Filosofi Awatara Melihat kemajemukan Tuhan dalam agama Hindu telah membawa persepsi yang beragam. Hal ini di picu dengan banyak nya Simbolisasi Shang pencipta yang di Puja dan di sembah oleh umat kita secara turun temurun dalam konteks awatara. Jutaan Dewa, ribuan lambang dan ratusan simbol yang menjadi objek persembahyangan dan persembahan. Kelebihan dalam hal kepemilikan terhadap alat Bantu atau dengan kata lain yang disebut sarana dan prasarana inilah yang menyebabkan lahirnya Sambarthaya dalam agama Hindu. Kalau kita lihat dengan seksama seharusnya kita memiliki pengetahuan lebih luas dari para penganut lain, karena memang kita yang tertua dan yang pertama di dunia. Hal ini telah menjadi kebanggaan bagi kita walaupun kadang kala membuat kita bingung dalam menguasai artinya serta membuat banyak orang menganggap kita sebagai agama tidak ber-Tuhan. Oleh karenanya para generasi Hindu diharapkan untuk tidak menjadi Hindu hanya sebagai pengikut Buta, melainkan sebagai pengikut yang berwawasan dan rajin untuk mempelajari agama dan mengkajinya secara ilmiah arti dan makna yang tersirat dan tersurat terhadap ajaran yang kita anut sebagaimana dijelaskan dalam BhagawadGita XI. 17 : Kapansaja Dharma mulai runtuh dan Adharma mulai merajalela Aku menjelma kembali kedunia untuk menegakkan Dharma. Dalam sejarah Sanathana Dharma, melalui sambhartayanya khususnya vaisnawi sangat percaya dengan Awatara Visnu, dan mereka dengan terbuka menyatakan bahwa hanya Visnu-lah Tuhan yang Tunggal dan yang lainnya adalah hanya dewa biasa saja. Hal ini pula yang membuat Dasa Awatara tersebut menjadi popular, bahkan melahirkan suatu sistem ajaran yang mengacu pada Ista Dewata dan Adhi kari. Dasa awatara menjadi begitu popular didunia khususnya pada kantong – kantong umat Hindu di dunia termasuk Indonesia. Tapi sayangnya bahwa banyak pengikut sambarthaya Vaisnawi tersebut tidak tauh bahwa Dasa Awatara bukanlah produk Hindu serta tidak terjadi seperti cerita – cerita yang terdapat di buku atau yang kita dengar selama ini. Dasa Awatara adalah sebuah karya besar yang di prakarsai oleh seorang Tokoh sejarah yang bernama Kavi Jaya Dewa. Beliaulah yang melahirkan Dasa awatara dan tokoh yang memasukkan Gautama Budha menjadi Awatara yang kesembilan, serta yang kesepuluh nya sang Krishna. Kalaulah Awatara tersebut ada seperti yang di tampilkan oleh banyak buku atau dongeng, apakah kita tidak bisa melihat, Bahwa ada Dua Awatara yang turun pada waktu dan cerita yang sama (Ramayana), seperti Awatara Rama, Awatara Parasurama. Dan yang lebih harus menjadi perhatian adalah bahwa Parasurama tidak tahu bahwa Rama juga berasal dari awatara yang sama sehingga Parasurama hampir saja menyerang Rama karena telah mematahkan panah shaktinya dalam memenangkan sayembara merebut Sita. Kenapa ini harus terjadi dan mengapa Visnu harus berawatara ganda , dan apakah Rama dan adik-adiknya tidak mampu menghancurkan Adharmanya Rahwana ? Ini dan beberapa alasan Philosophy lainnya lah yang telah membawa saya untuk mengkaji pembahasan Awatara ini sebagai sebuah pembahasan yang bernafas Philosophy seperti yang saya uraikan di bawa ini. Awatara dalam bahasa sehari hari berarti perwujudan Sang Hyang Widhi kedunia dengan mengambil suatu bentuk untuk membebaskan suatu keadaan tidak stabil yang di sebut Adharma di dunia dan membebaskan Manusia dari kesengsaraan (Stabil). Adapun ke 9 Awatara yang pernah Turun ke Dunia sebagai berikut : 1.Matsya Awatara 2.Kurma Awatara 3.Varaha Awatara 4.Narasimha Awatara 5.Vamana 6.Parasurama 7. Rama 8. Krishna 9.Budha Awatara 10 Kalki Awatara Kalau kita perhatikan dengan seksama, bahwa pada dasarnya ada ratusan bahkan ribuan awatara pernah bermunculan di muka bumi ini dan hampir semua Dewa dan Dewi pernah berawatara tapi kenapa Dasa awatara sangat dominan di kenal dan sangat popular di antara semua awatara yang pernah ada. Contoh coba perhatikan hampir semua Dewa dan Dewi mempunyai Sahasranama (Seribu Sebutan) yang sering di sebut dengan menyingkatnya menjadi 108. Evolution of Human Being Walaupun dalam arti dan banyak cerita yang kita lihat , bahwa Awatara dan maknanya seperti di atas , tapi kami mencoba untuk menguraikannya dengan pandangan kaca mata filosofi seperti dibawah ini. Matsya = Awatara Ikan adalah lambang atau personifikasi asal mula setetes benih yang bersemayam di dalam rahim seorang ibu yang hanya dapat bergerak untuk berproses menjadi janin di dalam kandungan. Serta inilah yang akan menjadi asal mula seorang bayi yang akan di lahirkan dan penentu perjalanan hidup selanjutnya. Kurma = Awatara Kura–kura adalah gambaran kelanjutan sebuah janin yang telah sempurna dan menjadi seorang bayi dan dengan selamat dilahirkan ke dunia setelah proses kehidupan dalam perut seorang ibu selama sembilan bulan sepuluh hari, Bayi akan menunjukan watak dan karakternya sebagai bayi yang cerdas atau tidak, sebagai bukti karma wasana (tabungan masa lalu) yang di bawanya. Maka dalam kegiatan sehari-hari Bayi pun akan beraktifitas / merangkak seperti Kurma. Varaha = Awatara Babi hutan adalah yang melambangkan kehidupan seorang anak, dengan tingkah lakunya yang sulit di kendalikan, dan selalu ingin mendapatkan apa yang diinginkan, tanpa memperdulikan orang lain (ego yang memimpin diri). Masa Brahmacari, disinilah tahap kenapa dalam agama Hindu diciptakan catur ashrama, Brahmacari akan menggebleng sang anak kearah yang di inginkan orang tua, dan kini kita lihat berapa banyak putra–putri yang tidak dapat di kendalikan oleh orang tuanya. (Lost Control stage / Selfish stage of children). Narasimha = Awatara Kepala Singa dan badan Manusia dimana Rasa ego yang mengendalikan diri perlahan-lahan mendapatkan pengertian dan pengetahuan tentang ahklak dan rasa kasih, disini Ego mulai di kendalikan, tapi sifat keakuan tetap memimpin (Masa Brahmacari) perhatian orang tua dengan yang berkesinambungan akan merubah seorang anak, sekalipun sebelumnya dia berwatak sekeras Singa, dan disini pengetahuan agama dan cinta kasih bekerja. Sehingga walaupun berjiwa keras tetap berjiwa rohani. Vamana = Awatara Manusia Cebol adalah gambaran bahwa persentasi pengaruh kemanusiaan mulai terlihat lebih menonjol dalam wujud dan prilaku, walaupun masih terlihat kecil. (Masa Brahmacari) seorang anak yang dibentuk dari masa kecilnya dengan ajaran agama yang baik dan terarah, akan terlihat dari masa kecilnya, serta karakter kellahian akan terlihat dalam segala prilakunya dan akan membawa nama baik bagi orang tua, bangsa, agama dan berguna bagi lingkungannya dan Negara. Parasurama = Awatara Manusia / Petani , adalah personifikasi sang diri yang telah mencapai bentuk manusia sempurna, dengan 50 % watak manusia yang berprilaku spiritual dan 50 %, manusia normal. Pada tingkatan ini seseorang lebih mengandalkan kekuatan Spiritualnya sebagai suatu kesaktian untuk mempengaruhi orang lain, dan selalu merasa paling benar. (Masa Grhasta) ini adalah gambaran bahwa orang tidak akan menjadi suci karena atributnya tapi pengetahuan agama dan pengamalannya yang dapat menjadikannya sebagai orang spiritual yang sejati. Rama = Awatara Manusia yang berkarakter Dewata, dimana awatara ini selalu berprilaku sebagai Pahlawan kebenaran pemberi solusi yang berlatar belakang Dharma walaupun kadang kala harus mengorbankan dirinya. (Ramayana) (Masa Grahasta) (Spiritual dalam Prilaku karena bimbingan Guru suci yang benar). Krishna = Awatara Manusia yang berkarakter Ilahi. Adalah seorang yang selalu berjalan dengan rahasia ke-Ilahian yang tersembunyi serta memberikan jalan untuk menegakkan Dharma, yang juga dapat terkena Asuba karma sehingga membawa sumpah untuk lahir kembali sebagai Kalki Awatara, yang akan membrantas Adharma tanpa kompromi dalam kehidupan sekarang. Lihat Maha barata (Masa Wanaprahasta) Hukum karma memagang peranan penting dalam hidup manusia sekalipun Dia awatara kalau sudah mengambil wujud makluk hidup, maka tidak akan ada yang luput dari hukum kematian (Menyemai angin menuai badai) Budha = Awatara Manusia menuju ke Illahian, adalah seorang manusia yang hanya menjalankan kehidupan dengan menegakkan Dharma dan mencari penerangan Illahi dengan meninggalkan semua kesenangan duniawi, ini adalah fase penentu apakah kita akan dilahirkan kembali sebagai Kalki (wujud nyata) atau Moksha. Dalam menegakkan Dharma secara langsung atau melalui ajaran kita (Masa Sanyasi) Pendakian Spiritual harus di mulai. Kalki = Awatara Manusia sebagai Pembrantas Adharma sebagai wujud kelahiran yang ditentukan oleh Dendam dan amarah atas penghianatan terhadap Dharma dan Keadilan. Ini adalah gambaran manusia yang terlahirkan karena wasana karma yang dibawanya ketika lahir. Dalam akhir kehidupan kita hanya ada dua pilihan Moksha atau Punarbawa sebagai awal pengikisan asuba karma atau penambahannya. Tiada kekuatan yang dapat menentukan itu kecuali kita sendiri (We are what We think). A.S.KOBALEN Grand Master & Instruktur Meditasi, Chakra dan Kundalini Sumber : http://www.bddn.org/