makalah farrah - 01211032 FARRAH SAFITRI OCTAVIA

advertisement
MAKALAH PELANGGGARAN ETIKA BISNIS
PADA IKLAN OPERATOR SELULER
NAMA
: FARRAH SAFITRI O.
NIM
: 01211032
FAKULTAS : EKONOMI
PRODI
: MANAJEMEN
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat
bagi umat-Nya. Alhamdulilaah Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etka
Bisnis dengan Judul “ MAKALAH
PELANGGGARAN
ETIKA
BISNIS
PADA IKLAN OPERATOR SELULER”, karena terbatasnya ilmu yang
dimiliki oleh penulis maka Makalah ini jauh dari sempurna untuk itu saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan
Makalah ini. Semoga bantuan dan bimbingan yang telh diberikan kepada
kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin
Akhirnya
penulis
berharap
semoga
Makalah
ini
bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................
i
DAFTAR ISI...........................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................
1
Permasalahan ........................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN
Pembahasan…………………………………………………………………
4
Tujuan Pembahasan…………………………………………………………
6
BAB III KESIMPULAN............................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini sangat banyak iklan yang saling menjatuhkan satu
sama lain. Banyak iklan yang mempromosikan sebuah produk dengan
menbandingkan produknya itu dengan produk lain sejenis dengan cara
merendahkan bahkan mengejek produk lain. Jelas iklan-iklan tersebut
sangatlah melanggar etika bisnis.
Masih hangat pasti tentang iklan penyindiran balas-balasan yang
dilakukan oleh operator telekomunikasi AS dan XL. Menurut saya
bukanlah hal bermanfaat yang dilakukan oleh kedua operator tersebut,
justru mungkin akan banyak konsumen hanya tertawa melihat iklaniklan tersebut dan yang paling ekstrim mungkin akan meninggalkan
loyalitas mereka terhadap produk tersebut. Karena apa ? karena
perilaku iklan-iklan tersebut seperti perang, terus saling menyerang
produk lawan tapi bukan terus memperbaiki kualitas produk mereka
masing-masing.
Ternyata iklan yang melanggar etika bisnis yang dilakukan oleh
salah satu operator telekomunikasi di atas bukanlah saat-saat ini saja,
mungkin masih ada yang masih ingat iklan operator telekomunikasi XL
yang bercerita tentang seorang pria yang menikah dengan monyet dan
kambing. Sangatlah mengiris hati, konsumenlah yang direndahkan
dalam iklan tersebut.
1
Iklan XL tersebut di nilai memperolok dan merendahkan martabat
manusia, bahkan beberapa pihak seperti BRTI( Badan Regulasti
Telekomunikasi
Indonesia)
menyatakan
bahwa
iklan
tersebut
kebablasan.
2
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bentuk pilihan kata, kohesi dan koherensi serta unsur
gramatikal yang muncul dalam wacana iklan operator seluler ?
2. Makna kontekstual apakah yang terdapat dalam pilihan kata wacana
iklan berbahasa Indonesia dalam iklan operator seluler ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Etika bisnis merupakan pemikiran atau refleksi tentang moralitas
dalam ekonomi atau bisnis dan semua pihak yang terkait dengan
eksistensi korporasi termasuk dengan para kompetitor untuk menghindari
penyimpangan-penyimpangan ilmu ekonomi dan mencapai tujuan atau
mendapatkan profit, sehingga kita harus menguasai sudut pandang
ekonomi, hukum, dan etika atau moral agar dapat mencapai target yang
dimaksud. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan
karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu
berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis
merupakan suatu bidang perilaku yang sangat penting. Tetapi belum
pernah etika bisnis mendapat begitu banyak perhatian seperti sekarang.
Perlu diketahui tentang pendekatan diskritif etika dan moral yang
meneliti dan membahas secara ilmiah, kritis, rasional atas sikap dan
perilaku pebisnis sebagai manusia yang bermoral manusiawi. Pendekatan
ini menganalisa fakta-fakta keputusan bisnis dan patokan bermoral serta
mampu menggambarkan pengambilan sikap moral dan menyusun kode
etik atau kitab UU berdasarkan keyakinan moral. Oleh sebab itu
didefenisikan secara kritis istilah etika seperti keadilan, baik, yang utama
atau prioritas, tanggung jawab, kerahasiaan perusahaan, kejujuran dan
lain-lain, maka bisnis juga mempunyai kode etik dan moral.
4
Dalam berbisnis kita juga harus mengetahui tentang deontologi karena
deontologi
didasarkan prinsip-prinsip pengelolaan ilmu ekonomi yang berproses
pada kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi sebelum pengambilan
keputusan bisnis dan didasarkan pada aturan-aturan moral atau etika yang
mengatur proses yang berakhir pada keputusan bisnis. Jadi deontologi
menilai baik buruknya aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang mendahului
keputusan
bisnisnya,
serta
menguji
apakah
prinsip-prinsip
sudah
dijalankan serta merupakan kewajiban bagi pelaku atau yang terlibat
didalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan bisnis tersebut.
5
TUJUAN PEMBAHASAN
Dalam kasus diatas dapat kita nilai bagaimana kedua perusahaan
telah melanggar prinsip-prinsip dan aturan-aturan moral, sehingga kedua
perusahaan bersaing dengan tidak sehat dengan cara saling membalas
dan menjelek-jelekkan iklan yang seharusnya tidak perlu dilakukan untuk
menguasai pasaran dimasyarakat.
Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada pelaku
bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam
pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk
berkembang mengikuti mekanisme pasar. Peluang-peluang yang diberikan
pemerintah telah memberi kesempatan pada usaha-usaha tertentu untuk
melakukan penguasaan pangsa pasar secara tidak wajar. Keadaan
tersebut didukung oleh orientasi bisnis yang tidak hanya pada produk,
promosi dan kosumen tetapi lebih menekankan pada persaingan sehingga
etika bisnis tidak lagi diperhatikan dan akhirnya telah menjadi praktek
monopoli, persengkongkolan dan sebagainya. Pelanggaran etika bisnis
dan persaingan tidak sehat dalam upaya penguasaan pasar terasa marak
ditayangan iklan di televisi. Dengan lahirnya UU No.5 tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat diharapkan
dapat mengurangi terjadinya pelanggaran etika bisnis.
6
Masalah pelanggaran etika sering muncul antara lain seperti, dalam hal
mendapatkan ide usaha, memperoleh modal, melaksanakan proses
produksi, pemasaran produk, pembayaran pajak, pembagian keuntungan,
penetapan mutu, penentuan harga, pembajakan tenaga professional,
blow-up proposal proyek, penguasaan pangsa pasar dalam satu
tangan, persengkokolan, mengumumkan propektis yang tidak benar,
penekanan upah buruh dibawah standar, insider traiding dan sebagainya.
Biasanya faktor keuntungan merupakan hal yang mendorong terjadinya
perilaku tidak etis dalam berbisnis.
Dapat kita lihat contohnya pada kasus di atas dimana kedua
perusahaan provider saling bersaing untuk menguasai dan memonopoli
pasar. Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis sering juga terjadi karena
peluang-peluang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang
kemudian disahkan dan disalah gunakan dalam penerapannya dan
kemudian dipakai sebagai dasar untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang melanggar etika bisnis. Beberapa peraturan perundang-undangan
yang menghimpun pengaturan dan peraturan tentang dunia iklan di
Indonesia yang bersifat mengikat antara lain adalah peraturan yang diatur
oleh Undang-Undang, antara lain, UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, UU
No. 24 tahun 1997 tentang Penyiaran,
UU No. 7 tahun 1996, PP
No. 69 tahun 1999.
7
Hal yang aneh dalam kasus ini mengapa satu orang muncul dalam
dua penampilan iklan yang merupakan satu produk sejenis yang saling
bersaing, dalam waktu yang hampir bersamaan.
Ada sebagian yang bilang, apa yang dilakukan oleh Sule tidak etis
dalam dunia periklanan. Mereka menyoroti peran Sule yang dengan cepat
berpindah kepada pelaku iklan lain yang merupakan kompetitornya. Bila
kita kaitkan dengan teori hak yang sangat dekat dengan politik demokrasi,
oleh sebab itu setiap manusia tidak boleh dikorbankan demi tujuan lain
selain hak asasinya dan hak seseorang melakukan kewajibannya. Sejauh
yang diketahui, pada prinsipnya, sebuah tayangan iklan di televisi
(khususnya) harus patuh pada aturan-aturan perundang-undangan yang
bersifat mengikat serta taat dan tunduk pada tata krama iklan yang sifatnya
memang tidak mengikat. Siaran iklan adalah siaran informasi yang bersifat
komersial dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan
gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa
imbalan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan. Siaran iklan niaga
dilarang yang melanggar (Pasal 46 ayat (3) UU Penyiaran), yaitu :
a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi,
pribadi dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau
merendahkan martabat agama lain, ideologi lain, pribadi lain, atau
kelompok lain
b. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;
c. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok;
8
d. hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilainilai agama; dan/atau
e. eksploitasi anak di bawah umur 18 (delapan belas) tahun.
Selain taat dan patuh pada aturan perundang-undangan di atas,
pelaku iklan juga diminta menghormati tata krama yang diatur dalam Etika
Pariwara Indonesia (EPI). Didalam EPI juga diberikan beberapa prinsip
tentang keterlibatan anak-anak di bawah umur, apalagi Balita. Berikut
adalah prinsip-prinsipnya, yaitu :
 Anak-anak tidak boleh digunakan untuk mengiklankan produk yang
tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak, tanpa didampingi orang
dewasa.
 Iklan tidak boleh memperlihatkan anak-anak dalam adegan-adegan
yang berbahaya, menyesatkan atau tidak pantas dilakukan oleh
anak-anak.
 Iklan tidak boleh menampilkan anak-anak sebagai penganjur bagi
penggunaan suatu produk yang bukan untuk anak-anak.
 Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengeksploitasi daya
rengek anak-anak dengan maksud memaksa para orang tua untuk
mengabulkan permintaan anak-anak mereka akan produk terkait.
9
BAB III
KESIMPULAN
Dalam kasus ini, persoalan bukan pada bintang iklan (Sule) yang
menjadi pemeran utama pada iklan kartu AS dan kartu XL yang saling
menyindir satu sama lain, karena hak seseorang untuk melakukan
kewajibannya dan manusia tidak boleh dikorbankan demi tujuan lain selain
hak asasinya. Dimana yang dimaksud adalah Sule yang mempunyai
haknya sebagai manusia. Sejauh yang diketahui Sule tidak melakukan
pelanggaran kode etika pariwara Indonesia (EPI).
Dalam etika pariwara Indonesia juga diberikan tentang keterlibatan
anak-anak dibawah umur, tetapi kedua provider ini tetap menggunakan
anak-anak sebagai bintang iklan, bukan hanya itu tetapi iklan yang
ditampilkan juga tidak boleh mengajarkan anak-anak tentang hal-hal yang
menyesatkan dan tidak pantas dilakukan anak-anak, seperti yang
dilakukan provider XL dan AS yang mengajarkan bintang iklannya untuk
merendahkan pesaing dalam bisnisnya. Hal yang dilakukan kedua
kompetitor ini tentu telah melanggar prinsip-prinsip EPI dan harusnya telah
disadari oleh kedua kompetitor ini, dan harus segera menghentikan
persaingan tidak sehat ini.
10
Kedua kompetitor provider ini melanggar prinsip-prinsip dan aturanaturan kode etik dan moral untuk mencapai tujuannya untuk mendapatkan
keuntungan lebih dan menguasai pasaran dimasyarakat yang diberi
kebebasan luas untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri
dalam pembangunan ekonomi serta telah diberi kesempatan pada usahausaha tertentu untuk melakukan penguasaan pangsa pasar secara tidak
wajar. Keadaan tersebut didukung oleh orientasi bisnis yang tidak hanya
pada produk, promosi dan kosumen tetapi lebih menekankan pada
persaingan sehingga etika bisnis tidak lagi diperhatikan dan akhirnya telah
menjadi praktek monopoli. Padahal telah dibuat undang-undang yang
mengatur tentang persaingan bisnis, yaitu UU No.5 tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, tetapi
kedua kompetitor ini mengabaikan Undang-Undang yang telah dibuat.
Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis kedua kompetitor provider ini
sering juga terjadi karena peluang-peluang yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan yang kemudian disahkan dan disalah gunakan dalam
pelaksanaannya dan kemudian dipakai sebagai dasar untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang melanggar etika bisnis dalam menjalankan
bisnisnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://agung21winarto.wordpress.com/2011/09/28/pelanggaran-etikabisnis-iklan-xl-%E2%80%9C-kawin-dengan-monyet-%E2%80%9C-yangterlupakan/
www.google.com
www.wikipedia.com
12
Download