1 Anggrek merupakan salah satu tanaman yang menempati posisi penting dalam industri florikultura di Indonesia, terutama anggrek species. Anggrek species merupakan tanaman anggrek yang tumbuh secara alami, bersifat endemik, dan pada umumnya tumbuh di ekosistem hutan. Salah satu jenis anggrek species yang sering dijadikan sebagai induk dalam persilangan adalah D. helix (Cribb, 1985). Anggrek ini memiliki warna bunga kecokelatan, hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat anggrek ini banyak diminati. Warna bunga pada tanaman dipengaruhi adanya kandungan beberapa pigmen, khususnya antosianin yang termasuk golongan senyawa flavonoid. Warna bunga ditentukan oleh enzim yang mengkatalisis biosintesis antosianin. Gen regulator yang terlibat dalam jalur biosintesis antosianin adalah gen Myb, Myc, dan Wd, sedangkan gen struktural yang terlibat adalah gen Chs dan DFR (Hongmei et al., 2009). Gen DFR merupakan gen pengkode enzim DFR yang berfungsi untuk mengkatalisis senyawa dihidroflavonol menjadi leucoantosianidin. (Katsumoto et al., 2007). Proses screening molekular anggrek species merupakan salah satu usaha untuk mendukung pemberdayaan genotipe unggul anggrek (Ming et al., 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil genetik gen DFR berdasarkan karakter unggul warna bunga pada Dendrobium helix. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif eksploratif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun muda Dendrobium helix varian “Pomeo Brown”. Isolasi DNA sampel mengikuti protokol modifikasi dari kit Geneaid DNA Isolation Kit. Modifikasi meliputi tahap pre treatment sampel, lisis (lama inkubasi), serta elusi. Protokol isolasi DNA meliputi tahapan sebagai berikut : Pre treatment sampel, disosiasi jaringan, lisis, binding, washing, dna elusi. Primer yang digunakan dalam penelitian ini didesain berdasarkan daerah conserve gen DFR Dendrobium moniliforme. Primer forward F1 : (5’ ATG GAG AAT GAG AAG AAG GG-3’) dan reverse R1 : (5’- TGC AGT GAT CAT GCT TGG TG-3’). Siklus PCR yang digunakan sebagai berikut : denaturasi 94⁰C selama 20 detik, annealing 56⁰C selama 20 detik, ekstensi 72⁰C selama 50 detik dan ekstensi akhir 72⁰C selama 5 menit. Hasil PCR diperiksa melalui 2 elektroforesis dengan gel agarose 1,5%. Hasil dari elektroforesis diperiksa dengan menggunakan UV Transiluminator. Hasil amplifikasi gen DFR disekuensing di First BASE Laboratories, Malaysia. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sekuensing gen target yang teramplifikasi adalah fragmen DNA sepanjang 630 bp. Kromatogram menunjukkan bahwa fragmen yang diperoleh tidak spesifik, terlihat dari puncak kurva yang bertumpuk dan urutan basa yang tidak tidak lazim (poli G; poli C; poli A, dan poli T). Hal ini mengindikasikan adanya multiple fragment yang teramplifikasi. Multiple fragmen diduga karena multialel pada gen DFR Dendrobium helix. Dugaan ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang melaporkan bahwa gen DFR merupakan kluster gen pada beberapa spesies tumbuhan. Gen DFR Lotus japonicus terdiri dari 5 lokus yaitu DFR1, DFR2, DFR3, dan DFR5; gen DFR 4 mengalami splicing menghasilkan 2 gen yaitu DFR4a dan DFR4b sehingga ada 6 gen DFR pada Lotus japonicus (Shimada et al., 2005). Sementara itu tumbuhan yang lain memiliki 1 gen DFR misalnya Ascocenda spp. (Kunu et al., 2012), Brohmedia Finlaysoniana (Liew et al., 1998) dan Cymbidium hybrida (Johnson et al., 1999). Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan amplifikasi ulang dengan menggunakan sepasang primer yang sama untuk memastikan dugaan diatas. Hasil sekuensing fragmen DNA kedua yang teramplifikasi sepanjang 570bp. Kromatogram menunjukkan bahwa sekuen forward kurang spesifik (Gambar 1.), sedangkan sekuen reverse menunjukkan hasil yang lebih jelas (Gambar 2.). 3 Perbedaan hasil sekuensing diduga karena adanya multialel. Dugaan multialel tersebut didasarkan atas substrat dan produk metabolit (pigmen) yang dihasilkan berbeda. Gambar 1. Kromatogram Forward dari Hasil Sekuensing Kedua Gambar 2. Kromatogram Reverse dari Hasil Sekuensing Kedua Perbedaan pigmen menyebabkan variasi warna bunga (Reddy et al., 2014; Griesbach, 1995; Tanaka et al., 2009). Sianidin dalam jumlah yang banyak akan 4 menghasilkan bunga berwarna merah dan pink (Griesbach, 1995; Tanaka et al., 2009). Peonidin dalam jumlah yang banyak akan menghasilkan bunga berwarna merah hingga ungu (Griesbach, 1995). Delphinidin dalam kadar hingga 95% akan menghasilkan bunga berwarna biru (Tanaka et al., 2009). Pelargonidin akan menghasilkan bunga berwarna merah dan orange (Tanaka et al., 2009,). Malvidin dalam kadar 77,3% dengan kombinasi petuniidn 22,7% menghasilkan bunga berwarna violet (Griesbach, 1995). Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka warna coklat pada Dendrobium helix varian Pomeo Brown diduga karena dominasi senyawa pelargonidin, hal ini belum ada laporan sebelumnya sehingga dibutuhkan uji profil konten antosianin. Perbedaan produk katalis dari enzim DFR diduga karena perbedaan substrat enzim DFR (Katsumoto et al., 2007), hal ini mengindikasikan adanya perbedaan enzim DFR ini. Sifat spesifik enzim DFR dalam mengkatalisis substrat dipengaruhi oleh variasi residu Perbedaan produk katalis dari enzim DFR dipengaruhi oleh perbedaan asam amino pada specific active site. Shimada (2005) melaporkan bahwa residu asam amino pada sebagian besar spesies tumbuhan adalah Asparagine (Asn), sedangkan pada tumbuhan yang lain khususnya tumbuhan dikotil adalah Aspartat (Asp). Enzim DFR pada Viola cornuta dan P. Hybrida mengalami penggantian residu active sitenya menjadi asam glutamat sehingga enzim ini tidak memiliki kemampuan katalitik pada substrat Dihydrokaempferol (Johnson et al., 2001). Perbedaan residu asam amino enzim DFR diduga karena perbedaan urutan basa penyusun gen DFR, karena setiap asam amino dikode oleh kodon yang terdiri atas 3 basa nukleotida dengan urutan tertentu (Snustad & Simmon, 2012). Perbedaan susunan basa nukleotida tidak hanya pada active site dari enzim DFR melainkan juga pada bagian lain dari enzim tersebut sehingga ada kemungkinan urutan basa di sepanjang gen DFR berbeda. Ketidakspesifikan fragmen forward hasil sekuensing diduga karena terjadi amplifikasi domain gen DFR yang berbeda dengan susunan asam amino yang berbeda. 5 KESIMPULAN Profil genetik anggrek Dendrobium helix varian “Pomeo Brown” belum dapat ditemukan. Sekuen konsensus gen DFR belum dapat diperoleh. Sekuen konsensus tidak didapat diduga karena multialel. DAFTAR PUSTAKA Cribb.1985. The Antelope and Latourea Dendrobiums. American: Kew Buletin. Griesbach, R.J. 1995. The Inheritance of Flower Colour in Petunia hybrida. The Journal of Heredity, 87(3) : 241-245. Hongmei, M. & Margaret, P. 2009. Anthocyanin Regulatory Structural Gene Expression in Phaleonopsis. Social Horticulture Science, 134 (1): 88-96. Hsiao, Y.Y., Pan, Z.J., Hsu, C.C., Yang, Y.P., Hsu, Y.C., Chuang, Y.C., Shih, H.H., Chen, W.H., Tsai, W.C. & Chen, H.H. 2011. Research on Orchid Biology and Biotechnology. Plant and Cell Physiology, 52: 1467–1486. Imene, H., Francoi, B., Jochen, B., Christian, K., Serge, D. & Virginie, L. 2011. Recent Advances in the Transcriptional Regulation of the Flavonoid Biosynthetic Pathway. Journal of Experimental Botany, 62 (8): 2465–2483. Johnson, E.T., Yi, H., Shin, B., Oh, B.J., Cheong, H. & Choi, G. 1999. Cymbidium hybrida Dihydroflavonol 4-reductase Does Not Efficiently Reduce Dihydrokaempferol to Produce Orange Pelargonium-type Anthocyanin. Plant Journal, 19 (1): 81-85. Johnson, E.T., Ryu, S., Shin, B., Cheong, H. & Choi, G. 2001. Alteration of a Single Amino Acid Changes the Substrate Specificity of Dihydroflavonol 4Reductase. The Plant Journal, 25 (3): 325-333. Katsumoto, Y., Fukuchi, M., Fukui, Y., Brugliera, F. & Holton, T.A. 2007. Engineering of the Rose Flavonoid Biosynthetic Pathway Successfully Generated Blue-hued Flowers Accumulating Delphinidin. Plant Cell Physiology, 48: 1589-1600. Kunu, W., Thanonkeo, S. & Thanonkeo, P. 2012. Cloning and Expression Analysis of Dihydroflavonol 4-reductase (DFR) in Ascocenda spp. African Journal of Biotechnology, 11 (64): 12702-12709. Liew, C.F., Loh, C.S., Goh, C.J. & Lim, S.H. 1998. The isolation, Molecular Characterization and Expression of Dihydroflavonol 4-reductase cDNA in the Orchid Brohmedia finlaysoniana. Plant Science, 135: 161-169. 6 Ming, H.H., Zhao, J.P., Pei, H.L., Hsiang, C.L., Hsin, H.Y., Chia, C.H., Wan, L.W., Mei, C.C., Shyh, S.W., Wen, H.C. & Hong, H. C. 2013. VirusInduced Gene Silencing Unravels Multiple Transcription Factors Involved in Floral Growth and Development in Phalaenopsis orchids. Journal of Experimental Botany, 64 (12):3869–3884. Reddy, A.M., Francies, R.M., Rasool, S.K.M. & Reddy, V.R.P. How Genes Paint Flowers and Seeds. International Journal of Current Research, 6 (1): 47224732. Shimada, N., Sasaki, R., Sato, S., Kaneko, T., Tabata, S., Aoki, T & Ayabe, S. 2005. A Comprehensive Analysis of Six Dihydroflavonol 4-reductase Encoded by A Gene Cluster of the Lotus japonicus Genome. Journal Experimental Botany, 56 (419): 2573-2585. Snustad, D.P. & Simmons, M.J. 2012. Principle of Genetics sixth edition. John Wiley&Sons, Inc. Tanaka, Y., Bruliera, F. & Chandler, S. 2009. Recent Progress of Flower Colour Modification by Biotechnology. International Journal of Molecular Sciences, 10: 5350-5369. 7