BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akhir-akhir ini mengakibatkan makin kompleksnya sektor kelembagaan ekonomi dan inovasi ekonomi yang berkembang. Peran serta lembaga keuangan baik perbankan maupun non perbankan sangat dibutuhkan terutama yang berkaitan langsung dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kondisi makroekonomi negara yang membaik harus memperhatikan kondisi mikroekonomi, seperti bagaimana kredit itu disalurkan ke bidang yang produktif sehingga kondisi makroekonomi dapat terjaga. Sisi mikroekonomi dapat dilihat dari perkembangan sektor industri kendaraan bermotor. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka berbagai cara yang harus ditempuh oleh pemerintah salah satu diantaranya adalah dengan memberikan kredit agar supaya masyarakat mampu meningkatkan kegiatan usaha yang produktif. Peningkatan usaha inilah yang nantinya akan berdampak terhadap peningkatan penyediaan prasarana usaha mereka. Salah satu diantaranya adalah dengan penyediaan motor baik secara pribadi maupun motor milik perusahaan. 1 Fenomena yang terjadi saat ini adalah kemudahan untuk membeli sepeda motor dengan jalur kredit. Hal itu dapat dilihat dengan padatnya jalan raya oleh sepeda motor dan iklan-iklan dealer penjualan sepeda motor yang memberikan kemudahan pembelian melalui jalur kredit dengan syarat yang sederhana. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (2005) mencatat tingkat penjualan sepeda motor terus meningkat tahun 1999 sebesar 687.050 unit meningkat mencapai 2.466.457 unit pada periode Januari-Juni 2005. Penjualan sepeda motor tersebut sebanyak 70 persen melalui jalur kredit (Dewi, 2005). Minat masyarakat terhadap permintaan kredit sepeda motor cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: tingkat suku bunga yang stabil, persyaratan kredit yang mudah, dan tingkat pendapatan masyarakat yang makin meningkat. Meningkatnya permintaan pembelian sepeda motor secara kredit membuat peranan bank dan lembaga keuangan bukan bank untuk membuat terobosan baru di dalam usaha untuk memenuhi keinginan masyarakat yaitu dengan cara memberikan kredit pembelian sepeda motor. Penyaluran kredit konsumsi sepeda motor atau kredit sepeda motor dilakukan oleh beberapa lembaga keuangan seperti bank dan perusahaan pembiayaan (multifinance). Beberapa perusahaan pembiayaan memperoleh dana yang digunakan untuk membiayai likuiditasnya dari bank, pinjaman ini berupa kredit konsumsi bank untuk disalurkan kembali kepada konsumen. Hal 2 ini membuat kredit konsumsi ini menjadi lahan usaha yang potensial bagi perusahaan pembiayaan untuk menyalurkan dana yang telah diperoleh dari Bank kepada konsumen, untuk menghasilkan profit. Perusahaan pembiayaan menjadikan alasan keuntungan sehingga memberikan pintu kemudahan bagi konsumen untuk mendapatkan sepeda motor melalui jalur kredit. Persaingan usaha juga memberikan peluang untuk memberi kemudahan penyaluran kredit. Sebab, dana yang diperoleh perusahaan pembiyaan merupakan dana pinjaman dari bank yang juga dikenakan bunga, sebagai opportunity cost dari dana yang dipinjamkan. Tingginya permintaan sepeda motor di Indonesia dipacu oleh perusahaan pembiayaan yang mengucurkan dananya untuk pembiayaan pembelian sepeda motor. Menurutnya, diperkirakan sekitar 30 bank (pemerintah maupun swasta) dan sekitar 121 perusahaan pembiayaan yang mengalokasikan sebagian dananya untuk pembiayaan sepeda motor (Miranti, 2004). Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul : “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR DI KOTA MAKASSAR”. 3 1.2 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah tingkat pendapatan, tingkat bunga, jangka waktu pengembalian kredit, dan harga sepeda motor menjadi faktor yang mempengaruhi permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: - Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendapatan terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar - Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh biaya angsuran terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar - Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harga terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar - Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jangka waktu pengembalian kredit terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar. 4 1.3.2 Manfaat Penelitian a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar. b. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar c. Dapat menjadi masukan bagi peneliti – peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Tinjauan teoritis pada bab ini berisikan teori-teori yang relevan terhadap penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar. 2.1.1 Perkembangan Model Konsumsi Model Konsumsi atau permintaan terhadap suatu komoditi yang melibatkan variabel harga, kuantitas, dan pengeluaran dimulai oleh Stone (1954) dalam Deaton (1980) dengan menggunakan fungsi permintaan logaritma. Selanjutnya Barten (1966) dalam deaton (1980) mengembangkan fungsi permintaan Logaritma Stone dengan menggunakan derivasi parsial terhadap fungsi tersebut yang kemudian disebut Rotterdam model. Sebelum Stone memulai penelitiannya, Engel (1859) dalam Deaton (1980) adalah salah seorang peneliti yang memulai penelitian tentang kaitan antara pendapatan dan kuantitas konsumsi. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa rumah tangga dengan pendapatan rendah atau rumah tangga miskin memiliki kontribusi terbesar untuk konsumsi makanan, sebaliknya rumah tangga dengan pendapatan lebih baik atau rumah tangga tidak miskin memiliki 6 kontribusi untuk konsumsi makanan lebih rendah dibandingkan konsumsi nonmakanan. Deaton dan Muellbauer (1980) mengembangkan teorema Engel dengan memasukkan efek harga ke dalam persamaan fungsi permintaan. Model fungsi permintaan yang dikembangkan selanjutnya disebut Almost Ideal Demand System (AIDS) model. Model ini dibangun berdasarkan fungsi biaya yang didefinisikan sangat spesifik sehingga dapat mewakili struktur preferensi individu. Dengan struktur preferensi ini dimungkinkan dilakukannya agregasi dari tingkat mikro sampai level yang lebih tinggi secara konsisten. Model Permintaan AIDS (Almost Ideal Demand System) berdasarkan fungsi biaya yang menunjukkan biaya minimum dari kebutuhan konsumen dalam memaksimalkan utilitasnya pada tingkat dan harga tertentu. Berdasarkan model AIDS maka harga merupakan jembatan yang menghubungkan antara sisi permintaan dan penawaran. Model AIDS selanjutnya mengukur besaran perubahan permintaan akibat perubahan harga. Selanjutnya pada level agregat yaitu pada tingkat pasar, perubahan permintaan akan mempengaruhi persediaan atau stok barang. Kondisi ini akan berlaku jika tidak terjadi rentang waktu ketersediaan barang di pasar. Pada kenyataannya untuk beberapa komoditi ketersediaan barang atau stok sangat tergantung pada rentang waktu. Dengan kuantitas produksi atau stok terbatas tersebut membuat 7 konsumen secara bersama-sama akan menetukan harga, sehingga sisi penawaran menjadi aspek utama dalam memenuhi tingkat kepuasan. Berdasarkan keterbatasan di atas, Eales dan Unnevhr (1994) dengan menggunakan fungsi biaya membangun sebuah model invers yang identik dengan AIDS. Model tersebut adalah IADS (Invers Almost Ideal System) yang menggunakan kuantitas konsumsi sebagai pengganti harga dalam persamaan AIDS. Meskipun demikian model AIDS telah diaplikasikan dan menghasilkan temuan yang sangat baik di beberapa penelitian, dan secara teoritis telah mempengaruhi tingkat konsumsi. Dalam bentuk agregasi keterbatasan dari model AIDS pada dasarnya akan mereduksi minimal, dikarenakan secara umum komoditi makanan pada level agregasi tersedia di tingkat pasar dan tidak terpengaruh oleh rentang waktu. 2.1.2 Teori Permintaan Dari segi ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda dengan pengertian yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari, permintaan diartikan secara absolut yaitu menunjukkan jumlah barang yang dibutuhkan, sedangkan dari sudut ilmu ekonomi permintaan mempunyai arti apabila didukung oleh daya beli konsumen yang disebut dengan permintaan efektif. Jika permintaan hanya didasarkan atas kebutuhan saja dikatakan sebagai permintaan absolut (Nicholson, 1995). 8 Kemampuan membeli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu, pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan oleh seseorang berubah, maka jumlah barang yang diminta juga akan berubah. Demikian juga halnya apabila harga barang yang dikehendaki berubah maka jumlah barang yang dibeli juga akan berubah (Sudarsono, 1990). Terdapat dua model dasar permintaan yang berkaitan dengan harga, pertama adalah kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga (substitusi atau komplementer). Bila kenaikan harga suatu barang menyebabkan permintaan barang lain meningkat (hubungan positif), disebut barang substitusi (Nicholson, 1995). Apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian terhadap barang lain dengan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan penurunan permintaaan barang-barang substitusinya, dimana barang substitusi adalah barang yang dapat berfungsi sebagai pengganti barang lain (Nicholson, 1995). Dan bila dua jenis barang saling melengkapi, penurunan harga salah satunya mengakibatkan kenaikan permintaan akan yang lainnya dan sebaliknya jika terjadi kenaikan harga salah satunya akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap barang yang lainnya. Bila kenaikan harga suatu barang menyebabkan permintaan barang lain menurun (hubungan negatif), maka disebut barang 9 komplementer (Nicholson, 1995). Kedua adalah kenaikan harga menyebabkan pendapatan real para pembeli berkurang (Sukirno, 2002). Dalam analisis ekonomi diasumsikan bahwa permintaan suatu barang sangat dipengaruhi oleh harga dari barang itu sendiri (ceteris paribus). Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, antara lain; harga barang itu sendiri, harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan masyarakat, cita rasa masyarakat dan jumlah penduduk maka dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh banyak variabel (Nicholson, 1991). Teori permintaan diturunkan dari prilaku konsumen dalam mencapai kepuasan maksimum dengan memaksimumkan kegunaan yang dibatasi oleh anggaran yang dimiliki. Hal ini tentu dapat dijelaskan dengan kurva permintaan, yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah maksimum dari barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga alternatif pada waktu tertentu (ceteris paribus), dan pada harga tertentu orang selalu membeli jumlah yang lebih kecil bila mana hanya jumlah yang lebih kecil itu yang dapat diperolehnya. Sudarsono (1990), mengelompokkan kerangka pemikiran Marshall bersifat parsial karena berdasarkan konsep ceteris paribus dimana permintaan dianggap sebagai kurva. Sementara itu Leon Walras lebih bersifat general karena memasukkan semua variabel yang mempengaruhi jumlah barang yang 10 diminta. Sejalan dengan pemikiran Walras, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya. Lipsey, Steiner dan Purvis (1993) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat permintaan (determinant of demand) adalah: 1. Harga komoditi itu sendiri; 2. Rata-rata penghasilan; 3. Harga komoditi yang berkaitan; 4. Selera (taste); 5. Distribusi pendapatan di antar rumah tangga; dan 6. Besarnya populasi. Sudarsono (1980), mengatakan bahwa tujuan dari teori permintaan adalah mempelajari dan menentukan berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan. Faktor-faktor yang dimaksud adalah harga barang itu sendiri, harga barang lainnya (bersifat substitusi atau komplementer), pendapatan dan selera konsumen. Disamping variabel-variabel yang disebutkan diatas, maka distribusi pendapatan, jumlah penduduk, tingkat preferensi konsumen, kebijaksanaan pemerintah, tingkat permintaan dan pendapatan sebelumnya turut juga mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang. Selanjutnya Reksoprayitno (2000), memilah perkembangan teori permintaan konsumen atas dua bagian yaitu; teori permintaan statis dan teori 11 permintaan dinamis. Teori permintaan statis dinamakan juga sebagai teori permintaan tradisional, yang memusatkan perhatiannya pada prilaku konsumen serta beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaannya. Faktor-faktor ini antara lain adalah; harga barang yang diminta, harga barang lainnya, tingkat pendapatan dan selera. Teori permintaan statis ini didasarkan pada beberapa asumsi yaitu; permintaan pasar merupakan total permintaan perseorangan (individu), konsumen berperilaku rasional, sementara harga dan pendapatan dianggap tetap dan yang termasuk dalam teori permintaan statis ini adalah teori utilitas ordinal (ordinal utility theory) dan teori kardinal utilitas (cardinal utility theory). 2.1.2.1 Hukum Permintaan Dalam teori ekonomi besarnya permintaan atas suatu barang biasanya dihubungkan dengan tingkat harganya. Faktor selain harga dianggap tidak mengalami perubahan. Sifat hubungan diantara tingkat harga suatu barang dengan jumlah permintaan atas barang tersebut disebut hukum permintaan. Hukum permintaan menyatakan, “Jika harga suatu barang naik, maka jumlah yang diminta akan barang tersebut turun. Dan jika harga suatu barang turun, maka jumlah yang diminta barang tersebut naik, cateris paribus” (Sadono, 2003). 2.1.2.2 Elastisitas Permintaan Dalam analisis ekonomi, secara teori maupun dalam praktek seharihari,adalah sangat berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana resposifnya 12 permintaan terhadap perubahan harga. Oleh sebab itu perlu dikembangkan satu pengukuran kuantitatif yang menunjukkan sampai di mana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan. Ukuran ini dinamakan elastisitas permintaan. Suparmoko membagi atas tiga elastisitas permintaan, yaitu elastisitas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand), dan elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of demand). Elastisitas permintaan terhadap harga, mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harganya berubah. Jadi elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan asumsi ceteris paribus. Nilai elastisitas permintaan terhadap harga merupakan hasil bagi antara persentase perubahan harga. Nilai yang diperoleh tersebut merupakan suatu besaran yang menggambarkan sampai berapa besarkah perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila dibandingkan dengan perubahan harga (Sugiarto, 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan yaitu banyaknya barang pengganti yang tersedia, jumlah penggunaan barang tersebut, besarnya persentase pendapatan yang dibelanjakan dan jangka waktu dimana permintaan itu di analisis (Tri Kunawangsih dan Antyo Pracoyo, 2006). Koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan atas suatu komoditas sebagai akibat dari perubahan pendapatan konsumen dikenal 13 dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan. Elasisitas permintaan terhadap pendapatan merupakan suatu besaran yang berguna untuk menunjukkan responsivitas konsumsi suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan (income) (Sugiarto, 2005). 2.1.3 Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI), sebagai bank sentral yang memiliki otoritas penuh atas pengambilan keputusan mengenai moneter dan memiliki beberapa piranti moneter, berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang (UU) No.3 tahun 2004 yaitu operasi pasar terbuka (OPT), giro wajib minimum (GWM), penetapan tingkat diskonto, pengaturan kredit atau pembiayaan. Seluruh piranti tersebut akan dibuat dengan menetapkan sasaran moneter yaitu base money dengan memperhatikan perkembangan suku bunga. Selanjutnya operasi pasar terbuka (OPT) dilaksanakan berdasarkan piranti yang dimiliki oleh Bank Indonesia (Bank Indonesia, 2005), yaitu : 1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2. Surat Utang Negara (SUN) 3. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI) 4. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) 5. SBI Repo 6. Fine Tune Operation 7. Sterilisasi Valas 14 Piranti OPT yang dimiliki oleh Bank Indonesia itu seluruhnya dimaksudkan untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Dari beberapa piranti OPT, Bank Indonesia memiliki piranti utama yaitu SBI. Dari piranti utama ini Bank Indonesia mengandalikan jumlah uang yang beredar dengan menetapkan suku bunga, yang lebih dikenal dengan suku bunga SBI. Suku bunga SBI ditetapkan oleh BI dengan mengikuti perkembangan perekonomian Indonesia, seperti mengikuti tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sesuai dengan tugas BI untuk menjaga tingkat inflasi dengan konsep inflation targeting framework Bank Indonesia. Kemudian suku bunga SBI dijadikan acuan oleh lembaga keuangan seperti bank dan perusahaan pembiayaan. Bank menjadikan acuan dalam menentukan suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan dan oleh lembaga keuangan dijadikan untuk suku bunga pembiayaan. Suku bunga merupakan opportunity cost of holding money, sehingga bila suku bunga meningkat maka keinginan memegang uang menurun (Boediono, 1985). Suku bunga pinjaman juga dapat juga disebut suku bunga kredit, Djinarto (2000) dalam Risdwianto (2004) mengemukakan beberapa pendapat yang menentukan tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan oleh perbankan yaitu : 1. Profit Margin yaitu persentase rentang keuntungan yang ingin didapatkan bank pada kebijakan harga kredit yang ditujukan untuk memperoleh return on asset. 15 2. Cost to Service yaitu persentase yang dibebankan atas biaya yang dikeluarkan oleh penghimpun dana serta admistrasi rekening dana dan pinjaman. 3. Credit Premium yaitu penambahan evaluasi kemungkinan terjadinya resiko dimana kredit tidak terbayar oleh debitur. 4. Cost of Fund yaitu hasil murni suku bunga dengan mempertimbangkan asset dana yang bisa dipinjamkan. 2.1.3.1 Bank dan Perusahaan Pembiayaan Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, dijelaskan bahwa bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Perbankan Indonesia menganut dual banking system, yaitu mengenal bank umum konvensional dan bank umum syariah. Bank umum yang konvensional mengenal suku bunga dalam kegiatan operasionalnya. Bank umum syariah sendiri adalah bank yang dijalankan dengan sistem Islam, sehingga mengharamkan suku bunga dalam kegiatan operasional mereka. Bank menghimpun dana dari masyarakat dengan memberikan persentase tertentu dalam bentuk suku bunga yang dihitung berdasarkan jumlah dana yang mereka simpan, dan kemudian ditambahkan ke dalam dana mereka. Suku bunga juga diberlakukan oleh bank untuk semua pinjaman dana yang dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk persentase tertentu yang ditambahkan ke dalam dana 16 yang pinjam oleh masyarakat dan harus dibayarkan oleh masyarakat dalam periode waktu yang disepakati dengan pihak bank. Perusahaan pembiayaan atau multifinance memperoleh dana dengan cara menerbitkan surat berharga (saham) dan obligasi atau meminjam dari bank, dan digunakan dalam proses memberikan pinjaman (sering dalam jumlah kecil) untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan bisnis. Ada tiga tipe dari perusahaan pembiayaan, yaitu (1) sales finance companies yang dimiliki oleh perusahaan ritel atau manufaktur dan memberikan pinjaman kepada konsumen untuk membeli barang dari perusahaan tersebut, (2) costumer finance company memberikan pinjaman kepada konsumen untuk membeli barang seperti furniture atau alat-alat rumah, untuk meningkatkan kegunaan rumah, atau untuk membantu membiayai pinjaman kecil, dan (3) business finance companies menyediakan kredit dalam bentuk khusus untuk bisnis dengan membuat pinjaman (Mishkin, 2001). Perusahaan pembiayaan berbeda dengan bank dalam penghimpunan dana, bank menghimpun dana dari masyarakat sedangkan perusahaan pembiayaan mendapatkan dana dari penerbitan obligasi atau pinjaman dari bank sebelum disalurkan ke konsumen. Perusahaan pembiayaan dapat dikatakan adalah pihak kedua sebelum menyalurkan kredit dari bank ke masyarakat. Dalam hal ini perusahaan pembiayaan sebagai debitur dan bank sebagai kreditur, kemudian perusahaan pembiayaan menjadi kreditur saat menyalurkan kredit kepada konsumen. 17 2.1.3.2 Pengertian Kredit Perkataan “kredit“ berasal dari bahasa Yunani “Credere“ yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin “Creditum“ yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Pengertian kredit ini kemudian berkembang dalam kehidupan sehari-hari dengan definisi yang lebih luas dan agak lain dari kata asalnya (Dana F Kellerman, 1971; 237). Selanjutnya Kohler’s (1987), kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan ditangguhkan pada suatu jangka waktu tertentu, yang telah disepakati. Dalam UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari perkataan kredit tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa seorang memperoleh kredit atas dasar adanya kepercayaan terhadap permohonan memenuhi kewajibannya. Perkataan kredit sekarang ini sudah sangat dikenal luas dalam kehidupan masyarakat, hal ini disebabkan karena sudah begitu banyaknya barang-barang yang beredar dipasaran yang dapat diperoleh dalam fasilias kredit. 18 Produk bank dari sisi aktiva adalah perkreditan. Kredit-kredit yang termasuk produk bank diantaranya (Dendawijaya, 2001), adalah sebagai berikut: 1. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah kredit (debitor) untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan debitur. 2. Kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah kredit (debitor) untuk membiayai pembelian barang modal (investasi). 3. Kredit konsumsi, yaitu fasilitas kredit yang diberikan bank kepada debitor untuk keperluan pembelian barang-barang konsumsi yang diperlukan debitor. Rachmat dan Maya (2000) dalam Risdwianto (2004) menyatakan fungsi kredit pada dasarnya merupakan pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat untuk mendorong dan melancarkan proses perdagangan, melancarkan dan mendorong produksi, jasa-jasa, dan konsumsi. Jika dijabarkan dengan lebih terinci fungsi dari kredit adalah sebagai berikut : 1. Kredit digunakan untuk memajukan arus tukar menukar barangbarang dan jasa. 2. Kredit dapat digunakan untuk mengubah dana yang tidak produktif menjadi dana yang produktif. 3. Kredit sebagai alat pengendalian harga. Peningkatan jumlah uang yang beredar pada masyarakat dapat dilakukan dengan 19 mempermudah dan mempermurah pemberian kredit kepada masyarakat. 4. Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan utilitas dari potensipotensi ekonomi yang ada. Kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) timbul karena kegagalan pihak debitor dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar sisa pembayaran (cicilan) pokok kredit yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit (Dendawijaya, 2001). Kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat BI, pertama adalah kredit lancar yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga. Kedua adalah kredit kurang lancar, kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang diperjanjikan. Ketiga, kredit diragukan yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama enam bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan. Kemudian keempat adalah kredit macet, kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pengembalian bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan. 2.1.3.3 Penawaran dan Permintaan Kredit Penawaran dan permintaan kredit dapat dijelaskan melalui gambar dan model. Pada sumbu tegak menggambarkan harga dari kredit yaitu suku 20 bunga, Boediono (1985) menjelaskan bahwa suku bunga merupakan biaya dari memegang uang khususnya merupakan biaya imbangan. Sehingga dalam grafik, sumbu tegak menggambarkan suku bunga dalam persen dan sumbu datar menggambarkan kuantitas kredit dalam mata uang berlaku. Suku Bunga Kredit (r) % Kuantitas Kredit (L) Gambar 2.1. Keseimbangan Penawaran dan Permintaaan Kredit Keseimbangan penawaran dan permintaan kredit terjadi pada titik E, dimana penawaran sebesar Sc dan permintaan sebesar Dc. Dengan suku bunga sebesar r0 persen dan kredit sebesar L0 unit mata uang (Gambar 2.1). Penurunan kredit akibat faktor-faktor permintaaan merupakan sesuatu yang terjadi ketika perekonomian suatu bangsa mengalami kelesuan (resesi) (Rahmawati, 2005). Dari sisi makro perusahaan, masalah struktural seperti penyesuaian untuk mengurangi rasio utang terhadap modal (debt-equity 21 ratio) yang meningkat akibat krisis merupakan penyebab turunnya permintaan kredit. Adanya ketidakpastian (uncertain) dan iklim berusaha (business confidence) yang rendah juga merupakan penyebab rendahnya keinginan untuk melakukan investasi sehingga permintaan kredit juga mengalami penurunan. Penurunan kredit dari sisi penawaran disebabkan oleh turunnya keinginan bank untuk memberikan pinjaman. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan menurunnya keinginan perbankan untuk memberikan kredit dapat bersumber dari faktor internal mupun eksternal. Faktor internal berupa rendahnya kualitas asset perbankan, tingginya NPL, dan anjloknya modal perbankan akibat depresiasi serta negative interest margin akan menurunkan kemampuan bank untuk member kredit. Faktor eksternal berupa menurunnya kelayakan kredit (creditsworthiness) dari debitur akibat melemahnya kondisi keuangan perusahaan, sehingga bank akan mengalami kesulitan untuk membedakan tingkat kelayakan kredit dari debitur. Intinya adalah asymetric information yang menyebabkan bank mengurangi volume kredit mereka. Keengganan bank untuk menyalurkan kredit seringkali tidak diikuti dengan kenaikan suku bunga (price credit rationing), melainkan diikuti oleh pengurangan kredit secara kuantitas (non-price credit rationing). 22 2.1.3.4 Resiko Kredit Penyaluran kredit meski dijalankan sesuai prosedur masih memiliki resiko. Resiko dalam penyaluran kredit yang biasa terjadi adalah ketidaksimetrisan informasi (asymetric information) antara pemilik dana (kreditur) dan peminjam dana (debitur). Mishkin (2001) menggolongkan asymetric information dalam dua hal yaitu adverse selection dan moral hazard, kedua hal tersebut merupakan kesalahan penyaluran dan penggunaan kredit yang akan merugikan kreditur dikemudian hari, jika tidak memberikan kredit secara hati-hati (prudent). Asymetric information merupakan aspek penting dalam pasar keuangan. Adverse selection adalah masalah penyaluran kredit sebelum transaksi dilakukan (Mishkin, 2001). Masalah ini timbul karena pihak kreditur tidak melakukan penyaringan calon debitur secara baik dan benar. Kebanyakan calon debitur akan melakukan segala cara menutupi riwayat keuangan yang buruk. Membuat kreditur melihat sisi terluar dari debitur yang sudah dipoles, namun belum tentu baik didalam. Ini membuat debitur yang tidak baik dengan riwayat keuangan yang buruk akan mudah memperolah dana, namun akan sulit saat pengembalian. Perilaku yang dilakukan oleh debitur ini tentu akan merugikan kreditur. Moral hazard, merupakan masalah lain dalam asymetric information. Masalah penyaluran kredit setelah kontrak terkait dengan penggunaan dana pinjaman oleh debitur. Debitur melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai kontrak yang penuh dengan resiko yang akan membahayakan 23 keuangan debitur, kemudian menimbulkan kerugian pada pihak kreditur. Hal ini terjadi karena debitur merasa bahwa yang akan menanggung kerugian terbesar atas tindakannya adalah kreditur. Penyelesaian masalah adverse selection dan moral hazard dalam pasar keuangan (Mishkin, 2001) dapat dilakukan dengan cara pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Penyelesaian Masalah Adverse Selection dan Moral Hazard untuk Pinjaman. Adeverse Selection 1. Membuat informasi yang rahasia dan selektif 2. Peraturan pemerintah 3. Intermediasi keuangan 4. Jaminan dan kekayaan bersih Sumber: Mishkin, 2004 2.2 Moral Hazard 1. Kekayaan bersih (asset dikurangi kewajiban debitur) 2. Monitoring and enforcement of restriction 3. Intermediasi keuangan Tinjauan Empiris Fransiska dengan judul : Prosedur Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Ahmad Yani Makassaar, Skripsi Ekonomi STIM Nitro (2001) hasil penelitiannya bahwa : Dapat diperoleh melalui suatu prosedur seperti, mengajukan besarnya kredit, mendapat persetujuan dari bank, wawancara dengan pihak bank, dan menandatangani perjanjian kredit dengan pihak bank. 24 Edwin Nizal dengan judul : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Pemilikan Mobil, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (2008) hasil penelitiannya bahwa : Tingkat suku bunga berpengaruh terhadap Kredit Kepemilikan Mobil (KPM), di mana lebih rendah suku bunga, maka tingkat permintaan Kredit Pemilikan Mobil (KPM) semakin tinggi. Kredit Kepemilikan mobil sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat, di mana semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka semakin tinggi pula permintaan Kredit Pemilikan Mobil (KPM) karena masyarakat dapat menjangkau harga mobil. 2.3 Kerangka Pikir Untuk memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut ini gambar kerangka pikir tersebut. 25 Pendapatan Biaya Angsuran Permintaan Kredit Sepeda Motor Jangka Waktu Pengembalian Kredit Harga Tunai Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian ini menggunakan variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat), berdasarkan pengamatan peneliti dalam kaitan permintaan dan acuan penelitian terdahulu, variabel independen dalam penelitian ini adalah pendapatan, biaya angsuran, jangka waktu pengembalian kredit, dan harga tunai sepeda motor sebagai variabel lain yang diangkat peneliti dan acuan penelitian terdahulu lainnya, dimana keempat variabel independen tersebut akan dilihat sejauh mana mempengaruhi permintaan kredit sepeda motor sebagai variabel dependen. 26 2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan atau di uji secara empiris. Berdasarkan latar belakang dan teori-teori yang diuraikan sebelumnya maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Diduga bahwa pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makasssar Diduga bahwa biaya angsuran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar Diduga bahwa jangka waktu pengembalian kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar. Diduga bahwa harga tunai sepeda motor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan kredit di Kota Makassar 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari konsumen untuk mendapatkan data yang diperlukan, melalui : a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan terhadap obyek. b. Interview (wawancara), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung secara lisan terhadap responden. c. Kuesioner, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh masyarakat sebagai responden. Data primer bersumber dari para konsumen yang mengambil kredit sepeda motor yang diperoleh langsung di Kota Makassar. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian adalah datadata yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang berfungsi sebagai data pendukung, yaitu: a. Buku ataupun laporan-laporan hasil penelitian yang pernah dilakukan, sepanjang masih ada hubungannya dengan tujuan penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik. 28 b. Data-data dari BPS yang berkaitan dalam menunjang dan pencapaian tujuan. 3.2 Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah jumlah dari keseluruhan dari unit atau obyek analisa yang ciri-ciri karakteristiknya hendak diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah yang konsumen mengambil kredit sepeda motor di Kota Makassar. Penyekatan populasi berdasarkan dealer sepeda motor, sebanyak lima dealer. Untuk setiap dealer diambil 20 contoh. 3.2.2 Sampel Sampel adalah bagian populasi sebagai wakil yang hendak diselidiki. Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan metode sampel acak sederhana (simple random sampling) kepada konsumen yang memiliki kredit sepeda motor. Dalam penelitian ini jumlah contoh yang diambil sebanyak 100 pemilik sepeda motor kredit. Sampel berjumlah 100 orang dianggap dapat mencerminkan karakteristik populasi. Responden ditemui di tempat tinggalnya. Hal tersebut menjadi pertimbangan karena responden memiliki waktu luang untuk melakukan tanya jawab mengenai kuisioner. Jumlah sampel tersebut tergambar pada tabel distribusi sampel sebagai berikut: 29 Tabel 3.1 Tabel 3.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Kecamatan DISTRIBUSI SAMPEL Total Tamalate Rappocini Tallo Biringkanaya Dealer CJM 5 5 5 5 20 Dealer ADM 5 5 5 5 20 Dealer SJAM 5 5 5 5 20 Dealer MM 5 5 5 5 20 Dealer SC 5 5 5 5 20 25 25 25 25 100 TOTAL 3.3 KECAMATAN Metode Analisis Data Analisis data dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1. Analisis deskriptif Analisis deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Analisis deskriptif berupaya untuk memperoleh deskripsi yang lengkap dan akurat dari suatu situasi. Analisis deskriptif digunakan untuk mengemukakan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit sepeda motor dengan obyek penelitian adalah konsumen Kota Makassar. Data dikumpulkan meliputi data primer yang diperoleh dengan melakukan penelitian secara langsung terhadap responden di Kota Makassar dilengkapi dengan data sekunder yang diperoleh dari perpustakaan, BPS. 30 2. Analisis kuantitatif Yaitu metode yang didasarkan pada analisis variabel-variabel yang dapat dinyatakan dengan jelas atau menggunakan rumus yang pasti. Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit sepeda motor menggunakan model regresi linear berganda yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Model analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis inferensial, yaitu analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh pendapatan, jangka waktu pengambilan kredit, biaya angsuran dan harga tunai sepeda motor terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar yang dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut: Y = f (X1, X2, X3, X4) …………………………………………….(1) Secara eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi Cobb-Douglas berikut: Y = β0 X1 β1 X2 β2 X3 β3 X4 β4 eµ ………………………………………..(2) Untuk mengestimasi koefisien regresi, Feldstein (1988) mengadakan transformasi ke bentuk linear dengan menggunakan logaritma natural (ln) ke dalam model sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: Ln Y = Ln β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2+ β3 Ln X3 + β4 Ln X4+ µi……...(3) 31 dimana: Y : Permintaan Kredit Sepeda Motor di Kota Makassar Β0 : Konstanta β1, β2, β3, β4 : Parameter X1 : Pendapatan X2 : Biaya Angsuran X3 : Jangka Waktu Pengembalian Kredit X4 : Harga Tunai Sepeda Motor i 3.4 : Variabel Gangguan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan definisi operasional sebagai berikut: 1. Permintaan kredit sepeda motor (Y) adalah besarnya permintaan nilai kredit yang digunakan untuk membeli sepeda motor. Variabel permintaan kredit sepeda motor dinyatakan dalam rupiah perbulan. 2. Pendapatan (X1) adalah total penerimaan debitur secara keseluruhan. Variabel pendapatan dinyatakan dalam satuan rupiah perbulan. 3. Biaya Angsuran (X2) adalah biaya yang dibayar oleh debitur kepada kreditur tiap bulan untuk pelunasan kredit. Variabel biaya angsuran dinyatakan dalam rupiah perbulan. 32 4. Jangka Waktu Pengembalian Kredit (X3) adalah lamanya waku pengambilan kredit yang diberikan pihak kreditur kepada debitur dinyatakan dalam satuan bulan. 5. Harga Tunai Sepeda Motor (X4) adalah Jumlah uang yang dibutuhkan untuk membeli sebuah sepeda motor. Variabel harga dinyatakan dalam satuan rupiah. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1.1 Luas Wilayah Kota Makassar memiliki luas wilayah sekitar 175,77 Km2 atau kira-kira 0,28% dari luas provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah Kota Makassar yang tercatat 175,77 Km2 memiliki 14 kecamatan. Posisi kota Makassar terletak di bagian barat Provinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas adminstrasi sebagai berikut: Sebelah Utara (Kecamatan Biringkanaya) : Berbatasan dengan Kabupaten Maros. Sebelah Selatan (Kecamatan Tamalate) : Berbatasan dengan Kabupaten Gowa. Sebelah Timur (Kecamatan Manggala) : Berbatasan dengan Kabupaten Maros. Sebelah Barat (Kecamatan Tallo) : Berbatasan dengan Selat Makassar. Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan Biringkanaya dengan luas area 48,22 Km2 atau 27,43 persen dari luas kota Makassar. Berikutnya adalah Kecamatan Tamalanrea dengan luas wilayah sebesar 31,84 Km2 atau 18,11 persen dari luas Kota Makassar dan yang menempati urutan ketiga adalah Kecamatan Manggala 24,14 Km2 atau 13,74 persen dari luas Kota Makassar. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas paling kecil adalah Kecamatan Mariso dengan luas wilayah sebesar 1,82 Km2 atau 1,04 persen dari luas kota Makassar. Disusul dengan kecamatan Wajo sebesar 1,99 Km2 atau 1,13 persen dari luas Kota 34 Makassar. Dan kecamatan Bontoala merupakan kecamatan terkecil ketiga dengan luas wilayah sebesar 2,10 Km2 atau 1,19 persen dari luas Kota Makassar. Untuk memperjelas penjelasan tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Persentase Terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatan Di Kota Makassar (Km2) Kode Kecamatan Wil 010 Mariso 020 Mamajang 030 Tamalate 031 Rappocini 040 Makassar 050 Ujung Pandang 060 Wajo 070 Bontoala 080 Ujung Tanah 090 Tallo 100 Panakkukang 101 Manggala 110 Biringkanaya 111 Tamalanrea 7371 Makassar Sumber: Makassar dalam angka 2011 Luas Area (Km2) 1,82 2,25 20,21 9,23 2,52 2,63 1,99 2,10 5,94 5,83 17,05 24,14 48,22 31,84 175,77 Persentase Terhadap Luas Kota Makassar 1,04 1,28 11,50 5,25 1,43 1,50 1,14 1,19 3,38 3,32 9,70 13,73 27,43 18,11 100 4.1.1.2 Jumlah Penduduk Penduduk Kota Makassar tahun 2010 adalah sebebsar 1.339.473 jiwa yang terdiri dari 661.379 jiwa laki-laki dan 677.995 jiwa perempuan. Jumlah rumah tangga di Kota Makassar tahun 2010 mencapai 306. 306.879. Dengan Kecamatan Tamalate memiliki posisi nomor satu untuk jumlah penduduk terbesar di Kota 35 Makassar yakni sebanyak 170.878 jiwa pada tahun 2010. Sementara Kecamatan Biringkanaya menempati posisi kedua dengan jumlah penduduk sebesar167.741 jiwa pada tahun 2010, disusul dengan kecamatan Rappocini dengan jumlah penduduk sebesar 151.091 jiwa. Kecamatan yang memiliki jumlah rumah tanggan terbesar di Kota Makassar adalah Kecamatan Tamale dengan jumlah rumah tangga sebesar 41.298 rumah tangga. Disusul dengan Kecamatan Biringkanaya dengan jumlah rumah tangga sebesar 33.926 rumah tangga. Laju pertumbuhan penduduk di Kota Makassar yang paling tinggi untuk periode 2000-2010 adalah Kecamatan Biringkanaya dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 5,45 persen per tahun. Sedang kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan kecil adalah Kecamatan Bontoala dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar -0,83 persen per tahun. Berikut adalah tabel yang menunjukkan jumlah penduduk dan jumlah tangga di Kota Makassar. 36 Tabel. 4.2 Jumlah Penduduk , Laju Pertumbuhan Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata anggota Rumah Tangga Di Kota Makassar 2010. 010 Mariso 55.431 55.875 Laju Pertumbuhan Penduduk 2009-2010 0,56 12.026 Rata-rata anggota Rumah Tangga 5 020 Mamajang 61.294 58.998 -0,32 13.015 5 030 Tamalate 154.464 170.878 2,55 41.298 4 031 Rappocini 145.090 151.091 1,52 33.926 4 040 Makassar 84.143 81.700 -0,15 17.087 5 050 Ujung Pandang 29.064 26.904 -0,66 5.594 5 060 Wajo 35.533 29.359 -1,83 5.923 5 070 Bontoala 62.731 54.197 -0,83 11.074 5 080 Ujung Tanah 49.103 46.688 0,23 9.359 5 090 Tallo 137.333 134.294 -0,23 27.493 5 100 Panakkukang 136.555 141.382 0,98 33.758 4 101 Manggala 100.484 117.075 3,90 25.363 5 110 Biringkanaya 130.651 167.741 5,45 39.272 4 111 Tamanlanrea 90.473 103.192 2,02 30.879 3 7371 Makassar 1,65 306.879 4 Kode Wil Kecamatan Penduduk 2009 2010 1.274.473 1.339.473 Rumah Tangga Sumber: Makassar dalam angka 2011 Persebaran penduduk antar kecamatan relatif tidak merata. Hal ini Nampak dari tabel 4.3 di mana Kecamatan Tamalate memiliki jumlah penduduk terbesar di Kota Makassar atau 12,76 persen dari total penduduk namun luas wilayahnya hanya meliputi sekitar 11,50 persen dari total luas wilayah Kota Makassar. Dilihat dari 37 tingkat kepadatan penduduk, nampak pada tabel 4.3 bahwa Kecamatan Makassar memiliki kepadatan penduduk yang tertinggi yaitu 32.421 jiwa per km2 dan Kecamatan Tamalanrea memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu 3.241 jiwa per km2. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Makassar 2010 Kode Wil Kecamatan 1,04 55.875 Kepadatan Penduduk (org/Km2) 4,17 30.701 2,25 1,28 58.998 4,40 26.221 Tamalate 20,21 11,50 170.878 12,76 8.455 031 Rappocini 9,23 5,25 151.091 11,30 16.370 040 Makassar 2,52 1,43 81.700 6,10 32.421 050 Ujung Pandang 2,63 1,50 26.904 2,01 10.230 060 Wajo 1,99 1,14 29.359 2,19 14.753 070 Bontoala 2,1 1,19 54.197 4,04 25.808 080 Ujung Tanah 5,94 3,38 46.688 3,50 7.860 090 Tallo 5,83 3,32 134.294 10,02 23.035 100 Panakkukang 17,05 9,70 141.382 10,55 8.292 101 Manggala 24,14 13,73 117.075 8,74 4.850 110 Biringkanaya 48,22 27,43 167.741 12,52 3.479 111 Tamanlanrea 31,84 18,11 103.192 7,70 3.241 7371 Makassar 175,77 100 1.339.473 100 7.621 010 Mariso 020 Mamajang 030 Luas Area (Km2) 1,82 % Jumlah Penduduk % Sumber: Makassar dalam angka 2011 38 4.1.2 Karakterisitik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari 100 sampel yang diperoleh dari lima dealer sepeda motor di Kota Makassar yang mewakili tiga merk sepeda motor terlaris di Indonesia. Pengembalian data primer diambil secara langsung melalui tanya jawab dengan responden melalui kuisioner dengan pertanyaan terbuka (open question) yang tersebar di 4 (empat) kecamatan di Kota Makassar. Selanjutnya responden akan didistribusi berdasarkan kelompok umur, jenis pekerjaan, dan kuartil pendapatan. 4.1.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok umur yang dimaksud adalah orang yang mengambil kredit sepeda motor yang berumur 17-55 tahun ke atas. Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur Kelompok Umur Frekuensi 20-30 48 31-40 27 41-50 21 >51 4 Jumlah 100 Sumber: Data Primer 2012 (Diolah) Persentase 48 27 21 4 100 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas kelompok umurresponden yang berumur antara 21 tahun hingga 30 tahun sebanyak 48 persen atau 48 orang dari total seluruh responden. Responden yang berusia 31 tahun hingga 40 tahun sebanyak 27 persen atau 27 orang dari total seluruh responden, dan yang berusia 41 tahun hingga 50 tahun sebanyak 21 persen atau 21 orang dari total responden. Empat persen lainnya merupakan responden yang berusia lebih dari 50 tahun dari total seluruh responden. 39 4.1.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status pernikahan yang dimaksud adalah orang yang mengambil kedit sepeda motor yang telah menikah atau belum Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Status Frekuensi Persentase Belum Menikah 44 44 Menikah 66 66 Jumlah 100 100 Sumber: Data Primer 2012 (Diolah) Berdasrkan tabel di atas sebanyak 44 responden belum menikah dengan persentase 44% dari total seluruh responden. Dan 66 responden menikah atau 66% dari total seluruh responden. 4.1.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan yang dimaksud adalah orang yang mengambil kredit sepeda motor dalam golongan tenaga kerja yaitu angkatan kerja yang bekerja dan mempunyai penghasilan. 40 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi TNI/POLRI 2 PNS 19 Pegawai Swasta/BUMN 56 Guru 8 Wiraswasta 15 Jumlah 100 Sumber: Data Primer 2012 (Diolah) Persentase 2 19 56 8 15 100 Dari tabel 4.6 di atas sebanyak 2 responden berprofesi sebagai anggota TNI/POLRI atau 2 persen dari total seluruh responden. Sebanyak 19 responden atau 19 persen dari total seluruh responden berprofesi sebagai PNS. 56 responden atau 56 persen dari total seluruh responden memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Selanjutnya 8 responden atau 8 persen dari total seluruh responden bekerja sebagai Guru, dan 15 responden lainnya atau 15 persen dari total seluruh responden berprofesi sebagai wiraswasta atau memliki usaha sendiri. Tabel 4.6 memperlihatkan jenis pekerjaan sebagai wirausaha, responden yang memiliki pekerjaan ini sebanyak 15 persen. Sisanya responden yang memiliki pekerjaan, yang terdiri dari PNS dan TNI/ Polri sebanyak 2 persen, PNS 19 persen, pegawai swasta dan BUMN 56 persen, dan Guru 8 persen. Sehingga dapat disimpulkan pekerjaan dengan pendapatan yang tetap sebanyak 85 persen, dan sisanya berpenghasilan tidak tetap. 41 4.1.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kuartil Pendapatan. Pendapatan yang dimaksud Tabel 4.7 berikut ini adalah besaran pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja dan/usaha lain. Table 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Frekuensi < 1.000.000 18 1.000.001 - 2.000.000 51 2.000.001 - 3.000.000 19 3.000.001 - 4.000.000 6 4.000.001 - 5.000.000 4 > 5.000.000 2 Jumlah 100 Sumber: Data Primer 2012 (Diolah) Persentase 18 51 19 6 4 2 100 Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, responden yang memiliki pendapatan <1.000.000 sebanyak 18 responden atau 18% dari total seluruh responden. Responden terbanyak terdapat pada responden yang memiliki pendapatan antara 1.000.001 – 2.000.000 sebanyak 51 orang atau 51% dari total responden. Selanjutnya, pendapatan antara 2.000.001 – 3.000.000 sebanyak 19 responden atau 19% dari total responden. Pendapatan antara 3.000.000 - 4.000.0000 sebanyak 6 responden atau 6% dari total responden. Dan selanjutnya pendapatan antara 4.000.001-5.000.000 terdapat 4 responden atau 4% dari total seluruh responden. Sisanya responden dengan pendapatan >5.000.000 sebanyak 2 responden atau 2% dari total responden. 42 4.1.3 Hubungan Antara Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, permintaan kredit sepeda motor sangat dipengaruhi oleh pendapatan, biaya angsuran kredit sepeda motor, jangka waktu pengembalian kredit yang telah ditentukan oleh dealer, serta harga sepeda motor jika dilakukan pembayaran secara tunai. 4.1.3.1 Hubungan Antara Pendapatan Terhadap Permintaan Kredit Sepeda Motor Tabel 4.8 berikut ini adalah distribusi responden dilihat dari pendapatan dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor oleh masyarakat di Kota Makassar Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Responden Pendapatan Frekuensi Rp < 1.000.000 Rp. 1.000.001 - 2.000.000 Rp. 2.000.001 - 3.000.000 Rp. 3.000.001 - 4.000.000 Rp. 4.000.001 - 5.000.000 Rp. > 5.000.000 Jumlah Sumber: Data Primer 2012 (Diolah) 18 51 19 6 4 2 100 % 18 51 19 6 4 2 100 Jumlah Kredit Sepeda Motor Rata-rata % 1 1 1 2 2 3 10 10 10 10 20 20 30 100 Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa dari 100 responden (100%). Yang memiliki pendapatan < Rp. 1.000.000,- sebanyak 18 responden dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebanyak 1 unit. Kemudian dari 51 responden memiliki pendapatan antara Rp. 1.000.001,- sampai Rp. 2.000.000,- 43 mempunyai permintaan kredit sepeda motor sebanyak 1 unit, begitu juga dengan dengan 19 responden yang memiliki pendapatan berkisar Rp. 2.000.001,- sampai Rp. 3.000.000,- mempunyai permintaan kredit sepeda motor rata-rata sebesar 1 unit. Selanjutnya 6 responden memiliki pendapatan antara Rp. 3.000.001,- sampai Rp. 4.000.000,- mempunyai permintaan kredit sepeda motor rata-rata 2 unit. Dan 4 responden memiliki pendapatan antara Rp. 4.000.001 sampai Rp. 5.000.000,mempunyai permintaan kredit sepeda motor sebanyak 2 unit. Sisanya 2 responden yang memiliki pendapatan > Rp. 5.000.000,- mempunyai permintaan kredit sepeda motor rata-rata sebanyak 3 unit. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendapatan > Rp.5.000.000 mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor terbanyak. Dan responden yang memiliki pendapatan antara < Rp.1.000.000,- sampai Rp. 3.000.000,- mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor terendah. 4.1.3.2 Hubungan Antara Biaya Angsuran Kredit Terhadap Permintaan Kredit Sepeda Motor Tabel 4.9 berikut ini adalah distribusi responden dilihat dari biaya angsuran kredit setiap bulan dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor oleh masyarakat di Kota Makassar. 44 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Angsuran Kredit Kelompok Biaya Angsuran Kredit Responden Frekuensi Rp. 400.000 – Rp. 1.400.000 81 Rp. 1.400.001 – Rp. 2.400.000 16 Rp. 2.400.001 – Rp. 3.400.000 2 Rp. 3.400.001 – Rp. 4.400.000 1 Jumlah 100 Sumber: Data Primer 2012 (Diolah) % 81 16 2 1 100 Jumlah Kredit Sepeda Motor Rata-Rata % 1 12,5 2 25 2 25 3 37,5 8 100 Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden (100%). Dan yang mempunyai biaya angsuran antara Rp. 400.000 sampai Rp.1.400.000,- sebanyak 81 responden dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebesar 1 unit. 16 responden mempunyai biaya angsuran sebesar Rp. 1.400.001,- sampai Rp. 2.400.000,- dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebanyak 2 unit. Selanjutnya, 2 responden mempunyai biaya angsuran berkisar Rp.2.400.001,- sampai Rp. 3.400.000,- mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebesar 2 unit. Sisanya 1 responden mempunyai biaya angsuran antara Rp. 3.400.001,- sampai Rp. 4.400.000,- mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebanyak 3 unit. Hal tersebut menunjukkan bahwa 81 responden dari total 100 responden yang mempunyai biaya angsuran sebesar Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 1.400.000,- memiliki rata-rata permintaan kredit sepeda motor terendah sebanyak 1 unit. 3 responden dari total 100 responden memiliki biaya angsuran tertinggi antara Rp. 3.400.001 sampai 45 Rp. 4.400.000,- mempunyai rata-rata permintaan sepeda motor tertinggi yaitu sebanyak 3 unit. 4.1.3.3 Hubungan Antara Jangka Waktu Pengembalian Kredit Terhadap Permintaan Kredit Sepeda Motor Tabel 4.10 berikut ini adalah distribusi responden dilihat dari jangka waktu pengembalian kredit dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor oleh masyarakat di Kota Makassar Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Kredit Sepeda Motor Jangka Waktu Pengembalian Kredit Responden Frekuensi 10 – 20 Bulan 27 21 – 30 Bulan 36 31 – 40 Bulan 36 41 – 50 Bulan 1 Jumlah 100 Sumber: Data Primer 2012 (Diolah) % 27 36 36 1 100 Jumlah Kredit Sepeda Motor Rata-Rata % 1 25 1 25 1 25 1 25 4 100 Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden (100%). Yang memiliki jangka waktu pengembalian kredit selama 10 sampai 20 bulan sebanyak 27 orang dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebanyak 1 unit. 36 responden memiliki jangka waktu pengembalian kredit selama 21-30 bulan dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebanyak 1 unit. Selanjutnya, 36 responden yang memiliki jangka waktu pengembalian kredit selama 31 sampai 40 46 bulan juga mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebanyak 1 unit. Sisanya, 1 responden yang mempunyai jangka waktu pengembalian kredit sepeda motor antara 41 sampai 50 bulan mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebanyak 1 unit. 4.1.3.4 Hubungan Antara Harga Tunai Sepeda Motor Terhadap Permintaan Kredit Sepeda Motor Tabel 4.11 berikut ini adalah distribusi responden dilihat dari harga tunai sepeda motor dengan rata-rata permintaan kredit sepeda motor oleh masyarakat di Kota Makassar. Harga tunai sepeda motor itu sendiri dipengaruhi oleh merk sepeda motor itu sendiri, jenis sepeda motor ataupun onderdil lainnya. Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Harga Tunai Sepeda Motor Responden Harga Tunai Sepeda Motor Rp. 10.000.000 – Rp. 20.000.000 Rp. 20.000.001 – Rp. 30.000.000 Rp. 30.000.001 - -Rp. 40.000.000 > Rp. 40.000.000 Jumlah Sumber: Data Primer 2012 (Diolah) Frekuensi 72 20 5 3 100 % 72 20 5 3 100 Jumlah Kredit Sepeda Motor Rata-rata % 1 12,5 2 25 2 25 3 37,5 8 100 Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden (100%), sebanyak 72 responden yang memiliki harga tunai sepeda motor antara Rp. 10.000.000,- sampai Rp. 20.000.000,- mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebesar 1 unit. 20 responden memiliki harga tunai sepeda motor sebesar 47 Rp.20.000.001,- sampai Rp. 30.000.000,- mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebesar 2 unit. Selanjutnya, 5 responden yang memiliki harga tunai sepeda motor antara Rp. 30.000.001 sampai Rp. 40.000.000,- mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebesar 2 unit. Dan sisanya 3 responden yang memiliki harga tunai sepeda motor > Rp. 40.000.000,- memiliki rata-rata permintaan kredit sepeda motor sebanyak 3 unit. Hal tersebut memunjukkan bahwa 72 responden dari 100 responden yang memiliki harga tunai sepeda motor antara Rp. 10.000.000,- sampai Rp. 20.000.000,memiliki rata-rata permintaan kredit sepeda motor terendah. Dan 3 responden dari 100 responden yang memiliki harga tunai sepeda motor sebesar > Rp. 40.000.000,mempunyai rata-rata permintaan kredit sepeda motor terbesar. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Hasil Regresi Untuk mengetahui pengaruh dari tiap-tiap variabel X terhadap Y maka dilakukan perhitungan regresi linear berganda dengan menggunakan Eviews 3.0. Hasil Perhitungan regresi linear berganda mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit seepda motor di Kota Makassar secara terperinci hasil regresi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 48 Tabel 4.12 Rekapitulasi Data Hasil Regresi Linear Berganda Variabel C X1 X2 X3 X4 Coefficient -11.97679 0.088635 0.386743 0.353329 0.264372 Std. Error 0.770795 0.058135 0.151330 0.112473 0.145313 R-squared 0.752973 Adjusted R-squared S.E of Regresssion F-statistik 0.742572 0.152576 72.39321 t-Statistik -15.53822 1.524639 2.555627 3.141472 1.819328 Prob. 0.0000 0.1307 0.0122 0.0022 0.0720 *signifikansi pada level 5% C adalah konstanta/intersep, X1 adalah pendapatan, X2 adalah biaya angsuran, X3 adalah jangka waktu pengembalian kredit, X4 adalah harga tunai sepeda motor. 4.2.2 Interpretasi Hasil Berdasarkan pada Tabel 4.12 maka diperoleh model dari perhitungan pengaruh pendapatan, biaya angsuran, jangka waktu pengembalian kredit, dan harga tunai sepeda motor terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar sebagai berikut: LnY = -11.97679+0.088635lnX1+0.386743lnX2+0.353329lnX3 + 0.264372lnX4 (1.524639) (2.555627) (3.141472) (1.819328) 49 R-squared = 0.752973 Adj.R2 = 0.742572 F-satistic = 72.39321 n = 100 4.2.2.1 Konstanta atau intersep Hasil regresi menunjukkan bahwa tanpa adanya pengaruh dari variabelvariabel bebas (pendapatan, biaya angsuran, jangka waktu pengembalian kredit, dan harga tunai sepeda motor) permintan kredit sepeda motor di Kota Makassar adalah sebesar -11,97679. Berbicara mengenai permintaan, berarti mengenai seorang konsumen melakukan sejumlah permintaan pada tingkat harga tertentu terhadap sejumlah barang atau jasa yang dibutuhkan, agar kebutuhan dapat terpenuhi pada suatu waktu tertentu. Jika yang diperlukan itu adalah barang X, maka terdapat variabel yang turut menentukan jumlah permintaan barang yang dimaksud. Misalnya tingkat pendapatan orang yang bersangkutan, harga barang itu sendiri, selera, dan lain sebagainya. Demikian pula dengan permintaan kredit sepeda motor dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni pendapatan, biaya angsuran kredit, dan jangka waktu pengembalian kredit sepeda motor. Hasil perhitungan yang empiris menunjukkan bahwa jika tanpa ada pengaruh variabel-variabel bebas sebagaimana telah disebutkan maka permintaan kredit sepeda motor bernilai negatif. Untuk itu masyarakat memerlukan 50 pertimbangan dalam membeli motor secara kredit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel pendapatan, biaya angsuran, jangka waktu pengembalian kredit, dan harga tunai sepeda motor mempunyai pengaruh yang berarti terhadap jumlah permintaan kredit sepeda motor. 4.2.4 4.2.4.1 Analisis Hasil Penelitian Pendapatan (X1) Dari hasil regresi, pendapatan (X1) mempunyai nilai koefisien sebesar 0,088365 dengan nilai tsatistik 1,524639 di mana tingkat probabilitas adalah sebesar 0,1307. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan pendapatan terhadap permintaan kredit sepeda berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat 13%. Hasil ini memberikan bukti empiris bahwa pendapatan keluarga memiliki pengaruh dan signifikan terhadap permintan kredit sepeda motor, artinya tidak terdapat perbedaan antara masyarakat yang berpendapatan tinggi dengan masyarakat yang mempunya pendapatan rendah terhadap permintaan kredit sepeda motor. Pendapatan masyarakat tidak berpengaruh terhadap permintaan kredit sepeda motor atau tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan semakin tinggi pula permintaan masyarakat terhadap kredit sepeda motor. Hal ini karena ketika pendapatan meningkat, maka permintaan kredit sepeda motor tidak ikut meningkat. Ini diakibatkan karena sebagian masyarakat lebih memilih membeli motor secara tunai dariapada harus membeli sepeda motor secara kredit. Selain itu, sebagian dari masyarakat juga lebih 51 memilih menghabiskan pendapatannya untuk hal yang lebih penting, seperti biaya pendidikan, biaya kesehatan atau biaya primer lainnya. 4.2.4.2 Biaya Angsuran Kredit (X2) Hasil regresi biaya angsuran kredit (X2) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0.386743 dan tstatistik sebesar 2.555627 dimana tingkat probabilitas 0.0122. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan biaya angsuran kredit terhadap permintaan kredit sepeda motor berpengaruh positif dan sangat signifikan pada tingkat 1,22%. Ini menunjukkan bahwa hubungan biaya angsuran terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar adalah positif dan signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika biaya angsuran naik sebesar Rp.1000,-, maka permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar akan meningkat sebesar Rp. 386.743,-. Oleh karena itu variabel biaya angsuran (X2) terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit sepeda motor (Y). Hasil ini memberikan bukti empiris bahwa biaya angsuran mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap permintan kredit sepeda motor, artinya semakin tinggi biaya angsuran kredit sepeda motor semakin meningkat pula permintaan kredit sepeda motor. Ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa biaya angsuran kredit sepeda motor berhubungan negatif terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar. Hal ini juga disebabkan oleh naiknya biaya BBM yang menyebabkan naiknya biaya transpotasi umum, sehingga konsumen tidak menghiraukan biaya angsuran kredit yang tinggi, mereka lebih memilih membeli sepeda motor secara kredit meskipun biaya angsuran tinggi daripada harus 52 menggunakan transportasi umum yang biaya jauh berat daripada menggunakan sepeda motor. Selain itu masalah efisiensi waktu juga dikeluhkan oleh masyarakat yang menggunakan transportasi angkutan umum yang cenderung lebih lama dibanding menggunakan sepeda motor, sehingga itu tidak mempengaruhi biaya angsuran kredit sepeda motor, meskipun biaya angsuran kredit sepeda motor meningkat. 4.2.4.3 Jangka Waktu Pengembalian Kredit (X3) Hasil regresi jangka waktu pengembalian kredit sepeda motor (X3) menunujukkan bahwa nilai koefisien sebesar 0.353329 dan tstatistik sebesar 3.141472 dimana tingkat probabilitas adalah sebesar 0.0022. Hal ini menunjukkan bahwa jangka waktu pengembalian kredit terhadap permintaan kredit sepeda motor berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat 0,22%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara jangka waktu pengembalian kredit sepeda motor dengan permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar adalah positif dan sangat signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika jangka waktu pengembalian kredit sepeda motor naik 10 bulan maka permintaan kredit sepeda motor akan naik sebesar 3.53329 unit. Oleh karena itu variabel jangka waktu pengembalian kredit sepeda motor (X3) terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar maka hipotesis diterima. 53 4.2.4.4 Harga Tunai Sepeda Motor (X5) Hasil regresi harga tunai sepeda motor menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar 0,264372 dan tstatistik sebesar 1,819328 dengan tingkat probabilitas adalah sebesar 0,0720. Hal ini menunjukkan bahwa harga tunai sepeda motor dengan permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar adalah positif dan agak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan harga tunai sepeda motor terhadap permintaan kredit sepeda motor berpengaruh positif dan agak signifikan pada tingkat 7,2%. Hasil ini memberikan bukti empiris bahwa harga tunai sepeda motor memiliki pengaruh yang agak signifikan terhadap permintan kredit sepeda motor, artinya harga tunai sepeda motor tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan kredit sepeda motor. Harga tunai sepeda motor tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan kredit sepeda motor. Hal ini disebabkan adanya peraturan beberapa dealer yang tidak memperboleh konsumen untuk membeli sepeda secara tunai, karena apabila konsumen membeli sepeda motor secara tunai dealer tersebut tidak memperoleh keuntungan seperti ketika dealer memberikan pembelian secara tunai kepada konsumen. Hal itu karena apabila konsumen membeli sepeda motor secara kredit, maka dealer akan menerima pembayaran bunga sebagai keuntungan dari pengembalian kredit sepeda motor. 54 BAB V PENUTUP 5.1 SIMPULAN Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Variabel pendapatan dan harga tunai memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar. 2. Variabel biaya angsuran, dan jangka waktu pengembalian kredit memiliki pengaruh memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar. 3. Variabel-variabel bebas yaitu pendapatan, biaya angsuran, dan harga tunai sepeda motor secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi variabel terikat atau permintaan kredit sepeda motor sebesar 75,3 persen sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam estimasi model. 55 5.2 SARAN Berikut adalah saran-saran yang dapat direkomendasikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan: 1. Debitur tidak perlu ragu terhadap pendapatan dalam memenuhi kebutuhan sepeda motor. Karena, sejauh ini pendapatan debitur tidak mempengaruhi permintaan kredit sepeda motor. Permintaan kredit sepeda motor masih bisa dijangkau dengan pendapatan rata-rata masyarakat di Kota Makassar. 2. Debitur sepeda motor sendiri sebaiknya memperhatikan biaya angsuran kredit yang diberikan oleh dealer, agar dapat mencegah terjadinya kredit macet. Selain itu, debitur sebaiknya memperhatikan pengambilan kredit motor secara berlebihan secara yang secara tidak langsung dapat menyebabkan kesemrawutan transportasi akibat membludaknya pembelian sepeda motor oleh debitur itu sendiri. 3. Untuk pemerintah (BI) sebaiknya perlu memberikan tingkat suku bunga yang sesuai agar konsumen tidak terjebak dalam kredit macet dalam pelunasan sepeda motor. 4. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis permintaan kredit sepeda motor terutama variabel pendapatan, dan harga tunai pembelian motor. 5. Pada penilitian lanjut, peneliti diharapkan menambahkan unit analisis Jumlah anggota Rumah Tangga sebagai variabel tambahan faktor penentu permintaan kredit sepeda motor di Kota Makassar. 56