Infeksi pyogenik berulang Defisiensi imun

advertisement
PENDAHULUAN
Imunitas (tingkat kemampuan proteksi terhadap infeksi)
Skin
BARRIERS
Mucous
membranes
If barriers
penetrated
Phagocytosis
INNATE
IMMUNITY
(Internal Defenses)
Natural Killer cells
Inflammation
Fever
If innate immunity
insufficient
ADAPTIVE
IMMUNITY
Cell-mediated
Immunity
Humoral Immunity
• Imunitas
• Resistensi tubuh terhadap penyakit terutama
penyakit infeksi
• Sistem imun
• Sistem yg terdiri dari sel, jaringan dan molekul yg
memediasi resistensi tubuh terhadap infeksi
• Respon Imun
• Reaksi terkoordinasi dari berbagai komponen
sistem imun terhadap infeksi mikroba, tumor,
transplantasi organ
SISTEM IMUN (SI)
• SI = Host Defense Mechanism
• SI terdiri dari :
• SI non spesifik / innate / natural / native
• SI spesifik / adaptive / acquired
SISTEM IMUN
NON SPESIFIK
FISIK
SPESIFIK
LARUT
SELULER
•
Kulit
Biokimia
•
•
Selaput lendir
•
Lisozim (keringat)
•
Silia
•
Sekresi sebaseus
•
Batuk
•
Asam lambung
•
Sel NK
•
Bersin
•
Laktoferin
•
Sel mast
•
Asam neuraminik
•
Basofil
Humoral
•
Komplemen
•
Interferon
•
CRP
Gambar 1. Sistem Imun (Karnen, 2006)
HUMORAL
SELULER
Sel B
Sel T
• Mononukler
• IgD
• Th1
• Polimorfonukler
• IgM
• Th2
• IgG
• Ts/Tr/Th3
• IgE
• Tdth
• IgA
• CTL/Tc
Fagosit
SI Non Spesifik dan Spesifik
SI Non Spesifik (SI-NS)
• Proteksi terhadap infeksi lini terdepan
SI Spesifik (SI-S)
• Lebih lambat, namun lebih efektif
(memory & specificity)
Dasar mekanisme dari SI non spesifik (innate)
dan spesifik (adaptive) (Abbas AK, 2005)
• Innate Immunity  pertahanan lini terdepan
• Menghalangi masuknya mikroba (barier epitel)
• Mengeliminasi mikroba (sel fagosit, sel NK & sistem
komplemen)
• Adaptive Immunity  melalui limfosit dan produknya
• Sel B  antibodi  memblok dan eliminasi mikroba
• Sel T  eradikasi mikroba intraceluler
Tabel 1. Perbedaan sifat-sifat SI non spesifik dan spesifik (Karnen, 2006)
Nonspesifik
Spesifik
Resistensi
Tidak berubah oleh infeksi
Membaik oleh infeksi
berulang (memori)
Spesifisitas
Umumnya efektif terhadap
semua mikroba
Spesifik untuk mikroba yg
sudah mensensitasi
sebelumnya
Sel yang penting
Fagosit
Sel NK
Sel mast
Eosinofil
Th, Tdth, Tc, Ts
Sel B
Molekul yang penting
Lisozim
Komplemen
Protein fase akut
Interferon
CRP
Kolektin
Molekul adhesi
Antibodi
Sitokin
Mediator
Molekul adhesi
SI Spesifik
Ada 2 tipe :
• Humoral Immunity
• Cell mediated immunity
Tipe dari SI spesifik
(adaptive immunity)
(Abbas AK, 2005)
• Pada humoral immunity : sel B membentuk antibodi
 eliminasi mikroba ekstraseluler
• Pada cell-mediated immunity : sel T mengaktifkan
makrofag untuk memfagositosis sel terinfeksi
(mikroba intraseluler)
• Pada humoral immunity :
• Limfosit B memproduksi antibodi yg
mengeliminasi mikroba ekstraseluler
• Pada cell mediated immunity :
• Limfosit T mengaktivasi makrofag untuk
memfagositosis mikroba / membunuh sel yg
terinfeksi
Molecular / Humoral Immunology
• SI-Non Spesifik
• Komplemen
• C-reaktif protein
• Interferon
• Molekul adhesi
• SI-Spesifik
• Antibodi
• Molekul adhesi
KOMPLEMEN
Merupakan protein dalam sirkulasi yang
membantu aktivitas antimikrobial dari antibodi
AKTIVASI KOMPLEMEN
Tahapan aktivasi pada
jalur alternatif, classical,
lectin adalah mirip,
namun berbeda dalam hal
antibodi dan protein yg
dibutuhkan
Tahapan dini dari aktivasi
sistem komplemen
(Abbas AK, 2005)
Fungsi komplemen (Abbas AK, 2005)
A. C3b atau C4b mengikat mikroba (opsonisasi) dan
mempresentasikan pada sel fagosit melalui reseptor
complemen tipe 1 (CR1)  fagositosis mikroba intraseluler.
C3b juga mengikat mikroba dan mempresentasikan pd sel
fagosit melalui reseptor complemen tipe 3 (integrin)
B. Membrane Attack Complex (MAC) melubangi membran sel
 osmotic lysis daripada sel
C. Dilaporkan peptide kecil-kecil (C5a, C3a & C4a) selama aktivasi
complemen  berikatan pd reseptor neutrofil  menstimulasi
respon inflamasi  destruksi mikroba oleh leukosit
C-Reaktif Protein
• Merupakan protein fase akut
• Kadar  dlm darah pd infeksi akut
• Mengikat molekul fosforilkolin pd mikroba 
melapisi mikroba  difagositosis oleh makrofag
• Dengan bantuan komplemen menyerang bakteri
ekstraselluler
Interferon
• Merupakan glikoprotein yg diproduksi
makrofag aktif, natural killer cell dan sel tubuh
berinti
• Anti virus
• menginduksi sel-sel sekitar sel yg terinfeksi virus
 resisten
• Aktivasi sel NK
Tipe Interferon :
• Tipe I
• IFN- disekresi makrofag & leukosit
• IFN- disekresi fibroblas
• Tipe II
• IFN- disekresi sel T setelah dirangsang
Ag spesifik
Molekul Adhesi (MA)
. Diproduksi oleh sel endotel vaskuler
• MA yg terpenting : integrins
• MA yg lain : P-selectin, L-selectin, E-selectin,
ICAM-1, VCAM
• MA memfasilitasi migrasi sel inflamasi dari
intravaskuler ke ekstra vaskuler / inflammatory
site
Migrasi leukosit ke tempat infeksi (Abbas AK, 2005)
• Pada lokasi infeksi (site of infection) makrofag yg telah
memfagositosis mikroba mengeluarkan sitokin (TNF dan IL-1) 
mengaktivasi sel endotel venule terdekat  memproduksi
selectins, ligans untuk integrins dan chemokins.
• Selectins menarik neutrofil yg rolling untuk menempel pd
endotel venule, integrins memediasi adesi neutrofil & chemokins
mengaktivasi dan memigrasi netrofil melewati endotel ke tempat
infeksi (diapedesis)
Antibodi
Tahapan respon imun humoral (Abbas AK, 2005)
• Pengenalan antigen (mikroba) terhadap limfosit-B naive, dan dgn pengaruh sel T
helper; aktivasi sel B  ekspansi klonal  diferensiasi  antibody secreting cells
• Sebagian sel B aktif membentuk antibodi, sebagian lagi sebagai sel memori
Pembentukan Antibodi
• Antigen merangsang sel B; berdiferensiasi menjadi
IgM antibody secreting cells
• Dibawah pengaruh CD40L (CD40 Ligan) & sitokin :
sebagian berdiferensiasi membentuk berbagai
antibodi (seperti IgG dengan berbagai subclasses,
IgE, IgA)
Class switch imunoglobulin rantai berat (Abbas AK, 2005)
Respon Imun
Aktifasi naïve B cells oleh antigen & signal lainnya
 proliferasi menjadi antigen specific cells (clonal
expansion)  berdiferensiasi menjadi sel efektor
yg mensekresi antibodi
1. Antigen sama
•
Pada respon primer : Naïve
B cells pd kelenjar limfe
perifer teraktivasi,
berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi
antibody secreting cells &
memory cells, sebagian
kembali ke sumsum tulang
•
Pd respon sekunder :
memory B cells teraktivasi
 membentuk antibodi
dalam jumlah yg lebih
banyak
Gambaran respon antibodi primer dan sekunder
(Abbas AK, 2005)
2. Antigen berbeda
•
Antigen X & Y memicu
pembentukan antibodi
yang berbeda
(spesifik).
•
Respon sekunder thd
antigen X lebih cepat
dan kuat daripada
respon primer
(memori) dan berbeda
pula dengan respon
primer thd antigen Y
Spesificity and memory pada imunitas spesifik
(respon primer dan sekunder) (Abbas AK, 2005)
CELLULAR IMMUNOLOGY
• SI-Non Spesifik
• Epithelial barriers
• Sel epithel :
• memblok masuknya mikroba
(physical barrier), juga
• membentuk substansi
antimikrobial
• menjadi tempat limfosit untuk
membunuh mikroba dan sel
terinfeksi
Peranan epitel pada SI non spesifik
(Abbas AK, 2005)
• Phagocytes :
• Neutrophils & monocytes / macrophages
Tahapan maturasi dari fagosit mononukler (Abbas AK, 2005)
• Mononuclear fagosit berasal dari precursor di
sumsum tulang.
• Dalam sirkulasi disebut monocyte, di dalam
jaringan disebut makrofag yg dapat diaktivasi oleh
mikroba.
• Dapat berdiferensiasi menjadi bentuk khusus yg
berada di jaringan berbeda
• Natural Killer Cells (NK Cell)
A. NK-cell memfagositosis sel
pejamu yg terinfeksi
(intracellular microbes / host
cells infected)  eliminasi
sumber infeksi
B. NK-cell merespons IL-12 yg
dikeluarkan makrofag
& mensekresi IFN- yg akan
mengaktivasi makrofag
untuk membunuh
phagocytosed microbes
Peranan NK cell (Abbas AK, 2005)
• Kolaborasi Phagocytes, NK cell, cytokines pd inflamasi
Sitokin pada SI Non Spesifik (Abbas AK, 2005)
Makrofag memberi respon thd sitokin yg dihasilkan mikroba yang
menstimulasi proses inflamasi (leucocytes recruitment) & mengaktivasi
NK cell untuk memproduksi macrophage-activating cytokine (IFN-)
•
SI-Spesifik
•
Limfosit T
• Tahapan aktivasi limfosit T
Naïve T cells mengenali MHCassociated peptide antigens yg
diekspresikan APCs.
T cells merespon dgn membentuk
sitokin (IL-2 dan expressing
receptors utk sitokin tsb) dan
bekerja secara autocrine pathway
 sel proliferasi   clonal sel T
sebagian berdiferensiasi mjd
effector cell dgn berbagai fungsi.
Tahapan aktivasi limfosit T (Abbas AK, 2005)
• Peran TH-1, TH-2 subset CD4 (limfosit T helper)
(Abbas AK, 2005)
A. TH1 cells memproduksi
cytokine IFN- yg mengaktivasi
makrofag utk memfagositosis
mikroba & menstimulasi
pembentukan antibodi yg akan
memacu fagositosis &
opsonisasi
B. TH2 cells spesifik utk
mikrobial atau non mikrobial
protein antigen memproduksi
sitokin (IL-4) yg menstimulasi
produksi IgE,
IL-5  mengaktivasi eosinofil.
IgE berperan pd aktivasi sel
mast.
• Induksi & fase efektor dari cell mediated immunity
(Abbas AK, 2005)
• Respon induksi : CD4+ T cells &
CD8+ T cells mengenali peptide yg
berasal dari protein antigen &
diprsentasikan APC di organ limfoid
perifer. Limfosit T berproliferasi &
berdiferensiasi  efektor cell &
masuk ke sirkulasi.
• Migrasi dari effektor T cells &
leukosit lain ke tempat antigen.
• Effektor T cell dan leukosit lainnya
bermigrasi dari intravaskuler ke
jaringan dgn menempel pd sel
endotel dinding vaskuler akibat
aktivasi sitokin yg diproduksi sbg
respon inflamasi / infeksi
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
= Exessive
= aberrant immune responses
•
Merupakan respon yg berlebih / patologik yg dpt
menimbulkan kerusakan jaringan (tissue injury)
•
Reaksi hipersensitivity terhadap :
•
Antigen asing
•
Antigen tubuh sendiri (self antigen)
PEMBAGIAN REAKSI HIPERSENSITIVITAS
(Gell & Coombs)
1. Tipe I (Immediate hypersensitivity)
(Abbas AK, 2005)
(Roitt 1996)
• Antigen / alergen menembus mukosa, ditangkap oleh APC
• Dipecah  peptide dan berikatan dgn MHC-II  complex
peptide-MHCII
• Dipresentasikan pd sel TH2  dilepas sitokin (IL-4 & IL-13)
 proliferasi sel B  sekresi IgE.
IgE berikatan pd mast cell melalui FcE receptors (FcERI) 
sensitivitas
• Paparan ulang antigen yg sama  cross links   Ca2+
influx  degranulasi mast cell
• Mediator release :
•
pre-formed (histamin, protease)
•
Newly synthesized / lipid-derived mediators
(leukotrienes, prostaglandin)  simtom klinik alergi
2. Tipe II (Antibody Mediated Disease)
(Abbas AK, 2005)
3. Tipe III (immune complex-mediated disease)
(Abbas AK, 2005)
4. Tipe IV (T-cell mediated disease)
(Abbas AK, 2005)
DEFISIENSI IMUN
Defek pd pematangan & fungsi sistem imun
•  kerentanan thd infeksi
•  insiden keganasan
Kecurigaan pd defisiensi imun di klinik bila dijumpai tanda-tanda:
•  kerentanan thd infeksi
• Infeksi rekuren
• Infeksi kronik
• Infeksi oportunistik
• Respon buruk thd terapi antibiotik
• Diare kronik
• Hepatosplenomegali
Gangguan fungsi sistem imun yang umum :
Tabel. Gangguan fungsi sistem imun yang umum (Karmen, 2006)
Gangguan fungsi sistem imun
Penyakit yang menyertai
Defisiensi
Sel B
Infeksi bakteri rekuren seperti otitis media,
pneumonia rekuren
Sel T
Kerentanan meningkat thd virus, jamur dan
protozoa
Fagosit
Infeksi sistemik oleh bakteri yg dalam keadaan
biasa mempunyai virulensi rendah, infeksi
bakteri piogenik
Komplemen
Infeksi bakteri, autoimunitas
Fungsi yang berlebihan
Sel B
Gamopati monoklonal
Sel T
Kelebihan sel Ts yg menimbulkan infeksi dan
penyakit limfoproliferatif
Fagosit
Hipersensitivitas beberapa penyakit autoimun
Komplemen
Edem angioneurotik akibat tidak adanya
inhibitor esterase CI
Pembagian defisiensi sistem imun
Tabel Pembagian defisiensi sistem imun (Karmen, 2006)
Defisiensi imun nonspesifik
A.
Defisiensi komplemen
1.
2.
3.
B.
Defisiensi interferon dan lisozim
1.
2.
C.
Kongenital
Didapat
Defisiensi sel NK
1.
2.
D.
Kongenital
Fisiologik
Didapat
Kongenital
Didapat
Defisiensi sistem fagosit
1.
2.
Kuantitatif
Kualitatif
Pembagian defisiensi sistem imun (lanjutan)
Tabel Pembagian defisiensi sistem imun (Karmen, 2006)
Defisiensi imun spesifik
A.
Defisiensi imun kongenital atau primer
1.
2.
3.
B.
Defisiensi imun fisiologik
1.
2.
3.
C.
Kehamilan
Usia tahun pertama
Usia lanjut
Defisiensi didapat atau sekunder
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
D.
Sel B
Sel T
Kombinasi sel B dan sel T yg berat
Malnutrisi
Infeksi
Obat, trauma, tindakan kateterisasi dan bedah
Penyinaran
Penyakit berat
Kehilangan Ig / leukosit
Stres
Agamaglobulinemia dengan timoma
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
Defisiensi imun nonspesifik
• Defisiensi komplemen
• Infeksi berulang
• Penyakit kompleks imun : SLE, glomerulonefritis
• Defisiensi interferon & lisozim
• Kongenital  infeksi mononukleosis yg fatal
• Didapat  dijumpai pd malnutrisi protein / kalori
• Defisiensi sel NK
• Kongenital  defek osteoklas & monosit
• Didapat : misalnya akibat imunosupresi atau radiasi
• Defisiensi fagosit (sel PMN)
• Infeksi pyogenik berulang
Defisiensi imun spesifik
• Defisiensi imun kongenital / primer
• Defisiensi sistem imun primer sel B
• X-linked hypogamaglobulinemia
• Hipogamaglobulinemia sementara
• CVH (Common Variable Hypogammaglobulonemia)
• Disgamaglobulinemia (defisiensi imunoglobulin selektif)
• Defisiensi IgA
• Defisiensi IgM
• Defisiensi imun primer sel T
• Rentan thd infeksi virus, jamur, protozoa
• Berpengaruh thd fungsi sel B  produksi Ig   respon
vaksinasi (-)
• Sering tjd infeksi
Defisiensi imun spesifik fisiologis
• Kehamilan
Defisiensi imun pd kehamilan bermanfaat utk kelangsungan janin
• Usia tahun pertama
Defisiensi imun pd usia thn pertama berkaitan dgn :
belum matangnya sistem imun
ASI dpt memberi proteksi
• Usia lanjut
Pada usila tjd involusi (atrofi dan  fungsi) dp timus
• Sel T naif 
• Kwalitas respon sel T 
• Sel T memori  tetapi sulit berkembang
• Defisiensi seluler tsb sering disertai dgn :
•  kejadian kanker
• Kepekaan thd infeksi (tuberkulosis, herpes zoster,
ggn penyembuhan infeksi)
• Fenomena autoimun (akb  antivirus sel T)
•  respon thd vaksinasi
Faktor-faktor yg dpt menimbulkan defisiensi imun sekunder
Tabel Faktor-faktor yg dapat menimbulkan defisiensi imun sekunder (Karmen, 2006)
Faktor
Komponen yang kena
Proses penuaan
Infeksi meningkat, penurunan respons terhadap vaksinasi,
penurunan respons sel T dan B serta perubahan dalam kualitas
respons
Malnutrisi
Malnutrisi protein-kalori dan kekurangan elemen gizi tertentu (besi,
zinc); sebab tersering defisiensi imun sekunder
Mikroba imunosupresif
Contohnya: malaria, virus, campak, terutama HIV; mekanismenya
melibatkan penurunan fungsi sel T dan APC
Obat sitotoksik / iradiasi
Obat yg banyak digunakan terhadap tumor, juga membunuh sel
penting dari sistem imun termasuk stem cells, progenitor neutrofil
dan limfosit yang cepat embelah dalam organ limfoid
Tumor
Efek direk dari tumor terhadap sistem imun melalui penglepasan
molekul imunoregulatori imunosupresif (TNF-)
Trauma
Infeksi meningkat, diduga berhubungan dengan penglepasan
molekul imunosupresif seperti glukokortikoid
Penyakit lain seperti
diabetes
Diabetes sering berhubungan dengan infeksi, tetapi mekanisme
belum jelas
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
• Sindroma akb infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus)
• HIV :
• Retrovirus
• Menginfeksi sistem imun terutama sel CD4+
• Destruksi sel tsb
•  sel CD4+
Patogenesis penyakit HIV
Infeksi primer dlm
darah & mukosa
• Beratnya manifestasi penyakit infeksi
Infeksi dlm kelenjar
limfe
HIV berhubungan dgn progresifitas
Sindroma HIV akut,
penyebaran infeksi
ke seluruh tubuh
kelenjar limfe.
penyebaran HIV dari sumber infeksi ke
• Respon imun pejamu dapat mengontrol
sementara daripada infeksi akut tetapi
Respon imun
tak mampu mencegah infeksi kronik
dari jaringan limfe
Masa klinis laten
• Sitokin yg terkontrol sbg respon
daripada infeksi HIV dan mikroba
lainnya 
AIDS
Gambar patogenesis penyakit HIV (Abbas, 2005)
Perjalanan Klinis AIDS
Gambar Perjalanan Klinis AIDS (Abbas, 2005)
Download