Timber Management

advertisement
Sejarah Pengelolaan Hutan
 Penambangan Kayu (timber extraction).




Mesopotamia (3.500-500 SM).
Eropa (300 SM-1500)
Jawa (800-1850)
Luar Jawa (1970-1995)
 Hutan Tanaman (Timber Management)
 Eropa 1500-2000
 Jawa 1850-1984?
 Kehutanan Sosial (Social Forestry) dalam
elaborasi
 Percobaan PHJO di Madiun
 Konsep pembangunan hutan di Pulau Sumbawa
 HKm, HTR, Hutan Desa, PHBM, dll…
L.1: Proses Kerusakan Hutan Akibat Timber Extraction
di Mesopotamia
indec
Laju Permudaan
1,0
0,8
Laju Penebangan
0,6
0,4
0,2
4000
3000
2000
1000
0
1000
2000
th
L.2: Proses Kerusakan Hutan Akibat Timber Extraction
dan munculnya Timber Management di Eropa
indec
Laju Permudaan
1,0
0,8
Laju
Penebangan
0,6
0,4
0,2
300SM
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
th
Perkembangan Ilmu dan Pendidikan Kehutanan
• Kehutanan Akademik Abad 18 - 19
– Rimbawan Jerman: van CARLOWITZ &
COTTA, KARL GAYER, Gifford Pinchot,
Mollier
– Prinsiple of silvikultur economica
– Anweisung zum Waldbau
• 6 ilmu kehutanan pokok:
–
–
–
–
–
–
Metoda Perhitungan Etat
Ilmu Ukur Kayu
Metode Inventore Hutan
Sistem Silvikultur
Eksploitasi Hasil Hutan
Tata Hutan
L.4: Proses Kerusakan Hutan Alam di Luar Jawa Karena
Praktik Timber Extraction oleh Pemegang HPH
indec
Laju
Permudaan
1,0
Laju
Penebangan
0,8
0,6
0,4
0,2
1950
1960
1970
1980
1990
2000
th
L.3: Proses Kerusakan Hutan Akibat Timber Extraction di Jawa (800-1800),
Keberhasilan Hutan Tanaman Jati (1883-1960), Kerusakan Kembali sejak
Dasawarsa 1960-an.
indec
Laju Permudaan
1,0
0,8
Laju
Penebangan
0,6
0,4
0,2
1500
1600
1700
1800
1900
2000
th
• Gub Jendral
VOC pertama
(JP Coen)
• Perumus
organisasi
Houtvesterij
• Peletak kehutanan
modern di
Indonesia
(Daendels)
• Successor
Culturstelsel (van
den Bosch)
Prinsip kelestarian hasil klasik
Pendidikan Kehutanan di Indonesia
(instrumen Sermon…)
 Politik Balas Budi Abad ke-19
 Peran Bumi Putera sebagai tenaga kehutanan
yang kurang memadai
 Usulan Cordes: Kursus Sinder Hutan
 Usulan Becking: Sekolah Kehutanan Menengah
Atas (SKMA)
 Sekolah Houtvester (Adm) dilakukan di
Wageningen Universiteit, the Netherlands.
 Pasca Kemerdekaan: UGM dan UI cabang Bogor
(IPB)
 Pasca Orde Lama: Pendidikan Tinggi Kehutanan di
Luar Jawa tumbuh pesat selama era HPH
TE di Jawa
• Periode: 1620 – 1799 (TE modern)
– Berdirinya VOC sampai runtuh
• Tujuan TE
– Memperoleh kayu jati terbaik untuk sebesar-besarnya keuntungan
perusahaan (VOC) dan kerajaan
• Instrumen (Coercive)
•
•
•
•
Penaklukan hak ulayat melalui peperangan
Penentuan quota tebangan
Penerapan tebang pilih
Pembentukan organisasi blandongdiensten
• Dampak
– Kehancuran hutan jati di Jawa:
• Laju penebangan melampau laju permudaan alam
• Korupsi
TM di Jawa
• Periode
–
–
–
–
Persiapan I (1800 – 1830)
Chaos I (1830 – 1870)
Persiapan II (1849 – 1900)
Pelaksanaan (1900 – 1942)
• Tujuan
– Pengelolaan kebun kayu untuk sebesar-besarnya keuntungan Kerajaan secara
lestari
• Instrumen
–
–
–
–
–
–
Hutan sebagai domain negara
Pembentukan organisasi boschwezen
Pembentukan BUMN djatibedrifs
Undang-undang kehutanan
Penerapan sisten tebang habis permudaan buatan
Penggunaan ilmu kehutanan dalam pengelolaan hutan (scientific forestry)
• Dampak
– Luas hutan tanaman meningkat, hutan alam berkurang
– Keuntungan negara
– Konflik dengan masyarakat, kesejahteraan masyarakat
L.15: Ringkasan Perkembangan Paradigma Kehutanan
Subyek
Tujuan
Kegiatan
Timber Extraction
Keuntungan
finansiel yang
maksimum untuk
perusahaan
1. Menebang
2. Mengolah hasil
3. Menjual hasil
Perencanaan Sederhana
Kendala
kritis
Tingkat
kendala
Membuat rencana
tebangan yang
menguntungkan
Mudah
Paradigma
Timber Management
Keun-tungan finansiel yang
maksimum untuk perusahaan,
kelestarian hasil kayu (sustained
yield principle)
A. Stand management
B. Forest product management
Konvensional (perencanaan
timber management)
Melaksanakan stand management
yang menjamin terwujudnya tiga
syarat kelestarian hasil.
Berat, baru negara maju yang
telah berhasil melaksanakan atau
mencapai asas kelestarian hasil
(Eropa Tengah & Barat, Skandinavia,
Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia
Baru)
Social Forestry
1. Sustaineable forest
management
2. Hutan yang penuh (fullstocked) untuk kesejahteraan masyarakat dan
kelestarian lingkungan hidup
A. Rekayasa kehutanan (forest
engineering)
B. Rekayasa sosial (social
engineering)
Holistik, komprehensif
Memadukan forest engineering
dengan social engineering.
Sangat berat, baru dalam
percobaan (uji coba)
L.14: Perbedaan antara Paradigna Timber
Management, dan Social Forestry
Subyek
1. Perencanaan
2. Tujuan
3. Sifat pengelolaan
4. Jenis
5. Hasil
6. Daur
7. Masyarakat di
sekitar hutan
8. Status kehutanan
Hutan tanaman
monokultur
(timber management)
Instruktif
Keuntungan finansial
maksimum bari perusahaan
Ekstensif (kelas perusahaan)
Satu jenis pokok (monokultur)
Hanya kayu tertentu
Kehutanan sosial
(social forestry)
Insentif
Ikut meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
Intensif (management regimes)
Banyak jenis (polikultur)
Berbagai macam kayu dan
non-kayu
Tunggal (finansial)
Ganda
Sumber tenaga kerja murah bagi Merupakan mitra kerja (salah
perusahaan hutan
satu stake holder)
Sebagai sistem yang berdiri
Bagian (sub-sistem) dari
sendiri
sistem pembangunan nasional
atau wilayah
Bacaan Wajib
• Boomgard, Peter. 1992. Forest exploitation
and management in Java, 1677 – 1897
• Simon, H. 2004. Aspek Sosio-Teknis
Pengelolaan Hutan di Jawa.
• Simon, H. 2010. Ilmu, pendidikan, dan Kiprah
Rimbawan Indonesia. Pidato Purna Tugas.
Fakultas kehutanan UGM.
Tugas
• Dandels ditugaskan untuk memecahkan
masalah kerusakan hutan jati di Jawa oleh
Pemerintah Kolonial Perancis (Napoleon)...
Terangkan kebijakan apa yang dia usulkan
untuk menjawab masalah tersebut (meliputi
tujuan dan instrumen yang digunakan)…
Download