KAJIAN PERTUMBUHAN IKAN BONTI-BONTI

advertisement
KAJIAN PERTUMBUHAN IKAN BONTI-BONTI (Paratherina striata Aurich, 1935)
DI DANAU TOWUTI, SULAWESI SELATAN
1
1
2
1
Moh. Tauhid Umar* , Suwarni , Raodah Salam , dan Sharifuddin Bin Andy Omar
1
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,
Jl. Perintis Kemerdekaan km. 10 Tamalanrea, Makassar 90241
2
Badan Ketahanan Pangan, Kota Palopo, Sulawesi Selatan
*Korespondensi, e-mail: [email protected]
Abstrak
Ikan Bonti-bonti (Paratherina striata Aurich, 1935) merupakan salah satu ikan endemik yang hidup
di Danau Towuti dan Malahona. Status populasi ikan termasuk kategori sumberdaya yang mempunyai
resiko kepunahan yang tinggi, sehingga perlu dikelola dengan baik agar tetap lestari. Ikan Bonti-bonti
dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dan dijadikan ikan hias air tawar, akibatnya penangkapan ikan ini
semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan Ikan Bonti-bonti di Danau Towuti
yang meliputi kelompok umur, hubungan bobot-panjang dan model pertumbuhan von Bertalanffy sebagai
informasi dalam upaya pelestarian ikan endemik. Penelitian ini dilaksanakan di perairan Danau Towuti,
Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Pengumpulan dan pengukuran sampel dilakukan sebanyak
delapan kali dalam waktu tiga bulan. Berdasarkan hubungan bobot-panjang, pertumbuhan ikan bonti-bonti
baik jantan maupun betina bersifat alometrik positif yaitu pertambahan bobot tubuhnya lebih cepat dari
pertambahan panjang tubuh. Populasi ikan Bonti-bonti terdiri dari tiga kelompok umur dengan koefisien laju
pertumbuhan 0,51 per tahun, panjang asimptotnya 18,23 cm dan umur teoritis (to) adalah - 0.37 tahun. Ikan
bonti-bonti telah mengalami tekanan penangkapan yang tinggi dengan mortalitas penangkapan sebesar
6,13 per tahun.
Kata Kunci: ikan endemik, bonti-bonti, pertumbuhan, Danau Towuti
Pengantar
Perairan danau mempunyai potensi perikanan yang cukup tinggi. Perairan danau mempunyai
keanekaragaman jenis ikan yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan perairan Laut. Danau adalah
salah satu perairan tawar yang mempunyai potensi yang dapat meningkatkan pendapatan, memperluas
lapangan kerja dan kesempatan kerja serta pemenuhan gizi bagi masyarakat.
Danau Towuti adalah salah satu bagian dari lima danau yaitu Danau Matano, Danau Mahalona,
Danau Wawontoa dan Danau Masapi yang tergolong dalam kompleks danau Malili (Malili Lakes) yang
terletak di Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan. Danau Towuti adalah danau tipe tektonik,
artinya danau ini terbentuk sebagai akibat adanya gerakan lapisan daratan bumi. Luas Danau Towuti
adalah 15.108 ha dengan kedalaman 203 m. Danau Towuti termasuk dalam kompleks Perusahaan PT.
INCO yang merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak dibidang
pertambangan nikel . Terkait dengan sejarah geologis Sulawesi Selatan yang unik, danau tersebut juga
memiliki kekhasan tersendiri, seperti keanekaragaman hayati yang unik dan spesies-spesies
organismenya yang bersifat endemik. (Hadiaty dan Wiryoatmodjo, 2002)
Ikan Bonti-bonti (Paratherina striata) termasuk salah satu jenis ikan yang endemik di Danau
Mahalona dan Danau Towuti yang status populasinya rawan punah (vulnerable spesies) (Kottelat et al.,
1993; IUCN, 2003; Froese & Nauly, 2004). Hasil tangkapan ikan ini sekitar 41,7% dari total tangkapan
dan merupakan persentase terbesar dari semua jenis hasil tangkapan (Nasution, 2004). Sebagai ikan
konsumsi, ikan Bonti-bonti biasa diolah dalam bentuk ikan kering, ikan asap dan biasa juga dijual dalam
kondisi masih segar. Selain itu pula, ikan Bonti juga merupakan ikan hias air tawar.

Makalah ini akan dibawakan dalam Seminar Nasional Ikan 2012 di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
1
Akibat terjadinya perubahan dalam ekosistem dan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk,
diduga aktifitas penangkapan ikan di danau tersebut semakin meningkat pula demi memenuhi kebutuhan
masyarakat akan ikan termasuk ikan Bonti-bonti. Jika usaha penangkapan dilakukan terus menerus
tanpa memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya maka dikhawatirkan populasi ikan Bonti-bonti akan
semakin berkurang.
Sehubungan dengan berbagai permasalahan di atas, agar kegiatan penangkapan ikan Bonti-bonti
dapat berlangsung terus dan kelestariannya dapat tetap dipertahankan, maka perlu dilakukan kajian
mengenai pertumbuhan dan beberapa parameter dinamikan populasinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan Ikan Bonti-bonti di Danau Towuti yang meliputi
kelompok umur, hubungan bobot-panjang dan model pertumbuhan von Bertalanffy. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi tentang kondisi populasi dan pertumbuhan dan
diharapkan dapat digunakan untuk pengelolaan sumberdaya hayati ikan endemik, terutama dalam upaya
konservasi, domestikasi dan pengembangan sehingga keberadaan ikan tersebut di alam dapat
dilestarikan.
Bahan dan Metode
Bahan
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: sampel ikan Bonti-bonti, cool box,
papan preparat, mistar ukur dengan ketelitian 0,1 cm, alat bedah, bagan perahu dan sekop.
Metode
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2007. Pengambilan sampel
dilakukan di Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Gambar 1). Analisis sampel
dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin.
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel ikan Bonti-bonti di Danau Towuti, Sulawesi Selatan
Pengambilan dan Pengukuran Sampel
Pengambilan sampel dilakukan sebanyak enam kali dengan interval waktu satu kali dalam dua
minggu selama tiga bulan. Sampel diperoleh dari hasil tangkapan nelayan di perairan Danau Towuti
yang menggunakan alat tangkap bagan perahu.
Sampel ikan yang telah diperoleh dari hasil tangkapan kemudian dimasukkan ke dalam cool box
yang berisi es batu untuk menjaga kesegaran ikan. Setelah tiba di labor atorium, ikan kemudian
diletakkan di atas papan ukur kemudian menetukan jenis kelaminnya dan selanjutnya mengukur panjang
2
total tubuh ikan (data primer) dengan menggunakan mistar dengan ketelitian 0,1 cm dan menimbang
bobotnya dengan timbangan elektrik dengan ketelitian 0,01 g. Penarikan sampel ikan Bonti-bonti yang
akan diukur dilakukan dengan cara hasil tangkapan nelayan dikumpulkan dan diukur semuanya apabila
jumlahnya sedikir dan apabila jumlah tangkapan banyak maka diambil sebanyal 10% dari hasil
tangkapan. Selanjutnya untuk data sekunder yaitu data suhu permukaan rata-rata tahunan diperoleh dari
Badan Metereologi dan Geofisika wilayah timur.
Analisis Data
a. Pendugaan Kelompok Umur
Kelompok umur ikan diduga dengan menggunakan metode frekuensi panjang yang dikemukakan
oleh Battacharya (1967 dalam Sparre dan Venema, 1999). Kelompok umur yang terbentuk ditandai oleh
puncak-puncak dari diagram distribusi frekuensi panjang beserta diagram distribusi normalnya. Jumlah
puncak dari diagram distribusi normal yang terbentuk menunjukkan jumlah kelompok umur yang ada
dalam populasi. Pedugaan kelompok umur dilakukan dengan bantuan program Fish Stock Assessment
Tool (FiSAT) II.
b. Hubungan Bobot – Panjang
Hubungan bobot-panjang tubuh ikan bonti-bonti dianalisis berdasarkan jenis kelamin, ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
W  aLb .......... .......... .......... .... 1
dimana : W = bobot tubuh (g), L = panjang tubuh (cm), a = konstanta, b = koefisien pertumbuhan.
Untuk menentukan pola pertumbuhan ikan yaitu dengan menguji nilai b apakah sama dengan 3
atau tidak dengan uji-t. dan untuk mengetahui apakah koefisien pertumbuhan antara ikan jantan dan
betina sama atau tidak maka dilakukan uji–t dengan dengan rumus sebagai berikut (Fowler dan Cohen,
1992):
t hitung 
(b1  b2 )
SE(b1 b 2 )
.........................2
dimana: (b1 - b2) = selisih koefisien regresi jantan dan betina, SE(bi – b2) = standar error gabungan.
c. Model Pertumbuhan von Bertalanffy
Model pertumbuhan yang digunakan adalah model yang dikemukakan oleh von Bertalanffy (Sparre
dan Venema, 1999) dengan persamaan sebagai berikut:
L t  L  (1  expK( t  to ) ) ..........................3
dimana: L = Panjang total ikan (cm) pada umur t, L = Panjang asimptot ikan (cm), K = Koefisien
pertumbuhan (per tahun), to = Umur teoritis ikan pada saat panjangnya sama dengan nol (tahun), dan
t = Umur ikan (tahun)
Untuk memperoleh nilai dugaan parameter pertumbuhan Model von Bertalanffy digunakan paket
ELEFAN I pada response surface yang terdapat dalam program FiSAT II. Selanjutnya pendugaan umur
teoritis pada saat panjang ikan sama dengan nol (to) digunakan rumus empiris Pauly ( Pauly, 1984)
sebagai berikut:
Log (-to) = -0,3922 - 0,2752 log L∞ - 1,308 log K ……………..4
d. Pendugaan Mortalitas
Mortalitas yang diduga dalam penelitian ini yaitu mortalitas alami (M), mortalitas total (Z) dan
mortalitas penangkapan (F). Mortalitas alami diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1984),
yaitu:
Log M = - 0,0066 - 0,279 log Loo + 0,6543 log K + 0,4634 log T ……………..5
Mortalitas total diduga dengan menggunakan rumus Beverton dan Holt (Sparre dan Venema,
1999), sebagai berikut :
L  L 
Z K 
 ..........................6
 L  L' 
3
Hubungan antara mortalitas total, mortalitas alami dan mortalitas penangkapan adalah Z = M + F,
sehingga diperoleh mortalitas penangkapan sebagai berikut:
F = Z – M ………………….7
Sedangkan laju eksploitasi diduga dengan menggunakan rumus Baranov (Sparre dan Venema,
1999) sebagai berikut:
E
F
..........................8
Z
dimana: L∞ = Panjang asimptot ikan (cm), K = Koefisien pertumbuhan (per tahun), T = Suhu permukaan
rata-rata tahunan (°C ), Z = Mortalitas total (per bulan), M = Mortalitas alami (per tahun), F = mortalitas
penangkapan (per tahun), L = Panjang rata-rata ikan yang tertangkap (cm), L’= Batas terkecil dari
panjang ikan yang tertangkap secara penuh (cm).
Hasil dan Pembahasan
2
Frekuensi (10 ekor)
Pendugaan Kelompok Umur
Jumlah sampel ikan Bonti-bonti yang diperoleh selama penelitian adalah sebanyak 1752 ekor.
Hasil analisis dengan menggunakan interval kelas panjang 0,3 cm didapatkan 38 k elas ukuran panjang
(Gambar 2), dari kelas ukuran panjang tersebut dapat dilihat jumlah frekuensi terbesar diwakili oleh
kelas ukuran 8,3- 8,6 cm yaitu sebanyak 233 ekor, sedangkan jumlah frekuensi terkecil diwakili oieh
kelas ukuran 17,0- 17,2 cm sebanyak 1 ekor.
Panjang tubuh (cm)
Gambar 2. Distribusi frekuensi hasil tangkapan (grafik batang) dan frekuensi teoritis (grafik garis) ikan
Bonti-bonti (P. striata) berbasis panjang selama penelitian di perairan Danau Towuti.
Gambar 2 menunjukkan bahwa frekuensi hasil tangkapan ikan Bonti-bonti terbanyak dominan
pada ikan yang berukuran kecil sampai sedang (7,1 – 9,5 cm) dibandingkan dengan ikan yang berukuran
sedang sampai besar (10,7 – 16,7 cm)
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode Bhattacharya (Sparre dan Venema,
1999) dengan menggunakan distribusi hasil tangkapan berbasis panjang diperoleh empat kelompok umur
relatif ikan Bonti-bonti dengan ukuran panjang rataan dan indeks separasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kelompok umur relatif, modus panjang, simpangan baku, frekuensi dan indeks separasi pada
setiap kelompok umur ikan Bonti-bonti di perairan Danau Towuti.
Kelompok umur
Panjang rataan
Simpangan
Populasi
Indeks
relatif
(cm)
baku
(Ekor)
separasi
0.390
561
n.a.
I
7,51
II
8,48
0.580
1027
2.000
III
12,04
0.830
211
2.480
IV
14,20
0.860
183
2.070
4
Tabel 1 memperlihatkan bahwa panjang rataan ikan terpanjang diperoleh pada kelompok umur
relatif IV yaitu 14,20 cm dengan populasi tersedikit yaitu 183 ekor. Sedangkan populasi terbesar dari ikan
Bonti-bonti tersebut diperoleh pada kelompok umur II sebanyak 1027 ekor. panjang rata-rata dari setiap
kelompok umur ikan Bonti-bonti dengan ukuran panjang masing-masing 7,51 cm; 8,48 cm, 12,04 cm dan
14,20 cm. Indeks separasi untuk setiap kelompok umur relatif dengan nilai 2 atau lebih, hal ini
menunjukkan bahwa semua kelompok umur yang diperoleh sudah layak.
Hubungan Bobot – Panjang
Tabel 2. Hasil analisis hubungan bobot – panjang ikan Bonti-bontl (P. striata) berdasarkan jenis kelamin.
Parameter
N (ekor)
Kisaran panjang total (cm)
Kisaran bobot total (g)
Nilai b
Persamaan
R
Uji-t nilai b terhadap 3
Sifat pertumbuhan
Uji-t antar nilai b
Jantan
Betfna
106
6,91 - 17,85
1,97 - 62,29
3,5363 (b1)
3,5364
W = 0,0025 L
0,9600
b > 3 (p < 0,05)
Alometrik positif
695
6,62 - 16,90
1,71 - 60,89
3,5381 (b2)
3,5384
W = 0,0024 L
0,9821
b > 3 (p < 0,05)
Alometrik positif
b1 = b2 (p > 0,05)
Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah ikan Bonti-bonti betina yang tertangkap lebih banyak
dibandingkan dengan ikan jantan, namun kisaran ukuran bobot dan panjang antara ikan jantan dan
betina relatif sama. Apabila suatu perairan terdapat perbedaan ukuran dan jumlah dari salah satu jenis
kelamin, dapat disebabkan oleh perbedaan pola pertumbuhan, perbedaan ukuran pertama kali. matang
gonad, perbedaan masa hidup dan adanya pemasukan jenis ikan atau spesies baru pada suatu populasi
ikan yang sudah ada (Nikolsky, 1963). Ikan Bonti-bonti jantan dan betina memiliki bobot yang relatif
sama. Hal ini tidak seperti biasanya yaitu ukuran bobot ikan betina lebih besar daripada ikan jantan,
dimana terjadi perkembangan gonad dan pematangan sel-sel telur.
Hasil uji-t koefisien regresi (b) terhadap 3 (Tabel 2) menunjukkan bahwa Ikan jantan maupun
betina mempunyai nilai b lebih besar dari tiga (p < 0,05), yang berarti sifat pertumbuhan ikan tersebut
adalah alometris positif, yang berarti pertambahan bobot tubuh lebih cepat dari pertambahan panjang
tubuh. Hal ini didasarkan pada pernyataan Effendie (1997) bahwa ikan yang memiliki nilai koefisien
regresi kurang dari 3, pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan bobotnya dan sebaliknya
jika nilai koefisien regresi lebih dari 3, pertambahan panjang ikan tak secepat pertambahan bobotnya.
Berdasarkan hubungan bobot – panajng dapat diketahui bahwa pengaruh ukuran panjang dan
berat tubuh ikan sangat besar terhadap koefisien pertumbuhan (nilai b) yang diperoleh sehingga secara
tidak langsung faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tubuh ikan akan mempengaruhi pula variasi
pertumbuhan demikian juga ketersediaan makanan, tingkat kematangan gonad dan variasi ukuran tubuh
ikan-ikan sampel dapat menjadi penyebab perbedaan sifat pertumbuhan ikan (Effendie, 1997).
Grafik dan persamaan regresi hubungan bobot – panjang ikan Bonti-bonti jantan dan betina di
Danau Towuti terlihat pada Gambar 3. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk menduga bobot ikan
Bonti-bonti apabila panjanganya diketahui, begitu juga sebaliknya. Nilai koefisien korelasi (R) ikan Bontibonti pada jantan dan ikan betina masing-masing adalah 0,9600 dan 0,9819. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa hubungan panjang bobot ikan Bonti-bonti sangat kuat dan positif. Berdasarkan hasil uji-t
menunjukan bahwa koefisien regresi hubungan bobot - panjang ikan Bonti-bonti jantan dan betina tidak
berbeda nyata (p>0,05). Berarti pada ukuran panjang yang sama, bobot ikan Bonti-bonti jantan dan
betina tidak berbeda.
5
Gambar 3. Hubungan bobot – panjang ikan Bonti-bonti (P. striata) di Danau Towuti. Kiri: ikan jantan dan
kanan: ikan betina.
Model Pertumbuhan von Bertalanffy
Nilai parameter pertumbuhan L∞ dan K diduga dengan bantuan paket ELEFAN I dari program
FiSAT II, dengan memilih kombinasi L∞ dan K yang terbaik berdasarkan penentuan nilai Rn (Goodness
of Fit ) yang terbesar pada response surface analisis (Pauly, 1984). Pasangan nilai L∞ dan K yang terbaik
berdasarkan penentuan nilai Rn yang terbesar yaitu 0,501 terdapat pada L∞ = 18,23 cm dan K = 0,51 per
tahun. Secara umum dapat dikatakan bahwa nilai koefisien laju pertumbuhan (K) cukup tinggi, karena
kisaran nilai K berada antara 0,5 - 1 yang menunjukkan pertumbuhan ikan Bonti-bonti (P. striata) di
perairan Danau Towuti tergolong cepat.
Menurut Sparre dan Venema (1999), bahwa ikan-ikan yang memiliki panjang total yang kecil,
cenderung berumur pendek dan memiliki laju koefisien pertumbuhan yang tinggi. Selanjutnya dikatakan
bahwa semakin tinggi nilai koefisien laju pertumbuhan maka pertumbuhan ikan semakin capat dan
sebaliknya. Dengan demikian ikan Bonti-bonti tersebut membutuhkan waktu yang singkat untuk
mencapai panjang asimptotnya sehingga ikan tersebut cenderung berumur pendek.
Umur teoritis pada waktu panjang ikan sama dengan nol (to) diduga dengan menggunakan rumus
empiris Pauly (1984), yaitu dengan memasukkan nilai-nilai dugaan L∞ = 18,23 cm dan K = 0,51 sehingga
diperoleh nilai dugaan to adalah -0,3668 atau setelah dibulatkan diperoleh nilai dugaan to yaitu -0.37.
Berdasarkan nilai parameter pertumbuhan yang diperoleh maka persamaan pertumbuhan von Bertalanffy
menurut panjang ikan yaitu:
L t  18,23  [1  exp0,51 ( t  0,37 ) ]
Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy di atas dapat digunakan untuk menduga panjang ikan
Bonti-bonti dari berbagai kelompok umur dan pertumbuhan relatif pada setiap pertambahan umurnya,
sampai mencapai panjang asimptotnya. Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa pada umur 0 sampai 2
tahun pertambahan panjang ikan Bonti-bonti umumnya relatif cepat dan mulai lambat setelah umur 2
tahun. Menurut Effendie (1997), bahwa ikan-ikan yang berumur muda lebih cepat pertumbuhannya
daripada ikan berumur tua. Hal ini disebabkan karena energi yang didapatkan dari makanan tidak dapat
lagi dipergunakan untuk pertumbuhan melainkan untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak dan alat-alat
reproduksi.
Bentuk kurva seperti Gambar 4 disebut juga kurva pertumbuhan spesifik yaitu dimana ikan pada
fase awal dari hidupnya mengalami pertumbuhan yang cepat (umur 0 – 2 tahun) dan diikuti pertumbuhan
yang lambat pada umur dewasa (2 – 8 tahun). Pertumbuhan spesifik di atas menunjukan bahwa
pertumbuhan panjang ikan Bonti-bonti yang cepat terjadi pada umur muda dan semakin lambat seiring
dengan bertambahnya umur sampai mencapai panjang asimptot dimana ikan tidak bertambah lagi (umur
6
19 tahun). Hal ini sesuai dengan pernyataan Nikolsky (1963) bahwa ikan-ikan muda akan memiliki
pertumbuhan yang relatif cepat sedang ikan-ikan dewasa akan semakin lambat untuk selanjutnya akan
berhenti pads saat mencapai panjang asimptot. Effendie (1979) mengemukakan bahwa ikan yang
berumur tua walaupun pertumbuhan tersebut terus bertambah tetapi berjalan lambat. Ikan tua pada
umumnya kekurangan makanan terlebih untuk pertumbuhan karena sebagian besar makanannya
digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan.
20
Panjang total (cm)
18
16
Lt = 18.23*{1-exp(-0.51(t + 0.37))}
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Umur relatif (tahun)
Gambar 4. Kurva pertumbuhan model von Bertalanffy ikan Bonti-bonti (P. striata) di perairan Danau
Towuti.
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Nilai laju mortalitas total, laju mortalitas alami dan laju mortalitas penangkapan serta laju
eksploitasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai dugaan mortalitas dan laju eksploitasi ikan Bonti-bonti (P. striata) di perairan Danau Towuti.
Parameter populasi
Nilai dugaan (per tahun)
Mortalitas Total (Z)
7,94
Mortalitas Alami (M)
1,1
Mortalits Penangkapan (F)
6,81
Laju Eksploitasi (E)
0,85
Berdasarkan Tabel 3, tampak bahwa nilai mortalitas penangkapan (6,81 per tahun) jauh lebih
besar daripada mortalitas alami (1,1 per tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kematian ikan Bonti-bonti di
perairan Danau Towuti umumnya disebabkan oleh kematian akibat penangkapan oleh manusia dan
hanya sebagian kecil yang disebabkan karena faktor alam (kematian alami). Tingginya angka kematian
akibat penangkapan diakibatkan oleh kurangnya pengawasan terhadap ukuran mata jaring, tidak adanya
pembatasan upaya penangkapan serta tidak adanya peraturan yang mengatur tentang ukuran ikan yang
boleh ditangkap dan boleh dipasarkan. Kematian alami disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
karena predasi, penyakit, stres pada waktu pemijahan, kelaparan dan usia tua (Spare dan Venema,
1999).
Nilai laju kematian alami (M) biasanya dihubungkan dengan nilai M/K, sebagaimana dikemukakan
Beverton dan Holt (1948), bahwa ratio nilai M/K berada pada kisaran 1,5 - 2,5. Nilai M yang diperoleh dari
penelitian ini masih berada dalam kisaran tersebut yang menunjukkan bahwa laju mortalitas alami (M)
ikan Bonti-bonti (P. striata) di perairan Danau Towuti masih tergolong sedang.
Adapun laju eksploitasi ikan Bonti-bonti yaitu sebesar 0,85. Nilai ini menunjukkan bahwa ikan
Bonti-bonti di perairan Danau Towuti telah mengalami over eksploitasi (kelebihan tangkap) melampaui
nilai E optimum. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Gulland (1971) bahwa laju eksploitasi (E) suatu
7
stok ikan berada pada tingkat produksi maximum dan lestari (Maximum Suistainable Yield) jika nilai F =
M atau laju eksploitasi (E) =0,5.
.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari kajian pertumbuhan terhadap ikan Bonti-bonti Paratherina
striata Aurich, 1935 di Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timur, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Populasi ikan Bonti-bonti Paratherina striata Aurich, 1935 di Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timar
memiliki kisaran panjang 5,9 - 17,3 cm yang terdiri dari 4 kelompok umur dengan panjang rataan
masing-masing 7,51 cm; 8,48 cm, 12,04 cm dan 14,20 cm. Populasi terbanyak diperoleh dari
kelompok umur kedua yaitu sebanyak 1027 ekor
2. Koefisien laju pertumbuhan (K) =0,51 per tahun, L∞ = 18,23 cm, to = -0,4 per tahun dan disebut
dengan laju pertumbuhan spesifik
3. Mortalitas total (Z) = 7,94 per tahun, mortalitas alami (M) = 1,1 per tahun dan mortalitas penangkapan
(F) = 6,81 per tahun. Laju eksploitasi (E) = 0,85 per tahun
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh perlu diterapkan suatu kebijakan yang berupa
peraturan daerah dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan Danau Towuti agar tingkat
penangkapan yang tinggi dan over eksploitasi dapat diminimalkan sehingga kelestarian sumberdaya
perikanan di danau tersebut tetap terjaga.
Daftar Pustaka
Beverton, R.J.H. and Holt, S.J. 1948. On The Dynamics of exploited Fish Populations. Fish and
Fisheries Series II. Chapman and Hall. London.
Effendie. 1997. Metode Biologi Perikanan, Bagian Perikanan, Bagian I. Yayasan Dwi Sri Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Fowler, J. and L. Cohen. 1992. Practical Statistics for Field Biology. John Wiley and Sons, Chichester
Froese, R. & D. Nauly. Editors. 2004. Fish Base. World Wide Web Electronic Publication.
www.fishbase org, Download on December 2007
Gulland. 1971. The Fish Resources of The Ocean. West Byfleet, Surrey, Fishing News (Books), Ltd.
FAO.
Hadiaty, K.R. dan S. Wiryoatmodjo,. 2002. Studi Pendahuluan biodiversitas dan Distribusi Ikan di
Danau Matano, Sulawesi Selatan. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. Masyarakat Ikhtiologi Indonesia.
Bogor.
Haffner G. D., P. E. Hehanusa, and D. I. Hartoto, 2001. The Biologi and Physical Processes of Large
Lakes of Indonesia: Lakes Matano and Towuti, PP. 183-192. In M. Munawar and R. E. Hecky
(ed.). The Great of Lakes of The World (GLWO): Food Web, Health and Integrity, Netherlands.
IUCN. 2003. IUCN Redlist of Threatened Species. www.redlist.org. Download on November 2007
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, dan S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian
Barat dan Sulawesi. Periplus Edition (HK) Ltd. Bekerja sama dengan proyek EMDI, Kantor Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Jakarta. 239 hal.
Nasution, S.H. 2004. Distribusi dan Pengembangan Gonad Ikan Endemik Rainbow Selebensis
(Telmatherina celebensis Boulenger) di Danau Towuti Sulawesi Selatan. Tesis, Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 88 hal.
8
Nikolsky, G. V. 1963 The Ecology of Fishes. Academic Press. London
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 430 hal.
Pauly, D., 1984. Fish Population Dynamics in Tropical Waters: A Manual for Use With Programmable
Calculators. ICLARM Stud.Rev., (8):325 p.
Ricker, W.E., 1975. Computation and Interpretation of Biological Statistics of Fish Populations.
Bull.Fish.Res.Board Can., (191):382p.
Sparre, P. E dan S C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku I Manual. Badan
Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Terjemahan dan Introduction to Tropical Fish Stock
Assessment. FAO Fish Tech. Paper, 306(1):376 p.
Wirjoatmodjo, S., Sulistiono, M. F. Rahardjo, I. S. Suwelo and R. K. Hadiaty. 2003. Ecological Distribution
of Endemic Fish Spesies in Lakes Poso and Malili Complex, Sulawesi Island. Funded by Asean
Regional Center for Biodiversity Conservation and the European Commissian. 30 p.
9
Download