwa semakin besar respons kekebalan peserta pada racun, maka semakin tinggi peringkat sampel tidak disukai. Para peneliti mengatakan kemampuan untuk mendeteksi orang-orang sakit dengan bau mereka dapat melindungi orang sehat. Hal ini tentu akan membantu kita menghindarkan diri dari orang sakit. Namun, karena studi baru dilakukan di laboratorium dan peserta disuntik dengan racun tunggal, belum jelas apakah hasil yang sama akan terlihat di luar laboratorium pada orang yang memiliki infeksi lain. *** Alasan Medis Pria Harus Menikah TIDAK hanya wanita yang harus bersegera menikah. Secara medis, ada alasan yang mengharuskan laki-laki juga harus cepat-cepat menikah. Menurut sebuah penelitian, risiko mutasi genetik bisa terjadi pada pria seiring bertambahnya usia mereka. Penelitian tersebut dilakukan University of Queensland, Australia dengan melibatkan tiga juta anak yang lahir di Denmark dalam kurun waktu 1955 hingga 2006. Hasilnya, anak yang ayahnya berusia lebih dari 45 tahun berisiko 34 persen lebih tinggi mengidap gangguan mental seperti autisme dan skizofrenia. Jumlah itu jauh lebih besar dibanding anak-anak yang ayah mereka telah berketurunan saat usianya masih di kisaran 25-29 tahun. ''Selama ini, kita selalu mengira usia seorang ayah tidaklah jadi masalah. Tapi, nyatanya kita salah. Pria yang lebih tua saat punya anak, layaknya bom waktu mutasi (genetik),'' ujar tim peneliti, Profesor John McGrath, seperti dilansir Telegraph. Dr Allen Pacey, pakar kesuburan dari University of Sheffield yang juga dosen Andrologi mengatakan, pria memang dapat menghasilkan sperma sepanjang hidup mereka. Namun, kesehatan anak yang dilahirkan dari sperma ayah dengan usia matang lebih berisiko. Meskipun,risiko itu masih lebih rentan terjadi pada ibu yang melahirkan di usia matang. Tapi, bagaimana pun, ini patut menjadi perhatian agar tak melulu wanita yang didorong untuk segera menikah. Penelitian lain yang dilakukan di Islandia pada 2012 juga menemukan, ayah yang lebih tua cenderung mewarisi lebih banyak gen termutasi. Hal itu diamini Profesor McGrath, yang dalam penelitiannya menduga bahwa sperma dari pria yang lebih tua, lebih banyak mengandung DNA rusak. ''Padahal, mutasi dalam sel sperma yang berkembang bisa jadi berkontribusi terhadap peningkatan risiko berbagai jenis gangguan mental, termasuk skizofrenia, autis, dan keterbelakangan mental,'' katanya. Skotlandia. Dalam studi itu, para peneliti secara acak membagi peserta menjadi dua untuk mengikuti program pengurangan berat badan bersama pelatih sepak bola komunitas selama 12 sesi yang dilakukan setiap pekan. Sebanyak 374 pria dalam kelompok yang mendapat intervensi memulai program pengurangan berat badan dalam tiga minggu dan 374 pria dalam kelompok pembanding masuk dalam daftar tunggu selama 12 bulan. Namun semua peserta mendapat panduan pengaturan berat badan selama menjalani program tersebut. Setelah 12 bulan, peneliti membuat ratarata penurunan berat badan pada 333 pria (89 persen) dari kelompok intervensi dan 355 pria (95 persen) dari kelompok pembanding yang menyelesaikan program tersebut. Dan perbedaan rata-rata penurunan berat badan antara dua kelompok tersebut 4,94 kilogram. Para peneliti menyatakan, program itu bisa efektif menurunkan berat badan karena para peserta menikmati program pengurangan berat badan khusus untuk laki-laki sekaligus menyalurkan hobi sepak bola mereka. *** Sepak Bola untuk Atasi Obesitas HASIL studi terbaru yang dilakukan di Skotlandia menunjukkan bahwa bermain sepak bola bisa membantu pria mengurangi berat badan dan mengatasi obesitas. Sebagimana dipublikasikan di jurnal The Lancet, Prof. Kate Hunt PhD dari Unit Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Sosial University of Glasgow di Inggris dan rekan-rekannya melakukan penelitian terhadap 747 pria penggemar sepak bola berusia 35-65 tahun dari 13 klub penggemar sepak bola di *** Sinar Matahari Bantu Kurangi Tekanan Darah Tinggi PAPARAN sinar matahari dapat membantu mengurangi tekanan darah tinggi. Penelitian terbaru dari Universitas Southampton di Inggris menunjukkan, paparan sinar matahari mengubah kadar Nitrat Oksida (NO) dalam kulit, melebarkan pembuluh darah dan demikian mengurangi hipertensi. "Sejumlah kecil NO dikirimkan dari kulit ke sirkulasi, menurunkan kesibukan kerja pembuluh darah. Seperti halnya menurunkan tekanan darah, begitu pun risiko serangan jantung dan stroke," kata professor of experimental medicine dari University of Southampton, Martin Feelisch, seperti dilansir Channel News Asia. Dalam riset tersebut, tim peneliti menganalisis 24 relawan yang masing-masing diberikan paparan sinar ultraviolet (UVA) dari lampu tanning selama 20 menit dalam dua sesi. Pada sesi pertama, relawan diberikan paparan sinar ultraviolet dan panas lampu. Sementara pada sesi ke dua, paparan sinar ultraviolet dihentikan jadi hanya panas lampu saja yang menerpa kulit relawan. Hasil penelitian menunjukkan, tekanan darah para partisipan menurun secara signifikan karena terpapar sinar ultraviolet. Penemuan ini menjadi data pelengkap mengenai tekanan darah dan penyakit kardiovaskular yang diketahui bervariasi, tergantung musim dan wilayah (garis lintang). Penderita tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan di negara yang berada jauh dari equator, tempat di mana sinar ultraviolet dari matahari lebih rendah intensitasnya. "Menghindari paparan sinar matahari berlebih dapat mencegah kanker kulit, tetapi tidak terkena sama sekali, takut, bisa meningkatkan risiko penyakit jantung," ujar Feelisch. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan sejumlah masalah seperti penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal. Pada beberapa orang, tekanan darah tinggi dapat juga menyebabkan gangguan penglihatan. Menjalani diet sehat, aktif melakukan kegiatan fisik, menjaga berat badan normal, tidak merokok dan belajar mengelola stress, dapat membantu kita menjaga tekanan darah tetap normal. (Nur Hidayatullah-11 )