kaidah dan prinsip jurnalistik dalam penulisan berita televisi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
KAIDAH DAN PRINSIP JURNALISTIK, KODE
ETIK JURNALISTIK TELEVISI
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Penyiaran
Tatap Muka
02
Kode MK
Disusun Oleh
41018
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Pada materi ini akan membahas Kaidah
Mahasiswa diharapkan mampu
memahami pembahasan mengenai
dan prinsip jurnalistik dalam penulisan
berita televisi, Kode Etik Jurnalistik
Televisi
Kaidah dan prinsip jurnalistik dalam
penulisan berita televisi, Kode Etik
Jurnalistik Televisi
KAIDAH DAN PRINSIP JURNALISTIK
DALAM PENULISAN BERITA TELEVISI
Menurut Onong Uchjana Effendy, kegiatan jurnalistik sudah berlangsung sangat
tua, dimulai zaman Romawi Kuno ketika Julius Caesar berkuasa. Waktu itu ia
mengeluarkan peraturan agar kegiatan-kegiatan senat setiap hari diumumkan kepada
khalayak dengan ditempel pada semacam papan pengumuman yang disebut dengan
Acta Diurna.Berbeda dengan media berta saat ini yang ‘mendatangi’ pembacanya,
pada waktu itu pembaca yang datang kepada media berita tersebut. Sebagian khalayak
yang merupakan tuan tanah/hartawan yang ingin mengetahui informasi menyuruh
budak-budaknya yang bisa membaca dan menulis untuk mencatat segala sesuatu yang
terdapat pada Acta Diurna. Dengan perantaraan para pencatat yang disebut Diurnarii
para tuan tanah dan hartawan tadi mendapatkan berita-berita tentang Senat.
Perkembangan selanjutnya pada Diurnarii tidak terbatas kepada para budak saja,
tetapi juga orang bebas yang ingin menjual catatan harian kepada siapa saja yang
memerlukannya. Beritanya pun bukan saja kegiatan senat, tetapi juga hal-hal yang
menyangkut kepentingan umum dan menarik khalayak. Akibatnya terjadilah persaingan
di antara Diurnarii untuk mencari berita dengan menelusuri kota Roma, bahkan sampai
keluar kota itu.
Persaingan itu kemudian menimbulkan korban pertama dalam sejarah jurnalistik.
Seorang Diurnarii bernama Julius Rusticus dihukum gantung atas tuduhan menyiarkan
berita yang belum boleh disiarkan (masih rahasia). Pada kasus itu terlihat bahwa
kegiatan jurnalistik di zaman Romawi Kuno hanya mengelola hal-hal yang sifatnya
informasi saja.
Sama halnya dengan jurnalis dulu, para pewarta atau wartawan tidak boleh
sembarangan menulis berita dan semuanya sudah diatur dalam kode etik jurnalistik,
yang apabila melanggar maka akan menimbulkan sangsi.
Di negara yang menganut sistem demokrasi, maka pers berfungsi sebagai watchdog
terhadap pemerintahnya. Pers selain sebagai kawan juga adalah lawan. Hubungan antara
wartawan, elit politik dan pemerintah begitu mewarnai perkembangan pers di negara
demokratis, tidak terkecuali Indonesia. Meskipun pemerintah memiliki kontrol yang kuat
terhadap pers, namun para wartawan/jurnalis juga memiliki aturan kebebasan seperti yang
terdapat dalam Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia.
Namun, apakah jurnalis hari ini masih tunduk dan patuh terhadap aturan yang
terdapat dalam Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia? Kenyataan yang ada di lapangan
2015
2
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
memperlihatkan masih banyak jurnalis yang belum profesional dalam menjalankan
tugasnya. Misalnya, wartawan yang tidak tuntas memberitakan suatu permasalahan,
wartawan yang “menjual berita” pada pihak tertentu, wartawan yang tidak moderat dalam
memandang sebuah permasalahan, dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan oleh
kurangnya kemauan para jurnalis untuk memperbarui wawasannya tentang jurnalistik.
Wartawan yang baik, hatinya jujur. Prinsip menghalalkan segala cara tak ada dalam
kamus reportasenya. Wartawan yang handal punya ketajaman akan berita. Dia tahu kapan
dan dimana mencari berita, siapa yang akan diwawancarai, pertanyaan seperti apa yang
mesti ditanyakan, bagaimana mengajukannya, dan bagaimana memverifikasi hasilnya.
Wartawan
yang
baik,
bekerja
lebih
dari
sekadar
melaporkan
berita.
Dia
bisa
menggambarkan, menjelaskan, dan mengintrepertasikan kejadian-kejadian kompleks dan
persoalan pelik.
Oleh karena itu untuk menjadi wartawan profesional, seorang wartawan harus
membekali dirinya dengan naluri berita, observasi, keingintahuan, mengenal berita,
menangani berita, ungkapan yang jelas, kepribadian yang jelas, pendekatan yang sesuai,
kecepatan, kecerdikan, teguh pada janji, daya ingat yang tajam, buku catatan, berkas
catatan/referensi, kamus, surat kabar/majalah/internet/tv/radio,
dan selalu melakukan
perbaikan demi kemajuan, sehingga publik sebagai “konsumen” berita akan merasa puas
terhadap kinerja sang jurnalis.
Ada sejumlah prinsip dalam jurnalisme, yang sepatutnya menjadi pegangan setiap
jurnalis. Prinsip-prinsip ini telah melalui masa pasang dan surut. Namun, dalam
perjalanan waktu, terbukti prinsip-prinsip itu tetap bertahan.
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001), dalam bukunya The Elements of
Journalism, What Newspeople Should Know and the Public Should Expect (New York:
Crown Publishers), merumuskan prinsip-prinsip itu dalam Sembilan Elemen Jurnalisme.
Kesembilan elemen tersebut adalah:
1.
Kewajiban
pertama
jurnalisme
adalah
pada
kebenaran
Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat bisa
memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat. Bentuk “kebenaran
jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi, namun merupakan bentuk
kebenaran yang praktis dan fungsional. Ini bukan kebenaran mutlak atau filosofis.
Tetapi, merupakan suatu proses menyortir (sorting-out) yang berkembang antara cerita
awal, dan interaksi antara publik, sumber berita (newsmaker), dan jurnalis dalam waktu
tertentu. Prinsip pertama jurnalisme—pengejaran kebenaran, yang tanpa dilandasi
2015
3
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kepentingan
tertentu
(disinterested
pursuit
of
truth)—adalah
yang
paling
membedakannya dari bentuk komunikasi lain.
Contoh kebenaran fungsional, misalnya, polisi menangkap tersangka koruptor berdasarkan
fakta yang diperoleh. Lalu kejaksaan membuat tuntutan dan tersangka itu diadili. Sesudah
proses pengadilan, hakim memvonis, tersangka itu bersalah atau tidak-bersalah. Apakah si
tersangka yang divonis itu mutlak bersalah atau mutlak tidak-bersalah? Kita memang tak
bisa mencapai suatu kebenaran mutlak. Tetapi masyarakat kita, dalam konteks sosial yang
ada, menerima proses pengadilan –serta vonis bersalah atau tidak-bersalah-- tersebut,
karena memang hal itu diperlukan dan bisa dipraktikkan. Jurnalisme juga bekerja seperti itu.
2.
Loyalitas
pertama
jurnalisme
adalah
kepada
warga
(citizens)
Organisasi pemberitaan dituntut melayani berbagai kepentingan konstituennya: lembaga
komunitas, kelompok kepentingan lokal, perusahaan induk, pemilik saham, pengiklan, dan
banyak kepentingan lain. Semua itu harus dipertimbangkan oleh organisasi pemberitaan
yang sukses. Namun, kesetiaan pertama harus diberikan kepada warga (citizens). Ini adalah
implikasi dari perjanjian dengan publik.
Komitmen kepada warga bukanlah egoisme profesional. Kesetiaan pada warga ini adalah
makna dari independensi jurnalistik. Independensi adalah bebas dari semua kewajiban,
kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik. Jadi, jurnalis yang mengumpulkan berita
tidak sama dengan karyawan perusahaan biasa, yang harus mendahulukan kepentingan
majikannya. Jurnalis memiliki kewajiban sosial, yang dapat mengalahkan kepentingan
langsung majikannya pada waktu-waktu tertentu, dan kewajiban ini justru adalah sumber
keberhasilan finansial majikan mereka.
3.Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi
Yang membedakan antara jurnalisme dengan hiburan (entertainment), propaganda, fiksi,
atau seni, adalah disiplin verifikasi. Hiburan –dan saudara sepupunya “infotainment”—
berfokus pada apa yang paling bisa memancing perhatian. Propaganda akan menyeleksi
fakta atau merekayasa fakta, demi tujuan sebenarnya, yaitu persuasi dan manipulasi.
Sedangkan jurnalisme berfokus utama pada apa yang terjadi, seperti apa adanya.
Disiplin verifikasi tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksi-saksi peristiwa,
membuka sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta komentar dari banyak pihak.
Disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi sebenar-benarnya. Dalam
2015
4
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kaitan dengan apa yang sering disebut sebagai “obyektivitas” dalam jurnalisme, maka yang
obyektif sebenarnya bukanlah jurnalisnya, tetapi metode yang digunakannya dalam meliput
berita.
Ada sejumlah prinsip intelektual dalam ilmu peliputan: 1) Jangan menambah-nambahkan
sesuatu yang tidak ada; 2) Jangan mengecoh audiens; 3) Bersikaplah transparan sedapat
mungkin tentang motif dan metode Anda; 4) Lebih mengandalkan pada liputan orisinal yang
dilakukan sendiri; 5) Bersikap rendah hati, tidak menganggap diri paling tahu.
4.
Jurnalis
harus
tetap
independen
dari
pihak
yang
mereka
liput
Jurnalis harus tetap independen dari faksi-faksi. Independensi semangat dan pikiran harus
dijaga wartawan yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. Jadi, yang harus lebih
dipentingkan adalah independensi, bukan netralitas. Jurnalis yang menulis tajuk rencana
atau opini, tidak bersikap netral. Namun, ia harus independen, dan kredibilitasnya terletak
pada dedikasinya pada akurasi, verifikasi, kepentingan publik yang lebih besar, dan hasrat
untuk memberi informasi.
Adalah penting untuk menjaga semacam jarak personal, agar jurnalis dapat melihat segala
sesuatu dengan jelas dan membuat penilaian independen. Sekarang ada kecenderungan
media untuk menerapkan ketentuan “jarak” yang lebih ketat pada jurnalisnya. Misalnya,
mereka tidak boleh menjadi pengurus parpol atau konsultan politik politisi tertentu.
Independensi dari faksi bukan berarti membantah adanya pengaruh pengalaman atau latar
belakang si jurnalis, seperti dari segi ras, agama, ideologi, pendidikan, status sosialekonomi, dan gender. Namun, pengaruh itu tidak boleh menjadi nomor satu. Peran sebagai
jurnalislah yang harus didahulukan.
5. Jurnalis harus melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan
Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Wartawan tak
sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga kuat di masyarakat. Pers percaya
dapat mengawasi dan mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal-hal
buruk, yaitu hal-hal yang tidak boleh mereka lakukan sebagai pejabat publik atau pihak yang
menangani urusan publik. Jurnalis juga mengangkat suara pihak-pihak yang lemah, yang
tak mampu bersuara sendiri.
Prinsip pemantauan ini sering disalahpahami, bahkan oleh kalangan jurnalis sendiri, dengan
mengartikannya sebagai “mengganggu pihak yang menikmati kenyamanan.” Prinsip
pemantauan juga terancam oleh praktik penerapan yang berlebihan, atau “pengawasan”
2015
5
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang lebih bertujuan untuk memuaskan hasrat audiens pada sensasi, ketimbang untuk
benar-benar melayani kepentingan umum.
Namun, yang mungkin lebih berbahaya, adalah ancaman dari jenis baru konglomerasi
korporasi, yang secara efektif mungkin menghancurkan independensi, yang mutlak
dibutuhkan oleh pers untuk mewujudkan peran pemantauan mereka.
6. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar dari publik
Apapun media yang digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan forum di mana
publik diingatkan pada masalah-masalah yang benar-benar penting, sehingga mendorong
warga untuk membuat penilaian dan mengambil sikap.
Maka, jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan kompromi publik.
Demokrasi pada akhirnya dibentuk atas kompromi. Forum ini dibangun berdasarkan prinsipprinsip yang sama sebagaimana halnya dalam jurnalisme, yaitu: kejujuran, fakta, dan
verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan pada fakta akan gagal memberi informasi pada
publik.
Sebuah perdebatan yang melibatkan prasangka dan dugaan semata hanya akan mengipas
kemarahan dan emosi warga. Perdebatan yang hanya mengangkat sisi-sisi ekstrem dari
opini yang berkembang, tidaklah melayani publik tetapi sebaliknya justru mengabaikan
publik. Yang tak kalah penting, forum ini harus mencakup seluruh bagian dari komunitas,
bukan kalangan ekonomi kuat saja atau bagian demografis yang menarik sebagai sasaran
iklan.
7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan
Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi
menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap naskah berita,
jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang serius dan yang kurang-serius,
dalam pemberitaan hari mana pun.
Singkatnya, jurnalis harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu menyediakan informasi yang
dibutuhkan orang untuk memahami dunia, dan membuatnya bermakna, relevan, dan
memikat. Dalam hal ini, terkadang ada godaan ke arah infotainment dan sensasionalisme.
8.
Jurnalis
harus
menjaga
agar
beritanya
komprehensif
dan
proporsional
Jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern. Ia menciptakan peta navigasi bagi warga
2015
6
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
untuk berlayar di dalam masyarakat. Maka jurnalis juga harus menjadikan berita yang
dibuatnya proporsional dan komprehensif. Dengan mengumpamakan jurnalisme sebagai
pembuatan peta, kita melihat bahwa proporsi dan komprehensivitas adalah kunci akurasi.
Kita juga terbantu dalam memahami lebih baik ide keanekaragaman dalam berita.
9.
Jurnalis
memiliki
kewajiban
untuk
mengikuti
suara
nurani
mereka
Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika dan tanggung
jawab personal, atau sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka punya tanggung jawab
untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan
hal yang serupa.
Dalam perkembangan berikutnya, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambahkan elemen
ke-10. Yaitu:
10. Warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang terkait dengan
berita.
Elemen terbaru ini muncul dengan perkembangan teknologi informasi, khususnya internet.
Warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi mereka juga menciptakan
media sendiri. Ini terlihat dari munculnya blog, jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen
journalism), jurnalisme komunitas (community journalism) dan media alternatif. Warga dapat
menyumbangkan pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga
mendorong perkembangan jurnalisme
KODE ETIK JURNALISTIK TELEVISI
Kode etik merupakan prinsip yang keluar dari hati nurani setiap profesi, sehingga pada
tiap tindakannya, seorang yang merasa berprofesi tentulah membutuhkan patokan
moral dalam profesinya. Karenanya suatu kebebasan termasuk kebebasan pers sendiri
tentunya mempunyai batasan, dimana batasan yang paling utama dan tak pernah salah
adalah apa yang keluar dari hati nuraninya.
Fungsi Kode Etik menurut BIGGS dan Blocher
a. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah / intervensi pemerintah.
b. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.
c. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktek suatu profesi.
2015
7
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam hal ini, kebebasan pers bukan saja dibatasi oleh Kode Etik Jurnalistiknya akan
tetapi tetap ada batasan lain, misalnya ketentuan menurut undang-undang.
Pada prinsipnya menurut Undang-undang No. 40 Tahun 1999 menganggap bahwa
kegiatan
jurnalistik/kewartawanan
merupakan
kegiatan/usaha
yang
sah
yang
berhubungan dengan pengumpulan, pengadaan dan penyiaran dalam bentuk fakta,
pendapat atau ulasan, gambar-gambar dan sebagainya, untuk perusahaan pers, radio,
televisi dan film.
Guna mewujudkan hal tersebut dan kaitannya dengan kinerja dari pers, keberadaan
insan-insan pers yang profesional tentu sangat dibutuhkan, sebab walau bagaimanapun
semua tidak terlepas dari insan-insan pers itu sendiri. Olehnya, seorang wartawan yang
baik dan profesional sedapat mungkin memiliki syarat-syarat, yaitu : bersemangat dan
agresif, prakarsa, berkepribadian, mempunyai rasa ingin tahu, jujur, bertanggung jawab,
akurat dan tepat, pendidikan yang baik, hidung berita dan mempunyai kemampuan
menulis dan berbicara yang baik.
Kode etik jurnalistik diperlukan karena membantu para wartawan menentukan apa yang
benar dan apa yang salah, baik atau buruk, dan bertanggung jawab atau tidak dalam proses
kerja kewartawanan. Etika ditentukan dan dilaksanakan secara pribadi.. Secara sederhana,
kaidah etika dirujuk dari kode etik (code of ethics) yang bersifat normative dan universal
sebagai kewajiban moral yang harus dijalankan oleh institusi pers. Epitsemologi diwujudkan
melalui langkah metodologis berdasarkan pedoman prilaku (code of conduct) yang bersifat
praksis dan spesifik bagi setiap wartawan dalam lingkup lembaga persnya. Nilai dari kode
etik bertumpu pada rasa malu dan bersalah (shamefully and guilty feeling) dari hati nurani.
Karena itulah kode etik terkait dengan perkembangan dan pergeseran nilai masyarakat.
PENTINGNYA KODE ETIK JURNALISTIK
Setelah memahami pengertian kode etik jurnalistik, selanjutnya kita akan menambah
pengetahuan mengenai pentingnya kode etik bagi wartawan. Keberadaan kode etik
jurnalistik ini menjadi tanggung jawab bagi para jurnalis yang akan menyampaikan informasi
secara benar dan akurat. Akan tetapi, wartawan tidak boleh menyampaikan berita yang
bersifat dusta atau fitnah dan tidak akurat kepada masyarakat.
Berita yang bersifat dusta atau fitnah dan ditambah lagi tidak akurat dilarang untuk
disampaikan kepada khalayak karena melanggar kode etik jurnalistik. Hal tersebut juga
dapat diketahui oleh khalayak ketika mengetahui pengertian kode etik jurnalistik bagi para
2015
8
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
jurnalis atau wartawan. Wartawan memiliki kewajiban untuk menyampaikan berita yang
benar dan akurat sesuai kode etiknya.
Berita yang menarik bagi khalayak, bukanlah berita yang menyajikan kebohongan atau
dusta bahkan tidak akurat. Namun sebaliknya, berita yang disukai oleh khalayak adalah
berita yang sesuai dengan faktanya dan akurat. Biasanya para wartawan dituntut untuk
menunjukkan kreasi komunikasinya melalui bahasa dalam bentuk tulis ataupun lisan.
Sesuai pengertian kode etik jurnalistik, jika terjadi pelanggaran terhadap kode etik jurnalistik
ini akan diselesaikan oleh majelis kode etik. Dengan demikian, kode etik jurnalistik
mempunyai peran penting bagi wartawan dalam memenuhi hak masyarakat untuk
mendapatkan informasi. Semoga ulasan mengenai pengertian kode etik jurnalistik dan hal
lain berkaitan di dalamnya memberikan manfaat bagi kita semua meski bukan berprofesi
sebagai wartawan.
Tanggungjawab Wartawan
Kode etik jurnalistik adalah acuan moral yang mengatu tindak-tanduk seorang wartawan.
Kode etik jurnalistik bisa berbeda dari satu organisasi ke organisasi lain, dari satu koran ke
koran yang lain. Namun secara umum berisi hal-hal yang menjamin terpenuhinya tanggung
jawab seorang wartawan kepada publik pembacanya.
Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tanggung jawab
Tugas atau kewajiban seorang wartawan adalah mengabdikan diri kepada kesejahteraan
umum dengan member masyarakat informasi yang memungkinkan masyarakat membuat
penilaian terhadap sesuatu masalah yang mereka hadapi. Wartawan tak boleh
menyalahgunakan kekuasaan untuk motif pribadi atau tujuan yang tak berdasar.
2. Kebebasan
Kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat adalah milik setiap anggota masyarakat
(milik publik) dan wartawan menjamin bahwa urusan public harus diselenggarakan secara
public. Wartawan harus berjuang melawan siapa saja yang mengeksploitasi pers untuk
keuntungan pribadi atau kelompok.
3.
Independensi
Wartawan harus mencegah terjadinya benturan kepentingan (conflict of interest) dalam
dirinya. Dia tak boleh menerima apapun dari sumber berita atau terlibat dalam aktifitas yang
bisa melemahkan integritasnya sebagai penyampai informasi atau kebenaran.
4.
Kebenaran
Wartawan adalah mata, telinga dan indera dari pembacanya. Dia harus senantiasa berjuang
untuk memelihara kepercayaan pembaca dengan meyakinkan kepada mereka bahwa berita
yang ditulisnya adalah akurat, berimbang dan bebas dari bias.
5. Tak Memihak
2015
9
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Laporan berita dan opini harus secara jelas dipisahkan. Artikel opini harus secara jelas
diidentifikasikan sebagai opini.
6. Adil dan Fair
Wartawan harus menghormati hak-hak orang yang terlibat dalam berita yang ditulisnya serta
mempertanggungjawabkan kepada public bahwa berita itu akurat serta fair. Orang yang
dipojokkan oleh sesuatu fakta dalam berita harus diberi hak untuk menjawab.
Undang-Undang Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik (KEJ) merupakan aturan mengenai perilaku dan pertimbangan moral
yang harus dianut dan ditaati oleh media pers dalam siarannya. Kode Etik Jurnalistik
pertama kali dikeluarkan oleh PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) yang antara lain :
1.
Berita diperoleh dengan cara jujur.
2.
Meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum disiarkan (check dan recheck).
3.
Sebisanya membedakan yang nyata (fact) dan pendapat (opinion).
4.
Menghargai dan melindungi kedudukan sumber yang tidak mau disebut namanya.
5.
Tidak memberitakan berita yang diberikan secara off the record (four eyes only).
6.
Dengan jujur menyebutkan sumber dalam mengutip berita atau tulisan dari suatu surat
kabar atau penerbitan, untuk kesetiakawanan profesi.
Ketika Indonesia memasuki era reformasi dengan berakhirnya rezim orde baru, organisasi
wartawan yang awalnya tunggal yakni hanya PWI, menjadi banyak. Maka KEJ pun hanya
berlaku bagi wartawan anggota dari PWI. Namun demikian, organisasi jurnalistik lainnya pun
merasa akan pentingnya kode etik jurnalistik. Pada tanggal 6 Agustus 1999, sebanyak 24
dari 26 organisasi wartawan berkumpul di Bandung dan Menandatangani Kode Etiik
Wartawan Indonesia (KEWI). Sebagian besar isinya mirip dengan KEJ PWI. KEWI
perintikan tujuh hal sebagai berikut. :
1.
Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar.
2.
Wartawan Indonesia menempuh tatacara yang etis dalam memperoleh dan menyiarkan
informasi dan memberikan identitas kepada sumber informasi.
3.
Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampur adukkan
fakta dengan opini, berimbang, dan selalu meneliti kebenaran informasi serta tidak
melakukan plagiat.
4.
Wartawan Indonesia tidak menyebarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, cabul,
serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila.
5.
Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan profesi.
2015
10
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6.
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo informasi latar
belakang, dan off the record sesuai kesepakatan.
7.
Wartawan segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani
hak jawab.
KEWI kemudian ditetapkan sebagai Kode Etik yang berlaku bagi seluruh wartawan
Indonesia. Penetapan dilakukan dewan pers sebagaimana diamanatkan UU No. 40 Tahun
1999 tentang pers melalui SK Dewan Pers No. 1/SK-DP/2000 tanggal 20 juni tahun
2000 [Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan]. Penerapan
kode etik itu juga menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak – hak
masyarakat. Kode Etik harus menjadi landasan moral atau etika profesi yang bisa jadi
pedoman profesionalitas wartawan. Pengawasan dan penetapan sanksi ata pelanggaran
Kode Etik tersebut sepenuhnya diserahkan kepada jajarn pers dan dilaksanakan oleh
organisasi yang dibentuk untuk itu.
KEWI harus mendapat perhatian penuh dari semua wartawan. Hal ini jika memang benar –
benar ingin menegakkan citradan posisi wartawan sebagai kaum profesional. Paling tidak
KWI diawasi secara Internal oleh pemilik atau manajemen radaksi masing – masing media
masa.
Pers dalam menjalankan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya, haruslah menghormati
hak asasi setiap orang. Oleh sebab itu pers dituntut untuk profesional dan terbuka. Pers
memiliki peranan penting dalam menegakkan HAM. Pers Juga elaksanakan kontrol sosial
(Social Control) untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan keuasaan baik korupsi, kolusi
dan nepotisme. maupun penyelewengan dan penyimpangan lainnya.
Suatu sistem pers di Indonesia diciptakan untukmnentukan begaimana seharusnya pers
dapat menjalankan kebebasan dan tanggung jawabnya. Pers dalam sejarah Indonesia
memiliki peran yang efektif debagai jembatan komunikasi timbal balik antara pemerintah
dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri.
Kode Etik AJI (Aliansi Jurnalis Independen)
1. Jurnalis menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar.
2. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan keberimbangan dalam
peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar.
3. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan untuk
menyuarakan pendapatnya.
4. Jurnalis hanya melaporkan fakta dan pendapat yang jelas sumbernya.
5. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat.
6. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen.
7. Jurnalis menghormati hak nara sumber untuk memberi informasi latar belakang, off the
record, dan embargo.
2015
11
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
8. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang diketahuinya tidak akurat.
9. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban kejahatan
seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur.
10. Jurnalis menghindari kebencian, prasangka, sikap merendahkan, diskriminasi, dalam
masalah suku, ras, bangsa, politik, cacat/sakit jasmani, cacat/sakit mental atau latar
belakang sosial lainnya.
11. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat.
12. Jurnalis tidak menyajikan berita dengan mengumbar kecabulan, kekejaman kekerasan fisik
dan seksual.
13. Jurnalis tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang dimilikinya untuk mencari
keuntungan pribadi.
14. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan.
Catatan: yang dimaksud dengan sogokan adalah semua bentuk pemberian berupa uang,
barang dan atau fasilitas lain, yang secara langsung atau tidak langsung, dapat
mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja jurnalistik.
15. Jurnalis tidak dibenarkan menjiplak.
16. Jurnalis menghindari fitnah dan pencemaran nama baik.
17.Jurnalis menghindari setiap campur tangan pihak-pihak lain yang menghambat pelaksanaan
prinsip-prinsip di atas.
18 .Kasus-kasus yang berhubungan dengan kode etik akan diselesaikan oleh Majelis Kode Etik.
CONTOH-CONTOH KASUS PELANGGARAN KODE ETIK JURNALISTIK
TV One Melakukan Kebohongan Publik
Makelar Kasus yang pernah menjadi sorotan media ini, sesuai dengan teori media
”Agenda Setting” yaitu media membentuk persepsi atau pengetahuan publik tentang apa
yang dianggap penting. Dengan ungkapan lain, apa yang dianggap penting oleh media,
maka dianggap penting juga oleh publik. Ada hubungan positif antara tingkat penonjolan
yang dilakukan media terhadap suatu persoalan (issue) dan perhatian yang diberikan publik
terhadap yang ditonjolkan media.
Stasiun televisi Aburizal Bakrie, TVOne digugat kredibilitasnya. Program Apa Kabar
Indonesia Pagi tanggal 18 Maret 2010 yang menghadirkan narasumber seorang markus
(makelar
kasus)
pajak,
Andreas
Ronaldi,
diduga
adalah
markus
palsu. TVOne
menghadirkan Andreas Ronaldi, pria yang mengaku markus di Mabes Polri. Pada waktu itu,
Andreas mengenakan topeng dan menggunakan nama samaran Roni. Selain itu, suaranya
2015
12
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pun diubah sedemikian rupa sehingga tak tampak suara aslinya. Andreas mengaku ia telah
menjadi markus selama 12 tahun di lingkungan Mabes Polri. Mabes Polri kemudian
menangkap seorang yang diklaim sebagai narasumber program acara Apa Kabar Indonesia
Pagi tersebut pada tanggal 7 April 2010, dengan landasan dugaan rekayasa berita.
Andreas adalah seorang karyawan lepas pada sebuah perusahaan media hiburan.
Terkait dengan pernyataan yang dikeluarkan Mabes Polri, TVOne menyatakan belum dapat
memastikan apakah makelar kasus yang dimaksud adalah narasumber yang pernah tampil
di program Apa Kabar Indonesia Pagi tanggal 18 Maret lalu. Tetapi, juru bicara TVOne,
sekaligus General Manajer Divisi Pemberitaan, Totok Suryanto menyatakan bahwa tidak
pernah ada rekayasa yang di lakukan dalam setiap pemberitaan.
Andreas Ronaldi mengaku menjadi oknum markus di Mabes Polri berdasarkan
permintaan dari pihak pembawa acara televisi swasta yang berinisial IR dengan imbalan 1,5
juta rupiah. Andreas juga mengatakan bahwa keterangan yang ia berikan itu hanya untuk
mengumpan Sekretaris Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Denny Indrayana. . Presenter
TV One Indy Rahmawati, diduga tokoh yang paling berperan di balik kasus rekayasa
narasumber tersebut.Perekayasaan narasumber ini jelas dilakukan karena faktor persaingan
antar media televisi, yaitu untuk memperoleh rating yang tinggi.
Sesuai dengan kebijakan Dewan pers, maka kasus ini bukan hanya menjadi tanggung
jawab personal presenter Indy Rahmawati, melainkan orang yang mewakili stasiun televisi
tersebut secara institusi, yaitu pemimpin redaksi. TV One dituduh melakukan pelanggaran
Kode Etik Jurnalistik, pada pasal 4 yang berbunyi ”Wartawan tidak membuat berita bohong,
fitnah, sadis, dan cabul”. Maka kasus pelanggaran ini akan diselesaikan sesuai dengan
aturan Kode Etik Jurnalistik, yaitu dengan pemberian hak jawab, hak koreksi, meralat
informasi yang salah, dan memohon maaf kepada pihak-pihak yang telah dirugikan akibat
kasus rekayasa ini.
B. Kasus Antasari Azhar
Terdapat beberapa indikasi adanya pelanggaran kode etik jurnalistik dalam
pemberitaan tentang Antasari Azhar. indikasi pelanggaran tersebut dapat dilihat dari
pemberitaan yang kurang berimbang karena hanya menggunakan pernyataan dari pihak
kepolisian saja. Selain itu, narasumber yang dipakai hanya narasumber sekunder saja,
misalnya keluarga Rani dan tetangga Rani, bukan dari narasumber utama. Menanggapi hal
tersebut, Deputy Director News and Sports TV ONE Nurjaman Mochtar mengatakan, polisi
2015
13
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sebagai aparat hukum tentu sudah mempunyai bukti-bukti yang kuat sebelum menetapkan
Antasari sebagai tersangka.
Pihak Kepolisian menetapkan Ketua KPK Antasari Azhar sebagai tersangka dalam
kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen.Pemberitaan
mengenai kasus Antasari seputar cinta segitiga antara Antasari, Nasrudin dan Rani,
spekulasi motif pembunuhan, hingga berbagai spekulasi tentang konspirasi berbagai pihak
dalam kasus tersebut. Pemberitaan media tentang kasus Antasari cukup marak hingga
menjadi berita utama di beberapa media, mengalahkan pemberitaan koalisi partai-partai
politik.
Pasal 4 Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Penafsiran
a)
Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal
yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
b)
Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.
c)
Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
d)
Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis
atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.
e)
Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu
pengambilan gambar dan suara.
Sebagai organisasi profesi, dihimbau kepada jurnalis untuk mengacu kepada Kode
Etik Jurnalistik seperti diamanatkan oleh Pasal 7 Ayat 2 Undang-Undang Pers. Sebagai
media yang hidup di ranah publik, para jurnalis diharapkan senatiasa tetap menjaga
independensi, dan bekerja menggunakan standar profesionalisme yang berlaku di dunia
jurnalistik, antara lain dengan menyajikan berita secara berimbang. Dalam rangka melayani
hak masyarakat untuk tahu (rights to know), tanggungjawab profesional seorang wartawan
bukan hanya kepada pemilik, tetapi terutama sekali adalah kepada publik
C . Kasus Luna Maya
Kasus Luna maya dalam penyampaian berita tidak berimbang. Media terus menerus
memojokkan Luna Maya. Seakan-akan dia yang paling bersalah dalam kasus ini. Luna
maya disalahkan karena menulis kata-kata kasar yang menjelekkan wartawan Infotainment
di account twitternya. Media menggiring opini publik bahwa Luna maya yang bersalah.
Pemberitaan tidak netral dari kedua belah pihak antara Luna maya dan PWI. Dalam kasus
ini berat sebelah. Seharusnya sesuai kode etik jurnalistik semua pihak berhak mendapatkan
kesempatan yang sama. Media , khususnya televisi tampak tidak berimbang dalam
2015
14
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
membahas masalah ini, terlebih lagi pihak infotainment, mereka hanya membesar-besarkan
sikap dan perkataan Luna Maya tanpa membahas latar-belakang dan alasan yang membuat
Luna terpancing, yaitu perilaku dan arogansi para wartawan infotainment sendiri.
Sebagai organisasi profesi, dihimbau kepada jurnalis untuk mengacu kepada Kode
Etik Jurnalistik seperti diamanatkan oleh Pasal 7 Ayat 2 Undang-Undang Pers. Sebagai
media yang hidup di ranah publik, para jurnalis diharapkan senatiasa tetap menjaga
independensi, dan bekerja menggunakan standar profesionalisme yang berlaku di dunia
jurnalistik, antara lain dengan menyajikan berita secara berimbang. Dalam rangka melayani
hak masyarakat untuk tahu (rights to know), tanggungjawab profesional seorang wartawan
bukan hanya kepada pemilik, tetapi terutama sekali adalah kepada publik. Dan melanggar
kode etik jurnalistik yaitu Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independensi ,
menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikan buruk Berimbang berarti
semua pihak mendapat kesempatan yang setara.
Selain kasus di atas masih banyak kasus pelanggaran lainnya yang dilakukan oleh
media elektronik, televise yang membuat Komisi Penyiaran Indonesia harus memberikan
teguran bahkan sangsi kepada pihak yang melanggar.
2015
15
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Armada Sukardi, W ina. 2007.C l o s e U p S e p e r e m p a t A b a d P e l a k s a n a a n
K o d e E t i k Jurnalistik. Jakarta: Dewan Pers
Bill Kovach & Tom Rosenstiel. 2001. The Elements of Journalism. New York: Crown
Publishers
Girsan, Juniver, 2007. Penyelesaian Sengketa Pers. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sumadira Haris, 2008, Jurnalistik Indonesia, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
2015
16
PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI
Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download