Index Jurnal Conflict over state forest land in East Java: a legal anthropology perspective - Nurjaya, I Nyoman-Ilmu Pengetahuan Sosial: Jurnal IPS dan Pengajarannya HUTAN DAN KEHUTANAN, PEMANFAATAN Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan dan menganalisis konflik penguasaan dan pemanfaatan tanah hutan Negara (state forest lands) antara Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang Unit II Jawa Timur dengan penduduk yang tinggal di desa-desa sekitar hutan. Dengan menggunakan pendekatan anthropologi hukum (legal anthropology), hasil penelitian memperlihatkan bahwa konflik tanah hutan selain bersumber dari perbedaan kepentingan (conflict of interest) dalam pemanfaatan tanah hutan, semakin menyempitnya pemilikan lahan garapan didaerah pedesaan, juga karena masalah hukum dan faktor sejarah perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan melawan bal tentara Jepang pada tahun 1940-an di daerah Malang Selatan. Index Majalah New sensore eye the rain forest - O'Neill, Thomas-national geographic hutan tropis Index Majalah Teknik nuklir dalam penelitian dalam penelitian agroforestry - Wijang H.-Duta Rimba: majalah bulanan perum perhutani pohon legum Index Majalah Conflict over state forest lands in East Java anthropology perspective - Nurjaya, I Nyoman-Ilmu Pengetahuan Sosial: Jurnal IPS dan Pengajarannya hutan dan kehutanan, pemanfaatan Index Surat Kabar Reforestasi global - William Chang-Kompas 1. EKOLOGI 2. GLOBALISASI Index Surat Kabar Indonesian forest for sale: How loe can we go? - Emilia, Stevie-The Jakarta Post 1. HUTAN, PERLINDUNGAN - INDONESIA Index Surat Kabar Benefits of integrating mining, forestry - Connely, RahmanThe Jakarta Post 1. HUTAN, PELESTARIAN Index Surat Kabar Indonesian forest law misjudges the climate - Murdiyarso, Daniel-The Jakarta Post 1. HUTAN, PELESTARIAN - UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN Index Surat Kabar Preventing illicit forest resource trafficking - Joy, Ajit-The Jakarta Post 1. IILEGAL LOGING 2. KAYU, PENYELUNDUPAN Index Surat Kabar Prerequisites for forest management - Wiryono-The Jakarta Post 1. ILLEGAL LOGGING Index Surat Kabar Indonesian forests should be more than just carbon sinks Wiryono-The Jakarta Post 1. HUTAN, PENCEMARAN LINGKUNGAN - INDONESIA Index Surat Kabar Deforestasi sebagai common enemy - Bashori Muchsin-Duta Masyarakat 1. HUTAN, KERUSAKAN Index Jurnal Potensi Pengembangan Hutan Kemasyarakatan Di Hutan Produksi Way Terusan,Lampung tengah - Elvida YS-Info Sosial Dan Ekonomi Kehutanan WAY TERUSAN PRODUCTION FOREST Index Jurnal Fenomena Perambahan Hutan Dan Perspektif Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat - Muhammad Iqbal-Info Sosial Dan Ekonomi Kehutanan FOREST, FOREST CLEARANCE Index Jurnal Kajian Tata Kelola Kehutanan Yang Baik Dalam Perspektif Kebijakan Dan Sumber Daya Manusia - Budiyanto Dwi Prasetyo-Info Sosial Dan Ekonomi Kehutanan GOOD FORESTRY GOVERNANCE, POLICY Index Jurnal Kajian Tataniaga Kayu Rakyat di Jawa Bagian Barat - Rachmand Effendi-Info Sosial Dan Ekonomi Kehutanan PRIVATE FOREST, EFFICIENCY Index Jurnal Peranan Aspek Sosial Budaya dan Ekonomi Dalam Perencanaan Hutan Tanaman Rakyat - Setiasih Irawanti-Info Sosial Dan Ekonomi Kehutanan COMMUNITY PLANTATION FOREST Index Jurnal Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Social Forestry Di Khdtk Borisallo - Abd. Kadir W.-Info Sosial Dan Ekonomi Kehutanan PEOPLE PARTICIPATION, SOCIAL FORESTRY Index Jurnal Kajian Penatausahaan Hasil Hutan Kayu Rakyat - Epi SyahadatInfo Sosial Dan Ekonomi Kehutanan COMMUNITY FOREST Index Jurnal How Should Policy Makers Respond To The Diversity Of Values And Interests In Forests?: Indonesia's Perspective - Muhammad Zahrul Muttaqin-Info Sosial Dan Ekonomi Kehutanan KEBIJAKAN KEHUTANAN, NILAI HUTAN Index Jurnal Pengaruh Kebijakan Investasi Kehutanan Terhadap Kondisi Pasar Kayu Indonesia - Indartik-Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan FORESTRY INVESTMENT REGULATIONS Index Jurnal Karasteristik Hutan Rakyat di Jawa - Nur Ainun Jariah-Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan PRIVATE FOREST, CHARACTERISTIC Index Jurnal Analisis Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Output Produksi Sektor-sektor Ekonomi Di Indonesia - Nur Arifatul Ulya-Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan FOREST FIRES, PRODUCTION OUTPUT Index Jurnal Kajian Distribusi Biaya dan Manfaat hutan lindung Sebagai Pengatur Tata Air - Sylviani-Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan PROTECTED FOREST,WATER REGULATOR Index Jurnal Peranan Industri Berbasis Kayu dalam Perekonomian Propinsi Kalimantan Tengah - Indartik dan Elvida Yosefi Suryandari-Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan FORESTRY SECTOR, INPUT-OUTPUTANALYSIS Index Jurnal Perubahan Paradigmatik Scientific Forestry ke Comunity- based Forest Management: Sebuah Pendekatan Critical Discourse Analysis Pada Buku Pengajaran "Pengantar Ilmu Kehutanan" - Handoyo-Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS Index Jurnal Kajian Dampak Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Terhadap Masyarakat Sekitar - Sylviani-Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan FOREST FUNTION CHANGE, COMMUNITY Index Jurnal Analisis Profitabilitas Wanatani (Agroforestry) Berbasis Karet Klon Dalam Berbagai Agroekologi Di Desa Karang Sakti Kecamatan Muara Sungkai Kabupaten Lampung Utara - Raisika-Sosio Ekonomika AGROEKOLOGI-KABUPATEN LAMPUNG UTARA Index Jurnal Dinamika Kelompok Tani Hutan Di Kawasan EKS Perum Perhutani Sumbawa-NTB (Dynamics Of Forest Farmer Groups on The Area Previously Managet By Perhutani Sumbawa_NTB) - C. Yudilastiantoro-Info Sosial dan Ekonomi Kehutanan KELOMPOK TANI,EKS PERUM PERHUTANI SUMBAWA,DINAMIKA KELOMPOK Penelitian ini di laksanakan pada bulan oktober sampai desember 2008 pada kelompok tani di kawasan hutan eks perum perhutani Sumbawa-NTB di desa serading,marga karya,labuhan badas dan labuhan kuris.Masing-masing kelompok tani di wakili 0leh 25 responden yang di tentukan secara sengaja.Dinamika kelompok di idetifikasi dengan menggunakan delapan faktor.Nilai kumulatif dari faktor sosial menunjukan tingkat kedinamisan kelompok dimana semakin tinggi nilai faktornya semakin danamis kelompok tersebut.Hasil penelitian menunjukan kelompok tani di desa labuhan badas (NT=73,58) merupakan kelompok tani hutan yang dinamis,sedangkan kelompok tani yang kurang dinamis adalah kelompok tani hutan di desa marga karya (NT=65,11),labuhan kuris (NT=64,31) dan serading (NT=60,09).Rata-rata nilai tertimbang (NT) adalah 65,78.Faktor kedinamisan kelompok yang memerlukan pembinaan lebih lanjut adalah setruktur kelompok dan pembinaan kelompok. Index Jurnal Sertifikasi ekolabel di hutan rakyat (studi kasus di hutan rakyat desa sumberejo dal selopuro, kabupaten wonogiri, provinsi Jawa Tengah). (Ecolabel certification in private forest (A case study at Suberejo and Selopuro villages, Wonogiri district, centra - Purwanto-Info sosial dan ekonomi kehutanan HUTAN RAKYAT, SERTIFIKASI, PERMINTAAN KAYU Hutan rakyat Sumberejo dan Selopuro terletak di Sub Das Temon, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri. Luas hutan rakyat Sumberejo dan Selopuro adalah sebesar 669 Ha. Hutan rakyat tersebut ditanami jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia macrophylla), munggur (Samanea saman), akasia (Acacia auriculiformis), dan lain-lain. Hutan rakyat ini adalah milik petani desa Selopuro dan Sumberejo mendaspatkan sertifikasi ekolabel yang pertama di Indonesia. Setelah sertifikasi masalah yang muncul adalah: 1) permintaan bersertifikasi tidak dapat dipenuhi oleh petani, 2) petani masih menjual kayu log kepedagang lokal. Kajian ini adalah untuk menjawab permasalahan tersebut di atas. Data dikumpulkan dengan studi pustaka dan penelitian kualitatif. Informan kunci adalah stakeholder yang berkonsentrasi dengan kelestarian hutan rakyat, yaitu: Dinas Kehutanan Wonogiri, Persepsi (LSM, fasilitator dalam proses sertifikasi hutan rakyat), kelompok tani Selopuro dan rumah tangga hutan rakyat. Hasil kajian menunjukkan: 1) masyrakat telah mengetahui bahwa hutan rakyat harus di atur kelestariannya, 2) Pohon adalah tabungan masa depan untuk petani, 3) petani tidak mengetahui proses setifikasi, 4) Petani menebang pohon ketika mereka membutuhkan uang untuk keperluan mendadak seperti: biaya pendidikan, pernikahan, biaya kesehatan ketika keluarga sakit dan menginap di rumah sakit, dan lain-lain. Masalah tersebut dapat diatasi dengan 1) penyuluhan tentang sistem pemasaran kayu besertifikat perlu diintensifkan, 2) proses sertifikasi perlu di perluas namun tetap dalam satu unit manajemen hutan lestari, dan 3) kelompok tani harus menyiapkan dana untuk menanggulangi kebutuhan mendadak anggotanya. Index Jurnal Analisis stakeholders dalam pengelolaan hutan rakyat pinus (Kasus di Desa Pollung, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan) (Stakeholders analysis in Pine Community Forest Management: Case study at Pollung Village, Humbang Hasudutan Regency) - Sanudin-Info sosial dan ekonomi kehutanan PENGELOLAAN, HUTAN RAKYAT, PINUS, STAKEHOLDERS Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui stakeholders dan perannya dalam pengelolaan hutan rakyat pinus di Desa Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai September 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapat empat stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat pinus di Desa Pollung yakni petani hutan rakyat, pengusaha pinus rakyat, pemerintah desa dan kecamatan, dan dinas pertambangan dan kehutanan kabupaten Humbahas. Setiap stakeholder mempunyai alasan keterlibatan dan peran yang berbeda, perbedaan ini oleh hak, tanggung jawab/kewajiban, keuntungan, dan hubungan antar stakeholdres. Petani hutan rakyat dan pengusaha pinus rakyat sebagai stakeholder utama, pemerintah desa dan Kecamatan sebagai stakeholders pendukung, dan Dinas Pertambangan dan Kehutanan sebagai stakeholders kunci. Index Jurnal Kebijakan pengembangan hutan desa: salah satu alternatif dalam pengentasan kemiskinan di pedesaan (Forest village development policy: one alternative in reducing poverty rural) - Ismatul Hakim-Info sosial dan ekonomi kehutanan DESA MANDIRI, PENGENTASAN KEMISKINAN, TATA KELOLA, INTEGRASI PERENCANAAN WILAYAH, DAN PENGELOLAAN HUTAN PARTISIPATIF Desa, selama ini terkesan kurang mendapatkan perhatian sebagai kekuatan pembaharuan yang dapat berfungsi sebagai agen perubahan dalam pembangunan (agent of development), terutama di era Orde Baru. Bahkan desa distigmatisasi sebagai daerah terbelakang, miskin, tradisionalagraris, alat mobilitas politik, dan hanya difungsikan sebagai buffer serta pensubsidi daerah perkotaan. Surplus ekonomi karena melimpahkan hasil produksi tidak pernah dinikmati masyarakat desa. Selain itu desa didekonstruksi hanya sebagai organisasi produksi bagi kepentingan masyarakat kota. Relasi sosial-ekonomi dan politik antara desa dan kota yang tidak adil mengakibatkan disparty dalam berbagai kehidupan, yang cenderung merugikan masyarakat desa, misalnya pendapatan, informasi dan aksesibilitas terhadap program pembangunan yang dijalankan pemerintah. Mengemukanya diskursus peran desa dalam kerangka otonomi dalam pengelolaan hutan akhir-akhir ini, memunculkan berbagai tanggapan pro dan kontra di berbagai kalangan. Kalangan kontra yang menyangsikan kemandirian desa, memiliki basis argumentasi kegagalan otonomi yang diperankan oleh kabupaten, walau nyata-nyata memiliki berbagai keunggulan, seperti SDM, infrastruktur fisik dan kelembagaan, baik politik maupun sosial yang jauh melebihi desa. Sedangkan kalangan yang pro otonomi desa, memiliki basis argumentasi dan rasionalitas fakta-fakta sejarah dan empiris, dimana desa telah memiliki pengalaman sebagai daerah otonom, terutama sebelum adanya penyeragaman desa melalui instrumen kebijakan Undang-undang Nomer 5 tahun 1979, yang cenderung mematikan peran desa secara politik maupun kultural. Namun, dengan dikomodirnya peran desa dalam pengelola sumberdaya hutan, melalui Undang-undang Nomer 41/1999, tentang kehutanan merupakan cerminan reponsifnya pemerintah dalam memandang desa. Desa, secara regaritas-normatif, telah diakui oleh pemerintah sebagai entitas yang memiliki potensi untuk mandiri dalam pengelolaan sumber daya hutan, sekaligus memiliki prospek dalam penanggulangan kemiskinan. Persoalannya adalah tinggal bagaimana desa menangkap dan mengimplementasikan peluang besar tersebut dalam konteks pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan. Index Jurnal Kajian Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan ( Kasus di Taman Nasional Gunung Ceramai ) (Social, Economic and Cultur Coused of Forest and Land Fire) (Case Study:Ceremai Mountain Nasional Park) - Epi Syahadat-Info Sosial dan Ekonomi Kehutanan KEBAKARAN HUTAN, UNSUR KESENGAJAAN,UNSUR KETIDAKSENGAJAAN,UNSUR KEJADIAN ALAM,KELESTARIAN ALAM Hutan dan lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat potensial untuk di manfaatkan bagi pembangunan nasional. kendati demikian terhadap hutan dan lahan sering terjadi ancaman dan gangguan sehingga upaya pelestariannya sering terhambat. kebakaran hutan dan lahan mempunyai dampak yang buruk terhadap flora dan fauna, sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan hidup. oleh karena itu kebakaran hutan dan lahan bukan saja berakibat buruk terhadap hutan dan lahannya itu sendiri, tetapi lebih jauh mengakibatkan ternganggunya proses pembangunan. berkaitan dengan hal tersebut maka kajian ini di lakukan, untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi faktor pendorong terjadinya kebakaran hutan dan lahan. dari hasil kajian di ketahui bahwa 99% penyebab kebakaran hutan dan lahan di sebabkan oleh ulah manusia baik di sengaja maupaun tidak disengaja. Adapun faktor yang mendorong adalah faktor sosial, ekonomi dan budaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh yang di timbulkan oleh ulah manusia (unsur di sengaja maupun unsur tidak disengaja) terhadap terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Selain itu, kajian ini bertujuan untuk mengetahui unsur mana diantara kedua unsur tersebut diatas yang mempunyai pengaruh yang paling dominan, serta faktor apa yang paling utama yang mendorong terjadinya kebakaran hutan (secara deskriptif). Hasil kajian menunjukan bahwa unsur tidak sengaja mempunyai pengaruh yang lebih dominan, seta faktor ekonomi mempunyai pengaruh yang paling utama sebagai penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Index Jurnal Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen air dari hutan lindung untuk rumah tangga(studi kasus di hulu das Palu-sulawesi tengah) (The factor that influence water consuption from protection forest for family/homehold(A Case study in UPPA-watersheed Palu-ce - C.YudilastiantoroInfo Sosial dan Ekonomi Kehutanan AIR,HUTAN LINDUNG,RUMAH TANGGA DAN REGRESI Hubungan saling ketergantungan manusia dan hutan dalam suatu sistem interaksi kehidupan telah berlangsung lama.masyarakat di dalam dan sekitar hutan banyak menggantungkan hidupnya pada keberadaan hutan dan memiliki hubungan yang erat denagan hutan terutama kebutuhan air untuk rumah tangganya.Lokasi penelitian di wilayah DAS Palu hulu yang meliputi beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Palu Timur,Palu Barat,Salu Selatan,Sigi Biromaru,Kulawi,Dolo,Palolo dan Marawola. Propinsi Sulawesi tengah. Waktu penelitian di lakukan bulan agustus sampai desember 2006.Kebutuhan air dari hutan lindung untuk rumah tangga merupakan nilai manfaat total air yang merupakan faktor dependen dan beberapa faktor independen yang mempangaruhinya.Hal ini di analisis mengunakan persamaan regresi dengan sofware MINITAB versi 13.0.berdasarkan data yang di peroleh persamaan regresi penggunaan air untuk rumah tangga di DAS Palu hulu sebagai berikut; Y=21,5-0,00483 X2+0,0032 X4 dengan nilai R2=0,93 Faktor tingkat pendapatan rumah tangga(X1),tingkat pendidikan formal(X3)Dan umur responden(X4)Mempunyai nilai negatif terhadap faktor konsumen air anggota keluarga(Y;M3/kapita/tahun).Hal ini menunjukkan bahwa akan terjadi kecenderungan penggunaan air untuk keperluan rumah tangga yang akan semakin efektif dan efisian apabila tingkat pendapatan rumah tangga,tinkat pendidikan formal dan umur bertambah.Faktor biaya pengadaan air(X2)mempunyai nilai positif yang berarti bahwa penambahan biaya pengadaan air seperti pralonisasi/pipanisasi/pemakaian selang dari sumber air sampai di rumah penduduk,dapat meningkatkan konsumen air anggota keluarga. Index Surat Kabar Do We Have More Or Less Forests Today then In the Past ? Jonatan A Lassa- The Jakarta Post 1. FORESTS Index Surat Kabar Promoting Trade in Legal Forest Products - Andrew Ingles dan Wahjudi Wardojo-The Jakarta Post EKONOMI - APEC Index Surat Kabar Indonesia's smoking guns: drugs tobacco and forest fires Julia Suryakusuma-Jakarta Post KEBAKARAN HUTAN - KESEHATAN - MEROKOK Index Surat Kabar Local communities key to saving forest - Sophie ChaoJakarta Post 1. HUTAN - PELESTARIAN - INDONESIA Index Surat Kabar The changing landscape of forest management - Andrew Steer dan Paul Bulckle-Jakarta Post 1. HUTAN DAN KEHUTANAN - PENGOLAHAN Index Surat Kabar Companies that still destroy forest - Anisa RahmawatiJakarta Post 1. HUTAN DAN KEHUTANAN - MANAJEMEN Index Surat Kabar Admitting the problem of forest - Wahjudi Wardojo-Jakarta Post HUTAN DAN KEHUTANAN - INDONESIA Index Surat Kabar The inconvinient truth about Indonesian deforestation - Agus P. Sari-Jakarta Post 1. HUTAN, PENGARUH Index Surat Kabar International engagement to kill our forest fires - Wimar Witoelar-Jakarta Post 1. INDONESIA - POLITIK LINGKUNGAN 2. PRESIDEN, KEBIJAKAN - JOKOWI Index Surat Kabar The foresty crisis and an urgent invitation to Presiden Jokowi - Wimar Witoelar-Jakarta Post 1. PRESIDEN - JOKO WIDODO 2. HUTAN DAN KEHUTANAN - INDONESIA Index Surat Kabar Environmental values of forest resources - Edi PurwantoJakarta Post 1. INDONESIA,DEPARTEMEN LINGKUNGAN DAN HUTAN 2. INDONESIA LINGKUNGAN, KEADAAN Index Surat Kabar Can the world eliminate tropical deforestation in the next 15 years? - Wahjudi Wardojo, Justin Adams-Jakarta Post HUTAN DAN KEHUTANAN - PENEBANGAN LIAR Index Surat Kabar Bussiness as usual to protect forests - Lim Mei Ming-Jakarta Post EKONOMI HUTAN Index Surat Kabar Swift action on forest fires by President Jokowi - Wimar Witoelar-Jakarta Post 1. KEBAKARAN HUTAN - PENCEGAHAN 2. PRESIDEN - JOKO WIDODO Index Surat Kabar forest protection up in smoke - Adisti Sukma sawitri-Jakarta Post PERLINDUNGAN HUTAN Index Surat Kabar Your toothpaste is destroting Asia's rainforest - Adam Minter-Jakarta Post ASIA - HUTAN TROPIS - KEADAAN LINGKUNGAN Index Surat Kabar RI, Australia should not miss the forest for the trees Mohamad Hery Saripudin; Dimas Muhamad-Jakarta Post INDONESIA - HUBUNGAN BILATERAL - AUSTRALIA Index Surat Kabar Poverty reduction and forest protection two sides of the same coin - Beate Trankmann-Jakarta Post 1. INDONESIA - KEMISKINAN 2. PERLINDUNGAN HUTAN Index Surat Kabar A strengthened forest moratorium expected from Jokowi Bustar Maitar-Jakarta Post HUTAN DAN KEHUTANAN - ASPEK EKONOMI Index Surat Kabar Expand, not just extend, forestry moratorium - Sugeng Budiharta-Jakarta Post INDONESIA - HUTAN DAN KEHUTANAN - MORATORIUM Index Surat Kabar Managing Sumatra's rainforest heritage through integrated landscapes - Edi Purwanto-Jakarta Post SUMATRA - PERLINDUNGAN HUTAN Index Jurnal Agroforestri untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim (Agroforestry for Mitigating and Adapting Climate Change) - Tigor Butarbutar-Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan = Journal of Forestry Policy Analysis. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Pengembangan dan Penelitian Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Ikl 1. AGROFORESTRI 2. PERUBAHAN IKLIM 3. MITIGASI Hilangnya tutupan lahan hutan karena konservasi hutan untuk pemukiman, perkebunan, pertanian dan kebutuhan untuk pembangunan di sektor lain, telah menyebabkan perubahan pola cuaca/iklim di berbagai tempat. Perubahan iklim dapat diantisipasi dengan mitigasi dan adaptasi. Mitigasi berarti usaha-usaha pencegahan yang perlu dilakukanuntuk dapat hidup dan bertahan dan meningkatkan ketahanan, kelenturan dan mengarah ke migrasi karena kondisi iklim yang berbeda. Agroforestri dapat memitigasi dan mengadaptasi perubahan iklim dengan alasan-alasan sebagai berikut: a) Pencampuran jenis pohon penghasil kayu, buah dan lain-lain, karena campuran jenis lebih baikdari tanaman murni; b) Pencampuran jenis yang didasarkan pada sifat toleransi (canopy dan understory), sehingga akan memanfaatkan seluruh cahaya untuk fotosintesis; c) Pencampuran perbedaan umur; d) Pencampuran berdasarkan perbedaan waktu pemanenan; e) Penggabungan nilai ekonomi, sosial dan budaya sehingga perubahan vegetasi dapat berjalan seiring dengan perubagan sosial dan budaya secara berangsur yang dapat disesuaikan dengan perubahan iklim; dan f) Dapat digunakan sebagai model untuk memfasilitasi perubahan kelompok vegetasi menjadi kelompok yang baru (adaptasi), seperti teori perubahan vegetasi melalui perladangan berpindah-pindah yang teratur. Index Jurnal Keterlibatan multipihak dalam pelaksanaan peraturan perundangan mengenai hutan lindung di Kabupaten Pangkep (Study of Multi-stakeholders Involvement in the Implementation of Protection Forest Regulations in Pangkep Regency) - Indah Novita Dewi, Achmad Rizal HB, dan Priyo Kusumedi-Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan = Journal of Forestry Policy Analysis. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Pengembangan dan Penelitian Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Ikl 1. PERATURAN PERUNDANGAN 2. HUTAN LINDUNG 3. TATA KELOLA HUTAN Berbagai peraturan perundangan mengenai hutan lingung telah diterbitkan oleh pemerintah cq. Kementerian Kehutanan, namun pada prakteknya sebagian dari peraturan tersebut tidak mudah dilaksanakan di lapangan. salah satu hambatan dari pelaksanaan peraturan perundangan tersebut adalah belum jelasnya pihak yang terlibat dan peran yang dijalankannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pihak yang harus dilibatkan dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai hutan lindung, agar pelaksanaanya berjalan dengan baik dan sesuai dengan maksud dan tujuan perundang-undangan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan dengan membagi para pihak berdasarkan kekuatan, kepentingan dan legitimasinya, wawancara dan dikusi para pihak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama ini tidak banyak pihak yang terlibat dalam pelaksanaan peraturan perundangan mengenai hutan lindung. Perlu keterlibatan lebih banyak pihak terkait dengan satu leader atau koordinator. Leader yang direkomendasikan dalam proses pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai hutan lindung adalah Dinas Kehutanan Provinsi, khususnya dalam hal perencanaan dan monitor evaluasi. Index Jurnal Seleksi spesies adaptif pada daerah kering untuk antisipasi perubahan iklim global (Selection of Adaptive Species to Dry Areas to Anticipate Global Climatic Change) - Rina Laksmi Hendrati, Asri Insiana Putri, dan Dedi Setiadi-Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan = Journal of Forestry Policy Analysis. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Pengembangan dan Penelitian Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Ikl 1. PERUBAHAN IKLIM 2. SPESIES 3. ADAPTASI Kementerian Kehutanan, melalui Badan Litbang Kehutanan yang dituangkan dalam Roadmap 2010-2025 telah mencanangkan kegiatan untuk mengantisipasi terjadinya perubahan iklim global. Berbagai Rencana Penelitian Integratif (RPI) telah ditetapkan termasuk RPI Adaptasi Bioekologi dan Sosial Ekonomi Budaya terhadap Perubahan Iklim yang diinisiasi pada tahun 2010. Dalam RPI ini salah satu penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai spesies pohon dari berbagai provenans yang potensial untuk mengantisipasi perubahan iklim dengan penekanan untuk tujuan pengujian pada daerah kering. Pada makalah ini, hasil identifikasi dan seleksi yang dilakukan pada tahun 2010 didiskusikan. Identifikasi dari daerah bercurah hujan rendah (<1000-1500mm/tahun) di Indonesia (Sulawesi, Madura, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur) serta seleksi dengan mempertimbangkan tampilan sebagai pohon, manfaat, kemungkinannya untuk koleksi materi genetik, rekomendasi dan beberapa kriteria lain akhirnya mendapatkan 29 spesies potensial yang adaptif pada daerah kering untuk diuji lebih lanjut. Index Jurnal Manajemen adaptasi dalam perubahan iklim (Adaptive management in the climate change) - Parlindungan Tambunan, Hendi Suhendi, Bambang Edi Siswanto, dan Yunita Lisnawati-Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan = Journal of Forestry Policy Analysis. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Pengembangan dan Penelitian Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Ikl 1. PERUBAHAN IKLIM 2. MANAJEMEN ADAPTASI 3. KOMUNIKASI Perubahan-perubahan iklim bumi yang sekarang telah merubah sistem ekologi disekitar bumi. Rata-rata global temperatur permukaan bertambah sekitar 0,7oC. Pertambahan-pertambahan temperatur mempengaruhi semua proses kimia dan biologi kehidupan di alam yang mengubah secara dramatis dan kompleks ekosistem permukaan bumi. Perubahan-perubahan ekosistem merupakan tantangan terbesar bagi para manajer sumber daya alam dan perencana-perencana konservasi. Oleh sebab itu, pendekatan-pendekatan baru dibutuhkan untuk pengelolaan sumber daya alam dan ekosistem di dalam perubahan iklim. Salah satu pendekatan baru adalah menggunakan manajemen adaptasi. Manajemen adaptasi tidak hanya sebagai sebuah alat, tetapi juga mempunyai daya tarik perhatian pada pengalaman manajemen sebagai suatu sumber pembelajaran. Dengan pembelajaran, ide bersinar untuk menciptakan situasi yang lebih baik atau pembaharuan, karena proses perubahan ingatan dan tingkah laku terjadi dalam diri sendiri dan organisasi. Dengan demikian, implementasi manajemen adaptasi untuk mencapai solusi semua masalah adalah dengan komunikasi atau dialog antara para manajer atau pemimpin, para ahli dan warga institusi, disamping pengetahuan sistem ekologi dan masalah lingkungan dan juga memiliki daya cipta. Index Jurnal Strategi kebijakan pemasaran hasil hutan bukan kayu di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. - Fentie J. Salaka, Bramasto Nugroho, Dodik R. Nurrochmat-Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan = Journal of Forestry Policy Analysis. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Pengembangan dan Penelitian Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Ikl 1. HHBK 2. PEMASARAN 3. STRATEGI Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) memiliki nilai sosial dan ekonomi yang penting bagi masyarakat di negara-negara berkembang yang menggantungkan hidup mereka pada HHBK yang merupakan mata pencaharian mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi kebijakan pemasaran HHBK. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Data primer dan data sekunder dikumpulkan dengan metode eksplorasi dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemasaran HHBK mengutamakan pengembangan pemasaran dan pengembangan produk HHBK, dengan melaksanakan kebijakan: 1) Peningkatan kuantitas dan kualitas produksi HHBK; 2) Penguatan informasi pemasaran; 3) Peningkatan kualitas SDM petani melalui kegiatan pembinaan dan penyuluhan; 4) Peningkatan pemberian bantuan modal usaha, khususnya kepada petani minyak kayu putih; 5) Peningkatan kegiatan promosi pada tingkat provinsi dan nasional; 6) dan Penciptaan suatu mekanisme pengurusan izin yang mudah dan cepat. Index Jurnal Analisis variabilitas curah hujan dan suhu di Bali (Rainfall and temperature variability analysis in Bali) - Ogi Setiawan-Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan = Journal of Forestry Policy Analysis. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Pengembangan dan Penelitian Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Ikl 1. PERUBAHAN IKLIM 2. CURAH HUJAN 3. SUHU UDARA Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil menjadi sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Salah satu pulau yang juga rentan terhadap perubahan iklim adalah pulau Bali. Dampak potensial adanya perubahan iklim adalah perubahan pola hujan, peningkatan suhu udara dan kenaikan permukaan air laut. Sektor yang akan menerima dampak perubahan iklim dengan serius adalah sektor kehutanan dan pertanian. Untuk mendukung upaya mitigasi dan adaptasi maka diperlukan informasi perubahan iklim yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabilitas iklim di Bali. Metode yang digunakan adalah analisis kecenderungan curah hujan, analisis perubahan suhu udara, analisis perubahan tipe iklim dan analisis pergeseran bulan basah, lembab, dan kering. Data hujan yang digunakan adalah data hujan daru GPCC (1961-1998) dan BMKG Bali (1999-2008), sedangkan data suhu berasal dari BMKG Bali (2004-2008). Hasil analisis menunjukkan bahwa di pulau Bali secara umum sudah mengalami perubahan iklim. Tipe iklim berdasarkan Schmidt-Ferquson mengalami perubahan dari relatif basah menjadi agak kering. Suhu udara rata-rata bulanan serta curah hujan bulanan dan tahunan memiliki kecenderungan yang semakin meningkat. Bulan basah dan bulan kering telah mengalami pergeseran dan perubahan jumlahnya. Dampak perubahan iklim terhadap ekosistem hutan di Bali belum diketahui dengan pasti, namun terdapat beberapa implikasi perubahan iklim terhadap sektor kehutanan diantaranya kebakaran hutan dan perubahan jadwal penanaman. Index Jurnal Strategi implementasi kebijakan hutan tanaman rakyat di Kabupaten Sarolangun, Jambi (Policy implementation strategy of community plantation forest in Sarolangun Regency, Jambi) - Dewi Febriani, Dudung Darusman, Dodik Ridho Nurrochmat, Nurheni Wijayanto-Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan = Journal of Forestry Policy Analysis. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Pengembangan dan Penelitian Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Ikl 1. HUTAN TANAMAN RAKYAT 2. MODAL SOSIAL 3. SAROLANGUN Hutan Tanaman Rakyat (HTR) merupakan kebijakan Pemerintah Indonesia yang membutuhkan partisipasi dan tanggungjawab dari masyarakat lokal untuk mengelola hutan produksi secara berkelanjutan. Penelitian terhadap kapasitas masyarakat sebagai pemeran utama dalam kebijakan ini sangat dibutuhkan. Tujuan dari penelitian adalah: (1) mengukur modal fisik, modal manusia, dan modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat dan mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat dalam program HTR; (2) menganalisis hubungan antara modal fisik dan modal manusia terhadap elemen dari modal sosial dan antara modal sosial dengan tingkat partisipasi masyarakat; dan (3) membangun strategi implementasi kebijakan HTR. Data akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, korelasi peringkat Spearman, SWOT dan QSPM. Informasi yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil survei terhadap 81 kepala keluarga dari Desa Taman Bandunng, Seko Besar dan Lamban Sigatal di Kabupaten Sarolangun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal fisik, modal manusia, dan modal sosial dalam katagori sedang. Tidak ada korelasi antara modal fisik dan modal sosial, namun terdapat korelasi modal sosial dengan modal manusia. Strategi terpilih dalam mengimplementasikan kebijakan HTR adalah: (1) Mengakomodir pola pemanfaatan kawasan hutan yang ada saat ini sebagai motivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kebijakan HTR; (2) Mengoptimalkan dukungan pemeritah daerah dalam percepatan implementasi melalui pendampingan dan sosialisasi secara intensif; dan (3) Menggunakan isu kelangkaan kayu dan peluang pemasaran ke PT Samhutani sebagai rangsangan bagi masyarakat untuk menanam tanaman berkayu. Index Jurnal Preferensi pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan produksi: studi kasus di kesatuan pemangkuan hutan Bogor (Stakeholders' preferences on production forest management: a case study in forest district of Bogor) - Triyono Puspitojati, Dudung Darusman, Rudy C. Tarumingkeng dan Boen Purnama-Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan = Journal of Forestry Policy Analysis. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Pengembangan dan Penelitian Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Ikl 1. PREFERENSI 2. PEMANGKU KEPENTINGAN 3. PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI Pola pengelolaan hutan produksi yang dirumuskan oleh pengelola hutan di Jawa tidak sesuai digunakan sebagai landasan pengelolaan hutan produksi yang lestari. Penelitian ini berupaya merumuskan pola pengelolaan hutan produksi berdasarkan preferensi 9 (sembilan) kelompok pemangku kepentingan. Tujuan penelitian adalah: (1) mengetahui preferensi pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan produksi dan (2) merumuskan pola pengelolaan hutan produksi yang sesuai dengan preferensi pemangku kepentingan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, preferensi pemangku kepentingan adalah: (1) masyarakat pedesaan berpartisipasi dalam pengelolaan hutan produksi. Hal ini dapat diwujudkan dengan memasukkan pemberdayaan sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan hutan; (2) masyarakat pedesaan memperoleh pekerjaan secara berkelanjutan dalam pengelolaan hutan produksi. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengelola hutan produksi secara multikultur yang hasilnya dapat dipanen setiap tahun; dan (3) Masyarakat pedesaan berpartisipasi dalam kegiatan yang terkait dengan pengelolaan hutan produksi. Hal ini dapat diwujudkan dengan menempatkan mereka sebagai mitra kerja dan mitra usaha perusahaan dalam pengelolaan hutan rakyat, usaha penyediaan input produksi dan industri hasil hutan. Kedua, pola pengelolaan hutan produksi yang sesuai dengan preferensi pemangku kepentingan adalah pola pengelolaan hutan produksi multikultur/agroforestri berbasis pemberdayaan masyarakat yang menempatkan masyarakat pedesaan sebagai mitra kerja dan mitra usaha perusahaan dalam kegiatan pengelolaan hutan, penyedia input produksi dan industri hasil hutan. Index Jurnal Kajian implementasi kebijakan organisasi kesatuan pengelolaan hutan (KPH) di daerah (studi kasus KPH Banjar, Kalimantan Selatan dan KPH Lalan Mangsang Mendis, Sumatera Selatan) (Study of policy implementation of Forest Management Unit (FMU) organiz - Elvida Yosefi Suryandari dan Sylviani-Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan = Journal of Forestry Policy Analysis. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Pengembangan dan Penelitian Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Ikl 1. KPH 2. BENTUK ORGANISASI 3. KESESUAIAN DAN SDM Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) telah ditetapkan sebagai tujuan strategis untuk mengelola hutan yang lebih baik. Walaupun demikian masih banyak kendala dijumpai dalam pembangunan KPH, diantaranya masalah kelembagaan dalam pendanaan dan pengembangan sumberdaya manusia (SDM). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji implementasi kebijakan terkait organisasi KPH dan (2) Mengkaji ketersediaan SDM pendukung dalam pembangunan KPH. Penelitian dilakukan di Kesatuan Pengelolaan Hutan Produkai (KPHP) Lalan Mangsang Mendis, Provinsi Sumatera Selatan dan KPHP Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan purposive sampling. Data dianalisis dengan analisis perencanaan SDM dan analisis kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk organisasi KPH saat ini adalah UPTD dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kehutanan. Penelitian menunjukkan adanya ketidaksesuaian organisasi UPTD dengan peraturan yang ada. Bentuk organisasi tersebut mempunyai keterbatasan dalam anggaran dankewenangan pelaksanaan kegiatan, Sumberdaya Manusia (SDM) baik kuantitas dan kualitas. Bentuk SKPD dapat berupa sekretariat, Dinas, Lembaga Teknis Daerah (LTD) atau lembaga lain. Sesuai pasal 45 pada PP41/2007 maka organisasi KPH tidak bisa berbentuk "Lembaga Teknis Daerah", tapi dalam bentuk "Lembaga Lain" karena skor organisasi di kabupaten sudah menunjukkan nilai yang maksimal. Kebutuhan saat ini adalah bagaimana memperkuat kelembagaan KPH sebagai SKPD dengan perencanaan yang baik. Langkah-langkah penting masih diperlukan sebelum KPH operasional adalah penentuan peran dan fungsi KPH secara jelas dan tata hubungan kerja dengan stakeholder terkait termasuk pemegang ijin yang dapat dituangkan melalui peraturan. Lebih lanjut, komitmen daerah diperlukan untuk mendukung pembentukan KPH menjadi SKPD. Index Jurnal Permasalahan penataan ruang kawasan hutan dalam rangka revisi rencana tata ruang wilayah provinsi (Problem on forest and land use system for revision of provincial land use system) - Epi Syahadat, Subarudi-Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan = Journal of Forestry Policy Analysis. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Pengembangan dan Penelitian Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Ikl 1. PERMASALAHAN TATA RUANG 2. REVISI 3. RTRWP Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP) dan kabupaten/kota (RTRWK) sangat terkait dengan penataan dan keberadaan kawasan hutan.Penyusunan RTRWP masih menyisakan persoalan terkait dengan penyelesaian yang berlarut-larut terhadap usulan revisi dari beberapa pemerintah daerah provinsi. Oleh karena itu, kajian tentang permasalahan RTRWP ini menjadi penting dan relevan untuk membantu penyelesaiannya. Tujuan dari kajian ini adalah menelaah kebijakan penataan ruang yang ada, mengidentifikasi permasalahannya dan menyususn strategi penyelesaian masalahnya. Sebenarnya sudah tersedia perangkat peraturan dan kebijakan penataan ruang wilayah dan kawasan hutan, namun masih perlu pengkajian lebih lanjut terkait dengan harmonisasi dan sinkronisasi dari aspek substansinya. Permasalahan yang muncul dalam revisi RTRWP adalah: (i) revisi dipaksakan karena desakan politik (maraknya pemekaran wilayah), (ii) revisi untuk menyelamatkan keterlanjutan keberadaan usaha non kehutanan, (iii) revisi APL tidak dilengkapi kajian teknis dan spasial terkait rencana dan realisasi pemanfaatannya, (iv) tumpang tindih perijinan usaha kehutanan dan non kehutanan, (v) usaha perkebunan dan lainnya di hutan tanpa ijin resmi dari Menteri Kehutanan, (vi) revisi memiliki resiko besar tehadap lingkungan hidup, dan (vii) penyelesaian revisi memerlukan waktu relatif lama. Adapun strategi penyelesaian masalah tata ruang dalam revisi RTRWP meliputi: (i) perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, (ii) percepatan kerja tim terpadu perubahan peruntukan dan kawasan fungsi kawasan hutan, (iii) pelaksanaan audit pemanfaatan ruang kawasan hutan, dan menerapkan prinsip dan arahan dalam audit kawasan hutan. Index Jurnal