MODUL 4 PANDANGAN PARA AHLI MUSLIM 2 (Revisi 2012)

advertisement
MODUL 4
AKUNTANSI SYARIAH
PANDANGAN PARA AHLI MUSLIM
TENTANG EKSISTENSI AKUNTANSI
YANG BERPARADIGMA SYARIAH ISLAMIYAH 2
Dosen
S A F I R A, SE. Ak. M.Si
PROGRAM KELAS KARYAWAN
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2012
Fungsi akuntansi telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam islam seperti: AlAmel, Mubashor, Al-Kateb, namun yang paling terkenal adalah Al-Kateb yang
menunjukkan orang yang bertanggung jawab untuk menuliskan dan mencatat informasi
baik keuangan maupun non keuangan. Sedangkan untuk khusus akuntan dikenal juga
dengan nama Muhasabah/Muhtasib yang menunjukkan orang yang bertanggung jawab
melakukan perhitungan.
Muhtasib adalah orang yang bertaggung jawab atas lembaga Al-Hisba. Muhtasib
bisa juga menyangkut pengawasan pasar yang bertanggung jawab tidak hanya masalah
ibadah. Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa Muhtasib adalah kewajiban publik. Muhtasib
bertugas menjelaskan berbagai tindakan yang tidak pantas dalam berbagai kehidupan.
Muhtasib memiliki kekuasaan yang luas, termasuk pengawasan harta,
kepentingan sosial, pelaksanaan ibadah pribadi, pemeriksaan transaksi bisnis. Akram
Khan memberikan 3 kewajiban Muhtasib, yaitu:
1. Pelaksanaan hak Allah termsuk kegiatan ibadah: shalat, pemeliharaan masjid
2. Pelaksanaan hak-hak Masyarakat: perilaku di pasar, kejujuran bisnis
3. Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga kebersihan jalan dll.
Pada zaman kekhalifahan sudah dikenal Keuangan Negara, Kedaulatan Islam
telah memiliki departemen – departemen atau disebut dengan Diwan. Diwan terbagi
menjadi beberapa klasifikasi antara lain Diwan Pengeluaran (Diwan An-nafaqat), Militer
(Diwan Al Jayash), pengawasan, pemungutan hasil, dan sebagainya. Diwan Pengawas
Keuangan disebut Diwan Al-Kaharaj bertugas mengawasi semua hal yang berkaitan
dengan penghasilan. Pada zaman khalifah Mansur dikenal Khitabat al Rasul was Sirr,
yang memelihara pencatatan rahasia. Untuk menjamin dilaksanakannya hukum maka
dibentuk Shahib al Shurta. Salah satu pejabat di dalamnya ada yang disebut dengan
istilah Muhtasib yang lebih difokuskan pada sisi pelaksanaan agama dan moral,
misalnya mengenai timbangan yang tepat, kecurangan dalam penjualan termasuk
pengawasan dalam pelaksanaan ibadah. Di sis lain ada juga fungsi muhtasib dalam
bidang pelayanan umum (public service) misalnya pemeriksaan kesehatan, suplai air,
dan lain – lain. Dari berbagai fungsi Shahib al Shurta dan Muhtasib dapat disimpulkan
bahwa fungsi utamanya adalah untuk mencegah pelanggaran terhadap hokum baik
hukum sipil maupun hUkum agama.
‘12
2
Akuntansi Syariah
Safira, SE. Ak. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
meruapakan sifat dasar dan digunakan untuk semua sistem akuntansi, sementara yang
lain diperuntukkan bagi sistem akuntansi tertentu. Sebagaimana disebutkan diatas,
orang yang diberi tanggung jawab ini disebut dengan Al-Kateb (Pembukuan/akuntan)
Tujuan sistem akuntansi adalah untuk menjamin akuntabilitas, memfasilitasi
pengembilan keputusan secara umum, evaluasi proyek, meskipun sistem ini diinisiasi
bagi
tujuan
pemerintahan,
namun
beberapa
juga
diimplementasikan
oleh
wiraswasta/perusahaan untuk mengukur keuntungan yang akan dikenakan zakat,
kesuksesan
aplikasi
sistem
akuntansi
oleh
pemerintah
telah
mendorong
wiraswasta/perusahaan untuk mengadaptasi sistem yang sama khususnya untuk tujuan
zakat. Sistem akuntansi didiskusikan dan dianalisa disini secara mendalam telah
disebutkan oleh Al-Khawarizmy dan detailnya oleh Al-Mazenderany, sistem akuntansi
tersebut berorientasi income-statement (laporan laba rugi). Dan dirancang untuk
menyediakan kebutuhan segera negara Islam, beberapa sistem akuntansi disandingkan
dengan transaksi monetary dan non monetery sementara yang lain hanya disandarkan
pada ukuran moneter. Alasan penggunaan moneter dan non moneter secara simultan
adalah untuk menjamin ketepatan pengumpulan, pembayaran, pencatatan dan kontrol
pendapatan dan pengeluaran negara.
Ada tujuh hal khusus dalam system akuntansi yang dijalankan oleh Negara Islam
pada saat itu sebagaimana dijelaskan oleh Al-Khawarizmy dan Al-Mazendarany (Zaid,
2004), yaitu :
1. Sistem Akuntansi Untuk Kebutuhan Hidup,
Sistem ini dibawah koordinasi seorang manajer. Sistem ini untuk memenuhi
kebutuhan hidup perorangan dan negara, namun tidak menutup kemungkinan
digunakan pada sektor private terutama yang terkait dalam perhitungan
pembayaran zakat.
2. Sistem Akuntansi Konstruksi/Akuntansi Bangunan
Merupakan sistem akuntansi untuk proyek pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah. Pada sistem ini mengatur pencatatan (baik dalam bentuk material
maupun pengeluaran kepada pihak lain), pengendalian dan akuntabilitas untuk
masing-masing proyek serta berdasarkan anggaran (budget).
3. Sistem Akuntansi Pertanian
‘12
4
Akuntansi Syariah
Safira, SE. Ak. M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
Download