Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 7. No.1, Februari 2010 : 1 - 100 Analisis Information Economics pada Penilaian Investasi Sistem Informasi Industrial and Finacial System (IFS) di PT. XYZ Jakarta Endang Haryani Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia E-mail: [email protected] Abstract PT. XYZ Jakarta has accomplished an implementation of IFS. The investment is not only a huge cost, but it also has influenced company’s business process. Therefore, it needs research on investment evaluation of IFS focusing on its finance. The research has applied information economics analysis using financial approach. The results of the research show that the IFS’s benefits are office supplies expense reduction, wages expense decrease, efficiency of transaction handling and customer preference, efficiency of inventory expense, acceleration of auditing, and labor productivity increase. The investment on IFS has given a significant return on investment of 213.18% and payback period of 0.47 year. Keywords: Information Economics, Cost-Benefit, Domain, ROI, Payback Period 1. Pendahuluan Teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi bagian penting dalam proses bisnis perusahaan. Bahkan banyak perusahaan yang sudah menggantungkan diri pada teknologi informasi seratus persen. Hal ini merupakan sesuatu yang lumrah karena memang teknologi terbukti memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, baik dalam hal peningkatan kemampuan bersaing, penanganan transaksi dan layanan, serta mengubah budaya kerja menjadi lebih efisien dan efektif. Beberapa penerapan dari teknologi informasi dan komunikasi antara lain dalam sektor perbankan, sektor perdagangan, pendidikan, dan kesehatan. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi banyak digunakan para usahawan. Kebutuhan efisiensi waktu dan biaya menyebabkan setiap pelaku usaha merasa perlu menerapkan teknologi informasi dalam lingkungan kerja. Teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya digunakan dan diterapkan pada perusahaan berskala besar. Perusahaan berskala kecil seperti usaha kecil menengah (UKM) dan bahkan saat ini beberapa toko juga menggunakan teknologi. Demikian pula PT. XYZ Jakarta, yang mana perusahaan bidang perdagangan ini juga menerapkan teknologi informasi berupa sistem informasi. PT. XYZ merupakan perusahaan keluarga yang didirikan pada tahun 1983. Hingga saat 20 Analisis Information Economics (Haryani) ini pendiri perusahaan ini adalah pemegang saham dan direksi perusahaan. Filosofi bisnis perusahaan ini yang berorientasi pada sektor industri yaitu untuk menjembatani kebutuhan produsen bahan kimia jenis khusus dengan industri pemakai untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak. Pada tahun 2004, PT. XYZ Jakarta menerapkan sistem informasi terintegrasi dengan nama Industrial and Financial Systems (IFS). Dalam penerapannya, IFS melibatkan seluruh bagian di perusahaan. Selain mempengaruhi proses bisnis perusahaan, implementasi sistem ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan waktu penyesuaian yang sangat lama. Pembiayaan dan penyesuaian tersebut diharapkan sebanding dengan manfaat yang dinikmati, bahkan kalau bisa memberikan keuntungan yang lebih. Keberhasilan IFS ini dapat dilihat dari manfaat apa saja yang dirasakan dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sistem ini. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap investasi sistem ini. Evaluasi ini selain menilai kelayakan investasi juga akan memberi masukan dalam peningkatan penggunaan dan pengembangan sistem yang akan datang. Ada banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk penilaian investasi suatu proyek teknologi informasi, salah satunya yang paling populer adalah analisa costbenefit [1]. Metode ini mendasarkan diri pada perspektif manajemen dalam menilai kinerja teknologi informasi yang diimplementasikan dengan menghitung nilai dari setiap elemen teknologi informasi yang memiliki konstribusi terhadap biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh. Namun metode ini tidak mampu menghitung faktor ketidakpastian (uncertainty) dan faktor tidak berwujud (intangible) yang sering ditemukan dalam proyek teknologi informasi. Dalam penerapannya, information economics (IE) merupakan varian dari analisa cost-benefit. Sehingga faktor-faktor tangible yang dihitung dengan analisa cost-benefit akan digabungkan dengan pengukuran dari faktor-faktor intangible. Selain itu prinsip capital budgeting dalam penilaian investasi secara konvensional juga dipakai dalam pendekatan information economics. Masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimanakah penilaian investasi IFS di PT. XYZ Jakarta dengan menggunakan analisis information economics. Adapun pendekatan yang dipakai adalah keuangan (Financial Approach). 2. Kajian Pustaka Information economics merupakan pengembangan dari metode Traditional Cost and Benefit Analysis (TCBA). Metode ini mencoba menjawab kelemahan TCBA yang tidak memasukkan faktor intangible dalam perhitungan. Gambar 1 menunjukkan Framework information economics [2] yang mencakup pendekatan keuangan (Financial approach) dan pendekatan non keuangan (Non-Financial approach). Pendekatan keuangan mencakup faktor tangible dan quasi-intangible (intangible yang dapat diukur secara keuangan), sedangkan pendekatan non keuangan digunakan untuk menganalisis faktor intangible dengan menggunakan kuesioner. Selain itu Framework information economics menganalisis berdasarkan domain faktor yaitu bisnis dan teknologi. 21 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 7. No.1, Februari 2010 : 1 - 100 Financial Approach Analysis of Tangible Values Simple ROI -1 TCBA Analysis of Quasi Intangible Values Simple ROI -2 VL Simple ROI -3 VA Simple ROI -4 VR Simple ROI -5 IV IS/IT Projects Business Domain Assessment Scores (0 - 5) Technology Domain Assessment Scores (0 - 5) Analysis of Intangible Values SM CA MI SA DU IR CR OR etc TU etc etc Non - Financial Approach Gambar 1 Framework Information Economics Biaya (Cost) merupakan sumber daya yang dibutuhkan dalam pembuatan sebuah produk/jasa yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, pada umumnya dalam bentuk mata uang sehingga dapat dihitung [2]. Jenis biaya ada dua yaitu incremental cost yaitu biaya yang timbul dalam sebuah proyek. Misalnya biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), dan discrete cost yaitu biaya yang langsung berhubungan dengan proyek yang bersangkutan. Dalam Information Economics, biaya akan dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya pengembangan dan biaya berjalan. Manfaat (Benefit) merupakan nilai yang diperoleh dari penghematan biaya, peningkatan pendapatan, peningkatan kinerja dan manfaat tak berwujud lainnya [2]. Jenis manfaat ada dua macam yaitu Tangible benefit yaitu manfaat yang dapat dihitung dan QuasiTangible benefit yaitu manfaat yang dihitung atas dasar peningkatan efisiensi yang terjadi dalam suatu proyek, dan Intangible benefit yaitu manfaat yang tidak dapat dihitung. Istilah manfaat dalam information economics selanjutnya akan disebut nilai (Value). Pengelompokan value dari pendekatan keuangan ada empat yaitu 1) Value Linking (VL) yaitu nilai yang digunakan untuk mengevaluasi secara finansial yang merupakan gabungan efek dan investasi TI atas peningkatan kinerja yang memberikan dampak pada fungsi lain; 2) Value Acceleration (VA) yaitu nilai hasil evaluasi secara finansial terhadap percepatan waktu kerja yang pengaruhnya meningkatkan produktivitas yang dapat berupa penyelesaian kerja lebih cepat; 3) Value Restructuring (VR) yaitu penilaian yang berkaitan dengan adanya restrukturisasi (perubahan) terhadap fungsi-fungsi yang ada dan 4) Innovation Valuation (IV) yaitu manfaat yang dinilai dari adanya fungsi baru di perusahaan. Biaya dan manfaat dibedakan dalam dua domain [2] yaitu Domain bisnis yaitu nilai dapat diciptakan dengan adanya TI untuk menghasilkan keuntungan, Domain teknologi yaitu perubahan dan penggunaan TI untuk menghasilkan produk dan jasa, serta pengadaan fasilitas. Biaya dan manfaat perlu dikaji untuk menentukan skor dari suatu proyek. Adapun pendekatan yang akan digunakan [2] adalah 22 Analisis Information Economics (Haryani) Perhitungan ROI Sederhana; Penilaian Faktor Domain Bisnis; dan Penilaian Faktor Domain Teknologi. Model dan Variabel Information Economics dapat dinyatakan sebagai berikut : Nilai Proyek = Bobot ROI Sederhana + Bobot Domain Bisnis + Bobot Domain Teknologi Model dan faktor dari nilai dan resiko diklasifikasikan [2] sebagai berikut: a. Return on Investment (ROI), yang terdiri dari Traditional cost-benefit analysis (TCBA); Value linking (VL); Value acceleration (VA); Value restructuring (VR); dan Innovation valuation (IV) ROI sederhana = TCBA + VL + VA + VR + IV b. Faktor nilai dan resiko domain bisnis, yang terdiri dari Strategic Match (SM); Competitive Advantage (CA); Management Information Support (MI); Competitive Response (CR); dan Organizational Risk (OR) c. Faktor nilai dan resiko domain teknologi, yang terdiri dari Strategic IS Architecture (SA); Definitional Uncertainty (DU); Technical Uncertainty (TU); dan IS Infrastructure Risk (IR) Enterprise Resource Planning adalah salah satu aplikasi back office yang sudah tidak asing lagi, hampir sebagian besar perusahaan di Indonesia sudah mengenal dan menggunakan ERP system. Akan tetapi didalam penerapannya tidak sedikit pula perusahaan yang mengalami kegagalan didalam implementasi aplikasi ini. Karenanya di dalam penerapan aplikasi ini perlu dilakukan perencanaan yang matang sehingga dapat mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. PT. XYZ Jakarta mengimplementasikan ERP system yaitu software IFS dua modul yaitu Modul Financial (General Ledger, Account Receivable, Account Payable, Report Generator, Consolidated Account) dan Modul Distribution (Customer Order, Purchasing, Inventory, Invoicing). 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan dari penelitian deskriptif yakni menggambarkan fenomena yang sesungguhnya terjadi pada suatu peristiwa ataupun populasi, dan penelitian eksploratif yakni menemukan fenomena yang sesungguhnya terjadi. Sedangkan untuk pengambilan data, cara yang digunakan adalah observasi untuk pendekatan dengan perusahaan khususnya bagian Information Technology di PT. XYZ Jakarta, metode wawancara mendalam (indepth interview) dengan pimpinan dan pelaksana proyek implementasi IFS di PT. XYZ Jakarta, dan metode dokumentasi yakni mengumpulkan dan mendokumentasi dokumen-dokumen yang terkait dengan implementasi IFS. Karena dalam penelitian ini menggunakan metode berperan pasif, maka proses analisis dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis komponen. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan metode kuantitatif yaitu analisis information economics pendekatan keuangan untuk mengungkapkan permasalahan 23 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 7. No.1, Februari 2010 : 1 - 100 yang ada dan mengambil kesimpulan. Proyek implementasi IFS menggunakan hari kerja normal PT. XYZ Jakarta. Waktu yang dibutuhkan dari implementasi, penyesuaian hingga mapan adalah lima tahun, dimulai pada Januari 2004. Oleh karena itu pengumpulan data dan analisis dilakukan pada selang waktu tersebut. 4. Hasil dan Pembahasan Biaya investasi IFS terdiri dari biaya pengembangan yang dikeluarkan pada tahun 2004 dan biaya berjalan yang dikeluarkan selama lima tahun. Kedua biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Biaya Pengembangan Industrial and Financial System (IFS) Biaya Jaringan IDR 18.532.500 Biaya Hardware IDR 304.078.875 Biaya Licence IDR 328.440.000 Biaya Implementasi IDR 569.419.500 Biaya Penyesuaian IDR 160.650.000 Total IDR 1.381.120.875 Sumber: Data sekunder, 2004 Tabel 2 Biaya Berjalan Industrial and Financial System (IFS) T hn 1 Thn 2 Thn 3 Thn 4 Thn 5 0 0 0 68.000.000 0 68.000.000 68.000.000 9.200.000 77.200.000 68.000.000 0 68.000.000 68.000.000 9.200.000 77.200.000 0 0 39.054.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20.800.000 0 20.800.000 10.948.000 0 0 0 0 37.000.000 87.002.000 0 10.534.000 30.150.000 0 0 40.000.000 80.684.000 0 15.480.000 30.150.000 23.085.000 0 0 68.715.000 C. Biaya Pesangon 0 15.900.000 17.400.000 45.900.000 93.300.000 TOTAL BIAYA BERJALAN 0 104.700.00 0 181.602.00 0 194.584.000 239.215.00 0 A. Pemeliharaan Aplikasi : Maintenance and support Performance Tunning Sub Total (A) B. Pem eliharaan Hardware : Pembelian Backup Server (HP Prolant DL 380) Pembelian UPSAPCRT XL 2000 VA Peningkatan memory server Peningkatan proc essor server Peningkatan harddisk server Peningkatan Printer Peningkatan Workstation Sub Total (B) Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan, maka analisis manfaat dari investasi IFS yang ditemukan telah di ringkas dalam Tabel 3 yang meliputi potensi manfaat, klasifikasi dan metode pengukuran yang dipakai. Dengan demikian terdapat enam potensi manfaat yang akan dihitung. Sedangkan potensi manfaat nomor tujuh dan delapan diukur dengan kuesioner sesuai domain masing-masing. Namun kedua manfaat tersebut tidak dibahas dalam artikel ini karena hanya membahas information economics dengan pendekatan keuangan. 24 Analisis Information Economics (Haryani) Tabel 3 Manfaat untuk Investasi Industrial and Financial System (IFS) Potensi Man faat/Benefit 1 2 3 4 5 6 7 8 Klasifikasi Aspek Ben efit Domain Value Metode Pen gukuran Pengurangan penggunaan supplies kantor, yaitu kertas, tinta/toner dan pita/ribbon Pengurangan jumlah tenaga kerja Peningkatan efisiensi penanganan transaksi dan ketepatan pemilihan pelanggan Peningkatan efisiensi biaya persedi aan Percepatan waktu untuk proses audit keuangan Peningkatan produktifitas kerja Peningkatan kualitas informasi dan penyajiannya Tangible – Measurable Bisnis Finansial Traditional CostBenefit Analysis Tangible – Measurable Intangible – Measurable Teknologi Finansial Bisnis Finansial Traditional CostBenefit Analysis IE – Value Linking Intangible – Measurable Intangible – Measurable Intangible – Measurable Tangible – Immea surable Bisnis Finansial Bisnis Finansial Bisnis Finansial Teknologi Non Finansial Membantu pencapaian tujuan strategis perusahaan Intangible – Immea surable Bisnis Non Finansial IE – Value Linking IE – Value Acceleration IE – Value Restructuring IE – Kuesioner D omain Teknologi IE – Kuesioner D omain Bisnis Pembahasan penilaian pada bagian ini akan mengacu pada beberapa asumsi. Asumsi untuk Traditional Cost-Benefit Analysis berdasarkan pada penggunaan rata-rata biaya yang terjadi selama sebulan dan pengurangan tenaga kerja yang sesungguhnya terjadi selama lima tahun implementasi proyek. Asumsi untuk Value Linking Analysis berdasarkan pada penggunaan waktu rata-rata harian untuk penanganan transaksi oleh staff. Sedangkan untuk Value Acceleration Analysis, asumsi didasarkan pada waktu kontrak auditor yang telah diperbaharui. Untuk Value Restructuring Analysis, asumsi didasarkan pada pengurangan tenaga kerja yang sesungguhnya terjadi dan judgement analysis oleh pimpinan perusahaan. Sebelum menggunakan IFS, rata-rata penggunaan kertas adalah Rp 5.000.000 per bulan atau Rp 60.000.000 setahun. Setelah menggunakan sistem baru, rata-rata penggunaan kertas menjadi Rp 1.250.000 per bulan atau Rp 15.000.000 per tahun. Dengan demikian terjadi pengehematan biaya operasional dari biaya kertas sebesar Rp 45.000.000 per tahun atau 75%. Sedangkan dari penggunaan tinta/toner untuk mencetak, rata-rata penggunaannya sebelum menggunakan IFS adalah Rp 4.200.000 per bulan atau Rp 50.400.000 per tahun dan setelah menggunakan IFS adalah Rp 1.470.000 per bulan atau Rp 17.640.000. Untuk biaya pita untuk mesin cetak dot matrix, rata-rata penggunaannya sebelum IFS adalah Rp 2.780.000 per bulan atau Rp 33.360.000 per tahun dan setelah menggunakan IFS adalah Rp 973.000 per bulan atau Rp 11.676.000 per tahun. Dengan demikian terjadi penghematan biaya operasional dari biaya tinta/toner dan pita untuk mesin cetak sebesar Rp 54.444.000 per tahun atau 65%. Selain itu perusahaan juga melakukan pengurangan tenaga kerja secara bertahap karena penerapan IFS ini, sehingga terjadi pengurangan biaya tenaga kerja tiap tahunnya. Pengurangan tenaga kerja mulai dilakukan pada tahun kedua yaitu divisi EDP dari lima orang menjadi empat orang, pegawai administrasi dari delapan 25 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 7. No.1, Februari 2010 : 1 - 100 orang menjadi tujuh orang dan sekretaris dari tujuh orang menjadi enam orang. Penghematan yang terjadi adalah sebesar Rp 63.600.000 pada tahun kedua atau penurunan biaya gaji 4.95% dibanding tahun pertama. Pada tahun ke tiga yaitu divisi EDP menjadi tiga orang, pegawai administrasi menjadi enam orang, internal sales dari 12 orang menjadi 11 orang. Penghematan yang dinikmati adalah Rp 69.600.000 pada tahun ketiga atau penurunan biaya gaji 5.70% dibanding tahun kedua. Pengurangan pada tahun keempat adalah divisi EDP menjadi dua orang, pegawai administrasi menjadi empat orang, sekretaris menjadi lima orang, internal sales menjadi 10 orang dan bagian accounting dari 14 orang menjadi 12 orang. Penghematan tahun keempat adalah Rp 183.600.000 pada tahun keempat atau 15.95% dibanding tahun ketiga. Pada tahun kelima adalah pengurangan yang terakhir karena tidak ada pengurangan karyawan lagi di tahun keenam, yaitu divisi EDP ditiadakan artinya tidak ada pegawai di divisi ini, pegawai administrasi tersisa satu orang, sekretaris tinggal dua orang, internal sales dan bagian accounting masingmasing tinggal delapan orang. Penghematan tahun ini adalah Rp 373.200.000 pada tahun kelima atau turun 38.59% dibandingkan tahun keempat. Tabel 4 menunjukkan rangkuman penghematan biaya operasional yang berasal dari biaya kertas, biaya tinta/toner dan pita, serta biaya tenaga kerja. Tabel 4 Pengurangan Biaya Operasional (Rangkuman) Jenis biaya 1 2 63.600.000 45.000.000 12.600.000 Tahun 3 4 5 Biaya tenaga kerja Biaya kertas Biaya tinta/t oner dan pita 0 45.000.000 0 69.600.000 183.600.000 373.200.000 45.000.000 45.000.000 45.000.000 25.200.000 37.800.000 37.800.000 Total Sumber: Data olahan, 2009 45.000.000 121.200.000 139.800.000 266.400.000 456.000.000 Penggunaan IFS juga memberi manfat berupa peningkatan efisiensi penanganan transaksi dan ketepatan pemilihan pelanggan. Dengan sistem ini, kesalahan pada pembuatan Customer Order (CO) semakin berkurang sehingga mengoptimalkan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Hal ini menyebabkan meningkatnya jumlah Customer Order yang dapat dilayani dan akhirnya meningkatkan jumlah pelanggan. Peningkatan jumlah Customer Order menunjukkan adanya kenaikan penjualan, namun pengaruh tidak secara langsung. Disisi lain, penjualan hanya dapat dilakukan berdasarkan track record pembayaran dan kemampuan pelanggan. Dengan demikian jumlah pelanggan yang unqualified dapat dikurangi. Hal ini dapat menurunkan resiko piutang tidak tertagih. Dengan asumsi bahwa sebelum penggunaan IFS Customer Order dapat dibuat selama 30 menit maka rata-rata jumlah Customer Order adalah 60.000 per-tahun dengan jumlah penjualan sekitar Rp 163,568,699,060.00 per tahun. Sesudah adanya investasi, Customer Order dapat dibuat selama lima menit. Jadi ada efisiensi sebesar 93.33%. Sehingga nilai penjualan terbaik yang dihasilkan adalah Rp 316,232,818,183. Sebelum adanya investasi perusahaan menetapkan piutang tidak tertagih sebesar 10% dari nilai penjualan per tahun. Sesudah adanya investasi piutang tidak tertagih diturunkan menjadi 7.5% 26 Analisis Information Economics (Haryani) dari nilai penjualan per tahun. Dengan demikian keuntungan ekonomis yang dapat diperoleh perusahaan adalah Rp 7.905.820.455. Keuntungan ekonomis hanya dinikmati pada tahun kedua, karena setelah itu Customer Order tidak ada perubahan efisiensi (stabil) dan ketetapan piutang tidak tertagih tidak ada perubahan presentase Manfaat yang lain adalah adanya peningkatan efisiensi biaya persediaan. Hal ini terkait dengan waktu dan jumlah pembelian sesuai stok di gudang. Pembelian barang disesuaikan dengan waktu dan jumlah persediaan yang ada, supaya tidak terjadi penumpukan barang di gudang. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghemat biaya persediaan. Penghematan ini akan mempengaruhi nilai persediaan dan akhirnya pada biaya persediaan yang ditanggung perusahaan menjadi lebih kecil. Sebelum adanya IFS perusahaan menetapkan safety stock sebagai biaya persediaannya sebesar 10% dari nilai penjualan per tahun. Sesudah adanya investasi safety stock ditetapkan menjadi 5% dari nilai penjualan per tahun. Dengan memperhitungkan nilai penjualan terbaik yang dihasilkan perusahaan, maka keuntungan ekonomis yang dinikmati adalah Rp 8.178.434.953. Tabel 5 menunjukkan rangkuman keuntungan ekonomis yang berasal dari kedua manfaat value linking diatas. Tabel 5 Keuntungan ekonomis dari Value Linking (Rangkuman) Jenis Benefit 1 2 Tahun 3 4 5 1 2 Total - 7.905.820.455 8.178.434.953 16.084.255.408 - - - Sumber: Data olahan, 2009 Dari aspek akselerasi, perusahaan juga menikmati keuntungan ekonomis yaitu adanya waktu untuk audit keuangan lebih cepat. Sebelum adanya investasi laporan keuangan di-audit dalam waktu enam bulan. Setelah adanya investasi laporan keuangan dapat di-audit dalam waktu satu bulan. Dengan demikian terjadi percepatan yang sebesar 83.33%. Jika nilai kontrak dengan auditor adalah Rp 10.000.000 per bulan atau Rp 60.000.000 per enam bulan, maka nilai keuntungan ekonomis adalah Rp 50.000.000. Tabel 6 menunjukkan rangkuman keuntungan ekonomis yang berasal dari manfaat value accelaration. Tabel 6 Keuntungan Ekonomis dari Value Acceleration (Rangkuman) Jenis Benefit 1 Tahun 1 2 0 50.000.000 3 50.000.000 4 50.000.000 5 50.000.000 Sumber: Data olahan, 2009 Perusahaan ini melakukan pengurangan tenaga kerja yang diimbangi dengan upaya peningkatan produktifitas pegawai. Tabel 7 menunjukkan rangkuman perhitungan produktifitas yang dihitung dari besaran biaya gaji di perusahaan ini 27 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 7. No.1, Februari 2010 : 1 - 100 pada tahun pertama. Mengacu pada peningkatan penjualan, serta efektifitas dan efisiensi kerja, pimpinan perusahaan berasumsi bahwa telah terjadi peningkatan produktifitas sebesar 5% tiap tahunnya. Tabel 7 Keuntungan Ekonomis dari Value Restructuring (Rangkuman) Sebelum penerapan IFS Sesudah penerapan IFS Keuntungan ekonomis Total produktif Rp 9.425.000 Rp 9.894.000 Rp 469.000 Total Non produktif Rp 1.3 75.00 0 Rp 906.000 Sumber: Data olahan, 2009 Lembar dampak ekonomis yang disajikan dalam bentuk tabel menggambarkan ROI akhir dari analisis information economics dengan pendekatan keuangan. Tabel tersebut terdiri dari lima bagian. Bagian pertama adalah nilai investasi proyek IFS. Bagian kedua adalah arus kas tahunan dari pendapatan dan keuntungan ekonomis yang dinikmati, serta biaya yang terjadi, kemudian menghasilkan arus kas bersih. Bagian ketiga merupakan Net Present Value (NPV) dari nilai arus kas bersih dengan memperhitungkan nilai discount factor sesuai BI rate sebesar 6%. Bagian keempat adalah nilai ROI akhir yang diperhitungkan berdasarkan NPV dan nilai investasi proyek. Bagian kelima yaitu bagian terakhir menunjukkan posisi ROI pada daftar skor. Tabel 8 Lembar Dampak Ekonomis Investasi IFS Lembar Dampak Ekonomis Proyek Investasi IFS ROI AKHIR IFS A B Investasi Proyek IFS Arus kas tahunan: untuk periode 5 tahun 1,381,120,875 Tahun 1 Nilai keuntungan ekonomis: Value linking Value acceleration Value restructuring C D E Pengurangan biaya operasional Pendapatan sebelum pajak Biaya berjalan Arus kas bersih NPV ROI sederhana Skor dampak ekonomis 469,000 45,000,000 45,469,000 0 45,469,000 42,877,267 Skor 0 1 2 3 4 5 2 3 4 5 Total 16,084,255,804 50,000,000 492,450 50,000,000 517,073 50,000,000 542,926 50,000,000 570,072 16,084,255,804 200,000,000 2,591,521 121,200,000 139,800,000 266,400,000 456,000,000 16,255,948,254 190,317,073 316,942,926 506,570,072 104,700,000 181,602,000 194,584,000 239,215,000 16,151,248,254 8,715,073 122,358,926 267,355,072 14,374,610,940 7,320,661 96,908,269 199,714,238 1,028,400,000 17,315,247,325 720,101,000 16,595,146,325 14,721,431,375 213.18% ROI sederhana <= 0 1% s/d 299% 300% s/d 499% 500% s/d 699% 700% s/d 899% >= 900% Sumber: Data olahan, 2009 Pada Tabel 8 ditunjukkan ROI akhir investasi IFS sebesar 213.18%. Skor ROI pada posisi 1. Menurut prinsip capital budgeting, investasi IFS ini dengan ROI lebih dari 0 menunjukkan bahwa investasi pada IFS ini memberikan keuntungan bagi perusahaan meskipun tidak besar. Jika memperhitungkan payback period atau 28 waktu pengembalian modal/investasi yaitu Rp 1.381.120.875 / (Rp 14.721.431.375/ 5 tahun), investasi IFS ini memiliki payback period selama 0.47 tahun, artinya keuntungan sudah mulai dinikmati perusahaan ini pada bulan keenam sejak investasi dilakukan. 5. Simpulan Penilaian investasi IFS pada PT. XYZ Jakarta menunjukkan bahwa hasil perhitungan final ROI akhir yang sudah memperhitungkan keuntungan tangible maupun intangible sebesar 213.18% atau dengan skor 1. Selain itu payback periodnya juga sangat pendek yakni hanya memerlukan 0.47 tahun. Tentu saja hal ini sepadan dengan investasi besar yang dikeluarkan oleh perusahaan ini.Untuk melengkapi analisis selanjutnya, penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor non finansial perlu dilakukan. Penilaian faktor domain teknologi dan bisnis dengan kuesioner dapat diterapkan untuk penelitian lanjutan tersebut. 6. Daftar Pustaka [1] [2] Remenyi, Dan., Money, Arthur and Twite, Alan. 1995. Effective Measurement and Management of IT Costs and Benefit. Oxford: Butter worth-Heinemann Ltd. Marilyn M, Parker. Robert J. Benson. 1988. Information Economics: Linking Business Performance to Information Technology. NJ: Prentice Hall Inc. 29 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 7. No.1, Februari 2010 : 1 - 100 Analisis Kelayakan Proyek Pengembangan Sistem Informasi Manajemen menggunakan Metode Cost and Benefits Analysis (Studi Kasus: Sebuah Distributor di Semarang) Evi Maria Program Profesional Univeritas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro No 52-60, Salatiga 50711, Indonesia E-mail : [email protected] Abstract This research describes how to calculate the feasibility of Management Information System Project in economic perspectives, in the cost and benefits analysis. This research used financial tools such as Payback Period, NPV, ROI, and IRR. Before using the tools, we must identify about the components which can be used as calculation variables of the project. This research also discusses about difficulties of identified benefits and how to calculate it, especially the intangible benefits.The calculation is performed using Microsoft Excel 2007. Keywords:Cost and Benefit Variable, Management Information System, Payback Period, Net Present Value, Return of Investment, Internal Rate and Return. 1. Pendahuluan Efektifitas penggunaan sistem informasi manajemen secara umum memang sangat sulit diidentifikasi. Hal ini disebabkan karena pengembangan sistem informasi manajemen biasanya menghabiskan banyak investasi perusahaan, tetapi faktanya hal tersebut tidak bisa memberikan kepastian pengembalian hasilnya secara ekonomis. Fakta ini menyebabkan kebingungan para pengambil keputusan strategis perusahaan dalam mencari alat analisis yang dapat mendukung dalam membuat keputusan untuk membeli atau mengembangkan sistem informasi perusahaan dalam rangka mendukung efektifitas kinerja operasional sehari-hari perusahaannya. Secara umum memang sulit bagi kita untuk mengukur secara ekonomis tingkat pengembalian hasil dari suatu investasi pengembangan sistem informasi manajemen. Hal ini lebih dikarenakan sulitnya mengukur nilai keuntungan ekonomis yang dihasilkan dari sebuah sistem informasi manajemen karena yang dihasilkan lebih berupa peningkatan kinerja operasional perusahaan yang sifatnya intangible. Sebenarnya sudah ada metode pengukuran yang dapat dipakai untuk mengantisipasi permasalahan tersebut. Metode tersebut adalah cost & benefits analysis dimana dalam penilaian tersebut terlebih 30 Analisis Kelayakan Proyek (Maria) dahulu kita harus dapat mengidentifikasi dan mengkonversikan komponen-komponen penilaian yaitu biaya-biaya dan manfaat-manfaat yang dihasilkan oleh proyek sistem informasi tersebut kedalam nilai ekonomis atau moneter. Setelah itu, dilakukan analisis kelayakan ekonomis dengan memanfaatkan alat-alat analisis finansial yang ada seperti Payback Period, Net Present Value, Return On Investment dan Internal Rate of Return [1]. Pada praktiknya, perhitungan kuantitatif kelayakan sistem informasi dapat dilakukan oleh program yang dibuat sendiri dengan menggunakan bahasa pemograman tertentu seperti Bbasic, C,atau C++ [2]. Namun kebanyakan perusahaan tidak memiliki program tersebut, karena untuk membuat program tersebut dibutuhkan waktu dan dana yang tidak sedikit. Karena alasan ini, maka perusahaan biasanya akan menggunakan program spreadsheet yang cukup populer yaitu Microsoft Excel 2007 sebagai alat bantu perhitungan finansial untuk melakukan cost and benefits analysis. Alat bantu ini selanjutnya dapat digunakan sebagai Decision Support Systems (DSS) perusahaan dalam melakukan analisis yang sama di masa yang akan datang. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis kelayakan proyek pengembangan sistem informasi manajemen dari segi ekonomis dan yang menjadi obyek penelitian ini adalah sebuah perusahaan distributor di Semarang. Saat ini, pihak manajemen perusahaan berencana untuk mengembangkan sistem informasi manajemen yang terintegrasi mulai dari sistem pembelian, penjualan, persediaan sampai dengan penyajian laporan keuangan dengan cara membeli untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja perusahaan. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengklasifikasikan komponen biaya dan manfaat apa saja yang diperoleh dari penerapan sistem informasi manajemen, untuk kemudian dilakukan cost and benefits analysis sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak manajemen ketika hendak mengambil keputusan untuk menerima atau menolak proyek pengembangan sistem informasi manajemen yang ditawarkan. Berdasarkan penjelasan diatas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kelayakan Proyek Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Menggunakan Cost and Benefits Analysis” (Studi Kasus: Sebuah Distributor di Semarang). 2. Kajian Pustaka Sistem informasi manajemen adalah bagaimana suatu informasi dikelola supaya menjadi informasi-informasi yang berguna bagi manajemen untuk melakukan aktivitas manajemen [3]. Cost and Benefits Analysis didasarkan pada dua komponen penilaian, yaitu komponen biaya dan komponen manfaat. Komponen biaya yang berhubungan dengan pengembangan sebuah sistem informasi dapat diklasifikasikan dalam empat kategori [4] yaitu Procurement Cost (Biaya Pengadaan) adalah semua biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan pengadaan hardware. Biaya tersebut antara lain biaya konsultasi pengadaan hardware, biaya pembelian hardware, biaya instalasi hardware, biaya fasilitas (ruang, AC), biaya modal untuk pengadaan hardware, biaya manajerial dan personalia untuk pengadaan hardware. Biaya pengadaan ini biasanya dikeluarkan pada tahun pertama (initial cost) sebelum system dioperasikan, kecuali apabila pengadaan hardware dilakukan dengan cara leasing; Start Up 31 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 7. No.1, Februari 2010 : 1 - 100 Cost (Biaya Persiapan Operasional) adalah semua biaya yang dikeluarkan sebagai upaya membuat sistem siap untuk dioperasionalkan. Biaya tersebut antara lain: biaya pembelian software sistem informasi berikut instalasinya, biaya instalasi perangkat komunikasi/jaringan, biaya reorganisasi, biaya manajerial dan personalia untuk persiapan operasional. Sama dengan biaya pengadaan, biaya persiapan operasional ini juga merupakan “initial cost”; Project Related Cost (Biaya Proyek) adalah biaya yang berkaitan dengan biaya mengembangkan sistem termasuk biaya penerapannya. Biaya proyek diantaranya adalah Biaya analisis sistem, seperti biaya untuk mengumpulkan data, biaya dokumentasi, biaya rapat, biaya staf analis, biaya manajerial dalam tahap analisis sistem; Biaya disain sistem, seperti biaya dokumentasi, biaya rapat, biaya staff analis, biaya staff pemrograman, biaya pembelian software aplikasi, biaya manajerial dalam tahap desain sistem; Biaya penerapan sistem, seperti biaya pembuatan form baru, biaya konversi data, biaya pelatihan sumber daya manusia, biaya manajerial dalam tahap penerapan sistem; Bila sistem dikembangkan secara “outsourcing” dengan menggunakan konsultan dari luar perusahaan, maka diperlukan biaya tambahan, yaitu biaya konsultasi; On-going and Maintenance Cost (Biaya Operasional dan Biaya Perawatan) adalah biaya untuk mengoperasikan sistem agar sistem dapat beroperasi dengan baik, sedangkan biaya perawatan adalah biaya untuk merawat sistem dalam masa operasionalnya. Yang termasuk biaya operasi dan perawatan sistem adalah biaya personalia (operator, staff administrasi, staff pengolah data, staff pengawas data), biaya overhead (telepon, listrik, asuransi, keamanan, supplies), biaya perawatan hardware (reparasi, service), biaya perawatan software (modifikasi program, penambahan modul program), biaya perawatan peralatan dan fasilitas, biaya manajerial dalam operasional sistem, biaya kontrak untuk konsultan selama operasional sistem, biaya depresiasi. Biaya operasional dan perawatan biasanya terjadi secara rutin selama usia operasional sistem. Komponen manfaat yang didapat dari sebuah sistem informasi dapat diidentifikasikan[4] sebagai manfaat atau efektifitas yang didapat dari pengurangan biaya; manfaat atau efektifitas yang didapat dari pengurangan kesalahan-kesalahan; manfaat atau efektifitas yang didapat dari peningkatan kecepatan aktivitas; manfaat atau efektifitas yang didapat dari peningkatkan perencanaan dan pengendalian manajemen. Manfaat dari sebuah sistem informasi dapat juga diklasifikasikan dalam dua bentuk [5] yaitu Manfaat-manfaat berujud (Tangible Benefits) merupakan manfaat-manfaat yang langsung dapat diukur dengan nilai uang. Contohnya: manfaat penurunan biaya persediaan, manfaat penurunan biaya operasi, manfaat penurunan biaya alat tulis, manfaat peningkatan penjualan, dan lain sebagainya; Manfaat-manfaat tidak berujud (Intangible Benefits ) merupakan manfaat-manfaat yang tidak langsung dapat diukur dengan nilai uang. Contohnya: keuntungan akibat peningkatan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan, keuntungan akibat peningkatan kepuasan kerja sumber daya manusia yang ada, dan keuntungan akibat peningkatan pengambilan keputusan manajerial yang lebih baik. Intangible benefits sulit untuk diukur dalam satuan nilai moneter/uang, karena itu cara pengukurannya dapat dilakukan dengan menggunakan penaksiran. 32 Analisis Kelayakan Proyek (Maria) 3. Metodologi Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu seluruh biaya yang diperlukan dalam proyek investasi sistem informasi manajemen sebuah perusahaan di Semarang. Untuk mengolah dan membahas data yang telah terkumpul maka digunakan teknik analisis kuantitatif. Alat analisis yang digunakan untuk mengukur kelayakan ekonomis sistem informasi manajemen adalah alat analisis finansial seperti Payback Period, Net Present Value, Return On Investment dan Internal Rate of Return menggunakan program MsExcel 2007. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut : 1. Mengklasifikasikan komponen biaya dan komponen manfaat dari sistem informasi manajemen. 2. Melakukan pengujian kelayakan ekonomis proyek sistem informasi manajemen dengan menggunakan alat analisis finansial seperti Payback Period, Net Present Value, Return On Investment dan Internal Rate of Return. 4. Analisis dan Bahasan Analisis Kegiatan operasional perusahan masih dilakukan secara manual, serta perusahaan memiliki lokasi kantor dan gudang yang berbeda. Dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan, pihak manajemen sering mengalami kendala, seperti Koordinasi antara bagian gudang dengan bagian pembelian mengenai jumlah persediaan yang masuk ke gudang. Seringkali bagian pembelian menerima informasi dari supplier bahwa barang sudah tiba di pelabuhan dan siap dikirim ke bagian gudang, tetapi pada kenyataannya untuk bisa diangkut dari pelabuhan barang tersebut harus dibongkar dahulu dari kapal, kemudian diangkut dengan truk yang pada praktiknya sering memakan waktu yang lama. Untuk mengatasi masalah ini, komunikasi dengan bagian gudang dilakukan melalui telepon, sehingga biaya telekomunikasi yang harus ditanggung perusahaan menjadi tinggi. Selain itu seringkali perkembangan terakhir dari posisi persediaan yang dimiliki perusahaan tidak terpantau dengan baik; Koordinasi antara bagian gudang dengan bagian penjualan mengenai jumlah persediaan dan jadwal pengiriman barang, karena lokasi yang berbeda, sehingga menyebabkan tingginya biaya telekomunikasi serta seringkali terjadi keterlambatan pengiriman barang ke konsumen karena bagian penjualan sudah melakukan transaksi dengan konsumen dengan janji barang segera dikirim, sedangkan persediaan yang dijual tersebut ternyata masih tertahan di pelabuhan ataupun masih dalam perjalanan ke gudang. Hal ini bisa terjadi karena bagian penjualan hanya menerima informasi dari bagian pembelian saja (yang berkantor satu gedung dengan bagian penjualan) tanpa melakukan konfirmasi terlebih dahulu ke bagian gudang. Karena proses pencatatan perusahaan masih manual, seringkali bagian penjualan terlambat memperoleh data dari bagian keuangan mengenai konsumen yang pembayarannya tidak lancar, sehingga seringkali terjadi konsumen-konsumen tersebut tetap dilayani ordernya, sehingga piutang macet perusahaan cukup tinggi. Bagian penjualan juga belum memiliki analisis yang akurat mengenai produk-produk yang paling diminati konsumen dan produk yang kurang laku, sehingga manajemen 33 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 7. No.1, Februari 2010 : 1 - 100 perusahaan dalam mengambil keputusan dalam membeli barang hanya berdasarkan perkiraan saja, tanpa didukung dengan analisis yang akurat; Laporan keuangan yang disajikan oleh bagian akuntansi juga terlambat, sehingga seringkali pihak manajemen perusahaan membuat keputusan-keputusan strategis perusahaan hanya didasarkan data seadanya, karena pada saat keputusan-keputusan tersebut dibuat bagian akuntansi belum bisa menyajikan laporan keuangan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Melihat kendala-kendala yang dihadapi perusahaan seperti yang sudah diuraikan diatas serta tingkat persaingan antar distributor yang semakin ketat, maka pihak manajemen perusahaan sebaiknya membangun suatu Sistem Informasi Manajemen yang terintegrasi mulai dari sistem pembelian, penjualan, persediaan sampai dengan penyajian laporan keuangan. Diharapkan dengan sistem yang baru ini semua informasi bisa diakses oleh semua bagian yang diberi wewenang untuk mengakses, sehingga semua keputusan bisa diambil dengan tepat dan pelayanan terhadap konsumen juga bisa ditingkatkan. Dalam mengembangkan Sistem Informasi sebaiknya perusahaan menunjuk rekanan untuk menangani proyek tersebut dari mulai tahap persiapan, pengadaan software dan hardware, pengadaan sarana dan prasarana, serta pembuatan dokumen-dokumen dan pelatihan karyawan, mengingat sumber daya manusia perusahaan yang terbatas. Sebelum melakukan penunjukan rekanan, maka sebaiknya dibuat analisis mengenai biaya dan manfaat dari sistem informasi manajemen. Tabel 1 menunjukkan perkiraan biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama empat tahun. Total procurement cost sebesar Rp. 167.000.000 diperoleh dari biayabiaya yang dikeluarkan untuk biaya konsultasi pengadaan hardware, pembelian hardware, instalasi hardware serta biaya manajemen dan SDM untuk pengadaan hardware. Start up cost sebesar Rp. 75.000.000 adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian software, instalasi networking, reorganisasi serta biaya manajemen dan SDM. Tabel 1 Biaya Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Cost Procurement Start up Project related On going Total Tahun 0 167.000.000 75.000.000 227.500.000 469.500.000 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Total 167.000.000 75.000.000 227.500.000 47.500.000 56.000.000 64.500.000 73.000.000 241.000.000 47.500.000 56.000.000 64.500.000 73.000.000 710.500.000 Project related cost merupakan biaya yang dikeluarkan untuk konsultan, mulai dari tahapan persiapan, analisis sistem, desain sistem, sampai dengan tahap penerapan sistem di perusahaan. Untuk tahap ini dianggarkan biaya sebesar Rp. 227.500.000. Biaya untuk mengoperasikan sistem dan merawat sistem supaya berjalan dengan baik dianggarkan pada kelompok on going cost yang selama empat tahun dianggarkan sebesar Rp. 241.000.000. On going cost ini meliputi biaya SDM, biaya overhead, perawatan hardware, perawatan software serta biaya manajemen operasional sistem. Dengan mengembangkan sistem informasi manajemen ini, maka diharapkan perusahaan akan memperoleh keuntungan yang diukur secara finansial dibandingkan dengan jika masih menggunakan sistem yang manual. Adapun nilai keuntungannya bisa dilihat pada Tabel 2. 34 Analisis Kelayakan Proyek (Maria) Tabel 2 Manfaat Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Keterangan Tangible Benefits Intangible Benefits Total Tahun 1 117.500.000 110.000.000 227.500.000 Tahun 2 122.500.000 145.000.000 267.500.000 Tahun 3 142.500.000 180.000.000 322.500.000 Tahun 4 Total 162.500.000 545.000.000 215.000.000 650.000.000 377.500.000 1.195.000.000 Tangible benefits atau keuntungan dari penghematan-penghematan atau peningkatan-peningkatan di dalam perusahaan yang dapat di ukur secara kuantitatif dalam bentuk satuan nilai moneter/uang yang akan dinikmati perusahaan selama empat tahun diperkirakan sebesar Rp. 545.000.000 yang diperoleh dari efisiensi biaya operasional, efisiensi biaya telekomunikasi, efisiensi kesalahan proses, peningkatan penjualan, efisiensi biaya persediaan, serta efisiensi piutang tidak tertagih. Intangible Benefits atau nilai keuntungan yang sulit atau tidak mungkin di ukur dalam bentuk satuan nilai moneter/uang, yang dalam penelitian ini coba dihitung dengan satuan uang selama empat tahun yaitu sebesar Rp. 650.000.000 yang diperoleh dari peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan kinerja SDM, serta peningkatan kualitas keputusan manajerial. Berdasarkan data Tabel 1 dan Tabel 2, maka dibuat analisis untuk memutuskan apakah proyek pengembangan sistem informasi manajemen ini layak untuk dijalankan atau tidak. Untuk itu dilakukan empat analisis yang meliputi analisis Payback Period, Net Present Value, Return On Investment dan Internal Rate of Return. Analisis Payback Period digunakan untuk menghitung berapa lama biaya yang dikeluarkan untuk melakukan suatu investasi akan diperoleh kembali. Dalam proyek pengembangan Sistem Informasi Manajemen ini, payback period bisa dihitung sebagai berikut : Nilai Investasi Aliran Kas Bersih tahun pertama Sisa Investasi tahun kedua Aliran Kas Bersih tahun kedua Sisa Investasi tahun ketiga Rp. 469.000.000 Rp. 180.000.000 Rp. 289.500.000 Rp. 211.500.000 Rp. 78.000.000 (Tabel 1 tahun 0) (Tabel 3) (Tabel 3) Sisa investasi tahun ketiga tertutup oleh sebagian aliran kas bersih tahun ketiga, yaitu selama Rp. 78.000.000/Rp. 258.000.000 x 12 Bulan, yaitu selama tiga sampai enam bulan. Jadi payback period untuk keseluruhan investasi pengembangan sistem informasi manajemen ini adalah selama dua tahun ketiga, enam bulan. Maka jika perusahaan menetapkan maksimum payback period adalah tiga tahun, maka bisa disimpulkan bahwa proyek ini diterima. Perhitungan aliran kas bersih bisa dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Aliran Kas Bersih Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Keterangan Aliran Kas Keluar Aliran Kas Masuk Aliran Kas Bersih Tahun 1 47.500.000 227.500.000 180.000.000 Tahun 2 56.000.000 267.500.000 211.500.000 Tahun 3 64.500.000 322.500.000 258.000.000 Tahun 4 73.000.000 377.500.000 304.500.000 35 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 7. No.1, Februari 2010 : 1 - 100 Analisis net present value adalah suatu analisis untuk menghitung nilai sekarang dari aliran kas masuk suatu proyek akan diterima yang akan datang dengan menentukan tingkat diskonto tertentu. Untuk proyek pengembangan sistem informasi manajemen ini, perusahaan menentukan tingkat diskonto sebesar 12%. Dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 maka diperoleh nilai net present value sebesar Rp. 236.975.350. Jadi, karena nilai net present value lebih besar dari nol maka proyek ini diterima. Return On Investment, untuk mengetahui tingkat pengembalian atau keuntungan dari suatu proyek maka dihitung dengan menggunakan analisis return on investment (ROI). Perhitungan ROI untuk proyek pengembangan sistem informasi manajemen ini bisa dilihat pada perhitungan berikut ini. Total Manfaat Rp. 1.195.000.000 (Tabel 2) Total Biaya Rp. 710.500.000 (Tabel 1) Selisih Rp. 484.500.000 ROI Rp. 484.500.000 / Rp. 710.500.000 = 68,2% Dengan tingkat keuntungan sebesar 68,2% ini maka bisa disimpulkan kalau proyek pengembangan sistem informasi manajemen ini layak untuk diterima. Internal Rate of Return (IRR) adalah analisis untuk mengetahui tingkat diskon untuk menyamakan nilai sekarang aliran kas yang akan dinikmati dengan nilai sekarang semua aliran kas yang dikeluarkan. Dalam proyek pengembangan sistem informasi manajemen ini diperoleh nilai internal rate of return (IRR) sebesar 32,1%. Jika perusahaan mensyaratkan IRR sebesar 25% untuk suatu proyek, maka bisa disimpulkan kalau proyek ini diterima. 5. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka proyek pengembangan sistem informasi manajemen ini bisa diterima. Pengembangan sistem informasi manajemen ini maka kinerja perusahaan akan bisa dimaksimalkan, sehingga pelayanan terhadap konsumen bisa ditingkatkan, juga manajemen akan memiliki data yang akurat untuk membuat berbagai analisis yang akan berguna untuk kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang. Saran, walaupun secara analisis proyek pengembangan sistem informasi manajemen ini bisa diterima, tetapi dalam penerapannya pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan a) Kemampuan SDM yang dimiliki perusahaan dalam menerapkan sistem informasi manajemen yang baru, apakah dengan training yang akan dilakukan cukup memadai sehingga SDM yang ada bisa mengoperasikan sistem dengan baik, mengingat latar belakang pendidikan karyawan terutama di bagian gudang yang rendah; b) Perubahan struktur organisasi dan job description masing-masing karyawan yang berubah akibat dari penerapan sistem informasi manajemen yang baru harus betul-betul dipertimbangkan mengingat SDM yang ada selama ini hanya bekerja berdasarkan kebiasaan, dan tidak terbiasa dengan adanya; c) Kesiapan SDM perusahaan dalam proses peralihan dari sistem yang lama lama ke sistem yang baru, jangan sampai akibat tidak siapnya SDM yang ada mengakibatkan terjadi kekacauan sehingga justru menghambat kinerja perusahaan. 36 Analisis Kelayakan Proyek (Maria) 6. Daftar Pustaka [1] [2] [3] [4] [5] Richard A. Brealey, Stewart C. Myers. 1999. Principles of Corporate Finance. The McGraw-Hill Companies, Inc. Jogiyanto H.M. 2001. Analisis & Disain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi Offset Edisi Kedua. Raymond McLeod. 2001. Management Information Systems, 8th Edition, Prentice Hall International. Url : www.prenhall.com/mcleod. Frederick H. Wu. 1984. Accounting Information Systems, Theory and Practice. Tokyo: McGraw-Hill Book Company Japan, International Student Edition. Jogiyanto H.M. 2005. Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta : Andi Offset Edisi Kedua. 37