Full Text - EJournal Stikes PPNI Bina Sehat Mojokerto

advertisement
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Respon Berduka Pada Klien Kanker Di
Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto
Heri Triwibowo, Heni Frilasari, Ika Ainur Rofi’ah
ABSTRACT
Cancer is a long period of time disease, especially can be life threaten. Cancer client
who has appearance change caused from disease process and treatment program will under
go a process of change that begin with denial, anger, bargaining, depression, and acceptance.
Support have to be available when the client who is grieving through the mourning process.
The purpose of this research was to know the correlation between the family support with
grieving response to cancer client at the Sakinah Islamic Hospital Mojokerto. The research is
kind of correlation analytical with cross sectional approach. Population of the research is 13
cancer client. The sample quantity taken is 9 respondents using consecutive sampling
technique for a month. Collecting data use a questionnaire and were tested with Fisher’ Exact
Test, with ρ = 0,008, it is means ρ < α (0,005), so H0 is rejected which mean there is a
correlation between the family support with grieving response to cancer client at the Sakinah
Islamic Hospital Mojokerto. A good family support will help the respondents use their coping
mechanism to the best grieving response. Lack of the support can cause to difficult in
successful resolution of grief that the respondent does not end up in the acceptance phase.
Keywords: Family Support, Grieving Response, Cancer Client
PENDAHULUAN
Kanker adalah salah satu penyakit
terminal, yaitu suatu proses yang progesif
menuju kematian berjalan melalui suatu
tahapan
proses
penurunan
fisik,
psikososial, dan spiritual bagi individu
(Ermawati, 2009). Penyakit dengan jangka
waktu yang lama, terutama dapat
mengancam
kehidupan
dapat
menimbulkan perubahan emosi dan
perilaku lebih luas, seperti ansietas,
penolakan, marah (Potter & Perry, 2005).
Klien kanker yang berubah penampilan
tubuhnya akibat proses penyakit dan
program terapi akan mengalami proses
berubah yang diawali dengan denial
(mengingkari), marah, tawar-menawar,
depresi, dan menerima (Keliat, 1998).
Dukungan harus tersedia ketika klien
yang berduka melalui proses berkabung
(Potter&Perry,
2005).
Kurangnya
dukungan
biasanya
menyebabkan
kesulitan dalam keberhasilan resolusi
berduka (Rando dalam Potter&Perry,
2005). Jika perubahan ini tidak terintegrasi
dengan konsep diri maka individu
mengalami respon berduka maladaptif,
yaitu berduka yang berkepanjangan dan
terlibat dalam aktivitas yang menyimpang
(Carpenito, 2006).
Penyakit kanker merupakan salah
satu penyakit yang tidak menular yang
jumlah
penderitanya
mempunyai
kecenderungan meningkat setiap tahunnya.
Menurut World Health Organization
(WHO) 2005, penyakit kanker merupakan
penyebab kematian nomor dua di dunia
setelah penyakit kardiovaskuler. Di
Indonesia kanker menduduki peringkat
keenam sebagai penyebab kematian utama.
Sekitar 800.000 orang terserang kanker
tiap tahunnya. Data Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) yang diterbitkan pada tahun
2007, menyebutkan bahwa sebanyak 7,6
juta jiwa meninggal pada tahun 2005 dan
84 juta lainnya akan mati dalam jangka
waktu 10 tahun ke depan (Christine,
2011). Dari data yang diperoleh di Rumah
Sakit Islam Sakinah Mojokerto pada
tanggal 19 Nopember 2011, pada tahun
2009 terdapat 53 klien kanker, pada tahun
2010 terdapat 83 klien kanker, tahun 2011
sampai bulan nopember terdapat 137 klien
kanker. Menurut data awal yang dilakukan
pada 7 (100%) klien kanker di Rumah
Sakit Islam Sakinah Mojokerto didapatkan
3 (42,86%) mengatakan keluarga jarang
memperhatikan dirinya dan 4 (57,14%)
mengatakan masih tetap diperhatikan oleh
keluarganya. Kemudian 3 (42,86%)
berespon adaptif dan 4 (57,14%) berespon
maladaptif.
Berduka adalah respon yang
normal terhadap kehilangan (Potter &
Perry, 2005). Proses berduka merupakan
proses yang normal dan perlu distimulasi
dan di fasilitasi oleh lingkungan sosial
agar segera sampai pada fase menerima
(Keliat, 1998). Respon berduka juga akan
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi,
peran jenis kelamin, status sosio-ekonomi,
hubungan yang alami, sistem pendukung
sosial, kehilangan yang alami, tujuan, dan
harapan (Suseno, 2005). Salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi respon berduka
adalah sistem pendukung sosial (dukungan
keluarga). Berduka yang adapatif terjadi
pada klien kanker yang menerima
diagnosis yang mempunyai efek jangka
panjang
terhadap
fungsi
tubuh
(Potter&Perry, 2005). Berduka menurut
Kubler-Ross (1969) berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 fase yaitu
denial, anger, bargaining, depression, dan
acceptance (Suseno, 2005). Respon
berduka adaptif bisa mengakibatkan klien
mengekspresikan distress pada kehilangan
potensial, menyangkal, rasa bersalah,
kemarahan, perubahan kebiasaan makan,
dan perubahan dalam pola sosial
(Carpenito, 2006). Klien kanker yang
menerima
diagnosis
penyakit
dan
mengalami kehilangan yang tidak dapat
dikenali, rasa berkabung yang luas, atau
didukung secara sosial menyebabkan
dukacita terselebung (Potter & Perry,
2005). Klien tidak dapat melewati proses
berduka sampai tahap yang terakhir, yaitu
respon berduka maladaptif yang dapat
mengakibatkan ketidakberhasilan adaptasi
terhadap kehilangan, depresi, menyangkal
yang berkepanjangan, reaksi emosional
yang lambat, tidak mampu menerima pola
kehidupan yang normal, isolasi sosial atau
menarik diri, gagal untuk mengembangkan
hubungan atau minat baru, gagal untuk
menyusun kembali kehidupan setelah
kehilangan (Carpenito, 2006).
Dukungan
sangat
diperlukan
terutama dalam menghadapi masalah yang
pelik termasuk penyakit yang serius
(Keliat,
1998).
Keluarga
harus
mengintegrasikan pengalaman penyakit
dari anggota keluarga ke dalam kehidupan
mereka yang sedang berjalan. Sepanjang
masa sakit, keluarga harus terus berfungsi
dan berkembang untuk mengatasi semua
masalah dan kebutuhan (Potter&Perry,
2005). Dukungan yang diberikan dapat
berupa dukungan instrumental, dukungan
informasional, dukungan penilaian, dan
dukungan emosional (Setiadi, 2008).
Selain
itu,
keluarga
juga
dapat
memberikan
kesempatan
untuk
mengungkapkan perasaan, mendorong
membuka perasaan negatif, memberi
umpan balik perilaku, memberi informasi
yang dibutuhkan, memberi rasa percaya
dan keyakinan, memberi dukungan yang
bervariasi (uang, bantuan, fisik, material,
dan tanggung jawab), menghargai
penilaian personal yang cocok terhadap
kejadian (Braird dalam Keliat, 1998).
Disamping dukungan keluarga, klien juga
harus menghadapi serangkaian tugas
sepanjang semua fase penyakit yang
mengancam hidup dan mempunyai
berbagai tingkat keberhasilan dalam
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi
(Doka dalam Potter&Perry, 2005). Klien
seharusnya bisa menghadapi realitas,
menghindari denial (menyangkal) yang
berlebihan, komunikasi terbuka dengan
orang lain, mempunyai harapan yang
realistik, mempertahankan moral dan
harga diri, sedapat mungkin berfokus pada
penyelesaian masalah, dan menggunakan
koping yang adaptif (Weisman dalam
Keliat, 1998).
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analitik
korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Analitik korelasional adalah
suatu penelitian yang mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi. Kemudian melalukan
analisis dinamika korelasi antara fenomena
atau antara faktor risiko dengan faktor
efek. Dalam penelitian ini populasinya
adalah semua klien kanker di Rumah Sakit
Islam Sakinah Mojokerto. Populasi dalam
penelitian ini adalah sebanyak 13 klien
kanker.Tehnik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah consecutive
sampling. Sampel dalam penelitian ini
adalah 9 responden klien kanker. Karena
uji statistik Chi-Square tidak memenuhi
syarat, maka uji statistik yang digunakan
peneliti adalah Uji Pasti dari Fisher
(Fisher’s Exact Test) menggunakan
progam SPSS for Windows dengan tingkat
kemaknaan (α) = 5% (0,05) dan ρ < 0,05
maka H0 ditolak berarti ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan respon
berduka pada klien kanker di Rumah Sakit
Islam Sakinah Mojokerto.
HASIL PENELITIAN
1. Dukungan Keluarga
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden (klien kanker) berdasarkan dukungan
keluarga di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto pada Bulan
Nopember 2011 sampai dengan Juni 2012
No
Dukungan Keluarga
Frekuensi (f)
Persentase (%)
1
Tidak Ada Dukungan
4
44,44
2
Ada Dukungan
5
55,56
9
100
Jumlah
Sumber data: Kuesioner
2. Respon Berduka Klien Kanker
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden (klien kanker) berdasarkan
respon
berduka di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto pada Bulan
Nopember 2011 sampai dengan Juni 2012
No
Respon Berduka
Frekuensi (f)
Persentase (%)
1
Denial
2
22,22
2
Angger
0
0
3
Bargaining
2
22,22
4
Depression
0
0
5
Acceptance
5
55,56
Jumlah
9
100
Sumber data: Kuesioner
3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Berduka pada Klien Kanker di
Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto pada Bulan Nopember 2011 sampai dengan
Juni 2012
Tabel 3 Tabulasi silang hubungan dukungan keluarga dengan respon berduka pada
klien kanker di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto pada Bulan
Nopember 2011 sampai dengan Juni 2012
Respon Berduka Klien Kanker
Dukungan
Denial
Keluarga
Tidak
Anger
Bargain
Depre
Accepta
ing
ssion
nce
Jumlah
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
2
22,22
0
0
2
22,22
0
0
0
0
4
44,44
0
0
0
0
0
0
0
0
5
55,56
5
55,56
0
0
2
22,22
0
0
5
55,56
9 100
Ada
Ada
Jumlah
2 22,22
Sumber data: Kuesioner
Berdasarkan hasil Uji Pasti dari Fisher (Fisher’s Exact Test) didapatkan ρ =
0,008, berarti ρ < α (0,05) sehingga H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan respon berduka pada klien kanker di Rumah Sakit Islam
Sakinah Mojokerto.
PEMBAHASAN
1. Dukungan Keluarga
Berdasarkan
tabel
1
menunjukkan bahwa yang responden
(klien kanker) yang merasakan
dukungan keluarga (ada dukungan)
sebanyak 5 responden (55,56%). Dan
responden yang tidak merasakan
dukungan keluarga (tidak ada
dukungan) sebanyak 4 responden
(44,44%).
Menurut Friedman (2010),
dukungan keluarga adalah dukungan
yang dirasakan oleh anggota keluarga
ada/dapat diakses (dukungan sosial
dapat atau tidak dapat digunakan,
tetapi anggota keluarga menerima
bahwa
orang
pendukung
siap
memberikan bantuan dan pertolongan
jika dibutuhkan).
Menurut
Setiadi
(2009),
manfaat
dukungan
keluarga
menjadikan
keluarga
mampu
berfungsi dengan berbagai akal,
sehingga
akan
meningkatkan
kesehatan dan adaptasi mereka dalam
kehidupan. Menurut Friedman (dalam
Setiadi, 2009), jenis dukungan yang
dapat diberikan berupa dukungan
instrumental, dukungan informasional,
dukungan penilaian, dan dukungan
emosional.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi dukungan keluarga
adalah pendidikan dan pengetahuan,
lingkungan dan interaksi sosial, kelas
sosial,
dan
bentuk
keluarga
(Friedman, 2003).
Ada dukungan keluarga yang
dirasakan oleh responden (klien
kanker) sebanyak 5 responden
(55,56%). Hal ini dapat dipengaruhi
oleh jumlah dalam keluarga sebagian
besar 4 orang, yaitu sebanyak 3
responden (33,33%). Karena jumlah
orang
dalam
suatu
keluarga
mempengaruhi
status
ekonomi
keluarga
(kebutuhan
yang
dikeluarkan).
Tidak ada dukungan keluarga
yang dirasakan oleh responden (klien
kanker) sebanyak 4 responden
(44,44%). Hal ini dapat dipengaruhi
oleh jumlah dalam keluarga sebagian
besar lebih dari 4 orang dalam
keluarga, yaitu sebanyak 3 responden
(33,33%). Bentuk keluarga seperti ini
dapat mempengaruhi status ekonomi
keluarga, karena semakin banyak
jumlah dalam suatu keluarga maka
semakin banyak kebutuhan yang
dikeluarkan.
2.
Respon Berduka Klien Kanker
Berdasarkan
tabel
2
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden (klien kanker) berespon
denial
sebanyak
2
responden
(22,22%) dan bargaining sebanyak 2
responden (22,22%).
Menurut Potter&Perry (2005),
berduka atau dukacita adalah respon
normal terhadap setiap kehilangan.
Perilaku dan perasaan yang berkaitan
dengan respon berduka terjadi pada
individu yang menderita kehilangan
seperti perubahan fisik atau kematian
teman dekat. Proses ini juga terjadi
ketika individu menghadapi kematian
mereka sendiri.
Proses berduka menurut teori
Kubbler-Ross tahun 1969 ada 5, yaitu
denial, anger, bargaining, depression,
dan acceptance.
Respon berduka responden
(klien kanker) berespon denial
sebanyak 2 responden (22,22%) dan
bargaining sebanyak 2 responden
(22,22%). Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa
faktor
yaitu,
usia,
pendidikan, pekerjaan, status sosioekonomi, kehilangan yang dialami,
support system (dukungan keluarga).
Usia dari responden yang respon
berdukanya denial dan bargaining
sebagian besar usia 31-40 tahun, yaitu
3 responden (33,33%). Menurut
Kozier (2010), usia mempengaruhi
pemahaman dan reaksi seseorang
terhadap kehilangan.
Dewasa muda menghubungkan
kehilangan dengan signifikannya
terhadap status, peran, dan gaya
hidup. Kehilangan pekerjaan atau
kesejahteraan ekonomi, perceraian,
atau kerusakan fisik menyebabkan
dukacita
yang
mendalam
dan
mengancam keberhasilan. Individu
usia baya mulai menyadari bahwa
kemudaan dan kebugaran fisik tidak
dapat dijadikan jaminan. Orang
dewasa mulai menelaah kembali
tentang
hidup
untuk
mempertimbangkan pilihan yang
tersedia
untuk
mencapai
kesempurnaan.
Lansia
sering
mengalami banyak kepuasan hidup
jika dibandingkan dengan yang usia
muda (Potter&Perry, 2005).
Pekerjaan dari responden yang
respon berdukanya denial dan
bargaining sebagian besar swasta,
yaitu
2
responden
(22,22%).
Seseorang yang dihadapkan dengan
kehilangan yang berat dan kesulitan
ekonomi mungkin tidak mampu
menghadapi
keduanya.
Menurut
Suseno (2005) kekurangan keuangan
atau tidak memiliki pekerjaan yang
dianggap layak memperbesar stress
pada orang yang berduka.
Dukungan
keluarga
yang
dirasakan oleh responden yang respon
berdukanya denial dan bargaining
sebagian besar dukungan keluarga
negatif, yaitu 4 responden (44,44%).
Responden tidak merasakan adanya
dukungan keluarga sehingga respon
berduka yang dialami belum sampai
pada fase menerima. Menurut Rando
(dalam Suseno, 2005), kehilangan
support biasanya mengacu pada
kesulitan mengatasi masalah berduka
dengan sukses atau baik.
Respon berduka responden
(klien kanker) berespon acceptance
sebanyak 5 responden (55,56%). Hal
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu usia, pendidikan, pekerjaan,
status sosio-ekonomi, kehilangan yang
dialami, support system (dukungan
keluarga).
Usia dari responden yang
berdukanya acceptance sebagian besar
usia 51-60 tahun sebanyak 3
responden (33,33%). Menurut Kozier
(2010),
usia
mempengaruhi
pemahaman dan reaksi seseorang
terhadap kehilangan. Dan orang
dewasa mulai menelaah kembali
tentang
hidup
untuk
mempertimbangkan pilihan yang
tersedia
untuk
mencapai
kesempurnaan (Potter&Perry, 2005).
Pekerjaan dari responden yang
respon
berdukanya
acceptance
sebagian besar PNS, yaitu 4
responden (44,44%). Menurut Suseno
(2005), kekurangan keuangan atau
tidak memiliki pekerjaan yang
dianggap layak memperbesar stress
pada orang yang berduka. Responden
yang bekerja sebagai pegawai negeri
sipil memiliki asuransi kesehatan dan
penghasilan yang cukup.
Dukungan
keluarga
yang
dirasakan oleh responden yang respon
berdukanya acceptance
sebagian
besar merasakan dukungan keluarga
(ada
dukungan).
Responden
merasakan dukungan keluarga (ada
dukungan) sehingga respon berduka
yang dialami sampai pada fase
menerima. Proses berduka merupakan
proses yang normal dan perlu
distimulasi dan di fasilitasi oleh
lingkungan sosial agar segera sampai
pada fase menerima (Keliat, 1998).
3.
Analisa Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Respon Berduka
pada Klien Kanker
Berdasarkan tabel 3 dapat
diketahui bahwa responden (klien
kanker) yang tidak merasakan
dukungan keluarga (tidak ada
dukungan),
mengalami
respon
berduka denial sebanyak 2 responden
(22,22%) dan respon berduka
bargaining sebanyak 2 responden
(22,22%). Dan responden (klien
kanker) yang merasakan dukungan
keluarga (ada dukungan), mengalami
respon berduka acceptance sebanyak
5 responden (55,56%).
Berdasarkan hasil Uji Pasti
dari Fisher (Fisher’s Exact Test)
didapatkan ρ = 0,008, berarti ρ < α
(0,05) sehingga H0 ditolak yang
artinya ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan respon berduka pada
klien kanker di Rumah Sakit Islam
Sakinah Mojokerto.
Berduka adalah respon yang
normal terhadap kehilangan (Potter &
Perry,
2005).
Proses
berduka
merupakan proses yang normal dan
perlu distimulasi dan di fasilitasi oleh
lingkungan sosial agar segera sampai
pada fase menerima (Keliat, 1998).
Respon
berduka
juga
akan
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi,
peran jenis kelamin, status sosioekonomi, hubungan yang alami,
sistem pendukung sosial, kehilangan
yang alami, tujuan, dan harapan
(Suseno, 2005). Salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi respon berduka
adalah sistem pendukung sosial
(dukungan
keluarga).
Dukungan
harus tersedia ketika klien yang
berduka melalui proses berkabung
(Potter&Perry, 2005). Kurangnya
dukungan biasanya menyebabkan
kesulitan dalam keberhasilan resolusi
berduka (Rando dalam Potter&Perry,
2005).
Responden yang mengalami
respon berduka denial dan bargaining
akibat dari responden tidak merasakan
adanya dukungan keluarga (tidak ada
dukungan),
yaitu
sebanyak
4
responden
(44,44%).
Hal
ini
disebabkan banyak faktor, yaitu usia
responden 31-40 tahun sebesar
33,33% yang termasuk usia dewasa
muda. Karena usia dewasa muda
pemahamannya terhadap kehilangan
yang
dialami
dirasakan
yang
mendalam
dan
mengancam
keberhasilannya, selain itu tidak ada
dukungan keluarga yang dirasakan
(tidak ada dukungan).
Status perkawinan responden
kawin sebesar 44,44%, hal ini dapat
mempengaruhi
peran
responden
sebagai istri atau suami. Oleh karena
itu, mereka merasa tidak akan berguna
lagi untuk pasangannya dan merespon
kehilangan sebagai suatu ancaman dan
dukungan
keluarga
yang
dirasakannnya
negatif.
Status
pekerjaan responden adalah swasta
sebesar 22,22%. Mereka yang
sebelum sakit bekerja dan ketika sakit
tidak dapat bekerja lagi, maka mereka
takut akan tidak akan bisa untuk
bekerja lagi karena sakit yang dialami.
Dan penghasilan yang diperoleh juga
ikut berkurang, hal ini akan
mempengaruhi
ekonomi
dalam
keluarganya begitu juga dengan biaya
pengobatannya
Menurut
Suseno
(2005) kekurangan keuangan atau
tidak memiliki pekerjaan yang
dianggap layak memperbesar stress
pada orang yang berduka. Oleh karna
itu,
responden
tidka
dapat
menggunakan adaptasi terhadap stress
yang dialami sehingga respon
berdukanya pada tahap denial dan
bargaining.
Responden yang mengalami
respon berduka acceptance akibat dari
responden yang merasakan adanya
dukungan keluarga (ada dukungan),
yaitu sebanyak 5 responden (55,56%).
Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor, yaitu usia 51-60 tahun. Karena
orang dewasa mulai menelaah
kembali
tentang
hidup
untuk
mempertimbangkan pilihan yang
tersedia
untuk
mencapai
kesempurnaan.
Pekerjaan dari responden yang
respon
berdukanya
acceptance
sebagian besar PNS, yaitu 4
responden
(44,44%).
Karena
Responden yang bekerja sebagai
pegawai negeri sipil memiliki asuransi
kesehatan dan penghasilan yang
cukup. Menurut Suseno (2005),
kekurangan keuangan atau tidak
memiliki pekerjaan yang dianggap
layak memperbesar stress pada orang
yang berduka.
KESIMPULAN
1. Dukungan keluarga yang dirasakan
oleh klien kanker di Rumah Sakit
Islam Sakinah Mojokerto sebagian
besar dukungan keluarga positif (ada
dukungan keluarga) yaitu sebanyak 5
responden (55,56%).
2. Respon berduka klien kanker di
Rumah
Sakit
Islam
Sakinah
Mojokerto sebagian besar berespon
pada fase menerima (acceptance)
sebanyak 5 responden (55,56%).
3. Hubungan dukungan keluarga dengan
respon berduka pada klien kanker di
Rumah
Sakit
Islam
Sakinah
Mojokerto berdasarkan hasil Uji Pasti
dari Fisher (Fisher’s Exact Test)
didapatkan ρ = 0,008, berarti ρ < α
(0,05) sehingga H0 ditolak yang
artinya ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan respon berduka pada
klien kanker di Rumah Sakit Islam
Sakinah Mojokerto. Jadi dapat
disimpulkan
bahwa
dukungan
keluarga
mempunyai
fungsi
membantu klien saat menggunakan
mekanisme kopingnya dalam berduka.
Semakin tinggi dukungan keluarga,
maka respon berduka sampai pada
fase menerima (acceptance).
SARAN
1.Bagi Klien Kanker
a) Klien yang mengalami respon berduka
pada tahap denial diharapkan agar
dapat menerima realitas tentang
keadaannya dan dapat menerima
informasi akurat tentang dirinya.
b) Klien yang mengalami respon berduka
pada tahap anger diharapkan dapat
mengendalikan marahnya sehingga
tidak berlebihan atau sewajarnya, dan
tidak menjadi penuntut kepada dirinya
sendiri maupun orang lain.
c) Klien yang mengalami respon berduka
pada tahap bargaining diharapkan
dapat menerima realitas tentang
dirinya sekarang sehingga tidak terusmenerus membuat penawaran pada
Tuhan, diri sendiri, maupun orang
lain.
d) Klien yang mengalami respon berduka
pada tahap depression diharapkan
klien
tetap
bersosialisasi
dan
beraktivitas seperti sebelum sakit.
Mengungkapkan isi perasaan kepada
keluarga,
teman,
atau
kerabat
dekatnya.
e) Klien yang mengalami respon berduka
pada tahap acceptance diharapkan
agar klien dapat mempertahankan
adaptasinya terhadap stressor yang
sedang dialaminya (sakit kanker).
2.Bagi Keluarga
a) Diharapkan pada keluarga yang belum
memberikan dukungannya dengan
baik dapat meningkatkan fungsi
keluarga
dalam
memberikan
dukungannya
pada
anggota
keluarganya yang sakit agar klien
tetap
menggunakan
mekanisme
kopingnya dengan baik, yaitu respon
berduka
pada
fase
menerima
(acceptance).
b) Diharapkan pada keluarga yang sudah
memberikan dukungannya dengan
baik agar mempertahankannya bahkan
dapat meningkatkan fungsi dalam
perawatan
kesehatan
anggota
keluarganya yang sakit, sehingga klien
tetap pada adaptasi stress yang baik.
3.Bagi perawat rumah sakit diharapkan
perawat tetap memperhatikan keadaan
psikologis klien kanker dengan
pendekatan secara terapeutik agar
klien kanker dapat berespon pada fase
menerima (acceptance).
4.Bagi peneliti berikutnya disarankan
untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dalam ruang lingkup yang lebih
besar tentang bagaimana dukungan
keluarga
dalam
meningkatkan
mekanisme koping yang digunakan
klien agar klien dapat berespon pada
fase menerima (acceptance).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta
Azis, M.F dkk. 2006. Onkologi
Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Azwar, S. 2005. Sikap Manusia: Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustakan pelajar
________. 2007. Metode Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baradero, M. 2007. Seri Asuhan
Keperawatan Klien Kanker. Jakarta:
EGC
Carpenitto-Moyet, L.J. 2006. Buku Saku
Diagnosis Keperawatan Ed. 10.
Jakarta: EGC
Christine, 2011. Bab I Pendahuluan
Universitas Pembangunan Nasional.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12
3456789/21470/5/Chapter%20I.pdf
Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan
Jiwa dengan Masalah Psikososial.
Jakarta: TIM
Friedman, M. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Keluarga Riset, Teori,
dan Praktik. Jakarta: EGC
Haryanto, N. 2009. Mengenal, Mencegah,
Mengatasi Silent Killer Kanker.
Semarang: Pustaka Widyamara
Hidayat, A.A. 2008. Riset Keperawatan
dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika
____________. 2009. Metode Penelitian
Keperawatan dan Tehnik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika
Indrawati, M. 2009. Bahaya Kanker bagi
Wanita & Pria. Jakarta: AV Publisher
Keliat, B. A. 1998. Gangguan Koping,
Citra Tubuh, dan Seksual pada
Kanker. Jakarta: EGC
Kozier, B. et al. 2010. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, & Praktik. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Metode Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Perry & Potter. 2009. Fundamental
Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika
Potter, P. A. 2005. Buku Ajar
Fundamental Kperawatan: Konsep,
proses, dan praktik vol.1 Ed.4.
Jakarta: EGC
Setiadi. 2008. Konsep & Proses
Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Sugiyono. 2006. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suseno, T. A. 2005. Buku Ajar Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia:
Kehilangan, Kematian, dan Berduka
dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Sagung Seto
Videback, Sheila L. 2008. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Download