MODUL PERKULIAHAN DASAR-DASAR LOGIKA Modul ini berisi langkahlangkah awal untuk memahami prinsip-prinsip logis dalam bernalar. Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Tatap Muka 09 Kode MK Disusun Oleh MK42002 Ety Sujanti, M.Ikom Abstract Kompetensi Modul ini ditulis untuk membantu mahasiswa mengenal dasar dari segala ilmu dan pengetahuan yaitu logika. Diharapakan dengan adanya modul ini, mahasiswa dapat lebih mengetahui dan memahami alur berpikir dan bernalar menggunakan logika. Membangun Penalaran Yang Baik Silogisme 1. Batasan Silogisme Silogisme adalah suatu bentuk penarikan konklusi secara deduktif tak langsung yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan serentak. Yang penting kita ketahui dari silogisme dan bentuk-bentuk inferensi atau penalaran deduktif yang lain ialah bahwa masalah kebenaran dan ketidakbenaran pada premis-premis itu tidak pernah timbul, karena premis-premis yang selalu diambil adalah yang benar. Ini berarti bahwa konklusi hanya mempersoalkan kebenaran formal (kebenaran bentuk) tanpa mempersoalkan kebenaran material (kebenaran isi). Oleh karena silogisme adalah penarikan konklusi yang sifatnya deduktif, maka konklusinya tidak dapat mempunyai sifat yang lebih umum daripada premisnya. Jadi silogisme merupakan penarikan konklusi secara tak langsung, konklusi dari dua premis, tidak dari satu premis saja sebagaimana halnya penarikan konklusi secara langsung. Misalnya: Semua manusia adalah mortal Semua raja adalah manusia Semua raja adalah mortal 2. Ciri-ciri Silogisme Ciri-ciri silogisme yang membedakan dari jenis penarikan konklusi lainnya adalah: 1) Konklusi dalam silogisme ditarik dari dua premis yang serentak disediakan, bukan dari salah satu premisnya saja. Konklusinya tidaklah merupakan penjumlahan premis-premis itu, tetapi merupakan sesuatu yang dapat diperoleh bila kedua premis itu diletakkan serentak. Ciri-ciri ini membedakan silogisme dari bentuk-bentuk penarikan konklusi langsung dan bentuk-bentuk penarikan tak langsung lainnya. 2) Konklusi dari suatu silogisme tidak dapat mempunyai sifat yang lebih umum daripada premis-premisnya. Silogisme adalah suatu jenis penarikan konklusi secara deduktif dan penarikan konklusi secara deduktif konklusinya tidak ada yang lebih umum dari premis-premis yang disediakan itu. Pada contoh yang diberikan di atas, konklusi: ‘14 2 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id “semua raja adalah mortal” walaupun umum sifatnya, namun lebih sempit pengertiannya dari premis-premisnya, karena term “semua raja” mengandung pengertian yang lebih sempit daripada “semua manusia”. Ciri ini membedakan silogisme bentuk-bentuk penarikan konklusi secara induktif yang konklusinya selalu lebih umum daridapa premisnya. 3) Konklusinya benar, bila dilengkapi dengan premis-premis yang benar. Suatu hal yang penting, pada silogisme dan pada bentuk-bentuk inferensi deduktif yang lain, persoalan kebenaran dan ketidakbenaran pada premis-premis tak pernah timbul, karena premis-premis selalu diambil yang benar, akibatnya konklusi sudah diperlengkapi dengan hal-hal yang benar. Dengan kata lain, silogisme tinggal mempersoalkan kebenaran formal (kebenaran bentuk) dan tidak lagi mempersoalkan kebenaran material (kebenaran isi). 3. Struktur Silogisme Sebuah silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu dua buah proposisi yang diberikan dan sebuah proposisi yang ditarik dari dua buah proposisi yang diberikan itu. Proposisi yang ditarik itu dinamai “konklusi” dan dua buah proposisi yang diberikan itu dinamai “premis”. Tiap-tiap proposisi terdiri atas dua term dan karena itu silogisme harus mempunyai enam term. Sebetulnya silogisme hanya mempunyai tiga term, karena masing-masing term itu terdapat dua kali. Tiga term ini mempunya nama-nama tertentu. Predikat konklusi dinamai “term mayor”, subjek konklusi dinamai “term minor”, dan term yang sama-sama terdapat pada kedua proposisi itu disebut “term penengah”. Term penengah yang terdapat dalam kedua premis dan yang merupakan unsur umum bagi kedua premis itu, merupakan faktor penting dalam silogisme, karena term penengah inilah yang menyebabkan kedua premis itu saling berhubungan dan karenanya dari kedua premis tersebut dapat diambil konklusi. Dengan kata lain, term penengah menetapkan hubungan antara term mayor dan term minor, dengan demikian konklusi dapat ditarik dari kedua premis itu. Jadi, dalam silogisme perlu diperhatikan: 1). Premis mayor disajikan terlabih dahulu daripada premis minor. 2). Term Penengah dilambangkan dengan M (Middle Term) 3). Term Mayor dilambangkan dengan P (Predikat) ‘14 3 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4). Term Minor dilambangkan dengan S (Subjek). 4.Jenis-jenis Silogisme Bagan di bawah ini menggambarkan jenis-jenis silogisme: Silogisme Murni Kategoris Hipotetis Campuran Disjungtif Kategoris Hipotetis Kategoris Disjungtif Dilema Silogisme dapat dibagi atas silogisme murni dan silogisme campuran berdasarkan unsur-unsur proposisinya. Jika proposisi-proposisinya sama hubungannya, maka silogisme itu dinamai silogisme murni. Jika proposisi-proposisinya berbeda hubungannya dinamai silogisme campuran. Kedua jenis ini dapat dibagi lagi. Silogisme murni dapat dibagi atas silogisme murni kategoris, silogisme murni hipotetis dan silogisme murni disjungtif berdasarkan proposisi-proposisi pembentuknya. Jika semua proposisi pembentuknya kategoris, maka silogisme itu dinamai silogisme murni kategoris. Jika proposisi pembentuknya hipotetis, maka silogisme itu dinamai silogisme murni hipotetis, dan jika proposisi pembentuknya disjungtif maka silogisme itu dinamai silogisme murni disjungtif. Silogisme Campuran dibagi pula atas tiga jenis: a). Kategoris Hipotetis. Dalam silogisme ini premis mayor hipotetis, premis minor kategoris dan konklusi kategoris. b). Kategoris Disjungtif. Dalam silogisme ini premis mayor disjungtif, premis minor kategoris dan konklusi kategoris. c). Dilema. Dalam dilema, premis mayor hipotetis, premis minor disjungtif dan konklusi kategoris atau disjungtif. ‘14 4 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Silogisme Kategoris Sllogisme standar adalah silogisme kategoris. Silogisme kategoris terdiri atas proposisi-proposisi kategoris. Jadi silogisme kategoris adalah struktur suatu deduksi berupa proses logis yang terdiri dari tiga bagian yang masing-masingnya berupa pernyataan kategoris (pernyataan tanpa syarat). Sebagai suatu bentuk logis yang sudah baku, silogisme, khususnya silogisme kategoris, bermakna sekali. Dalam percakapan sehari-hari, diskusi, buku dan pidato, jalan pikiran kita jarang dirumuskan dalam bentuk silogisme. Tetatpi begitu “mengapa” dipersoalkan, maka orang akan mencari alasan-alasannya. Disinilah bentuk logis silogisme kategoris dapat membantu menunjukkan jalan atau tahap-tahap penalarannya. Silogisme kategoris tunggal merupakan bentuk silogisme yang terpenting. Silogisme ini terdiri atas tiga term, yakni subyek (S), predikat (p), dan term-antara (M). Setiap manusia (M) dapat mati (P) atau M - P Si Fulan (S) adalah manusia (M) atau S - M Jadi, Si Fulan (S) dapat mati (P) atau S - P Term major adalah predikat dari kesimpulan (kata ‘mati’). Term itu harus terdapat dalam kesimpulan dan salah satu premis, biasanya dalam premis yang pertama. Premis yang mengandung predikat itu disebut premis major. Kemudian term minor atau premis minor adalah subyek dari kesimpulan. Termitu biasanya terdapat dalam premis yang lain, biasnya dalam premis yang kedua. Premis yang mengandung subyek itu disebut premis minor. Akhirnya, term-antara ialah term yang terdapat dalam kedua dalam kedua premis, tetapi tidak terdapat dalam kesimpulan. Dengan term-antara ini subyek dan predikat diperbandingkan satu sama lain. Dengan demikian, subyek dan predikat dipersatukan atau dipisahkan satu sama lain dalam kesimpulan. Namun, dalam percakapan sehari-hari, dalam buku-buku atau tulisantulisan, bagan sepertiitu tidak selalu tampak dengan jelas. Seringkali ada keputusan yang tersembunyi. Kesulitan yang sama juga terdapat dalam keputusan. Ketika berbicara berbicara tentang keputusan, sudah dianjur kan supaya keputusan itu dijabarkan dalam bentuk logis, demikian juga, pemikiran-pemikiran dijabarkan dalam bentuk silogisme kategoris. Dengan demikian, titik pangkalnya serta jalan pikiran yang terkandung di dalamnya dapat diperlihatkan dengan jelas. Untuk itu perlu menentukan: ‘14 5 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id - Menentukan dahulu kesimpulan mana yang ditarik; - Mencari apakah alasan yang disajikan (M, term-antara); dan - Menyusun silogisme berdasarkan subyek dan predikat (kesimpulan) serta termantara (M). Hukum-hukum yang perlu ditaati dalam silogisme kategoris: a. Menyangkut term-term. 1) Silogisme tidak boleh mengandung lebih atau kurang dari tiga term. Kurang dari tiga term berarti tidak ada silogisme. Lebih dari tiga term berarti tidak adanya perbandingan. Kalaupun ada tiga term, ketiga term itu haruslah digunakan dalam arti yang sama tepatnya. Kalau tidak, hal itu sama saja dengan menggunakan lebih dari tiga term. Misalnya: Kucing itu mengeong Binatang itu kucing Jadi, binatang itu mengeong 2) Term-antara (M) tidak boleh masuk (terdapat dalam) kesimpulan. Hal ini sebenarnya sudah jelas dari bagan silogisme. Selain itu, masih dapat dijelaskan bagini: term-antara (M) dimaksudkan untuk mengadakan perbandingan dengan termterm. Perbandingan itu terjadi dalam premis-premis. Karena itu, term-antara (M) hanya berguna dalam premis-premis saja. 3) Term subyek dan predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis-premis. Artinya, term subyek dan predikat dalam kesimpulan tidak boleh universal, kalau dalam premis-premis particular. Ada bahaya ‘latius hos’. Istilah ini sebenarnya merupakan singkatan dari hukum silogisme yang berbunyi: ‘Latius hos quam praemiisae conclusion non vult’. Isi ungkapan yang panjang ini sama saja dengan ‘generalisasi’.Baik ‘Latius hos’ menyatakan penyimpulan, ketidakberesan atau kesalahan maupun ‘generalisasi’ yakni menarik kesimpulan yang terlalu luas. Menarik kesimpulan yang universal pada hal yang benar hanyalah kesimpulan dalam bentuk keputusan yang particular saja. Misalnya: Kucing adalah makhluk hidup ‘14 6 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Manusia bukan kucing Jadi, manusia bukan makhluk hidup 4) Term-antara (M) harus sekurang-kurangnya satu kali universal. Jika term-antara particular baik dalam premis major maupun minor, mungkin sekali term-antara itu menunjukkan bagian-bagian yang berlainan dari seluruh luasnya. Kalau begitu term-antara tidak lagi berfungsi sebagai term-antara dan tidak lagi menghubungkan (memisahkan) subyek dan predikat. Misalnya: Banyak orang kaya yang kikir Si Fulan adalah orang kaya Jadi, Si Fulan adalah orang yang kikir. b. Mengangkut keputusan-keputusan. 1) Jika kedua premis (yakni major dan minor) afirmatif atau positif, maka kesimpulannya harus afirmatif dan positif pula. 2) Kedua premis tidak boleh negatif, sebab term-antara (M) tidak lagi berfungsi sebagai penghubung atau pemisah subyek dan predikat. Dalam silogisme sekurang-kurangnya satu, yakni subyek atau predikat, harus dipersamakan dengan term-antara (M): Misalnya: Batu bukan binatang Kucing bukan batu Jadi, kucing bukan binatang 3) Kedua premis tidak boleh partikular. Sekurang-kurangnya satu premis harus universal. Misal: Ada orang kaya yang tidak tenteram hatinya Banyak orang yang jujur teteram hatinya Jadi, orang-orang kaya tidak jujur 4) Kesimpulan harus sesuai dengan premis yang paling lemah. Keputusan particular adalah keputusan yang ‘lemah’ dibandingkan dengan keputusan yang ‘14 7 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id universal. Keputusan negatif adalah keputusan yang ‘lemah’ dibandingkan dengan keputusan afirmatif atau positif. Oleh karena itu: - Jika satu premis partikular, kesimpulan juga particular; - Jika salah satu premis negatif, kesimpulan juga harus negatif; - Jika salah satu premis negatif dan partikular, kesimpulan juga harus negatif dan partikular. Kalau tidak, ada bahaya ‘latius hos’ lagi. Misalnya: Beberapa anak puteri tidak jujur Semua anak puteri itu manusia (orang) Jadi, beberapa manusia (orang) itu tidak jujur Susunan silogisme yang lurus. Silogisme yang diuraikan di atas merupakan bentuk logis dari penyimpulan. Penyimpulan itu tersusun dari tiga term. Ketiga term itu adalah subyek, silogisme; predikat, dan term-antara (M). sebab term-antara (M) itulah Term-antara yang adalah menyatakan sebagai mengapa kunci subyek dipersatukan dengan predikat atau dipisahkan dari padanya dalam kesimpulan. Kemudian, penyimpulan juga tersusun dari tiga keputusan. Ketiga keputusan itu adalah premis major, premis minor, dan kesimpulan. Akhirnya, ketiga keputusan ini dapat dibedakan menurut bentuk dan luasnya. Pembedaan ini menghasilkan keputusan A, keputusan E, keputusan I, dan keputusan O. Kalau dikombinasikan, terdapatlah susunan yang berikut: - Menurut tempat term-antara (M): 1. M – P 2. P – M 3. M – P 4. P – M S –M S–M M–S M–S S –P S–P S - P S -P - Setiap keputusan di atas masih dapat berupa keputusan A, E, I, dan O, menurut bentuk dan luasnya. Kalau semuanya dikombinasikan, secara teoritis diperolah 64 (bahkan 256) kemungkinan.Tetapi nyatanya, tidak setiap kombinasi susunan silogisme yang lurus, hanya terdapat 19 kombinasi yang lurus. ‘14 8 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menghasilkan Kombinasi-kombinasi ini pun masih harus menepati beberapa syarat lagi. Susunan yang pertama: M - P S - M S - P - Semua ini merupakan susunan yan paling sempurna dan tepat sekali utuk suatu eksposisi yang positif. - Syarat-syaratnya ialah: premis minor harus afirmatif dan premis major universal. - Karena itu kombinasi-kombinasi yang mungkin ialah: AAA, EAE, dan EIO (AAI dan EAO tidak lazim). - Misal AAA : Semua manusia dapat mati Semua orang Indonesia adalah manusia Jadi, semua orang Indonesi dapat mati AAI : Semua manusia dapat mati Semua orang Indonesia adalah manusia Jadi, beberapa orang Indonesia dapat mati EAE : Semua manusia tidaklah abadi Semua orang Indonesia adalah manusia Jadi, semua orang Indonesia tidaklah abadi EAO : Semua manusia tidaklah abadi Semua orang Indonesia adalah manusia Jadi, beberapa orang Indonesia tidaklah abadi AII : Semua kucing mengeong Ciro adalah kucing Jadi, Ciro mengeong EIO : Tidak ada seorang manusia pun yang adalah seekor kucing Beberapa hewan adalah manusia Jadi, beberapa hewan bukanlah kucing ‘14 9 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Alex Lanur. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius, 1983. 2. Copi, I.M. (1978). Introduction to Logic.New York: Macmillan. 3. Djoni Dwijono dan F. Soesianto, Seri Logika Matematika: Logika Proposisional, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003). 4. Giere, R. N. (1984). Understanding Scientific Reasoning (2 nd Edition). New York: Holt, Rinehart and Winston. 5. Glass, A. L., & Holyoak, K. J, Cognition (2nd ed.). Auckland: McGraw-Hill International 6. Jacobs, H.R. (1982). Mathematics, A Human Endeavor (2nd Ed). San Fransisco: W.H. Freeman and Company. 7. Jacobus Ranjabar, Dasar-Dasar Logika, Sebuah Langkah Awal untuk Masuk ke Berbagai Disiplin Ilmu dan Pengetahuan (Bandung: Alfabeta, 2014) 8. Matlin, M. W. (1994). Cognition (3rd ed.). Fort Worth: Harcourt Brace Publishers. (1986). 9. Patrick J. Hurley, A Concise Introduction to Logic, Eleventh edition, 2012, Wadsworth, Cengage Learning 10. Surajiyo, dkk.,Dasar-Dasar Logika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006). 11. Wittgenstein, L, 1951, Tractacus Logico Philosophicus, London, Routlede & Kegan Paul Ltd. 12. W. Pespoprodjo dan T. Gilareso. Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika, 2011 ‘14 10 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id