File - Sultan Anwar

advertisement
Islam sebagai sebuah agama telah memberikan peran yang cukup signifikan, tidak hanya apa
yang diajarkan Islam ke seluruh manusia tetapi juga terhadap proses kehidupan dari manusia
itu sendiri. Kelompok manusia yang kerap disebut masyarakat, menurut pendapat Emile
Durkheim, seorang sosiolog dari Perancis dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
1. Masyarakat mekanis (pra industri);
2. Masyrakat organis (modern).
Pada masyarakat mekanis, semua peran atau fungsi manusia diturunkan dari satu generasi
kepada generasi lainnya dengan mengusahakan agar tidak terjadi perubahan yang drastis.
Namun pada masyarakat organis, para manusianya tidak lagi hanya meneruskan sesuatu
(perintah, larangan, hukum dan lain-lain) dari generasi sebelumnya tanpa adanya tinjauan
kritis. Pada masyarakat ini sikap inovatif menjadi suatu “hambatan” tersendiri bagi
pemahaman agama yang menurut Durkheim cenderung kepada sesuatu yang statis dan sulit
untuk berubah.
Pembagian 2 kategori di atas, setidaknya mewakili pemahaman sempit dan kerdil dari para
ilmuwan barat yang justru memandang Islam sebagai suatu agama yang lebih menghendaki
adanya “status quo”. Mungkin pemahaman kerdil inilah yang menjadi salah satu alasan dari
ungkapan Ernest Renan, 1862 :
“Islam merupakan pengingkaran total terhadap Eropa….. Islam merupakan penghinaan
terhadap ilmu pengetahuan, penindasan terhadap civil society; Islam adalah bentuk
kesederhanaan spirit bangsa Semit (Yahudi) yang mengerikan, membatasi pemikiran
manusia, menutupnya terhadap ide-ide yang sulit, sentiment yang beradab, dan penelitian
rasional, untuk membuatnya tetap menghadapi sebuah tautology yang abadi : Tuhan adalah
Tuhan”.
Hal senada diungkapkan pula oleh Lord Cromer dalam Modern Egypt :
“Sebagai agama Islam adalah ajaran monoteisme yang luhur, tetapi sebagai sebuah sistem
sosial, Islam telah gagal total. Islam membiarkan wanita dalam posisi serba rendah. Ia
menyatukan agama dan hukum ke dalam sistem yang tidak bisa dipisahkan dan tidak bisa
diubah, sehingga tidak ada elastisitas terhadap sistem sosial. Islam mengizinkan perbudakan
dan secara umum cenderung tidak toleran dengan agama lain. Islam tidak merangsang
pengembangan kekuatan berfikir rasional. Dengan demikian kaum muslim tidak memiliki
harapan untuk mengatur diri atau memperbaharui mereka sendiri”.
Dua pendapat di atas sesungguhnya adalah sebuah “kenyataan” yang senantiasa diangkat oleh
para masyarakat yang anti terhadap Islam. Sebagai muslim, wajib hukumnya bagi kita semua
untuk dapat mematahkan anggapan tersebut, tentunya dengan argumentasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional maupun akademik.
Dalam konteks pembahasan peran atau fungsi, maka prinsip teori fungsional menyatakan
bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi atau berperan akan lenyap dengan sendirinya.
Dengan kata lain, setiap agama memiliki fungsi. Konsekuensinya, setiap yang tidak berfungsi
atau berperan akan hilang atau sirna. Karena sejak dulu hingga sekarang agama dengan
tangguh menyatakan eksistensinya, berarti agama mempunyai dan memerankan sejumlah
peran dan fungsi di masyarakat.
Perintah yang sangat mendasar yang terdapat dalam ajaran Islam adalah mengesakan Tuhan
dan larangan untuk melakukan syirik. Tauhid dan syirik adalah dua sisi yang tidak dapat
dipisahkan meskipun keduanya sangat berbeda.
Dalam Surat al Ikhlas disebutkan tentang persoalan ketauhidan :
ô‰s9qムô$Î#tƒ öNs9ur ÇÊÈ ª!$# ߉yJ¢Á9$# ÇËÈ öNs9 &uqèd ª!$# î‰ymr %ö@è
ÇÍÈ &qàÿà2 7‰ymr·# !©&ÇÌÈ öNs9ur `ä3tƒ ¼ã
1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Sedangkan berkaitan dengan persoalan larangan untuk syirik dapat ditemukan dalam surat
Luqman ayat 13 :
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ (
žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ
13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Perintah mengesakan Tuhan mengandung arti bahwa manusia hanya boleh tunduk kepada
Tuhan.Dan oleh karenanya manusia dijadikan khalifah di bumi dan seluruh alam ditundukan
oleh Allah SWT untuk manusia sebagaimana tercantum dalam surat Ibrahim dan al Nahl
sebagai berikut :
ä!$tB [ šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# ur&Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur tAt“Rr“ #$!ª
ãNä3s9 š•ù=àÿø9$# y™ur‚¤öNä3©9 ( t• ‘zr'sù ¾ÏmÎ/ z`ÏB ÏNºt•yJ¨V9$# $]%ø—Í÷ylt•
yg÷RF{$# »ãNä3s9 t• y™ur‚¤Ín̍øBr’Î/ ( t¾ y“̍ôftGÏ9 ’Îû ̍óst7ø9$#
y™ur ãNä3s9 ‚¤Èû÷üt7ͬ!#yŠ ( t• ôJ¤±9$# t•yJs)ø9$#ur§} y™ur ãNä3s9‚¤ÇÌËÈ t•
u‘$pk¨]9$#ur ÇÌÌÈ Ÿ@ø‹©9$#
32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit,
kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki
untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
33. dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.
tyJs)ø9$#ur ( ãPqàf‘Z9$#ur ãNà6s9 Ÿ@ø‹©9$# u‘$yg¨Y9$#ur }§ôJ¤±9$#ur y™ur‚¤t•
šcqè=É)÷ètƒ ÇÊËÈ M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9; ãB ÿ¾Ín̍øBr’Î/ 3 žcÎ) ’Îû šÏ9ºsŒ¡|‚¤Nºt•7
12. dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintangbintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya).
Firman Allah SWT di atas menunjukan bahwa bumi, langit, laut, serta segala yang ada di
bumi, langit serta laut telah ditundukan oleh Allah SWt untuk kepentingan manusia. Dengan
demikian apabila manusia tunduk kepada alam, maka sesungguhnya manusia telah menyalahi
fungsinya, yakni menyembah atau hanya tunduk kepada Allah SWT.
Konsekuensi dari tauhid adalah bahwa manusia harus menguasai alam dan haram tunduk
kepada alam. Menguasai alam berarti menguasai hukum alam; dan dari hukum alam ini ilmu
pengetahuan dan teknologi dikembangkan. Sebaliknya syirik berarti tunduk kepada alam
sehingga akan berakibat lahirnya kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan.
Jadi terdapat hubungan timbal balik antara tauhid dengan dorongan pengembangan ilmu
pengetahuan dan juga adanya hubungan timbal balik antara syirik dengan kebodohan.
Dengan demikian sumbangan atau peran Islam dalam kehidupan manusia adalah
terbentuknya suatu komunitas yang berkecenderungan prosresif atau inovatif, yaitu suatu
komunitas yang dapat mengendalikan, memelihara, dan mengembangkan kehidupan melalui
pengembangan ilmu dan sains.
Menurut Nurcholis Majid ilmu adalah hasil pelaksanaan perintah Tuhan untuk
memperhatikan dan memahami alam raya ciptaanNya sebagai manifestasi tau penyingkapan
tabir akan rahasia Nya. Untuk kepentingan analisis, tanda-tanda atau rahasia Tuhan dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Jagad raya. Untuk dapat menyingkap rahasia Allah SWT melalui tanda ini maka manusia
harus menggunakan perangkat berupa ilmu fisik, seperti ilmu fisika, kimia, geografi, geologi,
astronomi atau falak.
2. Manusia. Untuk dapat menyingkap rahasia melalui tanda ini maka manusia nya itu sendiri
harus menguasai ilmu yang berkenaan dengan fisik, seperti ilmu biologi, dan kedokteran,
serta psikis seperti ilmu psikologi.
3. Wahyu. Untuk menyingkap tabir rahasia melalui tanda ini, maka manusia memunculkan
ilmu-ilmu keagamaan seperti ‘ulum al Qur’an, ‘ulum al Hadits, tafsir, fikih, ilmu kalam dan
tasawuf.
Paradigma ini sekaligus merupakan jawaban terhadap anggapan dari para ilmuwan barat yang
cenderung berasumsi bahwa Islam akan sulit diterima pada masyarakat modern (organis).
Justru sesungguhnya Islam sangat berhubungan dengan segala aspek perubahan, dalam hal ini
perkembangan ilmu pengetahuan. Beberapa contoh konkrit yang dapat dijadikan rujukan
bahwa Islam, yang diwakili oleh para pemeluknya (muslim) telah lama bergaul erat dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti :
1. Ilmu matematika, yang dipelopori oleh al Khawarizmi dengan karyanya ilmu hitung dan
aljabar. Nama al Khawarizmi di transfer dalam bahasa latin menjadi algorisme atau
algoritme. Selain itu ada juga Umar al Khayam dan al Thusi yang pertama kali menciptakan
serta memperkenalkan angka 0 sejak tahun 873 M dan baru dipergunakan oleh dunia barat
pada tahun 1202 M.
2. Astronomi, yang dipelopori oleh Umar al Khayam dan al Farazi. Kalender buatan Umar al
Khayam diyakini lebih tepat dibanding dengan kalender buatan Gregorius.
3. Kimia, yang dipelopori oleh Jabir bin Hayyan dan zakaria al Razi yang sering disebut
bangsa eropa dengan nama Gaber dan Rhazes.
4. Optik, yang dipelopori oleh Ibnu Haitsam yang mematahkan teori yang dikemukakan oleh
Euklid dan Ptolomeus.
Kedigjayaan cendikiawan muslim di atas tidak hanya menjadi kenangan tentang kejayaan
Islam di masa lalu. Satu hal yang paling penting adalah pemahaman bahwa Islam identik
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga tidak ada dikotomi antara ilmu agama an
sich dengan ilmu non agama, karena pada kenyataannya pada masa lalu tokoh-tokoh ilmuwan
Islam adalah mereka yang mafhum tentang ilmu agama..
Sumber :
Metodologi Studi Islam, Dr.Jamali Sahrodi, Pustaka Setia, Bandung 2008.
Metodologi Studi Islam, Drs.Atang AH, MA dan DR.Jaih Mubarok, Rosda, Bandung 2000.
Download