6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi
karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar,
strategi dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pengertian tentang konsep
pembelajaran kooperatif sebagai solusi untuk meningkatkan hasil belajar. Lebih
khusus dalam kajian teori berikut akan dijelaskan tentang konsep model
pembelajaran make a match yang telah dipilih peneliti untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, yaitu meliputi: pengertian, langkah-langkah serta keunggulan dan
kelemahannya.
2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di Sekolah Dasar. Menurut Trianto (2010:171), IPS adalah ilmu yang
berintegrasi dengan cabang-cabang ilmu sosial lainnya seperti sejarah, geografi
dan ekonomi. IPS dirumuskan berdasar pada realita dan fenomena sosial yang
diwujudkan dalam suatu pendekatan interdisipliner dari berbagai aspek dan
cabang ilmu sosial.
IPS adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dalam segala aspek
kehidupan dan interaksi yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. IPS
sebagai mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial juga didasarkan pada
kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara dengan
menampilkan permasalahan sehari-hari (Tasrif, 2008:2)
Konsep dasar Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi aspek: (1) interaksi, (2)
saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/
kesamaan/ perbedaan, (5) konflik dan konsensus, (6) pola, (7) tempat, (8)
kekuasaan, (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan,
(12) kekhususan, (13) budaya, (14) nasionalisme (Etin Solihatin, 2009:15-21).
6
7
Sehingga IPS merupakan mata pelajaran yang membahas tentang manusia,
kehidupan sosialnya dan permasalahannya.
Tasrif (2008:4) membagi ruang lingkup IPS ke dalam beberapa aspek
berikut:
a.
Jika ditinjau dari segi ruang lingkup hubungannya mencakup sosial,
ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, geografi, dan politik.
b.
Jika ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga,
rukun tetangga, rukun warga, desa, daerah dan bangsa.
c.
Jika ditinjau dari segi tingkatannya meliputi tingkat lokal, regional dan
global.
d.
Jika ditinjau dari segi lingkup interaksinya dapat berupa budaya, politik
dan ekonomi.
Ruang lingkup materi mata pelajaran IPS yang dipelajari siswa SD
berdasar dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar IPS kelas V SD Semester 2 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2
Standar Kompetensi (SK)
Kompetensi Dasar (KD)
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para
Menghargai peranan tokoh pejuang
tokoh pejuang pada masa penjajahan
dan masyarakat dalam mempersiapkan
Belanda dan Jepang
dan mempertahankan kemerdekaan 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh
Indonesia
perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh
dalam memproklamasikan
kemerdekaan
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh
dalam
mempertahankan
kemerdekaan
Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi :581
8
2.1.2 Model Pembelajaran Make a Match (MP-MM)
MP-MM adalah model pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok
secara kooperatif.
Menurut Hamruni
(2009:290),
MP-MM
adalah
cara
menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran dengan
memberi kesempatan pada peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis
kepada kawan sekelas.
MP-MM adalah model pembelajaran kooperatif dimana kegiatanya yaitu
siswa berkelompok dan mencocokkan dua jenis kartu (kartu soal dan kartu
jawaban) yang sudah disiapkan oleh guru dalam waktu yang ditentukan.
Kemudian pemberian penghargaan pada pasangan mampu mencocokkan kartu
sebelum batas waktu yang ditentukan. MP-MM bertujuan untuk memperkuat
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya
(Lie, 2010:55).
Menurut Wahab (2007:59), MP-MM adalah model pembelajaran yang
menanam kemampuan sosial yaitu kemampuan kerja sama dan kemampuan
berinteraksi dengan kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari
pasangan dengan media kartu.
MP-MM merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat
diterapkan kepada siswa. Penerapan metode make a match dimulai dari kegiatan
yaitu siswa mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum
batas waktunya, kemudian siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan
waktu yang cepat akan mendapatkan poin. MP-MM dikembangkan oleh Lorna
Curran pada tahun 1994. Keunggulan MP-MM adalah siswa dapat mencari
pasangan dan belajar mengenai konsep dalam suasana yang lebih menyenangkan.
Dapat disimpulkan bahwa MP-MM merupakan model pembelajaran dengan
mencocokkan kartu soal dan jawaban.
Langkah-Langkah MP-MM
Dalam MP-MM mengikuti prosedur penelitian dari Lorna Corran (1994)
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
9
1. Guru menyiapkan kartu-kartu yang berisi konsep yang tepat untuk sesi
pembahasan (bagian kartu soal dan bagian kartu jawaban),
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu yang bertuliskan kartu soal atau kartu
jawaban.
3. Setiap siswa mulai menganalisa jawaban atau soal dari kartu yang diperoleh.
4. siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang paling tepat dengan kartu
yang dimiliki.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartu dan membentuk pasangan sebelum
batas waktu yang telah ditentukan akan diberikan poin.
6. Setelah satu sesi kartu diacak lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari kartu sebelumnya.
Menurut Irnawati, (2001:34) MP-MM memiliki langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review. Kartu yang disiapkan sebagaian berisi
pertanyaan tentang materi yang ajarkan dan sebagian lagi berisi jawaban
dari pertanyaan tersebut.
2.
Guru mengocok semua kartu hingga tercampur antara soal dan jawaban dan
setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3.
Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya. Setiap kelompok menganalisis atau memikirkan pasangan dari
kartu yang didapatkan. Setelah selesai, setiap kelompok mencari pasangan
kartunya dalam waktu yang telah disepakati. Bagi kelompok yang dapat
mencocokan kartunya dengan memberikan alasan cocoknya soal dan
jawaban mereka pegang sebelum batas waktu berakhir akan mendapatkan
poin.
4.
Siswa bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu
yang cocok. Setelah menemukkan pasangannya setiap kelompok bergabung
dalam kelompok pasangannya setelah batas waktu selesai, guru mengecek
setiap pasangan dalam mencocokkan kartu.
10
Menurut Suprijono (2009:94-95) MP-MM memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Guru menyiapkan kartu-kartu berisi pertanyaan berisi soal dan jawaban.
2.
Guru membagi menjadi komunitas kelas menjadi tiga kelompok, yang
terdiri dari kelompok pemegang kartu soal, kelompok pemegang kartu
jawaban, dan kelompok penilai. Posisi kelompok-kelompok tersebut diatur
berbentuk U, dengan kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok
pemegang soal berhadapan.
3.
Guru memebunyikan peluit sebagai tanda dimulainya pencocokan kartu.
4.
Pasangan kelompok pemegang kartu soal dan jawaban yang sudah
terbentuk wajib menunjukkan soal dan jawaban kepada kelompok penilai.
5.
Langkah ini dilakukan ulang pada tahap berikutnya.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat dibuat langkah MP-MM yang
sesuai dengan kondisi kelas dan lebih efisien, langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Membagi siswa menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pemegang
kartu soal dan pemegang kartu jawaban, kemudian dua kelompok tersebut
dibagi
lagi
masing-masing
menjadi
delapan
kelompok,
yang
beranggotakan dua orang.
2.
Masing-masing kelompok dibagikan soal untuk kelompok pemegang kartu
soal dan dibagikan jawaban untuk kelompok pemegang kartu jawaban.
Siswa mendiskusikan mengenai soal atau jawaban yang mereka dapatkan.
Untuk
kelompok
pemegang
kartu
soal,
mereka
mendiskusikkan
jawabannya. Sedangkan untuk kelompok pemegang kartu jawaban,
mereka mendiskusikan soal dari jawaban tersebut.
3.
Setelah waktu berdiskusi habis, masing-masing kelompok mencocockan
soal atau jawaban dengan kelompok lain.
4.
Siswa bersama kelompoknya mendiskusikkan dan mecari solusi dari soal
dan jawaban yang telah mereka cocokkan, kemudiaan menuliskannya di
lembar yang sudah disediakan (Lembar Percocokan Kartu). Setelah waktu
11
diskusi habis siswa mengumpulkan hasil diskusi pada Lembar Percocokan
Kartu.
Kelebihan dan Kelemahan MP-MM
MP-MM memiliki keunggulan antara lain:
1. Menciptakan suasana belajar yang lebih aktif dan lebih menyenangkan,
2. Materi pembelajaran yang disampaikan akan lebih menarik perhatian siswa,
3. Dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
yang disampaikan.
4. Dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.
MP-MM juga memiliki kelemahan antara lain:
1. Diperlukan bimbingan yang lebih intens dalam kegiatanya
2. Diperlukan perencanaan batas waktu agar para siswa tidak terlalu banyak
menghabiskan waktu dalam proses pembelajaran
3. Guru perlu kreatif dalam mempersiapkan sendiri alat dan bahan kegiatan.
Dari kelemahan MP-MM yang ada maka diperlukan solusi agar
penerapannya dapat berjalan dengan maksimal, diantaranya sebagai berikut:
1. Guru perlu mempersiapkan materi pengajaran dengan baik agar tidak ada
waktu yang terbuang di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung.
2. Guru memberikan pengertian yang tepat ketika siswa mendapat pasangan
dengan lawan jenis agar mereka tidak malu,
3. Guru perlu lebih fokus dalam menyampaikan materi dengan metode make a
match agar siswa juga tetap fokus dalam menerima materi.
Dalam penerapan model pembelajaran di dalam kelas pasti terdapat
kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu guru sebaiknya mampu mengeksplorasi
segala kelebihan yang ada dengan maksimal dan berusaha menutupi setiap
kekurangan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
2.1.3 Aktivitas Belajar
Sardiman (2008:102) mengemukakan aktivitas belajar pada dasarnya
merupakan proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman belajar.
12
Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi perubahan pemahaman,
pengetahuan,
sikap,
keterampilan,
kebiasaan
dan
apresiasi.
Sedangkan
pengalaman itu sendiri dalam proses belajar adalah terjadinya interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Sementara itu, Rohani (2004:6) mengemukakan
belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik
maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja. Sedangkan aktivitas psikis (kejiwaan)
adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi
dalam proses belajar. Ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat,
menguraikan, dan sebagainya.
Mengkaji pemaparan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas
belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang yang melibatkan kegiatan fisik
dan mentalnya untuk mencapai tujuan belajar.
Karakteristik Aktivitas Belajar
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian,
sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas
siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat materi pelajaran. Paul B.
Diedrich (dalam Sardiman, 2008:101) beberapa macam kegiatan siswa antara lain
dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Visual activities, misalnya membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain (2) Oral
activities,
seperti
menyatakan,
merumuskan,
bertanya,
memberi
saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi (3) Listening activities,
sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato (4)
Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket (5)
Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram (6)
Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, bermain, berkebun, beternak (7) Mental activities, misalnya
menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan (8) Emotional activities, misalnya minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.
13
Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Misalnya
dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan
tertentu dan seterusnya. Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas,
menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau
berbagai macam aktivitas tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah akan
lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas
belajar.
Peranan Aktivitas Belajar dalam Proses Belajar Siswa
Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi
belajarmengajar. Montessori (Sardiman, 2008: 94) bahwa peserta didik memiliki
tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan
berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak
didiknya. Pernyataan Montessori ini memberikan petunjuk bahwa yang lebih
banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri,
sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang
akan diperbuat oleh peserta didik. Dalam hal kegiatan belajar ini, Rousseau
memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan
pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri dan dengan bekerja
sendiri. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada
aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
2.1.4 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah proses
belajar berlangsung yang dapat memberikan gambaran tingkah laku dari segi
pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan sehingga menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Hamalik (2009:48) mengemukakan hasil belajar adalah
“Perubahan tingkah laku siswa yang meliputi kemampuan kognitif, kemampuan
afektif dan kemampuan psikomotor dalam situasi tertentu karena hasil dari
pengalaman yang berulang-ulang.”
14
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Sudjana (2006:3) bahwa: “Hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotor yang diperoleh siswa setelah mendapatkan pengalaman belajar.”
Hasil yang dicapai siswa dalam belajar menunjukkan taraf kemampuan
siswa dalam mengikuti program belajar dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan
kurikulum diterapkan. Hasil belajar sering tercermin dari nilai (hasil belajar) yang
menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar. Hasil belajar merupakan
terminal dari seluruh proses pendidikan dan pengajaran.
Hasil belajar merupakan pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi
dan keterampilan sesuai pendapat dari Gagne yang berupa:
1. Kemampuan verbal yaitu kemampuan dalam menggungkapkan pengetahuan ke
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis,
2. intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengatagorikan, kemampuan
menganalisis fakta dan konsep serta kemampuan mengembangkan prinsip
keilmuan,
3. kognitif yaitu kecakapan dalam menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitif yang dimiliki,
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan dalam melakukan suatu serangkaian
gerakan jasmani dan koordinasi hingga terbentuk otomatisme gerak jasmani,
5. Keterampilan sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, menerapkan, menentukan
hubungan,
merencanakan, dan
memberi nilai. Domain afektif meliputi:
menerima memberi respon, memberi nilai, mengorganisasi, karakter. Domain
psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan
intelektual (Supriyono:2012). Menurut Lindgen (1985) hasil pembelajaran
meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
15
Bloom (dalam Dimyati, 2009:26-27) membagi jenis perilaku kognitif,
sebagai berikut:
1. Pengetahuan, kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta, peristiwa,
pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2. Pemahaman, kemampuan menerima arti dan makna tentang sesuatu yang
dipelajari.
3. Penerapan, kemampuan mengimplementasikan metode untuk menghadapi
masalah yang nyata.
4. Analisa, kemampuan menjelaskan secara detail kesatuan ke dalam bagianbagian hingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Sintesis, kemampuan membentuk pola baru.
6. Evaluasi, kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasar
kriteria tertentu.
Dapat disimpulkan hasil belajar adalah besarnya angka atau skor yang
diperoleh dari pengukuran aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Nur Lailiyah (2012) meneliti tentang Upaya Meningkatkan Motivasi dan
Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS dengan Penerapan Strategi Make
a Match Kelas IV MIN Tempel. Hasil penelitian yang didapatkan: (1) proses
pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan langkah-langkah penelitian. (2)
meningkatnya motivasi dan prestasi belajar siswa. (3) Motivasi siswa terjadi
peningkatan yaitu: rasa senang dari 83% menjadi 88,70%, perhatian dari 86%
menjadi 89,24%, rasa tertarik dari 84% menjadi 86%, rasa ingin tahu dari 79%
menjadi 86,70%, dan antusiasme dari 80% menjadi 89,80%. Hasil rata-rata
persentase motivasi belajar siswa pada siklus I 82,40% (kategori baik) dan pada
siklus II 88,09% (kategori baik). (4) Prestasi belajar siswa, hal ini dapat terlihat
dari peningkatan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 72,74%, siklus II
sebesar 84,67% (kategori baik).
16
Syahrudin (2014), melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan
Hasil Belajar Materi Globalisasi Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VI A MIN
Bangkal Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match”. Hasil
penelitian dapat meningkatkan ketrampilan guru, berdasarkan hasil penelitian
didapatkan aktivitas guru pada pertemuan 1, sebesar 79,69% dan pertemuan 2
dapat aktifitas guru meningkat menjadi 87,5%. Hasil ketuntasan belajar siswa
sebesar 85%, dan sudah melebih target KKM sebesar 75%.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang relevan menunjukkan bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran make a match akan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian
sebelumnya karena diterapkan pada siswa kelas V pada SDN Jimbaran 01
Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPS di SD berlangsung secara konvesional yakni guru
menjadi pusat pembelajaran. Hasil belajar IPS yang dicapai 54 % dari seluruh
siswa mencapai KKM. Aktivitas belajar siswa rendah, namun aktivits Guru dalam
pembelajaran menjadi dominan. Oleh karena itu,perlu ada perbaikan proses
pembelajaran, yang berpusat pada siswa. Guru harus dapat menciptakan
komunikasi yang memberikan kemudahan bagi siswa agar mampu menerima
pengetahuan yang diberikan. Ketika Guru
menggunakan pembelajaran
konvensional dengan metode ceramah, maka siswa akan cepat bosan dan kurang
maksimal dalam menangkap pembelajaran yang disampaikan. Siswa perlu
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar agar prestasi belajar dapat
meningkat.
Salah satu upaya perbaikan melalui model pembelajaran make a match
(MP-MM) untuk memperkuat pemahaman siswa melalui kegiatan belajar yang
lebih menyenangkan. Dengan melalui langkah-langkah belajar model make a
match diharapkan hasil belajar siswa dapat lebih meningkat. Langkah-langkah
pembelajaran MP-MM adalah
17
1. Membagi siswa menjadi kelompok pemegang kartu soal dan pemegang kartu
jawaban
2. Membagi kelompok pemegang kartu soal dan pemegang kartu jawaban
masing-masing menjadi delapan kelompok, yang beranggotakan dua orang.
3. Masing-masing kelompok menerima kartu soal untuk kelompok pemegang
kartu soal dan menerima kartu jawaban untuk kelompok pemegang kartu
jawaban.
4. Siswa mendiskusikan soal atau jawaban.
5. masing-masing kelompok mencocokkan soal atau jawaban dengan kelompok
lain.
6. Siswa bersama kelompoknya mendiskusikan dan mencari solusi dari soal dan
jawaban yang telah dicocokkan,
7. menuliskan di lembar yang sudah disediakan (Lembar Percocokan Kartu).
8. mengumpulkan hasil diskusi pada Lembar Percocokan Kartu.
Dalam pembelajaran IPS MP-MM menggunakan KD Menghargai Jasa dan
Peranan Tokoh Perjuanga dalam Memproklaasikan Kemerdekaan Indonesia.
Untuk mencapai kompetensi dasar diperlukan pengukuran, yang hasilnya
merupakan hasil belajar IPS.
Hasil belajar IPS adalah besarnya angka yang
diperoleh melalui tes.
Penjelasan secara rinci tentang kerangka berfikir ini disajikan melalui
gambar 2.1 peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS melalui MP-MM berikut:
18
KD. 2.2 Menghargai jasa dan penerapan
tokoh perjuangan dalam
memproklamasikan kemerdekaan
indonesia
Pembelajaran
konvesional
Hasil belajar
≤ KKM
Model Pembelajaran
Make A Match
Kelompok kartu jawaban
Kelompok kartu soal
A
B
C
D
E
F
G H
I
J
K
M N O P
Menerima kartu
jawaban
Memilih Kartu Soal
Diskusi Kartu Soal
Kartu Soal
L
Diskusi Kartu
Jawaban
Mencocokan
Kartu
Jawabn
Diskusi
Menulis
LPK
Mengkelompokan
LPK
Hasil belajar
TES
≥ KKM
19
Gambar 2.1
Skema Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS
Melalui Model Pembelajaran Make A Match
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
a.
Penerapan model pembelajaran Make a Match dalam mata pelajaran IPS
tentang materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan dan
mempertahankan kemerdekaan siswa kelas 5 SDN Jimbaran 01 Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran 2015/2016
diduga melalui langkah membagi siswa menjadi kelompok pemegang kartu
soal dan pemegang kartu jawaban, membagi masing-masing kelompok
menjadi delapan kelompok, masing-masing kelompok menerima kartu soal
dan
menerima
kartu
jawaban,
mendiskusikan
soal
atau
jawaban,
mencocokkan soal atau jawaban dengan kelompok lain, mendiskusikan dan
mencari solusi dari soal dan jawaban yang telah dicocokkan, menuliskan di
lembar yang sudah disediakan (Lembar Percocokan Kartu=LPK) dan
mengumpulkan hasil diskusi pada LPK.
b.
Peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar IPS tentang materi perjuangan
para tokoh dalam memproklamasikan dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran Make a
Match siswa kelas 5 SDN Jimbaran 01 Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.
Download