Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Respon Berduka Pada Klien Kanker Di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto Heri Triwibowo, Heni Frilasari, Ika Ainur Rofi’ah ABSTRACT Cancer is a long period of time disease, especially can be life threaten. Cancer client who has appearance change caused from disease process and treatment program will under go a process of change that begin with denial, anger, bargaining, depression, and acceptance. Support have to be available when the client who is grieving through the mourning process. The purpose of this research was to know the correlation between the family support with grieving response to cancer client at the Sakinah Islamic Hospital Mojokerto. The research is kind of correlation analytical with cross sectional approach. Population of the research is 13 cancer client. The sample quantity taken is 9 respondents using consecutive sampling technique for a month. Collecting data use a questionnaire and were tested with Fisher’ Exact Test, with ρ = 0,008, it is means ρ < α (0,005), so H0 is rejected which mean there is a correlation between the family support with grieving response to cancer client at the Sakinah Islamic Hospital Mojokerto. A good family support will help the respondents use their coping mechanism to the best grieving response. Lack of the support can cause to difficult in successful resolution of grief that the respondent does not end up in the acceptance phase. Keywords: Family Support, Grieving Response, Cancer Client PENDAHULUAN Kanker adalah salah satu penyakit terminal, yaitu suatu proses yang progesif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi individu (Ermawati, 2009). Penyakit dengan jangka waktu yang lama, terutama dapat mengancam kehidupan dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku lebih luas, seperti ansietas, penolakan, marah (Potter & Perry, 2005). Klien kanker yang berubah penampilan tubuhnya akibat proses penyakit dan program terapi akan mengalami proses berubah yang diawali dengan denial (mengingkari), marah, tawar-menawar, depresi, dan menerima (Keliat, 1998). Dukungan harus tersedia ketika klien yang berduka melalui proses berkabung (Potter&Perry, 2005). Kurangnya dukungan biasanya menyebabkan kesulitan dalam keberhasilan resolusi berduka (Rando dalam Potter&Perry, 2005). Jika perubahan ini tidak terintegrasi dengan konsep diri maka individu mengalami respon berduka maladaptif, yaitu berduka yang berkepanjangan dan terlibat dalam aktivitas yang menyimpang (Carpenito, 2006). Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang tidak menular yang jumlah penderitanya mempunyai kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Menurut World Health Organization (WHO) 2005, penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit kardiovaskuler. Di Indonesia kanker menduduki peringkat keenam sebagai penyebab kematian utama. Sekitar 800.000 orang terserang kanker tiap tahunnya. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diterbitkan pada tahun 2007, menyebutkan bahwa sebanyak 7,6 juta jiwa meninggal pada tahun 2005 dan 84 juta lainnya akan mati dalam jangka waktu 10 tahun ke depan (Christine, 2011). Dari data yang diperoleh di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto pada tanggal 19 Nopember 2011, pada tahun 2009 terdapat 53 klien kanker, pada tahun 2010 terdapat 83 klien kanker, tahun 2011 sampai bulan nopember terdapat 137 klien kanker. Menurut data awal yang dilakukan pada 7 (100%) klien kanker di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto didapatkan 3 (42,86%) mengatakan keluarga jarang memperhatikan dirinya dan 4 (57,14%) mengatakan masih tetap diperhatikan oleh keluarganya. Kemudian 3 (42,86%) berespon adaptif dan 4 (57,14%) berespon maladaptif. Berduka adalah respon yang normal terhadap kehilangan (Potter & Perry, 2005). Proses berduka merupakan proses yang normal dan perlu distimulasi dan di fasilitasi oleh lingkungan sosial agar segera sampai pada fase menerima (Keliat, 1998). Respon berduka juga akan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, peran jenis kelamin, status sosio-ekonomi, hubungan yang alami, sistem pendukung sosial, kehilangan yang alami, tujuan, dan harapan (Suseno, 2005). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi respon berduka adalah sistem pendukung sosial (dukungan keluarga). Berduka yang adapatif terjadi pada klien kanker yang menerima diagnosis yang mempunyai efek jangka panjang terhadap fungsi tubuh (Potter&Perry, 2005). Berduka menurut Kubler-Ross (1969) berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 fase yaitu denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance (Suseno, 2005). Respon berduka adaptif bisa mengakibatkan klien mengekspresikan distress pada kehilangan potensial, menyangkal, rasa bersalah, kemarahan, perubahan kebiasaan makan, dan perubahan dalam pola sosial (Carpenito, 2006). Klien kanker yang menerima diagnosis penyakit dan mengalami kehilangan yang tidak dapat dikenali, rasa berkabung yang luas, atau didukung secara sosial menyebabkan dukacita terselebung (Potter & Perry, 2005). Klien tidak dapat melewati proses berduka sampai tahap yang terakhir, yaitu respon berduka maladaptif yang dapat mengakibatkan ketidakberhasilan adaptasi terhadap kehilangan, depresi, menyangkal yang berkepanjangan, reaksi emosional yang lambat, tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal, isolasi sosial atau menarik diri, gagal untuk mengembangkan hubungan atau minat baru, gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah kehilangan (Carpenito, 2006). Dukungan sangat diperlukan terutama dalam menghadapi masalah yang pelik termasuk penyakit yang serius (Keliat, 1998). Keluarga harus mengintegrasikan pengalaman penyakit dari anggota keluarga ke dalam kehidupan mereka yang sedang berjalan. Sepanjang masa sakit, keluarga harus terus berfungsi dan berkembang untuk mengatasi semua masalah dan kebutuhan (Potter&Perry, 2005). Dukungan yang diberikan dapat berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional (Setiadi, 2008). Selain itu, keluarga juga dapat memberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan, mendorong membuka perasaan negatif, memberi umpan balik perilaku, memberi informasi yang dibutuhkan, memberi rasa percaya dan keyakinan, memberi dukungan yang bervariasi (uang, bantuan, fisik, material, dan tanggung jawab), menghargai penilaian personal yang cocok terhadap kejadian (Braird dalam Keliat, 1998). Disamping dukungan keluarga, klien juga harus menghadapi serangkaian tugas sepanjang semua fase penyakit yang mengancam hidup dan mempunyai berbagai tingkat keberhasilan dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi (Doka dalam Potter&Perry, 2005). Klien seharusnya bisa menghadapi realitas, menghindari denial (menyangkal) yang berlebihan, komunikasi terbuka dengan orang lain, mempunyai harapan yang realistik, mempertahankan moral dan harga diri, sedapat mungkin berfokus pada penyelesaian masalah, dan menggunakan koping yang adaptif (Weisman dalam Keliat, 1998). METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Analitik korelasional adalah suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melalukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua klien kanker di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 13 klien kanker.Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 9 responden klien kanker. Karena uji statistik Chi-Square tidak memenuhi syarat, maka uji statistik yang digunakan peneliti adalah Uji Pasti dari Fisher (Fisher’s Exact Test) menggunakan progam SPSS for Windows dengan tingkat kemaknaan (α) = 5% (0,05) dan ρ < 0,05 maka H0 ditolak berarti ada hubungan antara dukungan keluarga dengan respon berduka pada klien kanker di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto. HASIL PENELITIAN 1. Dukungan Keluarga Tabel 1 Distribusi frekuensi responden (klien kanker) berdasarkan dukungan keluarga di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto pada Bulan Nopember 2011 sampai dengan Juni 2012 No Dukungan Keluarga Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Tidak Ada Dukungan 4 44,44 2 Ada Dukungan 5 55,56 9 100 Jumlah Sumber data: Kuesioner 2. Respon Berduka Klien Kanker Tabel 2 Distribusi frekuensi responden (klien kanker) berdasarkan respon berduka di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto pada Bulan Nopember 2011 sampai dengan Juni 2012 No Respon Berduka Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Denial 2 22,22 2 Angger 0 0 3 Bargaining 2 22,22 4 Depression 0 0 5 Acceptance 5 55,56 Jumlah 9 100 Sumber data: Kuesioner 3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Berduka pada Klien Kanker di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto pada Bulan Nopember 2011 sampai dengan Juni 2012 Tabel 3 Tabulasi silang hubungan dukungan keluarga dengan respon berduka pada klien kanker di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto pada Bulan Nopember 2011 sampai dengan Juni 2012 Respon Berduka Klien Kanker Dukungan Denial Keluarga Tidak Anger Bargain Depre Accepta ing ssion nce Jumlah f % f % f % f % f % f % 2 22,22 0 0 2 22,22 0 0 0 0 4 44,44 0 0 0 0 0 0 0 0 5 55,56 5 55,56 0 0 2 22,22 0 0 5 55,56 9 100 Ada Ada Jumlah 2 22,22 Sumber data: Kuesioner Berdasarkan hasil Uji Pasti dari Fisher (Fisher’s Exact Test) didapatkan ρ = 0,008, berarti ρ < α (0,05) sehingga H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan respon berduka pada klien kanker di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto. PEMBAHASAN 1. Dukungan Keluarga Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa yang responden (klien kanker) yang merasakan dukungan keluarga (ada dukungan) sebanyak 5 responden (55,56%). Dan responden yang tidak merasakan dukungan keluarga (tidak ada dukungan) sebanyak 4 responden (44,44%). Menurut Friedman (2010), dukungan keluarga adalah dukungan yang dirasakan oleh anggota keluarga ada/dapat diakses (dukungan sosial dapat atau tidak dapat digunakan, tetapi anggota keluarga menerima bahwa orang pendukung siap memberikan bantuan dan pertolongan jika dibutuhkan). Menurut Setiadi (2009), manfaat dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan. Menurut Friedman (dalam Setiadi, 2009), jenis dukungan yang dapat diberikan berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah pendidikan dan pengetahuan, lingkungan dan interaksi sosial, kelas sosial, dan bentuk keluarga (Friedman, 2003). Ada dukungan keluarga yang dirasakan oleh responden (klien kanker) sebanyak 5 responden (55,56%). Hal ini dapat dipengaruhi oleh jumlah dalam keluarga sebagian besar 4 orang, yaitu sebanyak 3 responden (33,33%). Karena jumlah orang dalam suatu keluarga mempengaruhi status ekonomi keluarga (kebutuhan yang dikeluarkan). Tidak ada dukungan keluarga yang dirasakan oleh responden (klien kanker) sebanyak 4 responden (44,44%). Hal ini dapat dipengaruhi oleh jumlah dalam keluarga sebagian besar lebih dari 4 orang dalam keluarga, yaitu sebanyak 3 responden (33,33%). Bentuk keluarga seperti ini dapat mempengaruhi status ekonomi keluarga, karena semakin banyak jumlah dalam suatu keluarga maka semakin banyak kebutuhan yang dikeluarkan. 2. Respon Berduka Klien Kanker Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (klien kanker) berespon denial sebanyak 2 responden (22,22%) dan bargaining sebanyak 2 responden (22,22%). Menurut Potter&Perry (2005), berduka atau dukacita adalah respon normal terhadap setiap kehilangan. Perilaku dan perasaan yang berkaitan dengan respon berduka terjadi pada individu yang menderita kehilangan seperti perubahan fisik atau kematian teman dekat. Proses ini juga terjadi ketika individu menghadapi kematian mereka sendiri. Proses berduka menurut teori Kubbler-Ross tahun 1969 ada 5, yaitu denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance. Respon berduka responden (klien kanker) berespon denial sebanyak 2 responden (22,22%) dan bargaining sebanyak 2 responden (22,22%). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, usia, pendidikan, pekerjaan, status sosioekonomi, kehilangan yang dialami, support system (dukungan keluarga). Usia dari responden yang respon berdukanya denial dan bargaining sebagian besar usia 31-40 tahun, yaitu 3 responden (33,33%). Menurut Kozier (2010), usia mempengaruhi pemahaman dan reaksi seseorang terhadap kehilangan. Dewasa muda menghubungkan kehilangan dengan signifikannya terhadap status, peran, dan gaya hidup. Kehilangan pekerjaan atau kesejahteraan ekonomi, perceraian, atau kerusakan fisik menyebabkan dukacita yang mendalam dan mengancam keberhasilan. Individu usia baya mulai menyadari bahwa kemudaan dan kebugaran fisik tidak dapat dijadikan jaminan. Orang dewasa mulai menelaah kembali tentang hidup untuk mempertimbangkan pilihan yang tersedia untuk mencapai kesempurnaan. Lansia sering mengalami banyak kepuasan hidup jika dibandingkan dengan yang usia muda (Potter&Perry, 2005). Pekerjaan dari responden yang respon berdukanya denial dan bargaining sebagian besar swasta, yaitu 2 responden (22,22%). Seseorang yang dihadapkan dengan kehilangan yang berat dan kesulitan ekonomi mungkin tidak mampu menghadapi keduanya. Menurut Suseno (2005) kekurangan keuangan atau tidak memiliki pekerjaan yang dianggap layak memperbesar stress pada orang yang berduka. Dukungan keluarga yang dirasakan oleh responden yang respon berdukanya denial dan bargaining sebagian besar dukungan keluarga negatif, yaitu 4 responden (44,44%). Responden tidak merasakan adanya dukungan keluarga sehingga respon berduka yang dialami belum sampai pada fase menerima. Menurut Rando (dalam Suseno, 2005), kehilangan support biasanya mengacu pada kesulitan mengatasi masalah berduka dengan sukses atau baik. Respon berduka responden (klien kanker) berespon acceptance sebanyak 5 responden (55,56%). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, status sosio-ekonomi, kehilangan yang dialami, support system (dukungan keluarga). Usia dari responden yang berdukanya acceptance sebagian besar usia 51-60 tahun sebanyak 3 responden (33,33%). Menurut Kozier (2010), usia mempengaruhi pemahaman dan reaksi seseorang terhadap kehilangan. Dan orang dewasa mulai menelaah kembali tentang hidup untuk mempertimbangkan pilihan yang tersedia untuk mencapai kesempurnaan (Potter&Perry, 2005). Pekerjaan dari responden yang respon berdukanya acceptance sebagian besar PNS, yaitu 4 responden (44,44%). Menurut Suseno (2005), kekurangan keuangan atau tidak memiliki pekerjaan yang dianggap layak memperbesar stress pada orang yang berduka. Responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil memiliki asuransi kesehatan dan penghasilan yang cukup. Dukungan keluarga yang dirasakan oleh responden yang respon berdukanya acceptance sebagian besar merasakan dukungan keluarga (ada dukungan). Responden merasakan dukungan keluarga (ada dukungan) sehingga respon berduka yang dialami sampai pada fase menerima. Proses berduka merupakan proses yang normal dan perlu distimulasi dan di fasilitasi oleh lingkungan sosial agar segera sampai pada fase menerima (Keliat, 1998). 3. Analisa Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Berduka pada Klien Kanker Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa responden (klien kanker) yang tidak merasakan dukungan keluarga (tidak ada dukungan), mengalami respon berduka denial sebanyak 2 responden (22,22%) dan respon berduka bargaining sebanyak 2 responden (22,22%). Dan responden (klien kanker) yang merasakan dukungan keluarga (ada dukungan), mengalami respon berduka acceptance sebanyak 5 responden (55,56%). Berdasarkan hasil Uji Pasti dari Fisher (Fisher’s Exact Test) didapatkan ρ = 0,008, berarti ρ < α (0,05) sehingga H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan respon berduka pada klien kanker di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto. Berduka adalah respon yang normal terhadap kehilangan (Potter & Perry, 2005). Proses berduka merupakan proses yang normal dan perlu distimulasi dan di fasilitasi oleh lingkungan sosial agar segera sampai pada fase menerima (Keliat, 1998). Respon berduka juga akan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, peran jenis kelamin, status sosioekonomi, hubungan yang alami, sistem pendukung sosial, kehilangan yang alami, tujuan, dan harapan (Suseno, 2005). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi respon berduka adalah sistem pendukung sosial (dukungan keluarga). Dukungan harus tersedia ketika klien yang berduka melalui proses berkabung (Potter&Perry, 2005). Kurangnya dukungan biasanya menyebabkan kesulitan dalam keberhasilan resolusi berduka (Rando dalam Potter&Perry, 2005). Responden yang mengalami respon berduka denial dan bargaining akibat dari responden tidak merasakan adanya dukungan keluarga (tidak ada dukungan), yaitu sebanyak 4 responden (44,44%). Hal ini disebabkan banyak faktor, yaitu usia responden 31-40 tahun sebesar 33,33% yang termasuk usia dewasa muda. Karena usia dewasa muda pemahamannya terhadap kehilangan yang dialami dirasakan yang mendalam dan mengancam keberhasilannya, selain itu tidak ada dukungan keluarga yang dirasakan (tidak ada dukungan). Status perkawinan responden kawin sebesar 44,44%, hal ini dapat mempengaruhi peran responden sebagai istri atau suami. Oleh karena itu, mereka merasa tidak akan berguna lagi untuk pasangannya dan merespon kehilangan sebagai suatu ancaman dan dukungan keluarga yang dirasakannnya negatif. Status pekerjaan responden adalah swasta sebesar 22,22%. Mereka yang sebelum sakit bekerja dan ketika sakit tidak dapat bekerja lagi, maka mereka takut akan tidak akan bisa untuk bekerja lagi karena sakit yang dialami. Dan penghasilan yang diperoleh juga ikut berkurang, hal ini akan mempengaruhi ekonomi dalam keluarganya begitu juga dengan biaya pengobatannya Menurut Suseno (2005) kekurangan keuangan atau tidak memiliki pekerjaan yang dianggap layak memperbesar stress pada orang yang berduka. Oleh karna itu, responden tidka dapat menggunakan adaptasi terhadap stress yang dialami sehingga respon berdukanya pada tahap denial dan bargaining. Responden yang mengalami respon berduka acceptance akibat dari responden yang merasakan adanya dukungan keluarga (ada dukungan), yaitu sebanyak 5 responden (55,56%). Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu usia 51-60 tahun. Karena orang dewasa mulai menelaah kembali tentang hidup untuk mempertimbangkan pilihan yang tersedia untuk mencapai kesempurnaan. Pekerjaan dari responden yang respon berdukanya acceptance sebagian besar PNS, yaitu 4 responden (44,44%). Karena Responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil memiliki asuransi kesehatan dan penghasilan yang cukup. Menurut Suseno (2005), kekurangan keuangan atau tidak memiliki pekerjaan yang dianggap layak memperbesar stress pada orang yang berduka. KESIMPULAN 1. Dukungan keluarga yang dirasakan oleh klien kanker di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto sebagian besar dukungan keluarga positif (ada dukungan keluarga) yaitu sebanyak 5 responden (55,56%). 2. Respon berduka klien kanker di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto sebagian besar berespon pada fase menerima (acceptance) sebanyak 5 responden (55,56%). 3. Hubungan dukungan keluarga dengan respon berduka pada klien kanker di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto berdasarkan hasil Uji Pasti dari Fisher (Fisher’s Exact Test) didapatkan ρ = 0,008, berarti ρ < α (0,05) sehingga H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan respon berduka pada klien kanker di Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto. Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga mempunyai fungsi membantu klien saat menggunakan mekanisme kopingnya dalam berduka. Semakin tinggi dukungan keluarga, maka respon berduka sampai pada fase menerima (acceptance). SARAN 1.Bagi Klien Kanker a) Klien yang mengalami respon berduka pada tahap denial diharapkan agar dapat menerima realitas tentang keadaannya dan dapat menerima informasi akurat tentang dirinya. b) Klien yang mengalami respon berduka pada tahap anger diharapkan dapat mengendalikan marahnya sehingga tidak berlebihan atau sewajarnya, dan tidak menjadi penuntut kepada dirinya sendiri maupun orang lain. c) Klien yang mengalami respon berduka pada tahap bargaining diharapkan dapat menerima realitas tentang dirinya sekarang sehingga tidak terusmenerus membuat penawaran pada Tuhan, diri sendiri, maupun orang lain. d) Klien yang mengalami respon berduka pada tahap depression diharapkan klien tetap bersosialisasi dan beraktivitas seperti sebelum sakit. Mengungkapkan isi perasaan kepada keluarga, teman, atau kerabat dekatnya. e) Klien yang mengalami respon berduka pada tahap acceptance diharapkan agar klien dapat mempertahankan adaptasinya terhadap stressor yang sedang dialaminya (sakit kanker). 2.Bagi Keluarga a) Diharapkan pada keluarga yang belum memberikan dukungannya dengan baik dapat meningkatkan fungsi keluarga dalam memberikan dukungannya pada anggota keluarganya yang sakit agar klien tetap menggunakan mekanisme kopingnya dengan baik, yaitu respon berduka pada fase menerima (acceptance). b) Diharapkan pada keluarga yang sudah memberikan dukungannya dengan baik agar mempertahankannya bahkan dapat meningkatkan fungsi dalam perawatan kesehatan anggota keluarganya yang sakit, sehingga klien tetap pada adaptasi stress yang baik. 3.Bagi perawat rumah sakit diharapkan perawat tetap memperhatikan keadaan psikologis klien kanker dengan pendekatan secara terapeutik agar klien kanker dapat berespon pada fase menerima (acceptance). 4.Bagi peneliti berikutnya disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam ruang lingkup yang lebih besar tentang bagaimana dukungan keluarga dalam meningkatkan mekanisme koping yang digunakan klien agar klien dapat berespon pada fase menerima (acceptance). DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Azis, M.F dkk. 2006. Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Azwar, S. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustakan pelajar ________. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baradero, M. 2007. Seri Asuhan Keperawatan Klien Kanker. Jakarta: EGC Carpenitto-Moyet, L.J. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 10. Jakarta: EGC Christine, 2011. Bab I Pendahuluan Universitas Pembangunan Nasional. http://repository.usu.ac.id/bitstream/12 3456789/21470/5/Chapter%20I.pdf Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta: TIM Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Jakarta: EGC Haryanto, N. 2009. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Kanker. Semarang: Pustaka Widyamara Hidayat, A.A. 2008. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika ____________. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Indrawati, M. 2009. Bahaya Kanker bagi Wanita & Pria. Jakarta: AV Publisher Keliat, B. A. 1998. Gangguan Koping, Citra Tubuh, dan Seksual pada Kanker. Jakarta: EGC Kozier, B. et al. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta: EGC Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metode Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Perry & Potter. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika Potter, P. A. 2005. Buku Ajar Fundamental Kperawatan: Konsep, proses, dan praktik vol.1 Ed.4. Jakarta: EGC Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suseno, T. A. 2005. Buku Ajar Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian, dan Berduka dan Proses Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto Videback, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC