Peran Perintah Allah Ke Empat [170] - Jemaat

advertisement
Jemaat Jemaat Allah Al Maséhi
[170]
Peran Perintah Allah Ke Empat dalam
Gereja-gereja Tuhan Yang Memelihara
Tradisi Hari Sabat yang Bersejarah [170]
(Edisi 2.0 19960622-20000122-20090128)
Adalah layak untuk diasumsikan oleh gereja-gereja yang memelihara tradisi hari Sabat pada
dua abad terakhir bahwa tema utama dan ciri pengenal dari Kekristenan adalah hari Sabat
dan bahwa gereja-gereja di sepanjang sejarah mengalami aniaya karena ketaatan mereka
pada tradisi Sabat. Pendapat ini pada sisi terbaiknya hanyalah separuh benar dan pada sisi
terburuknya berarti menyembunyikan aspek-aspek mendasar yang sejati dari iman yang
menyebabkan Gereja Tuhan mengalami aniaya dan aspek-aspek lainnya yang membentuk
ciri-ciri dari umat pilihan. Karya tulis ini menunjukkan bahwa pada kenyataannya terdapat
serangkaian tanda-tanda yang menjadi ciri dari umat pilihan dan yang digunakan untuk
mengucilkan mereka dan untuk memisahkan mereka dari masyarakat di sepanjang masa
penganiayaan yang umum disebut masa “Inquisitions” (semacam dewan yang dibentuk oleh
gereja Roma pada abad 15 dan 16).
Christian Churches of God
PO Box 369, WODEN ACT 2606, AUSTRALIA
E-mail: [email protected]
(Hak Cipta  1996, 1998, 2000, 2009 Wade Cox)
Karya ini dapat diperbanyak dan didistribusikan secara bebas dengan syarat bahwa disalin secara
utuh tanpa perubahan ataupun penghapusan kata. Nama dan alamat penerbit serta pernyataan Hak
Cipta harus disertakan. Tidak ada biaya yang dikenakan pada penerima salinan yang
didistribusikan. Kutipan sigkat dapat dimasukkan ke dalam artikel kritik ataupun resensi tanpa
melanggar ketentuan hak cipta.
Karya tulis ini tersedia di situs World Wide Web:
http://www.logon.org and http://www.ccg.org
Hal. 2
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
Peran Perintah Allah Ke Empat dalam Gereja-gereja Tuhan Yang
Memelihara Tradisi Hari Sabat yang Bersejarah [170]
Pendahuluan
Dalam karya tulis Distribusi Umum dari
Gereja-gereja yang Memelihara Tradisi Hari
Sabat [122] telah ditunjukkan bahwa terdapat
sebuah keterkaitan yang berkesinam-bungan
dari gereja-gereja yang memelihara tra-disi
Sabat di sepanjang sejarah yang terus ditentang,
dan dianiaya oleh, gereja-gereja dari aliran
utama. Adalah layak untuk diasumsikan oleh
gereja-gereja yang memelihara tradisi Sabat
pada dua abad terakhir bahwa tema utama dan
ciri pengenal dari sistem ini adalah Sabat dan
bahwa gereja-gereja tersebut dianiaya karena
ketaatan mereka pada tradisi Sabat. Pendapat ini
pada sisi terbaiknya hanyalah separuh benar dan
pada sisi terburuknya berarti menyembunyikan
aspek-aspek mendasar yang sejati dari iman
yang menyebabkan Gereja Tuhan mengalami
aniaya dan aspek-aspek lainnya yang
membentuk ciri-ciri dari umat pilihan. Karya
tulis
ini
menunjukkan
bahwa
pada
kenyataannya terdapat serangkaian tanda-tanda
yang menjadi ciri dari umat pilihan dan yang
digunakan untuk mengucilkan mereka dan
untuk memisahkan mereka dari masyarakat di
sepanjang masa penganiayaan yang umum
disebut masa “Inquisitions” (semacam dewan
yang dibentuk oleh gereja Roma pada abad 15
dan 16). Sistem ortodoks utama menggunakan
banyak dari ciri-ciri pengenal dari iman untuk
mengumpulkan informasi dan bukti terhadap
umat
pilihan
dengan
tujuan
untuk
menghancurkan mereka.
Gereja-gereja Tuhan di abad ke duapuluh
membuat sebuah kesalahan mendasar dengan
mengasumsikan bahwa apa yang mereka
pahami adalah lebih baik atau lebih lengkap
dari yang dipahami oleh gereja-gereja pada era
sebelumnya. Hal ini, pada kenyataannya,
terbukti sebagai unsur perusak dalam gerejagereja masa kini dan timbul dari ketidakpedulian mereka terhadap doktrin-doktrin
gereja-gereja terdahulu dan penerapan dari
doktrin iman mereka.
Adalah kebenaran faktual bahwa jaman-jaman
selanjutnya mempertunjukkan keseluruhan
karakteristik dari sistem baik Sardis maupun
Laodikia (Wahyu 3:1-6,14-22). Dari ketidak-
pedulian ini akan muncul sistem sejati
Filadelfia (Wahyu 3:7-13) yang mempunyai
sedikit kekuatan namun setia terhadap perintah
Allah dan kesaksian Yesus Kristus (Wahyu
12:17; 14:12).
Apa sebenarnya yang dinyatakan Alkitab
sebagai ciri-ciri umat pilihan dan peran apakah
yang dimainkan Sabat dalam proses identifikasi
itu?
Sabat sebagai salah satu ciri Gereja
Sabat adalah perintah Allah ke empat. Sabat
diselidiki secara panjang-lebar dalam karya tulis
Hukum dan Perintah Allah Ke Empat [256];
lihat juga Sabat [031]. Hal ini terdapat dalam
Keluaran 20:8,10,11; dan Ulangan 5:12.
Sabat dicatatkan sebagai ciri dari umat Tuhan.
Sabat merupakan tanda antara kita dan Allah
yang menguduskan kita.
Keluaran 31:12-14 Berfirmanlah Tuhan kepada
Musa: 13 “Katakanlah kepada orang Israel, demikian:
Akan tetapi hari-hari SabatKu harus kamu pelhara,
sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turuntemurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah
Tuhan, yang menguduskan kamu. 14 Haruslah kamu
pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu;
siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat titu,
pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang
melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus
dilenyapkan dari antara bangsanya.
Seringkali salah diasumsikan bahwa hari Sabat
yang disebut di sini yang dalam bahasa
Inggrisnya dituliskan Sabbaths merupakan
bentuk jamak dari hari Sabat mingguan yang
dituliskan dalam bentuk tunggal. Hal ini
tidaklah benar. Sabat dalam bentuk jamak ini
pengertiannya meluas ke seluruh bentuk
kebaktian pada Hari-hari Kudus yang termasuk
sebagai hari Sabat. Kata pastilah dihukum mati,
mempunyai arti rohani.
Sabat bukanlah eksklusif tanda dari Gereja.
Sabat juga merupakan tanda umat perjanjian
yang belum lagi dipanggil ke Gereja. Apabila
Sabat merupakan tanda umat pilihan, maka
Yudaisme akan menjadi bagian dari
kebangkitan yang pertama, dan tidaklah
demikian adanya.
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
Ciri/tanda lain dari umat pilihan
Ciri yang ke dua adalah Paskah dan Hari Raya
Roti Tidak Beragi.
Keluaran 13:9-16 Hal itu bagimu harus menjadi
tanda pada tanganmu dan menjadi peringatan di
dahimu, supaya hukum TUHAN ada di bibirmu;
sebab dengan tangan yang kuat TUHAN telah
membawa engkau keluar dari Mesir. 10 Haruslah
kaupegang ketetapan ini pada waktunya yang sudah
ditentukan, dari tahun ke tahun. 11 Apabila engkau
telah dibawa TUHAN ke negeri orang Kanaan,
seperti yang telah dijanjikanNya kepada nenek
moyangmu, dan negeri itu telah diberikanNya
kepadamu, 12 maka haruslah kaupersembahkan bagi
TUHAN segala yang lahir terdahulu dari kandungan;
juga setiap kali ada hewan yang kaupunyai beranak
pertama kali, anak jantan yang sulung adalah bagi
TUHAN. 13 Tetapi setiap anak keledai yang lahir
terdahulu kautebuslah dengan seekor domba; atau,
jika engkau tidak menebusnya, engkau harus
mematahkan batang lehernya. Tetapi mengenai
manusia, setiap anak sulung di antara anak-anakmu
lelaki, haruslah kautebus. 14 Dan apabila anakmu akan
bertanya kepadamu di kemudian hari: Apakah artinya
itu? maka haruslah engkau berkata kepadanya:
Dengan kekuatan tanganNya TUHAN telah
membawa kita keluar dari Mesir, dari rumah
perbudakan. 15 Sebab ketika Firaun dengan tegar
menolak untuk membiarkan kita pergi, maka
TUHAN membunuh semua anak sulung di tanah
Mesir, dari anak sulung manusia sampai anak sulung
hewan. Itulah sebabnya maka aku biasa
mempersembahkan kepada TUHAN segala binatang
jantan yang lahir terdahulu dari kandungan, sedang
semua anak sulung di antara anak-anakku lelaki
kutebus. 16 Hal itu harus menjadi tanda pada
tanganmu dan menjadi lambang di dahimu, sebab
dengan kekuatan tanganNya TUHAN membawa kita
keluar dari Mesir.”
Paskah dan Roti Tidak Beragi merupakan ciri
ke dua dari umat perjanjian. Perluasan dari
perintah Allah yang ke empat ini (sebagaimana
kita lihat di atas) adalah untuk menandai hukum
Tuhan dalam tindakan kita (tangan) dan dalam
pikiran kita (dahi, di antara mata). Keduanya
adalah tanda dari hukum Tuhan (Ulangan 6:8)
dan dari penebusanNya atas Israel (Ulangan
6:10). Dari Perjanjian Baru, status ini diperluas
ke manusia lain selain orang Israel yang ada
dalam Kristus (Roma 9:6; 11:25-26). Pengertian
dari Paskah di Gereja-gereja Tuhan di abad ke
duapuluh telah mengalami kekeliruan yang
serius. Telah diasumsikan dengan salah bahwa
orang Yahudi melakukan kesalahan dalam
penetapan Paskah dan bahwa sebenarnya
Paskah jatuh pada malam dari tanggal
empatbelas bulan Nisan dan bahwa Malam
yang Harus Diingat jatuh pada tanggal
limabelas dan bahwa malam itu telah dengan
Hal. 3
keliru diistilahkan sebagai Paskah oleh orang
Yahudi. Hal ini telah diselidiki secara rinci dan
keseluruhan struktur dari premis yang salah
yang menjadi dasar anggapan tersebut diuraikan
dalam Lampiran dari karya tulis Paskah [098].
Tanda-tanda dari hukum ini, Sabat, dan Paskah
telah dirancang secara spesifik untuk menghindarkan penyembahan berhala (Ulangan 11:6).
Kedua tanda ini merupakan meterai di tangan
dan dahi dari umat Allah. Bersama dengan Roh
Kudus, kedua tanda ini merupakan dasar dari
pemeteraian dalam Wahyu 7:3 di jaman akhir.
Dengan demikian tanda dari umat pilihan
berpusat pada perintah Allah yang pertama.
Kristus mengatakan Engkau harus menyembah
Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah
engkau berbakti (atau layani) (Mat. 4:10; Luk.
4:8). Pelayanan adalah penyembahan/kebaktian
dalam terminologi Alkitab.
Pendamaian (atonement) adalah tanda lain dari
umat
perjanjian.
Kelalaian
melakukan
Pendamaian akan mendatangkan hukuman
berupa dilenyapkan dari bangsa; dengan kata
lain, dari tubuh perjanjian Israel yang adalah
gereja (Imamat 23:29).
Tanda utama dan pertama dari umat perjanjian
adalah sunat (Kejadian 17:14). Tanda ini
dihapuskan dan digantikan dengan baptisan
(lihat karya tulis Pertobatan dan Baptisan
[052]).
Karena itulah, Baptisan Roh Kudus, merupakan
tanda utama dari orang percaya melalui darah
Yesus Kristus menjadi satu tubuh (Mat. 28:19;
KPR 1:5; 11:16; Roma 6:3; 1Kor. 12:13; Ibrani
9:11-28).
Pendirian umum Gereja dari segi
doktrin
Doktrin umum dari umat pilihan dapat dilihat
dari saat-saat paling awal. Pengetahuan terdekat
tentang rasul Yohanes yang kita miliki adalah
dari muridnya Polycarp dan Irenaeus.
Pandangan yang paling awal adalah bahwa
Alkitab dan gereja Perjanjian Baru mempunyai
pandangan yang tak ada duanya mengenai
Allah Bapa yang telah dipegang secara
konsisten sejak duaribu tahun.
Pemusatan iman mereka adalah pada doktrin
mereka tentang Allah. Hari Sabat, hari raya
Hal. 4
Bulan Baru dan Hari Raya lainnya merupakan
aspek yang lain dari yang lain dalam
penyembahan pada Allah. Ini juga disertai
dengan kepatuhan pada hukum tentang
makanan dalam dasar yang agar luas atau
umum (lihat juga karya tulis Hukum tentang
Makanan [015]). Dengan demikian Sabat dan
semua yang bersumber darinya merupakan
sebuah tanda penyembahan terhadap Tuhan
yang satu dan yang sejati (Yoh. 17:3). Tuhan
ini, Eloah, bukan lain adalah Tuhan yang
disembah oleh Yudea dan dikemukakan dalam
Perjanjian Lama. Bagi gereja-gereja mula-mula,
Alkitab adalah Perjanjian Lama yang
diinterpretasikan dan dijelaskan oleh Perjanjian
Baru (lihatt karya tulis Alkitab [164]). Doktrindoktrin gereja yang mula-mula mengenai Tuhan
telah dibahas dalam karya tulis Teologi Mulamula mengenai Allah Bapa [127] dan juga
Mengenai Imortalitas [165], Keillahian Kristus
[147], Perintah Allah yang Pertama: Dosa Iblis
[153] dan juga Konsubstansial dengan Allah
Bapa [081].
Landasan Alkitabiah untuk doktrin
umum
Landasan Alkitabiah untuk doktrin umum
dipusatkan pada Perintah Allah yang pertama
dan ke empat (lihat karya tulis Perintah Besar
Pertama [252]. Dengan cara ini kita melihat
bahwa perintah yang ke empat hanyalah faset
ke empat dari sebuah struktur yang lebih luas.
Hari Sabat dan Hari-hari Raya pada gilirannya
merupakan sub-struktur dari perintah ke empat
dan berinter-relasi dengan perintah-perintah
yang lainnya. Hal ini diuraikan dalam
Pernyataan Iman Kristen [A1].
Gereja berkomitmen untuk memelihara Kesepuluh
Perintah Allah sebagaimana yang dituliskan dalam
Keluaran 20:1-17 dan Ulangan 5:6-21.
Perintah yang pertama adalah:
Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa
engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat
perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di
hadapanKu.
Allah Bapa adalah satu-satunya Allah yang sejati (Jn.
17:3) dan tak ada elohim lain yang ada sebelum
ataupun setara dengan Dia. Adalah tidak
diperbolehkan untuk menyembah atau berdoa pada
entitas lain, termasuk pada Yesus Kristus.
Perintah yang ke dua adalah:
Jangan membuat bagimu patung yang
menyerupai apapun yang ada di langit di
atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau
yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan
sujud menyembah kepadanya atau beribadah
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu,
adalah
Allah
yang
cemburu,
yang
membalaskan kesalahan bapa kepada anakanaknya, kepada keturunan yang ke tiga dan
ke empat dari orang-orang yang membenci
Aku, tetapi Aku menjunjukkan kasih setia
kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang
mengasihi Aku dan yang berpegang pada
perintah-perintahKu.
Dengan demikian tidaklah diperbolehkan untuk
membuat patung atau suatu bentuk yang menyerupai
dari deskripsi apapun untuk digunakan dalam
penyembahan atau simbolisme keagamaan. Salib
sendiri karenanya tidaklah dibenarkan untuk
digunakan sebagai simbol gereja. Perintah-perintah
Allah itu sendiri membentuk bagian dari identifikasi
atas sistem keagamaan dan merupakan batasan atas
kesemua bagian yang lainnya.
Perintah yang ke tiga adalah:
Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu,
dengan sembarangan, sebab Tuhan akan
memandang bersalah orang yang menyebut
namaNya dengan sembarangan.
Nama Allah merupakan suatu otoritas dan dengan
demikian hukum ini berlaku tidak hanya sebagai
suatu peringatan belaka namun juga mencakup hal
penyalah-gunaan dari otoritas Gereja dan semua
pihak yang bersikap seolah-olah mengikuti petunjuk
Tuhan melalui Yesus Kristus.
Perintah yang ke empat adalah:
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam
hari lamanya engkau akan bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari
ke tujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu;
maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan,
engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu
perempuan, atau hambamu laki-laki atau
hambamu perempuan, atau hewanmu atau
orang asing yang di tempat kediamanmu.
Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan
langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia
berhenti pada hari ke tujuh; itulah sebabnya
Tuhan memberkati hari Sabat dan
menguduskannya.
Dengan demikian, Sabat hari ke tujuh merupakan
sesuatu yang wajib dalam hal keimanan. Tak seorang
Kristenpun yang dapat melayani Allah sambil
mengabaikan hari Sabat, yang dalam sistem
penanggalan masa kini dikenal sebagai hari Sabtu.
Penetapan hari penyembahan yang lain kecuali hari
ke tujuh tidak hanya menyimpang dari perintah ini
namun tindakan itu sendiri merupakan pelambang
pemberhalaan yang tidak disebutkan dalam
pernyataan terbuka dari Allah. Ini merupakan suatu
tindakan pemberontakan dan dengan demikian tidak
ada bedanya dengan ilmu sihir (1 Samuel 15:23).
Apabila dikaitkan dengan perintah yang ke dua, yang
memberikan batasan kepada perintah ke empat, hal
ini menjadi sebuah tindakan penyembahan berhala.
Penetapan sebuah penanggalan, yang menyesuaikan
minggu-minggu dalam sebuah sistem perputaran,
juga mempunyai akibat yang serupa.
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
Ke empat perintah yang pertama ini menentukan
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan
diidentifikasikan sebagai kepala pertama atau utama
dari hukum Allah, yaitu
kasihilah Allahmu dengan segenap hatimu,
dan dengan segenap jiwamu, dan dengan
segenap akal-budim (dan dengan segenap
kekuatanmu; Markus 12:30). Inilah perintah
utama dan perintah terbesar (Matius 22:3738).
Identifikasi absolut terhadap Allah mengemuka dari
ketaatan penuh iman terhadap perintah-perintah ini
dan penghindaran setiap tindakan, yang akan
menyimpang darinya.
Perintah yang ke empat karenanya merupakan
satu dari empat serangkai, yang merupakan
bagian integral dari perintah besar yang utama.
Dengan demikian, dari mulut Yesus Kristus,
Allah Bapa merupakan pusat, dan merupakan
pokok utama dan pamungkas, dari keimanan
(Matius 22:37-38; Markus 12:30; Wahyu 1:8).
Pengetahuan mengenai Satu Allah yang Sejati
dan puteranya Yesus Kristus, yang diutusNya,
merupakan pusat dari perolehan hidup kekal
(Yohanes 17:3; 1Yohanes 5:20). Perintah ke
empat dengan demikian bukanlah suatu akhir
dalam perintah itu sendiri, namun hanya
merupakan indikator utama dari orang pilihan
dan fakta dari kepatuhan mereka pada Allah.
Perintah Allah ke empat, lebih luas lagi
mencakup keseluruhan sistem penyembahan
dalam Alkitab yaitu Bulan Baru, Perayaan dan
Hari-hari Kudus dan juga mengenai perpuluhan
(lihat karya tulis Perpuluhan [161]) yang
berkaitan dengan sistem hasil pertama dan
Panenan Yang Dijanjikan (lihat juga karya tulis
Perjanjian Allah [152]).
Kita telah melihat dampak dari perayaan Bulan
Baru dalam penanggalan Allah (lihat karya tulis
Penanggalan Allah [156]). Perayaan Bulan
Baru dan Hari-hari Raya menyatu menjadi
struktur dari pemerintahan Allah. Kaum
Sanhedrin, dengan cara yang sama seperti Bait
Allah dan keimamannya, merupakan sebuah
refleksi dari sistem surgawi (Ibrani 8:5). Akan
tetapi, pada kita ada sebuah altar dari mana
mereka yang melayani kemah (atau struktur
jasmaniah) tidak berhak untuk memperoleh
makanan (Ibrani 13:10). Karena itu, kita
tidaklah memiliki sebuah kota jasmaniah yang
kekal tetapi harus berusaha mencari kota yang
Hal. 5
lain lagi, yang masih akan datang. Dengan cara
yang sama dengan cara bagaimana kurbankurban bakaran dipersembahkan di luar kota,
demikian pula Yesus Kristus dikurbankan di
luar kota dan dengan demikian kita maju ke luar
dari perkemahan untuk melakukan pelanggaran
yang sama seperti pelanggaran yang harus
menjadi tanggungan Yesus Kristus (Ibrani
13:12-13).
Maka berangkat dari gambaran itu, kita
kemudian melihat pada contoh yang berupa
saudara-saudara kita di masa lalu untuk melihat
apa yang telah mereka alami dan apa yang
menyebabkan
mereka
harus
menjalani
hukuman. Doktrin-doktrin gereja yang mulamula akan nampak cukup konsisten apabila kita
dapat memisahkan antara fakta dengan
propaganda dari sistem aliran-aliran utama.
Penerapan elemen-elemen khusus ini
dalam doktrin Gereja-gereja
Gereja yang mula-mula secara eksklusif adalah
gereja yang Unitarian. Kaum Gnostik dan
Modalis tidaklah dapat dianggap sebagai bagian
dari gereja mula-mula. Tak terdapat sebuahpun
bukti bahwa Yesus Kristus ataupun para rasul
atau murid-murid dari para rasul mempunyai
ciri sebagai Binitarian atau Trinitarian. Bahkan,
terdapat sebuah bukti yang jelas bahwa doktrin
Trinitas merupakan pengembangan dari suatu
turunan Binitarianisme dari apa yang disebut
sebagai umat Kristen abad ke empat. Pendirian
Trinitarian, dan juga pendahulunya yang tidak
begitu jelas, Binitarianisme, tidaklah pernah
dipegang oleh gereja-gereja yang mematuhi hari
Sabat hingga pada masa tersebut atau bahkan
hingga terjadinya Reformasi sekitar sebelas
abad
kemudian.
Pada
kenyataannya,
Binitarianisme berasal dari aliran Modalis yang
merupakan doktrin dari para penyembah dewa
Attis di Roma (lihat karya tulis Asal Muasal
Natal dan Paskah [235]).
Bukti-bukti
Sejarah
Penganiayaan Gereja
dan
Gereja-gereja Awal
Kita tahu dari tulisan Irenaeus (dan dari
pendahulunya Polycarpus) bahwa ia dan Gereja
pada intinya adalah Unitarian dan bahwa
mereka percaya bahwa Yesus Kristus itu
diangkat sebagai elohim dan bahwa umat
Hal. 6
pilihan pada gilirannya juga akan menjadi
elohim sebagaimana Yesus Kristus dengan
Allah Bapa. Mereka percaya bahwa hanya
Allah Bapa yang mempunyai kekekalan dan
bahwa Allah Bapa tidak mempunyai sesuatupun
yang kekal setara denganNya. Ini bersumber
dari Zakharia 12:8 dan ditemukan di dalam
Against Heresies (Menentang Takhyul).
Irenaeus menyatakan mengenai Allah (Against
Heresies, III, viii, 3):
Oleh Firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh nafas
dari mulutNya segala tentaranya. [Mazmur 33:6].
For He commanded, and they were created; He spake
and they were made. Whom therefore did He
command? The Word, no doubt, by whom, He says,
the heavens were established and all their power by
the breath of His mouth [Ps. 33:6].
Irenaeus berkeyakinan bahwa:
telah dengan jelas terbukti bahwa baik para nabi
maupun para rasul tidak pernah menyebut, atau
memanggil Allah yang lain sebagai Tuhan, kecuali
Allah yang sejati dan yang tunggal . . . Tetapi segala
sesuatu yang dijadikan adalah amat berbeda dengan
Dia yang menjadikannya, dan apa yang telah
diciptakan dengan Dia yang menciptakannya. Karena
hanya Ia sendirilah yang tidak diciptakan, yang tidak
berawal dan tidak berkesudahan, dan tidak kurang
sesuatupun. Ia sendiri adalah cukup bagi diriNya
sendiri; dan lebih jauh lagi, Ia memberikan kepada
semua yang lain hal yang satu ini, keberadaan; segala
sesuatu yang telah dijadikanNya (dalam karya
tersebut di atas).
Irenaeus memperluas kapasitas untuk menjadi
Allah (theos atau elohim) sampai pada Logos
disini, sebagai sesuatu yang berbeda dari segala
yang lain yang diciptakan (dalam karya tersebut
di atas). Ia telah lebih dulu menciptakan posisi
dari Allah dan Allah Putera dan mereka yang
diadopsi sebagai theoi atau elohim dan semua
putera-putera Allah dari Buku III, Pasal vi.
Karena itu demikian pula Tuhan, atau Roh Kudus,
atau para rasul, pernah dinamakan sebagai Allah,
secara pasti dan absolut, ia yang bukan Allah, kecuali
jika ia benar-benar Allah; tidak pula mereka akan
menamakan siapapun dalam dirinya sendiri Tuhan,
kecuali Allah Bapa yang memerintah atas segalanya,
dan PuteraNya yang menerima kuasa dari BapaNya,
atas semua ciptaan, sebagaimana yang ada dalam
perikop ini: Demikianlah firman Allah kepada
Tuhanku: “Duduklah di sebelah kananKu, sampai
Kubuat musuh-musuhMu menjadi tumpuan kakiMu.”
(Mazmur 110:1). Disini [Alkitab] menyatakan
mengenai Allah Bapa yang berbicara kepada
PuteraNya; Ia yang memberikan kepadaNya warisan
dari orang-orang yang tidak percaya, dan
menyerahkan padaNya semua musuh-musuhNya . . .
Irenaeus lebih lanjut menyatakan bahwa Roh
Kudus menyebut Allah Bapa dan PuteraNya
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
disini sebagai Tuhan. Ia menyatakan bahwa
sebenarnya itu adalahYesus Kristus yang
berbicara
kepada
Abraham
sebelum
penghancuran kaum Zindik dan telah menerima
kuasa [dari Allah] untuk menghakimi orang
Zindik atas kejahatan mereka. Dan hal ini [teks
yang selanjutnya]:
menyatakan kebenaran yang sama: “TahtaMu
kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan
selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat
kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan
membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah
mengurapi Engkau” [Mazmur 45:7-8] Karena Roh
Kudus menyebut Mereka [berdua] sebagai Tuhan
(theos atau elohim] — baik Ia yang diurapi sebagai
Putera dan Ia yang mengurapiNya, yaitu Allah Bapa.
Dan lagi: “Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara
para allah Ia menghakimi” [Mazmur 82:1]. Ia [disini]
berarti Allah Bapa dan PuteraNya dan mereka yang
telah menerima pengangkatan; tetapi ini adalah
Gereja karena Gereja adalah bait Allah, yang
olehNya — yaitu PuteraNya sendiri — telah
kumpulkan, dan mengenai siapa Ia telah katakan:
“Yang Mahakuasa, Tuhan Allah, berfirman dan
memanggil bumi.” [Mazmur 50:1]. Siapakah yang
dimaksud oleh Allah? Ia yang telah disebutNya,
“Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri;”
[Mazmur 50:3] yaitu, PuteraNya yang telah
menjelma menjadi manusia, yang mengatakan, “Aku
telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang
tidak menanyakan Aku” [Yesaya 65:1]. Tetapi
“illahi” mana [yang Ia sebut]? [Mengenai mereka]
kepada siapa Ia berfirman, “Aku sendiri telah
berfirman: ‘Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang
Mahatinggi kamu sekalian.” [Mazmur 82:6]. Kepada
mereka, tak diragukan lagi, yang telah menerima
anugerah “menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh
itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa” [Roma 8:15]
(Against Heresies, Buku III, Pasal vi, ANF, Volume
I, hal. 418-419).
Tak perlu diragukan bahwa Irenaeus mempunya
sebuah pandangan subordinasionis mengenai
Allah Bapa dan meluaskan istilah Allah
(sebagai theoi atau elohim) dengan menyertakan
sang
Putera
dan
juga
hal
pengangkatan/dijadikan.
Ini
mungkin
bersumber paling tidak dari Zakharia 12:8. Ia
nampaknya mengindikasikan disini bahwa
Yesus Kristus mengumpulkan umat percaya,
sementara kita tahu dari Alkitab bahwa adalah
Allah yang memberikan umat pilihan kepada
Yesus Kristus agar supaya mereka dikumpulkan
(Yohanes 17:11-12; Ibrani 2:13; 9:15).
Penggunakan eksklusif dari istilah itu atas umat
pilihan secara fisik mungkin merupakan
kekeliruan jika menggunakan aplikasi Irenaeus
disini. Warga surgawi (ilahi) juga disertakan di
dalam sidang dari pengertian dalam Wahyu
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
pasal 4 dan 5. Dengan demikian warga surgawi
yang setia adalah juga Ecclesia [Sidang] Ilahi.
Pendirian ini diselidiki dalam karya tulis
Teologi Mula-mula mengenai Allah Bapa [127]
dan juga dalam Mengenai Kekekalan [165].
Adalah juga penting untuk memahami bahwa
doktrin mengenai Kekekalan Jiwa dipandang
sebagai suatu doktrin yang tidak dari Allah dan
merupakan sebuah doktrin penghujatan.
Pandangan ini dipertahankan sedemikian rupa,
sehingga bahkan ketika kebaktian di hari
Minggu mulai merasuki gereja, sebagaimana
yang terjadi pada tahun 160 Masehi,
berdasarkan bukti dari Justin Martyr, kita dapat
melihat bahwa doktrin-doktrin mengenai Allah
Bapa dan kebangkitan tetap merupakan inti dan
tidak terganggu. Karena itulah, hari Sabat
disangkal sebelum Allah Bapa dan kebangkitan
pada tahap-tahap awal. Hal ini kemudian
menjadi berbalik menjadi pendirian yang
kemudian yaitu Allah Bapa digugat sebelum
posisi mengenai hari Sabat dan Doktrin
mengenai Jiwa.
Anders
Nygren
(Agape
and
Eros,
diterjemahkan oleh Philip S Watson, Harper
Torchbooks, New York, 1969) memahami
konsep kehidupan kekal di dalam gereja ketika
ia menyatakan:
Gereja kuno adalah yang paling berbeda dari semua
dari Helenisme dalam kepercayaannya mengenai
Kebangkitan.
Tradisi
Kristen
mendukung
“Kebangkitan tubuh,’ yang oleh para Apologet
digunakan sebagai pembanding terhadap doktrin
Helenistik yang dinamakan “Kekekalan jiwa.’ Antitesisnya merupakan sesuatu yang penuh kesadaran
dan penuh kesengajaan, karena belum pernah
sebelumnya penentangan mereka terhadap roh
Helenistik terasa oleh umat Kristen awal
sebagaimana saat itu. Doktrin Platonis, doktrin
Helenistik mengenai jiwa nampak bagi para
Apologet sebagai sebuah doktrin yang kafir dan
menghujat, yang lebih dari yang lain, harus mereka
serang dan hancurkan (Justin Dial. lxxx. 3-4)
Motto mereka dalam hal ini mungkin tergambar
melalui perkataan Tatia: ‘Bukanlah kekal, hai
Yunani, jiwa itu dalam jiwa itu sendiri, tetapi fana
adanya. Tetapi adalah mungkin bagi jiwa itu untuk
tidak binasa’ (Tatian, Oratio ad Graecos, xiii. 1).
Perbedaan antara Kristen dan non Kristen dalam hal
ini
adalah
sedemikian
besarnya
sehingga
kepercayaan terhadap apa yang dinamakan
‘Kebangkitan tubuh’ dapat menjadi sebuah kelas
tersendiri (shibboleth). Seseorang yang mempercayai
‘Kekekalan jiwa’ dengan kepercayaannya itu
menunjukkan bahwa ia bukanlah seorang Kristen.
Hal. 7
Sebagaimana yang dinyatakan Justin: ‘Jika anda
telah menyamakan diri dengan mereka yang
dinamakan Kristen . . . dan yang menyatkaan bahwa
tak ada kebangkitan setelah kematian, akan tetapi
bahwa jiwa mereka, ketika mereka mati, dibawa ke
surga, tidak membayangkan bahwa mereka adalah
Kristen’ (Dial. lxxx. 4) (dalam karya tersebut di atas,
hal. 280-281).
Demikianlah Gereja menyangkal Kekekalan
Jiwa — mereka secara pasti adalah Unitarian
subordinasionis.Tidak saja mereka akan
menolak Trinitas jika saja itu ditawarkan pada
mereka, tapi mungkin mereka juga akan mengekskomunikasikan siapapun yang menganut
doktrin itu atau setiap Diteisme yang terbukti
berasal dari kalangan Gnostik. Gereja amatlah
toleran, tetapi, hanya karena adanya pandangan
bahwa takhyul dibiarkan dengan maksud untuk
menunjukkan siapa di dalam Gereja yang
mendapatkan perkenan Allah (1Korintus
11:19). Hal ini mereka lakukan dengan cara
‘belajar’ (2Timotius 2:15, terjemahan KJV;
RSV menyatakan usahakanlah).
Mereka juga berpandangan bahwa yang disebut
Kitab Suci adalah yang sekarang kita kenal
sebagai Perjanjian Lama dan bahwa Perjanjian
Baru merupakan interpretasi dari Ktiab Suci itu.
Mereka mempertahankan tradisi Bulan Baru
dan Perayaan-perayaan dan kita melihat bahwa
Paskah Lama (Passover) menjadi sebuah
perdebatan pada abad ke dua, ketika sistem
Paskah Baru (Easter) mulai diperkenalkan dan
mulai menggantikan Paskah Lama (Passover)
dalam apa yang kemudian dikenal sebagai
kontroversi Quarto-deciman (lihat karya tulis
Paskah [098] and Perdebatan “Quartodecima”
[277]).
Gereja mulai dianiaya dan terjadi umumnya di
luar wilayah Kekaisaran Roma. Dengan
demikian, hal itu terjadi di luar jangkauan
gereja Ortodoks sampai konversi progresif
kaum Arya, yang berlangsung hingga abad ke
delapan dan juga dari berdirinya Kerajaan Suci
Roma tahun 590. Penganiayaan iman terus
berlangsung selama suatu masa waktu yang
melampaui kekuasaan dan pemerintahan dari
Kerajaan Suci Roma dari tahun 590 hingga
1850 (lihat karya tulis Distribusi Umum dari
Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat
[122]).
Adventisme Amerika dan Gereja Tuhan di
Amerika Serikat selama dua abad terakhir telah
Hal. 8
keliru menerapkan tanggal-tanggal dari
Kerajaan Suci Roma dan nuibuatan mengenai
satu masa, satu masa dan setengah masa atau
yang juga disebut 1.260 hari. Kesalahan
penyusunan ini utamanya disebabkan karena
ketidak-pedulian dari sejaran Eropa dan
nubuatan palsu yang terpenuhi dengan
sendirinya. Kekeliruan yang serius ini
mempunyai suatu pengaruh yang amat
signifikan terhadap nubuatan palsu dan gerakan
advent masa waktu 1842-44. Hal ini kemudian
menimbulkan doktrin palsu yang lain yang
disebut sebagai Penghakiman pra-Advent (lihat
karya tulis Penghakiman sebelum Kedatangan
Kristus [176]).
“Inkuisisi”
Kita mengetahui berdasarkan bukti-bukti yang
diperoleh dari Inkuisisi mengenai apakah yang
menjadi doktrin dari Gereja pada berbagai
tahapan dari distribusinya.
Kita dapat menyatakan dengan suatu kepastian
bahwa gereja disebut, oleh sistem Katholik,
dengan berbagai-bagai nama pada lokasilokasinya yang berbeda untuk menutupi
perkembangan yang luar biasa dan struktur
yang seragam dari doktrin-doktrin gereja. Akan
tetapi, organisasi Gereja Tuhan mempunyai
perbedaan pendapat mengenai pengaturan dan
titik beratnya (misalnya antara Presbitarian
dengan Episkopal di Waldens Barat). Kita tahu
bahwa mereka disebut Cathar atau Cathari dan
dengan demikian merupakan Puritan di Inggris.
Mereka juga disebut Bulgar, Khazzar, Vallens,
Albigensia, Waldensia, Sabbathari, Sabbatati,
Insabbatati, Passaginia, dan masih banyak lagi
sebutan lainnya. Istilah Sabbatharier sendiri
nampaknya merupakan sebuah susunan kata
yang berarti kaum Arya penganut Sabat.
Kita tahu bahwa keseragaman pandangan yang
ada diantara gereja merupakan suatu
pemahaman umum dan biasanya terrefleksikan
dalam bahasa sehar-hari. Sebagai contoh, istilah
poor bugger di Inggris merupakan suatu
ekspresi yang biasa digunakan untuk
menyatakan simpati terhadap seseorang yang
kurang beruntung yang mengalami suatu
cobaan atau siksaan. Istilah ini seringkali
membingungkan bagi orang Amerika modern
dan bahkan bagi orang Australia, karena bagi
mereka bugger dan buggery mempunyai sebuah
arti legal yang spesifik yang artinya mempunyai
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
keterkaitan dengan sodomi. Akan tetapi, istilah
ini mempunyai arti lain yang menunjukkan
penerapannya pada umat pilihan semasa
terjadinya Inkuisisi. Kamus Oxford Universal
menyatakan bahwa istilah ini merupakan
turunan ke bahasa Inggris Kelas Menengah, dari
kata bahasa Perancis bougre dan kata Latin
Bulgarus atau Bulgaria, atau pembelot Kristen
[heretic] (atau juga rentenir). Adalah penting
untuk dimasukkan ke dalam catatan bahwa
istilah pembelot Kristen [heretic] saat itu
digunakan khusus untuk kaum Albigens. Inilah
arti pertama dari istilah tersebut. Arti yang ke
dua yang adalah arti ejekan (merendahkan)
dalam kaitannya dengan sodomi merupakan arti
yang muncul di belakang hari yaitu sejak tahun
1555dan nampaknya merujuk pada sebuah sekte
yang telah mengalami penganiayaan selama
kurang labih tiga abad. Istilah pauvre bougre
atau poor bulgar sebagaimana yang diterapkan
kepada kaum Albigensia di kemudian hari
masuk menjadi istilah bahasa Inggris poor
booger. Penggunaan sebagai bogle atau boggle
di Inggris Utara pada sekitar tahun 1505
merupakan sebuah derivasi (turunan) yang tidak
pasti namun kemudian menjadi dihubungkan
dengan bayangan hantu dan karenanya menjadi
sebuah nama yang agak sepantasnya bagi setan
(disebut bogeyman [Indonesia: Kuntilanak], dsb.).
Tentu saja istilah poor bugger mempunyai asal
muasal dari Perjalanan Suci Albigensia. Akan
tetapi, tidak salah bila ada yang kemudian
bertanya, apa hubungannya antara orang
Bulgarian
dengan
kaum
Albigensia?
Jawabannya adalah amat sederhana. Gerejagereja Tuhan, dari cabang-cabangnya yang
kemudian dikenal sebagai jaman Pergamus
(Wahyu 2:12 dst.) yang disebut sebagai kaum
Paulisia, datang ke Eropa karena direlokasikan
oleh Constantine Capronymous dan John
Tsimiskes (lihat karya tulis Distribusi Umum
dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi
Sabat [122]). Relokasi yang dilakukan di
Thrace ini kemudian menyebar sampai ke
Bulgaria, Slavia bagian Selatan terutama di
Bosnia dan juga ke Hongaria dan Romania.
Mereka menyebar ke arah barat dan, mulai dari
abad ke lima belas, membentuk hubungan
dengan sisa-sisa dari kaum Sabbatai di barat
yang disebut Valens atau Waldensia. Kita dapat
mengatakan dengan hampir pasti keluasan dari
doktrin mereka di abad ke tiga belas dan dengan
pasti mengenai cabang-cabang mereka di timur,
terutama di Hongaria dan Rumania, berasal dari
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
abad ke lima belas hingga abad ke sembilan
belas.
Perang salib Albigensia
Jalannya Perang Suci Albigensia pada abad ke
tiga belas diikhtisarkan dalam karya tulis
Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang
Memelihara Tradisi Sabat [122]. Kelompokkelompok yang ada tak diragukan lagi adalah
penganut Sabat. Hasrat dari Gereja Roma
Katholik untuk menutup-nutupi hal ini telah
menimbulkan sejumlah pernyataan yang luar
biasa menyangkut turunan kebahasaan dari
sebutan Sabbatati. Akan tetapi, kita juga tahu
bahwa mereka adalah Unitarian. Mereka
tercatat masih eksis pada tahun-tahun sebelum
934, ketika mereka dikeluhkan oleh uskup
Vireulli, Atto, sebagaimana juga keluhan
banyak uskup sebelum dia.
Mereka pertama kali disebut sebagai kaum
Valens pada tahun 1179 dalam kutukan
terhadap mereka oleh Raymond dari Daventry.
Para tua-tua, atau barbes (paman-paman),
Bernard dari Raymond dan Raymond dari
Baimiac, dikutuk sebagai penganut takhyul oleh
Raymond dari Daventry pada tahun 1179 di
hadapan Dewan Lateran, bukan karena ketaatan
mereka pada tradisi Sabat namun karena
Unitarianisme mereka. Uraian eksposisi rinci
yang menentang mereka pertama kali dituliskan
pada tahun 1180 oleh Bernard dari Fontcaude
kemudian mengambil nama Vallenses dari
judulnya yang adalah Adversus Vallenses at
Arianos.
Demikianlah
mereka
adalah
subordinasionis non-Trinitarian. Karya tahun
1180 ini nampaknya pada abad ini telah
musnah, tetapi karya Liber Contra Vallenses
yang dituliskan pada tahun 1190 oleh Bernard
dari Fontcaude masih ada hingga sekarang.
Kaum Valens pada jaman itu nampaknya adalah
Unitarian dan dipandang sebagai suatu kelompk
yang berbeda dari kaum Aria. Ini merupakan
pandangan yang benar dan merupakan
pandangan yang akan dipegang oleh Gereja
Tuhan. Arianisme, yang menurut tuduhan pihak
Katholik menyatakan bahwa Roh Kudus adalah
sebuah ciptaan dari Sang Putera, adalah
kelompok yang berbeda dari Unitarianisme
Alkitabiah. Keduanya dipandang sebagai
kelompok yang sama, yang juga mungkin telah
menciptakan doktrin penciptaan Roh Kudus
oleh Sang Putera, karena tidak ada catatan yang
nyata mengenai pandangan ini di dalam teks-
Hal. 9
teks yang merupakan hasil karya Arius (lihat
juga karya tulis Arianisme dan Semi-Arianisme
[167] dan Sosinianisme, Arianisme dan
Unitarianisme [185]).
Kaum Albigensia bukan hanya sekedar sebuah
cabang dari kaum Valens. Kaum Albigensia
terbagi ke dalam dua bagian, pertama adalah
kaum Valens atau Waldensia dan ke dua adalam
kaum Kathari atau Puritan setempat. Kaum
Kathari mempunyai pandangan yang berbeda
dan condong pada takhyul mengenai kebaikan
dan kejahatan yang didasarkan pada sebuah
bentuk dari Gnostisisme dan Dualisme
Manikhean. Salah satu dari perbedaan ini
dinyatakan oleh Ray Roennfeldt di dalam
tesisnya (Sebuah Telaah Kesejarahan mengenai
Dualisme Kosmik Kristen, Andrews University)
(lihat juga di dalam karya tulis Vegetarianisme
dan Alkitab [183]). Iman Kristen seringkali
diserang oleh kecenderungan dualisme ini.
Dimanapun Gereja berdiri, banyak dari mereka
yang disebut orang yang telah beralih percaya
dari ordo monastik seringkali mengembangkan
pandangan-pandangan yang ganjil. Kaum
Bogomil merupakan salah satu contohnya. Di
dalam kaum Bogomil dan diantara orang
Bosnia, prinsip kemelaratan monastik juga
menyertai sebuah dualisme ketakhyulan dan
berusaha untuk mengecilkan bagian umum yang
utama dari iman kristen. Kekeliruan juga
muncul dalam sempalan-sempalan awal dari
kaum Paulisia. Salah satu kekeliruan yang ada
adalah yang dilakukan oleh kaum Melkisedekia
yang menciptakan suatu struktur ordo yang lain
dari pandangan Unitarian. Melisedik dipandang
sebagai malaikat perantara Yesus Kristus
sebagai manusia perantara, yang ada di bawah
Melkisedek. Karya-karya tulis Katholik
menyambar kesempatan dari kelompok
ketakhyulan
kontemporer
ini
dan
mengidentikkannya dengan Gereja saat itu.
Mereka
menyatakan
bahwa
kekeliruan
pandangan ini adalah kekeliruan dari Gereja,
dan karenanya mengacaukan doktrin yang
sejati.
Keseluruhan perang salib Albigensia dilakukan
terhadap kedua elemen tersebut oleh pihak
Roma pada abad ke tiga belas. Kaum
Albigensia mempunyai perlindungan di bagian
selatan Perancis di bawah Raymond, Count
wilayah Toulouse. Kaum Valens atau Sabbatati
adalah kelompok yang lebih besar dan lebih
Hal. 10
tersebar luas, dan juga sampai ke Spanyol. Kita
dapat merekonstruksikan doktrin dari kaum
Valens dari sempalan kaum Sabbatati yang ada
di Spanyol karena penganiayaan yang amat luar
biasa yang mereka derita.
Inkuisisi Spanyol
Inkuisisi Spanyol ditujukan untuk melenyapkan
apa yang disebut sebagai orang Kristen yang
Yudais dari negeri tersebut. Upaya tersebut
disebut sebagai Marranos (atau babi). Dari
istilah-istilah dalam Inkuisisi dan komentarkomentar yang ada kita tahu bahwa mereka
tidak hanya menganut tradisi Sabat tetapi
mereka juga menyangkal Trinitas, mentaati
Hari-hari Kudus termasuk Hari Pendamaian dan
juga mematuhi hukum mengenai makanan.
Dokumen yang berjudul The Edict of the Faith
(Keputusan Mengenai Iman) menunjukkan
mengenai
cara-cara
bagaimana
sebuah
ketakhyulan dapat dikenali. Pihak Yahudi dan
Muslim juga jatuh ke dalam penganiayaan ini
sekalipun penganiayaan itu tidak ditujukan pada
mereka tetapi ditujukan terhadap Gereja Tuhan
yang juga mereka sebut sebagai Sabbatati,
Insabbatati atau Insabathi. Keputusan dari
Alphonse, raja dari Aragon dsb., yang mengusir
kaum Waldens atau Insabbatati dari Spanyol,
disajikan dalam halaman ke 20 dari karya tulis
Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang
Memelihara Tradisi Sabat [122].
Cecil Roth di dalam karyanya The Spanish
Inquisition (Inkuisisi Spanyol), Robert Hale
Ltd, London, 1937, menyajikan sebuah
peringatan di dalam Pendahuluan karya tersebut
bahwa sejarah seringkali terulang dan buku
tersebut tidaklah dimaksudkan sebagai sebuah
satir mengenai apa yang sedang terjadi pada
saat itu di Eropa. Para ahli Yahudi berusaha
untuk mengembangkan Inkuisisi Spanyol
sebagai sebuah bentuk dari penganiayaan
terhadap umat Yahudi. Mungkin yang terburuk
dari berbagai penyimpangan ini, sekalipun
merupakan karya yang amat rinci, adalah karya
terbaru dari B. Netanyahu (The Origins of the
Spanish Inquisition in Fifteenth Century Spain
[Asal-usul Inkuisisi Spanyol di Spanyol Abad
ke Lima Belas], Random House, New York,
1995). Netanyahu berusaha untuk membujuk
para pembacanya bahwa obyek daripada
Inkuisisi adalah komunitas Yahudi sementara
hal itu tidaklah benar-benar terjadi dan para ahli
telah secara terbuka mencela pendapatnya. Para
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
Rabi para saat itupun telah menyatakan dengan
tak dapat dibantah bahwa yang menjadi obyek
penganiayaan adalah bukan kaum Yahudi
melainkan umat Kristen. Mereka bukanlah oran
g Yahudi yang berpura-pura menjadi orang
Kristen. Pada kenyataannya mereka itu adalah
Gereja Tuhan.
Jumlah dari Tribunals of the Holy Office
[Dewan Tahta Suci] di Spanyol pada akhirnya
berjumlah lima belas buah. Masing-masing dari
dewan tersebut berdiri dengan kelengkapan
petugas maupun perlengkapannya di Barcelona,
Cordova, Cuenca, Granada, Llerana, Logrono,
Madrid, Murcia, Santiago, Seville, Toledo,
Valencia, Valladolid dan Sargossa. Sebuah lagi
adalah untuk wilayah kepulauan Balearic yang
terletak di Palma, Majorca.
Wilayah yang lebih penuh kengerian dan penuh
keaktifan adalah di Madrid, Seville dan Toledo
karena besarnya jumlah dari Orang-orang
Kristen Baru (sebagaimana istilah yang
digunakan oleh Roth bagi mereka), dengan
aktivitas yang paling tinggi di Old Castille dan
Andalusia, dan meredup setelah penyerangan
yang paling penuh kegilaan yang kemudian
berakhir di Catalonia (Roth, dalam karya
tersebut di atas, Bab The Unholy Office [Tahta
Tidak Suci], hal. 73). Inkuisisi ini akhirnya
dikoordinasikan pada penutup abad ke lima
beas di bawah otoritas dari sebuah dewan pusat
yang bernama El Consejo de la Suprema y
General Inquisición yang biasa disebut La
Suprema, yang semula terbatas hanya di
wilayah Castille. Dengan empat Dewan Negara
yang besar di bawah Ferdinand dan Isabella,
yaitu Dewan Negara, Dewan Keuangan, Dewan
Castille dan Dewan Aragon, Dewan-dewan
Inkuisisi menjadikan diri mereka sebagai “the
not most insignificant exercise of royal power”
[yang bukan paling tidak nyata dari penggunaan
kekuasaan kerajaan (Roth, ibid., p. 74). Pada
tahun 1647 dikeluarkan perintah bahwa semua
keputusan yang dibuat oleh dewan-dewan harus
diserahkan ke institusi tersebut untuk
kepentingan kendali. Hal ini nampaknya adalah
upaya untuk mengekang kekejaman yang
sungguh tak tergambarkan dari penganiayaanpenganiayaan lokal. Kekejaman yang terjadi
bermula dari sebuah kekeliruan yang mendasar
dalam hal pemahaman. Netanyahu menyebut
kekeliruan ini (dalam The Origins of the
Spanish Inquisition in Fifteenth Century Spain,
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
hal. 440-459) adalah bahwa seluruh kekeliruan
pemikiran dihakimi sebagai suatu ketakhyulan,
berlawanan dengan pernyataan Augustine Saya
mungkin saja keliru namun saya bukanlah
penganut takhyul (De Trinitate, c, 3, no. 5-6).
Juan de Torquemada, sang Inkuisitor,
menyerang peradilan Toledan karena ketidakteraturan mereka yang nyata dan dan
kesengajaan mereka dalam menerapkan antiSemistisme [anti Yahudi]. Ia memandang
kejadian tersebut sebagai sesuatu yang sama
tingkatnya dengan peristiwa antara Haman
dengan Mordekai dan bangsa Yahudi (dalam
karya tersebut di atas, hal. 449). Ia kemudian
diperhadapkan dengan masalah mengenai
keberadaan Tuhan sebagaimana yang menjadi
pandangan kaum Valens. Pihak Toledan telah
menyatakan, sebagaimana yang didukung buktibukti lain, bahwa adalah merupakan rahasia
umum (publica fama) (dan juga di Valencia
sebagaimana yang akan kita lihat) bahwa kaum
takhyul, mempraktikkan khitan, menyangkal
keillahian Yesus Kristus, dan menyangkal,
sebagai tambahan, kehadiran tubuhNya di
dalam Ekaristi, dsb. (dalam karya tersebut di
atas, hal. 444). Menurut Torquemada, peradilan
Toledan tidaklah dapat membuktikan, bahwa
seorang yang telah beralih kepercayaan tidaklah
dapat dibuktikan, baik melalui pengakuan diri
pribadinya secara sukarela, maupun melalui
pernyataan dari seorang saksi yang tidak
bersalah, bahwa yang bersangkutan pernah
mengatakan, setelah menerima baptisan, bahwa
ia mempercayai sesuatu kecuali apa yang juga
diyakini oleh Gereja Ibu sendiri (kutipan dari
karya Netanyahu, hal. 444). Torquemada
menyatakan bahwa tuduhan tersebut adalah
tuduhan palsu yang penuh dusta dan penuh
maksud jahat dan dari tuduhan itu sendiri
adalah jelas bahwa keseluruhan peradilan yang
dilakukan tidaklah sah (dalam karya tersebut di
tas, hal. 445). Mengapa demikian? Kita tahu
dengan
pasti
bahwa
kaum
Valens
mempraktikkan Unitarianisme selama berabadabad. Perbedaannya terletak pada keillahian
yang lebih rendah dari Yesus Kristus. Jadi jelas
bahwa keillahian Yesus Kristus tidaklah
disangkal. Tetapi ada sesuatu yang lebih dari itu
yang menjadi pertaruhan disini. Torquemada
melihat bahwa peradilan di Toledan ternyata
hanya sekedar perwujudan sikap anti-Yahudi
dan bahwa tidak terdapat suatu dasar Alkitabiah
yang dapat membenarkan sikap rasisme ini.
Karena alasan itulah, ia harus menyatakan dan
Hal. 11
menentang kekeliruan itu sekuat tenaga.
Masalahnya juga terletak pada pakta yang ada
bahwa kecurigaan dan interogasi yang
dilakukan meluas sampai pada gerenasi yang ke
empat dan orang-orang yang beralih
kepercayaan. Ia menyerang keadaan itu dari
sudut pandang, berupa peralihan kepercayaan
dari elemen-elemen yang lain dari mereka yang
disebut anti-Trinitas, dengan apa yang ia sebut
sebagai kekeliruan Manikhea diantara orangorang Bosnia. Ia diperhadapkan pada masalah
peralihan kepercayaan warga kerajaan di dalam
Tahta Suci Romawi. Torquemada menyatakan:
Di dalam masa kita sendiri terdapat seorang yang
beralih kepercayaan dari kekafiran masuk ke dalam
Kekristenan, yaitu raja yang kaya dengan kisah, sang
Raja Polandia, ayah dari raja yang berkuasa saat ini,
dengan sejumlah besar para bangsawan dan rakyat
yang tak terhitung jumlahnya [Wladislaw II,
sebelumnya Jagiello, Grand Duke Lithuania, beralih
kepercayaan ketika diangkat sebagai raja pada tahun
1386. Ia adalah ayah dari Casimir IV yang mewarisi
tahta pada tahun 1447]. Di kemudian hari, pada masa
kekuasaan Paus Eugene IV, raja Bosnia, ratunya, dan
banyak kaum bangsawan Bosnia beralih kepercayaan
ke dalam Kristen dari sebelumnya mengikuti
kekeliruan Manikhea [raja Stephanus Thomas
berpindah menjadi Katholik pada tahun 1445].
Sebagai tambahan, hampir setiap hari banyak dari
penganut Islam yang menjadi percaya [terhadap
Kekristenan]. Akan menjadi sebuah skandal yang
besar dan penghujatan yang tak dapat diterima untuk
mengatakan bahwa kesemua orang itu harus
dicurigai, paling tidak sampai keturunan mereka
yang ke empat, bahwa dan leluhur mereka telah
melakukan kekeliruan dan menyembah berhala
(Tractatus, hal. 54-55; dalam karya tersebut di atas,
Netanyahu, hal. 452).
Torquemada telah menuliskan sebuah traktat
yang menyerang Bogomillisme
Bosnia
(Symbolum pro imformatione Manichaeorum,
diedit oleh N Lopez Martinez dan V Proano Gil,
1958, hal. 23, no. 68 dan Netanyahu, no. 119).
Disini kita melihat efek dari percampuran
antara dualisme Manikhea yang telah
dimasukkan kaum Paulisia ke dalam iman
Unitarian. Gereja pada saat tersebut dipaksa
berpindah ke Herzegovina dan terus ke arah
utara (lihat juga karya tulis Distribusi Umum
dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi
Sabat [122]). Masalahnya amatlah jelas, tetapi
tidak demikian bagi Netanyahu. Pada abad ke
lima belas kaum Valens telah sedemikian
ditekan sehingga secara fisik tidak ada lagi yang
tersisa setelah adanya penganiayaan tersebut.
Kaum Toledan telah menjadi yang paling kejam
dan paling penuh tirani diantara yang lain
Hal. 12
sehingga mereka menggunakan Inkuisisi untuk
melakukan pemusnahan umat Yahudi secara
sistematis. Hal ini akhirnya mengecilkan arti
dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
gereja untuk mengkonsolidasikan seluruh
wilayah kerajaan. Torquemada diperhadapkan
pada kewajiban untuk membatasi kekejaman
tersebut sehingga sejumlah interaksi yang stabil
di dalam wilayah kerajaan dapat terjadi, dan
peralihan kepercayaan dapat dipandang sebagai
sesuatu yang membawa kebaikan bagi mereka
yang dijadikan sasaran konversi. Inkuisisi yang
penuh rasisme dan ketamakan akan harta telah
meletakkan umpan godaan ini dan, karena itu,
maka perluasan yang akan dilakukan menjadi
kacau-balau. Torquemada cukup cerdik untuk
mengetahui apa penghakiman yang akan
dibawa oleh perubahan jaman. Karena itulah ia
harus berusaha untuk dapat mengendalikan
pelaksanaan Inkuisisi. Pada kenyataannya,
gereja mengijinkannya untuk terus berlanjut
sampai tiga abad yang berikutnya terhadap tiap
proses dan doktrin yang keberadaannya justru
disangkal, yang pada akhirnya justru
menghancurkan kekuatannya sendiri (lihat
Malachi Martin Decline and Fall of the Roman
Church [Kemunduran dan Kejatuhan Gereja
Roma, Secker and Warburg, London, hal. 254
dan seterusnya).
Bukti dari Surat Titah
Pada saat pendirian Inkuisisi di suatu wilayah,
sebuah prosedur Surat Keputusan kemudian
menyusul. Setelah sebuah Edict of Grace
[Keputusan Pengampunan] dikeluarkan untuk
mendorong para penganut ketakhyulan untuk
mengakui dirinya dan mengaku, biasanya
selama tiga puluh hingga empat puluh hari
(Roth, hal. 75), selanjutnya Inkuisisi akan
membersihkan wilayah tersebut. Ini kemudian
memantik suatu rantaian proses inkriminasi.
Fase berikutnya adalah publikasi periodikal dari
sebuah Edict of the Faith [Keputusan Iman],
yang membantu untuk mengidentifikasi tipetipe atau indikator-indikator dari ketakhyulan,
yang telah dikutuk. Sistem pengakuan dosa
kemudian meningkatkan kejahatan ini.
Edict of the Faith diterbitkan di Valencia pada
tahun 1519 oleh Andres de Palacio, Inkuisitor
untuk
wilayah
Valencia,
dan
telah
dipublikasikan oleh Roth. Dapatlah dilihat dari
keputusan tersebut bahwa terdapat suatu tataurut dari fakta-fakta dan takhyul yang
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
didaftarkan dalam keputusan tersebut yang
mengidentifikasikan tiga kelompok orang. yang
pertama adalah umat Kristen yang dinyatakan
menganut apa yang disebut kecenderungan
Yudaisme. Kelompok yang ke dua adalah orang
Yahudi sendiri dan yang ke tiga adalah umat
Islam. Adalah jelas dari surat keputusan itu
bahwa ketakhyulan telah merasuk ke dalam
gereja itu sendiri sebagaimana dapat dilihat dari
kata-kata yang diucapkan saat upacara Ekaristi
yang secara khusus diidentifikasikan sebgai
indikator dari ketakhyulan di dalam surat
keputusan itu. Demikian pula Salib, atau gerak
tangan membentuk tanda salib, tidaklah
digunakan oleh kaum Sabbatati. Berdasarkan
penelitian terhadap Keputusan itu, nampaknya
kelompok tersebut menyangkal doktrin
mengenai Jiwa dan doktrin mengenai Surga dan
Neraka. Mereka melaksanakan Sabat mulai dari
saat matahari terbenam pada hari Jum’at hingga
saat matahari terbenam di hari Sabtu, dan tidak
melakukan pekerjaan pada hari Sabat. Mereka
merayakan Hari Raya Roti Tidak Beragi dan
Paskah dengan sayur-sayuran pahit. Mereka
berpuasa pada hari Pengampunan (Roth, hal. 77
dan selanjutnya).
Pandangan umum dan ketaatan umat Yahudi
juga dimasukkan ke dalam daftar tersebut
sebagaimana yang ditunjukkan di dalam
Keputusan sehingga beberapa sistem yang ada
dipersamakan dan membuatnya menjadi sulit
dibedakan satu dengan yang lain. Mereka
mematuhi Hukum tentang Makanan dan juga
menguburkan jenazah warga mereka menurut
tata cara orang Yahudi. Sebagian besar dari
Keputusan itu mengikut sertakan takhyultakhyul yang dinyatakan dianut oleh sekte-sekte
yang ada (contohnya hal. 78). Mereka
menyangkal Mariolatri dan ini dikelompokkan
menjadi satu dengan custom. Much of the Edict
includes superstitions attributed to the sects
(e.g. p. 78). They denied Mariolatry and this
was grouped with the Judaic denial of the
Messiah.
Doktrin mengenai Transubstansiasi disangkal
sebagaimana juga bentuk Katholikd ari doktrin
mengenai Omnipresens (Kemaha-hadiran),
yang merupakan suatu Animisme Platonis (hal.
78). Para imam mereka nampaknya juga terlibat
dan dapat diidentifikasikan dari penyucian yang
ada. Umat Kristen nampaknya berpakaian
sesuai dengan tata cara Yahudi yang mematuhi
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
hukum yang mengatur mengenai bahan pakaian
(hal. 79). Mereka mengadakan pertemuan di
gereja-gereja rumah dan membaca Alkitab
sesuai dengan bahasa sehari-hari di tempat
mereka berada. Harta benda dari mereka yang
disebut penganut takhyul disita dan tidak perlu
diragukan, tindakan ini membantu pembiayaan
bagi para Inkuisitor.
Roth mencatat pembukaan dari pada Kantor di
Lisbon sebelum kantor itu kemudian dijadikan
sebuah Gedung Opera. Kesaksian yang
diperoleh dari saksi-saksi mata (dicetak di
dalam Annual Register [Register Tahunan]
tahun 1821) menunjukkan suatu bukti yang tak
terbantah, bahwa ada sisa-sisa tubuh manusia
yang ditemukan di penjara-penjara bawah
tanah, yang masih digunakan (berdasarkan
goresan-goresan yang dibuat di dinding penjara)
sampai dengan tahun 1809. Sisa-sisa tubuh
manusia itu juga termasuk para biarawan yang
pakaiannya ditemukan diantara sisa-sisa tubuh
manusia dan sisa-sisa lainnya yang terserak di
rangkaian ruang penjara bawah tanah dan
diantara bukti-bukti pembunuhan, baik yang
sudah lama terjadi maupun yang baru saja, yang
dilakukan di tempat itu (Roth, hal. 84-85).
Jeda waktu antara tiga hingga empat tahun
diantara penangkapan dan penjatuhan vonis
pengadilan merupakan suatu hal yang biasa dan
dalam salah satu kasus yang tercatat, bahkan
jarak antara penangkapan dan peradilan adalah
empat belas tahun. Wanita-wanita hamil diseret
ke tempat penyiksaan dan tindakan fisik
terhadap para tawanan, atau mungkin
pemaksaan hubungan seksual terhadap mereka,
memaksa
Kardinal
Ximenes
untuk
mengeluarkan ancaman hukuman mati pada
tahun 1512, bagi setiap petugas yang ditemukan
terlibat intrik dengan tawanan mereka. Risiko
pemenjaraan ditanggung oleh seorang yang
tertuduh tak soal berapa lamanya itu terjadi.
Salah satu contoh risiko yang terjadi adalah
pemenjaraan selama empat tahun terhadap
seorang biarawati di Sisilia, yang dibebaskan
dari tuduhan dan dilepaskan pada tahun 1703,
ternyata masih terus harus ditanggung oleh
keturunannya sampai pada tahun 1872 (Roth,
hal. 87). Biasanya, harta benda seorang tertuduh
akan disita pada saat penangkapan.
Para Marranos atau orang Kristen Baru tidak
dapat diterima sebagai saksi di dalam peradilan
Hal. 13
manapun. Perahasiaan nama-nama dari para
saksi mulai dijalankan pada abad ke tiga belas
yang dinyatakan bertujuan untuk melindungi
mereka yang lemah terhadap orang berpengaruh
yang mendapat tuduhan, tetapi akhirnya ini
menjadi suatu norma dan tak seorangpun yang
dapat menemukan nama dari orang-orang yang
menjatuhkan tuduhan terhadap mereka. (Roth
dengan tepat mengemukakan bahwa bahkan
sampai pada tahun 1836 di Inggris, seorang
pesakitan yang mendapat tuduhan tidak dapat
memperoleh penasihat hukum ataupun melihat
salinan tuduhan yang dijatuhkan terhadap
mereka). Masa saat itu sendiri merupakan masa
yang tak beradab dan Inkuisisi merupakan
kebiadaban yang paling buruk.
Inkuisisi Eropa dimulai di bagian selatan
Perancis pada abad ke tiga belas dan berakhir di
Negara-negara Kepausan pada tahun 1846. Di
antara tahun 1823 sampai dengan tahun 1846,
di wilayah Negara-negara Kepausan saja,
200.000 orang dijatuhi hukuman mati,
dipenjarakan seumur hidup, diasingkan atau
dijatuhi hukuman penjara, dengan satu setengah
juta orang lainnya ditaruh di bawah pengawasan
(lihat Malachi Martin The Decline and Fall of
the Roman Church, hal. 254 dan karya tulis
Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang
Memelihara Tradisi Sabat [122]), hal. 35 untuk
berbagai kutipan). Roth mengutip kesengsaraan
yang dialami sejumlah pribadi pada permulaan
abad ke tiga belas di wilayah selatan Perancis.
Dengarlah aku, hai tuan-tuan! Aku bukanlah
penganut ketakyulan: karena aku mempunyai
seorang istri dan aku bersetubuh dengannya dan
mendapatkan anak-anak; dan aku makan daging dan
berdusta dan mengucapkan sumpah dan adalah
seorang Kristen yang taat (Roth, hal. 90).
Penyangkalan terhadap elemen menyangkut hal
tidak menikah dan asetisme vegetarian ini
adalah perlu karena para dualis Manikhea yang
dikenal sebagai kaum Kathari atau kaum
Puritia, yang mengejar pengudusan melalui
asetisme, merupakan sebuah sekte ketakhyulan
yang pada akhirnya memancing penganiayaan
terhadap kaum Valens atau Sabbatati. Para
dualis Manikhea adalah berbeda dari kaum
Valens dan ini adalah perbadaan antara KatharValens
yang
diakui
namun
keliru
diidentikasikan oleh Weber. Hukum Alkitabiah
terus
dipatuhi
oleh
kaum
Sabbatati.
Penyembahan mereka dilakukan secara rahasia
dan karenanya adalah sulit untuk dapat
mengidentifikasikan hal itu dengan tepat. Akan
Hal. 14
tetapi, kita tahu bahwa mereka mematuhi Sabat
dan seberapa luasnya penyembahan mereka
dapat diidentifikasikan dari cabang-cabang
wilayah timur dari kaum Sabbatati.
Kaum Sabbatati Eropa Timur
Kita tahu secara pasti apa yang menjadi doktrindoktrin dari gereja-gereja Hongaria dan
Transylvania di antara abad ke lima belas
hingga abad ke sembilan belas. Catatan
mengenai hal itu diabadikan oleh Dr. Samuel
Kohn, Rabbi Kepala di Budapest, Hongaria, di
dalam
DIE
SABBATHARIER
IN
SIEBENBURGEN Ihre Geschicte, Literatur,
und Dogmatik, Budapest, Verlag von Singer &
Wolfer, 1894, Leipzig, Verlag von Franz
Wagner. Pokok permasalahan ini dituliskan di
dalam karya tulis Distribusi Umum dari Gerejagereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122]
pada hal. 24 dan seterusnya). Keseluruhan
struktur yang ada diuraikan di dalam buku The
Sabbatarians in Transylvania, karya Samuel
Kohn, terjemahan T. McElwain dan B. Rook,
editor: W. Cox, CCG Publishing, USA 1998.
Kita tahu dengan pasti bahwa cabang dari aliran
Valens atau Sabbatati ini adalah Untiarian
karena Frances David atau Davidis meninggal
di dalam penjara pada tahun 1579. Kohn
menyatakan bahwa mereka memulihkan
Kekristenan yang asli dan sejati (Kohn, hal. 8).
Gereja Unitarian terpecah menjadi penganut
penyembahan hari Minggu dan hari Sabat pada
tahun 1579. Cabang penganut Sabat di bawah
kepemimpinan Eossi adalah yang lebih setia
terhadap kebenaran.
1. Mereka melakukan pembaptisan orang
dewasa.
2. Mereka menaati Sabat dan Hari-hari Raya,
termasuk Paskah, Roti Tidak Beragi,
Pentakosta, Pengampunan, Tabernakel dan
Hari Besar Terakhir dan, yang terpenting,
Bulan Baru. Sangkakala tidaklah didaftarkan
secara terpisah di dalam lagu penyembahan
dan nampak telah dirayakan dengan lagulagu penyembahan Bulan Baru.
3. Doktrin mereka melampaui Milenium fisik
1.000 tahun pada saat awal dimana Yesus
Kristus akan kembali dan menyatukan
kembali Yudea dan Israel.
4. Mereka menggunakan penanggalan Allah
yang didasarkan pada Bulan Baru.
5. Mereka mengajarkan dua kali kebangkitan,
yang
pertama
kebangkitan
menuju
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
kehidupan kekal pada saat kedatangan Yesus
Kristus dan
yang lainnya menuju
penghakiman pada akhir dari Milenium.
6. Mereka mengajarkan keselamatan atas dasar
anugerah tetapi hukum-hukum Allah tetap
harus dipatuhi.
7. Mereka
menyatakan
bahwa
Allah
memanggil umatNya dan bahwa dunia
secara umum telah dibutakan.
8. Doktrin mereka mengenai Yesus Kristus
adalah
secara
absolut
Unitarian
subordinasionis.
(lihat karya tulis Distribusi Umum dari Gerejagereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122],
hal. 22).
Dengan demikian dapat dilihat bahwa Gereja
Sabat mula-mula adalah Unitarian, yang tetap
mematuhi hukum-hukum di dalam Perjanjian
Lama. Sabat hanyalah merupakan salah satu
faset dari sistem kepercayaan mereka, yang
mengunjuk kepada penyembahan terhadap
Allah yang Satu dan Sejati. Mereka mengalami
penganiayaan di Eropa Timur lebih karena
berpegang pada Unitarianisme daripada
ketaatan mereka terhadap hari Sabat (Francis
Davidis memilih untuk tetap tinggal di penjara,
ketika ia wafat, daripada berkompromi dengan
kepercayaan Unitarian, bahkan sekalipun
Socinus, yang adalah juga seorang Unitarian,
berusaha untuk membujuk dia untuk mengubah
Unitarianisme-nya
yang
kaku
untuk
menyelamatkan hidupnya sendiri). Mereka
tidak dapat memperoleh status sebagai gereja
bahkan ketika kaum Yahudi bisa memperoleh
status tersebut. Mereka tidak diberi akses ke
fasilitas percetakan dan ini membuat mereka
melakukan khotbah-khotbah melalui tulisan
tangan dengan sistem berantai. Inkuisisi yang
dilakukan tidaklah berperi -kemanusiaan dalam
melakukan penekanan terhadap sistem ini dan,
di wilayah barat, bahkan hanya menganut Sabat
sudah cukup untuk menjatuhkan hukuman pada
mereka.
Pertumbuhan Unitarianisme
Dengan terjadinya Reformasi, Unitarianisme
bulan bertumbuh dan tidak lagi hanya
terkungkung semata-mata di kalangan para
penganut tradisi Sabat. Dengan kata lain, tidak
semua penganut Unitarianisme adalah anggota
yang
sebenarnya
dari
Gereja
Tuhan
sebagaimana juga tidak semua penganut tradisi
Sabat adalah anggota yang sebenarnya.
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
Istilah Unitarianisme merupakan istilah bahasa
Inggris yang merupakan saduran dari istilah
Latin unitarius dan pertama kalinya digunakan
bagi sebuah keagamaan yang sah pada tahun
1600 (Encyclopedia of Religion and Ethics
(ERE), artikel mengenai Unitarianism, Jilid. 12,
hal. 519). Istilah ini secara spesifik ditemukan
di dalam konsepsi mengenai kepribadian
tunggal dari Keilahian yang bertentangan
dengan
doktrin
ortodoks
mengenai
keberadaanNya yang tritunggal. Istilah lain
yang berkaitan, Trinitarian, digunakan pertama
kalinya di dalam pengertian yang modern oleh
Servetus pada tahun 1546 (dalam karya tersebut
di atas). Kata sifat Unitarian terkadang juga
digunakan ke luar dari batasan Kekristenan
(contohnya Islam dan Yudaisme yang pada
dasarnya adalah juga penganut Unitarianisme).
Teks berbahasa Yunani dari Perjanjian Baru
dipublikasikan oleh Erasmus (tahun 1516).
Pengabaiannya atas ayat Trinitarian yang amat
terkenal [1 Yohanes 5:7], dan penghindarannya
menjadi tipe perdebatan yang skolastik menghasilkan
sebuah pengaruh yang nyata pada banyak pemikiran
(ERE, dalam karya tersebut di atas.).
Diproduksikannya Perjanjian Baru oleh
Erasmus
mendorong
orang-orang
yang
mempunyai keterampilan dalam bahasa Yunani
untuk mulai mempelajari ayat-ayat dimaa
Trinitarianisme ortodok di dasarkan. Lebih
penting
lagi,
orang-orang
di
Eropa
mendapatkan kebebasan untuk menjadi lebih
terbuka dan penerapan Inkuisisi dibatasi. Para
ahli mulai melihat bahwa Alkitab tidaklah
Trinitarian
dan
bahkan
mendukung
Unitarianisme.
Langkah
pertama
dari
pencetakan karya-karya anti-Trinitarian di
Benua tersebut (yang bertentangan dengan
ajaran-ajaran dari gereja-gereja sebelum
terjadinya Reformasi dan adanya fasilitas
percetakan) adalah apa yang dapat ditemukan di
dalam karya Martin Cellarius (1499-1564),
murid dari Reuchlin dan pengikut pertama dan
sahabat dari Luther [Martin Luther] (ERE,
dalam karya tersebut di atas, hal. 519-520).
Dalam karyanya de Operibus Dei ia
menggunakan istilah deus untuk Yesus Kristus
di dalam pengertian yang sama dengan mana
umat Kristen dapat disebut sebagai dei sebagai
‘putera-putera Yang Maha Tinggi’ (dalam karya
tersebut di atas). Referensi terhadap karya tulis
Teologi Awal mengenai Allah Bapa [127] akan
menunjukkan bahwa konsep ini merupakan
Hal. 15
turunan langsung dari Irenaeus dan para muridmurid permulaan dari para Rasul dan para Rasul
sendiri. Hal ini menimbulkan keresahan yang
cukup besar dan komunitas akademis modern
mulai melibatkan diri ke dalam perdebatan
sebagai lanjutan dari karya Servitus pada tahun
1531. Di Naples, seorang Spanyol yang
bernama John Valdes memulai sebuah
kelompok keagamaan untuk melakukan
penelaahan terhadap Kitab Suci sampai
kematiannya pada tahun 1541 (ERE, dalam
karya tersebut di atas, hal. 520). Catat disini
nama Valdes tadi. Orang ini nampaknya adalah
seorang warga Waldens Spanyol dilihat dari
nama dan teologinya (lihat juga karya tulis
Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang
Memelihara Tradisi Sabat [122]). Pada tahun
1539 Melancthon memberikan peringatan
kepada Senat Venesia mengenai tersebarluasnya Servetianisme di wilayah Utara Italia
(dalam karya tersebut di atas). Dari kelompok
ini Bernard Ochino (1487-1565) dari Siena
melintas dengan perlahan-lahan melalui
Switzerland sampai ke London dan melayani
sebagai salah seorang dari Strangers Church
[Gereja Orang Asing] (1550-1553) sampai
gereja tersebut dibubarkan oleh Ratu Mary di
dalam
usahanya
untuk
merestorasikan
Kekatholikan. Ochino dipaksa keluar ke Zurich
dan bermigrasi ke Polandia dan bergabung
dengan para anti-Trinitarian di sana. Catherine
Vogel, seorang istri ahli perhiasan, mengalami
pembakaran hidup-hidup pada usia 80 di tahun
1539 di kota Cracow karena percaya pada
‘eksistensi dari satu Allah, pencipta dari segala
yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan,
yang tidak dapat dipahami oleh akal manusia’
(dalam karya tersebut di atas). Pergerakan ini
merupakan karya di Eropa pada masa yang kita
identifikasikan sebagai era Thyatira. Sebuah
pergerakan anti-Trinitarian juga mengunjukkan
diri pada sinode ke dua dari Gereja yang telah
mengalami reformasi pada tahun 1556 dan,
pada tahun 1158, George Blandrata yang adalah
warga Piedmont menjadi pemimpinnya. Kaum
Anabaptis Belanda adalah juga Unitarian di
bawah kepemimpinan David Joris yang berasal
dari Delft (1501-1556). Para Unitarian ini
adalah juga yang disebut sebagai umat
Protestan. Di dalam ERE dinyatakan bahwa:
Ribuan umat Protestan dari Jerman, Alsase dan
Negara-negara Dataran Rendah, bermigrasi ke
Inggris pada masa pemerintahan raja Henry VIII, dan
Gereja Orang Asing di bawah raja Edward VI juga
terdiri dari warga Perancis, Wallo, Italia, dan
Hal. 16
Spanyol (ERE, dalam karya tersebut di atas, hal.
520).
Orang-orang ini mencari perlindungan di
Inggris dengan bantuan Gereja Unitarian
disana. Inilah yang merupakan Gereja Tuhan
yang sejati. Inggris telah menjadi lebih terbuka
terhadap ekspresi publik sejak abad ke lima
belas melalui adanya publikasi dari Richard
Peacock, uskup wilayah Chichester. Pada saat
itulah kaum Lollards dan kaum Anabaptists
mengalami perpecahan.
Pada tanggal 28 Desember 1548 seorang pendeta
yang bernama John Assheton mengajukan ke
hadapan
Cranmer
“takhyul-takhyul”
yang
menyatakan bahwa ‘Roh Kudus bukanlah Allah,
tetapi hanya kuasa khusus dari Allah Bapa,’ dan
bahwa ‘Yeuss Kristus yang dilahirkan oleh Perawan
Maria adalah nabi yang kudus . . . tetapi bukanlah
Allah sejati yang hidup.’ Pada bulan April berikutnya
sebuah komisi ditunjuk untuk mencari semua
Anabaptis, penganut takhyul, atau penyimpang dari
Doa Umum. Sejumlah pedangang di London
dihadapkan pada komisi ini pada bulan Mei (ERE,
ibid.).
Mereka adalah Unitarian. Tak ada bukti
mengenai eksistensi Binitarianisme ataupun
Diteisme sepanjang fase ini dari Gereja dan
selama penganiayaan terhadap mereka. Itu
bukanlah sebuah doktrin. Seorang ahli bedah
bernama George van Parris yang berasal dari
Mainz dijatuhi hukuman mati pada tahun 1551
karena mengatakan bahwa Allah Bapa adalah
satu-satunya Allah yang sejati dan bahwa Yesus
Kristus bukanlah Allah yang sejati (ERE, dalam
karya yang disebutkan). Pergerakan Unitarian
di Polandia ketika Blandrata sampai ke wilayah
itu pada tahun 1558 telah terlebih dahulu
memasuki Sinode Protestan tetapi akhirnya
dikeluarkan tujuh tahun kemudian. Mereka
menolak untuk sebut dengan nama apapun
kecuali dengan nama Kristen (ERE, dalam
karya tersebut di atas). Faustus Socinus (15391604), keponakan dari Lelius Socinus (15251562) yang berasal dari Siena, yang adalah
seorang sahabat dari Calvin dan Melancthon,
mengunjungi Inggris dan melakukan perjalanan
ke Polandia. Ia mengunjungi Blandrata di
Transylvania pada tahun 1578 dan mengajukan
argumentasi mengenai Francis David yang
menolak segala bentuk dari pengkultusan yang
diberikan kepada Yesus Kristus. Ia menetap di
Polandia pada tahun 1579. Kaum Socianis
mendapatkan namanya dari orang ini. Akan
tetapi, kaum ini sebenarnya sudah jauh lebih
awal ada disitu dan menjadi bagian dari Gereja
yang kita kenal sebagai aliran Waldens. Aspek
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
ini dibahas di dalam karya tulis Sosinianisme,
Arianisme dan Unitarianisme [185]).
Gereja
Unitarian
Polandia
mengalami
penganiayaan yang dilakukan oleh Gereja
Katholik hingga akhirnya musnah (lihat ERE,
dalam karya yang disebutkan). Socinus
menerima penerapan istilah Allah bagi Yesus
Kristus dalam pengertian yang lebih rendah.
Dan memang, pengertian ini adalah yang
digunakan oleh Irenaeus sebagaimana yang
dapat kita lihat di dalam karya tulis Teologi
Awal mengenai Allah Bapa [127].
Francis David (atau Davidis) dari Gereja
Hongaria di Transylvania dipenjarakan di dalam
puri Deva karena menolak untuk berdoa, atau
melakukan pengkultusan, terhadap Yesus
Kristus. Ia tewas disana pada bulan Nopember
tahun 1579. Kita mengetahui dari sebuah
sejarah yang didokumentasikan dengan baik
oleh para penerusnya, mulai dari Eossi dan
seterusnya, bahwa tidak hanya mereka itu
Unitarian, tetapi mereka juga memelihara
tradisi Sabat, Bulan Baru dan Hari-hari Raya.
Hari Raya Sangkakala dirayakan sebagai suatu
lagu penyembahan di dalam Bulan Baru dan
lagu-lagu penyembahan untuk perayaan Bulan
Baru tetap bertahan dan bukan lagu-lagu
penyembahan
khusus
untuk
perayaan
Sangkakala sebagai suatu hari raya (lihat karya
tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang
Memelihara Tradisi Sabat [122]).
Nama Unitarius pertama kalinya digunakan
sebagai sebuah kata tersendiri oleh Melius dan
pertama kali muncul dalam sebuah dokumen
yang merupakan bagian dari keputusan Sinode
di Lecsfalva pada tahun 1600. Istilah ini
pertama kali diadopsi oleh pihak Gerja pada
tahun 1638. Gereja-gereja Hongaria telah
dianiaya selama dua abad setelah itu dan hargabenda mereka disita. Pada permulaan dari abad
ini keturuan mereka mempunyai 140 gereja
diantara para Szeklers dari Transylvania dan
beberapa diantranya di Hongaria. Buku Lagu
Pujian mereka di tahun 1865 tidak memuat
lagu-lagu pujian terhadap Yesus Kristus (ERE,
ibid.). Sisa-sisa dari Gereja yang tulen dan sejati
yang masih tersisa sekarang adalah yang
disebut Transkarphatia yang masih merupakan
pemelihara tradisi Sabat yang Unitarian.
Pertumbuhan Unitarianisme di Inggris dipicu
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
oleh keinginan untuk merestorasikan iman
apostolik yang benar. Adalah jelas bagi
pemikiran Inggris yang terbaik bahwa
Perjanjian Baru bukan sesuatu yang Trinitarian
tetapi Unitarian dan orang-orang yang
terhormat itupun mulai menegakkan ajaran
yang asli Gereja. Yang menjadi awal kegerakan
itu mungkin adalah Richard Hooker (15531600) dan John Hales (1584-1656). Pembatasan
atas definisi dari misteri atas Allah Bapa hanya
pada Kitab Suci saja menjadi sebuah isu sentral.
Karya-karya dari William Chillingworth (16021644) adalah bahasan utama dalam masalah ini.
Chillingworth mendapatkan pengaruh atas
karyanya dari Lord Falkland, seorang Unitarian
yang utama. Berbagai karya dari Grotius
tidaklah membahas mengenai keberadaan
tritunggal dan (menurut Stephen Nye dalam
karyanya Brief History of the Unitarians also
called Socinians [Sejarah Singkat kaum
Unitarian yang juga disebut Sosinia], London,
1687)
menyatakan
bahwa
ia
menginterpretasikan karya-karyanya pada garis
Unitarian atau menurut pemikiran kaum Sosinia
(ERE, hal. 522).
Paul Best (1590-1657) beralih kepercayaan saat
ia melakukan perjalanan ke Polandia. Milton
juga dipengaruhi oleh kaum Unitarian
Transylvania (lihat Aereopagitica, London,
1644 – catatan dari ERE, dalam karya tersebut
di atas). Convocations of Canterbury and York
[Pertemuan Canterbury dan York] pada bulan
Juni 1640 menerbitkan larangan atas import
buku-buku Unitarian (Sosinia) dan Perlemen
membuat penyangkalan terhadap Trinitas
menjadi suatu yang tergolong tindakan kriminal
pada tahun 1648. Akan tetapi, John Biddle
(1616-1662), seringkali mengistilahkan para
pendahulu
Unitarian
Inggirs,
telah
mempublikasikan
A
Twofold
Scripture
Catechism [Sebuah Katekisme Alkitab Berlapis
Dua] pada tahun 1654. Unitarianisme menjadi
sangat umum di Inggris pada abad ke tujuh
belas. Prof Bronowski, dalam serial televisi
yang berjudul The Ascent of Man [Kenaikan
Manusia], bahkan lebih jauh lagi menyatakan
bahwa Revolusi Industri merupakan sebuah
produk dari para pemikir Unitarian. Sekalipun
mengalami pemenjaraan dan pengasingan di
Kepulauan Sisilia dan (1654-1658), Biddle
berhasil memperoleh pengikut. Kematian
Biddle pada tahun 1662 dan apa yang disebut
the Act of Uniformity [Akta Penyeragaman]
Hal. 17
menjadikan pergerakan tersebut sebagai sebuah
organisasi untuk penyembahan. Akan tetapi,
tuntutan untuk adanya penafsiran harfiah atas
Alkitab mendorong semua ahli pikir ternama
pada masa itu untuk menolak Trinitarianisme.
Ini juga mencakup Milton. Thomas Firmin
(1632-1697), seorang pedagang cita yang kayaraya, mempromosikan literatur tersebut antara
tahun 1691-1705. Parlemen berusaha untuk
menekan hal itu. Akan tetapi, para ahli filosofi
terkenal terjun ke dalam kancah tersebut dalam
bentuk John Locke (1632-1704). Sir Isaac
Newton juga telah mengikuti Milton masuk ke
dalam Unitarianisme setelah melakukan telaah
terhadap Alkitab. Para pemikir terkenal ini
diikuti oleh William Whiston (1672-1752) yang
menjadi penerus Newton di Universitas
Cambridge, sebagai guru besar Lucasian pada
tahun 1703 dan dipecat dari kedudukannya pada
tahun 1710 karena Unitarianisme yang
dianutnya. Eksposisi formal dan sistematis hasil
karya Samuel Clarke’s (1675-1729) yang
berjudul The Scripture Doctrine of the Trinity
[Doktrin Alkitab mengenai Trinitas] juga
merupakan hal yang penting di dalam
pengungkapan permasalahan ini. Keberatan atas
pendapat berupa kesetaraan kepribadian sari
Sang Putera diajukan disini untuk pertama
kalinya, sekaligus memperkenalkan pendirian
quasi-Binitarian [setengah Binitarian]. Ketika
Akademi Manchaster (yang kemudian menjadi
Manchester College Universitas Oxford) dibuka
pada tahun 1786, rektor pertamanya adalah
Thomas Barnes yang adalah seorang Unitarian.
Perguruan Tinggi Presbitarian di Carmarthen
adalah penerus dari suatu rangkaian akademiakademi, merupakan yang pertama kalinya ada
sejak dirintis oleh Samuel Jones, salah satu
anggota purna-waktu dari Kolese Yesus di
Universitas Oxford dan salah satu dari ke-2000
orang pendeta yang dikeluarkan pada tahun
1662 (ERE, hal. 523).
Unitarian yang lain adalah Joseph Priestly
(1733-1804). Theophilus Lindsey (1723-1808),
sahabat Priestly yang adalah rohaniwan kepala
dari Catterick di wilayah Tees, mengundurkan
diri dari kedudukannya setelah kegagalan dari
petisi Parlemen dan ia membuka sebuah kapel
Unitarian di Essex Street, Strand pada tahun
1774. Ini mungkin adalah kapel yang pertama
kali dibuka setelah bertahun-tahun — mungkin
sejak dilakukannya tekanan terhadap Gereja
Hal. 18
Asing.
Kapel tersebut menggunakan liturgi Anglican
yang diadaptasikan hanya pada penyembahan
terhadap Allah Bapa. Penunjukan Thomas
Belsham (1750-1829) pada tahun 1789 untuk
menjadi seorang pembimbing teologia pada
sebuah perguruan tinggi di Hackney
memberikan keuntungan bagi kepentingan
kaum Unitarian hanya secara sederhana dengan
membuka Alkitab untuk dipelajari. Ini
dilakukan melalui The Unitarian Society for
promoting Christian knowledge and the
Practice of Virtue by the Distribution of Books
[Masyarakat Unitarian bagi pengembangan
pengetahuan Kristen dan Penerapan Kebenaran
Moral melalui Distribusi Buku-buku]. Lindsey,
Priestly dan Belsham adalah yang menjadi
pemimpin masyarakat tersebut. Peninjauan
ulang pada tahun 1813, yang adalah hasil jerih
payah William Smith (1756-1835), anggota
parlemen dari Norwich dan kakek dari Florence
Nightingale,
terhadap
klausa
mengenai
Toleration Act [Akta Toleransi] yang dulu
menjadikan pernyataan Unitarian sebagai hal
yang
melanggar
hukum,
menghasilkan
kemajuan yang berarti bagi Unitarianisme.
Unitarianisme yang dianut oleh orang-orang ini
juga menyangkal Doktrin mengenai Jiwa (lihat
ERE, hal. 524). Thomas Southwood Smith
(1788-1861) juga memuarakan idealisme
Unitarian-nya pada Byron, Moore, Wordsworth
dan Crabbe.
Pandangan Smith telah lebih dulu mendapatkan
pengekspresian dari salah satu pendeta sang
Cromwell (ERE, dalam karya tersebut di atas).
Pertempuran legal pada abad ke delapan belas
menghasilkan sejumlah perubahan di bidang
hukum yang menyangkut kepercayaan dari
Gereja yang juga telah menimbulkan dampak
yang amat luar biasa dalam cara bagaimana
gereja-gereja Unitarian mengorganisasikan diri
mereka.
Unitarianisme modern sebagaimana yang
disebarkan oleh James Martineau (1805-1900)
dan angkatan pemikiran modern, merendahkan
fungsi Mesianis dari Yesus Kristus dan tidak
seluruhnya didasarkan pada Alkitab namun juga
pada interpretasi Alkitab berdasarkan logika.
Eksposisinya terhadap rekonstruksi Tübingen
mengenai asal muasal Kekristenan yang
dipublikasikan dlaam Westminster Review dan
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
mengunjuk pada ERE (hal. 525) adalah karya
yang penting sebagaimana juga kritik
filosofisnya terhadap komuni antara roh
manusia dengan Roh Allah. Unitarianisme
radikal dengan keliru berusaha untuk
menyangkal keberadaan pra-inkarnasi dari
Yesus Kristus.
John James Tayler (1797-1869) menghasilkan
diskusi formal yang pertama mengenai
pertanyaan Johannis di Inggris dalam karyanya
Attempt to ascertain the character of the Fourth
Gospel [Upaya untuk memastikan karakter dari
Injil ke Empat] (London, 1867). Sebuah barisan
yang panjang dari para cendekiawan telah
mengajukan permohonan untuk adanya revisi
terhadap teks dan terhadap kitab Perjanjian
Baru dan George Vance Smith diundang untuk
bergabung ke dalam Bible Revisers [Para Perevisi Alkitab] (1870). Cendekiawan Unitarian,
James Drummond (1835-1918) adalah seorang
ahli teologia yang amat terpelajar yang telah
menghasilkan sejumlah karya-karya seperti The
Jewish Messiah [Mesias Bangsa Yahudi]
(1877), Philo Judaeus (1888) dan Inquiry into
the Character and Authorship of the Fourth
Gospel [Telaah terhadap Kepribadian dan
Pengarang dari Injil Ke Empat] (1903). John
Relly Beard (1800-1876) menjadi pemrakarsa
untuk adanya kamus modern dari Alkitab
dengan karyanya People’s Dictionary of the
Bible. Tokoh Unitarian penting lainnya adalah
Edgar Taylor, Samuel Sharpe, H A Bright,
William Rathbone Greg, Francis William
Newman, Frances Power Cobbe, Ralph Waldo
Emerson, Theodore Parker dan Max Müller.
Karya ERE juga memberikan informasi
mengenai gereja-gereja dan penyebarannya.
Beberapa dari cendekiawan besar di masa
modern, saat menelaah Alkitab isinya dengan
tidak berpegang pada teologi Yunani dari alur
pemikiran Alexandria dan Kapadokia, telah
beralih pada Unitarianisme sebagai sistem
Alkitab yang asli.
Gerakan Baptis Hari Ke Tujuh
Unitarian penganut Sabat menjadi nampak di
Inggirs pada abad ke tujuh belas, sekalipun
beberapa orang mungkin akan memandangnya
sebagai suatu kelanjutan sejarah dari masa-masa
sebelumnya. Teologi Alkitab menjadi dasar dari
pergerakan Traskite yang dipimpin oleh John
Traske pada sekitar tahun 1616 di London.
Hamlet Jackson memperkenalkan Sabat ke
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
dalam kelompok tersebut melalui penelaahan
Alkitab. Interprestasi harfiah terhadap Alkitab
juga membawa kelompok Puritan ini pada
hukum mengenai makanan dari kaum Lewi.
Terdapat pemikiran yang menganggap bahwa
adalah para pengikut Hamlet Jackson yang
membentuk nukleus dari gereja Baptis penganut
Sabat Mill Yard, sementara pemikiran yang lain
menganggap pergerakan yang lebih awal yang
merupakan pencetusnya. Gereja menjadi amat
terkemuka pda tahun 1661 karena Fifth
Monarchy [Kekaisaran Ke Lima] yang
dikhotbahkan oleh John James, yang kemudian
dihukum mati dengan tuduhan makar. Gereja
telah dipengaruhi, tidak hanya oleh sinagoga
Yahudi di Amsterdam, tetapi juga oleh
pergerakan mesianis populer oleh Sabbetai Zwi.
Gereja, sebagaimana pula banyak kaum Baptis
umum pada masa itu, adalah sepenuhnya
Unitarian sebagaimana yang ditunjukkan oleh
para penulis seperti Edward Elwall pada paruh
pertama milenia 1700-an. Penanggalan
Alkitabiah dan perayaan Paskah pada tanggal
14 bulan Nisan terus berlanjut hingga masa
kini, sekalipun dengan wafatnya Pastor
Albourne Peat, kesaksian Unitarian telah mulai
memadam (mulai dari tahun 1992).
Sekalipun bukti-bukti sejarah amatlah kurang,
nampaknya sebagian besar — bila tidak seluruh
— gereja-gereja Baptis hari ke tujuh di Inggris
adalah juga penganut Unitarian. Pengecualian
pertama yang jelas adalah gereja Pinner’s Hall
yang didirikan oleh Frances Bampfield pada
tahun 1676. Gereja ini secara luar nampak
sebagai penganut Calvinis, dan sekalipun
Bampfield
tidaklah
Trinitarian
dalam
pandangan -pandangannya, yang jelas ia juga
bukan Unitarian. Penggabungan dari kaum
Baptis “Tertentu” dan kaum Baptis “Umum”
(Particular & General Baptists) telah mengebelakangkan pokok persoalan mengenai asalmuasal kaum Baptis penganut Sabat dari aliran
Unitarian. Para penganut Trinitarian telah
menjadi jauh lebih maju dalam memproduksi
pernyataan-pernyataan kepercayaan, sehingga
dokumen-dokumen
yang
ada
tidaklah
mengungkapkan mengenai keteguhan dari
pendirian Unitarian. Kaum Unitarian cenderung
untuk bersikap diam dan mengabaikan
pembuatan pernyataan kepercayaan. Bahkan,
gereja Mill Yard hingga masa sekarang ini tidak
mau menerima apapun kecuali kesepuluh
Perintah Allah dengan penambahan beberapa
Hal. 19
teks Perjanjian Baru yang mendukung (Seventh
Day Baptists in Europe and America, Jilid 1,
American Sabbath Tract Society, Plainfield,
New Jersey, 1910, hal. 25-113).
Ini merupakan kekeliruan yang terbesar atau
yang mendasar dari aliran Baptis Hari ke Tujuh.
Dengan kegagalan mereka untuk menghasilkan
pernyataan kepercayaan yang rinci, mereka
tidak dapat secara memadai mempublikasikan
pernyataan-pernyataan yang jelas. Karena
itulah, penyebar-luasan pernyataan yang rinci
menjadi tidak mungkin dilakukan. Mereka
gagal untuk secara penuh memanfaatkan
kebebasan beragama yang mereka miliki dan
untuk mengembangkan sebuah pengajaran
doktrinal yang utuh mengenai keberadaan
Allah.
Unitarianisme and Tradisi Sabat
Unitarianism
yang
mula-mula,
tanpa
pengecualian, selalu disertai dengan ketaatan
pada Sabat sebagaimana keduanya bersumber
pada ke-harfiah-an Alkitab. Trinitarianisme
tidak pernah disertai dengan ketaatan pada
Sabat sampai terjadinya Reformasi. Setelah
Reformasi, adalah sebuah fakta bahwa sejumlah
penganut Sabat adalah Trinitarian dan bahwa
sejumlah Unitarian beribadah di hari Minggu
sekalipun bukan merupakan suatu peraturan.
Unitarianisme modern yang beribadah di hari
Minggu adalah sama kacaunya dengan sistem
yang beribadah di hari Minggu lainnya.
Di Asia
Pelaksanaan Sabat di Asia pada awalnya secara
dominan adalah non-Trinitarian sampai ordo
Yesuit memulai pekerjaan misionarinya. Aliran
Nestoria dan para misionaris Afrika (lihat karya
tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang
Memelihara Tradisi Sabat [122]) mengikuti
gereja mula-mula ke Persia, India dan kemudian
ke Cina. Paham Unitarian yang mentaati Sabat
menjadi sebuah ancaman yang serius bagi
Budisme dan dengan segera dinyatakan
melanggar hukum oleh pihak Buda. Gerejagereja penganut Sabat di Asia juga, sebagai
suatu peraturan, tidaklah Trinitarian. Mereka
mentaati hukum tentang makanan dan juga
menyangkal pengakuan dosa dan purgatori
(kepercayaan Katholik Roma tentang penyucian
kembali setelah kematian). Perpecahan di antara
gereja-gereja ini kemudian menyusul, pada
intinya, dari Dewan Konstantinopel dan
Hal. 20
Kalsedon.
Masyarakat
Cina
telah
mendapatkan
pengalaman panjang dalam sistem Kristen, dan
sebagaimana di tempat-tempat lain, meyakini
bahwa Sabat merupakan tanda dari ke-harfiahan Alkitab. Pada tahun 781 Kekristenan dan
keyakinan Sabat telah mengakar di Cina (lihat
karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja
Yang Memelihara Tradisi Sabat [122]).
Pemeliharaan tradisi Sabat hidup dan
berkembang baik di Cina saat pecahnya
Pemberontakan Taiping pada tahun 1850
(dalam karya tersebut di atas).
Pengalaman Amerika Serikat
Gereja-gereja Tuhan pemelihara Sabat di
Amerika Serikat telah didokumentasikan
dengan baik dan tidak akan dibahas disini.
Gereja-gereja Tuhan tumbuh dari sistem gereja
Inggris, dengan pengaruh benua Eropa.
Adventisme Hari Ke Tujuh
Gerekan Adventis Hari Ke Tujuh pada awalnya
dan secara resmi adalah Unitarian sampai pada
tahun 1931 saat wafatnya Uriah Smith. Tetapi
adopsi secara resmi terjadi bertahap dan
bermuara dari pelayanan yang berjalan. Para
pemikir Unitarian Adventis adalah James
White, R F Cottrell Sr dan Jr, D T Bordeau
sampai pengunduran dirinya, D M Canright,
J N Andrews, Loughborough, John Matteson,
A C Bordeau, A T Jones, W W Prescott dan
Uriah Smith.
Gerakan Adventis yang lain adalah:
1. Evangelical Adventists [Adventis Evanjelis];
dan
2. Kristen Advent.
Semuanya salah mengartikan kebenaran dari
kebangkitan dan penghakiman. Yang dua tadi
adalah Milenialis harfiah yang sekedar
mengikuti bunyi tulisan Alkitab sementara
aliran Advent Hari Ke Tujuh mengikuti
Milenialis surgawi.
Adventisme secara resmi sebenarnya adalah
Unitarian yang Alkitabiah sampai pada tahun
1931 ketika pengaruh Uriah Smith terhenti dan
kaum Trinitarian, yang telah lama hidup di
dalam tubuh Advent, mulai memegang kendali.
Uriah Smith kemudian digolongkan sebagia
Aria oleh para penerusnya.
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
Ada tuduhan bahwa Ellen G. White termasuk
salah satu yang memperkenalkan konsep
Trinitarianis ke dalam Adventisme Hari Ke
Tujuh melalui karyanya Desire of Ages [Hasrat
Jaman] (1898, hal. 530), yang nampaknya tidak
melalui pengeditan dan berlawanan dengan
pandangan yang ada dari gereja (menurut
pendapat M L Andreasen dalam The Spirit of
Prophecy, terbitan tanggal 30 November 1948).
Selain itu juga terdapat aliran pemikiran
Adventis yang lain.
M L Andreasen (dalam karya tersebut di atas)
menyatakan bahwa mereka mencurigai hal itu
sebagai sebuah kekeliruan pengeditan tetapi ia
kemudian melakukan perjalanan mengunjungi
Ellen G. White untuk bicara padanya dan
memastikan hal itu. Ini baru ia lakukan pada
tahun 1948. Dalam padangan pendapatpendapat yang muncul dan doktrin dari para
penatua gereja sampai pada tahun 1931, teks ini
dicurigai sebagai sebuah pemalsuan pengeditan.
Aliran The Christian Connection, yang
merupakan asal dari James White, adalah
Unitarian. Di kemudian hari mereka bergabung
dengan yang lainnya dan menjadi United
Church of Christ [Gereja Kristus yang Bersatu].
Doktrin mereka adalah lebih Alkitabiah dari
mereka yang telah menjadi Unitarian
Universalist
Church
[Gereja
Unitarian
Universalis]. Gereja tersebut tidak benar-benar
mempunyai
hubungan
dengan
doktrin
subordinasionis Unitarian yang dimiliki gerejagereja pemelihara tradisi Sabat.
Gereja Adventis adalah Unitarian, atau
sebagaimana yang dinyatakan seorang Adventis
pada masa kini, Aria, sampai pada tahun 1931.
Akan tetapi, Arianisme itu sendiri sebagaimana
yang didefinisikan oleh pihak Trinitarian
menyatakan Roh Allah sebagai suatu ciptaan
dari Allah Putera. Doktrin ini mungkin saja
merupakan sebuah ciptaan dari aliran
Trinitarian mula-mula karena kita lihat dalam
komentar Arius tidak tercatat doktrin ini. Akan
tetapi, sebagaimana didefinisikan oleh aliran
Trinitarian, Arianisme bukanlah Unitarianisme
yang Alkitabiah dan bukan doktrin yang
dipegang oleh Smith atau oleh era gereja-gereja
yang lain termasuk Gereja Tuhan (Hari Ke
Tujuh) atau oleh gereja-gereja berikutnya.
Adalah penting untuk dicatat bahwa denominasi
Advent Hari Ke Tujuh tidaklah secara resmi
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
menjadi Trinitarian sampai sesudah publikasi
dari Questions on Doctrine [Pertanyaanpertanyaan mengenai Doktrin] pada tahun 1958.
Andreasen menuliskan serangkaian surat yang
berisikan protes mengenai adopsi akhir ini.
Dengan demikian terdapat suatu periode transisi
antara tahun 1931 dan 1958. Pernyataan
Kepercayaan Adventis Perancis masih tetap
Unitarian pada tahun 1938, menurut apa yang
tertulis dalam sebuah salinan dari Petunjuk
Gereja yang terbit pada tahun itu yang dimiliki
oleh Dr Thomas Mcelwain yang belajar di
Seminari Adventis di Perancis dari tahun 1968
sampai dengan tahun 1973. Ia mengamati
sebagai sebuah komentar terhadap karya ini
bahwa seminari tersebut adalah Trinitarian,
tetapi jemaat pada saat itu masih tetap
Unitarian.
Pergerakan Adventis pada paruh pertama
milenia 1800-an (1842-1844) menyaksikan
jumlah yang agak besar dari penganut
Trinitarian yang tertarik masuk ke dalam sistem
Sabat. Beberapa diantara mereka tidak pernah
benar-benar meninggalkan model Trinitarian
dan ini kemudian terbukti berakibat fatal
terhadap sistem Adventis yang murni setelah
kematian Smith pada tahun 1931, ketika
penganut Trinitarianis di dalam tubuh Advent
meraih kendali, terutama melalui aspirasi di
dalam pelayanan. Hasrat untuk mendapatkan
persetujuan dari Protestanisme Amerika
merupakan sebuah faktor pendukung terhadap
masalah ini. Hal ini kemudian juga mendorong
peralihan ke dalam Binitarianisme di dalam
Gereja-gereja Tuhan di abad ke dua puluh dan
dengan demikian menimbulkan kekeliruan yang
berlipat ganda dan perpecahan di antara sistemsistem yang ada pada masa sekarang ini.
Gereja Tuhan (Hari Ke Tujuh)
Gereja Tuhan (Seventh Day) merupakan sebuah
sistem Unitarian pemelihara tradisi Sabat yang
Alkitabiah yang tidak menerapkan peraturan
mematuhi Hari-hari Raya tetapi dikenal
melakukan perayaan Hari-hari Raya tersebut di
beberapa tempat (misalnya di Cili).
Aliran ini sekarang telah mulai dialihkan oleh
penganut Trinitarianisme di dalam tubuh
pelayanannya dan mungkin akan segera tunduk
sekalipun jumlah suara voting di antara para
anggotanya, yang bertentangan dengan tubuh
pelayanan mereka, mungkin akan dapat
menyelamatkannya dari penaklukan yang amat
Hal. 21
cepat sebagaimana yang telah terjadi di dalam
Worldwide Church of God. Pada tahun 1997,
Gereja Tuhan (Hari Ke Tujuh) menyatakan diri
sebagai Binitarian.
Worldwide Church of God (dahulu Radio
Church of God)
Herbert Armstrong mulai menulis di dalam
majalah Gereja Tuhan (Hari Ke Tujuh) yang
diberi nama Bible Advocate mulai dari tahun
1927. Ia memulai karya pelayanannya sejak
tahun 1930-an tetapi masih tercatat sebagai
pegawai Gereja Tuhan (Hari Ke Tujuh) sampai
pada sekitar tahun 1940. Ini adalah sesudah
terjadinya deklarasi Trinitarianisme di dalam
pergerakan Adventis, tetapi tidak berkaitan
dengan hal itu.
Teologi dari Worldwide Church of God adalah
Diteis dan yang serupa itu, tetapi tidaklah sama
dengan, takhyul yang dianut oleh Marathonius
setelah pemecatan dan kematian Macedonius
menyusul Dewan Konstantinopel pada tahun
381 Masehi. Teologi ini berbeda dalam hal
keberadaan dari Roh Kudus, tetapi masih tetap
berpendirian adanya Dua Allah. Teologi ini
mempunyai definisi yang buruk dan banyaknya
penganut Unitarianis di jajaran Worldwide
Church of God adalah hanya karena ambiguitas
dari Bible Correspondence Course [Kursus
Alkitab Tertulis], yang mengambil struktur Ilahi
dari satu Eloah yang tunggal.
Dengan terjadinya perpecahan di dalam
Worldwide Church of God terbentuklah
serangkaian kelompok-kelompok gerejawi yang
mempunyai doktrin-doktrin yang mempunyai
definisi yang lemah mengenai Allah Bapa dan
dalam hal-hal lainnya. Banyak di antaranya
yang secara teknis adalah Diteis, yang percaya
pada dua Allah ab orgine. Beberapa di
antaranya menyatakan diri mempunyai struktur
Binitarian, tetapi hanya memiliki eksposisi
teologis yang amat buruk. Kesemua kelompok
ini mematuhi Hari-hari Raya. Juga paling tidak
dua di antaranya mentaati hari raya Bulan Baru.
Christian Churches of God
Christian Churches of God (Gereja Jemaat
Allah Al Masehi) adalah gereja pemelihara
tradisi Sabat yang mematuhi semua aspek dari
sistem gereja mula-mula, termasuk paham
Keilahian Unitarian yang Alkitabiah. Gereja ini
memiliki cabang-cabang di negara-negara yang
Hal. 22
tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa pengantar di bawah nama yang
diterjemahkan dari namanya dalam bahasa
Inggris.
Saksi Yehova
Saksi Yehova adalah Gereja Unitarian yang
tidak taat atau memahami Sabat, Bulan Baru
ataupun Perayaan-perayaan. Karena itu, mereka
tidak memiliki tanda-tanda utama dari umat
terpilih yang disebutkan dalam karya tulis ini.
Kesimpulan
Ketaatan pada Sabat adalah sebuah ciri dari
Gereja Tuhan. Sabat bukanlah satu-satunya
ciri. Ciri yang utama adalah dalam hal Allah
Bapa. Dan itu adalah struktur Unitarian yang
Alkitabiah. Pembaptisan merupakan ciri yang
ke dua dan penerimaan Roh Kudus sebagai
pemeteraian batiniah. Ciri-ciri eksternalnya
adalah ketaatan pada Sabat, dan pada
Perjamuan Kudus, yang adalah ciri dari hukumhukum Allah. Ini diikuti dengan ketaatan pada
hari raya Bulan Baru dan Hari-hari Kudus
lainnya. Sabat disangkal oleh umat manusia
karena adanya penyembahan berhala.
Yehezkiel 20:16-20 Oleh karena mereka menolak
peraturan-peraturanKu dan tidak hidup menurut
ketetapan-ketetapanKu dan melanggar kekudusan
hari-hari SabatKu; sebab hati mereka mengikuti
berhala-berhala mereka. 17 Tetapi Aku merasa sayang
meli-hat mereka, sehingga Aku tidak membinasakannya dan tidak menghabisinya di padang gurun. 18
Maka Aku berkata kepada anak-anak mereka di
padang gurun: Janganlah kamu hidup menurut
ketetapan-ketetapan
ayahmu
dan
janganlah
berpegang pada pera-turan-peraturan mereka dan
janganlah mena-jiskan dirimu dengan berhalaberhala mere-ka. 19 Akulah Tuhan, Allahmu:
Hiduplah me-nurut ketetapan-ketetapanKu dan
lakukanlah peraturan-peraturanKu dengan setia, 20
ku-duskanlah hari-hari SabatKu, sehingga itu
menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
orang mengetahui bahwa Akulah Tuhan, Allahmu.
(Alkitab LAI)
Penyimpangan terhadap Sabat bermuara dari
penyembahan berhala. Sabat mencakup
keseluruhan hari-hari yang dikhususkan untuk
ibadah
terhadap
Allah
menurut
penanggalanNya yang didasarkan pada ketaatan
yang benar terhadap hari raya Bulan Baru.
Allah menghukum suatu bangsa karena
kegagalannya untuk menghormati Dia dan
mentaati hukum-hukumNya.
Yehezkiel 20:21-24 Tetapi anak-anak mereka
memberontak terhadap Aku, mereka tidak hidup
menurut ketetapan-ketetapanKu dan tidak melakukan
peraturan-peraturanKu dengan setia, sedang manusia
yang melaku-kannya, akan hidup; mereka juga
melanggar kekudusan hari-hari SabatKu. Maka Aku
bermaksud mencurahkan amarahKu ke atas mereka
untuk melampiaskan murkaKu kepa-danya di padang
gurun. 22 Tetapi Aku mena-rik tanganKu kembali dan
bertindak karena namaKu, supaya itu jangan
dinajiskan di hadapan bangsa-bangsa yang melihat
sendiri waktu Aku membawa mereka ke luar.
23
Walaupun begitu Aku bersumpah kepada-nya di
padang gurun untuk menyerakkan me-reka di antara
bangsa-bangsa dan meng-hamburkan mereka ke
semua negeri, 24 oleh karena mereka tidak melakukan
peraturan-peraturanKu dan menolak ketetapan-ketetapanKu dan melanggar kekudusan hari-hari SabatKu
dan matanya selalu tertuju kepada berhala-berhala
ayah mereka. (Alkitab LAI)
Sabat tidaklah dapat dipisahkan dari Perintah
Allah yang Pertama dan hukum-hukum Allah.
Sebuah bangsa akan dihukum bila tidak
mentaati keseluruhan aspek dari hukum-hukum
Allah. Umat terpilih telah mempertahankan
iman dalam perilaku yang konsisten hingga
pada abad ke sembilan belas dan ke dua puluh
ketika sentralitas dari penyembahan adalah
Allah yang Satu dan Sejati, dan pemahaman
mengenai Keilahian diselewengkan oleh
Protestanisme.
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
Tabel Doktrin-doktrin Gereja-gereja Tuhan
Gereja/
Doktrin
Keberadaan
Allah
Bapa
Struktur
Organisasi
Baptis-an
Sabat
Bulan
Baru
Hari-hari
Raya
Paulo-Efesus
(mulai
30 Masehi)
Unitarian
Alkitabiah
Baptisan
dewasa
Mentaati
Sabat
Mentaati
Bulan
Baru
Smirna-Lyons
(paruh ke dua
abad ke 9)
Unitarian
Alkitabiah
Baptisan
dewasa
Ketaatan
Pada Sabat
Paulisia (abad
ke 4 -10
Masehi)
Valens
FrancoSpanyol atau
Sabbatati
(Albigensia
pada abad ke
9-15 Masehi)
Waldens
Sabbatati
Terpusat PraReformasi
Unitarian
Alkitabiah
Presbiteria
n dan
setengahEpiskopali
a
Presbiteria
n dan
setengahEpiskopali
a
Setengah
militan
Baptisan
dewasa
Waldens
Terpusat PraReformasi
(mulai abad ke
16)
SetengahTrinitarian
Perancis:
Episkopali
a nonhirarkis.
Spanyol:
Presbiteria
n
Presbiteria
n. Dewan
kaum
awam,
sinode
setara.
Campu-ran
sam-pai
kepunahan secara fisik
Sabbatati
Eropa Timur
(sejak abad ke
11 Masehi)
Unitarian
Alkitabiah
Presbiteria
n menu-rut
dasar
wilayah
Baptisan
dewasa
Anabaptist/
Lollards PraReformasi
(sejak abad ke
9 Masehi)
Unitarian
Alkitabiah
Presbiteria
n. Kelompok ini
terpe-cah
pada abad
ke 15.
Baptisan
dewasa
Baptis Pasca
Reformasi
Campuran
(Baptis Hari
Ke Tujuh
awalnya
Unitarian)
Campu-ran
Baptisan
dewasa
Baptis
Amerika
(sejak abad ke
17)
Campuran
Campu-ran
Baptisan
dewasa
Adventis Hari
Unitarian
Presbitaria
Baptisan
Unitarian
Alkitabiah
Unitarian
Alkitabiah
Hal. 23
Hukum
Makana
n
Mentaati
Hari Raya
Perjamuan
Kudus/
Paskah
Quartodeciman
Mentaati
Bulan
Baru
Mentaati
Hari Raya
Quartodeciman
Ya
Mentaati
Sabat
Sulit di
pastikan
Mentaati
Hari Raya
Quartodeciman
Ya
Baptisan
dewasa
Mentaati
Sabat
Ibadah
Bawah
Tanah
selama
Aniaya
Mentaati
Hari Raya
Quartodeciman
Ya
Baptisan
dewasa
Mentaati
Sabat
Ibadah
Bawah
Tanah
selama
Aniaya
Mentaati
Hari Raya
Quartodeciman
Ya
Baptisan
dewasa
Menjadi
Ibadah
Hari
Minggu
Saat
Reforma-si
Mentaati
Sabat.
(pecah ke
hari
Minggu
th. 1579)
Mentaati
Sabat.
(perpecahan ke
hari
Minggu
pada th.
1579)
Campu-ran
Tidak
Tidak
Tidak
Mentaati
Bulan
Baru
Mentaati
Hari Raya
Paskah
Baru (Pe
nyaliban
Jum’at Kebangkita
n Minggu
Quartodeciman
Tidak
Tercatat
Sesuai
aliran
Albigensia prareforma-si
Quartodeciman
Ya
Tidak
Tercatat
Paskah
Baru
diikuti
banyak
jemaat
Campura
n
Campu-ran
Tidak
(bebera-pa
jema-at
seka-rang
mematuhi)
Tidak
Tidak
tercatat
Campura
n
Mentaati
Tidak
Dipercaya
Paskah
Baru
diikuti
banyak
jemaat
Paskah
Ya
Ya
Ya
Hal. 24
Ke Tujuh
(sejak abad ke
19)
Church of God
(SD) Caldwell
Idaho adalah
yang
paling
betul
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
sampai
Trinitas
diadopsi
pada tahun
1931-58
pasca Uriah
Smith
Unitarian
sekarang
berubah
n Konstitusional
dewasa
Sabat
Presbitaria
n Konstitusional
Baptisan
dewasa
Memelihar
a Sabat
Bukan di
konferensi
Denver
Betul
di
Caldwell
Unitarian di
Caldwell
Worldwide
Church of God
(sebelumnya
Radio Church
of God)
Unitarian
dengan C of
G (SD)
melalui
perpecahan
dan sampai
tahun 1955.
Campuran
Unitarian/
Ditheist/
Binitarian
dengan
definisi
yang buruk
sampai
tahun 1994.
Banyak
perpecahan
Presbitaria
n Konstitusional
sejak
perpecahan
C of G
(SD)
Konstitu-si
dan vo ting
di-hentikan
dengan
tidak sah.
Sekarang
menjadi
sebuah
hirarki
korporasi
sebagaimana
sebagian
besar
sempalann
ya
Baptisan
dewasa
Mentaati
Sabat until
1996.
Going into
Sunday
worship.
Branches
are
Mentaati
Sabat.
Tidak.
Acara telaah Alkitab pa-da
Bulan
Baru pa-da
hari-hari
yang keliru
untuk
sementa-ra
waktu.
Christian
Churches of
God (Gereja
Sidang Jemaat
Allah Al
Masehi)
Unitarian
Alkitabiah
Presbitaria
n Konstitusional
Baptisan
dewasa
Mentaati
Sabat
Mentaati
Bulan
Baru
namun
tidak di
jalankan
Baru (pe
nyaliban
hari Jum’
at smpai
perpecahan
CofG (SD)
Dalam
beberapa
kawasan
Caldwell
mempuny
ai
perayaan
menurut
kepada
konjuksi
Mentaati
Hari
Raya,
kecuali
Hari Raya
Berkas
Tuaian.
Quartodeciman
Ya
SetengahQ
uartodeciman
menurut
kalender
Yahudi
dengan
Paskah
yang
keliru.
Beberapa
tidak
dipatuhi
1996
Ya
Mentaati
Hari Raya
Quartodeciman
Ya
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
Hal. 25
Appendix
Eksposisi Tradisional Alkiran Anti-Trinitarian dan Unitarianisme Mula-mula
Pada bagian 150 dalam Jilid II, Schaff
membahas
mengenai
kelas-kelas
antiTrinitarian dan di bagian itu ia memberi sebutan
bagi kelas pertama sebagai Alogi, Theodotus,
Artemon dan Paul dari Samostata. Ia
menyatakan dalam hal. 572 bahwa:
kaum Anti-Trinitarian ini disebut kaum Monarkhia
atau Unitarian bersumber dari penekanan yang
mereka buat terhadap jumlah, keutuhan pribadi dari
Allah Bapa.
Tetapi kita harus berhati-hati dengan memberdakan
mereka menjadi dua kelas yang saling bertentangan:
yaitu kaum Monarkhia rasionalistis atau dinamis,
yang menyangkal keilahian Yesus Kristus, atau
menganggapnya sekedar sebagai suatu “kuasa”
[dunamis]; dan kaum Patripassian atau Monarkhia
modalistis, yang mempersamakan sang Putera
dengan Allah Bapa, dan mengakui trinitas hanya
dalam batasan tertentu, yaitu adanya tiga bentuk
perwujudan diri, tetapi bukan tiga kepribadian.
Bentuk pertama dari ketakhyulan ini, merupakan
keterkaitan dengan monoteisme abstrak Yahudi,
memisahkan antara keilahian dengan kemanusiaan,
dan sedikit lebih tinggi dari Ebionisme. Setelah
mengalami kekalahan di gereja, ketakhyulan ini
bangkit di luar gereja dalam skala yang lebih besar,
sebagai sebuah pewahyuan yang merupakan kepurapuraan, dan mendapat kesuksesan yang luar-biasa di
kalangan Islam dan Unitarianisme pseudo-Kristen di
benua Timur.
Bentuk yang ke dua berawal dari konsepsi tertinggi
mengenai keilahian Yesus Kristus, tetapi sebagian
juga dari paham panteistik yang membuat
pendekatan terhadap landasan dari dosetisme
Gnostik.
Yang satu mencela harkat dari Sang Putera, yang
lain mencela harkat dari Allah Bapa; namun yang ke
dua itu nampak jauh lebih sehat dan lebih Kristen,
dan karenanya lebih luas diterima.
Harus pula diingat bahwa Schaff adalah seorang
Trinitarian dan, karena itu, ia menyatakan
tentangan terhadap pandangan pada teologi inti
yang menentangnya. Catatan yang dibuatnya
tidaklah lengkap, sebagaimana yang akan kita
lihat. Schaff mengatakan (pada hal. 573) bahwa
semua kaum Monarkhia pada kelompok yang
pertama melihat bahwa Yesus Kristus adalah
sekedar manusia biasa, yang dipenuhi dengan
kuasa Ilahi; tetapi memiliki kuasa itu sebagai
suatu hal yang ada padaNya, bukan dimulai
sejak saat Ia menerima pembaptisan saja,
seperti yang menjadi pandangan kamu Ebionit,
tetapi sudah sejak semula; dan mengakui bahwa
keberadaanNya diteruskan oleh keberadaan Roh
Kudus.
Ia
kemudian
menyebutkan
pengelompokkan dari sekte-sekte berikut ini:
yaitu Alogi dan Theodotus. Aliran Theodotus
yang lebih muda menempatkan Melkisedek
sebagai seorang perantara antara Allah dan
para malaikat, lebih tinggi dari Yesus Kristus,
yang adalah perantara antara Allah dan
manusia (Schaff, p. 574). Para pengikutnya juga
disebut
sebagai
aliran
Melkisedekia.
Selanjutnya Schaff juga memasukkan kaum
Artemonit yang menyangkal Keilahian Yesus
Kristus dan menggunakan Euklid dan Aristotel
untuk menyangkal misteri yang ada dan
menentang penggunaan Platonisme untuk
menjelaskan ke empat Injil.
Schaff juga memasukkan Paulus dari
Samostata, uskup dari Antiokh sejak tahun 260,
sebagai yang paling terkenal dari Unitarian
yang rasionalistik.
Ia menyangkal kepribadian dari Logos dan Roh
Kudus dan menganggap mereka hanya sebagai
bagian dari kuasa Allah, sebagaimana akal dan
pikiran di dalam seorang manusia; tetapi mengakui
bahwa Logos berdiam dalam diri Yesus Kristus
dalam skala yang lebih besar dari utusan Allah yang
lain sebelumnya, dan seperti kaum Sosinia yang ada
di kemudian hari,
mengajarkan mengenai
peningkatan secara bertahap dari diri Yesus Kristus,
berdasarkan perkembangan moralnya sendiri hingga
mencapai wibawa Ilahi. Ia mengakui bahwa Yesus
Kristus tidak berdoa, menaklukkan dosa dari nenek
moyang kita, dan kemudian menjadi Juru Selamat
bagi umat manusia (dalam karya tersebut di atas).
Schaff menganggap bahwa tipe orang Kristen
seperti ini masih tetap ada dalam bentuk
kelompok-kelompok Samostasia, Paulianis, dan
Sabelia. Akan tetapi, disini ia melakukan
kesalahan dengan memasukkan berbagai
kelompok
sebagaimana
yang
telah
diperingatkan
dalam
ERE
(see
art.
Monarchianism) karena hal itu mengacaukan
permasalahan ini.
Dalam kelompok ke dua dari anti Trinitriannya,
Schaff memasukkan Praxeas, Noetus, Callistus
dan Beryllus. Disini kita nampaknya melihat
terjadinya sebuah perseteruan antara Hugh Pope
dan para penyusun ERE di satu sisi dengan
Schaff di sisi lainnya. Monarkhianisme di
Hal. 26
dalam pengertian klasiknya sebenarnya
bersumber dari Patripassian melalui Noetus,
dan kaum Sabelia sebagai penerus mereka.
Akan tetapi, Schaff mengelompokkan kaum
Sabellia secara tersendiri pada bagian 152.
Adalah untuk menunjukkan kekeliruan dari
Monarkhianisme dan pendirian dari Hippolytus,
maka karya ini dikutip di dalam karya tulis
Teologi Awal mengenai Allah Bapa [127].
Mereka mengajarkan bahwa Allah yang tunggal
dan tertinggi dengan kehendak pribadinya
sendiri, dan melalui sebuah tindakan
pembatasan terhadap diri sendiri, menjadi
seorang manusia sehingga sang Putera
sesungguhnya adalah Allah Bapa yang
menyamar dalam tubuh manusia (Schaff, hal.
576). Adalah mengherankan bahwa referensi
mengenai Monarkhia sekarang ini ditemukan
hanya di dalam Trinitarianisme dimana doktrindoktrin dari Monarkhia dan Circumincession
(saling ketergantungan antara tiap unsur dalam
Trinitas) adalah yang menentukan hubungan di
antara kepribadian-kepribadian Allah.
Sabelianisme ditelusuri oleh Athanasius sampai
ke filosofi Stoic dan seringkali berulang.
Sabelius berargumentasi bahwa ada suatu
pemisahan antara “monad” dan “triad” di dalam
keberadaan
ilahi.
Dengan
demikian,
perwujudan Allah Bapa tidaklah dimulai pada
saat penciptaan yang mendahului perwujudan
Trinitarian, tetapi pada saat penurunan hukum
Allah. Perwujudan dari Allah Putera dimulai
pada saat Inkarnasi dan berakhir pada saat
kenaikkan Tuhan Yesus. Perwujudan dari Roh
Kudus dimulai dalam suatu inspirasi dan terus
berlanjut dalam regenerasi dan pengudusan. Ia
mengilustrasikan hubungan trinitarian dengan
membandingkan Allah Bapa sebagai matahari,
Allah Putera sebagai cahaya matahari, dan Roh
Kudus sebagai kehangatan yang memancar
(lihat pula analogi lilin dalam Trinitarianisme
modern). Ia menyangkal kekekalan Allah
Putera
dan
Allah
Roh
Kudus.
Ia
menggambarkannya sebagai tiga fenomena
yang sementara yang memenuhi misinya
masing-masing dan kembali ke ketunggalan
yang abstrak (lihat Schaff, op. cit., hal. 581-583
untuk doktrin dimaksud). Sistem ini akan
muncul kembali dalam pergerakan Jaman Baru
(New Age) yang dikaitkan dengan Teologi
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
Proses. Ini merupakan kebalikan dari
Subordinasionisme yang diajarkan oleh Kristen
Unitarian dari para rasul dan gereja mula-mula,
oleh Unitarian Reformasi dan oleh kita sendiri.
Schaff tidaklah jujur saat ia membahas
mengenai doktrin-doktrin awal Trinitarian. Ia
selalu menggunakan istilah anti-Trinitarian
seolah-olah akan mengimplikasikan bahwa ada
sebuah
doktrin
Trinitarian
sementara
sebenarnya doktrin tersebut tidak ada. Trinitas
belumlah
diformulasikan
sampai
terselenggaranya Dewan Konstantinopel di
tahun 381 dan belum dirumuskan secara tetap
sampai Dewan di Kalsedon pada tahun 451
ketika sejumlah gereja-gereja yang signifikan
memutuskan persekutuan mereka dengan aliran
Trinitarian. Ia tidaklah menyebutkan mengenai
gereja-gereja tersebut ataupun teologi dari para
Apologis yang mula-mula yang adalah
penganut Unitarian subordinasionis. Irenæus
menjadi penting disini karena ialah sumber
terdekat yang dapat kita peroleh dalam hal
teologi yang asli dan John dan Polycarpus
melalui eksposisi. Sejarah Trinitarian, baik
Protestan maupun Katholik, jarang mengakui
teologi yang menentang teologi mereka ini.
Schaff menggunakan istilah Unitarianisme
dalam pemahamannya yang paling luas
generalisasinya,
sebagai
sesuatu
yang
diadaptasikan oleh aliran Trinitarian, untuk
mengaburkan perselisihan yang sebenarnya di
antara ke dua belah pihak yang terjadi mulai
pada abad ke lima belas. Di bawah
penggolongan
umum
Unitarian,
pihak
Trinitarian berusaha untuk menetapkan sebuah
penggabungan yang tergeneralisasi dari
Modalis atau Monarkhia dan para pendahulu
mereka kaum Patripasi bersama dengan aliran
Adopsionis, kaum Melkhisedekia, dan juga
umat Yahudi dan Muslim, bersama dengan
Kristen Unitarian yang merupakan asal istilah
itu. Akan lebih benar untuk memandang
kelompok tersebut sebagai Monoteis dan aliran
Unitarian sebagai suatu kesatuan turunan dari
Monoteisme. Akan tetapi, hal ini jelas tidak
akan mencakup pihak Trinitarian dan karenanya
tidaklah digunakan.

Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
Hal. 27
CONCORDIAS
HECHAS, Y FIRMAdas entre la jurifdicion Real, y
el Santo Oficio de la
lnquificion.
PERSETUJUAN TENTANG PETUGAS-PETUGAS INKUISISI
(AGREEMENT CONCERNING THE FAMILIARS OF THE INQUISITION)
Valencia, 1568 (koleksi Penyusun Karya Tulis).
KEPUTUSAN IMAN
“Kami, Doctor Andres de Palacio, Inkuisitor
melawan ketakhyulan dan penyimpangan
apostolik di kota dan kerajaan Valensia, dst.
“Kepada semua umat Kristen yang setia, baik
pria maupun wanita, pater, rohaniwan maupun
pastor dalam segala keadaan, kualitas dan
derajat; yang mana perhatian mereka terhadap
ini akan menghasilkan keselamatan di dalam
Tuhan kita Yesus Kristus, keselamatan yang
sejati; yang menyadari bahwa, dengan melalui
keputusan dan kalimat-kalimat yang lain dari
Inkuisitor-inkuisitor Kepala, para pendahulu
kita, mereka diperingatkan untuk menghadap
pada mereka, dalam suatu jangka waktu yang
telah ditentukan, dan menyatakan dan
memanifestasikan hal-hal yang telah mereka
lihat, ketahui, dan dengar telah diucapkan
mengenai setiap orang atau kelompok orang,
baik masih hidup maupun sudah meninggal,
yang telah mengatakan atau melakukan sesuatu
yang menentang Iman Katholik yang Kudus;
mengembangkan dan mematuhi hukum-hukum
Musa atau sekte-sekte Muhammad,atau ritual
dan upacara yang seperti itu; atau
mempraktikkan kriminalitas yang menyimpang
berupa ketakhyulan, berbakti pada hari Jum’at
sore dan hari Sabtu; mengganti pakaian dengan
kain lenan pribadi yang bersih pada hari Sabtu
dan menggunakan pakaian yang lebih baik dari
hari-hari lainnya; menyiapkan makanan untuk
hari Sabtu pada hari Jum’at, dalam wajan
pemanggang di atas api yang kecil; yang tidak
bekerja sebagaimana pada hari-hari lainnya
pada hari Jum’at sore dan hari Sabtu; yang
menyalakan lentera dalam lampu yang bersih
dengan sumbu yang baru, pada hari Jum’at;
yang mengganti seprai dengan kain lenan bersih
dan menggunakan serbet bersih di meja makan;
yang merayakan perayaan roti tidak beragi,
makanroti tidak beragi dan seledri dan sayursayuran
pahit;
melaksanakan
perayaan
Hal. 28
pengampunan (Hari Pembebesan) saat mana
mereka tidak makan sama sekali sepanjang hari
sampai pada petang harinya saat bintangbintang muncul, ketika mereka saling
memaafkan satu dengan yang lain dan memutus
puasa mereka; dan dengan tata-laku yang sama
merayakan puasa Ratu Ester, puasa tissabav dan
rosessena; yang mengucapkan doa-doa sesuai
dengan hukum Musa, berdiri menghadap ke
dinding, mendoyongkan tubuh ke depan dan ke
belakang, dan melangkah beberapa langkah ke
belakang, yang memberikan uang pembayaran
untuk minyak untuk tempat peribadatan Yahudi
atau tempat peribadatan rahasia lainnya; yang
memotong hewan menurut hukum-hukum
Yudea, dan tidak memakan daging domba atau
daging binatang lain yang trefa; yang tidak mau
memakan daging babi yang diasinkan, kelinci
hutan, kelinci, keong, atau ikan yang tak
bersisik; yang memandikan tubuh jenazah
mereka dan menguburkannya di dalam tanah
yang tidak digarap sesuai dengan adat-istiadat
Yahudi; yang, di dalam rumah duka tidak
memakan daging tetapi ikan dan telur yang
direbus matang, yang duduk di meja-meja yang
rendah; yang memisahkan sejelai gandum ketika
membuat roti dan melemparkannya ke dalam
api; yang melakukan, atau mengetahui orang
lain yang melakukan sunat; yang memanggil
setan-setan, dan memberikan pada setan-setan
tersebut kehormatan yang menjadi hak Tuhan;
yang mengatakan bahwa hukum Musa adalah
baik dan dapat memberikan keselamatan; yang
melaksanakan ritual-ritual dan upacara-upacara
lainnya yang serupa, yang mengatakan bahwa
Tuhan kita Yesus Kristus bukan Mesias yang
sebenarnya seperti yang dinyatakan oleh
Alkitab, dan juga bukan Allah atau Putera
Allah; yang menyangkal bahwa Ia mati untuk
menyelamatkan umat manusia; menyangkal
kebangkitan dan kenaikanNya ke surga; dan
mengatakan bahwa Ibu kita Perawan Maria
bukanlah ibu Tuhan atau bukan perawan
sebelum kelahiran Tuhan ataupun sesudahnya;
yang mengatakan dan menyetujui banyak
kekeliruan ketakhyulan yang lainnya; yang
menyatakan bahwa pengakuan yang telah
mereka berikan di depan para inkuisitor tidaklah
benar; yang melepaskan jubah pertobatan
mereka dan tidak tetap tinggal di penjara
ataupun
melaksanakan
hukuman
yang
dijatuhkan pada mereka; yang mengatakan halhal yang merupakan skalndal terhadap Iman
Katholik kita yang kududs dan terhadap para
petugas Inkuisisi; atau yang mempengaruhi para
orang kafir lainnya yang mungkin akan masuk
ke dalam Kekatholikan untuk tidak melakukan
hal itu; yang menyatakan bahwa Sakramen
Kudus di atas altar bukanlah tubuh dan darah
yang sesungguhnya dari Yesus Kristus Penebus
kita; dan bahwa Tuhan tidak mungkin maha
hadir;
atau
pendeta
manapun
yang
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
mempertahankan pendapat yang terkutuk ini;
yang mengucapkan atau merayakan misa, tanpa
mengatakan ucapan-ucapan kudus konsekrasi;
menyatakan dan percaya bahwa hukum
Muhammad dan ritual serta upacara-upacaranya
adalah baik dan dapat memberikan keselamatan
pada mereka; yang menyatakan persetujuan
bahwa kehidupan hanyalah kelahiran dan
kematian, dan bahwa tidak ada surga dan tidak
ada neraka; dan menyatakan bahwa untuk
melakukan praktik pembungaan uang bukanlah
dosa; jika seseorang pria yang isterinya masih
hidup, menikah lagi, atau seseorang wanita yang
menikah kembali sepanjang suami pertamanya
masih hidup; jika ada yang mengetahui adanya
orang-orang yang mentaati adat-istiadat Yahudi,
dan memberi nama anak-anak mereka pada
malam ke tujuh setelah kelahiran anak itu dan
dengan menggunakan peralatan perak dan emas
di meja makan, dengan sukacita merayakan
upacara Yahudi; dan jika ada yang mengetahui
bahwa ketika seseorang meninggal, mereka
menaruh secawan air dan menyalakan sebatang
lilin dan beberapa serbet di tempat mana orang
itu meninggal, dan untuk beberapa hari, tidak
masuk ke ruangan itu; jika ada yang mengetahui
tentang adanya upaya dari seorang Yahudi
ataupun seorang yang telah beralih kepercayaan,
untuk secara rahasia mengkhotbahkan hukum
Musa dan mengalihkan orang lain masuk ke
dalam kepercayaan ini, mengajarkan upacaraupacara yang juga berasal dari Musa,
memberikan informasi mengenai tanggaltanggal dari perayaan-perayaan dan saat-saat
puasa, mengajarkan doa-doa Yahudi; jika ada
yang mengetahui tentang seseorang yang
berusaha untuk menjadi seorang Yahudi, atau,
sebagai seorang Kristen berjalan ke luar negeri
dengan berpakaian seperti seorang Yahudi; jika
ada yang mengetahui tentang seseorang, yang
telah beralih kepercayaan ataupun tidak, yang
memerintahkan agar pakaiannya harus dibuat
dan kain kasar dan bukan dari lenan,
sebagaimana yang dilakukan seorang Yahudi
yang baik; jika ada yang mengetahui adanya
mereka yang, ketika anak-anak mereka
mencium tangan mereka, menaruh tangan
mereka pada kepala anak-anak mereka tanpa
membuat gerakan Tanda (Salib); atau yang,
setelah selesainya makan malam, memberkati
anggur dan membagikannya kepada semua yang
duduk di meja makan, yang merupakan
pemberkatan yang disebut veraha; jika ada yang
mengetahui tentang adanya rumah, yang
digunakan sebagai tempat berkumpul dengan
tujuan untuk melakukan suatu upacara
keagamaan, atau membaca Alkitab dalam
bahasa setempat atau melaksanakan upacaraupacara Yahudi lainnnya, dan jika ada yang
mengetahui bahwa ketika seseorang bersiap
untuk berangkat melakukan perjalan, sejumlah
ucapan yang diambil dari hukum Musa
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
disampaikan padanya, dan sebuah tangan
ditaruh di atas kepalanya tanpa membuat Tanda
(Salib). Dan jika ada yang mengetahui
mengenai seseorang yang telah melaksanakan
ketentuan-ketentuan Musa, atau menantikan
kedatangan Sang Mesias, yang mengatakan
bahwa Penebus dan Penyelamat kita Yesus
Kristus belum datang dan bahwa sekarang Elisa
akan datang dan membawa mereka ke tanah
yang dijanjikan; dan jika ada seseorang yang
mengetahui bahwa ada orang yang berpura-pura
tidak sadarkan diri dan berjalan-jalan di surga
dan bahwa seorang malaikat telah membawanya
ke sebuah lapangan berumput hijau dan
mengatakan padanya bahwa itu adalah tanah
yang dijanjikan yang disediakan bagi setiap
orang yang percaya yang akan ditebus oleh
Elisa dari penawanan dimana mereka sekarang
hidup; dan jika ada yang mengetahui bahwa ada
seseorang atau sekelompok orang baik anakanak ataupun cucu dari orang yang dikutuk, dan
yang dianggap tidak memenuhi syarat, ternyata
kemudian duduk pada suatu jabatan umum, atau
turut dalam angkatan perang atau menggunakan
pakaian dari sutera dan kain halus, atau
menghiasi pakaian mereka dengan emas, perak,
mutiara atau batu-batu berharga lainnya, atau
menggunakan barang-barang lainnya yang tidak
boleh mereka gunakan atau miliki; dan jika ada
yang mengetahui bahwa ada seseorang yang
mempunyai atau memiliki barang-barang,
furnitur, uang, emas, perak, atau perhiasan lain
yang telah disita yang sebelumnya adalah milik
mereka yang telah dikutuk karena terlibat
ketakhyulan, yang harus dibawa kepada petugas
penerima barang-barang sitaan untuk kejatahan
mempraktikkan ketakhyulan.—Dan kesmeua
hal ini, yang telah dilihat, didengar atau
diketahui, anda, orang-orang Kristen yang setia
yang telah disebutkan di atas, telah, dengan hati
yang dikeraskan, menolak untuk menyatakan
dan memanifestasikan, secara hebat membebani
dan menodai jiwa anda; berpikir bahwa anda
telah diluputkan dengan keputusan dan
pengampunan yang diterbitkan oleh bapa kudus
kita, dan dengan janji-janji dan sumbangan yang
telah anda berikan, yang dengan demikian anda
telah
mengundang
pengucapan
kalimat
ekskomunikasi dan hukuman-hukuman berat
lainnya di bawah hukum yang sah; dan dengan
demikian anda dapat dijatuhi hukuman
sebagaimana mereka yang telah mengalami
ekskomunikasi dan sebagai pelaku dari
ketakhyulan, dalam berbagai cara; tetapi,
berharap demikian telah bertindak dengan
bijaksana, dan agar jiaw anda tidak sampai
terkhilang, karena Tuhan kita tidaklah
menginginkan kematian dari seorang yang
berdoa tetapi menginginkan reformasi dan
kehidupannya; dengan kesemua hal ini, kami
menghapuskan dan menangguhkan sensor yang
telah dijatuhkan oleh para inkuisitor tersebut di
Hal. 29
atas terhadap anda, dengan syarat bahwa anda
melaksanakan dan mematuhi syarat-syarat
keputusan kami ini, yang memberikan suatu
keharusan kepada kami, menasihati dan
memerintahkan pada anda, dengan berdasarkan
kebenaran dari kepatuhan yang kudus, dan di
bawah
ancaman
hukuman
berupa
ekskomunikasi total, dalam waktu sembilan hari
dari saat dimana keputusan ini telah dibacakan
kepada anda, atau diberitahukan kepada anda
dengan cara apapun juga, untuk menyatakan
semua yang anda ketahu, telah anda lihat,
dengar, atau anda dengar dikatakan dengan cara
bagaimanapun, mengenai hal-hal dan upacaraupacara yang disebutkan di atas, dan untuk
menghadap kepada kami secara pribadi untuk
menyatakan dan memanifestasikan apa yang
telah anda lihat, dengar, atau anda dengar
dikatakan secara sembunyi-sembunyi, dengan
tidak mengatakannya sama sekali kepada orang
lain, atau memberikan kesaksian palsu terhadap
siapapun. Apabila tidak, jika jangka waktu yang
diberikan telah lewat, nasihat kanonis telah
diulangi sesuai dengan hukum, akan diambil
langkah-langkah untuk menetapkan dan
melaksanakan hukuman berupa ekskomunikasi
terhadap anda, sebagaimana ditentukan dalam
dan dengan dokumen ini; dan melalui
ekskomuniksai
semacam
itu,
kami
memerintahkan agar anda dinyatakan tidak
diterima secara publik; dan jika, setelah masa
waktu sembilan hari berikutnya, anda tetap
berkeras
dengan
pemberontakan
dan
ekskomunikasi
anda,
anda
akan
diekskomunikasikan,
disumpahi,
dikutuk,
diasingkan dan dipisahkan sebagai seseorang
yang berasal dari iblis, dari ikatan dan
keanggotaan dalam Gereja-Ibu yang kudus, dan
sakramen-sakramen yang ada di dalamnya. Dan
kami perintahkan kepada para vikar, rektor,
pater, dan sakristan dan pribadi-pribadi
keagamaan ataupun eklesiastika lainnya untuk
menganggap dan memperlakukan orang yang
seperti disebutkan di atas sebagai seseorang
yang telah diekskomunikasikan dan dikutuk
karena telah mendatangkan murka dan amarah
Allah yang Maha Kuasa, dan Perawan Maria
yang kudus, Ibunya, dan rasul Santo Petrus dan
Santo Paulus yang dikuduskan, dan semua
orang kudus di Kerajaan Surga; dan kepada
pemberontak dan pembangkang seperti itu yang
menutup-nutupi kebenaran mengenai hal seperti
yang disebutkan di atas, semoga semua tulah
dan mala-petaka yang telah dijatuhkan kepada
Raja Firaun dan penghuni istananya karena
ketidak-taatannya pada perintah-perintah ilahi,
dan hukuman yang sama berupa ekskomunikasi
ilahi melanda mereka sebagaimana yang terjadi
pada penghuni kota Sodom dan Gomora yang
kesemuanya musnah dalam api; dan seperti
Athan dan Abiron yang ditelan ke dalam bumi
karena kelalaian yang amat sangat dan dosa-
Hal. 30
dosa yang mereka lakukan dalam ketidaktaatannya, dan pemberontakan terhadap Allah
Tuhan kita; dan semoga mereka dikutuk saat
mereka makan dan minum, saat mereka berjalan
dan tidur, dalam saat keluar maupun masuk.
Terkutuklah mereka saat hidup dan mati, dan
semoga mereka semakin dikeraskan dalam
dosa-dosa mereka, dan semoga iblis selalu ada
di sisi mereka; semoga pekerjaan mereka penuh
dengan dosa, dari hari-hari mereka pendek dan
penuh kengerian; dan semua milik mereka
dinikmati oleh orang lain, dan anak-anak
mereka menjadi yatim-piatu, dan isteri mereka
menjanda. Semoga anak-anak mereka selalu
berkekurangan, dan semoga tak akan ada yang
menolong mereka; semoga mereka terusir dari
rumah-rumah mereka dan harta-benda mereka
diambil oleh tukang riba; dan semoga mereka
tidak dapat menemukan seseorangpun yang
berbelas kasihan pada mereka; semoga anakanak mereka menjadi rusak dan terbuang, dan
juga nama-nama mereka; dan kejahatan mereka
terus tinggal dalam ingatan ilahi. Semoga
musuh-musuh
mereka
meluluh-lantakkan
mereka dan menjarah mereka dari segala apa
yang mereka miliki di dunia; dan semoga
mereka meminta dari pintu ke pintu tanpa
pernah mendapatkan. Semoga doa-doa mereka
menghasilkan mala-petaka; dan terkutuklah roti
dan anggur, daging dan ikan, buah dan makanan
lainnya yang mereka makan; demikian pula
terkutuklah rumah yang mereka tempati dan
kain yang mereka kenakan, binatang yang
mereka tunggangi dan ranjang dimana mereka
tidur, dan meja-meja dan serbet-serbet yang
mereka gunakan untuk makan. Terkutuklah
mereka menjadi milik Iblis dan Lusifer dan
semua setan di neraka, dan kesemua mereka itu
yang akan menjadi tuannya, dan menyertai
mereka sepanjang malam dan sepanjang siang.
Amin.
Dan
ada
orang-orang
yang
mendatangkan ekskomunikasi dan mala-petaka
sebagaiman yang disebutkan di atas, masih tetap
berkeras hati untuk masa waktu satu tahun,
mereka akan dianggap sebagai ketakhyulan itu
sendiri, dan harus diadili di dalam proses yang
sama seperti yang dilakukan kepada dukun
ataupun tersangka kriminalitas ketakhyulan.
Dikeluarkan pada tanggal ....Maret, dalam
penanggalan Allah Tuhan kita, seribu lima ratus
dua belas.”
Nullus omoveat sub pena excommunicationis.
(Butir: Tidaklah berlaku pengakuan yang
dilakukan pada penerima pengakuan untuk
membeli peluputan dari ucapan ekskomunikasi
yang mungkin diberikan kepada seorang
penganut takhyul, dari sejak saat kejahatan itu
dilakukan.)
(Butir: Setiap orang yang mengetahui apapun
juga dari hal-hal yang disebutkan dalam
Peran Perintah Allah Ke Empat [170]
keputusan ini, atau mengenai ketakhyulan
lainnya, dan tidak segera tampil untuk
melaporkan dan menyatakan hal tersebut,
dengan ini diekskomunikasikan dan tidak dapat
diluputkan oleh para penerima pengakuan
mereka.)
El doctor
De Mandato sue
Palacio, inquisidor. Reverende paternitatis,
Petrus Sorell, notarius.
Download