g. tandikat, sumatera barat - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

advertisement
G. TANDIKAT, SUMATERA BARAT
KETERANGAN UMUM
Nama Lain
: Tandikai, Tandike
Nama Kawah
: A. B dan K
Lokasi
a. Geografi
: 0°25'57" LS, 100°19'01,69" BT
b. Administrasi
: Kabupaten
Padang
Pariaman,
Kabupaten
Agam
Provinsi Sumatera Barat
Ketinggian
: 2438 m dml, 1740 m dari Kota Padang
Kota Terdekat
: Padang, Bukittinggi, Padang Panjang
Tipe Gunungapi
: Strato Volcano
Pos Pengamatan
: Desa Ganting, Kec.Sepuluh Koto, Kab. Tanah Datar,
Sumatera Barat.
Koordinat 00° 25’ 10,2“ LS, dan 100° 25’ 9,6“ BT
Elevasi: 1247mdpl
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Pendakian dilakukan dari arah timur dari Kampung Ganting melalui Lalo, melalui
jalan setapak sampai ke Puncak, dengan waktu tempuh 6 jam (Hamidi 1970), juga dapat
dicapai dari sebelah barat laut dari kampung Malalak, kemudian tiba di Rimbo Piatu
dengan merintis jalan untuk sampai di Puncak (Kemerling 1919)
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Hasil erupsi G. Tandikat pada masa lampau banyak menghasilkan batuan yang
dapat dimanfaatkan untuk keperluan bangunan, sebagai bahan material dasar untuk
pembangunan gedung, jalan raya dan lainya. Selain itu dengan dipeliharanya hutan
lindung di G. Tandikat, sumberdaya alam berupa tempat tersimpannya cadangan air
tanah, untuk irigasi, air minum di kota-kota dan lainnya. Juga terdapat beberapa mata air
panas sebagai sumber mineral untuk kesehatan. Sumberdaya panas bumi di daerah ini
belum diexplorasi, padahal sumberdaya alam ini sangat murah dan sangat bermanfaat
untuk keperluan energi listrik dan industri.
Wisata
G. Tandikat mempunyai pemandangan yang indah sebagaimana layaknya sebuah
gunungapi, dapat dijadikan objek tujuan wisata.Di sekitar G. Tandikat ini terdapat
perkebunan markisa, mata air panas, air terjun serta kawasan hutan lindung dan banyak
tempat tempat yang baik untuk dikunjungi sebagai tujuan wisata.
SEJARAH LETUSAN
Diketahui telah terjadi dua kali letusan dalam sejarah yaitu letusan tahun 1889 dan
letusan 1914
Letusan 1889
Kegiatan dari kawah B ini terjadi pada 19 Pebruari petang hari. Di atas puncaknya
tampak tiang asap tinggi dan nyala api, terasa getaran gempa bumi dan terdengar suara
letusan. Hujan abu jatuh di sekitarnya. Pada 20 Pebruari, di malam hari memperlihatkan
agak kuat, diselingi beberapa istirahat pendek dan panjang. Sampai 17 April 1889 G.
Tandikat masih mengeluarkan tiang asap, kadang-kadang dengan hujan abu..
Pada 27 Maret 1889 juga G. Marapi kegiatanya mulai meningkat. Pada 29 Maret 1889 abu
yang jatuh di atas jalan kereta api antara Padang Panjang – Bukittinggi dengan ketebalan
sampai 1 cm. Kepulan tiang asap terlihat lagi pada 3 dan 4 Desember 1889 yang pada
pagi hari kelihatan jelas dari Bukittinggi.
Letusan 1914
Pada 31 Mei kira-kira pukul 9 malam terjadi letusan. Material letusan berjatuhan di
sekitar puncak.
Menurut Administratur Veen ( Natuurk. Tijdschr. Nederl. Ind. 1915, p. 188 ) terjadi
leleran lava yang mengalir di bagian puncaknya saja. Menurut Kemmmerling ( 1921, p.26
), yang terjadi bukan leleran lava tetapi lemparan bom gunungapi pijar.
Karaker Letusan
Berdasarkan produk yang dihasilkan G. Tandikat dari peta Geologi Gunungapi
menurut Zainuddin dkk, menunjukan bahwa hasil endapan G. Tandikat tidak ditemukan
adanya endapan piroklastik jatuhan, hanya ditemukan aliran piroklastik dan aliran lava.
Data letusan yang tercatat hanya abu tipis dan tampak di sekitar kawah. Karakter
letusannya cenderung bertipe strombolian dan aliran lava yang terkadang menghasilkan
pula aliran piroklastik.
GEOLOGI
G. Tandikat adalah gunungapi kembar dengan G. Singgalang, yang tumbuh diatas
granit tua, sekis dan batu gamping dari Bukit Barisan. Hasil letusan lampau dari gunung
Kembar ini menutupi daerah seluas 247 km2, dan 143 km2 adalah bahan letusan G.
Tandikat (Neuman Van Padang 1951). Bahan letusan yang dikeluarkan gunung Kembar
menempati bidang datar seluas 210 km2, dan 120 km 2 hasil letusan G. Tandikat dan 90
km2 dari G. Singgalang, (Kemmerling 1921).
Endapan hasil letusan G. Tandikat ini tersebar ke arah selatan-baratdaya yaitu ke
Dataran Pariaman, dan ke arah timur terbatas sampai Batang Air Singgalang Kecil dan
Batang Air Anai, ke barat sampai Batang Air Mangui, sedangkan ke bagian utara
terhalang oleh G. Singalang. Kegiatan letusan berpindah-pindah kearah selatanbaratdaya. Di daerah puncaknya terdapat Kawah A yang besar dengan diameter 1125 –
1250 m, kelilingnya 3925 m. Kawah ini terbuka kearah Batang Air Paraman Sani dan
Batang Air Singgalang kecil. Terdapatnya bukaan ini karena pematang kawah tersebut
roboh, dan yang terbesar kearah selatan dengan terbentuknya jurang yang dalam.
(Verbeek 1883). Didalam kawah besar ini tumbuh kerucut baru dengan kawah B agak
eksentris,
berbentuk corong dengan garis tengah 405 – 365 m, kelilingnya 1209 m,
dengan kemiringan tebing kawah mencapai 40 –50 oC dengan kedalaman mencapai 150
m. Selain Kawah A dan B, terdapat pula 9 lubang bekas letusan kecil (buah dalam kawah
B dan 6 buah pada lereng kerucut B), dengan garis tengah antara 10 – 70 m dan
kedalaman antara 4 – 30 m.
Morfologi
Morfologi G. Tandikat sangat dipengaruhi bukan hanya oleh aktivitas gunung
apinya, tetapi dipengaruhi pula oleh susunan batuan dan aktivitas gunungapi disekitarnya,
seperti batuan dasar tersier Tua, aktivitas vulkanik Maninjau dan gunungapi Singgalang.
Didaerah G. Tandikat ini terbagi menjadi beberapa kelompok morfologi, yaitu :
Satuan Morfologi Perbukitan Tua
Satuan ini menempati daerah sekeliling G. Tandikat, yang dicirikan oleh bentuk
perbukitan berelief kasar sampai sedang dengan lembah-lembah yang relatif dalam dan
terjal, serta banyak ditemui jeram-jeram dengan garis ketingian berkisar antara 200 –1200
meter diatas muka laut. Kelompok ini mempunyai beberapa puncak-puncak bukit antara
lain : Bt. Karikih, Bt. Tjantjang Baning, Bt. Birah Tingi, Bt. Upang-upang, Bt. Djadjaran, Bt.
Batu Barong, Bt. Ubang Badar, Bt. Padang Satoempak, Bt. Tilaboeng. Pada bagian barat
satuan ini terdapat sungai B. Air Manggu yang berlembah sangat terjal dan dalam,
tersusun oleh batuan lava, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik tua produk Kaldera
Maninjau. Seperti di bagaian tenggara terdapat Bt. Karikih yang berrelief kasar dengan
lereng yang sangat erjal. Daerah ini disusun oleh batuan beku granit dan batuan metamorf
yang mempunyai tingkat pelapukan relatif tingi yang dipengaruhi oleh sesar normal,
sehingga di sekitar lembah anai sering terjadi longsoran-longsoran. Sedangkan di bagian
timur–timurlaut terdapat Bt. Tilaboeng dan Bt. Padang Satoempak yang berelief kasar–
sedang dengan lereng relatif terjal. Satuan ini tersusun oleh lava, aliran piroklastik produk
G. Singgalang.
Satuan Morfologi Kerucut G. Tandikat, terbagi menjadi 4 sub satuan yaitu :
•
Satuan Morfologi Puncak dan Kawah, terdapat di sekitar puncak
•
Satuan Morfologi Tubuh, terdapat pada tubuh G. Tandikat
•
Satuan Morfologi Lereng dan Kaki, terdapat pada bagian bawah kerucut
•
Satuan Morfologi Dataran, terdapat pada bagian kaki kerucut Tandikat.
Stratigrafi
Batuan di G. Tandikat dan sekitarnya dikelompokan kedalam beberapa Kelompok
satuan batuan dengan urutan dari tua ke muda, antara lain :
•
Satuan Batuan Tua merupakan batuan dasar yang terbentuk sebelum pembentukan G.
Tandikat , penyebarannya terdapat disekeliling G. Tandikat tersebut, terdiri dari :
Satuan Batuan Dasar yang tersusun dari batuan granit dan batuan metamorf, yang
terdapat di sebelah tenggara yaitu di sekitar lembah Anai dan Bt. Karikih.
•
Batuan Produk Kaldera Maninjau, merupakan satuan yang menyebar di sebelah barat
dan selatan. Satuan batuan disebelah barat membentuk tebing-tebing yang curam dan
dalam, merupakan dinding luar kaldera maninjau. Pada bagian selatan umumnya
membentuk bukit-bukit yang relatif terjal, seperti di sepanjang jalan raya Sitjintjin,
Sungai Durian dan Kampung Tandikat. Satuan batuan ini didominasi oleh aliran
pikoklastik dan jatuhan piroklastik, yang terdiri dari fragmen batu apung yang
berukuran maksimum 20 cm, serabut-serabut gelas, litik bertekstur andesitik berukuran
pasir – kerikil, mineral mafik, berwarna putih sampai kekuningan, dan lepas-lepas
sampai agak kompak. Setempat-setempat terdapat lapisan-lapisan batu pasir kasar
yang kaya akan kuarsa. Batuan ini mencerminkan produk suatu letusan ‘Besar” di
masa lalu.
Batuan Produk G. Singgalang
Satuan batuan ini merupakan hasil endapan aktifitas G. Singgalang, tersebar di
bagian utara dan timur daerah penelitian. Satuan ini terdiri dari lava andesit yang
bertekstur porfiritik, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik yang mengandung batu apung
(Pumis). Singkapan yang baik ditemukan di sepanjang tebing S. Singgalang, pada Bukit
batas pemisah produk G. Singgalang dengan produk G. Tandikat. Satuan batuan ini
ditemukan juga di Bt.Padang Satoempak dan Bt. Tilaboeng.
Batuan Produk G. Tandikat
Satuan Batuan produk Gunungapi Tandikat dibentuk oleh dua titik erupsi, yaitu
Kawah A dan Kawah B. Dari Kawah A dihasilkan 24 aliran lava (Tl 1 – Tl 24 ) dan 4 aliran
piroklastik (Tap 1 – Tap 4 ), sedangkan dari Kawah B dihasilkan satu aliran lava (Tl 25).
Satuan-satuan batuan tersebut adalah terdiri dari :
Aliran Piroklastik Tandikat
Satuan batuan ini menyebar memanjang membentuk sebuah punggungan terjal
dengan dinding lembah yang curam seperti di sekitar S. Malancar dan Kampung
Malancar, di bagian barat menutupi produk kaldera Maninjau. Terdapat pula aliran
piroklastik lainnya yang membentuk morfologi kipas di bagian selatan, seperti terdapat di
sekitar Bt. Silasung, Bt. Bulaan, Kandang Ampek dan Perkampungan Bungakaju.
Satuan batuan ini secara umum mudah runtuh (tidak kompak), berwarna abu-abu, coklat,
tersusun oleh fragmen litik, mengambang dalam matriks berukuran pasir kasar terpilah
buruk, kemas terbuka bentuk fragmen menyudut- menyudut tanggung, sangat padat.
Dengan fragmen dari batuan andesitik berwarna abu-abu, tekstur fanerik, kristalin,
subhedral – anhedral, ukuran fenokris maksimum 0.4 cm, porfiritik dengan fenokris
plagioklas dan piroksen, tertanam dalam masa dasar mikrolit plagioklas dan mineral mafik.
Satuan aliran piroklastik ini terbagi menjadi empat satuan dari muda ke tua adalah : aliran
piroklastik 1 sampai aliran piroklastik 4, dengan nama Tap 1 –Tap 4, (peta Geologi G.
Tandikat)
Aliran Lava Tandikat
Satuan batuan lava Tandikat ini mempunyai kenampakan dilapangan terkadang
berupa bukit, atau berupa punggungan dengan ujung-ujung lava membentuk bukit atau
tersebar berupa umpulan bongkah batuan atau tersingkap di lembah sungai, yang
umumnya terkekarkan. Untuk satuan batuan lava ini terurai menjadi beberapa satuan lava
yang terpisah karena umurnya tidak sama dan jenis lavanya agak berbeda. Namun secara
umun lava ini terdiri dari batuan lava andesitik yang berwarna abu-abu terang sampai
gelap, terkadang tampak mempunyai textur porfiritik, dengan fenokris dari plagioklas dan
piroksen dengan masa dasar halus, ada yang bervesikuler ada yang tidak. Berdasarkan
hasil pemetaan geologi gunungapi terbagi menjadi 25 satuan lava Tandikat yang tersusun
mulai dari Lava Tandikat 1 (Tl 1 ) sampai dengan Lava Tandikat 25 ( Tl 25 )
Lahar Tandikat
Satuan lahar ini secara umum tersebar dibagian kaki G. Tandikat, pada daerah
morfologi dataran yang dicirikan oleh aliran sungai yang landai. Satuan Batuan ini
merupakan satuan batuan hasil rombakan batuan yang lebih tua dengan ciri-ciri, warna
kecoklatan, kadang terlihat adanya perlapisan dengan struktur sedimen, atau berupa
breksi batuan lahar, sortasi buruk, kemas terbuka, bentuk bongkah-bongkah batuan
bersudut mengambang dalam masa dasar berukuran pasir sampai abu dan cukup
kompak.
Satuan Aluvial
Satuan ini merupakan satuan batuan termuda yang tersebar pada aliran sungai
yang datar dan berkelok, berupa hasil endapan batuan yang berlangsung terus sampai
kini.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di daerah penyelidikan ditafsirkan berdasarkan
pengamatan di lapangan, ditunjang dengan penafsiran foto udara dan peta topografi.
Berdasarkan ciri-ciri gejala struktur yang dapat diamati di lapangan maka dapat
disimpulkan bahwa G. Tandikat merupakan daerah yang mengalami penurunan, ini
dibuktikan dengan adanya sesar normal di sebelah timur, sebelah barat dan utara, yang
pembentukannya sangat dipengaruhi oleh sistim Sesar semangko (Sesar Sumatera) yang
berarahkan barat laut – tenggara. Berikut ini uraian singkat dari beberapa struktur geologi
yang berkembang disekitar G. Tandikat.
Sesar Batang Anai
Struktur sesar ini terdapat di bagian tenggara daerah penelitian, merupakan sesar
normal berarah utara – selatan, memanjang 11.5 km dimana blok bagian timur relatif naik
dibandingkan blok bagian barat. Sesar ini merupakan pembahas antara batuan dasar dan
produk G. tandikat, sedangkan batuan yangt tersesarkan adalah batuan dasar. Ciri-ciri
sesar ini di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai dan gawir-gawir yang dalam dan
curam serta memanjang.
Sesar Lembah Anai
Struktur sesar ini terdapat di bagian tenggara daerah penelitian, merupakan sesar
normal berarah timur laut – barat daya, blok bagian tenggara relatif naik terhadap blok
bagian barat laut. Sesar ini mempunyai panjang 4 km dan merupakan penyebab
terbentuknya
Lembah
Anai
dan
diperkirakan
pembentukannya
akibat
adanya
ketidakstabilan setelah akhir pembentukan Sesar Batang Anai.
Ciri-ciri sesar inin di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam,
curam dan memanjang, zone hancuran di sepanjang jalan raya Lembah Anai pada musim
hujan, serta “shear joint” yang kedudukannya berkisar N 125oE/75o dan N 330oE/46o,
sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan dasar.
Sesar Batang Air Manggu
Struktur sesar ini terdapat di bagian barat daerah penelitian, merupakan sesar
normal bararah hampir utara – selatan, memanjang sepanjang 8 km, blok bagian barat
relatif naik dibandingkan blok bagian timur.
Sesar ini merupakan penyebab terbentuknya lembah yang sangat dalam dan terjal di
sebelah barat yang dilalui Batang Air manggu, sedangkan batuan yang tersesarkan
adalah batuan vulkanik produk kaldera Manijau. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain
kelurusan aliran sungai, gawir – gawir yang dalam, curam dan memanjang, adanya “
triangular facet” yang terdapat pada dinding luar sebelah timur Kaldera Maninjau.
Sesar Rimba Piatu
Struktur sesar ini terdapat di bagian barat daerah penelitian, merupakan sesar
normal berarah sejajar dengan Sesar Batang Air Manggu, panjangnya 10 km, blok bagian
barat relatif naik dibandingkan blok bagian timur. Sesar ini merupakan pembatas antara
produk kaidera maninjau dan produk G. Tandikat, sedangkan batuan yang tersesarkan
adalah batuan vulkanik produk kaldera Maninjau. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain
kelurusan berupa bukit yang antara lain Bt. Rimba Piatu dan G. Sanggul.
Sesar Batang Air Singgalang Bukit
Struktur sesar ini terdapat disebelah timur daerah penelitian, merupakan sesar
normalberarah hampir barat laut - tenggara sepanjang 4 km, blok bagian barat daya relatif
turun dibandingkan blok bagian timur laut. Sesar ini merupakan pembatas produk G.
Singggalang dan produk G. Tandikat sebelah timur, sedangkan batuan yang tersesarkan
adalah batuan vulkanik produk G. Singgalang. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain :
kelurusan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang.
Sesar Kampung Lalo
Struktur sesar ini terdapat di bagian timur laut daerah penelitian, merupakan sesar
normal, memanjang hampir barat – timur sepanjang 5 km, blok bagian selatan relatif turun
dibandingkan blok bagian utara. Sesar in melalui Kampung Lalo dan merupakan
pembatas antara rpoduk G. Singggalang dan produk G. Tandikat, sedangkan batuan yang
tersesarkan adalah batuan vulkanik produk G. Singgalang. Ciri-ciri sesar ini di lapangan
antara lain kelurusan lembah yang sempit dan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam,
curam dan memanjang.
Sesar Puncak G. Tandikat
Struktur sesar ini terdapat di puncak G. Tandikat, merupakan sesar normal berarah
utara – selatan, panjang 3.5 km, blok bagian barat relatif naik dibandingkan blok bagian
timur. Sesar ini penyebab terbentuknya rekahan dinding kawah A kearah selatan,
sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik G. Tandikat sendiri, yaitu
aliran lava Tandikat 11 dan 19 (Tl 11 dan Tl 19). Ciri-ciri sesar ini lapangan antara lain
adanya lembah yang sempit dan memanjang, adanya gawir-gawir yang dalam, curam dan
memanjang. Keberadaan Struktur di daerah ini menunjukan bahwa komplek G. Tandikat
sangat terpengaruh oleh Struktur Sesar Semangko, menunjukan pula daerah G. Tandikat
berada pada daerah yang relatif lemah.
Struktur Kawah
Di daerah G. Tandikat terdapat minimal 11 buah kawah. Kawah A terdapat di
puncak G. Tandikat yang merupakan kawah paling besar dengan diameter 112.5 – 1250
meter, terbuka kearah selatan ( Hulu Batang Air Paraman Sari ) dan ke arah timur ( Hulu
Batang Air Singgalang Katjil ).
Didalam Kawah A muncul Kawah B yang letaknya eksentrik berbentuk corong,
berbaris tengah 365 – 405 meter, kedalamnan kawahnya sekitar 100 meter. Selain Kawah
A dan Kawah B, terdapat pula 9 buah lubang bekas letusan kecil yaitu 3 buah di dalam
Kawah B dan pada lereng bagian luarnya sebanyak 6 buah, berdiameter 10 – 70 meter
dan kedalaman antara 4 – 30 meter.
Kelurusan Vulkanik
Kelurusan vulkanik dijumpai di puncak G. Tandikat, bearah utara – selatan.
Kemungkinan besar aktifitas G. Singgalang dan G. Tandikat dikontrol oleh kelurusan
vulkanik ini. Karena keduanya merupakan gunungapi kembar dan berdekatan.
GEOFISIKA
Seismik
Kegiatan kegempaan G. Tandikat dimonitor oleh seismograf dari jenis PS – 2,
dimana trandusernya ditempatkan di daerah lereng G.Tandikat kurang lebih 1 jam
perjalanan dari Pos PGA, sedangkan rekordernya ditempatkan di kantor pos pengamatan
G. Tandikat di Desa Ganting. Gempa yang terekam adalah Gempa Vulkanik Dangkal,
Gempa Vulkanik Dalam, Gempa Tektonik Lokal dan Gempa Tektonik Jauh.
GEOKIMIA
Kimia Batuan
Dari hasil analisis petrografi menunjukan bahwa batuan G. Tandikat pada
umumnya bersifat andesitik. Lava-lava G. Tandikat mempunyai kandungan SiO2 berkisar
antara 55.06% berat, dan K2O berkisar antara 1.39% berat.
Analisa Kimia Batuan G. Tandikat
Geokimia Air
Kekeruhan
Warna
Bau
Rasa
PH
Sisa kering
Sisa pijar
Hilang dalam
pemijaran
Kesadahan
Ca++
Mg++
SiO2
Zat organic
CO2 (bebas )
HCO3
CO3Fe+++(Total)
Mn +++
SO4C1NO2Na+ & K+ ( dihit. Sb.
Na+
SiO2
FeO
Fe2O3
55.06
3.65
4.22
Al2O3
FeO2
17.61
1.48
MnO
P2O5
0.35
0.16
CaO
MgO
8.04
3.06
Na2O
2.41
K2O
S total
o
H2O - 110 L
1.39
0.68
0.60
Hilang dibakar
Total
1.29
100.00
Telaga kawah Sebelah timur
Jernih
10
Tidak ada
Tidak ada
3,6
260,0
200,0
60,0
3,2
6,1
10,6
18,0
1,2
61,8
12.4
0.0
0.5
0.0
134.9
11.4
0.0
49.7
Telaga kawah sebelah barat
Jernih
10 mgPt/1
Tidak ada
Tidak ada
3,6
260,0 mg/1
200,0 mg/1
60,0 mg/1
3.0 oD
6.1 mg/1
9.2 mg/1
20.0 mg/1
1.2 mg/1
61,8 mg/1
12.4 mg/1
0.0 mg/1
0.4 mg/1
0.0 mg/1
134.9 mg/1
11.4 mg/1
0.0 mg/1
49.7 mg/1
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Pemantauan yang dilakukan adalah dengan metoda visual dan instrumental, yang
dilakukan dari Pos Pengamatan G. Api Tandikat, pada posisi, 100
o
o
22,004’ BT dan
0 25,147 LS di Kampung Cikadungduang, Desa Ganting, Kecamatan X Koto, Kabupaten
Tanah Datar.
Visual
Pengamatan visual dilakukan baik dari Pos Pengamatan maupun pengamatan
visual di sekitar kawah. Kegiatan Gunungapi Tandikat masih berpusat di dalam kawah B,
kawah yang memiliki kedalaman kurang lebih 150 m dari puncak. Di dalam kawah ini juga
terdapat tembusan-tembusan solfatara dan fumarola aktif dengan asapnya yang khas
putih tipis mencapai tinggi antara 2 sampai 25m dari dasar kawah.
Seismik
Peralatan permanen yang digunakan untuk memonitor kegempaan G. Tandikat
selama 24 jam terdiri dari satu unit seismograf PS 2 sistim pancar, dengan sensor
seismografnya ditempatkan pada tubuh G. Tandikat pada posisi Stasiun 100o 21,607’ BT
dan 0 o 25,139 LS, di ketinggian 1350 m dpl.dengan alat perekam ditempatkan di pos PGA
tersebut.
Pemantauan lainnya dilakukan secara temporer, misalnya pengukuran suhu, pengukuran
deformasi, pengukuran metoda geolistrik, pengukuran geomagnit dan pengukran metoda
geokimia gas dan air.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk tingkat
kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi letusan/kegiatan gunungapi. Peta ini
menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah/jalur
penyelamatan diri, lokasi pengungsian dan Pos Penanggulangan Bencana. Peta ini
disusun berdasarkan geomorfologi, geologi, sejarah kegiatan, sebaran jenis produk erupsi
terdahulu, dan studi lapangan.
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Tandikat dibagi dalam tiga tingkat
kerawanan dari rendah ke tinggi yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan
Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana I.
Kawasan Rawan Bencana III
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 13-4689-1998) Kawasan Rawan
Bencana III adalah kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau
guguran batu (pijar), dan gas racun. Kawasan rawan bencana III adalah kawasan yang
letaknya terdekat dengan sumber erupsi atau daerah puncak dan sekitarnya. Kawasan ini
diberlakukan untuk semua gunungapi aktif tipe A sehubungan dengan perkembangan
yang terjadi belakangan ini di beberapa gunungapi kawasan puncak digunakan untuk
bangunan dan atau hunian tetap/permanen ataupun kegiatan lain yang bersifat komersial.
Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan pengunjung dari bahaya letusan gunungapi
di Kawasan Rawan Bencana III.
Kawasan Rawan Bencana III terdiri atas dua bagian, yaitu:
a. Kawasan Rawan Bencana III yang sering terlanda aliran massa berupa: lava,
kemungkinan awan panas dan atau gas racun.
b. Kawasan Rawan Bencana III yang sering terlanda material lontaran: berupa bom
vulkanik dan lontaran batu lainnya, serta jatuhan
piroklastik (hujan abu lebat).
Kawasan Rawan Bencana II
Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lava,
lahar, hujan abu lebat, lontaran batu (pijar) dan kemungkinan aliran piroklastik (awan
panas) atau gas racun. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lava, lahar, kemungkinan
awan panas dan atau gas beracun.
2. Kawasan rawan bencana terhadap lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat.
Kawasan Rawan Bencana I
Kawasan Rawan Bencana I terdiri atas dua bagian yaitu kawasan yang berpotensi
terlanda oleh aliran massa berupa lahar dan lontaran, seperti: hujan abu dan kemungkinan
lontaran batu (pijar).
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Tandikat
DAFTAR PUSTAKA
G. Suantika dkk, 1995, Pengamatan Visual dan Pemasangan Seismograf PS 2
dan pengamatan seismik di G. Tandikat, Sumbar.
G Suantika dkk, 1998, Pengamatan Visual dan Seismik G. Tandikat.
Zainuddin dkk, 1996. Laporan Pemetaan Geologi G. Tandikat, Kab. Padang
Pariaman Sumbar.
K. Kusumadinata 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanologi,
Bandung, hal 48 – 57
S. Hamidi. 1970, Laporan Pemeriksaan G. Tandikat dan Daerah Bahayanya
Waziel Effendi dkk, 1995, Laporan Pemetaan Geologi Foto G. Tandikat dan
Sekitarnya, Kab. Padang Pariaman, Sumbar.
Download