LAPORAN PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN IDENTIFIKASI KEHIDUPAN SOSIAL PETANI JAMBU MERAH (Psidum Guajava) DI DUSUN GANDUL DESA DALISODO Oleh : Najla Thufailla A Fariz Al Dzikrulloh Marcelina Melvyn G S Huril Maknunin Muhammad Hervansyah 155040201111074 155040201111085 155040201111089 155040201111061 155040201111062 Kelompok: A4 Kelas: A Asisten: Qothrunnada Rawdhah & Annisa Firdauzi PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2016 i LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN IDENTIFIKASI KEHIDUPAN SOSIAL PETANI JAMBU MERAH DI DUSUN GANDUL DESA DALISODO Disetujui, Asisten I, Asisten II, Qothrunnada Rawdhah NIM. 135040201111380 Annisa Firdauzi NIM. 155040107111008 ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan berkenaan dengan praktikum Sosiologi Pertanian. Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas makalah praktikum sosiologi pertanian yang membahas mengenai aspek sosiologi petani di desa Dalisodo. Tak lupa kami ucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para asisten dan rekan - rekan kelas A, karena dalam proses pendalaman materi sosiologi pertanian, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi serta saran. Dalam pembuatannya, tentunya makalah ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat diberikan kepada kami dalam rangka mencapai kesempurnaan, agar nantinya dapat bermanfaat bagi rekanrekan lainnya. Malang, 10 Mei 2016 Penulis ( Fariz Al Dzikrulloh, 155040201111085) iii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... v 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Tujuan Praktikum .............................................................................. 2 1.3 Manfaat .............................................................................................. 2 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geografis Dusun Gandul Desa Dalisodo ........................................... 3 2.2 Aset dan Modal Pertanian .................................................................. 3 2.3 Kebudayaan ....................................................................................... 4 2.4 Kelembagaan Pertanian ..................................................................... 4 2.5 Perubahan Sosial ................................................................................ 5 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Identifikasi Petani Jambu Merah ....................................................... 6 3.2 Aset dan Modal Pertanian .................................................................. 8 3.3 Pola Tanam Pertanian Petani ............................................................. 9 3.4 Kebudayaan Petani ............................................................................ 11 3.5 Kelembagaan atau Pranata Sosial Di Dusun Gandul Desa Dalisodo 15 3.6 Perubahan Sosial Petani ..................................................................... 17 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 19 4.2 Saran .................................................................................................. 20 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Petani Jambu Merah ........................................................................ 6 v DAFTAR TABEL Tabel 1. Penanganan Terhadap Hama............................................................. 6 Tabel 2. Pemilikan Sarana Transportasi Dan Komunikasi ............................. 8 Tabel 3. Pemilikan Ternak .............................................................................. 8 Tabel 4. Pemilikan Lahan ............................................................................... 9 Tabel 5. Pola Tanaman Lahan ........................................................................ 10 Tabel 6. Penanganan Terhadap Hama ............................................................ 10 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. (Dimas, 2012). Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagaiintensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan (Rifaldi, 2013). Oleh karena itu, perlu diadakan kegiatan wawancara terhadap petani dengan cara terjun langsung ke lokasi pengamatan. Kegiatan yang kami lakukan adalah mengidentifikasi mengenai Kehidupan Sosial Petani Jambu Merah (Psidum Guajava). Topik wawancara meliputi pola tanam yang diterapkan, cara pengangan terhadap hama, kebudayaan yang dianut, dan status kepemilikan lahan. Pada kegiatan kali ini, kami mewawancarai narasumber yang memiliki mata pencaharian sebagai petani jambu merah dan Desa yang kami kunjungi sebagai lokasi pengamatan yaitu Desa Dalisodo. (Najla Thufailla Anessa, 155040201111074) 2 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari kegiatan wawancara yang dilakukan di Desa Dalisodo, antara lain; a. Untuk mengetahui pola tanam yang diterapkan oleh petani di Dusun Gandul Desa Dalisodo b. Untuk mengetahui kebudayaan yang dianut oleh petani di Dusun Gandul Desa Dalisodo c. Untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi pada Dusun Gandul Desa Dalisodo d. Untuk mengetahui Aset dan Modal Pertanian yang dimiliki oleh petani di Dusun Gandul Desa Dalisodo e. Untuk mengetahui Kelembagaan atau Pranata Sosial Di Dusun Gandul Desa Dalisodo (Najla Thufailla Anessa, 155040201111074) 1.3 Manfaat Manfaat dari kegiatan fieldtrip yang dilakukan di Desa Dalisodo, antara lain : a. Bagi Penulis diharapkan agar mahasiswa mengetahui bagaimana kondisi sosiologi pertanian disebuah desa serta masalah masalah dari kelembagaan, kebudayaan dan perubahan sosial terkait bidang pertanian yang terjadi didesa tersebut. b. Bagi pembaca diharapkan agar dapat memahami kondisi sosiologi pertanian yang ada di desa Dalisodo dengan cara mengidentifikasi hasil dari wawancara yang dilakukan oleh penulis (Fariz Al Dzikrulloh, 155040201111085) 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geografi Dusun Gandul Desa Dalisodo Menurut Bagian Pengelola Data Elektronik Malang (2014) geografis dusun Gandul Desa Dalisodo memiliki data Sebagai berikut: Dusun Gandul Desa Dalisodo terletak di Kecamatan Wagir adalah salah satu dari 33 kecamatan yang ada di Kabupaten Malang yang terletak di Belahan Selatan Wilayah Kabupaten Malang. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Wagir adalah sebagai berikut : Timur : Kota Malang Selatan : Kecamatan Pakisaji, Ngajum, Barat : Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar Utara : Kecamatan Dau Luas kawasan Kecamatan Wagir 75,43 km2, kondisi topografi Kecamatan Wagir merupakan daerah datar dan perbukitan pada ketinggian 474 meter diatas permukaan laut (dpl). (Fariz Al Dzikrulloh, 155040201111085) 2.2 Aset dan Modal Pertanian Pengertian aset adalah segala hal yang ada dalam komunitas yang berpotensi dalam pengembangan komunitas tersebut. Baik itu berupa aset individual atau aset komunitas. Ada beberapa aset komunitas yang perlu dipahami dalam proses pemberdayaan masyarakat, yaitu: 1. Modal Fisik (Physical Capital) Modal fisik merupakan sarana yang membantu masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya, yaitu: a. Bangunan (Buildings) 4 Rumah, pertokoan, gedung, perniagaan, taman, sekolah, dll. b. Infrastruktur (Infrastructure) Jalan raya, jembatan, rel kereta api, sarana pembuangan limbah, sarana air bersih, jaringan telepon, dll. c. Sumber Daya Alam (Natural Resource) (Green and Haines 2007) 2. Modal Manusia (Human Capital) Modal manusia didefinisikan sebagai bakat dan pengetahuan dari anggota-anggota masyarakat. Sangat penting untuk mengetahui bahwa tidak hanya para orang dewasa yang menjadi bagian dari persamaan modal manusia, tetapi anak-anak dan para pemuda juga berkontribusi. Meliputi skill tenaga kerja pasar, skill kepemimpinan, latar belakang pendidikan dasar, pengembangan artistik, apresiasi, kesehatan, dan skill lainnya serta pengalaman (Green and Haines 2007). (M.Hervansyah 155040201111163) 3. Modal Sosial (Social Capital) Modal social sering merujuk pada hubungan social pada masyarakat dan dapat merujuk pada norma-norma kepercayaan dan jaringan sosial yang didirikan (Green and Haines 2007). (M.Hervansyah 155040201111163) 2.3 Kebudayaan Kebudayaan pertanian adalah pilar utama peradaban semua bangsa di dunia perkembangan pandangana, pola pikir, dan perilaku manusia terkait pertanian menjadi cermin proses evolusi peradaban itu (Azra, 2006). (M.Hervansyah 155040201111163) 2.4 Kelembagaan Pertanian Kelembagaan pertanian adalah Kelembagaan usahatani memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku usaha tani (Viswanathan, 2006). Usaha tani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal (Shinta,2011) 5 Hingga saat ini kelembagaan petani diakui masih belum seperti apa yang diharapkan. Salah sat penyebab kondisi demikian adalah kekurang-pedulian terhadap pentingnya menemukan celah masuk (entry-point) kelembagaan, sehingga menimbulkan kebingungan dalam rekayasa kelembagaan yang sesuai dengan tujuan produksi pertanian (Suradisastra, 2008). (M.Hervansyah 155040201111163) 2.5 Perubahan Sosial Menurut soekanto (2009), Definisi perubahan sosial menurut beberapa ahli sosiologi a. Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahanperubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. b. MacIver mengatakan perubahan-perubahan sosial merupakan sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial. c. JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahanperubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. d. Selo Soemardjan. Rumusannya adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. (M.Hervansyah 155040201111163) 6 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Identifikasi Petani Jambu Bapak Iskandar yang akrab disapa Bapak Kandar adalah seorang petani jambu biji yang bertempat tinggal di Dusun Gandul Desa Dalisodo RT 01/RW 01 ,Kecamatan Wagir,Kabupaten Malang.Berikut tabel data keluarga Bapak Kandar untuk lebih jelasnya. Gambar 1. Petani Padi (Bapak Kandar) Tabel 2. Data Keluarga Petani Hubungan No Nama dengan Umur Kepala (tahun) Pendidikan Keluarga 1 Iskandar Kepala Pekerjaan Tingkat 60 Terakhir SMP Keluarga Utama Sampingan Petani Peternak jambu. Bebek. Tahun 2 Tamiyasih Ibu 45 SD Ibu Rumah Tangga. - Tahun 3 Didik Anak 28 Wahono SMP Kuli bangunan. Tahun - 7 4 Daniel Anak 23 SMP Kuli - bangunan. Tahun 5 Dedi Anak 21 SMP Setiawan Petani Membantu jambu. ortu. tahun 6 7 Putri Menantu 21 Hadianti tahun Raisa Putri Cucu 10 Hadianti bulan SMA Mahasiswi. Ibu Rumah Tangga. - - - Seorang petani jambu biji bernama bapak Iskandar yang akrab disapa bapak Kandar berusia 60 tahun dan beragama Islam. Bapak Kandar memiliki istri bernama Tamiyasih berusia 48 tahun. Mereka dikaruniai 3 orang anak bernama Didik Wahono, Daniel dan Dedi Setiawan. Dedi Setiawan memiliki seorang istri bernama Putri Hadianti dan seorang anak bernama Raisa Putri Hadianti. Bapak Kandar memulai pekerjaanmya sebagai seorang petani sekitar 35 tahun yang lalu. Didik Wahono dan Daniel bermata pencaharian sebagai kuli bangunan. Sedangkan Dedi Setiawan bermata pencaharian sebagai petani jambu dan sesekali membantu pekerjaan orang tuanya. Sedangkan Putri Hadianti, istri Dedi Setiawan sekarang sedang melanjutkan studinya sebagai sarjana Pertanian di Universitas Islam Malang. Pada awalnya bapak Kandar menanam jahe, cabai, kacang panjang, kacang tanah, sawi, jeruk keprok dan sekarang Bapak Kandar menanam jambu biji sebagai mata pencaharian utama dan mata pencaharian sampingan adalah berternak bebek. Menurut Bambang Irawan (2007) dalam jurnal yang berjudul “Fluktuasi Harga,Transmisi Harga dan Marjin Pemasaran Sayuran dan Buah” menyatakaan bahwa pada usahatani buah kebutuhan modal usahatani tersebut tidak begitu besar sehingga cukup jarang petani buah yang meminjam modal usahatani dari pedagang buah sehingga kekuatan monopsoni yang terbentuk tidak sebesar pada pemasaran sayuran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Kandar sebagai petani jambu biji yang awalnya bermata pencaharian sebagai petani sayur kemudian beralih menjadi petani buah (jambu biji). Beliau menyatakan bahwa kerugian bertani sayur lebih besar dibandingkan 8 keuntungan.Apalagi bila gagal panen,balik modal saja tidak bisa. Maka dari itu beliau beralih ke petani buah. Perawatannya yang mudah dan keuntungan yang besar merupakan alasan bapak Kandar beralih ke petani buah. (Marcelina Melvyn G S, 155040201111089) 3.2 Aset dan Modal Pertanian Terdapat lima modal yang dijelaskan Ellis(2000) sebagai livelihood asset yaitu modal alam, modal fisik, modal manusia, modal finansial, dan modal sosial. Modal alam merujuk pada sumber daya alam dasar (tanah, air, pohon) yang menghasilkan produk yang digunakan oleh populasi manusia untuk kelangsungan hidup mereka.Sedangkan menurut Esti Laras (2013), aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. Berdasarkan hasil wawancara kami mengenai kepemilikan ternak, berikut akan disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini: Tabel 3.Pemilikan Ternak No 1 Jenis ternak Bebek Jumlah (ekor) menurut status Milik Bagi hasil Ket. 10 ekor - - Kegiatan wawancara kami kepada petani padi pada asset dan modal petani juga membahas mengenai kepemilikan lahan petani. Pada tabel dibawah ini akan disajikan hasil wawancara kami mengenai kepemilikan lahan. Tabel 4. Pemilikan Lahan Sawah Pekarangan Kebun 9 Status Luas lahan (ha) Milik Pribadi - Lokasi - Luas (ha) Lokasi - - Luas (ha) 250 m² Lokasi Dalisodo Di Dusun Gandul Desa Dalisodo RT 01/RW 01 ,Kecamatan Wagir,Kabupaten Malang bapak Kandar tinggal bersama seorang istri,3 orang anak,seorang menantu,dan seorang cucu. Kondisi rumah bapak Kandar tergolong baik dengan lantai keramik, cat yang berwarna-warni dan desain rumah yang tergolong modern. Keadaan genteng dan tembok pun tampak seperti pasca renovasi. Sering kali sepeda motor beliau digunakan untuk mempermudah pengangkutan hasil panen yang dikendarai oleh anaknya Dedi Setiawan. Sedangkan sepeda yang ia miliki, digunakan bapak Kandar sendiri untuk meninjau kebun jambu biji miliknya. Di rumahnya beliau memiliki beberapa barang eektronik seperti 1 unit TV, 4 unit handphone dan 1 unit radio. Namun bapak Kandar dan istrinya sendiri tidak memiliki handphone. Hanya anak-anaknya dan menantunya saja yang menggunakan. Dengan kondisi rumah dan beberapa barang elektronik yang beliau miliki,bapak Kandar tergolong dalam petani yang mampu / bisa dikatakan sebagai petani buah yang sukses. Kebun yang beliau kelola merupakan kebun milik sendiri. Kebun tersebut memiliki luas 250m². Bapak Kandar mengelola kebun tersebut sendiri bersama anaknya dan terkadang ketika panen ia meminta bantuan tetangga dengan upah Rp 25.000/setengah hari. Disamping itu modal pribadi yang digunakan oleh Bapak Kandar yaitu 150 bibit tanaman jambu biji per biji nya waktu itu dibeli dengan harga Rp 20.000. Kemudian disamping itu Bapak Kandar memiliki 10 ekor bebek sebagai pekerjaan sampingan yang nantinya kotoran bebek tersebut digunakan sebagai pupuk kandang yang diaplikasikan ke tanaman-tanaman jambu biji nya setiap satu tahun sekali tanpa ada tambahan pupuk kimia maupun pestisida kimia apapun. Bebek tersebut ia ternakkan di pekarangan belakang rumahnya yang tidak terlalu luas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada Bapak Kandar di Dusun Gandul Desa Dalisodo RT 01/RW 01 ,Kecamatan Wagir,Kabupaten Malang dengan perbandingan jurnal maka diketahui bahwa aset dan modal pertanian yang dimiliki oleh Bapak Kandar memang benar digunakan untuk menunjang kegiatan usaha tani. (Marcelina Melvyn G S, 155040201111089) 10 3.3 Pola Tanam Pertanian Petani Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. (Musyafa’, 2011). Untuk mengetahui mengenai pola tanam dan penanganan terhadap hama dapat dicermati dari tabel berikut: Tabel 6. Pola tanaman lahan lokasi Bulan 2015 5 6 7 8 9 10 Bulan 2016 11 12 1 2 3 4 Dalisodo (dekat Jambu Jambu biji biji Jambu biji Jambu biji rumah) Terkait dengan pola tanam yang dilakukan oleh petani, berhubungan juga dengan penanganan lahan tersebut terhadap hama. Pada tabel berikut disajikan mengenai penanganan terhadap hama. Tabel 7. Penanganan terhadap hama Jenis Komoditas Jenis Hama Penanganan Kelelawar - Takaran ( untuk pestisida ) - Yellow stiky trap+ Jambu biji Lalat buah metrogenol dan plastik transparan kiloan - 11 Menurut wawancara yang telah kami lakukan kepada Bapak Kandar,pola penanaman yang digunakan adalah sistem monokultur. Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang sama. (Anwar, 2012) Bapak Kandar memiliki kebun yang ditanami jambu biji. Bapak Kandar memilih komoditas tersebut dikarenakan pengolahannya yang mudah dan keuntungan yang menjanjikan,selain itu akibat kegagalan sebagai petani sayur dan ajakan dari sang kakak membuat Bapak Kandar membulatkan tekad untuk menjadi petani buah jambu biji. Bapak Kandar menanam tanaman jambu biji dengan jarak 4meter antar tanamanannya. Bapak Kandar memulai menanam buah jambu biji sejak 4 tahun yang lalu. Pengolahan tanah yang dilakukan di kebun milik Bapak Kandar adalah pengolahan tanah konvensional menggunakan cangkul. Untuk bibit, Bapak Kandar membelinya dari petani jambu biji di Temanggung. Bapak Kandar menjual hasil panennya ke tetangga dengan alasan kekeluargaan. Untuk sistem pengairan ke kebun, Bapak Kandar mengandalkan air hujan. Budidaya yang dilakukan Bapak Kandar tidak sepenuhnya lancar dan bebas hambatan. Selalu ada hama yang menyerang tanaman jambu biji. Hama yang paling banyak menyerang tanaman budidaya Bapak Kandar adalah lalat buah. Maka dari itu Bapak Kandar mengandalkan yellow stiky trap yang ditempeli obat metrogenol lalu untuk buah yang akan tumbuh Bapak Kandar menggunakan plastik transparan kiloan yang dibungkuskan pada buah tersebut agar lalat buah tidak dapat menghisapnya. Karena jika itu terjadi,maka didalam buah tersebut akan ada larva yang berasal dari air liur lalat buah yang nantinya merusak kualitas buah. Lalu untuk hama kelelawar menurut Bapak Kandar,serangannya tidak begitu besar dibandingkan lalat buah. Maka dari itu untuk Bapak Kandar tidak melakukan penanganan lebih lanjut terhadap hama kelelawar. (Marcelina Melvyn G S, 155040201111089) 3.4 Kebudayaan Petani 3.4.1 Pengetahuan dan Ketrampilan Menurut bapak Kandar selaku petani yang kami wawancarai kemarin, beliau merupakan petani jambu biji yang tingga diDusun Gandul Desa Dalisodo Kecamatan Wagir Malang. Asal mulanya beliau menjadi petani jambu biji beliau mendapatkan pengetahuan dari serta ketrampilan dari kakaknya sendiri yang juga seorang petani. Setelah mendapat pengetahuan dari kakaknya tentang usaha tani yang 12 dijalaninya saat ini beliau kemudian mengembangkan sendiri pengetahuan-pengetahuan tersebut. Seperti bagaimana memproduksi usaha tani dan bagaimana mengelola usahanya tersebut. Menurut bapak Kandar ketika kami sedang mewawancarainya, selama ini tidak pernah ada penyuluhan yang didapat dari desanya tersebut. Sehingga mayoritas petani dari desa tersebut hanya mengembangkan pengetahuan-pengetahuannya sendiri yang meraka dapatkan. (Huril Maknunin, 155040201111161) 3.4.2. Penggunaan Pupuk Untuk pemupukan yang diberikan pada tanaman jambu biji, bapak Kandar menggunakan pupuk kandang atau pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak bebek milik bapak Kandar sendiri. Tiap 1 tanaman kira-kira membutuhkan pupuk kandang sebanyak 1 karung atau ±20 kg dan diberikan setahun sekali bisa dilakukan diawal tahun atau diakhir tahun. Jika pupuk kandang dari bapak Kandar sendiri kurang, beliau membeli pupuk kandang dari orang lain yang masih saudaranya. Pupuk kandang yang dibeli biasanya sampai 50 karung dan 1 karungnya seharga 20.000. Selain pupuk kandang, bapak Kandar juga menggunakan pupuk kimia jenis ZA yaitu pupuk ponka. Yang diberikan setahun sekali pada bulan 3 awal. Pupuk Ponska yang dibutuhkan dalam pemupukan sebanyak 1 kwintal untuk 150 tanaman pada 1 lahan. Pemberian pupuk kimia tidak bersamaan dengan pemberian pupuk organik. Menurut Sutant (2002) penggunaan pupuk hijau, pupuk hayati, peningkatan biomassa, penyiapan kompos yang diperkaya mampu memperbaiki kesehatan tanah sehingga hasil tanaman dapat ditingkatkan juga aman dan menyehatkan manusia yang mengkonsumsinya. Perawatan yang dilakukan pada tanaman jambu biji ini selain pemberian pupuk secara rutin satu tahun sekali, bapak Kandar juga melakukan perawatan dengan membasmi gulma atau rumput- 13 rumputan dengan memberikan obat gramason. Pemberian obat tersebut dengan cara dikompreskan atau obat itu dicampurkan dengan air kemudian disemprotkan pada rumput-rumputan. Selain dengan cara tersebut dapat juga dilakukan dengan cara konvensional yaitu dengan mencabuti gulma dengan pisau. Namun, dengan cara tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama bisa sampai 10 hari. (Huril Maknunin, 155040201111161) 3.4.3. Penggunaan Pestisida Dalam usaha tani yang dilakukan oleh bapak Kandar, beliau tidak menggunakan pestisida apapun yang diberikan pada tanaman jambu biji yang ada pada lahan kebunnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa budidaya tanaman jambu biji milik bapak Kandar sangat organik, karena bersih dari bahan-bahan kimia dan hal ini sangat bagus karena dalam penggunaan pestisida sendiri dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, seperti udara yang akan tercemar. Seperti yang dijelaskan oleh Sutanto (2002) bahwa hal tersebut merupakan hal yang harus dilakukan oleh petani saat ini dalam bidang pertanian untuk mencari teknologi alternatif dalam mencukupi kebutuhan pangan dengan kualitas yang baik dan menyehatkan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. (Huril Maknunin, 155040201111161) 3.4.4. Alat Pertanian dan Transportasi Lokal Dari bapak Kandar sendiri terdapat alat pertanian konvensional dan juga transportasi lokal yang biasa digunakan untuk mengangkut hasil panen jambu biji. Biasanya ketika sedang panen, tjambu biji yang sudah matang dipetik kemudian dipisahkan antara yang berwarna kuning dan berwarna hijau. Setelah jambu biji terkumpul banyak baru kemudian bapak Kandar menggunakan alat pertanian yang biasa beliau menyebutnya argo untuk mengangkut hasil 14 jambu biji tersebut dan dibawa menuju keluar lahan kebun. Setelah itu baru menggunakan sepeda motor sebagai transportasi lokal yang digunakan untuk mengangkut jambu biji dan dibawa kerumah beliau. (Huril Maknunin, 155040201111161) 3.4.5. Panen dan Pasca Panen Panen jambu biji dilakukan 1 tahun sekali yang disebut dengan panen raya. Sejak penanaman hingga saat ini, budidaya tanaman jambu biji milik bapak Kandar sudah berumur 4 tahun. Sejak 4 tahun ini panen raya terbesar menurut bapak Kandar terjadi pada tahun 2015 dan tahun 2016. Pada tahun 2015 hasil panen raya mencapai ±5 ton 7 kwintal sedangkan panen raya pada tahun 2016 hasilnya mencapai ±6 ton 1 kwintal. Umur tanaman jambu biji yang sudah siap untuk dipanen sekitar 4-5 bulan. Menurut Sadjad (1980) untuk memperoleh benih yang bermutu tinggi dan seragam, penentuan saat panen perlu diketahui. Penentuan kemasakan dapat didasarkan pada warna buah, kekerasan buah, rontoknya buah/biji, pecahnya buah, dan sebagainya. Namun tolok ukur tersebut kurang objektif. Tolok ukur yang objektif untuk penentuan kemasakan benih antara lain adalah bobot kering benih maksimum. Selain dilakukannya panen raya, bapak Kandar juga memanen tanaman jambu biji miliknya 2 hari sekali. Hasil dari panen yang dilakukan 2 hari sekali biasanya mencapai ±15 kg tiap panen. Kegiatan panen tersebut dilakukan dengan waktu yang tidak lama, hanya membutuhkan waktu sekitar 3-5 jam maka kegiatan panen sudah dapat diselesaikan. Sistem yang digunakan ketika panen hanya dengan cara manual yaitu hanya dengan memetik batang buahnya saja. Bapak Kandar sebelumnya juga pernah menggunakan sistem gunting ketika panen, namun menurut beliau dengan menggunakan sistem gunting membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga tidak efisien. Menurut bapak Kandar, semua hasil panen yang didapat kemudian dijual ke tengkulak yang berasal dari desanya atau bisa 15 disebut tetangganya sendiri. Hasil panen diambil sendiri oleh tengkulak ke rumah bapak Kandar. Bapak Kandar hanya menjual hasil panen dalam bentuk buah asli tanpa diolah dijadikan makanan lain. Sistem penjualan yang dilakukan bapak Kandar dan tengkulak berupa harga kiloan jambu biji dengan harga 5000/kg. Hasil yang dijual kemudian dipacking dengan memasukkan jambu biji ke dalam satu kotak besar dimana satu kotak tersebut dapat menampung ±60 kg jambu biji. Adapun dari hasil panen yang di dapat, kadang ada buah yang hampir busuk atau rusak dan itu oleh bapak Kandar buah yang kurang baik tidak diikut sertakan untuk dijual. Namun buah-buah tersebut biasanya diberikan untuk hewan ternak milik bapak Kandar sebagai makanan. 3.5. Kelembagaan atau Pranata Sosial Di Dusun Gandul Desa Dalisodo Kelembagaan pertanian mampu memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan petani saat ini. Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar mereka dapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Suhud, 2005). Status lahan yang dimiliki bapak Kandar merupakan lahan miliknya sendiri. Bapak Kandar mendapatkan lahan tersebut dari membeli kepada orang. Luas lahan yang dimiliki bapak kandar seluas ¼ ha dan beliau mengerjakannya dibantu oleh anaknya yang nomer 3. 3.5.1. Bibit/Benih Pada kegiatan usaha tani yang dilakukan oleh bapak Kandar, beliau menggunakan bibit yang dibeli di Tumenggung Jawa Tengah dengan harga 20.000 perbibit dan bapak Kandar menggunakan 150 bibit untuk lahannya. Bapak Kandar menggunakan pupuk seperti pupuk kimia yang jenisnya pupuk Ponka dengan harga 1 karungnya 20.000, dan beliau juga menggunakan pupuk kandang atau pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak bebeknya. 16 Pada masa tanam dan melakukan perawatan bapak Kandar terkadang di bantu oleh anaknya yang nomor 3, karena anaknya yang nomer 3 sudah berkeluarga dan saat ini sudah mempunyai anak juga, maka dia lebih sering mengasuh anaknya sendiri dirumah sehingga dia lebih membantu pada saat panen saja. (Huril Maknunin, 155040201111161) 3.5.2. Tenaga Kerja Bapak Kandar juga menggunakan bantuan tenaga kerja untuk membantu perawatan pada kebun tanaman jambu bijnya. Biasanya ketika panen bapak Kandar meminta bantuan ke tetangganya sendiri. Ada 2 tenaga kerja yang biasanya membantu bapak Kandar. Mereka sendiri adalah masih keluarga dari baliau. Dengan bantuan yang mereka lakukan , biasanya bapak Kandar memberikan upah harian sebesar 25.000 tiap ½ hari bekerja dimulai jam 7 pagi hingga jam 12 siang. Di Desa Dalisodo menurut bapak Kandar di daerahnya tidak ada kelompok tani, sehingga bapak Kandar kurang dalam hal arahan atau masukan dari sesama petaninya dan cenderung melakukan apapun sendiri dan didesa Dalisodo ini tidak ada penyuluhan ataupun bantuan dari pemerintah setempat. Kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara non formal dan di bentuk atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban dan keserasian, serta mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan bersama (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2002). Kelompok tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani yang berfungsi sebagai media penyuluhan. Kelompok tani sebagai media penyuluhan bertujuan untuk mencapai petani tangguh yang memiliki keterampilan dalam menerapkan inovasi, mampu memperoleh tingkat pendapatan guna meningkatakan kualitas hidup sejajar dengan profesi yang lain, mampu menghadapi resiko usaha, mampu memanfaatkan asas skala usaha ekonomi, memiliki kekuatan mandiri dalam menghadapi pihak-pihak 17 lain dalam dunia usaha sebagai salah satu komponen untuk membangun pertanian maju. (Huril Maknunin, 155040201111161) 3.5.3. Pemasaran Pemasaran hasil panen yang di dapat dilakukan oleh tengkulak yang mengambil hasil panen ke rumah bapak Kandar. Tengkulak tersebut berasal dari desa itu sendiri atu tetangga sendiri dari bapak Kandar. Hasil yang dijual ke tengkulak dengan sistem harga kiloan sebesar 5000 /kg. Kemudian oleh tengkulak tersebut jambu biji kemudian disebarkan dan dijual ke pasar, luar kota, dll. Selain dari tengkulak langganan yang biasa mengambil jambu biji dari bapak Kandar ada beberapa tengkulak lain yang inigin mengambil buah jambu biji dari beliau. Tetapi beliau hanya memberikan hasil panennya kepada tengkulak langganannya saja. Hal ini dikarenakan hasil panennya yang sudah cukup diberikan kepada tengkulak langganannya. Banyaknya permintaan yang ingin mengambil tanaman jambu biji disebabkan karena harganya yang lebih murah dari buahbuah lainnya dan memiliki banyak manfaat seperti pendapat Rismunandar (1989) bahwa jambu biji sebagai salah satu jenis buahbuahan tropis yang ada di Indonesia mulai dikenal dan diketahui masyarakat bukan hanya sebagai buah pencuci mulut saja, kabarnya jambu biji juga dikenal manfaatnya dalam mengatasi beberapa jenis penyakit yang umum, misalnya penyakit disentri dan untuk terapi demam berdarah dengan cara membuat jus dari jambu biji. Oleh karena itu jambu biji mulai banyak diminta keberaadaannya di pasarpasar karena selain manfaatnya yang banyak, harganya yang relatif murah dibandingkan dengan buah-buahan lainnya. (Huril Maknunin, 155040201111161) 3.6 Perubahan Sosial Petani 18 Menurut Robert Morrison Maclver perubahan sosial diartikan sebagai perubahan dalam bidang hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan dalam hubungan sosial tersebut. Sedangkan menurut Selo Soemardjan (1981) perubahan sosial adalah semua perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, di mana perubahan tersebut memengaruhi sistem sosialnya. Perubahan sosial yang dimaksud mencakup nilai-nilai dan pola-pola perilaku di antara kelompokkelompok dalam masyarakat. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, bapak Kandar memulai usaha tani sejak 35 tahun yang lalu ketika beliau berumur 25 tahun. Sebelum menanam tanaman jambu biji bapak Kandar juga pernah menanam sayur-sayuran seperti cabai, kacang panjang, kacang tanah, sawi, dan jeruk keprok. Namun itu semua tidak bertahan lama karena dalam mengelola tanaman-tanaman tersebut bapak Kandar mengalami kegagalan seperti gagal panen. Pada akhirnya sekarang ini bapak Kandar menanam tanaman jambu biji yang sudah berumur 4 tahun. Dari komoditas tanaman ini bapak Kandar belum pernah mengalami kegagalan dalam mengelola tanaman tersebut. Menurut bapak Kandar tidak ada perubahan dalam bidang sosial ataupun dalam bidang pengelolaan lahan kebun milik beliau. Alat yang digunakan dalam pengelolaan dan perawatan kebun yaitu sama menggunakan alat konvensional yaitu cangkul. (Huril Maknunin, 155040201111161) 19 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Bedasarkan dari hasil praktikum sosiologi pertanian yakni wawancara dengan salah satu petani di Dusun Gandul Desa Dalisodo yang bernama Bapak Iskandar. Pekerjaan utama beliau adalah petani jambu merah didaerah tersebut dan memiliki sampingan yakni berternak bebek, beliau berumur 60 tahun dan telah melakukan usaha taninya ini selama kurang lebih 35 tahun. Dalam pemupukan beliau menggunakan pupuk kandang yang dilakukan setiap 1 tahun sekali. untuk pupuk kimia beliau menggunakan pupuk kimia jenis ponska setiap 1 tahun sekali, Pengendalian gulma tidak dilakukan pengendalian hanya dibiarkan saja. Untuk hama yang sering ditemukan adalah lalat buah dan beliau mengendalikannya dengan cara membungkus buah jambu merah dengan plastic dan juga menggunakan alat perekat. Di desa tersebut tidak ada kelompok tani dan tidak ada penyuluhan penyuluhan atau campur tangan pemerintah langsung sehingga dalam hal informasi dan inovasi petani didaerah tersebut masih kurang. Beliau memiliki 1 unit sepeda, 1 unit sepeda motor yang biasa digunakan untuk tranportasi ke lahannya, beliau juga memiliki 4 unit handphone, dan 1 unit radio dan 1 unit tv dirumahnya. Luas lahan beliau adalah 250 m².Selain itu belakang rumah beliau juga digunakan untuk berternak bebek, yang hasil kotorannya biasa digunakan dalam pemupukan Dalam pengolahan usaha tani tersebut beliau dibantu oleh keluarganya terkadang juga ada warga sekitar atau tetangga yang ikut membantu. Dari luar keluarga biasanya 20 beliau memperkerjakan 2 orang perempuan dengan upah harian Dengan kecanggihan yang ada sekarang dalam usahataninya beliau hanya menggunakan alat tradisional . (Fariz Al Dzikrulloh, 155040201111085) 4.2 Saran Saran untuk petani khususnya di Dusun Gandul Dalisodo. Petani diharapkan bermusyawah untuk mendirikan sebuah kelompok tani yang gunanya untuk saling bertukar informasi antar sesame petani didaerah tersebut. Saran untuk pemertintah diharapkan pemerintah atau yang bersangkutan lebih memperhatikan pertanian di wilayah wilayah tertentu dan memperbanyak penyuluhan penyuluhan guna menambah pengetahuan petani sehingga dapat mengembangkan usahataninya dengan baik. (Fariz Al Dzikrulloh, 155040201111085) 21 DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumardi. 2006. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Jakarta: UIN. Dimas. 2012. Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Jawa Tengah (Pendekatan Analisis Input-Output). Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur. 2002. Petunjuk Pengembangan, Bimbingan Penyuluhan dan Kelembagaan Kelompok Tani, Samarinda. Ellis, F. (2000) Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. Oxford: Oxford University Press. Green dan haines. 2007. Asset Building & Community Development Third Edition. SAGE publications. Ira. 2014. Karakteristik Petani Dan Hubungannya Dengan Kompetensi Petani Lahan Sempit. Aceh: Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 Irawan, Bambang. 2007. Fluktasi Harga dan marjin Pemasaran Sayuran dan Buah. Bogor. Pusat Analisi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian JRifaldi. 2013. Cakupan Pertanian. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Laras, Esti dkk 2013. Evaluasi Penerapan Standar Akutansi Keuangan Dalam Pelaporan Aset Biologis (Studi Kasus Pada Koperasi “M”). Malang Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Brawajiya Maclver, Robert Morrison. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 3. Jakarta : PT Gramedia Rismunandar, 1989. Tanaman Jambu Biji. Sinar Baru, Bandung Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 301 hlm Shinta, Agustina. 2011. Perilaku Konsumen:Afeksi Konsumen. Malang, Lab Manajemen Agribisnis/ Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. 22 Soekanto, Soerjono . 2009. Peranan Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru. Jakarta. Rajawali Pers. Soemardjan, Selo. 1981. Perubahan Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Suhud, 2005., dalam Feriyanto, W.K. Peran Koperasi sebagai Kelembagaan Agribisnis dalam Peningkatan Posisi Tawar Petani. Suradisastra, Kedi. 2008. Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Forum AgroEkonomi, Vol. 26 (2). PSE-KP. Hal. 82-91 Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta : Kasinius Syiful Anwar. 2012. Pola Tahun Monokultur. Agroekoteknologi. Litbang Deptan Viswanathan. 2006. Pattern of usage of various electronic media by higher education students. (International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology (IJEDICT), 2006, Vol. 2, Issue 4, pp. 100118). diakses tanggal 11 Juli 2010. Rismunandar, 1989. Tanaman Jambu Biji. Sinar Baru, Bandung 23 LAMPIRAN