BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pengertian tentang konsep pembelajaran kooperatif sebagai solusi untuk meningkatkan hasil belajar. Lebih khusus dalam kajian teori berikut akan dijelaskan tentang konsep model pembelajaran make a match yang telah dipilih peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu meliputi: pengertian, langkah-langkah serta keunggulan dan kelemahannya. 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Menurut Trianto (2010:171), IPS adalah ilmu yang berintegrasi dengan cabang-cabang ilmu sosial lainnya seperti sejarah, geografi dan ekonomi. IPS dirumuskan berdasar pada realita dan fenomena sosial yang diwujudkan dalam suatu pendekatan interdisipliner dari berbagai aspek dan cabang ilmu sosial. IPS adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dalam segala aspek kehidupan dan interaksi yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. IPS sebagai mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial juga didasarkan pada kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara dengan menampilkan permasalahan sehari-hari (Tasrif, 2008:2) Konsep dasar Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi aspek: (1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/ kesamaan/ perbedaan, (5) konflik dan konsensus, (6) pola, (7) tempat, (8) kekuasaan, (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan, (12) kekhususan, (13) budaya, (14) nasionalisme (Etin Solihatin, 2009:15-21). 6 7 Sehingga IPS merupakan mata pelajaran yang membahas tentang manusia, kehidupan sosialnya dan permasalahannya. Tasrif (2008:4) membagi ruang lingkup IPS ke dalam beberapa aspek berikut: a. Jika ditinjau dari segi ruang lingkup hubungannya mencakup sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, geografi, dan politik. b. Jika ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga, rukun tetangga, rukun warga, desa, daerah dan bangsa. c. Jika ditinjau dari segi tingkatannya meliputi tingkat lokal, regional dan global. d. Jika ditinjau dari segi lingkup interaksinya dapat berupa budaya, politik dan ekonomi. Ruang lingkup materi mata pelajaran IPS yang dipelajari siswa SD berdasar dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas V SD Semester 2 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2 Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para Menghargai peranan tokoh pejuang tokoh pejuang pada masa penjajahan dan masyarakat dalam mempersiapkan Belanda dan Jepang dan mempertahankan kemerdekaan 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh Indonesia perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi :581 8 2.1.2 Model Pembelajaran Make a Match (MP-MM) MP-MM adalah model pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok secara kooperatif. Menurut Hamruni (2009:290), MP-MM adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran dengan memberi kesempatan pada peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis kepada kawan sekelas. MP-MM adalah model pembelajaran kooperatif dimana kegiatanya yaitu siswa berkelompok dan mencocokkan dua jenis kartu (kartu soal dan kartu jawaban) yang sudah disiapkan oleh guru dalam waktu yang ditentukan. Kemudian pemberian penghargaan pada pasangan mampu mencocokkan kartu sebelum batas waktu yang ditentukan. MP-MM bertujuan untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya (Lie, 2010:55). Menurut Wahab (2007:59), MP-MM adalah model pembelajaran yang menanam kemampuan sosial yaitu kemampuan kerja sama dan kemampuan berinteraksi dengan kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan media kartu. MP-MM merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode make a match dimulai dari kegiatan yaitu siswa mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, kemudian siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan waktu yang cepat akan mendapatkan poin. MP-MM dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Keunggulan MP-MM adalah siswa dapat mencari pasangan dan belajar mengenai konsep dalam suasana yang lebih menyenangkan. Dapat disimpulkan bahwa MP-MM merupakan model pembelajaran dengan mencocokkan kartu soal dan jawaban. Langkah-Langkah MP-MM Dalam MP-MM mengikuti prosedur penelitian dari Lorna Corran (1994) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 9 1. Guru menyiapkan kartu-kartu yang berisi konsep yang tepat untuk sesi pembahasan (bagian kartu soal dan bagian kartu jawaban), 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu yang bertuliskan kartu soal atau kartu jawaban. 3. Setiap siswa mulai menganalisa jawaban atau soal dari kartu yang diperoleh. 4. siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang paling tepat dengan kartu yang dimiliki. 5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartu dan membentuk pasangan sebelum batas waktu yang telah ditentukan akan diberikan poin. 6. Setelah satu sesi kartu diacak lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari kartu sebelumnya. Menurut Irnawati, (2001:34) MP-MM memiliki langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review. Kartu yang disiapkan sebagaian berisi pertanyaan tentang materi yang ajarkan dan sebagian lagi berisi jawaban dari pertanyaan tersebut. 2. Guru mengocok semua kartu hingga tercampur antara soal dan jawaban dan setiap siswa mendapat satu buah kartu. 3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap kelompok menganalisis atau memikirkan pasangan dari kartu yang didapatkan. Setelah selesai, setiap kelompok mencari pasangan kartunya dalam waktu yang telah disepakati. Bagi kelompok yang dapat mencocokan kartunya dengan memberikan alasan cocoknya soal dan jawaban mereka pegang sebelum batas waktu berakhir akan mendapatkan poin. 4. Siswa bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. Setelah menemukkan pasangannya setiap kelompok bergabung dalam kelompok pasangannya setelah batas waktu selesai, guru mengecek setiap pasangan dalam mencocokkan kartu. 10 Menurut Suprijono (2009:94-95) MP-MM memiliki langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan kartu-kartu berisi pertanyaan berisi soal dan jawaban. 2. Guru membagi menjadi komunitas kelas menjadi tiga kelompok, yang terdiri dari kelompok pemegang kartu soal, kelompok pemegang kartu jawaban, dan kelompok penilai. Posisi kelompok-kelompok tersebut diatur berbentuk U, dengan kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok pemegang soal berhadapan. 3. Guru memebunyikan peluit sebagai tanda dimulainya pencocokan kartu. 4. Pasangan kelompok pemegang kartu soal dan jawaban yang sudah terbentuk wajib menunjukkan soal dan jawaban kepada kelompok penilai. 5. Langkah ini dilakukan ulang pada tahap berikutnya. Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat dibuat langkah MP-MM yang sesuai dengan kondisi kelas dan lebih efisien, langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membagi siswa menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pemegang kartu soal dan pemegang kartu jawaban, kemudian dua kelompok tersebut dibagi lagi masing-masing menjadi delapan kelompok, yang beranggotakan dua orang. 2. Masing-masing kelompok dibagikan soal untuk kelompok pemegang kartu soal dan dibagikan jawaban untuk kelompok pemegang kartu jawaban. Siswa mendiskusikan mengenai soal atau jawaban yang mereka dapatkan. Untuk kelompok pemegang kartu soal, mereka mendiskusikkan jawabannya. Sedangkan untuk kelompok pemegang kartu jawaban, mereka mendiskusikan soal dari jawaban tersebut. 3. Setelah waktu berdiskusi habis, masing-masing kelompok mencocockan soal atau jawaban dengan kelompok lain. 4. Siswa bersama kelompoknya mendiskusikkan dan mecari solusi dari soal dan jawaban yang telah mereka cocokkan, kemudiaan menuliskannya di lembar yang sudah disediakan (Lembar Percocokan Kartu). Setelah waktu 11 diskusi habis siswa mengumpulkan hasil diskusi pada Lembar Percocokan Kartu. Kelebihan dan Kelemahan MP-MM MP-MM memiliki keunggulan antara lain: 1. Menciptakan suasana belajar yang lebih aktif dan lebih menyenangkan, 2. Materi pembelajaran yang disampaikan akan lebih menarik perhatian siswa, 3. Dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan. 4. Dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. MP-MM juga memiliki kelemahan antara lain: 1. Diperlukan bimbingan yang lebih intens dalam kegiatanya 2. Diperlukan perencanaan batas waktu agar para siswa tidak terlalu banyak menghabiskan waktu dalam proses pembelajaran 3. Guru perlu kreatif dalam mempersiapkan sendiri alat dan bahan kegiatan. Dari kelemahan MP-MM yang ada maka diperlukan solusi agar penerapannya dapat berjalan dengan maksimal, diantaranya sebagai berikut: 1. Guru perlu mempersiapkan materi pengajaran dengan baik agar tidak ada waktu yang terbuang di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. 2. Guru memberikan pengertian yang tepat ketika siswa mendapat pasangan dengan lawan jenis agar mereka tidak malu, 3. Guru perlu lebih fokus dalam menyampaikan materi dengan metode make a match agar siswa juga tetap fokus dalam menerima materi. Dalam penerapan model pembelajaran di dalam kelas pasti terdapat kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu guru sebaiknya mampu mengeksplorasi segala kelebihan yang ada dengan maksimal dan berusaha menutupi setiap kekurangan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 2.1.3 Aktivitas Belajar Sardiman (2008:102) mengemukakan aktivitas belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman belajar. 12 Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi perubahan pemahaman, pengetahuan, sikap, keterampilan, kebiasaan dan apresiasi. Sedangkan pengalaman itu sendiri dalam proses belajar adalah terjadinya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sementara itu, Rohani (2004:6) mengemukakan belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja. Sedangkan aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam proses belajar. Ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, dan sebagainya. Mengkaji pemaparan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang yang melibatkan kegiatan fisik dan mentalnya untuk mencapai tujuan belajar. Karakteristik Aktivitas Belajar Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat materi pelajaran. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2008:101) beberapa macam kegiatan siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain (2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi (3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato (4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket (5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram (6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun, beternak (7) Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan (8) Emotional activities, misalnya minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup. 13 Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Misalnya dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu dan seterusnya. Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam aktivitas tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar. Peranan Aktivitas Belajar dalam Proses Belajar Siswa Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajarmengajar. Montessori (Sardiman, 2008: 94) bahwa peserta didik memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya. Pernyataan Montessori ini memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh peserta didik. Dalam hal kegiatan belajar ini, Rousseau memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri dan dengan bekerja sendiri. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi. 2.1.4 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah proses belajar berlangsung yang dapat memberikan gambaran tingkah laku dari segi pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hamalik (2009:48) mengemukakan hasil belajar adalah “Perubahan tingkah laku siswa yang meliputi kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotor dalam situasi tertentu karena hasil dari pengalaman yang berulang-ulang.” 14 Pendapat yang sama dikemukakan oleh Sudjana (2006:3) bahwa: “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh siswa setelah mendapatkan pengalaman belajar.” Hasil yang dicapai siswa dalam belajar menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti program belajar dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan kurikulum diterapkan. Hasil belajar sering tercermin dari nilai (hasil belajar) yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar. Hasil belajar merupakan terminal dari seluruh proses pendidikan dan pengajaran. Hasil belajar merupakan pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan sesuai pendapat dari Gagne yang berupa: 1. Kemampuan verbal yaitu kemampuan dalam menggungkapkan pengetahuan ke dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis, 2. intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengatagorikan, kemampuan menganalisis fakta dan konsep serta kemampuan mengembangkan prinsip keilmuan, 3. kognitif yaitu kecakapan dalam menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif yang dimiliki, 4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan dalam melakukan suatu serangkaian gerakan jasmani dan koordinasi hingga terbentuk otomatisme gerak jasmani, 5. Keterampilan sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, menerapkan, menentukan hubungan, merencanakan, dan memberi nilai. Domain afektif meliputi: menerima memberi respon, memberi nilai, mengorganisasi, karakter. Domain psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual (Supriyono:2012). Menurut Lindgen (1985) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. 15 Bloom (dalam Dimyati, 2009:26-27) membagi jenis perilaku kognitif, sebagai berikut: 1. Pengetahuan, kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. 2. Pemahaman, kemampuan menerima arti dan makna tentang sesuatu yang dipelajari. 3. Penerapan, kemampuan mengimplementasikan metode untuk menghadapi masalah yang nyata. 4. Analisa, kemampuan menjelaskan secara detail kesatuan ke dalam bagianbagian hingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. 5. Sintesis, kemampuan membentuk pola baru. 6. Evaluasi, kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasar kriteria tertentu. Dapat disimpulkan hasil belajar adalah besarnya angka atau skor yang diperoleh dari pengukuran aspek kognitif, afektif dan psikomotor. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Nur Lailiyah (2012) meneliti tentang Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS dengan Penerapan Strategi Make a Match Kelas IV MIN Tempel. Hasil penelitian yang didapatkan: (1) proses pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan langkah-langkah penelitian. (2) meningkatnya motivasi dan prestasi belajar siswa. (3) Motivasi siswa terjadi peningkatan yaitu: rasa senang dari 83% menjadi 88,70%, perhatian dari 86% menjadi 89,24%, rasa tertarik dari 84% menjadi 86%, rasa ingin tahu dari 79% menjadi 86,70%, dan antusiasme dari 80% menjadi 89,80%. Hasil rata-rata persentase motivasi belajar siswa pada siklus I 82,40% (kategori baik) dan pada siklus II 88,09% (kategori baik). (4) Prestasi belajar siswa, hal ini dapat terlihat dari peningkatan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 72,74%, siklus II sebesar 84,67% (kategori baik). 16 Syahrudin (2014), melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Materi Globalisasi Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VI A MIN Bangkal Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match”. Hasil penelitian dapat meningkatkan ketrampilan guru, berdasarkan hasil penelitian didapatkan aktivitas guru pada pertemuan 1, sebesar 79,69% dan pertemuan 2 dapat aktifitas guru meningkat menjadi 87,5%. Hasil ketuntasan belajar siswa sebesar 85%, dan sudah melebih target KKM sebesar 75%. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang relevan menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran make a match akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya karena diterapkan pada siswa kelas V pada SDN Jimbaran 01 Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016. 2.3 Kerangka Berpikir Pembelajaran IPS di SD berlangsung secara konvesional yakni guru menjadi pusat pembelajaran. Hasil belajar IPS yang dicapai 54 % dari seluruh siswa mencapai KKM. Aktivitas belajar siswa rendah, namun aktivits Guru dalam pembelajaran menjadi dominan. Oleh karena itu,perlu ada perbaikan proses pembelajaran, yang berpusat pada siswa. Guru harus dapat menciptakan komunikasi yang memberikan kemudahan bagi siswa agar mampu menerima pengetahuan yang diberikan. Ketika Guru menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, maka siswa akan cepat bosan dan kurang maksimal dalam menangkap pembelajaran yang disampaikan. Siswa perlu berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar agar prestasi belajar dapat meningkat. Salah satu upaya perbaikan melalui model pembelajaran make a match (MP-MM) untuk memperkuat pemahaman siswa melalui kegiatan belajar yang lebih menyenangkan. Dengan melalui langkah-langkah belajar model make a match diharapkan hasil belajar siswa dapat lebih meningkat. Langkah-langkah pembelajaran MP-MM adalah 17 1. Membagi siswa menjadi kelompok pemegang kartu soal dan pemegang kartu jawaban 2. Membagi kelompok pemegang kartu soal dan pemegang kartu jawaban masing-masing menjadi delapan kelompok, yang beranggotakan dua orang. 3. Masing-masing kelompok menerima kartu soal untuk kelompok pemegang kartu soal dan menerima kartu jawaban untuk kelompok pemegang kartu jawaban. 4. Siswa mendiskusikan soal atau jawaban. 5. masing-masing kelompok mencocokkan soal atau jawaban dengan kelompok lain. 6. Siswa bersama kelompoknya mendiskusikan dan mencari solusi dari soal dan jawaban yang telah dicocokkan, 7. menuliskan di lembar yang sudah disediakan (Lembar Percocokan Kartu). 8. mengumpulkan hasil diskusi pada Lembar Percocokan Kartu. Dalam pembelajaran IPS MP-MM menggunakan KD Menghargai Jasa dan Peranan Tokoh Perjuanga dalam Memproklaasikan Kemerdekaan Indonesia. Untuk mencapai kompetensi dasar diperlukan pengukuran, yang hasilnya merupakan hasil belajar IPS. Hasil belajar IPS adalah besarnya angka yang diperoleh melalui tes. Penjelasan secara rinci tentang kerangka berfikir ini disajikan melalui gambar 2.1 peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS melalui MP-MM berikut: 18 KD. 2.2 Menghargai jasa dan penerapan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan indonesia Pembelajaran konvesional Hasil belajar ≤ KKM Model Pembelajaran Make A Match Kelompok kartu jawaban Kelompok kartu soal A B C D E F G H I J K M N O P Menerima kartu jawaban Memilih Kartu Soal Diskusi Kartu Soal Kartu Soal L Diskusi Kartu Jawaban Mencocokan Kartu Jawabn Diskusi Menulis LPK Mengkelompokan LPK Hasil belajar TES ≥ KKM 19 Gambar 2.1 Skema Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Make A Match 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan yang dirumuskan adalah sebagai berikut: a. Penerapan model pembelajaran Make a Match dalam mata pelajaran IPS tentang materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan dan mempertahankan kemerdekaan siswa kelas 5 SDN Jimbaran 01 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 diduga melalui langkah membagi siswa menjadi kelompok pemegang kartu soal dan pemegang kartu jawaban, membagi masing-masing kelompok menjadi delapan kelompok, masing-masing kelompok menerima kartu soal dan menerima kartu jawaban, mendiskusikan soal atau jawaban, mencocokkan soal atau jawaban dengan kelompok lain, mendiskusikan dan mencari solusi dari soal dan jawaban yang telah dicocokkan, menuliskan di lembar yang sudah disediakan (Lembar Percocokan Kartu=LPK) dan mengumpulkan hasil diskusi pada LPK. b. Peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar IPS tentang materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran Make a Match siswa kelas 5 SDN Jimbaran 01 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.