KONFLIK DI SEMENANJUNG KOREA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEAMANAN INTERNASIONAL Kelompok 5 Angga Aditama P. (09/280372/SP/23191) Agustina Dwi P. Ravel Adhy P. (10/297026/SP/23915) Fauzia Gustarina C. (09/280110/SP/23158) Gede Resnadiasa (10/296269/SP/23822) Valentino Samuel F. (10/302205/SP/24263) Galih Suka Adi N. (09/282832/SP/23589) Fahrina Ambon (09/281667/SP/23306) (09/280787/SP/23258) Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada 2012 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik di semenanjung Korea dimulai sejak 25 Juni 1950 diawali hanya oleh dua negara yaitu Korea Selatan dan Korea Utara. Akan tetapi pada kenyataannya banyak negara yang ikut mempengaruhi dan terlibat di dalam konflik ini. Negara tersebut antara lain Amerika Serikat dan sekutunya dengan Uni Soviet. Alasan awal terjadinya konflik ini adalah perbedaan ideologi serta isu perbatasan yang menjadi isu yang sangat sensitif antara kedua wilayah ini, karena pembatas wilayah bukan dianggap sebagai perbatasan antar negara. Pada tahun 1953 perang berakhir dan pihak AS mengadakan perjanjian Mutual Security Treaty dengan Korea Selatan sehingga keberadaan pasukan AS dipertahankan guna mencegah terjadinya serangan dari pihak Utara. Namun pada tahun 1961 pihak USSR-China mengadakan perjanjian pertahanan dengan Korea Utara. Walaupun konflik ini pada tahun 1953 dianggap telah berakhir namun masih sering terjadi konflik antar negara dengan sekutu nya hingga saat ini. Kedua belah pihak berulang kali mencoba mengadakan percobaan perundingan damai, namun pada akhirnya selalu gagal dan tidak membuahkan hasil yang signifikan. Gagalnya perundingan damai ini dikarenakan perilaku kedua negara yang dianggap mengancam oleh masing-masing lawannya. Sebagai contoh adalah dengan adanya pembangunan persenjataan nuklir di Korea Utara yang secara langsung menyebabkan kekhawatiran negara lain serta mengganggu stabilitas keamanan kawasan tersebut. Konflik yang berkepanjangan ini menjadi perhatian dalam dunia internasional serta membuat negara lain ikut berusaha mempengaruhi kedua pihak yang berkonflik, seperti Amerika Serikat dan Cina. Konflik di semenanjung Korea ini menarik untuk dibahas karena telah menjadi perhatian bagi dunia internasional dan mempengaruhi situasi keamanan internasional. Dalam 2 perkembangannya pun kedua pihak yang berkonflik telah banyak dipengaruhi oleh pihak eksternal sehingga turut mempengaruhi jalannya konflik tersebut. B. Rumusan masalah Dalam paper ini, kelompok kami mengambil rumusan masalah, yaitu: “Bagaimanakah pengaruh konflik di Semenanjung Korea terhadap situasi Keamanan Internasional?” C. Landasan Konseptual 1. Security Dilemma A security dilemma refers to a situation where in two or more states are drawn into conflict, possibly even war, over security concerns, even though none of the states actually desire conflict. Essentially, the security dilemma occurs when two or more states each feel insecure in relation to other states1. Security Dilemma mengacu pada situasi yang melibatkan dua aktor negara atau lebih dalam suatu konflik, dimana konflik yang terjadi berdasar pada adanya rasa tidak aman terhadap negara sekitar, sehingga tindakan suatu negara untuk meningkatkan keamanan akan dianggap sebagai ancaman bagi keamanan negara lain. Security dilemma terjadi karena kegagalan komunikasi antar pihak yang berkonflik, sulit dalam membangun kepercayaan, faktor sejarah atau keadaan kontemporer, atau kemajuan teknologi yang menyebabkan sulitnya penentuan karakter persenjataan yang bersifat ofensif atau defensif. Dalam security dilemma, adanya tindakan ofensif ke negara lain dapat mengurangi ketakutan serta membuat suatu citra terhadap negaranya sendiri dengan harapan negaranya ditakuti dan disegani sehingga kemungkinan diserang berkurang. Salah satu elemen terpenting dalam security dilemma adalah peningkatan kemampuan militer yang biasanya diimplementasikan dalam peningkatan anggaran militer dan keikutsertaan dalam konflik atau masalah internasional yang menonjolkan bidang militer. 1 O. Kanji, Security, Conflict Research Consortium University of Colorado, Colorado, 2003. 3 2. Interdependensi Interdependence is things that are interdependent are related to one another in such a close way that each one needs the others in order to exist2. Interdependensi merupakan hubungan saling terkaitnya satu aktor dengan aktor lain yang didasari oleh adanya kepentingan dan keuntungan yang didapat. Hubungan yang terjalin dapat dikatakan sebagai hubungan yang sangat terikat sehingga salah satu aktor tidak bisa berfungsi bila tidak ada aktor lain yang terkait. Biasanya dalam interdependensi, aktor yang terkait memiliki perbedaan status atau kedudukan, negara maju dengan negara berkembang atau yang memiliki kedudukan yang sama seperti negara berkembang dengan sesama negara berkembang. Suatu negara yang memiliki interdependensi biasanya memiliki kepercayaan diri yang lebih dalam menjalin hubungan, kerjasama, dan berperan di dunia internasional. D. Argumentasi Utama Konflik yang terjadi di Semenanjung Korea antara Korea Utara dan Korea Selatan memiliki dampak yang buruk bagi stabilitas keamanan baik di segi domestik maupun di dunia internasional. Konflik tersebut mempengaruhi keamanan internasional karena dalam konflik tersebut terdapat beberapa aktor yang berperan bukan hanya Korea Selatan dan Korea Utara namun Amerika Serikat sebagai pendukung Korea Selatan dan USSR-Cina sebagai pendukung Korea Utara, dimana kedua belah negara pendukung merupakan negara besar dan memiliki kepentingan tertentu terhadap masing-masing pihak. 2 M. Milan, Mc Milan Dictionary (online), 2009, <www.macmillanddictionary.com/dictionary/british/interdependent>, diakses 7 April 2012 . 4 BAB II PEMBAHASAN A. Perkembangan Konflik di Semenanjung Korea Perang Korea pada tahun 1950-an sekiranya membuat hubungan Korea Utara dan Selatan menjadi tidak sehat. Namun beberapa hubungan diplomatik pasca perang Korea menunjukkan Korea Selatan dan Korea Utara mengalami kedekatan yang cukup baik meski banyak konflik kecil di Semenanjung Korea dan sekitarnya. Hubungan diplomatik informal mulai terjalin pada tahun 1971 ketika Palang Merah Internasional melakukan program Red Cross contact and family reunification project.3Hubungan Korea Utara dan Korea Selatan semakin baik pada tahun 1991, ketika muncul “Agreement on Reconciliation, Nonaggression and Exchanges and Cooperation between the South and the North,” yang sering dikenal sebagai “Basic Agreement,” yang mengakui niatan baik reunifikasi kedua Negara tersebut4. Pada tahun 1992 juga muncul kesepakatan “Joint Declaration of the Denuclearization of the Korean Peninsula.” Meski sudah muncul beberapa kesepakatan dalam menjalin hubungan baik kedua Negara, arus politik domestik Korea Utara dan Korea Selatan yang berbeda menyebabkan pasang surut hubungan keduanya. Perbedaan pandangan terhadap keberadaan nuklir antara Korea Utara dan Selatan serta meninggalnya presiden Korea Utara pada masa itu, Kim Il Sung, menjadi salah satu faktor pasang surut hubungan kedua Negara.5 Sejak dikeluarkannya kesepakatan “Joint Declaration of the Denuclearization of the Korean Peninsula”, muncul beberapa fenomena yang membuat hubungan Korea Utara dan Korea Selatan semakin memburuk. Pada tahun 2009, Korea Utara secara terang – terangan melakukan uji coba rudal balistik di sekitar Laut Jepang. Hal ini membuat hubungan Korea Utara dan Korea Selatan yang sebelumnya membaik malah berbalik menjadi buruk. Peran negara luar kawasan seperti Amerika mulai gencar dilakukan dengan terbentuknya UN 3 US Department of State, Background Note: South Korea, 2012, <http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2800.htm>, diakses tanggal9 April 2012. 4 ibid 5 Ibid 5 Security Council Resolution (UNSCR) pada tahun 2009. Pada tahun 2010, kapal perang Korea Selatan ditemukan tertembak rudal dari Korea Utara dan Pulau Yeonpyeong diserang oleh militer Korea Utara. Insiden ini telah membuat hubungan kedua negara semakin buruk dan bahkan menutup komunikasi bilateral. UNSCR kemudian memberikan rekomendasi kedua negara tersebut antara lain : 1. Bahwa semua hubungan diplomatik antar negara Korea dihentikan dan insiden pada tahun 2010 akan diselesaikan dalam hukum perang 2. Dialog antara Korea Utara dan Korea Selatan dihentikan selama masa Lee. 3. Semua komunikasi antar kedua negara dihapus 4. Kapal dan pesawat Korea Selatan dilarang melewati wilayah perairan dan udara Korea Utara6 B. Peran Amerika dan Cina dalam konflik di Semenanjung Korea Semenanjung Korea awalnya dikuasai oleh Jepang, namun pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, semenanjung Korea akhirnya berada di bawah pengaruh Blok Barat dan Blok Timur pada saat Perang Dingin. Pada saat itulah terjadi pembagian wilayah pada semenanjung Korea. Perang Korea pada tanggal 25 juni 1950 menjadi awal mula terpisahnya Korea yang terbagi menjadi dua bagian yakni Selatan dan Utara, dimana masing-masing wilayah memiliki ideologi yang berbeda pula. Perbedaan ideologi ini muncul karena adanya pihak luar/negara luar yang ada di belakang masing-masing pihak. Dalam hal ini negara dominan yang terlibat di dalamnya ialah Amerika Serikat dari pihak barat yang berada di belakang negara Korea Selatan dan Cina menjadi negara dominan yang berada di pihak Korea Utara. Amerika sendiri telah mengikutertakan diri dalam dinamika politik di Korea sejak tahun 1950 pada saat Perang Korea berlangsung. Hubungan kerjasama militer Amerika – Korea Selatan saat ini sudah terbentuk sejak ditandatanganinya Mutual Defense Treaty pada tahun 6 CNN World, North Korea freezes relations with South Korea, 2010, <http://articles.cnn.com/2010-0525/world/n.korea.threats_1_south-korean-president-lee-north-south-korean-peninsula?_s=PM:WORLD>, diakses tanggal 9 April 2012. 6 1954. Sejak saat itu Amerika kembali mengikutsertakan diri dalam konstelasi politik Korea pada era pemerintahan George W. Bush. Bush berusaha menekan Korea Utara melalui kerjasama dengan Korea Selatan dalam masa pemerintahan presiden Kim Dae Jung dan Roh Moo-Hyun, namun sering mengalami jalan buntu dalam setiap koordinasi kebijakan7. Hal ini dikarenakan kebijakan Sunshine Policy8 dari Korea selatan yang bertentangan dengan kebijakan garis keras pemerintahan Bush. Sejak tragedi kapal Cheonan dan kepemimpinan baru Lee Myung-Bak (Korea Selatan) dengan Barrack Obama (Amerika Serikat), koordinasi kebijakan terhadap tindakan Korea Utara menjadi lebih terarah dan solid. Dalam konflik tersebut, Amerika Serikat mencoba mendekati Korea Selatan dikarenakan ingin mencegah tersebarnya ideologi sosialis-komunis yang dibawa oleh Cina agar tidak menyebar ke wilayah Korea Selatan. Amerika Serikat dalam hal ini menempatkan pasukan militernya di Korea Selatan sebagai upaya membantu Korea Selatan dalam konflik di semenanjung Korea. Saat ini terdapat sekitar 28.500 pasukan AS yang ditempatkan di Korsel9.Hal ini menjadi sebuah tindakan nyata dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang memfokuskan pada penguatan militer di Asia, khususnya di Asia Timur. Dengan adanya pasukan militer dari AS tersebut menjadikan Korea Selatan memiliki rasa aman, pasalnya keberadaan pasukan tersebut akan membantu melindunginya dari serangan Korea Utara. Selain menempatkan pasukannya di Korea Selatan, Amerika Serikat juga melakukan latihan militer gabungan dengan Korea Selatan yang dimulai dari akhir Februari hingga April 2012. Latihan militer gabungan ini bertujuan sebagai bentuk latihan pertahanan bagi Korea Selatan. Sekitar 2.000 prajurit AS ditambah 800 personil tambahan dari luar Korea Selatan didatangkan untuk mengikuti latihan rutin tahunan yang diberi kode Key Resolve. Jumlah prajurit tambahan dari pasukan Amerika Serikat pada saat mengasumsikan terjadinya perang berskala menyeluruh di Semenanjung Korea, bersekitar 690.000 dari Angkatan Darat, Laut 7 Congressional Research Service, U.S. – South Korea Relations, November 2010 Kebijakan Korea Selatan terhadap Korea Utara dimana Korea Selatan berusaha menjalin hubungan baik dengan Korea Utara dan tidak terpengaruh terhadap aksi provokatif Korea Utara 9 K. Ferida, Korsel Didesak Waspadai Kebijakan Militer AS (online), 2012, <http://international.okezone.com/read/2012/01/06/413/552764/korsel-didesak-waspadai-kebijakan-militeras>, diakses pada tanggal 13 april 2012. 8 7 dan Udara serta pasukan Marinir, bersama dengan sekitar 160 unit kapal perang dan 2.000 pesawat10. Kedekatan Cina dengan Korea Utara sudah terjalin sejak lama, apalagi didukung dengan letak geografis mereka yang sangat berdekatan. Cina sama halnya dengan Amerika dalam hubungan dua Korea. Cina menempatkan diri sebagai aktor dibalik layar agar Korea Utara tetap utuh dengan sistem dan rezim yang telah ada sejak Perang Korea. Dalam konflik ini, Cina mendukung Korea Utara karena kekhawatirannya pada Amerika Serikat yang dinilai akan dapat menguasai daerah Korea Utara serta mengancam wilayah timur Cina. Cina sendiri melihat Korea Utara sebagai negara yang memiliki kesamaan ideologi sekaligus aset penting bagi ekonomi serta pembatas Cina dari pengaruh Amerika dan Korea Selatan11. Selain itu, Cina membutuhkan Korea Utara sebagai Buffer Zone (zona penyangga) untuk membatasi infliltrasi liberalisme. Dengan adanya tragedi Cheonan, Cina berusaha membujuk Korea Utara agar menjaga sikapnya terhadap Korea Selatan dan kestabilan kawasan. Berbeda dengan Amerika, Cina hingga saat ini tidak memberikan bantuan militer langsung seperti yang dilakukan Amerika namun lebih ke usaha diplomatis ke Korea Utara. Tidak hanya berhenti disitu saja, Cina juga melindungi Korea Utara di dalam PBB. Cina tak segan-segan menggunakan hak vetonya untuk menghindarkan Korea Utara dari sanksi PBB. Bentuk dukungan Cina kepada Korea Utara pun beragam, mulai dari bantuan pangan, hingga bantuan diplomatis. Cina memberikan dukungan pangan ke Korea Utara karena Cina khawatir jika warga Korea Utara mengungsi akibat konflik tersebut dan melintas ke wilayah Cina. Hal ini tentunya akan mengganggu stabilitas negara Cina sendiri. Dari hal ini dapat kita lihat bahwa Cina berupaya untuk mempertahankan Korea Utara karena adanya tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh Cina. Bagi Korea Utara sendiri bantuan Cina tersebut tentu saja menjadi hal yang menguntungkan karena menjadi sebuah kekuatan pembela yang sangat diperhitungkan di dalam dunia internasional. KBS world, Latihan militer tahunan antara Korea Selatan dan AS digelar mulai tgl. 27 Februari (online), 2012, <http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_newsthema_detail.htm?No=37384&id=newsthema>, diakses tanggal 7 april 2012. 11 D.K. Nanto dan M.E. Manyin, China – North Korea Relations, Congressional Research Service, 2010. 10 8 C. Analisis: Pengaruh Konflik Semenanjung Korea terhadap Keamanan Internasional Di sini kami melihat bahwa konflik Semenanjung Korea memiliki pengaruh yang cukup masif dan esensial terhadap dinamika keamanan internasional. Hal ini dibuktikan dengan semakin runcingnya konflik yang melibatkan Korea Selatan dengan Korea Utara, sejak perang Semenanjung Korea tahun 1950-1953 hingga yang termutakhir ketika insiden penembakan artileri di Pulau Yeonpyeong sebagai simbol perbatasan kedua negara. Ketika usaha perdamaian yang belum menemukan titik terang, konflik kemudian kembali diperuncing dengan pengembangan proyek nuklir oleh Korea Utara yang kemudian diperkirakan menjadi perlombaan senjata antara Korea Selatan yang disokong oleh AS dengan Korea Utara yang ditengarai didukung oleh China. Konflik di semenanjung Korea ini kami tengarai telah mempengaruhi situasi keamanan internasional karena beberapa alasan. Pertama, isu yang beredar dalam konflik ini merupakan isu yang sangat diwaspadai di dunia internasional, yaitu pengembangan senjata nuklir. Proyek nuklir ini seperti menjadi babak baru dari konflik Semenanjung Korea, karena proyek ini kemudian menjadi perhatian berbagai negara-negara di berbagai belahan dunia, seperti yang dipaparkan teori Security Dilemma. Perhatian ini terpusat pada kekhawatiran akan terjadinya isu pengembangan senjata nuklir baru oleh Korea Utara seperti bom yang kemudian dikategorikan sebagai tanda ancaman bagi negara-negara super power seperti AS, Jepang, UE, dan negara lainnya. Dalam hal ini Korea Utara mendapat peringatan keras dari PBB untuk tidak sembarangan meluncurkan nuklirnya, karena dianggap mengganggu keamanan negara lain. Amerika yang bisa dikatakan adalah negara yang paranoid, mulai ikut membangun kekuatannya di Asia Timur. Dalam hal ini, Amerika Serikat memiliki Jepang yang bisa dijadikan bentengnya di Asia Timur. Amerika yang memiliki pangkalan di Okinawa, berusaha untuk menjaga keamanan regional di Asia Timur, jika dilihat dari sudut pandang wilayahnya, kehadiran Amerika Serikat menunjukkan bahwa konflik di Semenanjung Korea ini sudah mengganggu keamanan internasional.12 Security Dilemma adalah keadaan di mana satu negara mengembangkan militernya untuk meningkatkan pertahanan dirinya yang kemudian membuat negara lain merasa tidak aman. 12 th J. Nye, Understanding International Conflicts : An Introduction to Theory and history, 6 edn, Pearson Longman, New York, 2007, p. 15 9 Di satu sisi Korea Utara tidak ikut meratifikasi perjanjian damai tentang senjata nuklir, tapi di sisi lain Amerika tidak bisa terima kalau Korea Utara bisa dengan seenaknya membangun nuklirnya sendiri, yang mereka takutkan akan disalahgunakan sebagai senjata nuklir oleh Korea Utara. Korea Utara yang menutup segala akses informasi negaranya membuat kecurigaan dari negara-negara lain makin besar akan adanya pengembangan senjata yang dilakukan oleh Korea Utara. Dengan meningkatnya kecurigaan, maka negara-negara lain, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa telah mengutuk aksi provokatif yang dicanangkan Korea Utara tersebut karena akan melanggar hukum internasional, komitmen yang telah dibangun Korea Utara, dan mengancam keamanan regional. Negara-negara tersebut pun juga sudah mulai membangun bentengnya untuk menahan serangan dari Korea Utara yang mereka bisa anggap bisa terjadi sewaktu-waktu. Kedua, berkaitan dengan isu mengenai pengembangan senjata nuklir, konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan ini melibatkan beberapa negara lain, meskipun cenderung berada di balik layar atau hanya sekadar memberi dukungan, seperti Amerika Serikat dan Cina. Amerika Serikat yang ikut terlibat dalam hal ini, mulai memperbanyak pasukan di Jepang dan Korea Selatan. Mereka bahkan melakukan latihan militer bersama yang akhirnya ikut menyulut keadaan semakin memanas di kedua Korea ini. Cina juga kemudian ikut dalam masalah ini, karena Korea Utara yang banyak mengimpor energi dari Ciina. Amerika menganggap Cina sebagai sekutu Korea Utara yang membuat Amerika berpikir kembali masalah pertahanannya seandainya persekutuan dua negara itu benar-benar terjadi, kembali terjadi security dilemma dalam hal ini. Dalam mengatasi hal seperti ini, security dilemma bisa diatasi dengan melakukan kerjasama untuk membangun kesepahaman tentang militer masing-masing, namun dalam kasus ini Korea Utara cukup sulit untuk diajak berkomunikasi. Dari sudut pandang Amerika Serikat dan sekutunya, peristiwa yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan merupakan kesalahan Korea Utara. Pihak Amerika mengatakan bahwa demi menciptakan perdamaian Korea Utara perlu merubah sikap.13 Korea Selatan dalam hal ini bisa dikatakan ikut meningkatkan kekuatannya dan terpancing dengan melakukan beberapa pembelian persenjataan serta melakukan latihan 13 US Department of State, Background Note : South <http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2800.htm>, diakses tanggal 7 April 2012. Korea (online), 2012, 10 militer bersama militer Amerika Serikat. Dengan sifatnya yang tertutup dan provokatif, Korea Utara membuat Korea Selatan tidak memiliki jalan lain selain juga ikut meningkatkan kemampuan militernya untuk menangkal kemungkinan terburuk dari kasus ini, yaitu serangan dari Korea Utara. Amerika juga memiliki peran di sini dalam mempengaruhi kebijakan Korea Selatan dengan memasukkan Korea Utara sebagai poros setan, kemudian Amerika menyarankan Korea Selatan yang merupakan sekutunya untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Ketiga, dengan adanya ketergantungan antara negara yang berkonflik dengan negara lain di belakangnya telah mempengaruhi jalannya konflik sehingga menentukan situasi keamanan internasional. Dalam konflik di semenanjung Korea ini kami melihat adanya konsep interdependensi yang terjadi. Konsep ini menekankan bahwa negara-negara di dunia ini saling bergantung dengan negara lain di berbagai macam bidang seperti politik, keamanan, maupun ekonomi-perdagangan, yang jika ada satu negara atau aspek yang terganggu akan mempengaruhi keseluruhan sistem dan negara-negara lain.14 Dalam kasus di semenanjung Korea ini, kami melihat bahwa terdapat suatu sistem interdepedensi yang terbangun antara Korea Utara dengan Cina kemudian Korea Selatan dengan Amerika Serikat. Dalam hal ini, kita bisa mengatakan dengan mudah bahwa dengan ideologi yang sama, Cina dan Korea Utara memiliki hubungan yang cukup baik secara bilateral dan sudah berlangsung sejak lama. Saat meninggalnya pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il, Cina mengirimkan ucapan belasungkawa yang cukup mendalam dan menyarankan untuk memulai perbincangan antar kedua negara. Cina dan Korea Utara memiliki hubungan yang cukup baik, dilihat dari banyaknya barang-barang yang berasal dari Cina yang masuk ke Korea Utara. Hal ini diketahui dari laporan Badan Perdagangan dan Promosi Investasi Korea Selatan yang menyatakan bahwa setengah dari produk-produk Cina yang diekspor secara umum masuk ke Korea Utara melewati Jembatan Persahabatan di Dandong.15 Kemudian, Cina juga menyediakan bantuan dalam hal energi dan suplai makanan untuk Korea Utara. Dengan 14 15 Ibid. D. Bastard, Perdagangan Cina ke Korea Utara Lewat Pintu Belakang (online), 15 Mei 2010, <http://www.asiacalling.kbr68h.com/in/laporan-khusus/hubungan-korea-utara-dengan-cina/1460-chinascommercial-backdoor-to-north-korea>, diakses tanggal 14 April 2012. 11 adanya kasus aksi peluncuran misil dari Korea Utara ini membuat hubungan antara keduanya menjadi sedikit berubah. Cina saat ini memiliki kebijakan yang lebih ketat ke Korea Utara dan memiliki tujuan untuk denuklirisasi dan menyeimbangkan keamanan di Semenanjung Korea.16 Korea Utara yang memiliki ketergantungan dengan produk-produk asal Cina melihat hal ini sebagai sebuah ancaman untuk ekonomi mereka. Mereka meyakinkan Cina bahwa misil ini hanya upaya untuk membuka hubungan dengan Amerika Serikat. Interdependensi Korea Utara ini menyebabkan posisi Cina dalam kasus ini makin meningkat dan ditunjukkan juga dengan beberapa upaya Cina untuk memulai Six Party Talks antara Korea Utara, Korea Selatan, Cina, Amerika Serikat, Jepang, Russia. Tingkat ketergantungan yang cukup tinggi dari Korea Utara terhadap Cina ini menyebabkan China bisa dengan mudah membawa Korea Utara untuk ikut dalam Six Party Talks.17 Sementara itu, pada fenomena interdependensi Korea Selatan dengan Amerika Serikat, kedua negara dikenal sudah menjadi sekutu dengan ikatan kolektif yang cukup kuat di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, politik, dan juga militer. Bersama Jepang, Korea Selatan merupakan sekutu dan juga mata Amerika Serikat di Asia Timur. Dari segi ekonomi sudah terlihat jelas bagaimana kerjasama antar kedua negara sudah berlangsung sangat baik dan intensif, bahkan keduanya sudah memiliki perjanjian free trade untuk meningkatkan akses dari kerjasama dagang kedua negara. Kemudian, dari segi politik dimana kemerdekaan Korea Selatan dibantu oleh Amerika Serikat untuk menghindarkan dari pengaruh komunis.18 Untuk sektor militer dibuktikan melalui latihan militer antara Korea Selatan dengan AS dan Jepang, latihan ini dianggap sebagai aksi provokatif dan ancaman invasi bagi Korea Utara, walaupun komisi militer AS telah menginformasikan jadwal latihan militer tersebut dan menyatakan bahwa itu bukan suatu tindakan yang bersifat provokasi. Berbeda dengan Cina yang berupaya membawa Korea Utara untuk berunding, Amerika Serikat hingga saat in belum terlihat mendorong Korea Selatan untuk menuju ke arah perdamaian. Situasi 16 D.K. Nanto, M.E. Manyin, China-North Korea Relations, Congressional Research Service, Washington, 2010, p. 11 J. Bashoria, The Six Party Talks on North Korea’s Nuclear Program(online), 29 Februari 2012, <http://www.cfr.org/proliferation/six-party-talks-north-koreas-nuclear-program/p13593>, diakses tanggal 14 April 2012. 18 S. Herman, US, South Korea to Hold Joint Military Exercises (online), 27 Januari 2012, <http://www.voanews.com/english/news/asia/US-South-Korea-to-Hold-Joint-Military-Exercises138187854.html>, diakses tanggal14 April 2012. 17 12 ketergantungan antara negara yang berkonflik dan pendukungnya inilah yang berkontribusi mengarahkan jalannya konflik sehingga berpengaruh terhadap situasi keamanan internasional. 13 BAB III KESIMPULAN Sejak negara di semenanjung Korea terpecah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara, konflik yang melibatkan keduanya belum terselesaikan hingga saat ini. Meski pernah ada keinginan dari Korea Selatan melalui beberapa pemimpinnya untuk mewujudkan reunifikasi, namun adanya ketegasan dari Korea Utara yang menolak hal ini menjadi alasan bagi kedua negara hingga saat ini belum dapat mewujudkan reunifikasi. Hal yang terjadi justru semakin tegangnya hubungan antara kedua belah pihak dengan dikembangkannya teknologi nuklir di kedua negara dan adanya usaha kedua negara untuk selalu meningkatkan teknologi nuklir lebih dari yang lain. Akibat dari hal ini bukan hanya buruk untuk perkembangan kedua negara tetapi juga buruk untuk masa depan keamanan internasional. Kemampuan senjata militer antara Korea Utara dan Korea Selatan yang semakin meningkat menimbulkan kewaspadaan dunia internasional akan keputusan kedua negara yang ada di Semenanjung Korea dalam memanfaatkan senjatanya. Sejak tahun 1950-an, keadaan yang terjadi di Semenanjung Korea telah menjadi tinjauan tambahan banyak pihak dalam melihat keadaan keamanan internasional dan hal tersebut masih dilakukan hingga saat ini. Hal ini bukan tidak beralasan melihat bahwa dalam perang yang akhirnya membagi Korea menjadi Korea Selatan dan Korea Utara tersebut, isu yang muncul bukan hanya mengenai senjata nuklir, tetapi juga keterlibatan negara lain meskipun secara tidak langsung. Aktor yang berpengaruh bukan hanya kedua negara di Semenanjung Korea tetapi juga melibatkan negara- negara besar di baliknya. Terlihat melalui keterlibatan negara besar yang memiliki kepentingan di dalam Korea Selatan seperti Amerika Serikat serta kepentingan di Korea Utara Seperti Cina. Namun, Korea Utara yang lebih tertutup dan tidak terlalu bergantung dengan dunia internasional bahkan dengan Cina, memungkinkan untuk mengambil keputusan yang independen tanpa terikat pengaruh dan keterlibatan negara lain dibanding Korea Selatan. Melihat perkembangan konflik, terlihat jelas bahwa konflik di semenanjung Korea ini menjadi perhatian dunia internasional, baik terkait dengan isu yang diangkat maupun nuklir maupun keterlibatan negara-negara besar dalam konflik tersebut meski secara tidak langsung. Konflik antara Korea Utara dan Selatan ini pada akhirnya mendorong negara-negara untuk ikut 14 mengambil sikap mengenai kondisi keamanan yang berkembang. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa konflik di semenanjung Korea telah mempengaruhi situasi keamanan internasional. 15 DAFTAR PUSTAKA Bashoria, J. “The Six Party Talks on North Korea’s Nuclear Program”. 2012. Council on Foreign Relations. 14 April 2012. <http://www.cfr.org/proliferation/six-party-talks-north-koreasnuclear-program/p13593>. Bastard, D. “Perdagangan Cina ke Korea Utara Lewat Pintu Belakang”. 2010. Asia Calling. 14 April 2012. <http://www.asiacalling.kbr68h.com/in/laporan-khusus/hubungan-korea-utaradengan-cina/1460-chinas-commercial-backdoor-to-north-korea>. CNN World. “North Korea freezes relations with South Korea”. 2010. CNN. 9 April 2012. <http://articles.cnn.com/2010-05-25/world/n.korea.threats_1_south-korean-president-leenorth-south-korean-peninsula?_s=PM:WORLD>. Congressional Research Service, “U.S. – South Korea Relations”, November 2010. Ferida, K. “Korsel Didesak Waspadai Kebijakan Militer AS”. 2012. OkeZone. 13 April 2012. <http://international.okezone.com/read/2012/01/06/413/552764/korsel-didesak-waspadaikebijakan-militer-as>. Herman, S. “US, South Korea to Hold Joint Military Exercises”. 2012. VOA. 14 April 2012. <http://www.voanews.com/english/news/asia/US-South-Korea-to-Hold-Joint-MilitaryExercises-138187854.html>. Kanji, O. “Security”. Colorado: Conflict Research Consortium University of Colorado. 2003. KBS world. “Latihan militer tahunan antara Korea Selatan dan AS digelar mulai tgl. 27 Februari”. 2012. KBS World. 17 April 2012. <http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_newsthema_detail.htm?No=37384&id=newst hema>. 16 Milan, M. “Mc Milan Dictionary”. 2009. 7 April 2012. <www.macmillanddictionary.com/dictionary/british/interdependent>. Nanto, D.K. dan M.E. Manyin. “China-North Korea Relations”, Washington: Congressional Research Service. 2010. Nye, J. “Understanding International Conflicts: An Introduction to Theory and history”. New York: Pearson Longman. 2007. US Department. “Background Note: South Korea”. 2012. US Department of State. 9 April 2012. <http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2800.htm>. 17