PDF - Jurnal UNESA

advertisement
MANAJEMEN KOMUNITAS SENI MASYARAKAT LUMPUR KABUPATEN
BANGKALAN
Oleh
A. Barokah Kurniadi
Mahasiswa Pendidikan Seni Drama Tari Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Surabaya, [email protected]
Pembimbing
Arif Hidajat, S. Sn, M.Pd
Dosen Sendratasik FBS Universitas Negeri Surabaya, [email protected]
ABSTRAK
Komunitas Masyarakat Lumpur Bangkalan memiliki sistem manajemen yang telah tersusun
rapi bahkan dalam setahun terakhir ini juga menerapkan sistem pengembangan dan pembelajaran
layaknya instansi pendidikan formal yang memiliki kelas-kelas dan tingkat kesulitan materi sesuai
lama keanggotaannya
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana bentuk manajemen di
Komunitas Masyarakat Lumpur Bangkalan? Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan
mendukung proses manajemen di Komunitas Masyarakat Lumpur Bangkalan?
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif..
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk manajemen dan faktor-faktor yang
menghambat dan mendukung proses manajemen di Komunitas Masyarakat Lumpur Bangkalan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
pengamatan dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen yang digunakan untuk mengelola suatu
organisasi seni di Komunitas Masyarakat Lumpur Bangkalan menggunakan fungsi-fungsi manajemen,
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan penegendalian. Dengan menerapkan
manajemen tersebut dapat digunakan oleh Komunitas Masyarakat Lumpur sebagai bentuk untuk
meminimalisir faktor-faktor penghambat serta memaksimalkan hal-hal yang mendukung untuk
mempertahankan eksistensi organisasi tersebut dalam berkesenian.
Kata kunci: manajemen, komunitas seni, faktor penghambat, faktor pendukung
I.
PENDAHULUAN
Komunitas Masyarakat Lumpur adalah sebuah kelompok atau organisasi yang bergerak
dibidang seni dan kebudayaan khususnya seni teater, sastra dan musikalisasi puisi. Organisasi ini
terbentuk pada 7 Maret 2004 dan awal berdirinya di Fakultas Sastra STKIP PGRI Bangkalan yang
kemudian dilanjutkan diluar kampus saat setelah para pengurusnya lulus dari STKIP PGRI
Bangkalan.
Manajemen organisassi Komunitas Masyarakat Lumpur tidak jauh berbeda dengan
organisasi-organisasi teater pada umumnya. Ada tiga unsur yang mutlak ada dalam manajemen
organisasi ini, yaitu: Struktur, AD/ART, dan Program Kerja. Organisasi ini dipimpin oleh seorang
ketua yang membawahi struktur dibawahnya. Ketua bukanlah pemilik organisasi, tetapi orang yang
dipercaya manjalankan roda organisasi, mengkoordinasi anggota,
mengontrol kerja, dan
bertanggungjawab terhadap kerja organisasi. Masing-masing menjalankan tugas dan kewajiban
sesuai dengan job desc-nya. Organisasi berjalan dalam alur yang telah disusun dalam AD/ART, yang
mengatur mekanisme kerja organisasi: bentuk, visi misi, sistem keanggotaan, rekruitment, reward and
punishment dan seterusnya. Agar organisasi atau kelompok teater dapat melangsungkan proses dan
tujuan kegiatannya, maka teater tersebut harus menerapkan fungsi manajemen. Adapun fungsi
manajemen menurut Edwin B. Flippo secara jelas menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri dari:
Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pengarahan (Directing), dan Pengendalian
(Controling). (Nawawi, 2009: 18)
Secara teknis tahap pertama dalam sebuah organisasi atau kelompok teater adalah
perencanaan yang merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan sasaran, kebijakan, prosedur serta
program yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Berikutnya yaitu pengorganisasian, dimana
pengorganisasian ini merupakan bagian penting dimana didalamnya terdapat struktur dan bagianbagian pengelolanya sebagai koordinator. Setelah semua telah direncanakan dan diorganisasikan
berikutnya adalah pengarahan yang yang dilakukan oleh pimpinan untuk menggerakkan,
membimbing dan mengatur bawahan serta anggotanya dalam segala kegiatannya. Tahap terakhir
dari prinsip manajemen yang harus dilakukan oleh kelompok teater adalah tahap pengendalian yang
merupakan langkah atau tindakan dalam mengadakan penilaian serta koreksi terhadap hasil proses
dan pelaksanaan sehingga kekurangan dan kesalahan yang telah dilakukan dapat dievaluasi yang
kemudian dilakukan perbaikan. Penerapan fungsi yang profesional, dapat dipastikan kelompok
teater tersebut akan lebih terorganisir serta memiliki tim dan anggota yang solid.
Komunitas Masyarakat Lumpur Bangkalan memiliki sistem manajemen yang telah tersusun
rapi bahkan dalam setahun terakhir ini juga menerapkan sistem pengembangan dan pembelajaran
layaknya instansi pendidikan formal yang memiliki kelas-kelas dan tingkat kesulitan materi sesuai
lama keanggotaannya bahkan sudah memiliki badan hukum berbeda dengan kelompok-kelompok
teater lain yang program dan sistemnya kebanyakan hanya mengacu pada proses latihan dan pentas
tanpa dibekali pengetahuan tahapan-tahapan yang seharusnya dimiliki oleh masing-masing anggota
kelompok teater serta kelompoknya tidak memiliki badan hukum.
II.
Manajemen Seni
Pada dasarnya manajemen adalah cara memanfaatkan input untuk menghasilkan karya seni
melalui suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dengan
memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan. Manajemen akan membantu organisasi seni
pertunjukan untuk dapat mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Efektif artinya dapat
menghasilkan karya seni yang berkualitas sesuai dengan keinginan dengan senimannya atau
penontonnya. Efisien berarti menggunakan sumberdaya dengan rasional dan hemat, tidak ada
pemborosan atau penyimpangan. (Permas,dkk, 2003: 19)
Kelompok organisasi seni pertunjukan dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan
karakteristiknya, yaitu (Permas, dkk, 2003:10):
1. Fokus pada satu kegiatan dan satu fungsi manajemen yang memiliki karakteristik:
sanggar yang mengkhususkan kegiatannya dalam memproduksi satu jenis kesenian;
kegiatan lain seperti perancangan kostum, tata rias, tata panggung; tabuhan pengiring
meminta jasa pihak lain atau dilakukan secara terbatas; kegiatan fungsi pemasaran tidak
dilakukan atau dilakukan pihak lain; fungsi manajemen keuangan dan sumber daya
manusia dilakukan secara sederhana.
2. Banyak kegiatan dan satu fungsi manajemen yang memiliki karakteristik: sanggar yang
selain memproduksi karya seni, juga memiliki kegiatan lain seperti tata rias, perancang
kostum, kursus, tata panggung dan sebagainya; kegiatan aspek manajemen masih
berkonsentrasi dalam produksi, kalau pun melakukan fungsi manajemen pemasaran,
keuangan dan sumber daya manusia dalam taraf sederhana.
3. Fokus pada satu kegiatan dan fungsi manajemen lengkap yang memiliki karakteristik:
sanggar yang mengkhususkan diri dalam kegiatan satu jenis kesenian; menjalankan
semua fungsi manajemen seperti produksi, pemasaran, keuangan dan sumber daya
manusia serta strategi organisasi.
4. Banyak kegiatan dan fungsi manajemen lengkap yang memiliki karakteristik: sanggar
yang memilik kegiatan untuk kreasi seni, tata rias, perancangan kostum dan tabuhan
pengiring; serta menerapkan semua fungsi manajemen seperti manajemen produksi,
keuangan, sumber daya manusia, pemasaran dan strategi organisasi.
Komunitas Masyarakat Lumpur dapat dikategorikan pada kelompok organisasi seni pertunjukan
yang keempat, yaitu banyak kegiatan dan fungsi manajemen lengkap.
III.
Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal adalah suatu kebutuhan karena di negara manapun di dunia ini pasti
ada sekelompok orang yang memerlukan layanan pendidikan sebelum mereka masuk sekolah,
sesudah mereka menyelesaikan sekolah, ketika mereka tidak mendapat kesempatan sekolah, bahkan
ketika mereka sedang bersekolah.
Jansen (1981) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah, yang dalam istilah
beliau disebut pendidikan sosial, adalah membimbing dan merangsang perkembangan sosial
ekonomi suatu masyarakat ke arah peningkatan taraf hidup (Jansen, 1983). Pendidikan dan
keterampilan apa pun yang diajarkan hendaknya dapat memicu peningkatan taraf hidup
masyarakat. Jadi, janganlah mengajarkan sesuatu yang tidak ada kelanjutannya, apalagi tidak jelas
manfaatnya bagi mereka yang sedang belajar.
Komunitas Masyarakat Lumpur adalah organisasi seni yang juga sekaligus merupakan
organisasi yang bergerak di bidang pendidikan non-formal. Karena pelaksaan kegiatan Masyarakat
Lumpur merupakan proses belajar yang terjadi terjadi secara terorganisasikan diluar sistem
persekolahan atau pendidikan formal.
IV.
Fungsi Manajemen dalam Organisasi
Fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen
berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam
pelaksanaannya. Fungsi manajemen, sebagaimana diterangkan oleh McHugh and McHugh (1997)
terdiri dari empat fungsi, yaitu perencanaan atau planing, pengorganisasian atau organizing,
pengimplementasian atau directing, pengendalian dan pengawasan atau controlling. (Sule, dkk, 2005:8)
Masyarakat Lumpur merupakan organisasi seni di Bangkalan yang mengaplikasikan keempat
fungsi manajemen yang telah disebutkan di atas. Dengan fungsi-fungsi manajemen tersebut,
Masyarakat Lumpur mampu mempertahankan eksistensinya sampai saat ini yang berusia sebelas
tahun.
V.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Komunitas Masyarakat Lumpur adalah salah satu sanggar seni yang berada di Kota
Bangkalan yang memiliki kesekretariatan tepatnya di JL. KH. Moh. Yasin gang VI kota Bangkalan.
Yang berfungsi sebagai basecamp dan tempat menyimpan inventaris yang dimiliki sanggar.
Ssementara tempat latihan Komunitas Masyarakat Lumpur berpindah-pindah karena menyesuaikan
pengajuan terhadap Pemda Kabupaten Bankalan lokasinya berpindah-pindah, dari Pendopo Wakil
Bupati Bangkalan sampai Taman Makam Pahlawan pernah menjadi tempat latihannya. Untuk
tempat latiahn yang saat ini adalah kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten
Bangkalan beralamatkan di JL. Halim Perdana Kusuma, 69116 Bangkalan Madura , Jawa Timur.
Tempat latihannya Komunitas Masyarakat Lumpur saat ini merupakan tempat yang letaknya
strategis karena berada di pingir jalan raya ring road sehingga mudah dijangkau dengan berbagai
transportasi seperti sepeda, kendaraan pribadi, becak, ojek, angkutan umum, maupun bus dengan
jalur Sumenep – Surabaya yang lewat Ujung Kamal Bangkalan. Sanggar Komunitas Masyarakat
Lumpur berada di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bangkalan yang letaknya
4,1 kilo meter dari Alun-alun kota Bangkalan, dan tidak jauh pula dari pusat perbelanjaan Bangkalan
Plaza kota Bnagkalan.
Diruntut dari sejarah berdirinya Masyarakat Lumpur menurut M. Helmy Prasetya selaku
pimpinan sekaligus pembina sanggar mengatakan bahwa:
“Komunitas Masyarakat Lumpur di Bangkalan berawal dari sebuah teater kampus yang ada di
STKIP PGRI Bangkalan yang terdiri dari lima orang yaitu, M. Helmy Prasetya, Rozakky, A. Yani, Ana
Yuliati, dan Arum Wulandari. Yang kemudian dideklarasikan pada tanggal 7 Maret 2004 dengan
program pertama dalam memperkenalkan dirinya dilakukan pentas keliling empat Kabupaten di
Madura yaitu, Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan terakhir adalah sumenep. Kelompok seni yang
bergerak dibidang teater, sastra, dan budaya ini tercatat sejak berdiri hingga Juni dua tahun yang lalu
telah memiliki anggota sebanyak 250 orang. Terdiri dari para kumpulan guru, pemuda-pemudi yang
aktif di dunia seni, baik dari mahasiswa, pelajar SMA dan SMP, bahkan anak-anak putus sekolah.
Sederet program seni menjadi bagian penting dalam setiap pembelajaran rutin yang dulunya
dilakukan dua kali dalam sepekan di pendopo Wakil Bupati Bangkalan. Seperti teknik
penyutradaraan teater/pertunjukan, bermain drama, keterampilan menulis artikel atau karya sastra;
puisi, prosa, dan naskah drama, musik, pembuatan film pendek, dsb.”
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sejak awal di dirikan, komunitas tersebut
telah memiliki syarat mutlak yang harus dimiliki sebuah organisasi yakni struktur, AD/ART, dan
program kerja yang berfungsi untuk mengatur dan mengelola meliputi tujuan, program-programnya
sampai dengan keanggotanya. Hal ini terbukti dengan jumlah anggota yang tercatat sejak awal
berdiri yang hanya lima orang bertambah dari tahun ke tahun menjadi dua ratus lima puluh orang.
Selain itu, yang menjadi anggota dalam Komunitas Masyarakat Lumpur tidak hanya dari kalangan
muda-mudi yang berlatar belakang pelajar mulai dari sekolah dasar sampai dengan mahasiswa,
namun juga terdapat para guru dan anak-anak putus sekolah.
Walau demikian jumlah angota dari Komunitas Masyarakat Lumpur naik turun dan tidak
pasti, biasanya anggota akan membludak pada saat awal tahun ajaran baru yang kemudian
berangsur menurun anggotanya. Namun dengan jumlah yang naik turun anggota masih tetap
mengikuti latihan dan Komunitas Masyarakat Lumpur tetap bertahan. Untuk menangani penurunan
maka dicari jalan keluar dengan mencari lahan-lahan untuk pementasan dan dan lomba yang
kemudian diberitahukan kepada anggota kalau akan ada pentas. Akhirnya dari satu anggota
memberitahukan kepada yang lain agar tetap ikut berlatih, sehingga mereka termotivasi untuk
melakukan pelatihan.
Komunitas Masyarakat lumpur merupakan satu-satunya komunitas seni yang masih
bertahan dan merupakan satu-satunya komunitas seni yang ada di Kabupaten Bangkalan secara
resmi diakui oleh pemerintah daerah setempat yang dilindundungi oleh badan hukum serta memiliki
visi misi. Visi Misi dari Komunitas Masyarakat Lumpu adalah belajar mengenali seni, memahami
seni, menghayati seni, dan menghargai seni untuk generasi muda berkarya dan berbudaya.
Komunitas Masyarakat Lumpur memiliki struktur organisasi yang terdiri dari penasehat,
pimpinan sekaligus pembina, ketua umum, wakil ketua, sekretaris, bendahara, kesekretariatan,
pengembangan & pembelajaran, humas & kegiatan, arsip & dokumentasi, keanggotaan, inventaris.
Penasehat berada di urutan paling atas dalam struktur organisasi kemudian dibawahnya adalah
pimpinan sekaligus pembina dan dibawahnya lagi adalah ketua umum kemudian ada wakil ketua,
sekretaris, dan bendahara yang memiliki tingkatan sejajar dalam struktur organisasi kemudian
dibawahnya ada kesekretariatan, huams & kegiatan, sreta pengembangan & pembelajaran yang juga
memiliki tingkatan sejajar dan struktur yang terakhir memiliki tinkatan sejajar terahir adalah
keangotaan, arsip & dokumentasi, inventaris. Dalam pemilohan kepengurusan pad Komunitas
Masyarakat Lumpur telah ditetapkan dalam AD/ART yaitu: pengurus adalah Badan Pelaksana di
ML yang disebut Badan Pekerja Harian, dan selanjutnya disingkat BPH, pelaksanaan tugas seharihari Dekesda diwakili dan diurus oleh BPH, ketua Masyarakat Lumpur dipilih dari proses
penjaringan calon secara terbuka dari unsur anggota senior melalui Musyawarah rapat Masyarakat
Lumpur, pengurus Masyarakat Lumpur dipilih oleh Tim Formatur yang dibentuk berdasarkan rapat
pengurus. Untuk memperjelas struktur organisasi Komunitas Masyarakat Lumpur dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
STRUKTUR ORGANISASI KOMUNITAS MASYARAKAT LUMPUR
Bagan 1 Struktur organisasi Komunitas Masyarakat Lumpur
(Arsip Komunitas Masyarakat Lumpur)
Bagan diatas adalah struktur organisasi Komunitas Masyarakat Lumpur yang telah
tersusun rapi. Masyarakat Lumpur memiliki struktur organisasi yang dapat membedakan hak dan
kewajiban dari masing-masing pengurus, dari semua pengurus sebagian besar juga merangkap
sebagai pelatih dan pemateri pada saat latihan.
Semua hal diatas tidak lepas dengan manajemen Komunitas Masyarakat Lumpur. Pada
dasarnya manajemen adalah cara memanfaatkan input untuk menghasilkan karya seni melalui suatu
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dengan memperhatikan situasi
dan kondisi lingkungan.
B.
Penerapan Manajemen
Manajemen dari Komunitas Masyarakat Lumpur merupakan pokok roda berjalannya
Komunitas Masyarakat Lumpur menuju tujuan atau hasil yang diharapkan. Dimana setiap
manajemen dipengaruhi banyak hal baik dana, sarana dan prasarana, tempat, dan sumber daya dan
obyek (anggota). Manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian.
Perencanan merupakan upaya awal suatu organisasi melaksanakan perannya. Dalam peerencanaan
akan ditentukan sasaran yang akan dicapai dalam periode tertentu. Setelah itu akan ditetapkan
langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut.
Langkah pertama perencanaan yang dilakukan Komunitas Masyarakat Lumpur dengan
menentukan nama sanggar yang di beri nama Masyarakat Lumpur yang merupakan satu-satunya
sanggar teater yang keanggotaannya dibuka untuk umum di Kabupaten Bangkalan. Menurut Joko
Sucipto selaku devisi arsip dan dokumentasi mengungkapkan mengenai sejarah nama Masyarakat
Lumpur sebagai berikut:
Nama Masyarakat Lumpur dijadikan nama komunitas latar belakangnya adalah
bersumber dari pemikiran M. Helmy Prasetya, salah satu dari lima orang perintis
komunitas. Sudut pandang yang diambil atas pemilihan nama tersebut diakui
mengacu pada pola pikir yang substansinya mengarah pada nilai-nilai filsafat. Kata
‘lumpur’ diyakini berdasarkan pada konteks hakikatnya yang sangat diingat betul
bahwa manusia diciptakan dari tanah liat (lumpur). Diakui oleh M. Helmy Prasetya
tidak ada maksud lain dari penamaan itu, tidak ada kepentingan yang mendasari
nama ‘lumpur’ hanya bersifat spekulatif, atau dikatakan hanya ingin disebut
nyelenneh, atau apalah yang menilai penamaan tersebut asal ada, asal jadi, dan
macam-macamlah. Nama tersebut dipilih tujuannya sebagai cikal bakal kesadaran
diri. Setidaknya secara psikologis nantinya dapat merangsang semua anggota atau
orang-orang yang terlibat di dalamnya membuka diri agar paham bahwa sebenarnya
di dalam organisasi ini kita semua adalah makhluk yang belajar. Belajar dengan
prinsip ingin paham terhadap diri kita sendiri, siapa kita ini, berasal dari apa kita.
Agar bisa dekat dengan masyarakat, merasa bahwa kita juga milik masyarakat, yang
merupakan bagian dari masyarakat. Intinya, ingin mengajak mengenal kesejatian
melalui diri sendiri, yang paham bahwa diri adalah juga masyarakat, yang punya
tanggung jawab secara masyarakat. Karena itu, untuk menyempurnakan sudut
pandang ini, harapannya, kemudian digenapilah nama lumpur dengan tambahan di
awal dengan kata ‘masyarakat’, sehingga jadilah nama tersebut seperti yang dikenal
sekarang ini, yakni ‘masyarakat lumpur’.
Dari penuturan diatas sudah jelas, sebuah nama Masyarakat Lumpur memiliki makna yang
sangat dalam bagi komunitas tersebut. Makna nama tersebut mengajak kita terhadap penyadaran diri
terutama untuk anggota dan orang yang terlibat didalamnya.
Langkah kedua yaitu menyusun kepengurusan organisasi sanggar yang menentukan
program kerja, menyusun jadwal dan waktu pelaksanaan pelatihan serta anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga. Perencanaan memiliki langkah-langkah seperti tujuan, kebijakan, strategi,
prosedur, aturan, program.
Langkah kedua yaitu pengorganisasian, organisasi yang baik hendaknya memiliki
persyaratan sebagai berikut:
1.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Anggaran dasar
merupakan ketentuan tertulis organisasi yang memuat antara lain nama sanggar,
dasar/asas, dan tujuan organisasi. Anggaran rumah tangga berisi tentang keanggotaan,
kepengurusan, serta kewajiban dan hak.
2.
Susunan Pengurus yang menjalankan sesuai tugasnya. Fungsi dan tugas pengurus
adalah menetapkan kebijaksanaan
dan penyusunan program kerja, melaksanakan
program kerja sesuai dengan ketentuan dan rencana yang telah ditetapkan,
mengusahakan dan memenuhi segala hal yang dibutuhkan oleh sanggar, membuat
laporan pertanggung jawaban secara tertulis, melakukan pemeriksaan seluruh kegiatan
misalnya perkembangan sanggar, seberapa besar peningkatan kualitas dan kuantitas
angota.
3.
Program Kerja yang telah ditetapkan agar pekerjaannya dapat dikendalikan dengan
baik, teratur dan lancar. Program kerja dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi
serta perkembangan zaman. Adapun program kerja yang telah ditetapkan meliputi
administrasi, materi pembelajaran, absensi / data anggota, kalender pendidikan, dan
jadwal.
4.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam Komunitas Masyarakat Lumpur adalah kegiatan
pembelajaran seni dan pementasan, pembelajaran dalam organisasi ini terdiri dari kelas
dasar, kelas umum dan kelas utama. Sementara pementasan yang dilakukan yaitu
pentas ujian, pentas acara, pentas lomba atau festival.
Langkah selanjutnya yaitu pengarahan, pengarahan pada dasarnya adalah proses
membuat para anggota memiliki kemampuan dan kemauan untuk menjalanan tugasnya.
Kegiatan pengarahan dapat meliputi pelatihan, magang, pembimbingan, konseling,
pemecahan masalah, pemberian penghargaan atau peringatan bahkan hukuman, dan
sebagianya. Dalam Komunitas Masyarakat Lumpur pengarahan lebih ditekankan pada para
pengurus dengan cara memberikan contoh atau teladan yang baik oleh ketua. Pembina
memperlakukan pengurus secara sama (tidak membedakan antara pengurus yang satu
dengan yang lain) pembina juga menghargai ide atau gagasan dari pengurus.
Langkah yang terakhir adalah pengendalian, pengendalian pada prinsipnya
merupakan kegiatan untuk memastikan agar sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai
pada waktunya sesuai dengan sumber daya yang telah disediakan. Pada tahap
pengendalian dilakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan yang tengah
berlangsung. Jika terdapat penyimpangan dalam arti sasaran tidak tercapai, dilakukan
berbagai upaya korektif atau penyesuaian atau upaya-upaya tambahan agar sasaran tetap
dapat dicapai. Dalam hal ini peran pembina dan penasehat melakukan tugasnya yakni
mengawasi dan mengevaluasi terhadap semua kegiatan yang telah dilaksanakan apakah
sudah sesuai dengan target yang sudah ditentukan. Hasil dari pengawasan ini harus dapat
menunjukkan sampai dimana terdapat kecocokan dan ketidakcocokan yang muncul.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen pada Komunitas Masayarakat Lumpur
Faktor-faktor yang mendukung pengelolaan Komunitas Masyarakat Lumpur hingga
dapat bertahan sampai sekarang antara lain:
1. Sarana yang cukup memadai untuk mendukung proses selama latihan dan saat pentas.
Sarana yang dimiliki yaitu terdiri dari alat musik: 2 set angklung, 1 kendan, 1 kentongan,
1 kenong, 2 gitar, 1 biola, 1 pianika, 2 rebana, 1 jimbe, 4 macam suling bambu, 1 water
voice, 1 thunder voice, 1 bass drum, 1 marakas, 1 tamborin, 1 sasando rote, 3 kalung sapi,
tok-tok, 1 kungo, 1 recorder. Perlekapan panggung: 1 backdrop hitam, 6 set wing, 6 lampu
par, 1 dimmer lampu 5 chanel, 2 halogen, 5 holder lampu par, kabel listrik, 1 sound dan
amply, 3 microphone, kabel jack sound. Perlengkapan pentas dan kostum: properti, kostum
daerah madura, kostum karakter kartun, kostum kerajaan, kostum sehari-hari, topi, wig,
sepatu serta 1 set alat make up.
2.
3.
Hubungan kerja sama yang baik dalam Komunitas Masyarakat Lumpur terdapat
hubungan kerja sama internal dan hubungan kerja sama eksternal. Hubungan kerja
sama internal yaitu hubungan kerja sama antara penasehat, pembina, pengurus, dan
anggota. Sedangkan hubungan kerja sama eksternal yaitu hubungan kerja sama yang
berkaitan dengan instansi baik dalam lingkup daerah maupun lingkup provinsi.
Kepengurusan dalam Komunitas Masyarakat Lumpur yang merupakan satuan kerja dan
terdiri dari pengelola yang sekaligus sebagai pelatih dan pengajar dari materi-materi
yang telah disusun. Dalam hal ini, masing-masing pengurus tidak hanya diberi
tanggung jawab untuk mengurus keorganisasian saja, melainkan juga diberi tanggung
jawab dalam melatih dan memberikan materi kepada anggota yang telah terdaftar di
Komunitas Masyarakat Lumpur sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Dalam
pelaksanaannya setiap pengurus harus melaksanakan langkah-langkah perencanaan,
4.
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang semuanya dilakukan secara tepat
agar tujuan awal dari Komunitas Masyarakat Lumpur dapat tercapai.
Promosi yang dilakukan setiap tahun ajaran baru, Komunitas Masyarakat Lumpur
membuat tim khusus untuk menyebarkan surat edaran dan formulir ke sekolah-sekolah
dan kampus yang ada di Kabupaten Bangkalan. Hal ini bertujuan menarik minat untuk
menjadi anggota baru di Masyarakat Lumpur. Selain hal diatas promosi juga dilakukan
melalui para pengajar-pengajar ektrakurikuler yang mengajar di berbagai sekolah yang
5.
ada di Bangkalan.
Penghargaan yang diberikan Komunitas Masyarakat Lumpur kepada anggotanya
adalah dengan memberikan piagam pada tiap akhir pembelajaran kelas dasar dan kelas
utama. Proses pemberiannya hampir sama seperti wisuda. Selain piagam, anggota juga
berhak mendapat perhatian dari semua yang terlibat di Masyarakat Lumpur baik
pengurus, pembina, penasehat ataupun sesama angota.
Hambatan yang ada dalam Komunitas Masyarakat Lumpur bukan merupakan suatu
rintangan tetapi hambatan yang perlu dicari langkah penyelesaiannya. Hambatan yang ada
di Komunitas Masyarakat Lumpur adalah:
1. Gedung atau tempat latihan, kegiatan latihan yang dilakukan oleh Komunitas
Masyarakat Lumpur bertempat di suatu lokasi yang tidak dibuat khusus untuk latihan
melainkan untuk kegiatan lain seperti lapangan taman makam pahlawan yang
digunakan untuk melaksanakan upacara penghormatan dan pelepasan jenazah,
pendopo wakil bupati yang seharusnya untuk prosesi penerimaan tamu penting
kemudian kantor dinas sosial dan ketenagakerjaan yang digunakan untuk rapat dan
penyuluhan terhadap masyarakat. Jika tempat-tempat tersebut sedang dipergunakan
bagaimana mestinya dan bertepatan dengan jadwal kegiatan Masyarakat Lumpur maka
kegiatan tidak dapat dilaksanakan.
2.
Jumlah anggota Komunitas Masyarakat Lumpur tidak tetap, kadang mengalami
peningkatan, kadang juga mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi banyak faktor,
salah satunya juga karena orang tua yang merasa keberatan terhadap jadwal yang
ditetapkan Masyarakat Lumpur mengambil hari Minggu sebagai jadwal latihan, hal lain
juga dipengaruhi karena ada anggota yang hanya coba-coba dan ikut ajakan teman
bukan karena kemauan sendiri yang sungguh-sungguh.
VI.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan:
1. Penerapan manajemen di dalam Komunitas Masyarakat Lumpur Bangkalan adalah
menjalankan fungsi-funsi manajemen yang meliputi visi misi, AD/ART (Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga), struktur organisasi besrta tugasnya, pengarahan dan
penendalian. Dalam organisasi ini lebih ditekankan pada model pembelajaran seni. Peran
devisi pengembangan dan pembelajaran memegang pengaruh besar dalam Komunitas
Masyarakat Lumpur karena semua bentuk kegiatan anggota dibuat oleh devisi ini yang
meliputi materi pembelajaran, silabus pembelajaran, kalender pendidikan, dan jadwal
pelaksanaan pembelajaran.
2. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung proses manajemen di Komunitas
Masyarakat Lumpur Bangkalan yaitu pada faktor penghambat pertama adalah gedung atau
tempat latihan yang tidak bisa menetap, yang kedua adalah peserta yang jumlahnya naik
turun. Hal ini jga dipengaruhi beberapa faktor termasuk dukungan orang tua dari anggota.
Faktor yang mendukung dalam Masyarakat Lumpur yaitu adanya sarana yang lengkap
mulai dari alat musik, kostum, sampai perlengkapan kebutuhan panggung. Selain itu
terdapat juga kerja sama internal maupun eksternal. Kepengurusan Masyarakat Lumpur juga
mempengaruhi dalam mendukung kelangsungan sanggar. Kemudian promosi dan
penghargaan terhadap anggota merupakan hal dasar yang perlu dalam mendukung
kelangsungan sanggar.
Saran
Berdasarkan proses penulis dalam melakukan penelitian terdapat beberapa hal yang menhambat
terutama dalam pencarian literatur yang benar-benar membahas tentan manajemen organisasi seni.
Literatur yang penulis banyak dapati lebih mengarah pada manajemen organisasi bisnis.
Peulis berharap kedepannya akan ada literatur-literatur yang membahs tentang manajemen
organisasi seni, agar para genersi muda tidak buta terhadap pengelolaan seni dan kecintaannya pada
seni.
Selain hal di atas beberapa kritik dan saran yang membangun dibutuhkan penulis dari para
pembaca dan pencinta seni agar penulis dapat lebih mengembangkan pemikirannya untuk lebih
kreatif dan inovatif. Tak hanya itu, kritik dan saran dibutuhkan penulis untuk penelitian berikutnya
agar bisa maksimal dan menghasilkan pandangan baru yang lebih kretif dan inovatif pula.
DAFTAR RUJUKAN
Daft, Richard L. 2010. Era Baru Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Permas, Achsan., Chrysyanti Hisbuan-Sedyono., L. H. Pranoto., Triono Saputro. 2003. Manajemen
Organisasi Seni Pertunjukan. Jakarta: PPM
Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Sp, Sodarsono. 2006. Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, Dan Kegunaan Seni.Yogyakarta: BP ISI
Subekhi, Akhmad., Mohammad Jauhar. 2012. Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sumaryanto, Totok. F. 2007. Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Penelitian Pendididkan Seni.
Semarang: UNNES PRESS.
Download