MODAL SAHAM DAN LABA DITAHAN

advertisement
MODAL SAHAM DAN LABA DITAHAN
PERSEROAN DAN MODAL SAHAM





MODAL adalah hak pemilik atas perusahaan yang timbul sebagai akibat
penanaman atau investasi yang dilakukan oleh pemilik atau para pemilik.
Struktur modal dalam suatu perusahaan tergantung pada bentuk badan
usahanya.
Diantara bentuk-bentuk badan usaha tersebut yang paling banyak
dijumpai adalah badan usaha perorangan, persekutuan dan perseroan.
Dibandingkan dengan kedua badan usaha lainnya, persero mempunyai
beberapa keunggulan tertentu yang jika ditangani dengan baik dapat
membawanya berkembang dan lebih menguntungkan. Salah satu kelebihan
perseroan adalah terletak pada permodalannya.
Setiap orang yang memiliki saham yang dikeluarkan oleh suatu perseroan
disebut pemegang saham, yang pada hakekatnya merupakan pemiik
perseroan.
Karakteristik perseroan


Beberapa hal yang membedakan antara perseroan dengan badan usaha
lainnya adalah :
KESATUAN USAHA TERPISAH
dari segi akuntansi, suatu perseroan yang telah berdiri dengan sah akan
dipandang sebagai suatu kesatuan akuntansi yang terpisah dari para
pemilik (para pemegang saham). Di dalam akuntansi, baik perusahaan
perorangan maupun persekutuan dipandang sebagai suatu kesatuan
akuntansi (seperti halnya perseroan), tetapi dari segi hukum perusahaan
perorangan maupun persekutuan tidak merupakan subyek hukum sebab
para pemilik baik secara terpisah maupun bersama-sama tetap harus
bertanggungjawab atas kewajiban-kewajiban perusahaannya.
Lanjutan...

TANGGUNG JAWAB TERPISAH
tanggungjawab para pemegang saham atas kewajiban-kewajiban (utang-utang) perseroan
biasanya terbatas pada jumlah penyertaannya dalam perseroan yang bersangkutan. Hal ini
berarti pemegang saham tidak bertanggungjawab dengan seluruh harta kekayaan yang
dimilikinya seandainya perseroan tidak mampu melunasi hutang-hutangnya.
sebagai contoh : misalkan Winarno memiliki 50 lembar saham PT. SINAR SURYA yang
seluruhnya bernilai Rp 25.000.000. seandainya PT. SINAR SURYA jatuh pailit (bangkrut),
maka perseroan harus menjual seluruh kekayaan yang dimiliki untuk melunasi kewajibannya
dan kalau ada sisa maka jumlah sisa bisa dibagikan kepada para pemegang saham. Ada
kemungkinan pemegang saham tidak mendapat pembagian dari sisa penjualan kekayaan
perusahaan karena seluruhnya habis digunakan untuk melunasi kewajiban pada para kreditur.
Kadang2 kekayaan perusahaan tidak cukup untuk melunasi kewajiban kepada para kreditur.
Dalam situasi yang demikian para pemegang saham tidak dapat dituntut untuk melunasi sisa
utang perseroan yang belum terlunasi. Kerugian winarno terbatas pada Rp 25.000.000
setoran modalnya (saham yang dimilikinya). Itulah sebabnya dikatakan bahwa “ pemegang
saham hanya bertanggungjawab sebesar nilai saham yang dimilikinya”, dan oleh sebab itu
pulalah bentuk badan usaha ini disebut Perseroan Terbatas.
Lanjutan...

PEMINDAHAN KEPEMILIKAN
saham-saham yang dikeluarkan oleh suatu perseroan dapat
dipindahtangankan tanpa mempengaruhi operasi perusahaan. Apabila
saham dijual oleh pemegangnya kepada pihak lain, maka hal itu tidak
perlu dibukukan oleh perseroan yang mengeluarkan saham tersebut, tetapi
cukup dengan membuat suatu catatan atau keterangan dalam buku saham.
Sudah barang tentu perseroan memiliki daftar pemegang saham yang
diperlukan untuk mengundang mereka dalam rapat umum pemegang
saham atau untuk pembayaran deviden, tetapi hal ini tidak membutuhkan
pengakuan akuntansi
Lanjutan...

KELANGSUNGAN HIDUP
karena kepemilikan saham bisa dipindahtangankan atau dioperkan
kepada pihak lain tanpa mengganggu jalannya operasi perusahaan, maka
kelangsungan hidup perseroan lebih terjamin bila dibandingkan dengan
persekutuan.
Lanjutan...

KEMAMPUAN MENINGKATKAN MODAL
tanggungjawab terbatas pemegang saham dan kemudahan dalam menjual
kembali saham merupakan daya tarik yang menyebabkan perseroan
mudah meningkatkan modalnya apabila dikehendaki. Baik pemegang
saham dalam jumlah besar maupun kecil, sama-sama mempunyai hak
pemilikan dalam perseroan. Dengan demikian perseroan tidak hanya
menarik bagi orang-orang kaya tetapi juga penanam modal kecil. Oleh
karena itu di negara-negara yang sudah maju seperti di Amerika Serikat
tidak jarang kita jumpai adanya perseroan yang mengedarkan jutaan
lembar saham dan memiliki ribuan pemegang saham. Keadaan itulah yang
menyebabkan perseroan umumnya bermodal besar.
Jenis-jenis saham

Saham biasa

Saham preferen
Dividen


Dividen adalah bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Apabila
dewan komisaris mengumumkan pembagian divide maka pemegang saham
preferen akan mendapat sejumlah dividen tahunan tertentu sebelum ditentukan
dividen untuk pemegang saham biasa. Besarnya dividen tahunan untuk pemegang
saham preferen ini ditetapkan dalam akte pendirian perseroan yaitu dalam bentuk
presentase tertentu dari nilai pari saham atau dari nilai tertentu bila saham tidak
mempunyai nilai pari.. Sebagai contoh bila tiap lembar saham preferen bernilai Rp
100.000 dengan tingkat divide 6%, maka pemegang saham preferen akan
emnerima dividen sebesar Rp 6000 untuk tiap lembar saham yang dimilikinya.
Namun demikian saham preferen bersifat kumulatif artinya bila pada suatu tahun
tertentu dividen preferen tidak dibayar, maka pada tahun berikutnya sebelum
menentukan dividen untuk pemegang saham biasa, terlebih dahulu diperhitungkan
untuk pemegang saham preferen termasuk dividen preferen tahun yang lalu.
Saham prefren semacam ini disebut dengan saham preferen kumulatif.
Lanjutan...


Apabila pemegang saham preferen telah mendpaat bagian dividen, maka
berikutnya merupakan giliran pemegang saham biasa untuk dihitung dividennya
apabila masih terdapat sisa laba yang akan dibagikan. Dalam situasi tertentu,
pemegang saham preferen mungkin masih akan menerima dividen tambahan
bersama-sama dengan pemegang saham biasa. Saham preferen demikian disebut
saham preferen partisipatif, tetapi jika tidak mempunyai hak atas tambahan
dividen amka saham tersebut disebut saham preferen non partisipatif.
Contoh : saham perseroan yang beredar terdiri atas 2000 lembar saham biasa
yang masing-masing bernilai pari Rp 100.000 dan 1000 lembar saham preferen
6% partisipatif, yang masing-masing bernilai pari Rp 100.000. seandainya
perseroan memutuskan untuk membagikan dividen sejumlah Rp 27.000.000, maka
pembagiannya akan dilakukan sbb :
TABEL PEMBAGIAN DIVIDEN
(dalam ribuan rupiah)
Preferen
Biasa
Jumlah
Saham yang
beredar
Rp 100.000
Rp 200.000
Rp 300.000
Deviden preferen
6% dan dividen
untuk saham biasa
juga 6%
Rp 6000
Rp 12.000
Rp 18.000
Sisa sebesar Rp
9000 dibagi rata
kepada semua
pemegang saham
: Rp 9000/Rp
300.000 = 3%
Rp 3000
Rp 6000
Rp 9000
Jumlah dividen
yang dibagikan
Rp 9000
Rp 18.000
Rp 27.000
Tarif pembagian
9%
9%
SAHAM BERNILAI PARI DAN TIDAK
BERNILAI PARI


Akte pendirian biasanya menyebutkan nilai tertentu untuk tiap nilai lembar saham
yang disebut nilai pari saham. Pada waktu saham pertama kali diperkenalkan
kepada masyarakat, biasanya harga jual saham sama dengan nilai parinya. Tetapi
bila telah berjalan beberapa tahun maka harga saham dipasaran mungkin lebih
tinggi atau lebih rendah dari nilai parinya. Hal ini akan sangat tergantung pada
penilaian masyarakat terhadap perseroan yang bersangkutan. Salah satu faktor
yang berpengaruh atas nilai pari saham adalah tingkat keuntungan perseroan
pada masa yang lalu dan prospek perseroan di masa depan. Nilai pari sangat
penting artinya dalam rangka melakukan pencatatan akuntansi atas saham.
Seperti yang telah disebutkan, saham mungkin dijual dengan harga yang berbeda
dengan nilai parinya. Bila saham dijual dengan harga lebih tinggi dari nilai
parinya, maka selisih kelebihan harga jual di atas nilai pari disebut agio saham,
sebaliknya jika selisih kurang disebut disagio saham.
PENGELUARAN SAHAM SECARA
TUNAI
1. Menjual 1000 lembar saham preferen 7%, nilai pari Rp 100.000 kurs 105
jurnalnya :
kas
Rp 105.000.000
saham preferen 7%
Rp 100.000.000
agio saham preferen
Rp
5.000.000
2. Menjual 1000 lembar saham preferen 6% nilai pari Rp 100.000 kurs 98
jurnalnya :
kas
Rp 98.000.000
disagio saham preferen Rp 2.000.000
saham preferen 6%
Rp 100.000.000
Lanjutan...
3. Menjual 5000 lembar saham biasa tanpa nilai pari, harga yang ditetapkan
Rp 20.000 per lembar, dengan harga jual Rp 30.000
jurnalnya :
kas
Rp 150.000.000
saham biasa
Rp 100.000.000
agio saham biasa
Rp 50.000.000
SAHAM YANG DIPEROLEH
KEMBALI



Apabila suatu perseroan membeli kembali saham-sahamnya yang telah
beredar tetapi tidak bermaksud menghentikan saham tersebut (disimpan
oleh perusahaan) maka saham ini disebut saham diperoleh kembali.
Pembelian kembali saham yang sudah beredar ini bisa dilakukan karena
berbagai tujuan, misalnya apabila perseroan menginginkan agar saham2
dimiliki oleh karyawannya, maka saham2 yang telah dibeli kembali oleh
persero akan dijual kepada para karyawannya. Namun apapun
alasannya, apabila perseroan membeli kembali sahamnya, maka untuk
suatu jangka waktu tertentu akan terjadi pengurangan modal pemilik. Oleh
karena itu saham yang dibeli kembali tidak boleh dipandang sebagai aset.
Saham terbian sendiri yang berada di tangan perseroan tidak memiliki hak
suara dan juga tidak akan mendapat pembagian dividen. Hal ini mudah
dimengerti karena akan kelihatan ganjil apabila perseroan memiliki
sebagian dari dirinya sendiri atau membayar pembagian divide kepada
dirinya sendiri.
Lanjutan...



Prosedur yang umum digunakan untuk mencatat pembelian kembali saham adalah
dengan mendebet akun saham diperoleh kembali sebesar harga perolehannya.
Didalam neraca harga perolehan tersebut harus dikurangkan terhadap jumlah aku2
modal.
Contoh : suatu perseroan memiliki 2000 lembar saham biasa yang beredar dengan
nilai pari Rp 100.000 per lembar. Perseroan tersebut bermaksud membeli kembali
100 lembar sahamnya dengan harga Rp 120.000 per lembar. Jurnal yang harus
dibuat untuk menctat transaksi pembelian kembali saham adalah sbb :
Saham diperoleh kembali
kas
Rp 12.000.000
Rp 12.000.000
Bila dikemudian hari perseroan bermaksud menjual kembali saham yang diperoleh
kembali, maka perseroan bisa menentukan harga tertentu yang dikehendaki.
Tetapi jika penjualan kembali dilakukan dengan harga yang lebih tinggi dari
harga belinya, maka selisih harga yang terjadi tidak boleh dipandang sebgaia
laba dan oleh karenanya tidak boleh ditambahkan pada laba ditahan.
LABA DITAHAN


Deviden adalah laba yang dibagikan kepada para pemegang saham.
Tidak jarang dewan komisaris memutuskan untuk menyisihkan sebagian dari
laba ynag diperoleh perseroan untuk tujuan2 tertentu seperti misalnya
untuk perluasan perusahaan atau untuk menghadapi kemungkinan adanya
kerugian besar di masa yang akan datang.
DIVIDEN TUNAI


Pada umumnya dividen dibayarkan dalam bentuk tunai dan
pembayarannya dilakukan setahun sekali. Dalam perusahaan yang besar
kadang2 deviden dibayar tiap kwartal dan pada akhir tahun dibayar
sejumlah dividen extra.
Contoh : suatu perseroan memiliki 1000 lembar saham preferen 6%
dengan nilai pari Rp 100.000 dan 3000 lembar saham biasa dengan nilai
pari Rp 50.000. perseroan tersebut mengumumkan akan membayar
deviden tetap untuk saham preferen sebesar Rp 6.000 per lembar dan
untuk saham biasa akan dibayar dividen sebesar Rp 4.000. dengan
demikian laba yang akan dibagikan sebagai deviden seluruhnya
berjumlah Rp 18.000.000. maka jurnal pada saat pengumuman adlah :
laba ditahan
Rp 18.000.000
utang deviden saham preferen
Rp 6.000.000
utang deviden saham biasa
Rp 12.000.000
Lanjutan..

Selama deviden belum dibayar, dalam pembukuan akan nampak utang
deviden kepada para pemegang saham. Pada saat deviden dibayar tunai,
perlu dibuat jurnal pengeluaran kas sebagai berikut :
utang deviden
Rp 6.000.000
utang deviden biasa
Rp 12.000.000
kas
Rp 18.000.000
Dividen dan Kebijakan Dividen
Dividen adalah pembayaran sebagian laba perusahaan
kepada para pemegang saham.
Dividen umumnya lebih kecil dari saldo LDT, karena:
1. Adanya persetujuan dengan kreditur untuk tidak
membagikan
laba
ditahan
seluruhnya
guna
mengantisipasi kemungkinan terjadinya rugi.
2. Adanya peraturan dari instansi yang berwenang.
3. Adanya kebijakan pencadangan untuk reinvestasi.
4. Adanya kebijakan untuk membayar dividen setiap tahun.
5. Adanya kebijakan pencadangan guna menutup rugi.
Contoh Kebijakan Dividen
Perusahaan merencanakan untuk menahan (tidak
membagi) laba karena perusahaan memerlukan dana
untuk mengembangkan perusahaan dan tidak akan
membagi dividen tunai untuk saham biasa kelompok A
dan kelompok B dalam beberapa tahun mendatang.
Kebijakan ini disebabkan karena perusahaan terikat
pada persetujuan dengan kreditur (debt agreements).
Perusahaan baru akan membayarkan dividen untuk
saham biasa kelompok A dan B hanya apabila utang
kepada kreditur sudah jatuh tempo dan terlebih dahulu
membayar dividen untuk saham prioritas.
Dividen dan Kebijakan Dividen
Tanggal-tanggal yang berhubungan dengan dividen:
1. Date of declaration: yaitu tanggal pengumuman
dividen. Pada saat diumumkan, perusahaan akan
mendebit rekening Laba Ditahan dan mengkredit
rekening Utang Dividen.
2. Date of record: yaitu tanggal pencatatan pemegang
saham yang berhak menerima pembayaran dividen.
Pada tanggal ini tidak ada jurnal yang dibuat.
3. Date of payment: yaitu tanggal pembayaran dividen.
Pada tanggal ini, perusahaan akan mendebit rekening
Utang Dividen dan mengkredit rekening Kas.
Dividen dan Kebijakan Dividen
Jenis-jenis Dividen
1. Cash Dividend: dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas.
2. Property Dividend: dividen yang dibayarkan dalam bentuk aktiva
selain kas.
3. Scrip Dividend: yaitu dividen yang pembayarannya ditunda, dengan
cara mengeluarkan scrip, yang menyerupai utang wesel.
4. Liquidating Dividend (dividen likuidasi)
5. Stock Dividend (dividen saham): yaitu dividen yang diberikan kepada
pemegang saham dalam bentuk saham. Dalam transaksi stock
dividen ini, tidak ada aktiva yang dibagikan dan setiap pemegang
saham tetap memiliki proporsi hak pemilikan yang sama dengan
sebelum pembagian dividen dan nilai buku saham juga tidak berubah.
Cash Dividend: dividen yang dibayarkan dalam bentuk
kas.
Contoh 1: (Cash dividend). Pada tanggal 10 Juni 2006,
PT Renjana mengumumkan dividen tunai sebesar
Rp2.500,00 per lembar saham untuk 1.800.000 lembar
saham yang tercatat pada tanggal 16 Juni 2006.
Dividen ini akan dibayarkan pada tanggal 16 Juli 2006.
Property Dividend: dividen yang dibayarkan dalam bentuk Aset
selain kas.
Contoh 2: (Property dividend). PT Belladona ingin menyerahkan
investasi dalam sekuritas yang memiliki kos Rp2.500.000.000
kepada para pemegang saham dengan mengumumkan property
dividen pada tanggal 28 Desember 2006. Penyerahan ini akan
dilakukan pada tanggal 30 Januari 2007 untuk pemegang saham
yang tercatat pada tanggal 15 Januari 2007. Pada saat dividen ini
diumumkan, nilai pasar sekuritas adalah Rp4.000.000.000.
Scrip Dividend: yaitu dividen yang pembayarannya
ditunda, dengan cara mengeluarkan scrip, yang
menyerupai utang wesel.
Contoh 3: (Scrip dividend). PT Mutiara saat ini tidak
memiliki kas dalam jumlah yang cukup untuk membayar
dividen, oleh karena itu pada tanggal 27 Mei 2006
perusahaan mengumumkan scrip dividend, berupa wesel
berjangka 2 bulan senilai Rp1.600 per lembar untuk
2.531.250 lembar saham yang tercatat pada tanggal 5 Juni
2006. Wesel tersebut berbunga 10% dan jatuh tempo
pada tanggal 27 Juli 2006.
Liquidating Dividend (dividen likuidasi)
Contoh 4: (Liquidating dividend). PT Cempaka
mengumumkan dividen tunai sebesar Rp2.400.000.000
dengan catatan Rp900.000.000 merupakan pembagian
laba, sedangkan sisanya merupakan pengembalian
modal.
Stock Dividend (dividen saham): yaitu dividen yang
diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham.
Contoh 5. (Stock Dividend). PT Indragiri saat ini memiliki
1.000 lembar saham beredar yang memiliki nilai nominal
Rp200.000 per lembar, dan saldo laba ditahan sebesar
Rp100.000.000. Perusahaan mengumumkan stock
dividend 10%, dengan mengeluarkan 100 lembar saham.
Nilai pasar saham pada saat itu adalah Rp260.000 per
lembar.
Dividen dan Kebijakan Dividen
Posisi Modal dan Laba Ditahan:
Sebelum dividen
Modal Saham, 1.000 lembar @ Rp200.000
Laba Ditahan
Jumlah Modal
Hak Pemegang Saham:
A. 400 lembar, 40% Hak Pemilikan, nilai buku
B. 500 lembar, 50% Hak Pemilikan, nilai buku
C. 100 lembar, 10% Hak Pemilikan, nilai buku
Rp200.000.000,00
100.000.000,00
Rp300.000.000,00
Rp120.000.000,00
150.000.000,00
30.000.000,00
Rp300.000.000,00
Dividen dan Kebijakan Dividen
Setelah pengumuman namun sebelum pembayaran dividen:
Modal Saham, 1.000 lembar @ Rp200.000
Rp200.000.000,00
Modal Saham Dibagikan, 100 lembar @200.000
20.000.000,00
Agio Saham
6.000.000,00
Laba Ditahan
74.000.000,00
Jumlah Modal
Rp300.000.000,00
Dividen dan Kebijakan Dividen
Setelah pembayaran dividen
Modal Saham, 1.100 lembar @ Rp200.000
Agio Saham
Laba Ditahan
Jumlah Modal
Hak Pemegang Saham:
A. 440 lembar, 40% Hak Pemilikan, nilai buku
B. 550 lembar, 50% Hak Pemilikan, nilai buku
C. 110 lembar, 10% Hak Pemilikan, nilai buku
Rp220.000.000,00
6.000.000,00
74.000.000,00
Rp300.000.000,00
Rp120.000.000,00
150.000.000,00
30.000.000,00

Saham :
 Saham
Biasa
 Saham Preferen mendapatkan prioritas terlebih
dulu untuk mendapatkan dividen


SAHAM PREFEREN
Kumulatif >< Tidak Kumulatif
 Kumulatif:
dividen yang tidak dibagikan dianggap
sebagai tunggakan .
 Tidak Kumulatif: dividen yang tidak dibagikan
dianggap hilang.

Partisipasi: pembagian dividen dibagi sama (dgn
prosentase tertentu) dengan saham biasa.
 Tidak
Berpartisipasi
 Partisipasi penuh: selain mendapatkan dividen dgn
prosentase tertentu, juga mendapatkan tambahan
dividen (jika terdapat sisa) secara proporsional dgn
saham biasa.
 Partisipasi tidak penuh (parsial): selain mendapatkan
dividen dgn prosentase tertentu, juga mendapatkan
tambahan dividen (jika terdapat sisa) dgn prosentase
sebesar sisa partisipasinya.
Perhitungan Dividen
PT Que-Sera merencanakan akan membagi dividen tunai
sebesar Rp100.000.000. Saham yang beredar terdiri dari
saham biasa dengan nilai nominal Rp800.000.000 dan saham
preferen 6% dengan nilai nominal Rp200.000.000. dividen
tidak dibayarkan selama dua tahun terakhir.
Apabila SP tidak kumulatif dan tidak berpartisipasi
SP
Total
SB
Total
Perhitungan Dividen
Jika Saham prioritas tidak berpartisipasi dan kumulatif, dan
dividen tidak dibayarkan selama dua tahun terakhir.
SP
Total
SB
Total
Perhitungan Dividen
Jika Saham prioritas berpartisipasi penuh dan tidak kumulatif
SP
SB
Total
Total
Perhitungan tingkat partisipasi dividen:
Dividen yang dibagikan
Rp100.000.000
Dividen tahun ini
(60.000.000)
Dividen tersedia untuk partisipasi
Rp40.000.000
Total Nilai Nominal Saham yang berpartisipasi
Rp1.000.000.000
Tingkat partisipasi = (40.000.000/1.000.000.000) x 100% = 4%
Perhitungan Dividen
Jika Saham prioritas berpartisipasi penuh dan tidak kumulatif
SP
Total
SB
Total
Perhitungan Dividen
Saham prioritas berpartisipasi penuh dan kumulatif, dan dividen
tidak dibayarkan selama dua tahun terakhir.
SP
SB
Total
*) dapat juga dihitung dengan perbandingan modal 1: 4
Total
Stock Splits
Merupakan upaya untuk menurunkan nilai saham per lembar
Tidak ada jurnal yang dibuat, cukup dibuatkan Memorandum
Note yang menunjukkan bahwa Nilai Nominal per lembar
saham turun dan Jumlah lembar saham juga naik.
Illustrasi:
Modal Sebelum Stock Split
Modal Saham, 1.000 lembar @ Rp200.000,00 Rp200.000.000
Laba Ditahan
100.000.000
Jumlah Modal
Rp300.000.000
Modal Setelah Stock Split 1 lembar menjadi 2 lembar
Modal Saham, 2.000 lembar @ Rp100.000,00 Rp200.000.000
Laba Ditahan
100.000.000
Jumlah Modal
Rp300.000.000
Pencadangan Laba Ditahan
1. Merupakan penyisihan/pencadangan sebagian
dari laba ditahan untuk keperluan khusus,
seperti reinvestasi, ekspansi, dsb.
2. Diatur dengan FASB Statement No. 5
"Accounting for Contingencies": Pembatasan
laba ditahan merupakan praktik yang dapat
diterima, namun harus disajikan sebagai bagian
dari kelompok rekening Modal di dalam Neraca,
dan harus diidentifikasikan dengan jelas sesuai
dengan tujuan pencadangan tersebut.
Pencadangan Laba Ditahan
3. Pada dasarnya "hanya" merupakan reklasifikasi
laba ditahan, yang mencerminkan keinginan
manajemen untuk tidak membagikan "bagian
yang dicadangkan" untuk dibagikan sebagai
dividen, karena perusahaan ingin
menggunakannya untuk keperluan khusus.
4. Apabila pencadangan dipandang tidak
diperlukan lagi, maka saldo laba ditahan yang
disisihkan tersebut harus dikembalikan ke
rekening Laba Ditahan.
Pencadangan Laba Ditahan
Pencatatan Pembatasan LDT
• Dibentuk cadangan untuk perluasan pabrik sebesar
Rp800.000.000,00 per tahun selama 5 tahun dengan
cara mentransfer dari Laba Ditahan
Download