BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lampu kamar mandi otomatis menggunakan PIR dan Infra merah, dalam pembuatannya merupakan penggabungan dua bidang, yaitu: Mekanik dan Bahasa pemograman C yang menggunakan Mikrokontroler ATMEGA 16. Sebuah mekanik tentu tidak dapat beroperasi dengan sendirinya tanpa adanya sebuah bahasa pemograman atau modul-modul yang mengatur pergerakannya. Dalam bab dua ini, akan dijelaskan komponen-komponen pembentuk rangkaian elektronika sebagai pengontrol sistem mekanik dalam pembuatan laporan akhir. 2.1. Sensor Sensor merupakan sebuah alat yang dapat menghasilkan sinyal-sinyal tertentu pada kondisi tertentu. Sensor yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Linieritas Hasil dari keluaran sensor (konversi) terhadap masukan harus betul-betul proporsional. Jadi karakteristik konversi harus linier. 2) Tidak Tergantung Dengan Temperatur Keluaran konversi tidak boleh tergantung dengan temperatur di sekitar kecuali sensor suhu. 3) Kepekaan Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian rupa, sehingga pada nilai-nilai masukan yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran cukup besar. 4) Waktu Tanggapan Waktu tanggapan dalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk mencapai nilai akhir pada nilai masukan yang berubah secara mendadak. Sensor harus berubah cepat bila nilai masuk pada sistem tempat sensor tersebut berubah. 5) Stabilitas Waktu Untuk nilai masukan tertentu, sensor harus dapat memberikan keluaran yang tepat nilainya dalam waktu yg lama. 2.2. Sensor Infra Merah Pada alat ini dibutuhkan sebuah sensor untuk mendeteksi manusia apabila masuk dan keluar kamar mandi tanpa melalui sakelar lagi. Penulis menggunakan sensor infra merah sebagai pendeteksinya. Sensor infra merah akan menghasilkan sinyal (pulsa elektronik) apabila sinar infra merah yang dikirim terhambat oleh sebuah benda. Sistem sensor ini menggunakan LED (Light Emiting Diode) infra merah yang menghasilkan sinar infra merah, dan sebuah penerima sinar infra merah yaitu photo transistor. Photo transistor akan merubah energi cahaya, dalam hal ini energi cahaya infra merah, menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik. Komponen ini harus mampu mengumpulkan sinar infra merah sebanyak mungkin sehingga pulsa-pulsa sinyal listrik yang dihasilkan kualitasnya cukup baik. Semakin besar intensitas infra merah yang diterima maka sinyal pulsa yang dihasilkan akan baik jika sinyal infra merah yang diterima intensitasnya lemah maka infra merah tersebut harus mempunyai pengumpul cahaya (Light Colector) yang cukup baik dan sinyal pulsa yang dihasilkan oleh sensor infra merah ini harus dikuatkan. Pada prakteknya sinyal infra merah ini yang diterima intensitasnya sangat kecil sehingga perlu dikuatkan. Selain itu agar tidak terganggu oleh sinyal cahaya lain maka sinyal listrik yang dihasilkan oleh sensor infra merah harus difilter pada frekuensi sinyal carrier yaitu pada 30KHz sampai 40KHz. Photodiode maupun transistor disebut juga sebagai photo detector. Faktor yang juga berpengaruh pada kemampuan penerima infra merah adalah “active area” dan “respon time”. Semakin besar area penerimaan suatu dioda infra merah maka semakin besar area penerimaan suatu dioda infra merah maka semakin besar pula intensitas cahaya dikumpulkannya sehingga arus bocor yang diharapkan pada teknik “received bias” semakin besar. Selain itu semakin besar area penerimaan maka sudut penerimaannya juga semakin besar. Kelemahan area penerimaan yang semakin besar ini adalah noise yang dihasilkan juga semakin besar pula. Begitu pula dengan respon dengan frekuensi, semakin besar area penerimaannya maka respon frekuensinya turun dan sebaliknya jika area penerimaannya kecil maka respon terhadap sinyal frekuensi tinggi cukup baik. Gambar 2.1 Respon Penerimaan Sensor Infra merah 2.3 Sinar Infra Merah Sinar infra merah adalah radiasi elektromagnetik yang merupakan sinar tidak tampak, berada pada spectrum warna merah. Infra merah ini berarti “bawah merah”, berasal dari bahsa latin infra yang berarti bawah. Dapat dikatakan bahwa 80% dari cahaya matahari adalah sinar infra merah, karena lebarnya jangkauan gelombang sinar ini 0.75 – 100 micron. Sinar inframerah dikelompokan menjadi: 1. Near Infra Red (NIR): 0.75 – 14 m pada panjang gelombang, umumnya digunakan pada kombinasi fiber optic karena rugi atenuasi yang rendah pada medium kaa SiO2 (silica). 2. Short Wavelength Infra Red (SWIR):1.4 - 3µm. 3. Mid Wavelength Infra Red (MWIR): juga intermediate IR (IIR):3 -8µm 4. Long Wavelength Infra Red (LWIR):8 – 15 µm. 5. Far Infra Red (FIR): 15 - 1000µm. 2.3.1. Spektrum Sinar Infra Merah Spektrum sinar matahari terdiri dari sinar tampak dan sinar tidak tampak, sinar yang tampak meliputi: merah, orange, kuning, hijau dan ungu. Sinar yang tak tampak antara lain: sinar ultraviolet, sinar X, sinar gamma, sinar kosmik, sinar microwave, gelombang listrik dan sinar inframerah. Gelombang elektromagnetik di antara sinar tampak dan sinar microwave dinamakan sinar infra merah, dengan karakteristik adalah tidak kasat mata atau tidak terlihat, bersifat linier atau menyebar, reaktif atau dapat dipantulkan oleh beberapa objek. Tabel 2.1 Tabel Spektrum Cahaya Tampak dan Cahaya Infra Merah 2.3.2. Pemancar Infra Merah Pemancar yang digunakan adalah sebuah LED infra merah. LED adalah diode semi konduktor khusus yang dirancang untuk memancarkan cahaya apabila arus melaluinya. LED bekerja pada forward bias, yaitu kondisi saat anoda mendapat tegangan lebih positif dari katoda. Saat katoda forward bias diberikan pada LED, potensial penghalang menjadi rendah akibat adanya elektron tipe N akan melewati sambungan P-N untuk bergabung dengan tipe N akan melewati sambungan P-N untuk bergabung dengan tipe P. Jika terjadi penggabungan berarti elektron turun ke tingkat yang lebih rendah sehingga LED dapat mengemisi atau memancarkan cahaya. LED infra merah merupakan LED biasa, tetapi radiasi yang memancarkan akibat adanya arus forward tidak dapat di lihat mata, karena radiasi yang dipancarkan tersebut berada pada daerah infra merah. Bahan semikonduktor yang digunakan LED infra merah (Infra Red Emiting Dioda = IRED) adalah Ga As (Galium Arsenit), bahan semikonduktor ini memancarkan radiasi sinar infra merah. Tabel berikut memperlihatkan bahan pembentuk LED infra merah. Gambar 2.2 Kontruksi LED Infra Merah 2.4. Mikrokontroler ATMega16 AVR merupakan seri microcontroler CMOS 8 bit buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer). Atmel merupakan salah satu vendor yang bergerak dibidang mikroelektronika, telah mengembangkan AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) sekitar tahun 1997. Berbeda dengan microcontroller MCS51, AVR menggunakan arsitektur RISC yang mempunyai lebar bus data 8 bit, perbedaan ini bisa dilihat dari frekuensi kerjanya. MCS51 memiliki frekuensi kerja seperduabelas kali frekuensi oscillator sedangkan frekuensi kerja AVR sama dengan frekuensi oscillator. Jadi dengan frekuensi oscillator yang sama, kecepatan AVR duabelas kali lebih cepat dibanding kecepatan MCS51. Secara umum AVR dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Attiny, AT90Sxx, ATMega dan AT86RFxx. Perbedaan antar tipe AVR terletak pada fitur-fitur yang ditawarkan, sementara dari segi arsitektur dan set instruksi yang digunakan hampir sama. Spesifikasi yang dimiliki dari ATMega16 adalah sebagai berikut: Microcontroller AVR 8 bit yang memiliki kemampuan tinggi, dengan daya rendah. Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi 16MHz. Memiliki kapasitas Flash memori 16 KByte, EEPROM 512 Byte dan SRAM 1 KByte. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D. CPU yang terdiri atas 32 buah register. Unit interupsi internal dan eksternal. Port USART untuk komunikasi serial. Fitur Peripheral. a. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan. 1. 2(dua) buah Timer/Counter 8 bit dengan Prescaler terpisah dan Mode Compare. 2. 1(satu) buah Timer/Counter 16 bit dengan Prescaler terpisah, Mode Compare, dan Mode Capture. b. Real Time Counter dengan Oscillator tersendiri. c. 4 channel PWM. d. 8 channel, 10 bit ADC. 1. 8 Single-ended Channel. 2. 7 Differential Channel hanya pada kemasan TQFP. 3. 2 Differential Channel dengan Programmable Gain 1x, 10x, atau 200x. e. Byte-oriented Two-wire Serial Interface. f. Programmable Serial USART. g. Antarmuka SPI. h. Watchdog Timer dengan oscillator internal. i. On-chip analog Comparator. Gambar 2.3 Blok Diagram Mikrokontroler ATMega16 2.5 Relay Relay adalah sebuah saklar magnetic yang menggunakan medan magnet dan sebuah kumparan untuk membuka dan menutup satu atau beberapa kontak saklar pada saat relay dialiri arus. Pada dasarnya relay terdiri dari besi lunak yang selanjutnya berubah menjadi magnet yang menarik atau menolak suatu pegas sehingga kontak pun menutup membuka. Relay sering digunakan pada sistem elektronik sebagai sistem antar muka antara sistem kendali dengan peralatan yang dikendalikan. 2.5.1 Parameter Relay Relay memiliki parameter-parameter. Di antaranya sebagai berikut: 1. Resistansi Kumparan Resistansi kumparan ditentukan oleh tebal kawat dan jumlah lilitan. 2. Arus Driver Arus driver adalah arus yang diperlukan untuk mengaktifkan relay, arus ini merupakan ketetapan pabrik atau sudah ditentukan oleh pembuat relay tersebut. Jika restansi kecil maka diperlukan arus driver yang besar. 3. Tegangan Driver Tegangan driver adalah tegangan yang diperlukan untuk mengaktifkan sebuah relay, besarnya tegangan adalah sebagai berikut: V=IxR Dimana : I = Arus yang mengalir R = Resistansi V = Tegangan 4. Daya Driver Daya driver adalah perkalian antara arus dan tegangan driver. Daya ini merupakan daya yang diperlukan untuk mengaktifkan relay. Dalam penggunaan relay perlu diode pelintas tegangan balik. 2.5.2 Sifat-Sifat Relay Sifat-sifat relay antara lain: 1. Besarnya tahanan. 2. Kuat arus diperlukan guna pengoperasian relay. Besar arus ditentukan oleh pabrik pembuatnya relay dengan perlawanan kecil memerlukan arus kecil. 3. Daya yang diperlukan untuk menggerakan suatu relay (daya yang akan dipakai relay) sama dengan tegangan dikalikan arus delay. 4. Banyaknya kontak-kontak dimana jangkar dapat menyambungkan lebih dari satu kontak sekaligus. Oleh karena itu, relay dijual di pasaran ada yang membuka dan menutup satu kontak saja. Tetapi ada juga relay yang membuka atau mengontak sekaligus. 2.6 Transistor Transistor adalah contoh paling penting dari sebuah komponen aktif yaitu suatu alat yang dapat memperkuat, menghasilkan sinyal output dengan daya lebih besar di dalamnya dibandingkan dengan sinyal inputnya. Dari banyak tipe-tipe transistor modern pada awalnya ada dua tipe dasar transistor, Bipolar Junction Transistor (BJT atau Transistor Bipolar) dan Field–Effect Transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara berbeda. Transistor merupakan versi modern dari tabung hampa. Ditemukannya transistor mampu merubah kemajuan dunia elektronika. Sebagaimana diode, transistor juga merupakan alat semi konduktor. Secara sederhana, transistor merupakan penggabungan 2 buah dioda. Transistor memiliki dasar kegunaan sebagai berikut: a. Sebagai penguat (Amplifier) b. Sebagai penghantar-pemutus arus (SwitcIh) Gambar 2.4 Simbol Transistor NPN dan PNP Berdasarkan susunan bahan semi konduktornya, maka transistor dibagi menjadi dua transistor PNO (Positif – Negatif - Positif) dan Transistor NPN (Negatif – Positif – Negatif) memiliki 3 kali yang masing-masing diberi nama: emitor, basis dan kolektor. 2.7 Resistor Resistor merupakan komponen yang paling sering dipakai dalam rangkaianrangakaian elektronik. Resistor merupakan suatu komponen pengatur tegangan dan alat pendeteksi sinyal yang mengatur jalanya operasi rangkaian. Bentuk, ukuran, bahan dan resistansinya beragam tapi mudah dikenali. Dalam elekronik, resistor diproduksi juga untuk menghasilkan tegangan tertentu dan sebagai beban pada rangkaian elektronik dimana terdapat tegangan beban yang makin lama makin membesar. Besarnya resistansi dinyatakan dalam satuan Ohm. Kilo Ohm dan mega Ohm dicantumkan pada setiap resistor dalam bentuk lambang bilangan cincin kode warna. Untuk menyatakan resistansi sebaiknya disertakan batas kemampuan dayanya. Berbagai macam resistor dibuat dari bahan yang berbeda dengan sifat-sifat yang berbeda pula. Resistor dalam teori dan prakteknya ditulis degan huruf R. RESISTOR VARIABEL RESISTOR Gambar 2.5 Simbol Resistor Gambar 2.6 Resistor Tahanan adalah komponen dengan sifat yang tertentu menghambat arus elektron sesuai dengan perilakunya dalam tahanan listrik. Tahanan dapat dibagi menurut tahanan linier dan tahanan non-linier. (a) (b) (a) Pengukuran tahanan linier (b)Grafik tahanan Linier I-V Tahanan linier adalah tahanan dengan grafik pengenalanya adalah I-V arus tegangan itu berlaku persamaan: I = V/R Dimana: V : Tegangan (Volt) I : Arus (Ampere) R : Tahanan (Ohm) R = V/I dan 2.8 Kapasitor Kapasitor adalah komponen elektonika yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan elektron-elektron atau energi listrik selama waktu yang tidak tertentu. Kapasitor berbeda dengan battery atau akumulator dalam menyimpan muatan listrik, terutama tidak terjadi perubahan kimia pada bahan kapasitor. Kemampuan dari suatu kapasitor untuk menyimpan energi listrik disebut kapasitansi. Besarnya kapasitansi dari sebuah kapasitor dinyatakan dalam satuan Farad. Ada dua kelompok utama dari kapasitor yaitu: a. Kapasitor yang bisa diubah – ubah kapasitansinya (Variabel Kapasitor) b. Kapasitor yang tidak bisa diubah – ubah kapasitansinya. Gambar 2.7 Kapasitor Suatu kapasitor dibuat dari buah lempengan atau alat paralel yang bisa menghantarkan arus, yang dipisahkan oleh suatu penyekat yang disebut dielektrik untuk memperoleh suatu harga kapasistansi yang masuk akal maka luas plat harus cukup besar, permivitas relatifnya harus cukup tinggi dan tebal dielekriknya harus kecil. Jadi kekuatan dielektriknya ini merupakan faktor penting yang tidak boleh diabaikan. Kapasitor terbuat dari 2 buah lempengan (plat) paralel yang dapat menghantarkan arus listrik dipisahkan oleh suatu penyekat yang disebut dielektrik. Rumus yang dipakai dalam mencari kapasitansi dari kapasitor adalah sebagai berikut: C = Eo.Er. A/D Dimana : Eo = Permivitas absolute ( E = 858x10-12) Er = Permivitas relative ( konstanta dielektrik ) A = Luas dari plat ( m2) D = jarak antara dua plat yaitu totalnya dielektrik (cm) Kapasitor tidak konstan tetapi kapasitansinya akan berubah–ubah dengan tegangan dan frekuensi yang diberikan padanya. Dengan menaikkan temperatur perbesaran bahan dielektriknya dan perubahan yang terjadi dalam permivitas dielektrik, akan mengakibatkan perubahan kapasitansi dari suatu kapasitor. Kapasitor juga mempunyai muatan, muatan pada tegangan-tegangan lain dengan mengandalkan muatan per IV dengan perbedaan tegangan yang ada. Bila kapasitas dari kapasitor µC, sehingga dapat dituliskan dalam bentuk rumus berikut ini (Albert P.Malvino, 1984): Q=CxV Dengan: V = Tegangan (Volt) C = Kapasitansi kapasitor (Farad) Q = Muatan Kapasitor (Satuan coloumb) Dari rumus diatas, dapat diketahui bahwa nilai muatan pada suatu kapasitor merupakan hasil kali antara tegangan dengan kapasitansi kapasitas. 2.9 Sensor PIR (Passive Infra Red) Pyroelectric ("Passive") Infra Red sensors (PIR) adalah sensor PIR memungkinkan kita untuk mendeteksi adanya gerakan, digunakan untuk mendeteksi apakah manusia/benda telah bergerak atau keluar dari jangkauan sensor. Sensor PIR kecil, murah, berdaya rendah, mudah digunakan dan tidak mudah rusak. Itu alasan mereka banyak digunakan dalam peralatan rumah dan gadget. Mereka sering disebut sebagai PIR, "Pasif Infra Red", "Piroelektrik", atau "Motion IR" sensor. PIR pada dasarnya terbuat dari sensor piroelektrik (seperti gambar di atas, seperti logam bulat dengan kristal segi empat di tengah), yang dapat mendeteksi tingkat radiasi infra merah. Sensor PIR memancarkan sejumlah radiasi tingkat rendah, dan panas. Sensor dalam pendeteksi gerak sebenarnya terbagi dalam dua bagian untuk mendeteksi gerakan (perubahan). Kedua bagian ini berkabel sehingga mereka dapat berhubungan satu sama lain. Jika salah satu mendeteksi radiasi Infra merah dari yang lainnya, maka menghasilkan output yang bernilai High atau Low. Sensor piroelektrik adalah sekumpulan pendukung rangkaian, resistor dan kapasitor. Sebagian kecil penghobi sensor menggunakan BISS0001 ("Micro Power PIR Detector IC"), karena harga yang sangat murah. IC ini mengambil output dari sensor dan melakukan pengolahan (proses) kecil dan mengeluarkan (output) berupa pulsa output digital dari sensor analog. Gambar 2.8 Sensor PIR Sensor PIR ini bekerja dengan menangkap energi panas yang dihasilkan dari pancaran sinar infra merah pasif yang dimiliki setiap benda dengan suhu benda diatas nol mutlak. Seperti tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran sinar infra merah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus listrik. Mengapa bisa menghasilkan arus listrik, Hal ini dikarenakan pancaran sinar infra merah pasif ini membawa energi panas. Prosesnya hampir sama seperti arus listrik yang terbentuk ketika sinar matahari mengenai solar cell. Mengapa sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja, Hal ini disebabkan karena adanya IR Filter yang menyaring panjang gelombang sinar infra merah pasif. IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar infra merah pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Jadi, ketika seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap pancaran sinar infra merah pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia yang memiliki suhu yang berbeda dari lingkungan sehingga menyebabkan material pyroelectric bereaksi menghasilkan arus listrik karena adanya energi panas yang dibawa oleh sinar infra merah pasif tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus tersebut yang kemudian dibandingkan oleh comparator sehingga menghasilkan output. Ketika manusia berada di depan sensor PIR dengan kondisi diam, maka sensor PIR akan menghitung panjang gelombang yang dihasilkan oleh tubuh manusia tersebut. Panjang gelombang yang konstan ini menyebabkan energi panas yang dihasilkan dapat digambarkan hampir sama pada kondisi lingkungan disekitarnya. Ketika manusia itu melakukan gerakan, maka tubuh manusia itu akan menghasilkam pancaran sinar infra merah pasif dengan panjang gelombang yang bervariasi sehingga menghasilkan panas berbeda yang menyebabkan sensor merespon dengan cara menghasilkan arus pada material Pyroelectricnya dengan besaran yang berbeda-beda. Karena besaran yang berbeda inilah comparator menghasilkan output. Jadi sensor PIR tidak akan menghasilkan output apabila sensor ini dihadapkan dengan benda panas yang tidak memiliki panjang gelombang infra merah antar 8 sampai 14 mikrometer dan benda yang diam seperti sinar lampu yang sangat terang yang mampu menghasilkan panas, pantulan objek benda dari cermin dan suhu panas ketika musim panas. Gambar 2.9 Tampilan Reaksi Sensor pada Tubuh Manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lampu kamar mandi otomatis menggunakan PIR dan Infra merah, dalam pembuatannya merupakan penggabungan dua bidang, yaitu: Mekanik dan Bahasa pemograman C yang menggunakan Mikrokontroler ATMEGA 16. Sebuah mekanik tentu tidak dapat beroperasi dengan sendirinya tanpa adanya sebuah bahasa pemograman atau modul-modul yang mengatur pergerakannya. Dalam bab dua ini, akan dijelaskan komponen-komponen pembentuk rangkaian elektronika sebagai pengontrol sistem mekanik dalam pembuatan laporan akhir. 4.1. Sensor Sensor merupakan sebuah alat yang dapat menghasilkan sinyal-sinyal tertentu pada kondisi tertentu. Sensor yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 6) Linieritas Hasil dari keluaran sensor (konversi) terhadap masukan harus betul-betul proporsional. Jadi karakteristik konversi harus linier. 7) Tidak Tergantung Dengan Temperatur Keluaran konversi tidak boleh tergantung dengan temperatur di sekitar kecuali sensor suhu. 8) Kepekaan Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian rupa, sehingga pada nilai-nilai masukan yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran cukup besar. 9) Waktu Tanggapan Waktu tanggapan dalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk mencapai nilai akhir pada nilai masukan yang berubah secara mendadak. Sensor harus berubah cepat bila nilai masuk pada sistem tempat sensor tersebut berubah. 10) Stabilitas Waktu Untuk nilai masukan tertentu, sensor harus dapat memberikan keluaran yang tepat nilainya dalam waktu yg lama. 4.2. Sensor Infra Merah Pada alat ini dibutuhkan sebuah sensor untuk mendeteksi manusia apabila masuk dan keluar kamar mandi tanpa melalui sakelar lagi. Penulis menggunakan sensor infra merah sebagai pendeteksinya. Sensor infra merah akan menghasilkan sinyal (pulsa elektronik) apabila sinar infra merah yang dikirim terhambat oleh sebuah benda. Sistem sensor ini menggunakan LED (Light Emiting Diode) infra merah yang menghasilkan sinar infra merah, dan sebuah penerima sinar infra merah yaitu photo transistor. Photo transistor akan merubah energi cahaya, dalam hal ini energi cahaya infra merah, menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik. Komponen ini harus mampu mengumpulkan sinar infra merah sebanyak mungkin sehingga pulsa-pulsa sinyal listrik yang dihasilkan kualitasnya cukup baik. Semakin besar intensitas infra merah yang diterima maka sinyal pulsa yang dihasilkan akan baik jika sinyal infra merah yang diterima intensitasnya lemah maka infra merah tersebut harus mempunyai pengumpul cahaya (Light Colector) yang cukup baik dan sinyal pulsa yang dihasilkan oleh sensor infra merah ini harus dikuatkan. Pada prakteknya sinyal infra merah ini yang diterima intensitasnya sangat kecil sehingga perlu dikuatkan. Selain itu agar tidak terganggu oleh sinyal cahaya lain maka sinyal listrik yang dihasilkan oleh sensor infra merah harus difilter pada frekuensi sinyal carrier yaitu pada 30KHz sampai 40KHz. Photodiode maupun transistor disebut juga sebagai photo detector. Faktor yang juga berpengaruh pada kemampuan penerima infra merah adalah “active area” dan “respon time”. Semakin besar area penerimaan suatu dioda infra merah maka semakin besar area penerimaan suatu dioda infra merah maka semakin besar pula intensitas cahaya dikumpulkannya sehingga arus bocor yang diharapkan pada teknik “received bias” semakin besar. Selain itu semakin besar area penerimaan maka sudut penerimaannya juga semakin besar. Kelemahan area penerimaan yang semakin besar ini adalah noise yang dihasilkan juga semakin besar pula. Begitu pula dengan respon dengan frekuensi, semakin besar area penerimaannya maka respon frekuensinya turun dan sebaliknya jika area penerimaannya kecil maka respon terhadap sinyal frekuensi tinggi cukup baik. Gambar 2.1 Respon Penerimaan Sensor Infra merah 2.3 Sinar Infra Merah Sinar infra merah adalah radiasi elektromagnetik yang merupakan sinar tidak tampak, berada pada spectrum warna merah. Infra merah ini berarti “bawah merah”, berasal dari bahsa latin infra yang berarti bawah. Dapat dikatakan bahwa 80% dari cahaya matahari adalah sinar infra merah, karena lebarnya jangkauan gelombang sinar ini 0.75 – 100 micron. Sinar inframerah dikelompokan menjadi: 6. Near Infra Red (NIR): 0.75 – 14 m pada panjang gelombang, umumnya digunakan pada kombinasi fiber optic karena rugi atenuasi yang rendah pada medium kaa SiO2 (silica). 7. Short Wavelength Infra Red (SWIR):1.4 - 3µm. 8. Mid Wavelength Infra Red (MWIR): juga intermediate IR (IIR):3 -8µm 9. Long Wavelength Infra Red (LWIR):8 – 15 µm. 10. Far Infra Red (FIR): 15 - 1000µm. 4.3.1. Spektrum Sinar Infra Merah Spektrum sinar matahari terdiri dari sinar tampak dan sinar tidak tampak, sinar yang tampak meliputi: merah, orange, kuning, hijau dan ungu. Sinar yang tak tampak antara lain: sinar ultraviolet, sinar X, sinar gamma, sinar kosmik, sinar microwave, gelombang listrik dan sinar inframerah. Gelombang elektromagnetik di antara sinar tampak dan sinar microwave dinamakan sinar infra merah, dengan karakteristik adalah tidak kasat mata atau tidak terlihat, bersifat linier atau menyebar, reaktif atau dapat dipantulkan oleh beberapa objek. Tabel 2.1 Tabel Spektrum Cahaya Tampak dan Cahaya Infra Merah 4.3.2. Pemancar Infra Merah Pemancar yang digunakan adalah sebuah LED infra merah. LED adalah diode semi konduktor khusus yang dirancang untuk memancarkan cahaya apabila arus melaluinya. LED bekerja pada forward bias, yaitu kondisi saat anoda mendapat tegangan lebih positif dari katoda. Saat katoda forward bias diberikan pada LED, potensial penghalang menjadi rendah akibat adanya elektron tipe N akan melewati sambungan P-N untuk bergabung dengan tipe N akan melewati sambungan P-N untuk bergabung dengan tipe P. Jika terjadi penggabungan berarti elektron turun ke tingkat yang lebih rendah sehingga LED dapat mengemisi atau memancarkan cahaya. LED infra merah merupakan LED biasa, tetapi radiasi yang memancarkan akibat adanya arus forward tidak dapat di lihat mata, karena radiasi yang dipancarkan tersebut berada pada daerah infra merah. Bahan semikonduktor yang digunakan LED infra merah (Infra Red Emiting Dioda = IRED) adalah Ga As (Galium Arsenit), bahan semikonduktor ini memancarkan radiasi sinar infra merah. Tabel berikut memperlihatkan bahan pembentuk LED infra merah. Gambar 2.2 Kontruksi LED Infra Merah 4.4. Mikrokontroler ATMega16 AVR merupakan seri microcontroler CMOS 8 bit buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer). Atmel merupakan salah satu vendor yang bergerak dibidang mikroelektronika, telah mengembangkan AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) sekitar tahun 1997. Berbeda dengan microcontroller MCS51, AVR menggunakan arsitektur RISC yang mempunyai lebar bus data 8 bit, perbedaan ini bisa dilihat dari frekuensi kerjanya. MCS51 memiliki frekuensi kerja seperduabelas kali frekuensi oscillator sedangkan frekuensi kerja AVR sama dengan frekuensi oscillator. Jadi dengan frekuensi oscillator yang sama, kecepatan AVR duabelas kali lebih cepat dibanding kecepatan MCS51. Secara umum AVR dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Attiny, AT90Sxx, ATMega dan AT86RFxx. Perbedaan antar tipe AVR terletak pada fitur-fitur yang ditawarkan, sementara dari segi arsitektur dan set instruksi yang digunakan hampir sama. Spesifikasi yang dimiliki dari ATMega16 adalah sebagai berikut: Microcontroller AVR 8 bit yang memiliki kemampuan tinggi, dengan daya rendah. Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi 16MHz. Memiliki kapasitas Flash memori 16 KByte, EEPROM 512 Byte dan SRAM 1 KByte. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D. CPU yang terdiri atas 32 buah register. Unit interupsi internal dan eksternal. Port USART untuk komunikasi serial. Fitur Peripheral. j. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan. 1. 2(dua) buah Timer/Counter 8 bit dengan Prescaler terpisah dan Mode Compare. 2. 1(satu) buah Timer/Counter 16 bit dengan Prescaler terpisah, Mode Compare, dan Mode Capture. k. Real Time Counter dengan Oscillator tersendiri. l. 4 channel PWM. m. 8 channel, 10 bit ADC. 1. 8 Single-ended Channel. 2. 7 Differential Channel hanya pada kemasan TQFP. 3. 2 Differential Channel dengan Programmable Gain 1x, 10x, atau 200x. n. Byte-oriented Two-wire Serial Interface. o. Programmable Serial USART. p. Antarmuka SPI. q. Watchdog Timer dengan oscillator internal. r. On-chip analog Comparator. Gambar 2.3 Blok Diagram Mikrokontroler ATMega16 2.5 Relay Relay adalah sebuah saklar magnetic yang menggunakan medan magnet dan sebuah kumparan untuk membuka dan menutup satu atau beberapa kontak saklar pada saat relay dialiri arus. Pada dasarnya relay terdiri dari besi lunak yang selanjutnya berubah menjadi magnet yang menarik atau menolak suatu pegas sehingga kontak pun menutup membuka. Relay sering digunakan pada sistem elektronik sebagai sistem antar muka antara sistem kendali dengan peralatan yang dikendalikan. 2.5.1 Parameter Relay Relay memiliki parameter-parameter. Di antaranya sebagai berikut: 5. Resistansi Kumparan Resistansi kumparan ditentukan oleh tebal kawat dan jumlah lilitan. 6. Arus Driver Arus driver adalah arus yang diperlukan untuk mengaktifkan relay, arus ini merupakan ketetapan pabrik atau sudah ditentukan oleh pembuat relay tersebut. Jika restansi kecil maka diperlukan arus driver yang besar. 7. Tegangan Driver Tegangan driver adalah tegangan yang diperlukan untuk mengaktifkan sebuah relay, besarnya tegangan adalah sebagai berikut: V=IxR Dimana : I = Arus yang mengalir R = Resistansi V = Tegangan 8. Daya Driver Daya driver adalah perkalian antara arus dan tegangan driver. Daya ini merupakan daya yang diperlukan untuk mengaktifkan relay. Dalam penggunaan relay perlu diode pelintas tegangan balik. 2.5.2 Sifat-Sifat Relay Sifat-sifat relay antara lain: 5. Besarnya tahanan. 6. Kuat arus diperlukan guna pengoperasian relay. Besar arus ditentukan oleh pabrik pembuatnya relay dengan perlawanan kecil memerlukan arus kecil. 7. Daya yang diperlukan untuk menggerakan suatu relay (daya yang akan dipakai relay) sama dengan tegangan dikalikan arus delay. 8. Banyaknya kontak-kontak dimana jangkar dapat menyambungkan lebih dari satu kontak sekaligus. Oleh karena itu, relay dijual di pasaran ada yang membuka dan menutup satu kontak saja. Tetapi ada juga relay yang membuka atau mengontak sekaligus. 2.6 Transistor Transistor adalah contoh paling penting dari sebuah komponen aktif yaitu suatu alat yang dapat memperkuat, menghasilkan sinyal output dengan daya lebih besar di dalamnya dibandingkan dengan sinyal inputnya. Dari banyak tipe-tipe transistor modern pada awalnya ada dua tipe dasar transistor, Bipolar Junction Transistor (BJT atau Transistor Bipolar) dan Field–Effect Transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara berbeda. Transistor merupakan versi modern dari tabung hampa. Ditemukannya transistor mampu merubah kemajuan dunia elektronika. Sebagaimana diode, transistor juga merupakan alat semi konduktor. Secara sederhana, transistor merupakan penggabungan 2 buah dioda. Transistor memiliki dasar kegunaan sebagai berikut: c. Sebagai penguat (Amplifier) d. Sebagai penghantar-pemutus arus (SwitcIh) Gambar 2.4 Simbol Transistor NPN dan PNP Berdasarkan susunan bahan semi konduktornya, maka transistor dibagi menjadi dua transistor PNO (Positif – Negatif - Positif) dan Transistor NPN (Negatif – Positif – Negatif) memiliki 3 kali yang masing-masing diberi nama: emitor, basis dan kolektor. 2.7 Resistor Resistor merupakan komponen yang paling sering dipakai dalam rangkaianrangakaian elektronik. Resistor merupakan suatu komponen pengatur tegangan dan alat pendeteksi sinyal yang mengatur jalanya operasi rangkaian. Bentuk, ukuran, bahan dan resistansinya beragam tapi mudah dikenali. Dalam elekronik, resistor diproduksi juga untuk menghasilkan tegangan tertentu dan sebagai beban pada rangkaian elektronik dimana terdapat tegangan beban yang makin lama makin membesar. Besarnya resistansi dinyatakan dalam satuan Ohm. Kilo Ohm dan mega Ohm dicantumkan pada setiap resistor dalam bentuk lambang bilangan cincin kode warna. Untuk menyatakan resistansi sebaiknya disertakan batas kemampuan dayanya. Berbagai macam resistor dibuat dari bahan yang berbeda dengan sifat-sifat yang berbeda pula. Resistor dalam teori dan prakteknya ditulis degan huruf R. RESISTOR VARIABEL RESISTOR Gambar 2.5 Simbol Resistor Gambar 2.6 Resistor Tahanan adalah komponen dengan sifat yang tertentu menghambat arus elektron sesuai dengan perilakunya dalam tahanan listrik. Tahanan dapat dibagi menurut tahanan linier dan tahanan non-linier. (a) (b) (c) Pengukuran tahanan linier (d)Grafik tahanan Linier I-V Tahanan linier adalah tahanan dengan grafik pengenalanya adalah I-V arus tegangan itu berlaku persamaan: I = V/R Dimana: V : Tegangan (Volt) I : Arus (Ampere) R : Tahanan (Ohm) R = V/I dan 2.8 Kapasitor Kapasitor adalah komponen elektonika yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan elektron-elektron atau energi listrik selama waktu yang tidak tertentu. Kapasitor berbeda dengan battery atau akumulator dalam menyimpan muatan listrik, terutama tidak terjadi perubahan kimia pada bahan kapasitor. Kemampuan dari suatu kapasitor untuk menyimpan energi listrik disebut kapasitansi. Besarnya kapasitansi dari sebuah kapasitor dinyatakan dalam satuan Farad. Ada dua kelompok utama dari kapasitor yaitu: c. Kapasitor yang bisa diubah – ubah kapasitansinya (Variabel Kapasitor) d. Kapasitor yang tidak bisa diubah – ubah kapasitansinya. Gambar 2.7 Kapasitor Suatu kapasitor dibuat dari buah lempengan atau alat paralel yang bisa menghantarkan arus, yang dipisahkan oleh suatu penyekat yang disebut dielektrik untuk memperoleh suatu harga kapasistansi yang masuk akal maka luas plat harus cukup besar, permivitas relatifnya harus cukup tinggi dan tebal dielekriknya harus kecil. Jadi kekuatan dielektriknya ini merupakan faktor penting yang tidak boleh diabaikan. Kapasitor terbuat dari 2 buah lempengan (plat) paralel yang dapat menghantarkan arus listrik dipisahkan oleh suatu penyekat yang disebut dielektrik. Rumus yang dipakai dalam mencari kapasitansi dari kapasitor adalah sebagai berikut: C = Eo.Er. A/D Dimana : Eo = Permivitas absolute ( E = 858x10-12) Er = Permivitas relative ( konstanta dielektrik ) A = Luas dari plat ( m2) D = jarak antara dua plat yaitu totalnya dielektrik (cm) Kapasitor tidak konstan tetapi kapasitansinya akan berubah–ubah dengan tegangan dan frekuensi yang diberikan padanya. Dengan menaikkan temperatur perbesaran bahan dielektriknya dan perubahan yang terjadi dalam permivitas dielektrik, akan mengakibatkan perubahan kapasitansi dari suatu kapasitor. Kapasitor juga mempunyai muatan, muatan pada tegangan-tegangan lain dengan mengandalkan muatan per IV dengan perbedaan tegangan yang ada. Bila kapasitas dari kapasitor µC, sehingga dapat dituliskan dalam bentuk rumus berikut ini (Albert P.Malvino, 1984): Q=CxV Dengan: V = Tegangan (Volt) C = Kapasitansi kapasitor (Farad) Q = Muatan Kapasitor (Satuan coloumb) Dari rumus diatas, dapat diketahui bahwa nilai muatan pada suatu kapasitor merupakan hasil kali antara tegangan dengan kapasitansi kapasitas. 2.9 Sensor PIR (Passive Infra Red) Pyroelectric ("Passive") Infra Red sensors (PIR) adalah sensor PIR memungkinkan kita untuk mendeteksi adanya gerakan, digunakan untuk mendeteksi apakah manusia/benda telah bergerak atau keluar dari jangkauan sensor. Sensor PIR kecil, murah, berdaya rendah, mudah digunakan dan tidak mudah rusak. Itu alasan mereka banyak digunakan dalam peralatan rumah dan gadget. Mereka sering disebut sebagai PIR, "Pasif Infra Red", "Piroelektrik", atau "Motion IR" sensor. PIR pada dasarnya terbuat dari sensor piroelektrik (seperti gambar di atas, seperti logam bulat dengan kristal segi empat di tengah), yang dapat mendeteksi tingkat radiasi infra merah. Sensor PIR memancarkan sejumlah radiasi tingkat rendah, dan panas. Sensor dalam pendeteksi gerak sebenarnya terbagi dalam dua bagian untuk mendeteksi gerakan (perubahan). Kedua bagian ini berkabel sehingga mereka dapat berhubungan satu sama lain. Jika salah satu mendeteksi radiasi Infra merah dari yang lainnya, maka menghasilkan output yang bernilai High atau Low. Sensor piroelektrik adalah sekumpulan pendukung rangkaian, resistor dan kapasitor. Sebagian kecil penghobi sensor menggunakan BISS0001 ("Micro Power PIR Detector IC"), karena harga yang sangat murah. IC ini mengambil output dari sensor dan melakukan pengolahan (proses) kecil dan mengeluarkan (output) berupa pulsa output digital dari sensor analog. Gambar 2.8 Sensor PIR Sensor PIR ini bekerja dengan menangkap energi panas yang dihasilkan dari pancaran sinar infra merah pasif yang dimiliki setiap benda dengan suhu benda diatas nol mutlak. Seperti tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran sinar infra merah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus listrik. Mengapa bisa menghasilkan arus listrik, Hal ini dikarenakan pancaran sinar infra merah pasif ini membawa energi panas. Prosesnya hampir sama seperti arus listrik yang terbentuk ketika sinar matahari mengenai solar cell. Mengapa sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja, Hal ini disebabkan karena adanya IR Filter yang menyaring panjang gelombang sinar infra merah pasif. IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar infra merah pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Jadi, ketika seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap pancaran sinar infra merah pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia yang memiliki suhu yang berbeda dari lingkungan sehingga menyebabkan material pyroelectric bereaksi menghasilkan arus listrik karena adanya energi panas yang dibawa oleh sinar infra merah pasif tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus tersebut yang kemudian dibandingkan oleh comparator sehingga menghasilkan output. Ketika manusia berada di depan sensor PIR dengan kondisi diam, maka sensor PIR akan menghitung panjang gelombang yang dihasilkan oleh tubuh manusia tersebut. Panjang gelombang yang konstan ini menyebabkan energi panas yang dihasilkan dapat digambarkan hampir sama pada kondisi lingkungan disekitarnya. Ketika manusia itu melakukan gerakan, maka tubuh manusia itu akan menghasilkam pancaran sinar infra merah pasif dengan panjang gelombang yang bervariasi sehingga menghasilkan panas berbeda yang menyebabkan sensor merespon dengan cara menghasilkan arus pada material Pyroelectricnya dengan besaran yang berbeda-beda. Karena besaran yang berbeda inilah comparator menghasilkan output. Jadi sensor PIR tidak akan menghasilkan output apabila sensor ini dihadapkan dengan benda panas yang tidak memiliki panjang gelombang infra merah antar 8 sampai 14 mikrometer dan benda yang diam seperti sinar lampu yang sangat terang yang mampu menghasilkan panas, pantulan objek benda dari cermin dan suhu panas ketika musim panas. Gambar 2.9 Tampilan Reaksi Sensor pada Tubuh Manusia