1 PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITAS TERHADAP KECENDERUNGAN POST POWER SINDROME PENSIUNAN PEGAWAI PT. TELKOM BALIKPAPAN MURSADI FAKULTAS PSIKOLOGI UNTAG 1945 SAMARINDA ABSTRAK sebaliknya. Pensiun permasalahan merupakan bagi pekerja lebih merasakan manfaat dukungan sosial dan relegiusitas yang sangat diusianya yang sudah lanjut. berpengaruh Dukungan sosial adalah sesuatu keberlangsungan yang pensiun.Penelitian ini bertujuan paling dibutuhkan mendasar oleh yang pensiunan disaat pada untuk mengetahui masa pengaruh begitu juga Religisuitas dalam dukungan sosial dan Religiusitas kehidupan sangat mempengaruhi terhadap seseorang Power terhadap kecenderungan post power Kecenderungan Post Sindrom Pensiunan pegawai PT.Telkom sindrom semua itu bisa terjadi Balikpapan.Teknik pengambilan dikarenakan dukungan sosial sampel dan aktivitas religiusitas yang adalah berbeda.. Dukungan sosial yang dengan total responden sebanyak baik maka untuk kecenderungan 70 orang Pensiunan Pegawai PT post Telkom power sindrom tidak pada penelitian ini purposive sampling, Balikpapan.Hasil muncul begitu pula religiusitas penelitian menyatakan bahwa baik kecenderungan post power ada pengaruh yang signifikan sindrom tidak muncul dimana dukungan sosial dan Religiusitas seseorang dapat menempatkan secara bersama-sama terhadap dirinya Kecenderungan di tengah keluarga,masyarakat,dan teman Sindrom teman dulu satu pekerjaan maka tinggi dia akan diterima dengan baik religiusitas oleh masyarakat begitu juga rendah Post sehingga dukungan maka Power semakin sosial dan semakin kecenderungan Post 2 power sindrom Pensiunan pegawai PT.Telkom Balikpapan.ini bisa uji bersama, uji penuh (uji F) nilai p = < 0.005 dengan sebesar Berdasarkan 19.2 hasil % penelitian, maka penulis memberikan saran kepada pihak perusahaan, keluarga, teman sejawat serta lingkungan sosial terkait untuk bersama-sama memberikan dukungan social dan begitu juga relegiusitas bagi para pensiunan. Sedangkan saran pensiunan bagi para agar memanfaatkan dapat lingkungan sosialnya dan religiusitas yang ada dan ada yang disediakan oleh perusahaan untuk keberlangsungan sehingga untuk kecenderungan post power syndrome tidak ada muncul dan pensiunan pegawai PT. Telkom Balikpapan dapat menuju kearah yang lebih baik lagi kecenderungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pensiun merupakan tahapan akhir perkembangan yang akan dialami oleh setiap orang yang bekerja dimana pada masa tersebut seseorang akan mengalami perobahaan peran maupun pola hidup dari kondisi bekerja akan membawa dampak bagi pensiunan itu sendiri dan keluarganya Pada sosial dan religiusitas maka semakin hal seseorang Dalam dinamika kehidupan ini, seseorang dituntut untuk bekerja, bukan hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun mencari nafkah, tetapi juga untuk mengembangkan potensi dan prestasi serta dalam dukungan menjadi kondisi tidak bekerja yang mempertahankan Kata kunci : Semakin tinggi post power syndrome dilihat dengan hasil pengujian regresi kontribusi rendah eksistensi kehidupan.Bekerja merupakan perwujudan salah satu aktivitas manusia, yang tidak hanya untuk menghasilkan uang, 3 tetapi dapat memberikan bahwa pensiun dapat berupa status sosial sehingga seorang sukarela atau kewajiban yang individu dapat berinteraksi terjadi secara regular atau dalam lebih awal.Beberapa pekerja lingkungan masyarakat. Bekerja merupakan aktivitas bentuk yang dari menjalani dengan masa pensiun sukarela sebelum mendapat masa pensiun wajib.Hal ini dukungan sosial yang berupa mereka lakukan karena alasan kebutuhan kesehatan untuk aktif, atau keinginan kebutuhan untuk produktif, untuk kebutuhan untuk memperoleh hidup dengan melakukan hal- harga diri, serta kebutuhan hal yang lebih berarti untuk lain dalam kehidupan baik diri mereka sendiri ataupun dari pekerjaan. Bagi yang lain, seseorang mengalami yang Kecenderungan menghabiskan pensiun dilakukan sisa secara Post power sindrom atau terpaksa atau disebut juga seseorang yang tidak tidak wajib mengalami organisasi tempat seseorang kecenderungan cenderung terhadap post power sindrome Dari dapat pensiun bekerja menetapkan tertentu uraian diatas, dikatakan merupakan karena sebagi seseorang bekerja tanpa hakekat apakah usia batas untuk pensiun mempertimbangkan mereka merasa kebutuhan manusia. Namun senang atau tidak, mau atau pada kenyataannya, pekerjaan tidak mau yang tidak dilakukan akan selamanya, seseorang berlangsung pensiun terbagi menjadi ada kelompok yang optimis dan batasan usia tertentu dalam kelompok yang pesimis.Ada bekerja yang disebut sebagai yang bahagia karena dapat masa menyelesaikan (2000,h.147) karena sendiri Golongan pensiun.Hurlock berpendapat pengabdian tugas dengan dan baik 4 sehingga tidak memiliki rasa munculnya perasaan sayang penyesalan setelah untuk sejalan yang telah digeluti. pensiun.Hal ini melepaskan dengan Rosyid (2010) yang jabatan Sebagian kecil menyatakan bahwa pensiun individu akan suatu pensiun yang bahagia karena sebentar lagi Setelah akan terbebas dari kewajiban dan masuk kantor, namun bagi menghasilkan keadaan membahagiakan. menjalankan melakukan tugas peran sesuai menjalani dengan kebanyakan masa perasaan orang, masa dengan tuntutan perusahaan, pensiun akan dijalani dengan dan kepada perasaan organisasi, maka tiba saatnya khawatir seseorang untuk memperoleh depan. Hal ini menunjukkan penghargaan yang tinggi atas bahwa tekanan yang sama, jerih payah dan usahanya yaitu tersebut.Akan tetapi hal ini menimbulkan respon tidak dapat dipisahkan dari berbeda yaitu kegembiraan bagaimana melawan pengabdian pengalaman was-was terhadap pensiun dan masa dapat yang kekhawatiran bekerja dan tingkat kepuasan (Helmi, 2000, h. 44). Fakta di kerja masyarakat seseorang memainkan selama peran dipercayakan menunjukkan yang bahwa individu yang sudah oleh berhenti bekerja akan perusahaan.Individu tersebut mengalami kesulitan dalam harus pemenuhan ikhlas melepaskan kebutuhan- segala atribut dan kebanggan kebutuhan fisik, psikologis, yang disandangnya selama dan sosial. Hal ini disebabkan melaksanakan karena bersiap tugas, memasuki dan pensiun sering masa diartikan sebagai kehilangan kehidupan yang tanpa peran, kedudukan, jabatan, peran, kondisi kegiatan, status, dan harga yang memungkinkan demikian pula diri (Kuncoro, 2002). 5 Menurut Floyd, dkk (dalam Newman, pensiun juga 2006) mengacu kumpulan gejala, sedangkan arti dari “power” adalah kekuasaan. Maka kepada transisi psikologis, power suatu gejala-gejala perubahan terprediksi dan yang normatif post syndrome adalah pasca kekuasaan. Gejala yang melibatkan persiapan, umumnya pengertian kembali tentang orang-orang yang tadinya peran dan peran perilaku, mempunyai kekuasaan atau serta penyesuaian psikologis mempunyai suatu jabatan di dari seorang pekerja yang tempat dibayar menjadi melakukan ketika sudah tidak menjabat aktivitas yang lain. atau Bentuk negative dalam reaksi yang muncul menghadapi masa pensiun seperti susah tidur, malas bekerja, sering pusing, atau muncul kecemasan bahkan berbagai penyakit dan tidak jarang pula individu powerless merasa dan muncul sindrom pasca kekuasaan yang lebih dikenal dengan post power syndrome (Helmi, 2000, h. 43). Post power banyak syndrome dialami oleh individu yang baru saja menjalani masa pensiun. Arti dari “syndrome” adalah terjadi ini kerja, pada sehingga bekerja akanterlihat lagi, gejala-gejala emosi yang kurang stabil. Gejala-gejala itu biasanya bersifat negative dan akan semakin memburuk jika individu merasakan adanya gangguan fisik (Elia, 2005). Post syndrome yang power adalah terjadi penderita dimana hidup bayang-bayang gejala dalam kebesaran masa lalu (karir, kecantikan, ketampanan, kecerdasan, atau hal lain), dan seakanakan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini. Ada banyak factor yang menyebabkan terjadinya 6 post power syndrome, pensiun dan PHK adalah salah satu tersebut. dari Bila dipenuhi (Suara Pembaharuan, 6 Juni 2002). factor Rini individu mengatakan (2001) bahwa tersebut memiliki jabatan, beberapa kekuasaan mempengaruhi post power dan pengaruh faktor ada yang yang cukup besar di masa syndrome kerjanya, begitu memasuki seseorang yang kehilangan masa pensiun semua itu jabatan, tidak dimiliki lagi, sehingga kerja dan pekerjaan, usia, timbul berbagai gangguan kesehatan, psikis yang semestinya tidak seseorang tenang bagaimana perlu. yang ia akan menyesuaikan diri terjadi pada orang yang dengan masa pensiun, dan mulai pensiun antara lain status berkaitan dengan kehilangan pensiun. Perubahan peran, pada yaitu diri kepuasan persepsi sosial sebelum kewenangan, Salah satu hal yang interaksi sosial,, dan status berpengaruh bagi seseorang bekerja yang semuanya yang terkait dengan pekerjaan kecenderungan memiliki mengalami formal yang dilakukannya post power syndrome adalah sebelum dan penyesuaian merupakan segala hal yang Penyesuaian terakit pekerjaan salah merupakan pemuasan penting bagi kesehatan jiwa kebutuhan psikososialnya. atau mental individu, dan Di pensiun dalam masa pensiun, ia diri. diri satu merupakan adalah persyaratan suatu kehilangan sumber pemuas dinamis kebutuhan tersebut untuk mengubah perilaku sementara kebutuhannya tetap menuntut untuk yang proses bertujuan individu agar terjadi hubungan yang sesuai antara diri individu dengan 7 lingkungan 2002). (Mutadin, Pada dasarnya saling mempengaruhi satu sama lain, dari proses penyesuaian diri memiliki tersebut timbul suatu pola dua kebudayaan aspek, yaitu aspek dan tingkah penyesuaian pribadi dimana laku sesuai dengan sejumlah kemampuan individu untuk aturan, hukum, adat, dan menerima dirinya sendiri nilai-nilai sehingga patuhi. tercapai suatu yang mereka hubungan yang harmonis Dalam masa-masa transisi antara dengan tersebut sekitar, berusaha menyesuaikan diri penyesuaian terhadap situasi kehidupan dirinya lingkungan keberhasilan pribadi ditandai individu yang dengan yang berbeda membutuhkan tidak adanya rasa benci, dukungan orang lain untuk berani menghadapi menyesuaikan diri. Dalam kenyataan atau bertanggung psikologi istilah ini dikenal jawab, tidak merasa kecewa, dukungan sosial. Dukungan percaya kondisi sosial ini menurut Johnson kehidupan dan Johnson (1991) sebagai kejiwaan ditandai dengan keberadaan orang lain yang tidak adanya kegoncangan bisa atau dimintai bantuan, dorongan pada dirinya, dan kecemasan menyertai rasa yang bersalah, dan diandalkan penerimaan rasa cemas, rasa tidak puas, individu rasa kurang dan keluhan kesulitan. terhadap 2003) dialaminya, nasib yang sedangkan untuk apabila mengalami Thorst bahwa (Sofia, dukungan sosial bersumber dari orang- aspek yang kedua yaitu orang penyesuaian sosial, dimana hubungan setiap individu hidup dalam individu seperti keluarga, masyarakat teman yang didalamnya terdapat proses yang memiliki berarti dekat, bagi pasangan hidup, rekan kerja, tetangga 8 dan saudara.Sedangkan Kebanyakan orang Nicholson dan Antil (Suhita, menjadikan 2005) dukungan sosial sebagai panutan yang dapat adalah dukungan yang membawa manusia ke jalan berasal dari keluarga, dan yang benar dan berperilaku teman dekat atau sahabat. yang Dan beberapa aspek dalam Gullota (dalam Dipenogoro, dukungan sosial, yaitu 2004, h. 125) mengatakan kedekatan interaksi yang bahwa agama menawarkan akan menimbulkan saling perlindungan dan rasa aman, percaya, bimbingan khusunya bagi yang sedang langsung seperti mencari eksistensi dirinya memberikan informasi, ditambahkan Subandi, memberikan dapat berupa menghadapi antar sesama, umpan balik bantuan materi dalam bentuk uang. Selain agama untuk guncangan emosional. yang menimbulkan suatu respon, oleh memberikan alternative berdiskusi dan pula bahwa interaksi sosial positif dapat saling religius mulia.Adam memberikan petunjuk dan nasehat, nilai Dalam dengan kaitannya religiusitas, religiusitas adalah suatu dukungan keadaan dimana individu sosial, faktor lain yang juga merasakan dan mengakui mempengaruhi adanya kekuatan tertinggi kecenderungan post power yang melindungi kehidupan syndrome manusia dan kepada-Nya menurut Schneiders adalah agama manusia atau religi. Religi dapat berserah diartikan sebagai aturan atau seseorang mengakui adanya cara hidup manusia dalam Tuhan, maka semakin tinggi hubungannya dengan Tuhan religiusitasnya dan 1998, sesamanya. bergantung dan diri.Semakin h. 31). (Dister, Menurut 9 Zimbardo (dalam Noviani, 2005, h.4) disorot dalam factor ini adalah bagaimana seorang individu mempunyai kehidupan rohani yang sehat dan tetap memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan. Kedua hal tersebut menunjukkan adanya kaitan antara religiusitas dengan kecenderungan post power syndrome. religiusitas memainkan peran yang penting dalam cara hidup, dan individu yang benarbenar religious terhindar dari keresahan keresahan- serta keseimbangan selalu akan siap terjaga jiwa dan Berdasarkan uraian diatas, maka religiusitas dan dukungan sosial seharusnya bepengaruh terhadap kecenderungan post power syndrome pensiunan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam tentang pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap kecenderungan post power syndrome. menghadapai segala sesuatu yang terjadi. Ciri-ciri orang yang mempunyai religiusitas tingkat tinggi dapat dilihat dari tingkah laku, sikap, seluruh perkataan, jalan serta hidupnya mengikuti ajaran agama. Seperti yang telah dipaparkan diatas, bahwa individu yang mengalami post power syndrome awalnya akan terlihat gejala-gejala goncangan emosional dan keadaan psikis menjadi tidak stabil. Rini (2001) mengungkapkan beberapa factor yang memperngaruhi post power syndromeyang termasuk didalamnya adalah persepsi individu tentang bagaimana seseorang akan menyesuaikan diri dengan masa pensiun. Salah satu aspek kehidupan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Tinjauan Pustaka a. Kataristritik pensiunan pegawai Telkom Balikpapan Terdapat beberapa karakteristik pensiunan PT. Telkom pensiunan pensiun Balikpapan yang dini yaitu melalui dan pensiun 10 murni yang telah diatur kebutuhan dan masalah yang melalui peraturan perusahaan bervariasi dari rentang sehat Pt Telkom Indonesia dimana sampai sakit, dari kebutuha prayarat pensiun itu sudah biopsikososial dituangkan spiritual, serta dari kondisi diperaturan Telkom Pt Indonesia adaptif sampai hingga kondisi diantaranya batas umur baik maladaptive; Ketiga, pensiun murni atau pensiun lingkungan dini,Masa kerja pegawai yang tinggal yang bervariasi. dan tempat telah dilaksanakan berdinas diperusahaan PT.Telkom. Adapun batas umur pensiun b. Post Power Syndrome murni adalah 55 Tahun dan 1. Pengertian pensiun dini dibatasi dari Syndrome pegawai bekerja tahun sampai umur 54 tahun dan posisi jumlah pensiunan PT.Telkom Balikpapan Post Power Old age (masa tua) bisa menjadi masa yang menyenangkan sebaliknya atau menyedihkan. berjumlah 110 Orang yang “Old age can be a time of terbagi 20 orang Wanita dan joy, 90 dan wonder,but it is also a time kebanyakan usianya diatas of senility, depression, and umur 57 tahun ( Lansia ) despair,” (Erikson dalam lansia. Menurut Keliat (1999) Fiest dalam Mariyam dkk (2008), Kekuatan di masa ini adalah Lanjut memiliki wisdom ( kebijaksanaan ) karakteristik yang digambarkan sebagai orang Pria usia benerapa playfulness, & Fiest, and 2002). diantaranya adalah; Pertama, kondisi Orang Berusia lebih dari 60 pemahaman dan obyektif tahun (sesuai dengan Pasal 1 terhadap kehidupan dalam ayat (2) UU No.13 tentang menghadapi kesehatan kehidupan ); Kedua, kaya akhir itu akan dari sendiri, 11 “informed anddetached selain itu akan memutuskan concern with life itself in the rantai sosial yang sudah self of death itself.” terbina dengan rekan kerja, Menurut Elia (2005) dan yang paling vital adalah yang dimaksud dengan post menghilangnya identitas diri power seseorang syndrome adalah yang sudah begitu lama kumpulan gejala. “Power” melekat adalah (Agustina, 2008). kekuasaan.Jadi, terjemahan powersyndrome gejala kekuasaan.Gejala umumnya terjadi daripost Individu usia 55 - 65 adalah tahun mengalami fase ke-7 pasca (fase generativitas dengan ini stagnasi) dan ke-8 (fase pada integritas diri dengan putus orang-orang yang tadinya asa) mempunyai kekuasaan atau perkembangan menjabat Pada satu jabatan, dalam tahap tersebut. individu yang namun ketika sudah tidak mengalami menjabat lagi, seketika itu syndrome, fase stagnasi dan terlihat putus gejala-gejala Post-power asalah yang kejiwaan atau emosi yang mendominasi kurang stabil.Gejala-gejala perilakunya.Fase itu biasanya bersifat negatif, adalah fase di mana individu itulah yang diartikan post terpaku dan berhenti dalam power beraktivitas atau berkarya, syndrome.Masa pensiun ini menimbulkan dapat masalah stagnasi sementara pada fase putus asa, individu merasakan karena tidak semua orang kecemasan yang mendalam, siap untuk menghadapinya. merasa Pensiun akan memutuskan tidak berarti.yang kurang seseorang aktivitas stabil dan muncul tatkala rutin yang telah dilakukan seseorang turun dari jabatan selama yang dimiliki sebelumnya, dari bertahun-tahun, hidupnya sia-sia, 12 ditandai dengan wajah yang orang tampak lingkungan terdekat, dalam jauh lebih pemurung, tua, sakit-sakitan, hal tercinta ini serta keluarga sangat lemah mudah tersinggung, membantu dan kematangan merasa berharga, emosi sangat berpengaruh pola-pola pada tidak melakukan kekerasan yang menunjukkan baik Power kemarahan dirumah maupun Lebih ciri menderita terutama orang yang sudah syndrome; dan lanjut orang dialami lansia Syndrome Agustina (2008) menambahkan ciri- Post Power Syndrome selalu Post (Wardhani, 2006). tempat lain (Rini, 2001). hampir terlewatinya yang rentan post power pensiun dari pekerjaannya, hanya saja senangnya dihargai dan banyak orang yang berhasil dihormati orang lain, yang melalui fase ini dengan permintaannya cepat dan dapat menerima dituruti, kenyataan dengan hati yang dilayani orang lain. lapang.Namun pada kasuskasus tertentu, tidak mampu kenyataan 1 2 Orang-orang yang selalu yang suka Orang-orang yang individu membutuhkan pengakuan menerima dari orang lain karena yang ada, kurangnya harga diri, ditambah dengan tuntutan sehingga hidup harus tersebut memiliki jabatan dirinya dia merasa lebih diakui yang mendesak.Bila adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, jika individu oleh orang lain. 3 Orang-orang yang risiko terjadinya Post Power menaruh Syndrome berat pada prestasi jabatan dan besar.Dukungan pada kemampuan untuk semakin yang dan pengertian dari orang- mengatur arti hidupnya hidup orang 13 lain, untuk berkuasa berkeriput, menjadi terhadap orang lain. pemurung, sakit-sakitan, Istilahnya orang yang dan tubuhnya menjadi menganggap itu kekuasaan segala-galanya merupakan sangat hal berarti atau lemah, tidak bergairah. 2) Gejala Emosi. yang dalam Yaitu cepat tersinggung, merasa tidak berharga, hidupnya. ingin menarik diri dari Berdasarkan tersebut, uraian maka dapat disimpulkan bahwa post lingkungan pergaulan, ingin bersembunyi, dan lain sebagainya. power syndrome adalah gejala ketidakstabilan 3) Gejala Perilaku. psikis yang muncul saat Yaitu seseorang meninggalkan bertemu orang lain, lebih jabatan mudah melakukan pola- atau umumnya malu kekuasaannya. Gangguan pola ini terjadi karena adanya menunjukkan kemarahan perasaan dianggap tidak baik di rumah atau di penting dan tempat yang lain. dihormati lagi. kekerasan atau Dari uraian diatas, dapat Dinsi (2006), membagi gejala- disimpulakan bahwa gejala post power syndrome ke dalam gejala-gejala yang post tiga tipe, yaitu: power syndrome secara umum ada tiga, yaitu 1) Gejala Fisik. gejala fisik, gejala emosi, Yaitu menjadi jauh lebih cepat tua tampaknya dibandingkan pada waktu dia menjabat.Rambutnya menjadi dan gejala perilaku. putih semua, B. Faktor-Faktor Mempengaruhi Syndrome yang Post Power 14 Rini (2001) mengungkapkan diri beberapa menjadi faktor yang memang akar sering depresi mempengaruhi post power semasa pensiun karena syndrome orang-orang akibat pensiun, meliputi: dengan harga diri yang rendah 1) Kepuasan Kerja dan semasa produktifnya cenderung Pekerjaan akan overachiever Pekerjaan membawa kepuasan tersendiri karena disamping mendatangkan uang dan fasilitas, dapat juga memberikan nilai dan kebanggaan pada diri sendiri (karena berprestasi atau pun kebebasan menuangkan kreativitas).Namun catatan, orang ada yang mengalami problem saat pensiun biasanya justru mereka yang pada dasarnya sudah memiliki kondisi mental yang tidak stabil, konsep diri yang negatif dan rasa kurang terutama percaya diri berkaitan dengan kompetensi diri dan keuangan/penghasilan. Selain itu, masalah harga jadi semata- mata untuk membuktikan dirinya sehingga mereka habis-habisan bekerja dalam sehingga mengabaikan sosialisasi dengan sesamanya pula. Pada saat mereka pensiun, merasa kehilangan harga diri dan ditambah karena kesepian tidak punya teman-teman. Pada orang dengan kondisi kejiwaan yang stabil, konsep diri positif, rasa percaya diri kuat serta didukung oleh keuangan yang cukup, maka orang tersebut akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pensiun tersebut karena selama tahun-tahun ia bekerja, ia “menabung” 15 pengalaman, serta keahlian keuangan menghadapi perusahaan/organisasi untuk tempat mereka bekerja. masa Seringkali pensiun. itu pemahaman tanpa sadar mempengaruhi persepsi 1. Usia Banyak orang seseorang sehingga ia yang takut menghadapi menjadi over sensitif dan masa subyektif tua asumsinya karena jika sudah stimulus yang ditangkap. tua, maka fisik akan Kondisi makin membuat lemah, makin terhadap inilah yang orang jadi banyak penyakit, cepat sakit-sakitan saat pensiun lupa, penampilan makin tiba.Memang, masa tua tidak menarik dan makin harus banyak hambatan lain realistis yang mau membuat hidup dihadapi secara karena tidak menghadapi makin terbatas. Pensiun kenyataan bahwa dirinya sering diidentikkan getting older dan harus dengan tanda seseorang pensiun juga membawa memasuki masalah serius seperti masa tua. Banyak orang halnya post mempersepsi secara syndrome dan depresi. negatif dengan Salah menganggap bahwa mengatasi power- satu cara persepsi pensiun itu merupakan negatif terhadap masa pertanda dirinya sudah tua tidak mengatakan berguna dan adalah dengan pada diri dibutuhkah lagi karena sendiri : "Act your age, usia but I don't want to act tua produktivitas dari makin menurun sehingga tidak menguntungkan lagi bagi old" 3) Kesehatan 16 Beberapa peneliti orang melakukan penelitian dan menemukan kesehatan bahwa mental fisik dan merupakan prekondisi yang semakin bisa mengatur waktu untuk berolah tubuh. Penghasilan dan kesehatan cenderung menurun muncul sehingga rasa mendapat kurang penghargaan mendukung keberhasilan dari dunia sekitar yang seseorang beradaptasi disebut terhadap perubahan syndrome. Kondisi itu hidup yang disebabkan semakin berat dialami oleh oleh pensiun.Hal ini post power laki-laki yang masih ditambah dengan terakhir memiliki posisi persepsi orang tersebut jabatan/pangkat terhadap penyakit atau terhormat di lingkungan kondisi fisiknya. Jika ia kerjanya, apabila tidak menganggap dipersiapkan dengan baik kondisi bahwa fisik yang atau dapat yang berbagai penyakit fisik dideritanya itu sebagai dan mental psikologis hambatan (Burhan, 2008). penyakit besar bersikap dan pesimistik menimbulkan 4) Persepsi seseorang terhadap hidup, maka ia tentang akan mengalami masa akan menyesuaikan diri pensiun dengan penuh dengan masa pensiunnya kesukaran. Menurut hasil bagaimana Hal ini ia erat penelitian, pensiun tidak berkaitan dengan rencana menyebabkan orang jadi persiapan cepat sakitan, tua yang dibuat dan sakit- jauh sebeium masa karena justru pensiun tiba. Menurut berpotensi meningkatkan para ilmuwan, kesehatan karena mereka perencanaan yang dibuat 17 sebelum pensiun kelak, saya ingin aktif pola/gaya dalam kegiatan seperti hidup yang dilakukan) apa, dsb). Namun, hal ini akan memberikan juga tidak terlepas dari kepuasan dan rasa persepsinya tentang pada hidup tentang yang dirinya sendiri. Orang (termasuk percaya diri individu bersangkutan. Bagaimana dan yang percaya juga, pada potensi diri sendiri perencanaan untuk masa dan kurang mempunyai pensiun bukanlah sesuatu kompetensi sosial yang yang berlebihan karena baik banyak aspek kehidupan pesimistik yang menghadapi harus dan disiapkan, dipertahankan seperti yang pun kurang keuangan akan untuk (apa dilakukan tetap bisa akan cenderung dalam masa pensiunnya karena merasa cemas dan ragu, akankah ia mampu menghadapi dan berpenghasilan ? apakah mengatasi saya mau mencari kerja hidup dan membangun part time ?), kesehatan kehidupan yang baru. (bagaimana cara supaya 5) Status Sosial Sebelum bisa menjaga kesehatan), spiritualitas (bagaimana perubahan Pensiun Status sosial supaya saya mempunyai berpengaruh terhadap kehidupan rohani yang kemampuan seseorang sehat dan tetap memiliki menghadapi masa hubungan yang erat pensiunnya. Jika semasa Tuhan) dan kerja ia kehidupan sosial (apa status sosial kegiatan kebersamaan sebagai dengan teman-teman prestasi dan kerja keras, dengan mempunyai hasil tertentu dari 18 maka akan cenderung dikatakan bahwa memiliki seseorang yang lebih kemampuan adaptasi mempunyai self image yang lebih baik. Namun yang jika mempunyai konsep diri status sosial itu didapat bukan murni dari yang hasil (1984, jerih payah negatif akan negatif. Gilmer h.195) prestasinya maka orang berpendapat bahwa salah itu satu justru cenderung faktor yang mengalami kesulitan saat berpengaruh menghadapi pensiun pensiun adalah konsep karena begitu pensiun, diri.Konsep diri adalah maka persepsi kebanggaan terhadap seseorang dirinya lenyap sejalan terhadap dirinya sendiri dengan hilangnya atribut baik karena fisik, psikis, dan yang sosial, maupun moral. menempel pada dirinya Masa pensiun muncul selama ia masih bekerja. pada masa dewasa akhir, Selain tersebut sedangkan konsep diri diatas menurut Philips pada masa dewasa akhir dkk. (dalam, Hurlock, tersebut dipengaruhi oleh 2000) bahwa post power beberapa faktor, syndrome pada penerimaan pensiunan dipengaruhi fasilitas faktor yaitu atau penolakan terhadap oleh konsep diri yang steriotipe dapat membawa dampak lanjut, keberhasilan atau pada image kegagalan dalam hidup seseorang yang biasanya dan bagaimana seseorang cenderung menghabiskan self Sedangkan negatif. self image merupakan bagian dari konsep diri. Jadi dapat luangnya. pada usia waktu 19 Dilihat dari penjelasan diatas, umum hal secara yang Selain dukungan sosial, faktor lain yang juga mempengaruhi mempengaruhi kecenderungan post power kecenderungan post power syndrome syndrome seorang Schneiders adalah agama individu adalah kemampuan atau religi. Religi dapat menyesuaikan diri dengan diartikan sebagai aturan atau lingkungan setelah pensiun. cara hidup manusia dalam Penyesuaian hubungannya dengan Tuhan salah pada diri satu adalah persyaratan menurut dan sesamanya. penting bagi kesehatan jiwa Kebanyakan atau mental individu, dan menjadikan merupakan proses sebagai panutan yang dapat bertujuan membawa manusia ke jalan untuk mengubah perilaku yang benar dan berperilaku individu agar terjadi yang mulia. hubungan yang sesuai Adam dan Gullota antara diri individu dengan (dalam Diponogoro, 2004, lingkungan h. dinamis suatu yang ( Mutadin, 2002). orang nilai 125) religius menegaskan pernyataan tersebut bahwa Selain itu, Wardhani (2006) juga bahwa menyatakan dukungan agama menawarkan perlindungan dan rasa aman, dan khusunya bagi yang sedang pengertian dari orang-orang mencari eksistensi dirinya tercinta ditambahkan serta terdekat, lingkungan dalam hal ini Subandi, keluarga sangat membantu dapat dan alternative sangat kematangan berpengaruh terlewatinya Syndrome. Post emosi pada Power menghadapi emosional. pula bahwa oleh agama memberikan untuk guncangan 20 Begitupun pernyataan menghargai dan Zimbardo (dalam Noviani, menyayangi. 2005, h.4) yang mengatakan yang bahwa dikemukakan oleh Cobbs religiusitas memainkan peran yang Pandangan sama juga yang mendefinisikan penting dalam cara hidup, dukungan sosial dan individu yang benar- adanya benar religius akan terhindar perhatian, penghargaan atau dari menolong keresahan-keresahan sebagai kenyamanan, orang dengan serta terjaga keseimbangan sikap menerima kondisinya, jiwa siap dukungan sosial tersebut menghadapai segala sesuatu diperoleh dari individu yang terjadi. maupun Dari paparan diatas, dapat Selanjutnya Sarason (dalam dilihat bahwa religiusitas Kuntjoro, 2002) dan berpendapat bahwa dan selalu dukungan keluarga kelompok. yang dukungan sosial itu selalu dalam mencakup dua hal yaitu kecenderungan post power :Jumlah sumber dukungan syndrome pensiunan sosial memiliki peran penting yang tersedia merupakan persepsi individu terhadap sejumlah 3. Dukungan Sosial a. Pengertian orang Dukungan Sosial dapat saat individu diandalkan membutuhkan Menurut Sarason (pendekatan bantuan berdasarkan Kuntjoro, 2002) kuantitas). mengatakan bahwa Tingkatan kepuasan akan adalah dukungan sosial yang (dalam yang yang dukungan sosial keberadaan, kesediaan, diterima berkaitan dengan kepedulian dari orang-orang persepsi yang kebutuhannya dapat diandalkan, individu bahwa akan 21 terpenuhi pendekatan berdasarkan kualitas) Sedangkan dukungan sosial menurut Hal di atas penting Shinta (dalam Joko Kuncoro dipahami oleh individu yang dan Eva Diana Sari, 2006) ingin memberikan dukungan adalah pemberian informasi sosial, karena menyangkut baik secara verbal maupun persepsi tentang keberadaan non (availability) dan ketepatan bantuan tingkah laku atau (adequacy) dukungan sosial materi yang di dapat dari bagi hubungan seseorang yang seseorang.Dukungan sosial bukan sekedar verbal, akrab atau memberikan bantuan, tetapi disimpulkan yang keberadaan penting adalah pemberian hanya dari mereka yang si membuat individu merasa penerima terhadap makna diperhatikan, bernilai dan dari bantuan itu.Hal itu erat dicintai hubungannya menguntungkan bagaimana persepsi dengan sehingga dapat bagi ketepatan dukungan sosial kesejahteraan individu yang yang diberikan, dalam arti menerima. bahwa orang yang Selain itu Sarafino menerima sangat merasakan (2006) menyatakan bahwa manfaat dukungan sosial mengacu bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang pada aktual perhatian, penghargaan, atau dan memberikan kenyamanan, kepuasan. Sarason & Pierce bantuan (dalam Baron & Byrne, orang lain atau kelompok 2000) mendefinisikan kepada individu. Sementara dukungan sosial dukungan kenyamanan fisik sebagai dan yang didefinisikan diberikan sosial oleh Lahey psikologis yang diberikan (2007) sebagai peran yang oleh dimainkan temanteman anggota keluarga. dan oleh teman- teman dan relatif dalam 22 memberikan bantuan, nasihat, dan beberapa antaranya untuk menceritakan perasaan pribadi. sendiri atau dari luar dirinya untuk menghindari gangguan baik secara fisik dan psikologis. membutuhkan Individu orang lain Dari beberapa pendapat disekitarnya untuk memberi di atas dapat disimpulkan dukungan guna memperoleh bahwa kenyamanannya. dukungan merupakan dukungan sosial bantuan yang atau diterima Menurut Sarafino (2006), ada dua model teori untuk individu dari orang-orang mengetahui tertentu dukungan sosial ini bekerja dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial bagaimana dalam diri individu 2) Jenis-jenis Dukungan Sosial tertentu yang membuat si Menurut Hardjana (2003, h. penerima 83) dukungan sosial terdiri merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Orang yang menerima dukungan sosial memahami dukungan makna sosial dari empat jenis yaitu: yang diberikan oleh orang lain a.) Dukungan Emosional (emotional support). Dukungan emosional berupa ungkapan perhatian, Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesehatan akan individu sosial mempengaruhi tergantung pada ada atau tidaknya tekanan dalam kehidupan individu. Tekanan keprihatinan. emosional Dukungan tersebut simpati dan Dukungan membuat orang yang menerimanya merasa dipahami, diterima keberadaan dan keadaannya. b.) Dukungan Penghargaan dapat (esteem support). Orang berasal dari individu itu menyatakan penghargaan 23 dan penilaian terhadap positif diketahui seberapa banyak lain. sumber dukungan sosial ini ini efektif bagi individu yang orang Dukungan mengembangkan diri harga pada yang menerimanya. c.) Dukungan memerlukan.Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling penting untuk Instrumental (instrumental diketahui dan dipahami. support). Menurut Rook dan Dooley berupa (dalam Kuntjoro, 2002) ada langsung, dua sumber dukungan sosial mungkin benda, uang atau yaitu sumber artifisial dan tenaga. sumber Dukungan ini bantuan Dukungan ini natural.Dukungan dapat membantu orang sosial yang natural diterima lebih menghadapi seseorang melalui interaksi pengalaman stress yang sosial dalam kehidupannya menantinya. secara siap d.) Dukungan Informasional. Dukungan pemberian ini meliputi penjelasan, spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, anggota misalnya keluarga (anak, nasehat, pengarahan dan istri, suami dan kerabat), saran. Dukungan ini dapat teman memberi arah bertindak relasi.Dukungan sosial ini dan untuk bersifat dalam Sementara inspirasi bersikap menghadapi stress. atau nonformal. itu yang dimaksud dengan dukungan sosial 3) Sumber-sumber dekat Dukungan Sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer banyak seseorang, misalnya diperoleh dari lingkungan dukungan Sumber-sumber dukungan sosial sekitarnya.Namun perlu sosial akibat 24 bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial. Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan dukungan bersifat sejumlah nyata sekedar hingga menemui seseorang dengan menyampaikan salam sumber sosial yang artifisial dalam hal. barang Perbedaan 4. Religiusitas a. Pengertian Religiusitas Menurut etimologi kuno tersebut terletak dalam hal kata sebagai berikut : bahasa latin “religio” yang a.) Keberadaan sumber religi berasal dari akar katanya adalah “re” “ligare” dukungan sosial natural dan bersifat apa adanya tanpa mempunyai arti mengikat dibuat-buat sehingga kembali. Hal ini berarti di lebih mudah diperoleh dalam religi terdapat aturan- dan bersifat spontan. aturan b.) Sumber dukungan sosial dan kewajiban yang kewajibanyang harus yang natural memiliki dipenuhi dan mempunyai kesesuaian dengan fungsi untuk mengikat diri norma berlaku seseorang yang dalam tentang kapan sesuatu hubungannya dengan harus diberikan. sesama, alam, dan Tuhan c.) Sumber dukungan sosial (Drikarya, 1988, h.6).Kata yang natural berakar dari “religiusitas” berasal dari hubungan religiosity yang telah yang contemporary berakar lama. d.) Sumber dukungan sosial 2003, keragaman sebagai dalam h.29) pengabdian sosial, kepada agama. pemberian barang- diartikan kesalehan penyampaian dukungan dari English Dictionary (dalam Hestuti, yang natural memiliki mulai pada yang atau besar 25 Mangunwijaya (1999, h. 3) mengatakan bahwa agama atau religi tidak sama dengan religiusitas tapi hubungan yang memiliki dengan tingkah laku beragama dan nilai-nilai di dalamnya. Menurut Zimbardo ( dalam Noviani, 2005, h.4 ) sangat erat. Agama lebih religiusitas bersifat yang peran yang penting dalam ditunjukkan dengan adanya cara hidup, dan individu bermacam-macam perilaku yang benar – benar religious yang akan formal mengungkap kepercayaan seseorang memainkan terhindar dari keresahan – keresahan serta kepada terjaga keseimbangan jiwa Tuhannya.Ditambahkan dan selalu siap menghadapi pula segala sesuatu yang terjadi. oleh (1999, h. Mangunwijaya 165) religiusitas bahwa Beragama atau bertuhan memiliki adalah kebutuhan manusia, pengertian mendalam dan maka dalam kondisi normal lebih bersifat setiap manusia seharusnya antara menjalankan ajaran – ajaran personal.Hubungan perasaan, keinginan, agamanya.Dengan harapan, keyakinan manusia mengerjakan terhadap Tuhan langsung agama dan sesama manusia yang mendekatkan ditunjukkan dengan ketaatan tuhan dalam melaksanakan ajaran memenuhi kebutuhan yang agamanya. paling alami. Selanjutnya, untuk Adapun cara mengetahui dalam ajaran-ajaran dan lebih diri berarti bersikap pada manusia asertif tingkatannya ialah dengan remaja putri harus sejalan mencari tahu terlebih dahulu dengan ajaran agama yang aspek-aspek di dalam ajaran dianut agama sebagai tolok ukur, keseimbangan jiwa dalam sebab religiusitas sangat erat agar terjaga 26 menghadapi segala sesuatu menjalankan yang akan terjadi. agama.Religiusitas Penjelasan lebih lanjut menurut Jalaludin (2005, sangat erat dengan tingkah laku beragama dan nilai-nilai di h.161) menyatakan bahwa dalamnya, bentuk pelaksanaan ibadah dipakai sebagai pegangan seperti dalam sholat, dzikir, serta dapat kehidupan membaca Al-Quran yang seseorang.Jika dilaksanakan kemudian dengan diikuti dengan penuh perasaan, penyerahanm diri ( berupa keinginan, kepasrahan segala keyakinan, yang kemudian yang akan terjadi didalam diwujudkan dengan ketaatan hidupnya) menjalankan kepada akan sepenuhnya Tuhan memunculkan akan perasaan harapan, Ketaatan dan agama. dalam menjalankan agama akan positif seperti bahagia, puas, memunculkan merasa dicintai, aman, tidak positif dalam diri seseorang. ada kecemasan dan pada akhirnya mengacu pada ketenangan batin. Berdasarkan b. Aspek-aspek Religiusitas Glock dan Stark (dalam Lestari dan Purwati,2002, h. 54) definisi menyatakan lima aspek dalam para tokoh di atas maka religiusitas yaitu : diambil kesimpulan bahwa 1) Belief religiusitas perasaan adalah atau mengungkapkan keyakinan, tentang keyakinan dimana seseorang keyakinan atau kepercayaan merasakan dan mengakui seseorang terhadap ajaran adanya kekuatan tertinggi, agama yang menaungi kehidupan individu tersebut, seberapa dan besar hanya bergantung hati yang kepada-nya dan berserah kemudian diwujudkan dengan ketaatan yang diyakini seseorang mempertahankan kepercayaan atas kebenaran ajaran agama. 27 2) Practice atau praktek, mengungkap perilaku 5) Konsekuensi. tentang seseorang dalam sejauh mana individu dimotivasi melaksanakan ritual kegiatan ajaran keagamaan diwujudkan untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianut. 3) Experience pengalaman, perilaku oleh agamanya yang dalam kehidupan sosialnya. C Pengaruh Dukungan sosial atau dan religiusitas Terhadap mengungkap Kecenderungan Post Power tentang pengalaman rohani yang mengukur meyakinkan yang Syndrome Dalam kehidupan membuat seseorang percaya seseorang akan bekerja, bukan hanya untuk kekuasaan dan kebesaran Tuhan. dituntut ini, untuk sekedar memenuhi kebutuhan 4) Knowledge atau hidup sehari-hari maupun pengetahuan, mcngungkap mencari nafkah, tetapi juga tentang pengetahuan untuk seseorang tentang ajaran mengembangkan potensi dan prestasi serta agama dan kitab suci. Orang mempertahankan eksistensi yang beragama paling tidak dalam memiliki sejumlah minimal merupakan pengetahuan tentang kebutuhan manusia. Namun agamanya disamping pada kenyataannya, pekerjaan keyakinan terhadap yang pengetahuan tersebut. tidak Walaupun demikian selamanya, kehidupan.Bekerja hakekat dilakukan akan seseorang berlangsung karena ada keyakinan tidak perlu diikuti batasan usia tertentu dalam oleh bekerja yang disebut sebagai syarat demikian halnya pengetahuan perlu pengetahuan, agama dilandasi keyakinan. semua masa pensiun.Hurlock (2000) tidak berpendapat bahwa pensiun oleh dapat berupa sukarela atau 28 kewajiban yang terjadi secara negative regular atau lebih awal. menyertai. Bagi orang yang Rosyid ( 2005 ) yang akan memandang senantiasa masa pensiun menyatakan bahwa pensiun secara positif, masa pensiun akan suatu akan yang bermakna dalam kehidupan Setelah dan diisi dengan aktivitas dan yang positif. Berbeda halnya menghasilkan keadaan membahagiakan. menjalankan melakukan tugas peran sesuai menjadi dengan lembaran mereka yang dengan tuntutan perusahaan, memandang pensiun dari sisi dan negative, masa pensiun akan pengabdian kepada organisasi, maka tiba saatnya menjadi seseorang untuk memperoleh dalam kehidupan. penghargaan yang tinggi atas masa Fakta yang di sulit masyarakat jerih payah dan usahanya menunjukkan bahwa individu tersebut. Pada kenyataannya yang sudah berhenti bekerja bagi sebagian orang, pensiun akan sering kali dianggap sebagai dalam pemenuhan kebutuhan- kenyataan tidak kebutuhan fisik, psikologis, sehingga dan sosial. Hal ini disebabkan yang menyenangkan menjelang masanya tiba, mengalami karena kesulitan pensiun sering sebagian orang sudah merasa diartikan sebagai kehilangan cemas tahu kedudukan, jabatan, peran, kehidupan seperta apa yang kegiatan, status, dan harga akan dihadapi kelak. Masa diri (Kuncoro, 2002).Menurut pensiun merupakan Floyd, dkk (dalam Newman, suatu babakan baru dalam 2006) pensiun juga mengacu kehidupan kepada transisi dipenuhi dengan perubahan. suatu perubahan Menurut Helmi (2000, h. 42) terprediksi dan normatif yang reaksi ketika memasuki masa melibatkan pensiun baik positif maupun pengertian kembali tentang karena yang tidak manusia selalu psikologis, yang persiapan, 29 peran dan peran perilaku, post power syndrom(Helmi serta penyesuaian psikologis 2000 h. 43). dari seorang pekerja yang Post power syndrome dibayar menjadi melakukan banyak dialami oleh individu aktivitas yang lain. yang baru saja menjalani masa Pensiun mejadi titik balik perkembangan siklus pensiun. Arti dari “syndrome” adalah kumpulan gejala, ini sedangkan arti dari “power” krisis. adalah kekuasaan. Maka post dari power syndrome adalah gejala- Hurlock, 2000) mengatakan gejala pasca kekuasaan. Gejala bahwa individu yang akan ini memasuki masa pensiun akan orang-orang mengalami krisis intergritas mempunyai sebagai dari mempunyai suatu jabatan di untuk tempat kerja, sehingga ketika pekerjaan, kejadian merupakan suatu Erikson (dikutip akibat keharusannya umumnya terjadi yang tadinya kekuasaan melakukan perubahan peran sudah tidak menjabat yang drastis dari seorang bekerja pekerja gejala-gejala yang sibuk dan pada lagi, atau atau akanterlihat emosi yang optimis menjadi seorang yang kurang stabil. Gejala-gejala itu kehilangan kegiatan. biasanya bersifat negative dan Bentuk reaksi negative yang muncul menghadapi dalam masa pensiun akan semakin memburuk jika individu merasakan adanya gangguan fisik (Elia, 2005). seperti susah tidur, malas Post bekerja, sering pusing, atau adalah gejala yang terjadi muncul kecemasan bahkan dimana berbagai penyakit dan tidak dalam jarang pula individu merasa kebesaran masa lalu (karir, powerless kecantikan, sindrom dan pasca muncul power syndrome penderita hidup bayang-bayang ketampanan, kekuasaan kecerdasan, atau hal lain), yang lebih dikenal dengan dan seakan-akan tidak bisa 30 memandang realita yang ada penyesuaian saat ini. Ada banyak factor Penyesuaian yang menyebabkan salah terjadinya post power penting bagi kesehatan jiwa syndrome, pensiun dan PHK atau mental individu, dan adalah salah satu dari factor merupakan tersebut. Perubahan yang dinamis terjadi pada orang yang untuk mengubah perilaku mulai pensiun antara lain individu agar terjadi berkaitan dengan kehilangan hubungan yang sesuai peran, antara diri individu dengan kewenangan, diri. diri satu persyaratan suatu yang interaksi sosial,, dan status lingkungan bekerja yang semuanya 2002). terkait dengan pekerjaan adalah proses bertujuan (Mutadin, Menurut Schneiders formal yang dilakukannya (dalam Sobur, 2003), faktor- sebelum faktor yang mempengaruhi pensiun dan merupakan segala hal yang proses penyesuaian terakit pekerjaan adalah kondisi merupakan pemuasan kepribadian, kebutuhan psikososialnya. Di dalam masa fisik, edukasi/pendidikan, ia lingkungan (baik kehilangan sumber pemuas lingkungan keluarga kebutuhan tersebut maupun masyarakat), religi sementara kebutuhannya tetap pensiun, diri menuntut dipenuhi satu budaya. Peneliti akan menyorot dua (Suara point penting dalam hal ini yaitu, dukungan sosial dan yang religi. Dukungan sosial yang berpengaruh bagi seseorang dimaksud adalah dukungan yang memiliki yang diterima oleh individu mengalami yang baru saja pensiun dari post power syndrome adalah orang-orang terdekat seperti kecenderungan hal dan untuk Pembaharuan, 6 Juni 2002). Salah (agama) 31 keluarga, kolega, terlewatinya Post Power masyarakat, dan lingkungan Syndrome sosial 2006). Hal ini menunjukkan kehidupan (Wardhani, individu.Sedangkan agama bahwa yang disorot disini adalah individu merasa didukung agama oleh memberikan sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik yang memberikan makna sangat semakin orang seorang disekitarnya dalam masa pensiun, maka akan semakin besar kemungkinan mendalam, tujuan kestabilan dan terhidar dari post power hidup syndrome. Dukungan yang serta keseimbangan individu individu.Individu yang dimaksud beragama pasti dukungan sudah mempercayai adanya tersebut disini meliputi emosional, instrumental, informasi, dan kekuatan yang lebih besar di persahabatan.Dukungan alam emosional yang dimaksud semesta, Tuhan.Percaya yaitu terhadap disini adalah dimana kekuatan yang lebih besar seorang individu merasa ini lebih dikenal dengan lingkungan istial religiusitas. Semakin memperhatikan dan religious seseorang, maka mempedulikan dirinya, hidup individu tersebut akan meskipun semakin pensiun.Dukungan stabil dan seimbang.. sekitar sudah instrumental yang mungkin Dukungan dan dibutuhkan apabila individu pengertian dari orang-orang tersebut merupakan satu- tercinta serta satunya terdekat, lingkungan dalam hal ini dalam perncari nafkah keluarga seperti keluarga sangat membantu bantuan keuangan. Namun dan jika sangat kematangan berpengaruh emosi pada individu tersebut mengalami stress berlebih 32 hingga depresi, dukungan diartikan sebagai aturan atau informasi sangat cara hidup manusia dalam membantu, dimana individu hubungannya dengan Tuhan tersebut dan akan akan dengan dibantu pengarahan nasehat-nasehat membangun. sesamanya. dan Kebanyakan yang menjadikan orang nilai religius Kemudian sebagai panutan yang dapat dukungan yang juga penting membawa manusia ke jalan adalah yang benar dan berperilaku dukungan persahabatan dari yang mulia.Dalam lingkungan sekitar dengan kaitannya mengajak yang religiusitas, aktif adalah bersangkutan dalam untuk kegiatan-kegiatan diwilayah tempat tinggal.Dengan dukungan dengan religiusitas suatu keadaan dimana individu merasakan dan mengakui kekuatan adanya tertinggi yang sosial yang dirasakan oleh melindungi pensiunan maka rasa stress manusia dan kepada-Nya dan rasa sayang karena telah manusia pensiun berserah akan berkurang. kehidupan bergantung diri. dan Menurut Individu tidak akan merasa Zimbardo (dalam Noviani, tidak berdaya karena masih 2005, ada ruang bagi individu memainkan tersebut untuk aktif dan penting dalam cara hidup, berkarya. dan individu yang benar- Selain dukungan sosial, faktor lain yang juga h.4) religiusitas peran yang benar religius akan terhindar dari keresahan-keresahan mempengaruhi serta terjaga keseimbangan kecenderungan post power jiwa syndrome menghadapai segala sesuatu menurut Schneiders adalah agama atau religi. Religi dapat dan yang terjadi. selalu siap 33 Transisi dari bekerja dan bahkan kemudian pensiun adalah seorang hal yang cukup berat.Hal ini mengabdikan dapat lingkungan yang berbeda, menyebabkan goncangan emosional maupun mental.Jika individu tersebut tidak dengan pensiun, individu seperti diri dapat dalam keluarga dan masyarakat sekitar. Dengan meningkatkan religiusitas, mampu menahan goncangan maka ini, merasa tenang dan ikhlas maka bisa saja mengalami depresi hingga dalam schizophrenia karena beban pensiun mental yang terlalu berat. Beberapa orang ahli percaya bahwa dengan mendekatkan diri pada yang kuasa akan dapat menyeimbangkan kembali jiwa yang sedang mengalami Individu goncangan. percaya bahwa Tuhan telah merencanakan yang terbaik dalam hidup mereka dan semua yang terjadi merupakan kehendak yang kuasa dan diluar control manusia itu sendiri. Hal ini penerimaan menjadikan diri menjadi lebih mudah bahwa tidak ada yang perlu disayangkan, pensiunan Dengan akan menjalani masa demikian dapat disimpulkan dukungan bahwa sosial diterima dan yang religiusitas seorang individu berpengaruh pada kecenderungan post power syndrome. Hal ini berarti semakin tinggi dukungan sosial seorang dan religiusits individu, maka kecenderungan untuk mengalami power post syndrome semakin kecil 34 D Kerangka Konseptual Dukungan Sosial Religiusitas Dukungan emosional Dukungan instrumental Dukungan informasi Dukungan persahabatan aspek moral diri aspek hubungan keduniaan aspek simbolik aspek otoritas Kecenderungan Post Power Syndrome (simultan) dukungan sosial dan religiusitas E. HIPOTESIS terhadap Sesuai dengan asumsi yang ada kecenderungan maka hipotesis yang ingin diuji sindrom dalam penelitian ini disesuikan PT.Telkom Balikpapan. dengan rumusan masalah yang H2 : Secara pensiunan parsial, ada yaitu Apakah ada pengaruh mempunyai antara lebih dukungan sosial religiusitas kecenderungan dan terhadap post power pegawai religiusitas dari sosial kecenderungan sindrom syndrome”. power pengaruh dominan dukungan post post power pegawai PT.Telkom Balikpapan. secara bersama-sama BAB III pada terhadap pensiunan H1 : Ada pengaruh yang signifikan yang 35 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Metode adalah cara ini menggunakan pendekatan teratur yang digunakan untuk kuantitatif. Pendekatan melakukan kuantitatif menekankan agar suatu tercapai pekerjaan sesuai dikehendaki. yang analisisnya pada rata-rata Penelitian numerical (angka) yang diolah merupakan penyelidikan suatu dengan metode statistika. Pada masalah dasarnya, pendekatan kuantitatif kritis, secara ilmiah, sistematis, dan formal.Penelitian untuk lebih dilakukan pada penelitian yang bertujuan dilakukan dalam rangka menguji menemukan, hipotesis dan menyandarkan mengembangkan, atau menguji kesimpulan hasilnya pada suatu kebenaran suatu pengetahuan probabilitas yang penolakan nihil. Dengan metode memiliki kemampuan deskripsi prediksi.Metode adalah dan/atau kuantitatif akan penelitian perbedaan kelompok atau prosedur signifikasi hubungan antar suatu penyelesaian mencari kesalahan masalah kebenaran dituangkan dalam perumusan masalah, diperoleh guna variabel yang diteliti (Azwar, yang 1997, h.5). Pada umumnya, bentuk penelitian kuantitatif merupakan studi penelitian sampel besar. literatur, asumsi-asumsi dan hipotesis, pengumpulan dan penganalisisan data, hingga B. Subyek Penelitian 1. Populasi penarikan kesimpulan.Metode Salah satu langkah awal penelitian dianggap sebagai ciri yang perlu diambil dalam sebuah melaksanakan penelitian, sehingga penelitian metode penelitian diibaratkan adalah menentukan populasi sebagai penelitian. panduan guna mengontrol jalannya penelitian. h.220), jumlah A. Tipe Penelitian Hadi (1993, populasi adalah unsur-unsur yang 36 memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama. Azwar (1997, h.77) dalam penelitian populasi sosial, C. Variabel Penelitian Pengukurannya 1. Variabel Y (Post Power Syndrome) didefinisikan sebagai kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Menurut Arikunto (2002) apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya tetapi jika lebih, dapat diambil antara 10%15% tergantung dari waktu, biaya dan tenaga. Populasi dalam penelitian ini adalah Pensiunan karyawan PT. a. Definisi operasional Post Power Syndrome merupakan gejala ketidakstabilan psikis yang muncul jabatan atau kekuasaannya.Gangguan ini terjadi karena adanya perasaan dianggap tidak penting dan dihormati lagi. Yang Aspek total karyawan 80 orang. penelitian gejala 2. Sampel penelitian Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi obyek penelitian atau yang dijadikan responden.Hasil pengukuran karakteristik adalah atau dari sampel “statistik”.Sampel semacam miniatur dari populasinya, Santoso dan Tjiptono (2002). saat seseorang meninggalkan Telkom Balikpapan dengan disebut dan menjadi aspek dalam ini gejala post power syndrome menurut Dinsi (2006 ) 1) Gejala Fisik. Yaitu menjadi jauh lebih cepat tua tampaknya dibandingkan waktu pada dia menjabat.Rambutnya menjadi putih semua, berkeriput, menjadi pemurung, sakit- 37 sakitan, dan tubuhnya sebagai pilihan dengan menjadi lemah, tidak menggunakan bergairah. Likert. 2) Gejala Emosi. Responden disini dianjurkan untuk Yaitu tersinggung, skala cepat memilih merasa jawaban kategori yang telah tidak berharga, ingin diatur, yaitu : sangat menarik dari setuju (SS), setuju (S), lingkungan pergaulan, tidak setuju (TS), dan ingin sangat diri bersembunyi, dan lain sebagainya. tidak (STS) 3) Gejala Perilaku. setuju dengan memberikan tanda Yaitu umumnya malu silang (X) pada bertemu orang lain, jawaban yang sesuai lebih dengan pertimbangan mudah melakukan pola-pola kekerasan responden, Hadi (2004). atau menunjukkan kemarahan Alasan modifikasi skala likert baik di karena meniadakan rumah atau di tempat kategori jawaban yang yang lain. ditengah b. Pengembangan ukur alat Post Syndrme power dukungan menurut berdasarkan alasan pertama kategori undicided bisa diartikan sosial dan religiusitas belum bisa memutuskan Skala atau memberikan dalam jawaban ( adalah konsep aslinya), bisa yang juga diartikan netral, yang akan digunakan penelitian angket ini tertutup menurut terdiri atas pertanyaan setuju tidak, tidak dengan sejumlah setuju tidak, atau jawaban tertentu bahkan ragu-ragu. 38 Kategori jawaban yang ganda artinya (multi Menurut Sugiono (2005) Validitas adalah interpretable) tentu saja instrument tidak diharapkan dalam digunakan untuk dapat suatu mengukur instrument. Kedua tersedian yang apa yang hendak diukur. jawaban ditengah itu Djamaludin Ancok menimbulkan (2012) kecenderunganUntuk indeks memberikan menunjukkan jawaban skoring, diberikan Validitas ialah yang mana sejauh suatu alat diberikan nilai skor atau pengukur bobot mengukur apa yang ingin dimana untuk aitem favorable (SS) betul-betul diukur. diberi skor 4, (S) skor Djamaludin 3, (TS) skor 2, (STS) Ancok (2012) skor Realibilitas adalah 1 begitu sebaliknya untuk aitem indeks unfavorable (SS) diberi menunjukkan 1, (S) skor 2, (TS) skor mana 3, (STS) skor 4. Dalam pengukur angket peneliti dipercaya rentang diandalkan. ini menggunakan yang sejauh suatu alat dapat atau dapat Realibilitas skala 1-4 (SS, S, TS, menunjukkan STS).Hal mana hasil pengukuran ini sejauh dimaksudkan agar tetap mendapatkan arah dilakukan pengukuran jawaban yang pasti dari dua atau lebih responden. terhadap gejala yang dengan alat sama c. Validitas realibilitas dan konsisten kali bila pengukur yang sama. 39 2. Variabel X1 (Dukungan perhatian, simpati dan Sosial) keprihatinan. Dukungan a. Definisi operasional emosional Dukungan sosial membuat orang yang menerimanya merupakan bantuan atau merasa dipahami, dukungan yang diterima diterima keberadaan dan individu keadaannya. dari orang- tertentu dalam 2. Dukungan Penghargaan kehidupannya dan berada (esteem support). Orang dalam lingkungan sosial menyatakan penghargaan tertentu yang membuat si dan penerima terhadap orang merasa diperhatikan, dihargai penilaian positif orang Dukungan ini dan dicintai. Orang yang mengembangkan menerima diri dukungan sosial memahami makna dukungan sosial yang 3. Dukungan Instrumental padanya. Dukungan atas maka penelitian ini dukungan sosial yang menerimanya. (instrumental uraian harga pada diberikan oleh orang lain Dari lain. di support). ini bantuan berupa langsung, dalam mungkin bentuk atau tenaga. Dukungan yang ini benda, dapat uang membantu akan digunakan adalah orang bentuk dukungan sosial menghadapi pengalaman yang stress yang menantinya. dinyatakan oleh Menurut Hardjana (2003, h. 83 ) yaitu: 3. lebih siap Dukungan Informasional. Dukungan ini meliputi pemberian 1. Dukungan Emosional (emotional support). Dukungan emosional pengarahan dan saran. berupa ungkapan Dukungan penjelasan, nasehat, ini dapat 40 memberi arah bertindak dilakukan pengukuran dan untuk dua atau lebih dalam terhadap gejala yang dengan alat inspirasi bersikap menghadapi stress.. c. Validitas kali sama dan realibilitas pengukur yang sama. 3. Variabel X 2 (Religiusitas) Menurut Sugiono a. Definisi operasional (2005) Validitas adalah instrument Religiusitas yang adalah keyakinan dimana digunakan untuk dapat seseorang merasakan dan mengukur mengakui apa yang adanya hendak diukur. kekuatan tertinggi, yang Djamaludin Ancok menaungi kehidupan dan (2012) Validitas indeks menunjukkan mana hanya yang bergantung dan berserah sejauh suatu pengukur ialah alat betul-betul hati kepada-Nya yang kemudian diwujudkan dengan ketaatan menjalankan mengukur apa yang ingin agama.Religiusitas diukur. sangat Djamaludin erat tingkah laku beragama Ancok (2012) dan Realibilitas adalah dalamnya, indeks yang menunjukkan mana sejauh suatu pengukur dipercaya atau diandalkan. alat nilai-nilai dipakai pegangan dilaksanakan dapat penuh sejauh dapat sebagai dalam dengan perasaan, keinginan, harapan, dan keyakinan, kemudian tetap dengan bila di kehidupan seseorang.Jika mana hasil pengukuran konsisten serta dapat Realibilitas menunjukkan dengan yang diwujudkan ketaatan 41 menjalankan agama. Ketaatan dalam pada rasa takut akan hukuman, karena menjalankan agama akan mengharapkan pujian memunculkan dan hadiah, sampai positif perasaan dalam diri seseorang. pada tahapan tertinggi yaitu dimana manusia Selanjutnya melakukan Aspek-aspek dari sesuatu atas dasar keinginan penelitian yang dilakukan diri oleh Victor Clore dan bertindak Joseph Fitzgerald (dalam norma dan peraturan. Haryono, didasarkan 2002) yang pada teori sendiri 2) Aspek untuk sesuai hubungan keduniaan perkembangan aspek kepercayaan James W. keduniaan Fowler. aspek pada cara-cara khas tersebut dengan mana pribadi Empat religiusitas adalah sebagai berikut : hubungan merujuk memandang dan mengerti dunia, hidup, dan 1) Aspek moral diri lingkungannya yang ultimo (akhir) Aspek moral diri lewat diambil alih dari komprehensif yang menciptakan pola model tahap gambaran perkembangan moral koherensi dan yang dari kohlberg, dimana menimbulkan terdapat berarti tiga tahap perkembangan moral. Pada tahap yang paling awal dimana manusia bertingkah laku baik didasarkan rasa yang menyeluruh. 3) Aspek fungsi simbolik aspek imajinasi dimana diakui 42 sebagai daya afektif- mempunyai arti sejauh kognitif sentral yang mana akurasi suatu test mempersatukan atau dan skala dalam mengintegrasikan menjalankan seluruh pengukuran. Djamaludin aspek fungsi pengenalan Ancok (2012) Validitas kepercayaan. ialah Imajinasi merupakan menunjukkan daya mana sentral yang indeks yang sejauh suatu alat menggerakan seluruh pengukur gambaran, mengukur apa yang ingin simbol, metafor, cerita, mitos, ritus yang sarana seseorang diukur. menjadi utama bagi beriman betul-betul Azwar (2012) Reliabilitas penerjemahaan dari kata dalam proses menjadi reliability dirinya sendiri. pengukuran yang mampu 4) Aspek otoritas menghasilkan data yang aspek menjelaskan yang oknum, yaitu memiliki Suatu tingkat reliabilitas tinggi gagasan, dan lembaga- sehingga sejauh mana lembaga mana yang hasil dipakai oleh pribadi pengukuran sebagai dipercaya sumber suatu proses dapat atau dapat otoritas sah dan yang diandalkan, konsisten diakuinya bila dilakukan dalam mempertimbangkan pengukuran dua kali atau arti dan nilai. lebih c. Validitas dan realibilitas Menurut Azwar terhadap yang sama dengan alat pengukur yang sama (2012) Validitas berasal dari kata validity yang gejala D. Teknik Analisis Data 43 Data yang diperoleh dari penelitian yaitu: power paket SPSS (Statistical subjek Packade post Science) versi syndrome, religiusitas dan dukungan sosial akan dianalisis dengan menggunakan analisis for Social 11.5 for Window. Y’ = a + b1X1 . BAB IV HASIL PENELITIAN DAN regresi dua prediktor. PEMBAHASAN Karena dalam penelitian ini menggunakan dua variable bebas( A Hasil Penelitian Hasil Uji Deskriptif idevenden ) dan satu variable tergantung Berdasarkan yang sampel yang (devenden ). Mengingat didapat data yang diperoleh dari berjumlah 70 orang untuk skala ketiga dukungan alat ukur ini dengan data sosial terendahnya berbentuk angka-angka adalah 68 skor tertingginya adalah yang merupakan data 105 skor rata-rata sebesar 88.61 kuantitatif dan memiliki dan standar deviasi sebesar 10.064 data Sedangkan yang bergejala untuk skala interval (Azwar, 1997, relegiusitas dengan jumlah sampel h.9). 70 orang, skor terendahnya adalah data 87 skor tertingginya adalah 123 data skor rata-rata sebesar 108.89 dan akan dianalisis dengan standar deviasi sebesar 9.603 menggunakan .Sedangkan Setelah seluruh terkumpul, maka teknik analisis regresi berganda kecenderungan (multiple sindrom regression). untuk skala post power dengan jumlah sampel Perhitungan analisis data 70 orang, skor terendahnya adalah dilakukan dengan 41 skor tertingginya adalah 88 menggunakan bantuan 44 skor rata-rata sebesar 66.07 dan standar deviasi sebesar 12.561 Regresi Variabel terikat dan Variabel bebas mempunyai normal atau tidak.Uji asumsi normalitas menggunakan tehnik Statistik non parametik one Kolmog- Smirnov.Kaidah yang digunakan adalah jika p > sebaranya normal,sebaliknya jika p < 0.005 maka seberanya tidak normal (Hadi.2000) 1. Hasil uji normalitas terhadap Duksos Variabel menghasilkan nilai Z : untuk apakah dalam model maka sebaran religiusitas Uji normalitas bertujuan 0.005 asumsi terhadap a. Hasil uji Normalitas simple uji normalitas Hasil Uji Asumsi distribusi 2. Hasil 1.273 dan p : 0.078( p> 0.05 ) Hasil uji berdasarkan kaidah menunjukan selebaran butir butir religiusitas adalah normal 3. Hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap Variabel kecenderungan post power sindrom menghasilkan nilai Z : 1.085 dan p : 0189.( p> 0.05 ) Hasil uji berdasarkan kaidah menunjukan selebaran asumsi butir butir sebaran kecenderungan post Variabel power sindrom adalah menghasilkan normal lebih lengkapnya nilai Z : 0.863 dan p : lihat lampiran 0.446 ( p> 0.05 ) Hasil uji berdasarkan kaidah menunjukan butir butir selebaran Dukungan social adalah normal b. Hasil Uji lininieritas Uji asumsi linieritas dilakukan untuk 45 mengetahui hubungan bersifat linier linieritas antara variabel perhitungan bebas dengan variabel selengkapnya terikat linieritas dilihat pada lampiran untuk begitu pula pengujian .Uji dapat pula mengetahui dapat variabel penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut.Adapun kaidah antara Kecenderungan post power sindrom dengan relegiusitas dengan yang digunakan dalam menggunakan uji linieritas hubungan Estimation Program adalah bila nilai linieritas SSPS linieritas p < 0.05 maka hubungan diperoleh dinyatakan dengan p< 0.002 linier.atau hasil Curve F = 10.740 bila nilai deviant linierity ini p > 0.05 maka nilai pengaruh kedua variabel hubungan tersebut dinyatakan linier. berarti yang bahwa bersifat linier perhitungan Pengujian linieritas disini adalah ingin mengetahui pengaruh antara variabel Kecenderungan Post power sindrom dengan dukungan social tersebut linier atau tidak dengan menggunakan Curve Estimation Program SSPS linieritas hasil diperoleh F = 11.006 dengan p< 0.002 yang ini berarti bahwa pengaruh kedua variabel tersebut selengkapnya dapat dilihat pada lampiran c Hasil Uji Hipotesis Penelitian Dalam uji peneliti akan menganalisis pengaruh variable hipotesis ini, masing-masing terhadap Kecenderungan post power sindrom. Dependent Variable : Kecenderungan Post power sindrom Persamaan regresinya menjadi : 46 Y’ = a + b1X1 + b2X2 nilai semakin Y’ = 129.973 + (-301)X1 + (- maka rendah Kecenderungan 342)X2 untuk post power sindrom Hasil analisis regresi pada tabel di a atas akan di jelaskan sebagai berikut : a. Konstanta sebesar 129.973; & Relegiusitas (X2) nilainya adalah 0, maka Kecenderungan power sindrom Predictors Dukungan : (Constant), Sosial dan Relegiusitas artinya jika dukungan sosial (X1) post religiustasnya b Dependent Variable : Kecenderungan post power sindrom (Y’) Pada tabel 21 di atas nilainya positif yaitu sebesar diperoleh F hitung sebesar 7.950 129.973. dan P =0.001 ini berarti p hitung b. Koefisien regresi variabel < 0.005 ini berarti hipotesisnya dukungan sosial (X1) sebesar - diterima artinya 301. Koefisien bernilai negatif H1 diterima artinya ada pengaruh artinya terjadi pengaruh negatif yang signifikan antara dukungan antara dukungan sosial dengan sosial dan relegiusitas secara kecenderungan bersama-sama post power H1 diterima. terhadap sindrom tetapi tidak signifikan kecenderungan dengan sindrom . Jadi dapat disimpulkan semakin besar post power dukungan sosial maka rata rata bahwa dukungan sosial dapat relegiusitas mempengaruhi Kecenderungan post power sama sindrom c. Koefisien secara bersama- berpengaruh kecenderungan regresi variabel sindrom dan terhadap post pada power pensiunan Relegiusitas(X2) sebesar - 342. pegawai PT. Telkom Balikpapan Koefisien . bernilai negatif artinya terjadi pengaruh negatif antara Relegiusitas Kecenderungan post dengan power sindrom maka semakin tinggi B. Pembahasan Berdasarkan penelitian diatas hasil diperoleh 47 bahwa ada signifikan pengaruh antara yang C Keterbatasan Penelitian Dukungan Adapun sasial dan relegiusitas terhadap kecenderungan post penelitian power karakteristik pensiun dini dan pensiun murni uji F ) yaitu pada tabel 20 R = ( homogen), maka penelitian F : 7.950 dan p = 0.001 (p<0.005 ) sangat signifikan 1. dikarenakan pensiunan ada yang mengambil hasil uji regresi bersama sama ( 192 ini responden sindrom ini terlihat berdasarkan keterbatasan kurang dapat memenuhi sasaran yang diinginkan Ada pengaruh negatif tetapi peneliti begitu pula tidak signifikan antara dukungan kebanyakan responden usia social terhadap kecenderungan lanjut dan pola post power sindrom hal ini menurun fisiknya, begitu juga terlihat sehingga pengisian dalam table 20 disini terlihat t tersebut belum dapat yang = -1.900 dan p = .062 optimal mungkin hanya bisa p = dari analisa statistic artinya >. 005 tidak signifikan , melakukan pikirnya angket pengisian angket artinya semakin tinggi dukungan sekedarnya saja, apa yang bisa sosial, rata rata mempengaruhi dijawab kecenderungan responden post power sindrom 2. Ada pengaruh religiusitas kecenderungan post power yang diplih BAB V negatif terhadap yaitu KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan sindrom dalam table 20 t = 2.058 dan p = .043 artinya p < Berdasarkan hasil analisis data .005 signifikan artinya semakin yang tinggi maka kesimpulan yang dapat relegiusitas maka sebelumnya, diambil yaitu : semakin rendah kecenderungan post power sindrom. diuraikan 1 Ada pengaruh signifikan tetapi dukungan tidak sosial 48 terhadap kecenderungan power sindrom post kecil akan kecenderungan post pada masa power sindrom nilai Kontribusi pensiun dalam penelitian ini. relegiusitas karena tidak signifikan inilah kecenderungan Dukungan sosial secara negative sindrom p = 0.043 ( p<0.005) mempengaruhi R = 0.148 ( 14.8 % ) kecenderungan post power post power sindrom, artinya dan sisanya 84..2 % mungkin semakin tinggi dukungan sosial, dipengaruhi oleh rata seperti keadaan tempat tempat rata mempengaruhi kecenderungan sindrom post pada power religiusitas faktor lain yang kurang pensiunan masyarakat yang kurang peduli Pegawai Telkom Balikpapan. terhadap tempat religiusitas dan , Kontribusi lain lain dukungan sosial terhadap kecenderungan post 3 Ada pengaruh yang signifikan R = 0.141 ( dukungan sosial dan relegiusitas 14.1 % ) p= 0.062 > 0.005 dan secara bersama-sama terhadap sisanya kecenderungan power sindrom 85.9 % dipengaruhi oleh seperti 2 terhadap mungkin faktor lain keuangan sindrom keadaan Interaksi dari dukungan sosial dan relegiusitas Ada pengaruh yang signifikan kontribusi religiusitas kecenderungan terhadap post power pada masa pensiun. lingkungan dan lain lain kecenderungan post power memberikan terhadap sindrom post R = 0.192 sindrom pada masa pensiun. ) Koefisien variabel relegiusitas sisanya terhadap kecenderungan dipengaruhi oleh post power ( 19.2 % p = 0.001 ( p < 0.005 ) dan 80..8 % mungkin faktor lain power sindrom bernilai negatif, seperti keadaan tempat tempat yang artinya terjadi pengaruh religiusitas negatif mendukung antara relegiusitas dengan kecenderungan power sindrom post peduli responden tersebut semakin besar nilai relegiusitas maka semakin yang lain B. Saran kurang terhadap dan , lain 49 Berdasarkan pengalaman yang penelitian ini, kecenderungan dialami post dalam penelitian dan melakukan dari hasil power dipengaruhi sindrom oleh variabel- penelitian, maka peneliti dapat variabel lain selain dukungan memberikan sosial dan relegiusitas, saran menyempurnakan penelitian untuk penelitian- selanjutnya dan untuk pihak-pihak terkait. 2 Saran Praktis a. Perusahaan diharapkan dapat memberikan persiapan pensiun(pembekalan ketrampilan ) pada pegawainya 1 Saran Teoritis tidak hanya persiapan finansial Guna kepentingan lebih lanjut, ada beberapa saran yang diajukan oleh peneliti yang kiranya dapat dipertimbangkan oleh peneliti selanjutnya tetapi juga diharapkan untuk memberikan persiapan secara psikologis yang juga merupakan bentuk dukungan sosial bagi para pensiun. Seperti yang ditekankan oleh peneliti sebagai berikut : b. Agar pensiun yang menerima a. Memperhatikan usia sampel b MP ( memfaat pensiun ) pensiunan yaitu 56-60 tahun, mendapatkan perlakuan yang sehingga sama dari pihak perusahaan dapat mendapatkan hasil penelitian seperti yang lebih baik. dilakukan pemerintah terhadap Untuk penelitian selanjutnya pegawai negeri, khususnya bagi diharapkan penerima uang pensiun yang melakukan penelitian kecenderungan tentang post power penyesuaian rendah c. Perusahaan sebaiknya sindrom dengan variabel lain memanfaatkan yang dapat pensiunan kecenderungan mempengaruhi post power yang dapat kelompok yang mengaktualisasikan dirinya serta sindrom . Dari hasil tambahan menyumbangkan yang secara ikhlas untuk Corporate didapatkan dalam ide-idenya 50 Social Reponsibility (CSR) yang menjadi tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat Dinsi, V,.Setiati, E., &Yuliasari, E. (2006).Ketikapensiuntiba.Jakart a :Wijayata Media Utama. dan negara. d. Keluarga sebaiknya memberikan dukungan sepenuhnya kepada anggota keluarga yang telah pensiun, dapat dukungan berbentuk tersebut perhatian, Diponogoro,A.M.(2004). AnalisisFaktorKepuasanHidup Remaja. JurnalPhronesis.Vol. 6 No. 12. Elia.2005.PostPowerSyndrome.http://w bersedia mendengarkan keluh ww.sabda.org/publikasi/e- kesah dan sebagainya. konsel/079/?kata=079 e. Sedangkan untuk para pensiunan sebaiknya keluarga untuk memanfaatkan dan saling rekan sejawat berbagi dan mengisi satu sama lain Fiest, J. &Fiest, J.G. (2002) Theories of Personality. Boston: McGraw Hill Hardjana, A.M. 2003. Komunikasi Intrapersonal DAFTAR PUSTAKA dan Interpersonal.Yogyakarta Agustina,MariaClara.2008.Pensiun,Stre :Kanisius. sdanBahagia. http://artikelpensiun.blogspot.co Haryono,AnitaLee.2002.Sikapterhadap m/2011/03/pensiun-stres-dan- EuthanasiapadaDokterMuda bahagia.html DitinjaudariTingkatReligiusitas. Skripsi.SemarangFakultasPsikol Pengantar Psikologi.Klinis Sutardjo Wiramiharja ( 2005 ) th Allyn& Bacon. 9 ed. Soegijapranata Semarang (tidakditerbitkan) Baron, R.A., & Byrne, D. (2000).Social psychology, ogiUnika Boston: Helmi, A. F. (2000). Pengelolaan Stress Pra-Purn Bakti.Psikologika : No. 9 (42-55). Yogyakarta :UniversitasGadjahMada. 51 Hurlock,E.B.(2000).PsikologiPerkemba Mu’tadin,Z.(2002).PenyesuaiaDiriRem ngan aja.Tersedia:http://www.e- :SuatuPendekatanSepanjangRe psikologi.com/epsi/artikel_detai ntangKehidupan(terjemahanIsti l.asp?id=390 widayanti&Soedjarwo), Edisi 6. Newman,& Jakarta :Erlangga. Newman. (2006). Development Through Life. A Jalaluddin. 2005. Psikologi Agama Psychosocial (edisirevisi). Jakarta: PT. Raja edition.USA: Grafindo Wadsworth. Kuncoro,J.,Sari,E.D.(2006). Approach 9th Thomson Porter, L.W.,Bigley, G. A., and Steers, KecemasandalamMenghadapiMasaPen R. M.(2003). Motivation and siunDitinjaudariDukunganSosialpada Work PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Edition.USA : Mc. Graw-Hill JurnalPsikologiProyeksi Vol.1, No. 1 Book Company. Kundjoro.(2002). Behaviaour Rini, J. F. (2001). 7th Pensiun Dan MasalahKesehatanJiwaPadaLa Pengaruhnya. nsia.http://mardiya.wordpress.c :http://www.e- om/2010/12/07/masalah- psikologi.com/epsi/artikel_detai kesehatan-jiwa-lansia/ l.asp?id=191 Lahey, B. B. (2007). Psychology An Introduction. New Tersedia Rosyid,HaryantoF.(2005).PHK:Masihk York: ahMencemaskan? McGraw Hill BuletinPsikologiFakultasPsikol ogi UGM, Th IX no 2. Lestari,R.P.2002. HubunganAntaraReligiusitasdenganTin Sarafino, E.P. 2006.Health Psychology gkahLakuKopingIndigeneous.JurnalIlm :Biopsychososial Interaction iahPsikologi: Vol. 6 No.1. ThirdEdition. New York: John Wiley & Sons Inc. Mangunwijaya,Y.B1991.Menumbuhkan SikapReligiusitasAnak-Anak.Jakarta; PT.GramediaPustakaUtama. Sobur, A. (2003).PsikologiUmumDalamLi 52 ntasanSejarah. Cetakan II. Bandung :PustakaSetia. Sofia,K.(2007).PengaruhKonsepDiriTe rhadapTingkat KecemasanMenghadapiMasaPe nsiunPadaPegawaiNegriSipilDi nasPerindustrian, Perdagangan, Modal danPenanaman KabupatenSumenep. Skripsi.Malang :FakultasPsikologiUnviersitas Islam Negri (UIN) Malang. Suara Pembaharuan, 6 Juni 2002. Suhita.2005.ApaituDukunganSosial?.Te rsedia :http://www.masbow.com/2009/ 08/apa-itu-dukungansosial.html. WawuruF.E.2003. PerkembanganKepribadiandan ReligiusitasRemaja.JurnalIlmia hPsikologi. Th. 8. No.1 (29-39)