hubungan kompetensi sosial guru pai terhadap pembentukan

advertisement
HUBUNGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI
TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA
KELAS XII KEPERAWATAN DI SMK KHARISMA
PANONGAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh
Ibnu Kholdun Nawaji
NIM 1111011000044
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ABSTRAK
Ibnu Kholdun Nawaji (1111011000044), “HUBUNGAN KOMPETENSI
SOSIAL GURU PAI TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA
KELAS XII KEPERAWATAN DI SMK KHARISMA PANONGAN.”
Keywords: Social Competence Master PAI, Character Class XII Nursing
This study aims to obtain valid empirical data (authentic) and reliable
(trustworthy) about Social Competence Relationship Guru PAI Against the
Formation of Character Class XII Vocational Nursing In Kharisma Panongan at
Jl. Kingdom RancaIyuh Korelet Kec.Panongan Kab. TangerangBanten.
Dalah digunakana research methods with quantitative methods. Samples were
students of class XII Vocational Nursing Kharisma, 2015/2016 school year 40
students. Technical analysis of the data used is the analysis of the use editing,
scoring, and correlations were used to describe the results of research.
Based on the analysis and interpretation of data, it can be concluded that there is a
strong relationship between social competence or high PAI teacher in shaping the
character of class XII student of SMK KharismaPanongan Nursing. As for the
social competence of teachers PAI indirectly affect or have a strong relationship
or high in shaping students' character, manners and morality of students in the
school. It is seen from the preventive, repressive and curative conducted by PAI
teachers and all educators in schools by intensifying the social competence of
teachers embedded within, be friendly, and also mutual tolerance toward fellow
teachers and students.
iii
KATA PENGANTAR
‫بسم اهلل الرّحمن الرّحيم‬
Assalamu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh
Segala puji bagi Allah SWT, yang dengan memuji-Nya terbuka pintu
segala ilmu, dengan mengingat-Nya keluar segala perkataan yang baik,
dengan mensyukuri-Nya semua orang beriman merasakan nikmat-Nya di
dunia dan akhirat. Dan karena izin-Nya pula lah penulis dapat menyelsaikan
penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru PAI
Dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas XII Keperawatan Di SMK
Kharisma Panongan”. Skripsi ini penulis ajukan kepada fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu
syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.
Menyadari bahwa suksesnya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
bukan semata-mata karena usaha penulis sendiri tetapi juga berkat dukungan
dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan rasa hormat, terima kasih
yang tak terhingga, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
2. Bapak H. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. Dan ibu Hj. Marhamah
Saleh, Lc. MA selaku ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Semoga kebijakan yang telah dilakukan selalu mengarah
kepada kontinuitas eksistensi mahasiswanya.
3. Bapak Dr. Khalimi, MA selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan perhatian, bimbingan, nasehat, kritik dan saran, serta
motivasi yang besar dalam proses penulisan skripsi ini.
iv
v
4. Bapak Dr. Faridal Arkam, M.Pd selaku dosen pebimbing akademik
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan
konsultasi bagi penulis.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai
materi perkuliahan.
6. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan
skripsi ini.
7. Seluruh dewan guru dan karyawan SMK Kharisma Panongan,
khususnya kepada Bapak Drs. Khusnul Faoji, M.Si, Bapak Suhandi,
S.Pd, Ibu Ekayati, M.Pd.i, Ibu Retno Puji Astuti, SE, Bapak Ust. Robi
Syahrliana, S.Pd.i, dan Bapak Dede Sopyan, S.Pd yang telah suka rela
mengizinkan penulis meneliti di sekolah Kharisma, dan memberikan
saran
dan
motivasi
terhadap
penulis.
Semoga
Allah
SWT
membalasnya dengan berlipat ganda
8. Yang tercinta dan yang paling penulis hormati Ayahanda yang
menjadi panutan yaitu Papah KH. Moch. Abrori Mandala dan Ibunda
tersayang Mamah Hj. Saeroh, yang dengan sabar dan tulus
memberikan kasih sayangnya tiada tara, membanting tulang demi
memperjuangkan keberhasilanku. Semoga Allah SWT membalas
semua ketulusan dan pengorbanan mereka. Tak sanggup rasanya raga
ini membalas semua jasa dan asa yang telah Papah Mamah berikan
namun mutiara do’a yang dapat ku panjatkan untuk membalas kasih
sayang Mamah dan Papah.
9. Yang tersayang Adik-adikku, Ridwan Al-Gifari , Fauzan Rizik
Murtadho, Manbaul Izi Kemal Pasya, dan si cantik Zahira Lutfiyatu
Zahra yang telah banyak memberikan support dan dukungan yang tak
terhingga, semoga kelak kalian bisa merasakan apa yang kaka rasakan
terlebih dahulu.
vi
10. Yang terkasih kepada Siti Nurur Rizkiyah, Amd.Kep yang selalu
meluangkan waktu dan tenaganya untuk memotivasi, memberikan
support, saran dan dukungan yang tak terhinga, menemani dengan
sabar dan sepenuh hati, terimakasih untuk kebersamaan kita, semoga
kebersamaan ini bukan untuk sesat namun untuk sampai akhir hayat.
11. Teman-teman sejawat jurusan PAI angkatan 2011, khususnya sahabat
TWO PAI (PAI B) teman-teman terbaik, terhebat, luar biasa, yang
selalu sedia untuk memberikan bantuan, semangat, serta waktu nya
untuk menghibur penulis, yaitu: Ahmad Khoiruddin, Tezar Laksana
Putra, M. Rizki Ramadhan, M. Harish Rahmatullah, Zulfurnaen, Dedi
Gunawan, M. Choirul Imam, Abdul Hamid, Rahmat Hidayat, Abdur
Rahman S.Pd.I, Hilman Shodri, S.Pd. I, dan Deni Maulana, S. Pd. I.
12. Saudara seperjuangan IKAPMI UIN Jakarta (Ikatan Alumni Pondok
Pesantren Ummul Qura Al-Islami UIN Jakarta) yang telah turut serta
dalam mendukung, membangun, membantu dari mulai pendaftaran
SPMB mandiri sampai saat ini. Ucapan terima kasih dari penulis yang
tak terhingga, semoga Allah SWT membalas semua yang kalian
berikan dengan setimpal.
13. Segenap Sahabat Komunitas Pembina Pramuka SCOUTING SAMBA
(Scout Association Movement Broke Application) : Kak Restu Eka
Saputra, Kak Iwan, Kak Zainal Rifa’i, Kak Ahmadi, Kak Farhan, Kak
Haitami, Kak Choirul imam, Kak Coy, Kak Abel, Kak Esa Fahreza,
Kak Gilang, Kak Fajar, Kak Fahri, Kak alam, Kak Kristian, dan juga
segenap anak didik SAMBA: Paspraka, Phanthom dan Dewantara
yang selalu memberikan semangat canda dan tawa di tengah
perjuangan penulis. Tak terbalas rasanya ucapan terima kasih dari
penulis, hanya do’a yang bisa penulis panjatkan, semoga kita semua
selalu bersama dalam bimbingan-Nya dan ridha-Nya.
14. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah
berjasa membatu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
Tak ada gading yang tak retak. Sebagai sebuah karya, tentu saja skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari
semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi
ini.
Akhir kata, semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelsaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dan rahmat
Allah SWT. Dan diharapkan karya ini semoga dapat memberikan sumbangan
yang cukup berharga dan bermanfaat demi kemajuan pendidikan. Âmîn Yâ
Robbal `Âlâmîn.
Jakarta , 24 Desember 2015
Ibnu Kholdun Nawaji
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................9
C. Pembatasan Masalah ......................................................................................9
D. Perumusan Masalah .......................................................................................10
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .....................................................................10
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Konsep Kompetensi Sosial.............................................................................11
1. Pengertian Kompetensi ............................................................................11
2. Pengertian Sosial ......................................................................................13
3. Pengertian Kompetensi Sosial .................................................................14
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .........................................................20
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ......................................................20
2. Tujuan Pembelajaran PAI .......................................................................22
3. Fungsi Pengajaran PAI ............................................................................25
C. Pembentukan Karakter ...................................................................................27
1. Pengertian Karakter .................................................................................27
2. Pengertian Pendidikan Karakter ..............................................................30
3. Proses Pembentukan Karakter .................................................................34
4. Pendidikan Karakter Bangsa ...................................................................37
D. Hasil Penelitian Yang Terdahulu ...................................................................41
viii
ix
E. Kerangka Berpikir ..........................................................................................42
F. Pengajuan Hipotesis .......................................................................................42
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................44
B. Metode Penelitian ...........................................................................................44
C. Variabel Penelitian .........................................................................................45
D. Populasi dan Sampel ......................................................................................45
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................46
F. Teknik Analisis Data ......................................................................................49
BAB IV: TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SMK Kharisma Panongan ....................................................................54
1. Sejarah Siingkat SMK Kharisma Panongan............................................54
2. Profil SMK Kharisma..............................................................................55
3. Visi dan Misi SMK Kharisma Panongan ................................................56
4. Data Guru dan Karyawan ........................................................................57
5. Data Siswa SMK Kharisma.....................................................................58
6. Data Sarana Prasarana SMK Kharisma ...................................................59
B. Deskripsi Data ................................................................................................60
C. Analisis Data ..................................................................................................75
D. Interpretasi Data .............................................................................................77
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................80
B. Implikasi .........................................................................................................80
C. Saran ...............................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................83
LAMPIRAN
Daftar Tabel
Tabel 2. 1
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Bangsa
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Angket Kompetensi Sosial Guru PAI
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Angket Karakter Siswa
Tabel 3.3
Penetapan Skor untuk Kompetensi Sosial Guru PAI
Tabel 3.4
Penetapan Skor untuk Karakter Siswa Kelas XII Keperawatan
Tabel 3.5
Interpretasi analisa data berdasarkan korelasi produck moment
(rxy)
Tabel 4.1
Data Guru Dan Karyawan SMK Kharisma Tahun Ajaran 2015
2016
Tabel 4.2
Keadaan sisaw/i SMK Kharisma Panongan Tahun Pelajaran 2015
2016
Tabel 4.3
Guru PAI bersikap ramah kesemua siswa
Tabel 4.4
Guru PAI berbincang (mengobrol/berdiskusi) dengan siswa tentang
keluhan di luar pelajaran sekolah
Tabel 4.5
Guru PAI bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di
sekolah
Tabel 4.6
Guru PAI bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di
sekolah
Tabel 4.7
Guru PAI bergaul dengan baik terhadap semua Guru yang ada di
sekolah
Tabel 4.8
Guru PAI memberi isyarat apapun ketika siswa bercanda saat
pembelajaran berlangsung
Tabel 4.9
Guru PAI bersikap masa bodoh terhadap siswa yang tidak
memperhatikan pelajaran
Tabel 4.10
Guru PAI menyapa duluan ketika berpapasan dengan siswa
Tabel 4.11
Guru PAI membantu siswa ketika mengalami kesulitan
Belajar
Tabel 4.12
Guru PAI tersenyum ketika bertemu dengan siswa
Tabel 4.13
Guru PAI menanyakan kabar ketika berpapasan dengan siswa
x
xi
Tabel 4.14
Guru PAI menghadiri undangan rapat guru
Tabel 4.15
Guru PAI memberikan nasehat kepada siswa diluar kelas ataupun
di dalam kelas
Tabel 4.16
Guru PAI menjenguk rekan guru yang sakit
Tabel 4.17
Guru PAI melakukan diskusi kecil terkait dengan pendidikan
bersama rekan guru
Tabel 4.18
Mengerjakan shalat fardhu lima waktu
Tabel 4.19
Berkata jujur kepada orang tua dan guru
Tabel 4.20
Menyontek saat ulangan/UTS/UAS
Tabel 4.21
Datang tepat waktu ke sekolah
Tabel 4.22
Bertanya kepada guru jika ada pelajaran yang kurang dipahami
Tabel 4.23
Membantu teman atau orang lain saat melihatnya dalam
kesulitan
Tabel 4.24
Membuang sampah pada tempatnya
Tabel 4.25
Menghormati yang lebih tua
Tabel 4.26
Menyayangi yang lebih muda
Tabel 4.27
Mengerjakan PR dari guru
Tabel 4.28
Mencium tangan orang tua ketika hendak bepergian dan saat
bertemu dengan guru
Tabel 4.29
Selalu menutup aurat saat di depan orang yang bukan mahram
Tabel 4.30
Menepati apa yang sudah dijanjikan kepada orang lain
Tabel 4.31
Meminta maaf apabila berbuat salah
Tabel 4.32
Mengucapkan terima kasih setelah ditolong oleh orang lain
Tabel 4.33
Perhitungan Hasil Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia
adalah
makhluk
individu
dan
makhluk
sosial,
dalam
hubungannya dengan manusia lain sebagai makhluk sosial, terkandung suatu
maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu
yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama
antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan
situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian
kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau
komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan
sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu disengaja ataupun
tidak disengaja.1
Setiap manusia yang hidup di dunia dan melakukan sosialisasi dan
interaksi pasti melakukan apa yang dinamakan belajar. Baik belajar dalam arti
yang sempit tentang hal yang tidak perlu ada pihak yang ditunjuk sebagai
pengajarnya, seperti belajar berjalan, belajar berbicara, dan lain-lain, maupun
belajar dalam arti yang lebih luas lagi, yaitu dalam arti pendidikan itu sendiri.
Guru adalah pendidik yang melaksanakan peran peran utama dan penting
dalam proses pendidikan. Perencanaan pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan baik, tapi ketika dilaksanakan dalam prosesnya lebih banyak aspek
yang menentukan bagaimana pembelajaran itu terjadi yang tak pernah
direncanakan, seperti ekspresi guru, emosi guru, cara komunikasi guru, dan
sebagainya.2
Oleh sebab itu, pendidikan bisa dijadikan sebagai pijakan manusia dalam
melakukan sesuatu, baik itu yang berhubungan dengan urusan hidupnya
sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain, agar dalam hidupnya
1
Sardiman, AM, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Press, 1990),
h.1.
2
Uhar Suharsaputra, Menjadi Guru Berkarakter, (Bandung : Refika Aditama 2013), hal. 4
1
2
bisa mencapai kepuasan secara moral dengan mengembangkan potensi yang
ada padanya tersebut.
Dalam
Undang-Undang
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional
mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.3
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
Pasal 1 butir 1, pendidikan adalah : “Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”4
Jika pendidikan dipahami dalam arti luas, sebagai proses penyadaran,
pencerdasan, dan pembangunan mental atau karakter, tentu ia bukan hanya
identik dengan sekolah. Ia berkaitan dengan proses kebudayaan secara umum
yang sedang berjalan, yang punya kemampuan untuk mengarahkan kesadaran,
memasok informasi, membentuk cara pandang, dan membangun karakter
generasi muda khusunya. Artinya, karakter yang menyangkut cara pandang
dan kebiasaan siswa, remaja, dan kaum muda secara umum hanya sedikit
sekali yang dibentuk dalam runang kelas atau sekolah, tetapi lebih banyak
dibentuk oleh proses sosial yang juga tidak dapat dilepaskan dari proses
bentukan ideologi dari tatanan material ekonomi yang sedang berjalan.5
3
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),
Pasal 1 Ayat 1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003). h. 1
4
Anas salahudin dan irwanto alkrienciehie, Pendidikan Karakter : Pendidikan Berbasis Agama
dan Budaya bangsa (Bandung ; Pustaka Setia, 2013) , h. 41
5
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritis & Praktik, (Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media, 2011), h.324
3
Membuat peserta didik bekarakter adalah tugas pendidikan, yang
esensinya adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik
dan berkarakter. Pengertian baik dan berkarakter mengacu pada norma yang di
anut, yaitu nilai-nilai luhur Pancasila. Seluruh butir-butir Pancasila
sepenuhnya terintegrasi ke dalam harkat dan martabat manusia (HMM). HMM
terdiri atas tiga komponen, yaitu hakikat manusia, pancadaya kemanusiaan,
dan dimensi kemanusiaan.6
Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan
tugasnya, sangat dipengaruhi oleh 2 faktor besar yaitu faktor internal yang
meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan
lingkungan, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru. 7
Dalam konteks implementasi pendidikan/pembelajaran, kepribadian guru
sangat penting untuk dicermati, baik dari segi majemen maupun dari individu
guru itu sendiri. Ini berarti, guru harus mencermati kepribadiannya sendiri,
memperlakukannya dengan cermat serta menerapkannya secara efektif dalam
proses pendidikan/pembelajaran dengan mengacu pada norma-norma dan
nilai-nilai ideal yang harus tercermin dalam pendidikan sehingga dapat
menjadi karakter kita, guru dan termanifestasikan ke dalam guru karakter.8
Pantaslah James B. Broww berpendapat peran guru itu, menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran, merencanakan, mempersiapkan pelajaran
sehari-hari mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Untuk itu, Tc.
Pasaribu dan B. Simanjuntak, menyatakan :
Di dalam pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi :
1. Mengajar guru dan menyangkut sejauh mana kegiatan belajar
mengajar yang direncanakan terlaksana.
6
Anas salahudin dan irwanto alkrienciehie, Op, Cit. , h. 43
Papuh fathurrohman dan Aa suryana, Guru Profesional, (Bandung : Refika Aditama), h. 39
8
Uhar Suharsaputra, Op, Cit., hal. 37
7
4
2. Belajar murid, yang menyangkut sejauh mana tujuan pelajaran
yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar.9
Dalam proses belajar mengajar tidak akan terlaksana apabila salah satu
komponen dari kegiatan tersebut tidak ada, dan salah satu komponen tersebut
adalah adanya seorang guru atau tenaga pendidik. Akan tetapi, keberadaan
guru dimasa sekarang ini kebanyakan tidak lebih hanya sebagai pengajar saja,
yang hanya mentransfer pengetahuan kepada murid-muridnya, mereka
terkadang melupakan tugas utama dari seorang guru yaitu menghaluskan budi
pekerti anak didiknya.
Al-Qur’an telah memberikan isyarat tentang Nabi Muhammad sebagai
guru kedua setelah Allah SWT. Pada intinya kedudukan Nabi sebagai pendidik
atau guru karena ditunjuk langsung oleh Allah SWT yang bertugas dan
bertanggung jawab untuk membimbing ummat. Tidaklah diragukan lagi, salah
satu misi diutusnya Nabi Muhammad adalah untuk meningkatkan kualitas
SDM, yang benar-benar utuh, tidak saja secara jasmani akan tetapi juga secara
ruhani.10
Guru merupakan sebuah kata keramat yang mempunyai arti yang sangat
diagungkan oleh masyarakat, bahkan ada yang mengartikan guru itu di gugu
dan ditiru, yang berarti segala tingkah laku guru diperhatikan selama 24 jam
penuh oleh masyarakat, karena segala tindak tanduk guru biasanya dijadikan
teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh karenanya, profesi seorang guru
sangatlah mulia dan sangat terhormat, sehingga tidak sembarang orang dapat
memakainya.
Seorang guru hendaknya menyadari bahwa tugas yang diembannya
tidaklah mudah, tetapi tidak juga sulit, karena jika guru tersebut mematuhi
persyaratan yang dipenuhi oleh seorang guru, maka tugas guru itu akan mudah
untuk dijalankan.
9
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), h.
57
10
Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Prespektif Islam ,(Jakarta : UIN Jakarta
Press 2005), h. 107
5
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang penuh pengabdian pada
masyarakat, dan perlu ditata berdasarkan kode etik tertentu. Kode etik itu
mengatur bagaimana seorang guru harus bertingkah laku sesuai dengan
norma-norma pekerjaannya, baik dalam hubungan dengan anak didiknya
maupun dalam hubungan dengan teman sejawatnya.11
Oleh sebab itu, tidak sembarang dan semua orang bisa menjadi guru yang
sebenar-benarnya. Seorang guru hendaknya selalu memberikan suri tauladan
bagi masyarakat yang berada disekitarnya, karena pekerjaan guru adalah
pekerjaan 24 jam yang tidak mengenal waktu, maka tidaklah salah jika ada
kiasan bahwa guru itu adalah di gugu dan di tiru, menggambarkan bahwa
pekerjaan guru tidaklah mudah namun buka berarti sulit yang artinya kalau
seorang guru tersebut benar-benar tulus, ikhlas, dan juga berkompeten dalam
menjalani pekerjaanya maka secara otomatis pekerjaan tersebut akan mudah
untuk dijalankan, maka sebaliknya jika tidak ada ketulusan, keikhlasan dan
kesungguhan maka pekerjaan tersebut akan dirasakan sangat sulit.
Dan sebagai konsekuensi logis tersebut, setiap guru harus memiliki
kompetensi
profesional,
kompetensi
kepribadian,
dan
kompetensi
kemasyarakatan. Dengan demikian dia memiliki kewenangan mengajar untuk
diberikan imbalan secara wajar sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Dengan
demikian seorang calon guru seharusnya telah mampu menempuh program
pendidikan pada suatu lembaga pendidikan guru tertentu.12
Guru
harus
menunjukkan
dirinya
sebagai
orang
yang
selalu
memperhatikan dan mengupayakan kebaikan untuk para murid tanpa pamrih.
Tidak membeda-bedakan mereka, meskipun latar belakang mereka sangat
beragam. Kasih sayang guru tidak saja kepada murid yang patuh dan hormat,
tetapi juga kepada murid yang nakal. Guru dalam konteks kasih sayang ini
tidak akan pernah merasakan terhina dan rendah diri dihadapan guru. Nabi
Muhammad Saw banyak memberi contoh akan kasih sayang ini dan para
sahabat mencontohnya. Kasih sayang yang mereka tunjukkan dipuji oleh Allah
11
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), h.7
Ibid.
12
6
sebagai kasih sayang yang melebihi terhadap diri mereka sendiri. Allah
berfirman dalam surat Al-Hasyr/59 ayat 9:
           
          
         
Yang Artinya: Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas
diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan
itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orangorang yang beruntung.13
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah
proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan
munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya
interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.14
Oleh sebab itu, sepatutnya seorang guru hendaknya memenuhi semua
kriteria yang harus dimilikinya, seperti kompetensi profesional, kompetensi
kepribadian, kompetensi keimanan dan khusunya kompetensi sosial guru,
karena kompetensi sosial itu sangat diperlukan untuk menarik minat siswa
dalam proses belajar mengajar dan dalam memberikan tauladan bagi
muridnya.
Sejalan dengan berjalannya waktu, berbagai pandangan yang mendukung
pendidikan karakter yang bersifat klasik perlahan hilang. Hal tersebut
bergantung pada kekuatan-kekuatan yang terbentuk di sekitarnya. Para
pendukung teori Darwin mengatakan bahwa kehidupan biologis yang muncul
saat ini merupakan hasil dari produk evolusi. Pandangan tersebut
mengantarkan masyarakat untuk melihat hal lain yang berbeda, termasuk sikap
13
14
(Depag, 2006:)
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Kencana 2011), h. 229
7
moral yang lebih bersifat berkembang daripada kaku atau bersifat benar atau
salah.15
Kalau kita perhatikan secara mendalam, kebanyakan siswa sekarang tidak
menghormati gurunya, mungkin karena sudah berubah zamannya ataukah guru
tersebut tidak pantas untuk dihormati. Banyak sekali contoh penghinaan dan
tepatnya ketidakpuasan siswa terhadap gurunya, baik dicurahkan lewat sms
(short massage service) ataupun di jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan
instagram.
Hal lain yang juga menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan
tugas guru adalah keterbukaan psikologis guru itu sendiri. Guru yang terbuka
secara psikologis ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk
mengkomunikasikan dirirnya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa,
teman sejawat dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Guru dituntut
untuk biasa berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat sekolah, keluarga
maupun sosialnya.
Jadi seorang guru itu tidaklah harus eksklusif, tetapi tidak juga harus
terlalu dekat dengan siswanya, artinya guru haru bisa mengkondisikan dirinya
dalam setiap situasi dan kondisi sekitarnya.
Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikansinya, keterbukaan psikologis
merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru dalam
hubungannya sebagai direktur belajar (director of learning) selain sebagai
panutan siswanya. Oleh karena itu, hanya guru yang memiliki keterbukaan
psikologis yang benar-benar dapat diharapkan berhasil dalam mengelola
proses mengajar-belajar. Optimisme ini muncul karena guru yang terbuka
dapat lebih terbuka dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan kebutuhan
para siswanya, bukan hanya kebutuhan guru itu sendiri. 16
Akan tetapi dalam kenyataanya, banyak ditemukan guru ataupun tenaga
pendidik yang mempunyai nilai kompetensi sosial yang rendah yang tidak
mau untuk bergaul dengan lingkungan sekitarnya terutama dengan murid15
Thomas Lickona, Mendidik Untuk Memebentuk Karakter, (Jakarta : Bumi Aksara 2012), h. 9
Muhibbin Syah, Psikologis Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja
Rosdakarya 2011), h. 229
16
8
muridnya, sehingga proses pembelajaran dikelas sering tidak kondusif karena
adanya prasangka dari murid-murid tentang kepribadian gurunya yang tidak
sesuai dengan norma-norma yang ada.
Sudah banyak pemberitaan diberbagai media, baik elektronik maupun
cetak yang mengabarkan tentang banyaknya murid sekolah yang mendapat
perlakuan kasar dari oknum-oknum guru yang tidak bertanggung jawab. Tentu
saja pemberitaan tersebut sangat memprihatinkan kalangan pemerhati
pendidikan dan orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Ini seolah
menggambarkan bahwa para pendidik kita tidak memiliki kompetensi yang
seharusnya mereka miliki, terutama kompetensi kepribadian dan kompetensi
sosial.
Proses pembelajaran akan efektif, jika komunikasi dan interaksi antara
guru dengan siswa terjadi secara intensif. Guru dapat merancang model model
pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Guru mempunyai
peran ganda dan sangat strategis dalam kaitannya dengan kebutuhan siswa.
Peran dimaksudkan adalah guru sebagai guru, guru sebagai orang tua, dan
guru sebagai sejawat belajar. disiplin kelas, tata tertib kelas, pengendalian
kelas, manajemen kelas atau apapun namanya, merupakan hal yang amat
krusial bagi seorang guru. Apabila seorang guru tidak mampu memelihara
disiplin dalam kelas maka kemungkinan proses pembelajaran akan mengalami
kegagalan. Kegiatan ini merupakan langkah awal untuk menciptakan sebuah
lingkungan belajar yang kondusif.17
Disamping itu, kemajuan berbagai bidang terutama bidang tekhnik
informasi sudah sedikit banyak mempengaruhi karakter siswa, dimana aspek
negatifnya tersebut berdampak kepada kemerosotan karakter siswa. Oleh
sebab itu guru juga diharapkan mampu mempu mengikuti perkembangan
zaman yang sudah semakin modern ini, diantaranya dengan membekali diri
dengan pengetahuan tentang ilmu-ilmu teknologi seperti komputer dan
sebagainya.
17
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta : Bulan Bintang), h. 21
9
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk
mencoba
mengangkat
judul
penelitian
ini
yang
meneliti
tentang
“HUBUNGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI TERHADAP
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS XII KEPERAWATAN
DI SMK KHARISMA PANONGAN”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Banyaknya siswa SMK Kharisma yang melanggar peraturan.
2. Kurang harmonisnya komunikasi siswa SMK Kharisma dan guru PAI
SMK Kharisma
3. Karakter siswa SMK Kharisma yang masih jauh dari ketetapan Allah
SWT dan Rasul-Nya.
4. Masih banyak guru PAI SMK Kharisma yang membeda-bedakan
siswanya baik dalam segi harta, paras muka, dan tingkah laku
5. Interaksi Guru PAI SMK Kharisma dengan siswa yang belum efektif
dalam membentuk karakternya.
C. Pembatasan Masalah
Agar lebih terarah dan terfokus, penulis membatasi permasalahn pada dua
titik fokus yaitu : kompetensi sosial guru PAI SMK Kharisma di sini pokok
bahasan yang di ukur hanya pada pembahasan sosial terhadap siswa, sesama
guru, staf TU, dan masyarakat. Sedangkan karakter siswa hanya terhadap
siswa kelas XII Keperawatan mengenai karakter bangsa yang berkenaan
dengan religius, jujur, disiplin, rasa ingin tahu, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab.
10
D. Rumusan Masalah
Beranjak dari permasalahan yang ada, maka peneliti hanya akan meneliti
tentang masalah :
Apakah terdapat hubungan antara kompetensi sosial Guru PAI terhadap
pembentukan karakter siswa kelas XII Keperawatan di SMK Kharisma
Panongan?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat penelitian ini yaitu sebagai bahan acuan bagi pihakpihak yang terkait. Adapun tujuan dalm penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat kompetensi sosial yang dimilik oleh guru,
terutama guru PAI.
2. Untuk mengetahui konsep guru dalam membentuk karakter siswa kelas
XII Keperawatan di SMK Kharisma Panongan.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompetensi sosial guru dalam
membentuk karakter siswa.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini, ditunjukan kepada pihak-pihak sebagai
berikut :
1. Bagi peneliti itu sendiri, yaitu sebagai implementasi dari proses
perkuliahan yang telah dijalankan.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi sosial guru dalam
membentuk karakter siswa.
3. Pengelola sekolah dalam mengambil suatu kebijakan dimasa mendatang,
agar dapat memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya.
4. Para pendidik, agar lebih bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
5. Para siswa dan pihak-pihak yang terkait dengan kependidikan itu sendiri.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Konsep Kompetensi Sosial
1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi Berasal dari kata kompeten yang berarti wenang ; cakap
; berkuasa menentukan dan memutuskan sesuatu. Sedangkan kompetensi
itu sendiri berarti kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan suatu
hal.1
Dalam UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Bab I, yang dimaksud kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan
dikuasai
oleh
guru
keprofesionalan.
2
atau
dosen
dalam
melaksanakan
tugas
Seorang guru yang baik, yang profesional, yang
bertanggung jawab, dan yang diteladani adalah guru yang mampu
menghayati dan mengamalkan 4 (empat) kompetisi secara umum yaitu :
a. Kompetensi Pedagogik
b. Kompetensi Kepribadian
c. Kompetensi Professional
d. Kompetensi Sosial3
Istilah
Kompetensi
kompetensi
berhubungan
mengandung
pengertian
dengan
dunia
pemilikan
pekerjaan.
pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu.
Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilainilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak.
Kompetensi
diartikan
sebagai
pengetahuan,
keterampilan
dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka) h.584
UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Surabaya : Pustaka Eureka
Surabaya, 2006), hal.8
3
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Bangsa (Jakarta : Baduose Media), hal.52
2
11
12
dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif,
dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Kompetensi (competency) sesungguhnya berada dengan kinerja atau
performa (performance). Kompetensi merujuk pada kemampuan teoritis
yang tersembunyi (latent), sedangkan performans merujuk kepada
tampilan rill yang dapat dilakukan oleh subjek pada ruang kerja atau pada
unit-unit layanan yang dibutuhkan. Kompetensi itu sendiri terdiri dari
tiga kategori, yaitu kompetensi utama (core competencies) atau
kompetensi inti, kompetensi pendukung atau penunjang kompetensi inti,
dan kompetensi lain yang melengkapi dua kompetensi inti. Termasuk
dalam kompetensi lain ialah kompetensi sosial, daya adaptabilitas, dan
visi ke depan”.4 Menurut Broke dan Stone bahwa kompetensi ialah
“Descriptive of qualitative nature or teacher behavior appears to be
entirely meaningful”. Sedangkan menurut Mc.Ashan kompetensi adalah
“Competency is a knowledge, skill and abilities that a person achieves,
which become part of his or her being to the exent he or she can
satisfactorily perform, cognitif, afektif and psikomotor behavior”.5
Jadi kompetensi adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
seseorang untuk dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya,
baik secara teori maupun implementasi dalam kehidupan sehari-hari, agar
dalam melaksanakan tugas yang diembannya bisa dilaksanakan secara
maksimal dan menghasilkan sesuatu yang maksimal juga sehingga
mencapai kepuasaan yang maksimal, terutama dalam mengajar.
Oleh sebab itu, hendaknya setiap orang yang menjalani kehidupan
didunia ini dapat memaksimalkan potensi yang telah diberikan oleh
Tuhan padanya, agar kompetensi yang ada lebih tergali lagi.
4
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru (Jakarta : Kencana Media Group 2012), h.
112
5
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta Rajawali Pers, 2013), h. 3
13
2. Pengertian Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial diartikan sebagai
suatu yang berhubungan dengan masyarakat. Sedagkan kata sosialisasi
diartikan sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat untuk
meneganal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya.6
Jadi kata sosial erat kaitannya dengan kehidupan yang berhubungan
dengan orang lain yang berada dilingkungan sekitar kita hidup, karena
manusia tidak akan mampu sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam kitab
suci Al-Qur’an Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 112 :
            
          
           
 
Artinya : Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali
jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian)
dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah
dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir
kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang
benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui
batas.
Allah memaparkan di dalam kitab sucinya bahwa semua manusia
berada dalam belenggu kehinaan, kecuali bagi mereka orang-orang yang
berpegang teguh pada tali agama (menjalani perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya) dan bagi mereka yang berpegang teguh pada tali
perjanjian sesama manusia (sosial). Tepatnya semua orang akan hina
dian kecuali mereka yang bertakwa kepada-Nya dan bersosial kepada
sesama manusia.
Sosial dalam arti luas, tidak memandang manusia dari sudut ras,
suku, materil, turunan, atasan, bawahan, dan agama. Seyogyanya rasa
6
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka), h.1085
14
sosial yang tinggi teraplikasi tanpa memandang perbedaan. Tak ada satu
manusiapun yang mampu menjalani kehidupan fana ini tanpa
berdampingan dengan manusia lainnya. Sepintar apapun manusia dalam
hal mencukur rambut, tetap ia membutuhkan manusia lainnya yang pintar
untuk mencukur rambut untuk rambutnya sendiri, ini merupakan contoh
kecil terimplementasinya sosial dalam masyarakat.
Inilah yang dimaksudkan dalam firman Allah SWT Q.S Ali Imran
ayat 112, saling memahami, tenggang rasa sesama manusia, tidak
menjatuhkan satu sama lain demi terjalinnya ukhuwah persaudaraan
sesama manusia antara umat seagama dan antar ummat beragama.
3. Pengertian Kompetensi Sosial
Dalam PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa
yang dimaksud dengan “kompetensi sosial adalah kemampuan guru
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.7
Pakar psikologi pendidikan Gadner (1983) berpendapat bahwa
kompetensi sosial itu sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial .
kecerdasan sosial merupakan salah satu dari 9 kecerdasan (logika,
bahasa, musik, raga, uang, pribadi, alam skuliner) yang berhasil
diidentifikasi oleh Gadner.8
Seorang guru ialah makhluk sosial, yang dalam hidupnya
berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberikan
contoh baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan
kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus
berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong, bukan
7
PP RI, No 19 tentang Standar Nasional Pendidikan Tahun 2005.
Ahmad Muhli, Kompetensi Sosia guru, https://ahmadmuhli.wordpress.com, 20 September
2015
8
15
sebaliknya, yaitu individu yang tertutup dan tidak memedulikan orangorang di sekitarnya.
Kompetensi sosial adalah aspek prososial orientation (perilaku
prososial) yang terdiri dari kedermawanan (generosity), empati (empaty),
memahami orang lain (understanding of others), penanganan konflik
(conflik handling), dan suka menolong (helpfulness) serta aspek sosial
(social intiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam
situasi sosial dan perilaku yang menarik dalam situasi tertentu”.9
Dari beberapa pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa kompetensi
sosial adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk dapat
menghargai orang lain, menghormati orang lain, menjadi bagian dari
masyarakat dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam PP RI No.74 tentang Guru
sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki
kompetensi untuk:
a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat.
b. Menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara
fungsional.
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar”.10
Menurut Sukmadinata, “Di antara kemampuan sosial dan personal
yang paling mendasar yang harus di kuasai guru adalah idealisme, yaitu
cita-cita luhur yang ingin dicapai dengan pendidikan.” Cita-cita semacam
ini dapat diwujudkan guru melalui : Pertama, kesungguhan mengajar dan
mendidik para murid. Tidak peduli kondisi ekonomi, sosial, politik, dan
medan yang dihadapinya. Kedua, pembelajaran masyarakat melalui
interaksi dan komunikasi langsung dengan mereka di beberapa tempat
9
Sofyan Yusuf, Definisi Kompetensi Sosial, http://duniapsikologi.dagdigdug.com , 20
September 2015
10
PP Republik Indonesia Nomor 74, tentang Guru tahun 2008
16
seperti masjid, majelis taklim, musola, pesantren, balai desa, dan
posyandu.11 Dalam konteks ini, guru bukan hanya guru bagi para
muridnya, tetapi juga guru bagi masyarakat di lingkungannya. Ketiga,
guru menuangkan dan mengekspresikan pemikiran dan idenya melalui
tulisan, baik dalam artikel, cerpen, novel, sajak, maupun artikel ilmiah. Ia
dapat menerbitkannya di surat kabar, blog pribadi, majalah, jurnal,
tabloid, ataupun buku.
Jadi dengan dimilikinya kompetensi sosial, diharapkan guru akan
mudah untuk berinteraksi dan bergaul dengan masyarakat yang ada
dilingkungannya, terutama lingkungan sekolah dimana si guru tersebut
bertugas.
Dalam Bab IV pasal 8 UU Guru dan Dosen tahun 2005 dijelaskan:
guru wajib memiliki Kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.12
Kesadaran dan kerelaan menerima kenyataan bahwa interaksi
dengan siswa sebagai suatu keseluruhan akan menumbuhkan perhatian
(concern), rasa peduli (caring), rasa berbagi (sharing), dan kebaikan
yang tulus (kindness). Peduli akan apa yang terjadi pada siswa, perhatian
terhadap siswa, berbagi dalam membentuk siswa, serta semua itu
didasarkan pada kebaikan yang tulus, karena merekalah yang akan
menentukan apakah investasi kita untuk masa depan memberi manfaat
yang signifikan bagi hidup dan kehidupan manusia pada masa di mana
kita, guru sendiri belum tentu merasakan dan menikmatinya. Namun itu
akan membuat kita yakin kebaikan masa depan akan dapat terjadi melalui
anak-anak kita, siswa-siswa kita, murid-murid kita.13
Seorang guru tidak hanya cakap dalam kompetensi pedagogiknya
saja, akan tetapi sebagai makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari
11
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta ; Kencana Prenada Media Group),
hal. 53
12
UU RI Nomor 14......h.32
13
Uhar Suharsaputra, Menjadi Guru Berkarakter (Bandung : Refika Aditama 2013), hal. 69
17
makhluk lainnya, guru juga dituntut untuk bisa bergaul dan
berkomunikasi dengan baik. Tidak merasa congkak seakan ia memiliki
pendidikan yang tinggi apalagi merasa paling sempurna di depan
masyarakat biasa. Karena sebagai guru yang profesional, akan
menjadikan profesinya tersebut tidak hanya disuatu tempat saja
melainkan diberbagai situasi dan kondisi dimana dia berada.
Dalam Peraturan Menteri No. 16 2007 tentang standar Kualifikasi
Akademik Dan Kompetensi Guru, sedikitnya ada 4 kompetensi sosial
dan 2 Kompetensi Guru Mata Pelajaran, yaitu :
a. Bersikap
Inklusif,
Bertindak
Objektif
dan
tidak
Diskriminatif.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
c. Beradaptasi di tempat tugas di seluruh wilayah RI
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan
profesi lain.14
Keempat kompetensi tersebut dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
1) Bersikap Inklusif, Bertindak Objektif dan tidak Diskriminatif.
Bersikap inklusif artinya bersifat terbuka terhadap berbagai
perbedaan yang dimiliki oleh orang lain dalam berinteraksi.
Guru dalam berinteraksi dengan siswa atau sesama guru juga
berhadapan dengan realitas ini. Siswa memiliki latar belakang
yang berbeda-beda dari segi jenis kelamin, agama, suku, ras,
status sosial ekonomi, dan sebagainya. Situasi semacam ini
memiliki potensi konflik tertentu baik laten atau nyata. Guru
profesional adalah guru yang bisa membawa diri dalam situasi
ini. Ia harus bisa berinteraksi dan bergaul dengan siswa atau
rekan sejawat, atau bahkan anggota masyarakat yang berbeda
latar belakang semacam ini.
14
Peraturan Mentri No. 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, tahun
2007.
18
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
Pada prinsipnya, komunikasi yang efektif terjadi apabila pesan
yang disampaikan oleh pengirim pesan (guru) dapat diterima
dengan baik oleh penerima (orang tua, rekan sejawat, atau
masyarakat pada umumnya), dipahami maksudnya dan bisa
menghasilkan efek yang diharapkan dalam diri penerima
pesan. Efektivitas komunikasi tergantung pada beberapa faktor
yakni:
penerima
pesan
(komunikan),
pengirim
pesan
(komunikator), pesan, dan situasi
3) Beradaptasi di tempat tugas di seluruh wilayah RI
Guru Indonesia telah disiapkan untuk mampu bekerja di
seluruh Indonesia. Ia telah disiapkan sebagai abdi negara dan
abdi masyarakat di mana saja di seluruh wilayah Indonesia.
Karena itu guru harus memiliki cultural intelligence (CI) yakni
kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi budaya yang
beraneka ragam di seluruh Indonesia. Kemampuan beradaptasi
ini
antara
lain ditunjukan dengan
kemampuan untuk
menempatkan diri sebagai warga masyarakat dimana ia
bekerja, kemampuan untuk memahami dan menggunakan
bahasa setempat sebagai bahasa pergaulan, dan kemampuan
untuk menghargai keunikan, kekhasan dan nilai-nilai budaya
dan adat istiadat dari masyarakat setempat.
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi
lain
Kemampuan
komunikasi
guru
tidak
hanya
sebatas
berkomunikasi dalam konteks pembelajaran yang melibatkan
interaksi
guru
siswa,
tetapi
kemampuan
untuk
bisa
berkomunikasi secara ilmiah dengan komunitas seprofesi
19
maupun komunitas profesi lain dengan menggunakan berbagai
macam media dan forum.15
Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa
terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh
karenaanya, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang
memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak
terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang
terjadi dan berlangsung di masyarakat. Kompetensi Guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, yaitu :
a. Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmuilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
b. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu
yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.16
Kecerdasan sosial guru merupakan kompetensi sosial guru yang
menunjukan kemampuan dalam melihat situasi sosial dengan cermat,
kemudian menyikapinya dengan tepat dan berperilaku sesuai dengan
tuntutan lingkungan sosial sehingga suasana interaksi dan komunikasi
dapat efektif dan kondusif bagi terwujudnya suasana sekolah/iklim
sekolah yang dapat memberi efek positif bagi proses pendidikan dan
pembelajaran kepada murid. Jika kita, guru mengalami hambatan dalam
interaksi dan komunikasi dengan rekan guru, staf dan pimpinan sekolah,
jangan harap proses pendidikan dan pembelajaran dapat berjalan baik,
dan jika hal itu terjadi berarti efektivitas organisme akan terganggu.17
Disamping memiliki kompetensi sosial secara umum, seorang guru
juga diharapkan memiliki kompetensi sosial pada mata pelajarannya
masing-masing, karena dengan begitu diharapkan tidak ada kekeliruan
15
Marselus R.Payong, Sertifikasi Profesi Guru (Jakarta : Baduose Media 2011), hal. 22
Peraturan Mentri No. 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, tahun
2007.
17
Uhar Suharsaputra, Op, Cit., hal. 86
16
20
antara satu pelajaran dengan pelajaran lain, mengetahui manfaat
pelajarannya, membedakan dengan konsep-konsep pelajaran yang
lainnya. Selain itu, tiap-tiap guru pun harus sadar akan pentingnya
komunikasi
di
dalam
sekolah
agar
terwujudnya
kenyamanan,
keharmonisan di dalam ruang lingkup sekolah, demi tergapainya
kesepakatan bersama untuk membentuk karakter bangsa.
B. Pengertian Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian PAI
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan
agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan
dengan memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan kesatuan nasional.18
Bila kita mengurai sejarah, maka pendidikan Islam di pahami
sebagai ciri khas, yaitu pendidikan yang berlatar belakang keagamaan
yang berlandaskan pada nilai fundamental wahyu Tuhan yaitu AlQur’an dan Hadis. Untuk melihat wawasan pendidikan Islam secara
komprehensif dan mendetail, maka definisi pendidikan Islam secara
lebih menyeluruh yang meliputi:
a. Pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang pendirian
dan penyelenggaraannya di dorong oleh hasrat dan
semangat cita-cita untuk mengimplementasikan nilai-nilai
Islam. Di sini Islam di tempatkan sebagai sumber nilai yang
akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan pendidikan.
b. Jenis pendidikan yang memberikan perhatian dan sekaligus
ajaran Islam sebagai pengetahuan. Di sini kata Islam
ditempatkan sebagai bidang studi dan sebagai ilmu.
18
h. 19
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013).,
21
c. Jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian di atas,
di sini kata Islam ditempatkan sebagai bidang study yang
ditawarkan, dalam bentuk dari implementasi nilai-nilai
Islam.19
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan
bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat :
1) Pendidikan Pancasila
2) Pendidikan Agama
3) Pendidikan Kewarganegaraan20
Dari isyarat pasal tersebut dapat dipahami bahwa bidang studi
pendidikan agama, baik agama Islam maupun agama lainnya
merupakan komponen dasar/wajib dalam kurikulum pendidikan
nasional.21
Ramayulis dan Samsul Nizar mendefinisikan pendidikan Islam
sebagai “suatu sistem yang memungkinkan peserta didik dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.”22 Melalui
pendeketan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan
dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya. Sajjad
Husein dan Syed Ali Asraf mendefinisikan pendidikan Islam sebagai “
pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara-cara
tertentu sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan
pendeketan terhadap segala jenis pengetahuan sangat dipengaruhi oleh
nilai-nilai spritual dan sadar akan nilai etis Islam.”23 Sementara itu,
Muhaimin, menekankan pada dua hal. Pertama, aktivitas pendidikan
yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk
mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Kedua, pendidikan
19
Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, ( Yoygakarta ; Graha Ilmu,
2013), hal.20
20
Undang-undang Republik Indonesia No 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
21
Akmal Hawi, Op, Cit., h. 19
22
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta ; Bumi Aksara, 2013), h. 26
23
Ibid.
22
Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dan disemangati
oleh nilai-nilai Islam.
Pendidikan agama oleh guru agama disekolah pada dasarnya adalah
meluruskan dan membina perilaku anak yang sudah terlanjur tidak baik,
belum memahami bagaimana berperilaku yang baik. Oleh karena itu,
peran guru agama tidak sekedar mengajarkan materi pelajaran agama
tetapi juga mendidik anak dalam masa pertumbuhan sangat peka
menerima nasehat, petuah, ajaran, dari luar yang sumbernya dari siapa
saja, apalagi dari guru-gurunya terutama sekali guru agama. Anak-anak
yang kurang mendapat pendidikan agama dirumah, maka di sekolah
anak mendapatkan pendidikan agama tersebut.24
Dari banyaknya pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa
Pendidikan Agama Islam merupakan suatu ilmu yang mengajarkan
cara, sistem, rumus serta pengaplikasiannya dalam kehidupan seharihari guna mewujudkan insan yang madani, islami, dan berbudi pekerti.
2. Tujuan Pengajaran Pendidikan Agama Islam
Tujuan atau cita-cita sangat penting di dalam aktivitas pendidikan,
karena merupakan arah yang hendak dicapai. Oleh sebab itu, tujuan
harus ada sebelum melangkah untuk mengerjakan sesuatu. Jika
pendidikan dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan
berakhir pada tercapainya tujuan akhir. Oleh karena itu, usaha yang
tidak mempunyai tujuan tidaklah mempunyai arti apa-apa.25
Zakiah Darajat merumuskan tujuan pendidikan Islam ialah
kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian (Personality) yang seluruh
aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim
dalam Al-Qur’an disebut muttaqin. Tujuan pendidikan islam identik
24
25
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Bangsa (Jakarta : Baduose Media), hal.56
Sri Minarti, Op, Cit., h. 102
23
dengan tujuan penciptaan manusia, sebagaimana firman Allah SWT,
dalam Q.S al-Zariyat/51:56.26
      
Artinya :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
          
         
         
Artinaya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."27
H.M. Arifin mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
“membina dan mendasari kehidupan anak dengan nilai-nilai syariat
Islam secara benar sesuai dengan pengetahuan agama.” Sedangkan
Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang
paling utama adalah “beribadah dan bertaqarrub kepada Allah, dan
kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagian dunia dan akhirat”.
Selanjutnya Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa tujuan pendidikan
26
27
Sukring, Op, Cit., hal.25
Depag 2006
24
Islam adalah “untuk membentuk kepribadian yang Muslim, yakni
bertaqwa kepada Allah.28
Menurut pandangan Islam, tujuan pendidikan Islam sangat
diwarnai dan dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Allah. Tujuan itu sangat
dilandasi oleh nilai-nilai Al-Qur’an dan hadis seperti yang termaktub
dalam rumusan, yaitu menciptakan pribadi-pribadi yag selalu bertaqwa
kepada Allah, sekaligus mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.
Dalam First World Conference on Muslim Education yang diadakan di
Mekah pada tahun 1977 telah menghasilkan rumusan yang menyatakan
bahwa tujuan pendidikan Islam, yaitu mencapai pertumbuhan
kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan
jiwa, intelek, perasaan, dan indra. Oleh karena itu, pendidikan harus
mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, yaitu fisik,
mental, intelektual, imajinasi, dan kemampuan berbahasa, baik secara
individu maupun kolektif. Selain itu, pendidikan juga mendorong
semua aspek ini ke arah kebaikan dan mencapai kesempurnaan. Tujuan
akhir pendidikan Islam terletak pada perilaku yang tunduk dengan
sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun
seluruh umat manusia.29
Pendidikan agama Islam di sekolah seharusnya memberikan warna
bagi lulusan pendidikan, khususnya dalam merespons segala tuntutan
perubahan yang ada di Indonesia. Hingga kini pendidikan agama
dipandang sebagai acuan nilai-nilai keadilan dan kebenaran, tetapi
dalam kenyataannya dipandang hanya sebagai pelengkap. Dengan
demikian, terjadi kesengajaan antara harapan dan kenyataan. Akibatnya,
peranan serta efektivitas pendidikan agama di sekolah sebagai pemberi
nilai spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat dipertanyakan.
28
29
Akmal Hawi, Op, Cit., h. 20
Sri Minarti, Op, Cit., h. 105
25
Dengan asumsi jika pendidikan agama dilakukan dengan baik, maka
kehidupan masyarakat pun akan lebih baik.30
Mengingat signifikansi keberadaan mata pelajaran PAI dalam
membangun karakter atau akhlak pesrta didik, maka guru PAI dituntut
mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan guu-guru lainnya. Guru
PAI, disamping melaksanakan tugas keagamaan, ia juga melaksanakan
tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu
pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak disamping menumbuhkan
dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan para siswa.31
Dari berbagai penjelasan dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pendidikan agama islam mencakup segala aspek, baik dari segi jasmani
dan juga rohani. Pendidikan yang bertujuan menanamkan nilai-nilai
keagamaan untuk bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
menghidupkan hati sanubari agar memiliki rasa kemanusiaan yang tidak
membeda-bedakan tingkatan sosial. Singkatnya, membentuk manusia
yang beridealitas Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.
3. Fungsi Pengajaran Pendidikan Agama Islam
Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang
dapat dimungkinkan tugas-tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan
berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini, mengandung arti dan
tujuan yang bersifat struktural dan institusional.32
Agama dalam kehidupan sosial mempunyai fungsi sebagai
sosialisasi individu, yang berarti bahwa agama bagi seorang anak akan
menghantarkannya menjadi dewasa. Sebab untuk menjadi dewasa
seseorang memerlukan semacam tuntunan umum untuk mengarahkan
aktivitasnya
dalam
masyarakat
dan
juga
merupakan
tujuan
pengembangan kepribadian, dan dalam ajaran Islam inilah anak tersebut
dibimbing pertumbuhan jasmani dan rohaninya dengan hikmah
30
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter ( Jakarta : Prenada Media Group 2011), h. 276
Ibid, 276
32
Sukring, Op, Cit., hal.30
31
26
mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlaku
ajaran Islam.33
Ahmad tafsir menyatakan bahwa fungsi pendidikan Islam, ialah
lulusan yang merupakan manusia terbaik. Cirinya ada dua, yaitu :
pertama, mampu hidup tenang. Dan kedua, produktif dalam kehidupan
bersama. Dua ciri tersebut masih terlalu umum sehingga program
pendidikan agak sulit di desain untuk mencapai dua fungsi itu. Jika
dirinci lebih jauh maka kita akan memiliki tiga ciri sebagai berikut.
Pertama badan sehat serta kuat. Kedua, otaknya cerdas serta pandai.
Ketiga, lulusan mesti beriman kuat.34
Menurut Zakiah Daradjat fungsi agama itu adalah :
a. Memberikan bimbingan dalam hidup
Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak
sehingga merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya,
akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi
segala keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang
timbul. Karena keyakinan terhadap agama yang menjadi
bagian dari kepribadiannya itu, akan mengatur sikap dan
tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam.
b. Menolong dalam menghadapi kesukaran
Orang yang benar menjalankan agamanya, maka setiap
kekecewaan yang menimpanya tidak akan memukul jiwanya.
Ia tidak akan putusa asa, tapi ia akan menghadapinya dengan
tenang. Dengan cepat ia akan ingat kepada Tuhan, dan
menerima kekecewaan itu dengan sabar dan tenang.
c. Menentramkan batin
Agama bagi anak muda sebenarnya akan lebih tampak, betapa
gelisahnya anak muda yang tidak pernah menerima pendidikan
agama, karena usia muda itu adalah usia di mana jiwa yang
33
34
Akmal Hawi, Op, Cit., h. 21
Sukring, Op, Cit., hal.32
27
sedang bergolak, penuh dengan kegelisahan dan pertentangan
batin dan banyak dorongan yang menyebabkan lebih gelisah
lagi. Maka agama bagi anak muda mempunyai fungsi
penenteram dan penenang jiwa di samping itu pengenali
moral.35
C. Pembentukan Karakter
1. Pengertian Karakter
Bila ditelusuri asal karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”,
“kharassein”, “kharax”, dalam bahasa inggris : character dan Indonesia
“karakter”, Yunani character, dari charessein yang berati membuat
tajam, membuat dalam.36 Karakter dalam kamus besar Bahasa
Indonesia adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, sifat, kepribadian, budi
pekerti, perilaku, personalitas, watak.37
Maka istilah berkarakter artinya memilik karakter, memiliki
kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Individu
yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama,
lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasioanal pada
umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan
disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya.38
Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas
baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik,
35
Akmal Hawi, Op, Cit., h. 22
Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Prespektif Islam (Bandung ; Remaja
Rosdakarya 2011), h. 10
37
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), edisi ketiga, hal. 529
38
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung ; Alfabeta 2012),
h. 2
36
28
dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan
terwujud dalam perilaku.39
Sejalan dengan pendapat tersebut, Dirjen Pendidikan Agama Islam,
Kementerian Agama Republik Indonesia (2010)
mengemukakan
bahwa karakter (character) dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri
pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu
yang bersifat unik, maka karakter sangat dekat dengan kepribadian
individu. Meskipun karakter setiap individu ii bersifat unik,
karakteristik umum yang menjadi stereotip dari sekelompok masyarakat
dan bangsa dapat diidentifikasi sebagai karakter suatu komunitas
tertentu bahkan dapat pula dipandang sebagai karakter suatu bangsa.
Dengan demikian, istilah karaker berkaitan erat dengan personality
(kepribadian) seseorang, sehingga ia bisa disebut orang yang
berkarakter (a person pf character) jika perilakunya sesuai dengan etika
atau kaidah moral. Meskipun demikian, kebiasaan berbuat baik tidak
selalu menjamin seseorang yang telah terbiasa tersebut secara sadar
menghargai pentingnya nilai-nilai karakter. Hal ini dimungkinkan
karena boleh jadi perbuatan tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk
berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai-nilai
karakter.40
Sementara menurut istilah terdapat beberapa pengetian tentang
karakter, sebagaimana telah dikemukakan oleh bebrapa ahli, di
antaranya adalah sebagai berikut :
a. Hornby & Parnwell (1972) mendefinisikan karakter adalah
kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau
reputasi.41
39
Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (Bandung ; Pustaka Setia
2013), h.42
40
E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta ; Bumi Aksara 2011), h. 4
41
Abdul Majid dan Dian Andayani, Op, Cit., h. 11
29
b. Tadkirotun Musfiroh (2008), karakter mengacu kepada
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skills).
c. Hermawan Kartajaya (2010) mendefinisikan karakter adalah
ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu manusia.
Ciri khas tersebut adalah asl, dan mengakar pada kepribadian
benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong
bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, serta
merespons sesuatu.42
d. Wyhne (1991) mengemukakan bahwa karakter berasal dari
bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan
memfokuskan
pada
bagaimana
menerapkan
nilai-nilai
kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari.43
e. Karakter menurut pengamatan filosof kontemporer Michael
Novak, adalah perpaduan harmonis seluruh budi pekerti yang
terdapat dalam ajaran-ajaran agama, kisah-kisah sastra, ceritacerita orang bijak, dan orang-orang berilmu sejak zaman
dahulu hingga sekarang.44
Berdasarkan pada beberapa pengertian tersebut diatas, dapat
dimaknai bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri
individu seseorag yang membedakan antara dirinya dengan orang lain.
Pengertian karakter, watak dan kepribadian memang sering tertukartukar dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tidak heran jika
dalam penggunaannya seseorang terkadang tertukar menyebutkan
karakter, watak atau kepribadian. Hal ini karena ketiga istilah ini
memang memiliki kesamaan yakni sesuatu asli yang ada dalam diri
individu seseorang yang cenderung menetap secara permanen.45
42
Heri Gunawan, Op, Cit., h. 2
E.Mulyasa, Manajemen Op, Cit., h. 3
44
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter (Bandung ; Nusa Media 2013), h. 72
45
Heri Gunawan, Op, Cit., h. 3
43
30
2. Pendidikan Karakter
Socrates berpendapat bahwa tujuan paling mendasar dari
pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart.
Dalam sejarah Islam, Rasulullah Saw, Sang Nabi terakhir dalam ajaran
Islam, juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia
adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good
character). Berikutnya, ribuan tahun setelah itu, rumusan tujuan utama
pendidikan tetap pada wilayah serupa, yakni pembentukan kepribadian
manusia yang baik. 46
Pendidkan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilainilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen
pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa,
sehingga akan terwujud insan kamil.47
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah
pendidikan
untuk
membentuk
kepribadian
seseorang
melalui
pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata
seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab,
menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Aristoteles
berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang
kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku.48
Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D (2004), character
education is the deliberate effort to help people understand, care about,
and act upon core ethical value (pendidikan karakter adalah usaha
sengaja (sadar) untuk membantu manusia memahami, peduli tentang,
dan melaksanakan nilai-nilai etika inti. When we think about the kind of
character we want for our children, it is clear that we want them to be
46
Abdul Majid & Dian Andayani, Op, Cit., h. 30
Nurla Isna Auniah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta :
Laksana 2011), hal. 19
48
Heri Gunawan, Op, Cit., h. 23
47
31
able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do
what they believe to be right, even in the face of pressure from without
and temptation from within (ketika kita berpikir tentang jenis karakter
yang kita inginkan bagi anak-anak, maka jelas bahwa kita
mengharapkan meraka mampu menilai apakah kebenaran, peduli secara
sungguh-sungguh terhadap kebenaran, dan kemudian mengerjakan apa
yang diyakini sebagai kebenaran, bahkan ketika menghadapi tekanan
dari luar dan upaya dari dalam.)49
Pada dasarnya, hakikat pendidikan adalah untuk membentuk
karakter suatu bangsa. Hal tersebut angat ditentukan oleh semangat,
motivasi, nilai-nilai, dan tujuan dari pendidikan. Apabila dirumuskan,
hakikat pendidikan yang mampu membentuk karakter bangsa
(berkeadaban) adalah :
a. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsipprinsip
ilmu
pengetahuan
dan
tekhnologi
bagi
pembentukan manusia seutuhnya;
b. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang
ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik
dengan kewibawan pendidik;
c. Pendidikan pada prinsipnya berlangsung seumur hidup;
d. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan
masyarakat.50
Berdasarkan totalitas psikologis dan sosiokultural pendidikan
karakter dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Olah hati, olah pikir, olah rasa/karsa, dan olahraga.
2) Beriman dan bertaqwa, jujur, amanah, adil, bertanggung
jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang
menyerah, rela berkorban, dan berjiwa ptriotik
49
50
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter ( Jakarta : Prenada Media Group 2011), h. 15
Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, Op, Cit., h.49
32
3) Ramah, saling menghargai, toleran, peduli,
suka
menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolitan,
mengutamakan
kepentingan
umum,
bangga
menggunakan bahasa dan produk indonesia, dinamis,
kerja keras, dan beretos kerja
4) Bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal,
berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,
kompetitif, ceria, gigih, cerdas, kritis, kreatif, inovatif,
ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi
IPTEKS (Ilmu Pengetahuan Tekhnologi dan Seni), dan
reflektif.51
Melengkapi uraian diatas, Megawangi pencetus pendidikan
karakter di Indonesia telah menyusun 9 pilar karakter mulia yang
selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan karakter, baik disekolah
maupun di luar sekolah yaitu sebagai berikut.
a) Cinta Allah dan kebenaran
b) Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri
c) Amanah
d) Hormat dan santun
e) Kasih sayang, peduli, dan kerjasama
f) Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah
g) Adil dan berjiwa kepemimpinan
h) Baik dan rendah hati
i) Toleran dan cinta damai52
Menurut Ramli, pendidikan karakter memiliki esensi dan makna
yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya
adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi yang baik, warga
masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria
51
52
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter (Jakarta ; Erlangga group 2012), h. 9
E.Mulyasa, Manajemen Op, Cit., h. 5
33
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dam warga negara
yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah
nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya
masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan
karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan
nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya
bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi
muda.53
Pendidikan karakter dapat dipahami sebagai upaya menanam
kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan
pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan
Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. 54
Proklamator kita, Bung Karno, berulang kali mengucapkan
character building dalam berbagai pidatonya. Ketika Bung Karno
mengucapkan istilah tersebut bisa jadi diucapkan dalam konteks politik,
di mana baginya watak bangsa harus dibangun. Tetapi ketika kata-kata
ini diungkapkan oleh para pendidik seperti Ki Hajar Dewantara,
konteksnya adalah pedagogis yang dimaksud adalah pendidikan watak
untuk para siswa, satu demi satu. Artinya, untuk membangun karakter
harus dipikirkan dengan kesungguhan.55
Sebagaimana dikutip dari Ahmad Fikri bahwa fungsi pendidikan
karakter adalah:
a. Pengembangan: pengembangan potensi dasar peserta
didik agar berhati, berpikiran, dan berperilaku baik;
b. Perbaikan: memperkuat dan membangun perilaku
bangsa yang multikultural untuk menjadi bangsa yang
bermartabat;
53
Heri Gunawan, Op, Cit., h. 24
Zubaedi, Op, Cit, h. 17
55
Retno Listyarti, Pendidikan Op, Cit., h. 9
54
34
c. Penyaring: untuk menyaring budaya negatif dan
menyerap budaya yang sesuai dengan nilai budaya dan
karakter bangsa untuk meningkatkan peradaban bangsa
yang kompetitif dalam pergaulan dunia.56
Selain dari pada itu, Mohammad Nuh menerangkan bahwa dengan
dibekali pendidikan karakter, peserta didik diharapkan dapat menjadi
agen di daerah asalnya dalam penyelenggaraan pendidikan karakter
bagi yang lain. Sebab, sesungguhnya pendidikan berbasis karakter perlu
dicontoh dan diteladani oleh orang lain, bukan hanya peserta didik.57
Berkaitan dengan tujuan perlunya diselenggarakan pendidikan
karakter, Mohammad Nuh menambahkan bahwa proses pendidikan
pada dasarnya berfungsi menyiapkan peserta didik agar mampu
membangun kehidupan dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang
akan dihadapi di masa mendatang. Oleh karena itu, pendidikan karakter
merupakan bagian dari upaya untuk menyiapkan peserta didik supaya ia
menjadi pribadi yang unggul dan berkarakter.58
3. Proses Pembentukan Karakter
Proses pembentukan karakter diawali dari dalam keluarga. Fungsi
keluarga dalam membangun masyarakat adalah sebagai pondasi yang
utama. Apabila keluarga baik, maka masyarakat dan bangsa akan kokoh
dan berjaya. Setelah anak masuk sekolah, maka tanggung jawab guru
untuk membentuk karakter siswanya agar para siswanya mempunyai
akhlak atau budi pekerti yang luhur.
Pendidikan karakter sebagai sebuah program kurikuler telah
dipraktikan di sejumlah negara. Studi J. Mark Halstead dan Monica J.
Taylor menunjukan bagaimana pembelajaran dan pengajaran nilai-nilai
sebagai cara membentuk karakter terpuji telah dikembangkan di sekolah
–sekolah
56
di
inggris.
Peran
sekolah
Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, Op, Cit., h.104
Nurla Isna Aunillah, Panduan Op, Cit., h. 137
58
Ibid.
57
yang menonjol
terhadap
35
pembentukan karakter berdasarkan nilai-nilai ini dalam dua hal, yaitu:
to build on and supplement values children have already begun to
develop by offering further exposure to a range of values that are
current in society (such as equel opportunities and respect for diversity)
and to help children to reflect on, make sense of and apply their own
developing values.59
Proses pembentukan karakter pada siswa diawali dari keteladan
seorang gurunya yang dapat memberikan contoh yang baik melalui
pembiasaan-pembiasan yang baik pula.
Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan,
penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melaui berbagai tugas
keilmuan dan kegiatan kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat,
didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk
karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan
sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta
lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk
karakter peserta didik.60
Penciptaan lingkungan yang kondusif dapat dilakukan melalui
berbagai variasi metode sebagai berikut:
a. Penugasan
b. Pembiasaan
c. Pelatihan
d. Pembelajaran
e. Pengarahan
f. keteladanan61
Psikologi empiris juga menemukan beberapa konsep yang
mendukung perkembangan pendidikan karakter. Pada akhir tahun 1920,
dua orang psikolog dari Yale University, Hugh Hartshorne dan Mark
59
Zubaedi, Op, Cit., h. 19
E.Mulyasa, Op, Cit., h. 9
61
Ibid, h. 10
60
36
May, melakukan sebuah penelitian terhadap perilaku 10.000 anak-anak
yang diberikan kesempatan untuk berbohong, berbuat curang, atau
mencuri dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di dalam kelas,
tanggung jawab di rumah, permainan-permainan, dan kompetensi
olahraga. Ketidakkonsistenan perilaku anak-anak tersebut sangat
mengherankan; ternyata begitu sulit untuk memprediksikan perilaku
mereka. Sebagai contoh, seorang anak yang berbuat curang ketika
sedang bermain ternyata belum tentu melakukan hal yang sama ketika
ia berada di kelas, begitu pula sebaliknya.62
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),
pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas
pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan
belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak
terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut.
Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan
demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of
good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral),
moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan
moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta
didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan
tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan
mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral).63
Metoda Pembentukan Karakter Metoda pembentukan karakter
berkaitan langsung dengan tahapan perkembangannya. Tahapan
tersebut terbagi dalam tiga tahapan yaitu tahapankarakter lahiriyah
(karakter anak-anak), tahapan karakter berkesadaran (karakter remaja)
dan tahapan kontrol internal atas karakter (karakter dewasa). Pada
tahapan lahiriyah metoda yang digunakan adalah pengarahan,
pembiasaan,
62
63
keteladanan,
Thomas Lickona, Op, Cit., h.10
Heri Gunawan, Pendidikan Op, Cit, h. 38
penguatan
(imbalan)
dan
pelemahan
37
(hukuman) serta indoktrinasi. Sedangkan pada tahapan perilaku
berkesadaran, metoda yang digunakan adalah penanaman nilai melalui
dialog yang bertujuan meyakinkan, pembimbingan bukan instruksi dan
pelibatan bukan pemaksaan. Dan pada tahapan kontrol internal atas
karakter maka metoda yang diterapkan adalah perumusan visi dan misi
hidup pribadi, serta penguatan akan tanggungjawab langsung kepada
Allah. Tahapan diatas lebih didasarkan pada sifat daripada umur.
Karakter terbentuk setelah mengikuti proses sebagai berikut :
1) Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai
sumber, mungkin agama, ideology, pendidikan, temuan
sendiri atau lainnya.
2) Nilai membentuk pola fikir seseorang yang secara
keseluruhan keluar dalam bentuk rumusan visinya.
3) Visi turun ke wilayah hati membentuk suasana jiwa yang
secara keseluruhan membentuk mentalitas.
4) Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan
melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut
sikap.
5) Sikap-sikap yang dominan dalam diri seseorang yang
secara keseluruhan mencitrai dirinya adalah apa yang
disebut sebagai kepribadian atau karakter.64
4. Pendidikan Karakter Bangsa
Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia memiliki
karakter/budi pekerti yang kuat. Karakter/budi pekerti kuat dan unggul
itu diwariskan oleh pendiri-pendiri seperti Bung Karno, Bung Hatta,
Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantoro, Budi Utomo, K.H Ahmad
Dahlan, dll. Karakter/budi pekerti kuat dan unggul dari pendiri bangsa
64
Ikhsan, Pembentukan Karakter, http://www.academia.edu/10103940/, 25 September 2015
38
ini tampaknya terabaikan, terlunturkan karena arus globalisasi yang
kuat.65
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berkarakter, dimana
pengertian karakter disini adalah ciri khas yang hanya dimilik oleh
bangsa indonesia. Di Indonesia, pendidikan karakter bangsa sebenarnya
telah berlangsung lama, jauh sebelum Indonesia merdeka. Ki Hajar
Dewantara sebagai Pahlawan Pendidikan Nasional memiliki pandangan
tentang pendidikan karakter sebagai asas Taman Siswa 1922, dengan
tujuh prinsip sebagai berikut:
a. Hak seseorang untuk mengatur diri sendiri dengan tujuan
tertibnya persatuan dalam kehidupan umum.
b. Pengajaran berarti mendidik anak agar merdeka batinnya,
pikirannya, dan tenaganya.
c. Pendidikan harus selaras dengan kehidupan.
d. Kultur sendiri yang selaras dengan kodrat harus dapat
memberi kedamaian hidup.
e. Harus bekerja menurut kekuatan sendiri.
f. Perlu hidup dengan berdiri sendiri.
g. Dengan tidak terkait, lahir batin dipersiapkan untuk
memberikan pelayanan kepada peserta didik.66
Mantan Wakil Presiden RI, Boediono memberikan pendapatnya
tentang urgensi dari pembangunan karakter bangsa bahwa “Didalam
Rencana Aksi Nasional (RAN) Pembangunan Karakter Bangsa Tahun
2010-2015, di dalam RAN harus terlihat tema yang menegaskan mata
rantai yang berkaitan satu sama lainnya sehingga bersineregi dan
mencapai sasaran dengan sumberdaya yang optimal”.67
Namun, implementasi pada era saat ini dari beberapa kakrakter di
atas sangat jauh berbeda dengan kenyataan di lapangan, oleh katena itu
65
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa ,(Jakarta : Badouse Media
2011), h.12
66
E.Mulyasa, Op, Cit., h. 6
67
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Op, Cit., h.13
39
Koentjarningrat dan Mochtar lubis mengatakan bahwa, karakter bangsa
Indonesia yaitu meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri
sendiri, tidak berdisiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipokrit, lemah
kreativitas, etos kerja buruk, suka feodalisme, dan tak punya malu.
Sedangkan menurut Winarno Surakhmad dan Pramoedya Ananta Toer,
karakter asli bangsa Indonesia adalah : nrimo, penakut, feodal,
penindas, koruptif, dan tak logis.68
Mulai tahun pelajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di
Indonesia harus menyiapkan pendidikan berkarakter. Sekurangkurangnya terdapat 18 nilai-nilai karakter yang terkandung dalam
pendidikan karakter bangsa.
Tabel 2. 1
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Bangsa69
No
1.
Religius
2.
Jujur
3.
Toleransi
4. 4.
5.
68
69
2015
Nilai
Disiplin
Kerja Keras
Deskripsi
Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
Retno Listyarti, Op, Cit., h. 4
Laras, Nilai dalam pendidikan karakter bangsa, http://rumahinspirasi.com, 25 September
40
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan
Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung
pada
orang
lain
dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.
Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
Tahu
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
Kebangsaan menempatkan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Cinta Tanah Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara
Air
di atas kepentingan diri dan kelompoknya
Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
Prestasi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain
Bersahabat/ Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
Komunikatif untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain
Cinta Damai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain
Gemar
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
Membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan
bagi dirinya
Peduli
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
Lingkungan mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang
41
sudah terjadi.
17.
Peduli
Sosial
18.
Tanggung
Jawab
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
D. Hasil Penelitian Yang Terdahulu
Setelah penulis meneliti, ternyata judul skripsi Pengaruh kompetensi
sosial guru PAI dalam membentuk karakter siswa belum pernah dikaji. Tetapi
hampir sama skripsi yang disusun oleh Yuli Setiawati (809011000060)
dengan judul skripsinya Pengaruh keteladan guru PAI terhadap pembentukan
karakter siswa di SDIT Al-Amin Jakarta Timur.70
Sedangkan skripsi yang dikaji oleh penulis berisi tentang bagaimana
Pengaruh Kompetensi Sosial Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Siswa
Kelas XII Keperawatan di SMK Kharisma Panongan.
Dengan demikian terdapat perbedaannya, yaitu :
1. Subjek penelitian terlebih dahulu di SDIT Al-Amin Jakarta Timur,
sedangkan subjek penulis adalah SMK Kharisma Panongan.
2. Objek yang diteliti terdahulu adalah pembentukan karakter siswa
yang dipengaruhi oleh keteladanan guru pendidikan agama Islam
sedangkan objek penulis adalah pembentukan karakter siswa yang
dipengaruhi oleh kompetensi sosial guru pendidikan agama Islam.
70
Yuli Setiawati, Pengaruh keteladan guru PAI terhadap pembentukan karakter siswa, skripsi
strata satu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta : Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2012)
42
D. Kerangaka Berfikir
Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya
adalah upaya mengembangkan potensi, maupun sebagai anggota masyarakat
yang memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidup.
Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa
terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh
karenaanya, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai,
terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada
pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan
berlangsung di masyarakat.
Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikansinya, keterbukaan psikologis
merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru dalam
hubungannya sebagai direktur belajar (director of learning) selain sebagai
panutan siswanya. Oleh karena itu, hanya guru yang memiliki keterbukaan
psikologis yang benar-benar dapat diharapkan berhasil dalam mengelola
proses mengajar-belajar. Optimisme ini muncul karena guru yang terbuka
dapat lebih terbuka dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan kebutuhan
para siswanya, bukan hanya kebutuhan guru itu sendiri.
Dalam proses belajar, pembentukan karakter pada siswa sangatlah
penting karena menentukan hasil yang dicapai. Dengan demikian hubungan
guru dengan siswanya haruslah baik karena dengan begitu siswa akan
menyukai mata pelajaran yang diberikannya, karena kompetensi sosial guru
yang baik dan menarik merupakan faktor yang dapat menentukan
pembentukan karakter siswa.
Jadi kerangka berfikirnya dalam penelitian ini adalah jika kompetensi
sosial guru pendidikan agama Islam telah tercermin dengan baik dalam
dirinya, maka akan berhubungan dalam membentuk karakter siswa.
E. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo
berarti kurang dari, sedang tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu
43
pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benarbenar berstatus sebagai suatu tesis. Hipotesis memang baru merupakan
suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang di ajukan. Ia mungkin
timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari si peneliti atau diturunkan
(deduced) dari teori yang telah ada.71
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara dua variable tersebut,
penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha : Terdapat Hubungan Antara Kompetensi sosial guru pendidikan Agama
Islam Terhadap Pembentukan karakter siswa
Ho : Tidak Terdapat Hubungan Antara Kompetensi sosial guru pendidikan
Agama Islam Terhadap Pembentukan karakter siswa
71
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta 2010), hal. 81
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK KHARISMA, JL. Raya Rancaiyuh
Korelet Panongan Tangerang Banten. Alasan penulis meneliti di SMK
KHARISMA ini karena selain letaknya dekat dengan rumah saya, juga ingin
mengetahui apakah di sekolah ini kompetensi sosial guru Agama Islamnya
berpengaruh
pada
pembentukan
karakter
siswa
atau
tidak.
Waktu
penelitiannya dilakukan kurang lebih 2 bulan dari bulan Oktober sampai
dengan bulan November 2015.
B. Metode Penelitian
Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam
mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat
memahami sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau
tujuan pemecahan permasalahan.
Penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu
masalah. Tujuannya yaitu untuk menemukan jawaban terhadapan persoalan
yang signifikan, melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah. Jika pendekatan
ilmiah diterapkan untuk menyelidiki masalah-masalah pendidikan, maka
hasilnya ialah penelitian pendidikan.1
Secara umum tujuan penelitian menurut S. Margono adalah untuk
meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-masalah sosial pendidikan.
Kemudian meningkatkan daya nalar untuk mencari jawaban permasalahan itu
melalui penelitian. Selain itu, juga sebagai alat belajar untuk mengintegrasikan
1
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta ; Rineka Cipta 2010), hal. 18
44
45
bidang-bidang studi yang diperoleh selama perkuliahan yang ada kaitannya
dengan masalah yang sedang diteliti.2
Penelitian ini menggunakan penedekatan kuantitatif, yaitu suatu proses
menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Pada umumnya
penelitian kuantitatif dapat dilaksanakan juga sebagai penelitian pemerian atau
penelitian deskriptif. Penelitian kuantitatif dapat pula berupa penelitian
hubungan atau penelitian korelasi. Penelitian kuasieksperimental dan
pengertian eksperimental.
Menggunakan metode korelasi atau reserch correlation yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mencari hubungan antara variable yang satu dengan yang lain.
Dalam ilmu statistik istilah korelasi diberi pengertian sebagai hubungan antara
dua variable.3
C. Variabel Penelitian
Yang di maksud variable adalah konsep yang mempunyai variasi nilai
(misalnya variable model kerja, keuntungan, biaya promosi, volume
penjualan, tingkat pendidikan manajer, dan sebagainya). Variable juga dapat
juga diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih.4
Dalam penelitian ini terdapat dua variable :
1. Variable bebas (independent variable) yaitu kompetensi sosial guru
Pendidikan Agama Islam.
2. Variable terikat (dependent variable) yaitu pembentukan karakter.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Jadi, populasi berhubungan data,
2
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta ; Bumi Aksara 2007),
h.10
3
4
S. Margono, Op, Cit, h. 105-106
S. Margono, Op, Cit., h. 133
46
bukan faktor manusia. Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka
banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.5
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XII Keperawatan
di SMK Kharisma, Panongan, Tangerang.
Sampel sering di definisikan sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh
(master) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Oleh karena
itu, sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan karena 2 (dua) hal
berikut:
1. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari
besarnya jumlah populasi sehingga harus meneliti sebagian saja
dari populasi.
2. Peneliti bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil
kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan
kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.6
Sample dalam penelitian ini adalah di ambil secara purpose sampling.
E. Teknik Pengumpulan data
Penelitian, di samping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu
memilih tekhnik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan
tekhnik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data
yang objektif.7
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Observasi di artikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.8
2. Wawancara
5
Nurul Zuriah, Op, Cit., h.116
Ibid, hal. 119
7
S. Margono, Op, Cit., hal. 158
8
Ibid, hal. 158
6
47
Menurut Denzin dalam Goetz dan LeCompte (1984) wawancara
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada
orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau
penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.9
3. Angket
Metode angket/kuisioner adalah suatu alat pengumpulan informasi
dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk
dijawab secara tertulis pula oleh responden. 10
Hasil kuesioner tersebut akan terjelma menjadi angka-angka, tabeltabel analisis statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian.
Analisa data kuantitatif dilandaskan pada hasil kuesiner itu. Salah satu
model untuk mengukur skala sikap yang dikembangkan oleh likert.
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan untuk meneliti variable X
(Kompetensi Sosial Guru PAI SMK Kharisma) dan variable Y
(karakter siswa kelas XII Keperawatan) dengan menggunakan angket.
Dalam penelitian mengungkap aspek sosial guru PAI dan karakter
responden. Angket berwujud pertanyaan-pertanyaan sikap yang ditulis,
disusun, dan di analisa sedemikian rupa sehingga repon seseorang
terhadap pertanyaan tersebut dapat diskor dengan angka dan dapat
diinterpretasikan.
Dan berikut adalah kisi-kisi insrumen angket kompetensi sosial guru
PAI terdiri dari 15 soal :
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Angket Kompetensi Sosial Guru PAI
Indikator
Nomor Soal
Positif
Bersikap
1, 6, 10, 11, 14
Jumlah
Negatif
5
Inklusif,
9
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung ; Remaja Rosdakarya),
h. 117
10
S. Margono, Op, Cit.), h. 167
48
Bertindak
Objektif dan
tidak
Diskriminatif.
Berkomunikasi
2, 8, 9, 13
7
5
secara efektif,
empatik dan
santun
Beradaptasi di
5
1
3, 4, 12, 15
4
tempat tugas di
seluruh wilayah
RI
Berkomunikasi
dengan
komunitas
profesi sendiri
dan profesi lain
Dan berikut ini kisi-kisi instrumen angket karakter siswa kelas XII
Keperawatan SMK Kharisma yang berjumlah 15 soal :
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Angket Karakter Siswa
Indikator
Nomor Soal
Positif
Jumlah
Negatif
religius
1, 8, 9, 11, 12
jujur
2
disiplin
4
1
rasa ingin tahu
5
1
peduli
7
1
lingkungan
5
3
2
49
peduli sosial
6, 15
2
tanggung jawab
10, 13, 14
3
F. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kompetensi sosial guru agama
Islam terhadap pembentukan karakter siswa/i di SMK Kharisma Panongan,
merupakan suatu hal yang sulit, karena adanya faktor-faktor lain yang dapat
memberikan hal yang sama. Sehubungan dengan itu, maka penelitian yang
dilakukan dalam penulisan ini mengandalkan pada pengolahan data dan faktafakta yang diperoleh oleh melalui uraian variable atau narasi.
Analisis data juga dilakukan melalui tekhnik :
1. Editing yaitu memeriksa kuisioner yang telah diisi oleh responden,
2. Scoring yaitu memberikan skor/nilai pada setiap jawaban angket.
Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi sosial Guru PAI dalam
membentuk karakter siswa kelas XII Keperawatan di SMK Kharisma
dengan menggunakan angket yang berbentuk skala dengan berisi 30
butir pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban. Selanjutnya pertanyaan
pada angket tersebut diberi skor sebagai berikut :
Tabel 3.3
Penetapan Skor untuk Kompetensi Sosial Guru PAI
Pilihan Jawaban
Selalu
Sering
Jarang
Tidak
Pernah
Pertanyaan
Positif
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
Tabel 3.4
Penetapan Skor untuk Karakter Siswa Kelas XII Keperawatan
Pilihan Jawaban
Selalu
Sering
Jarang
Tidak
50
Pernah
Pertanyaan
Positif
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
3. Data yang diperoleh dari pembagian kuisioner, dianalisis dengan cara
statistik yaitu dengan mengguanakan tabel distribusi frekuensi relative.
Yaitu dengan rumus
P=
Keterangan :
P = Presentase Yang akan dicari
F = Frekuensi Jawaban Responden
N = jumlah responden
4. Mencari angka korelasi, dengan menggunakan rumus;
(
Rxy =
*
(
) (
) + *
)
(
) +
Keterangan : rxy = angka indeks korelasi “r” product moment
N
= number of cases
∑xy = jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑x
= jumlah seluruh skor X
∑y
= jumlah seluruh skor Y
Tabel 3.5
Interpretasi analisa data berdasarkan korelasi produck moment
(rxy)
Besarnya “r” produck moment
( rxy)
Interpretasi
51
0,00 - 0,20
Antara Variable X dan Variable Y
memang terdapat korelasi, akan
tetapi korelasi itu sangat lemah atau
rendah
sehingga
diabaikan
korelasi
(dianggap
tidak
itu
ada
korelasi antara Variable X dan
Variable Y)
0,20 – 0,40
Antara Variable X dan Variable Y
terdapat korelasi yang lemah atau
rendah
0,40 – 0,70
Antara Variable X dan Variable Y
terdapat korelasi yang sedang atau
cukup
0,70 – 0,90
Antara Variable X dan Variable Y
terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi
0,90 – 1,00
Antara Variable X dan Variable Y
terdapat korelasi yang sangat kuat
atau sangat tinggi
Intrepertasi menggunakan nilai Tabel Nilai “r” Produck Moment. Dengan
langkah terlebih dahulu merumuskan Hipotesa Kerja/Alternatif (Ha) dan
Hipotesa Nihil (Ho). Kemudian mencari derajat bebasnya (df atau db) dengan
rumusan “ :11
11
Anas Sudijono, Pengantar Statistik...., h. 193
52
Df = N - nr
Keterangan : df = degress of freedom
N = Number of Causes
Nr = banyaknya variable yang dikorelasikan
Selanjutnya “untuk mencari dan mengetahui seberapa besar kontribusi
variable x terhadap variable y dipergunakan rumus berikut” :12
KD =
x 100%
Keterangan :
KD : koefisien determinition (kontribusi variable x terhadap variable y)
R
: koefisien korelasi antara variable x dan variable y
Data yang telah dibuat dalam bentuk tabel, diberikan penjelasan dengan
memaparkan sedikit lebih rinci serta memberikan perhatian yang lebih serius
terhadap perbedaan-perbedaan atau hubungan-hubungan yang mencolok dari
angka-angka
dalam
tabel
tersebut.
Selain
itu,
memberikan
interpretasi/penafsiran dengan memberikan arti yang lebih luas terhadap data
dalam tabel, sehingga data tersebut bermakna. Interpretasi tersebut
mempunyai aspek, yaitu untuk menegakkan keseimbangan suatu penelitian
dalam suatu konsep yang bersifat pengertian menghubungkan hasil suatu
penelitian dengan penelitian lainnya, serta untuk membuat atau menghasilkan
penjelasan atau keterangan.
Berdasarkan analisis data tersebut pengujian hipotesis dapat dibuktikan,
atau dari hasil analisis beberapa indikator yang diperoleh dapat diketahui
12
M. Subhan, Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Cet. 1, hal. 145
53
sejauh mana hubungan kompetensi sosial guru pendidikan agama islam
terhadap pembentukan karakter siswa/i di SMK Kharisma Panongan,
Tangerang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil SMK Kharisma Panongan Tangerang
1. Sejarah Singkat SMK Kharisma Panongan
Yayasan Pendidikan Kharisma merupakan lembaga pendidikan yang
telah berbadan hukum sehingga dapat menyelenggarakan dan mengelola
pendidikan menengah kejuruan untuk saat ini, dan berencana di tahun
2016 mengadakan pendidikan menengah pertama. Maka, dengan
berlandaskan itulah yayasan pendidikan Kharisma pada bulan Mei tahun
2009 telah sah berdiri sebagai lembaga pendidikan menengah kejuruan.
Pada awal berdirinya SMK Kharisma menempati gedung milik SMP PGRI
83 Panongan yang berlokasi di samping sekolah sekarang. Pada tahun
ajaran pertama telah di buka jurusan Tekhnik Kendaraan Ringan dan
Administrasi Perkantoran dengan jumlah siswa 54 orang, dengan tenaga
pengajar 14 guru dan waktu belajar dilakasanakan di siang hari dari jam
13.00 s/d 17.30 WIB.1
Satu tahun kemudian, SMK Kharisma resmi memiliki tanah dan
gedung sendiri, tepat di samping SMP PGRI 83 dengan luas tanah 7500
Meter persegi SMK Kharisma berdiri. Mula-mula memiliki bangunan
dengan jumlah 1 kantor dan 6 ruang belajar. Berkat kerja sama yang baik
antara pihak yayasan dengan pihak sekolah maka SMK Kharisma
berkembang dengan pesatnya, sehingga mendapat kepercayaan dari
Depdiknas untuk melaksanakan UN dan UKOM mandiri dengan demikian
SMK Kharisma mendapat status “DIAKUI”.2
Pada tahun 2011, SMK Kharisma membuka pendaftaran murid baru
untuk jurusan Keperawatan dan Farmasi. Sangat berani dan percaya diri
dengan di bukanya jurusan keperawatan yang mungkin jarang yang
meminati apalagi farmasi. Namun, sedikit atau banyaknya siswa yang
1
2
Wawancara dengan ketua yayasan, khusnul faozi, Panongan, 18 Oktober 2015
Wawancara dengan ketua yayasan, khusnul faozi, Panongan, 18 Oktober 2015
54
55
mendaftar jurusan keperawatan dan farmasi harus tetap berjalan. Terbukti
di tahun pertama jurusan Keperawatan diminati 78 siswa/i dan farmasi
berjumlah 48 siswa/i. Dengan demikian SMK Kharisma resmi memiliki 4
program kejuruan yaitu jurusan Tekhnik Kendaraan Ringan, Administrasi
Perkantoran, Farmasi dan Keperawatan. Proses belajar mengajar pun di
bagi 2 waktu yaitu pagi dan siang. Jurusan TKR dan Ap pada waktu siang
hari, sementara farmasi dan keperawatan di pagi hari.3
Perkembangan SMK Kharisma terus meningkat seiring dengan
perkembangan zaman, dimana mutu pendidikan meningkat pula. Dengan
demikian melihat perkembangan itu, pihak yayasan pendidikan Kharisma
berusahan untuk menyediakan sarana prasarana guna menunjang
kelancaran proses belajar mengajar. Maka di tahun 2012 sampai sekarang
SMK Kharisma masih terus membangun demi terciptanya fasilitas yang
berkualitas demi kelancaran belajara anak bangsa.4
Prestasi keberhasilan SMK Kharisma baik dalam bidang akademik
atau non akademik tahun demi tahun terus meningkat. Meski tergolong
sekolah baru, SMK Kharisma telah berhasil meraih beberapa kejuaran di
antaranya : juara 3 olimpiade Matematika O2SN, juara 2 olimpiade Fisika
O2SN, Juara 2 Taekwondo tingkat kabupaten, juara 2 Marawis tingkat
kabupaten, juara 2 lomba pionering di ajang perlombaan pramuka UIN
Jakarta, dan juara 3 semaphore di ajang perlombaan pramuka UIN Jakarta
tingkat JABODETABEK.5
Demikian sejarah singkat SMK Kharisma, semoga dapat dijadikan
bahan acuan para siswa/i dan keluarga besar SMK Kharisma serta dapat
dijadikan dasar dan pedoman untuk langkah dan perkembangan ke masa
yang akan datang juga untuk pihak lain yang terkait dan yang
berkepentingan, harapan terbesar dari penulis semoga bermanfaat.
3
Wawancara dengan Bendahara Yayasan, Bunda Khusnul Faozi, Panongan, 21 Oktober 2015
Wawancara dengan Kepala Sekolah, Suhandi, Panongan, 21 Oktober 2015
5
Wawancara dengan Wakasek Kesiswaan, Dede Sopyan, Panongan, 28 Oktober 2015
4
56
2. Profil SMK Kharisma Panongan
Nama Sekolah
: SMK Kharisma
Alamat Sekolah
: Jl. Raya Ranca Iyuh Korelet Kec.
Panongan Kab. Tangerang Banten
Kode Pos
: 15710.
NSS
: 402280304004
Status
: Swasta (Terakreditasi B)
Telepon/Fax
: 081310228889
Jumlah Ruang Belajar
: 11 Ruang
Ruang Guru dan Kepala Sekolah
: 3 Ruang
Ruang Lab dan Perpustakaan
: 5 Ruang
Ruang UKS, Ibadah dan TU
: 3 Ruang
3. Visi dan Misi SMK Kharisma Panongan
a. Visi SMK Kharisma Panongan Tangerang
“Menjadi SMK berkualitas unggul berlandaskan imtaq dan iptek serta
menghasilkan tamatan yang mampu bersaing di tingkat nasional”.
b. Misi SMK Kharisma Panongan Tangerang
1) Meningkatkan kualitas organisasi dan manegement sekolah dalam
menumbuhkan semangat keunggulan dan kompetitif
2) Meningkatkan kualitas KBM dalam mencapai kompetensi siswa
berstandar nasional
3) Meningkatkan kualitas kompetensi guru dan pegawai dalam
mewujudkan standar pelayanan minimal
4) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana prasarana pendidikan
dalam mendukung penguasaan iptek
5) Meningkatkan kualitas SDM dan kualitas pembinaan kesiswaan
dalam mewujudkan sikap imtaq dan berakhlaq
6) Meningkatkan pengelolaan unit produksi dalam menjungjung
kualitas SDM
57
7) Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, indah dan nyaman
dalam proses KBM.
4. Data guru dan karyawan
Tabel 4.1
Data Guru Dan Karyawan
SMK Kharisma Tahun Ajaran 2015-2016
No
Nama
Agama
Jabatan
1.
Drs. Khusnul Faoji, M.Si
Islam
Ketua Yayasan
2.
Suhandi, S.Pd
Islam
Kepala Sekolah
Guru/Wakasek Kurikulum/Wali
3.
Retno Puji Astuti, SE
Islam
kelas XI AP 1
4.
Dede Sopyan, S.Pd
Islam
Guru/Wakasek Kesiswaan/Wali
kelas XII TKR
5.
Yeni Setiawati, S.Psi
Islam
Guru/Koordinator BP, BK/Wali
kelas XII AP 2
6.
Suparmi
7.
Ekayati Triono, S.Sos.I,
Islam
Bendahara
Guru/Kepala TU/Wali kelas X
M.Pd.I
Islam
Keperawatan
8.
Ahmad Yani
Islam
Staf TU
9.
Sarfin
Islam
Staf TU
10.
Dudung
Islam
Staf TU
11.
By Rahayu Legawiyati,
S.Kep
Islam
Guru
12.
Sri Rahayu, S.Farm
Islam
Guru/Wali kelas XI Farmasi
13.
Deddy Alamsyah, ST
Islam
Guru/Ka Lab TKR
14.
Ns. Edi Suhedi, S.Kep
Guru/Kaprodi
Islam
Keperawatan/Wali kelas XII
Keperawatan
15.
Dede Syachrullah, S.Pd
Islam
Guru/Wali kelas XII TKR 2
58
16.
Winda Nurdiyani, S.Pd
Islam
Guru/Wali kelas X Farmasi
17.
Sarip Hidayatulloh, S.Pd
Islam
Guru/Wali Kelas XI TKR 2
18.
Robi Syahrilana, S.Pd.i
Islam
Guru/Wali Kelas XTKR 1
19.
Fela Muflihah, S.Pd
Islam
Guru
20.
Retno Wulansari, SH
Guru/Wali Kelas XI
Islam
21.
Miptaliana Noor Hidayah,
Keperawatan
Islam
SSt
Guru
22.
Supriyanto,S.Pd
Islam
Guru/Wali kelas XI TKR 1
23.
Dewi Mariam Purwati,
Islam
Guru/Wali Kelas XII AP 1
S.Pd
24.
Syarif Hidayat, S.Farm
Islam
Guru/Wali kelas XII Farmasi
25.
Sri wahyuni, S.Pd
Islam
Guru/Wali kelas X AP 1
26.
Gandara Inpresano, S.Pd
Islam
Guru
27.
Richa Fitriani Sutisna,
S.Pd
Islam
Guru
28.
Suparjanto, SE
Islam
Guru
29.
Novy Maria Dewi, S.Pd
Islam
Guru/Wali kelas X AP 2
30.
Faradila Romadhona, S.Pd
Islam
Guru/Wali kelas XI
Keperawatan
31.
Lina Murtiani, S.Si
Islam
Guru
32.
Yusnaini, S.Kom
Islam
33.
Elya Roza, A.Md.Keb
Islam
Guru
34.
Andi Suryadi
Islam
Guru/Wali Kelas X TKR 2
Guru/Wali kelas XI AP 2
Sumber: Dokumen SMK Kharisma Panongan (2014)
5. Data siswa SMK Kharisma Panongan
Tabel 4.2
Keadaan sisaw/i SMK Kharisma Panongan
Tahun Pelajaran 2015-2016
Jumlah Murid
59
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
X
78
99
177
XI
65
95
160
XII
70
92
162
Total
213
286
499
Sumber: Dokumen SMK Kharisma Panongan (2014)
6. Data sarana dan prasarana SMK Kharisma Panongan
Data Inventaris sekolah

Luas Tanah
= 1800 meter persegi

Luas bangunan
= 850 meter persegi

Status pemilikan
= Milik Yayasan

Lokasi
= SMK Kharisma Panongan

Meja
= 550

Kursi
= 560

Meja guru /TU
= 25 Buah

Kursi Guru/TU
= 32 Buah

Brankas
= 2 Buah

Rak buku
= 5 Buah

Lemari
= 7 Buah

Printer
= 15 Buah

Komputer
= 80 Buah

Mesin pompa Air
= 3 Buah

Sound system
= 1 Buah

White board
= 11 Buah

Pesawat Tv
= 2 Buah

Radio
= 1 Buah

Note bok
= 5 Buah

LCD Projector
= 14 Buah

Mesin Mobil
= 10 Buah

Oksigen
= 10 Buah
60

Pengukur Obat
= 15 Buah

Peralatan pasien
= 8 Buah
B. Deskripsi Data
Data-data yang diperoleh dalam meneliti kompetensi sosial guru PAI
terhadap pembentukan karakter siswa di SMK Kharisma Panongan ini
diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, dan angket. Wawancara
penulis lakukan dengan Ketua Yayasan, Kepala Sekolah dan Guru Agama
Islam di SMK Kharisma Panongan, sedangkan angket diberikan kepada siswa
kelas XII Keperawatan yang berjumlah 40 orang.
Dalam penelitian ini, diberikan sebuah angket yang harus diisi oleh responden
yang jumlah soalnya ada 30 item yang mencakup 15 soal untuk pertanyaan
variable X dan 15 soal untuk pertanyaan variable Y.
Dari angket yang diajukan, dapat diuraikan presentase jawaban 30 item
pertanyaan sebagai berikut :
Tabel 4.3
Apakah guru PAI bersikap ramah kesemua siswa?
No
1
Option
F
%
Selalu
29
73%
Sering
9
22%
Jarang
2
5%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 73% responden menyatakan bahwa guru
PAI bersikap ramah terhadap seluruh siswa, 22% sering dan 5% jarang. Hal
ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI
selalu bersikap ramah terhadap seluruh siswa, baik yang diajar olehnya
ataupun yang tidak (non muslim).
61
Tabel 4.4
Apakah guru PAI berbincang (mengobrol/berdiskusi) dengan siswa
tentang keluhan di luar pelajaran sekolah?
No
2
Option
F
%
Selalu
2
5%
Sering
25
63%
Jarang
13
32%
-
-
40
100%
Tidak Pernah
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 5% responden menyatakan bahwa guru
PAI selalu berbincang (mengobrol/berdiskusi) dengan siswa tentang keluhan
di luar pelajaran sekolah, 63% sering dan 32% jarang. Hal ini menunjukan
bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI seringberbincang
(mengobrol/berdiskusi) dengan siswa tentang keluhan di luar pelajaran
sekolah.
Tabel 4.5
Apakah guru PAI bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di
sekolah ?
No
3
Option
F
%
Selalu
29
73%
Sering
11
27%
Jarang
-
-
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 73% responden menyatakan bahwa guru
PAI selalu bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah, dan
27% lainnya menyatakan sering. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar
62
responden menyatakan guru PAI selalu bersikap santun dengan seluruh
pegawai yang ada di sekolah.
Tabel 4.6
Apakah guru PAI bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di
sekolah?
No
4
Option
F
%
Selalu
32
80%
Sering
6
15%
Jarang
2
5%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 80% responden menyatakan bahwa guru
PAI selalu bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di sekolah, 15%
menyatakan sering dan 5% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian
besar responden menyatakan guru PAI selalu bersikap ramah dengan seluruh
guru yang ada disekoah.
Tabel 4.7
Apakah guru PAI bergaul dengan baik terhadap semua Guru yang ada
di sekolah ?
No
5
Option
F
%
Selalu
26
65%
Sering
11
28%
Jarang
3
17%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 65% responden menyatakan bahwa guru PAI
selalu bersikap bergaul dengan baik terhadap semua guru yang ada di
sekolah, 28% lainnya menyatakan sering dan 17% jarang. Hal ini
63
menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI selalu
bergaul dengan baik terhadap semua guru yang ada di sekolah.
Tabel 4.8
Apakah guru PAI memberi isyarat apapun ketika siswa bercanda saat
pembelajaran berlangsung ?
No
6
Option
F
%
Selalu
13
32%
Sering
16
40%
Jarang
11
28%
-
-
40
100%
Tidak Pernah
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 32% responden menyatakan bahwa guru
PAI selalu memberi isyarat apapun ketika siswa bercanda saat pembelajaran
berlangsung, 40% lainnya menyatakan sering dan 28% jarang. Hal ini
menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI sering
memberi isyarat
apapun ketika siswa bercanda saat
pembelajaran
berlangsung.
Tabel 4.9
Apakah guru PAI bersikap masa bodoh terhadap siswa yang tidak
memperhatikan pelajaran?
No
7
Option
F
%
Selalu
-
-
Sering
3
7%
Jarang
9
23%
Tidak Pernah
28
70%
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 7% responden menyatakan bahwa guru
PAI sering bersikap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan
64
pelajaran, 23% menyatakan jarang dan 70% tidak pernah. Hal ini menunjukan
bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI tidak pernah
bersikap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan pelajaran.
Tabel 4.10
Apakah guru PAI menyapa duluan ketika berpapasan dengan siswa?
No
8
Option
F
%
Selalu
9
22%
Sering
20
50%
Jarang
11
28%
-
-
40
100%
Tidak Pernah
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 22% responden menyatakan bahwa guru
PAI selalu menyapa duluan ketika berpapasan dengan siswa, 50%
menyatakan sering dan 28% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian
besar responden menyatakan guru PAI sering menyapa duluan ketika
berpapasan dengan siswa.
Tabel 4.11
Apakah guru PAI membantu siswa ketika mengalami kesulitan belajar?
No
9
Option
F
%
Selalu
16
40%
Sering
18
45%
Jarang
6
15%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 40% responden menyatakan bahwa guru
PAI selalu membantu siswa ketika mengalami kesulitan belajar, 45%
65
menyatakan sering dan 15% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian
besar responden menyatakan guru PAI sering membantu siswa ketika
mengalami kesulitan belajar.
Tabel 4.12
Apakah guru PAI tersenyum ketika bertemu dengan siswa?
No
10
Option
F
%
Selalu
22
55%
Sering
14
35%
Jarang
4
10%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 55% responden menyatakan bahwa guru
PAI selalu tersenyum ketika bertemu dengan siswa, 35% menyatakan sering
dan 10% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden
menyatakan guru PAI selalu tersenyum ketika bertemu dengan siswa.
Tabel 4.13
Apakah guru PAI menanyakan kabar ketika berpapasan dengan siswa?
No
11
Option
F
%
Selalu
8
20%
Sering
19
48%
Jarang
8
20%
Tidak Pernah
5
12%
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 20% responden menyatakan bahwa guru
PAI selalu menanyakan kabar ketika berpapasan dengan siswa, 48%
menyatakan sering, 20% jarang dan 12% tidak pernah. Hal ini menunjukan
66
bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI sering menanyakan
kabar ketika berpapasan dengan siswa.
Tabel 4.14
Apakah guru PAI menghadiri undangan rapat guru?
No
12
Option
F
%
Selalu
19
48%
Sering
13
32%
Jarang
8
20%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 48% responden menyatakan bahwa guru
PAI selalu menghadiri undangan rapat guru, 32% menyatakan sering dan
20% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden
menyatakan guru PAI selalu menghadiri rapat guru.
Tabel 4.15
Apakah guru PAI memberikan nasehat kepada siswa diluar kelas
ataupun di dalam kelas?
No
13
Option
F
%
Selalu
17
43%
Sering
17
43%
Jarang
6
14%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 43% responden menyatakan bahwa guru
PAI selalu memberikan nasehat kepada siswa diluar kelas ataupun di dalam
kelas, 43% menyatakan sering dan 20% jarang. Hal ini menunjukan bahwa
67
sebagaian besar responden menyatakan guru PAI selalu dan sering
memberikan nasihat kepada siswa diluar kelas ataupun di dalam kelas.
Tabel 4.16
Apakah guru PAI menjenguk rekan guru yang sakit?
No
14
Option
F
%
Selalu
17
43%
Sering
12
30%
Jarang
11
27%
-
-
40
100%
Tidak Pernah
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 43% responden menyatakan bahwa guru
PAI selalu menjenguk rekan guru yang sakit, 30% menyatakan sering dan
27% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden
menyatakan guru PAI selalu menjenguk rekan guru yang sakit.
Tabel 4.17
Apakah guru PAI melakukan diskusi kecil terkait dengan pendidikan
bersama rekan guru?
No
15
Option
F
%
Selalu
14
35%
Sering
14
35%
Jarang
12
30%
-
-
40
100%
Tidak Pernah
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 35% responden menyatakan bahwa guru
PAI selalu melakukan diskusi kecil terkait dengan pendidikan bersama rekan
guru, 35% menyatakan sering dan 30% jarang. Hal ini menunjukan bahwa
68
sebagaian besar responden menyatakan guru PAI sering melakukan diskusi
kecil terkait dengan pendidikan bersama rekan guru.
Tabel 4.18
Apakah kamu mengerjakan shalat fardhu lima waktu?
No
Option
16
F
%
Selalu
12
30%
Sering
15
38%
Jarang
13
32%
-
-
40
100%
Tidak Pernah
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 30% responden selalu mengerjakan
shalat fardhu lima waktu, 38% sering dan 32% jarang. Hal ini menunjukan
bahwa sebagaian besar responden sering mengerjakan shalat fardhu lima
waktu.
Tabel 4.19
Apakah kamu berkata jujur kepada orang tua dan guru?
No
Option
17
F
%
Selalu
8
20%
Sering
18
45%
Jarang
14
35%
-
-
40
100%
Tidak Pernah
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 20% responden selalu berkata jujur
kepada orang tua dan guru, 45% sering dan 35% jarang. Hal ini menunjukan
bahwa sebagaian besar responden sering berkata jujur kepada orang tua dan
guru.
69
Tabel 4.20
Apakah kamu menyontek saat ulangan/UTS/UAS?
No
18
Option
F
%
Selalu
-
-
Sering
1
2%
Jarang
23
58%
Tidak Pernah
16
40%
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 2% responden sering menyontek saat
ulangan/UTS/UAS, 58% jarang dan 40% tidak pernah. Hal ini menunjukan
bahwa sebagaian besar responden jarang menyontek saat ulangan/UTS/UAS.
Tabel 4.21
Apakah kamu datang tepat waktu ke sekolah?
No
19
Option
F
%
Selalu
22
55%
Sering
10
25%
Jarang
8
20%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 55% responden selalu datang tepat waktu
ke sekolah, 25% sering dan 20% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian
besar responden selalu datang tepat waktu ke sekolah.
Tabel 4.22
Apakah kamu bertanya kepada guru jika ada pelajaran yang kurang
dipahami?
70
No
20
Option
F
%
Selalu
11
28%
Sering
12
30%
Jarang
17
42%
-
-
40
100%
Tidak Pernah
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 28% responden selalu bertanya kepada
guru jika ada pelajaran yang kurang dipahami, 30% sering dan 42% jarang.
Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden jarang bertanya kepada
guru jika ada pelajaran yang kurang dipahami.
Tabel 4.23
Apakah kamu membantu teman atau orang lain saat kamu melihatnya
dalam kesulitan?
No
21
Option
F
%
Selalu
17
43%
Sering
17
43%
Jarang
6
14%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 43% responden selalu membantu teman
atau orang lain saat responden melihatnya dalam kesulitan, 43% sering dan
14% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden sering
membantu teman atau orang lain saat responden melihatnya dalam kesulitan.
Tabel 4.24
Apakah kamu membuang sampah pada tempatnya?
No
Option
F
%
71
22
Selalu
18
45%
Sering
15
38%
Jarang
7
17%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 45% responden selalu membuang sampah
pada tempatnya, 38% sering dan 17% jarang. Hal ini menunjukan bahwa
sebagaian besar responden selalu membuang sampah pada tempatnya.
Tabel 4.25
Apakah kamu menghormati yang lebih tua?
No
23
Option
F
%
Selalu
31
77%
Sering
9
23%
Jarang
-
-
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 77% responden selalu menghormati yang
lebih tua, dan 23% lainnya sering. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar
responden selalu menghormati yang tua.
Tabel 4.26
Apakah kamu menyayangi yang lebih muda?
No
24
Option
F
%
Selalu
17
42%
Sering
16
40%
Jarang
7
18%
Tidak Pernah
-
-
72
Jumlah
40
100%
Tabel diatas menunjukan bahwa 42% responden selalu menyayangi yang
lebih tua, 40% sering dan 18% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian
besar responden selalu menyayangi yang lebih tua.
Tabel 4.27
Apakah kamu mengerjakan PR dari guru?
No
25
Option
F
%
Selalu
8
22%
Sering
23
58%
Jarang
9
20%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 22% responden selalu mengerjakan PR
dari guru, 58% sering dan 20% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian
besar responden sering mengerjakan PR dari guru.
Tabel 4.28
Apakah kamu mencium tangan orang tua ketika hendak bepergian dan
saat bertemu dengan guru?
No
26
Option
F
%
Selalu
35
87%
Sering
5
13%
Jarang
-
-
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 87% responden selalu mencium tangan
orang tua ketika hendak bepergian dan saat bertemu dengan guru, dan 13%
73
lainnya menyatakan sering. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar
responden selalu mencium tangan orang tua ketika hendak bepergian dan saat
bertemu dengan guru .
Tabel 4.29
Apakah kamu selalu menutup aurat saat di depan orang yang bukan
mahram mu?
No
27
Option
F
%
Selalu
12
30%
Sering
15
37%
Jarang
13
33%
-
-
40
100%
Tidak Pernah
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 30% responden selalu menutup aurat saat
di depan orang yang bukan mahramnya, 37% sering dan 33% jarang. Hal ini
menunjukan bahwa sebagaian besar responden sering menutup aurat saat di
depan orang yang bukan mahramnya.
Tabel 4.30
Apakah kamu menepati apa yang sudah kamu janjikan kepada orang
lain?
No
28
Option
F
%
Selalu
7
18%
Sering
22
55%
Jarang
11
27%
-
-
40
100%
Tidak Pernah
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 18% responden selalu menepati apa yang
sudah dijanjikan kepada orang lain, 55% sering dan 27% jarang. Hal ini
74
menunjukan bahwa sebagaian besar responden sering menepati apa yang
sudah dijanjikan kepada orang lain.
Tabel 4.31
Apakah kamu meminta maaf apabila kamu berbuat salah?
No
29
Option
F
%
Selalu
16
40%
Sering
18
45%
Jarang
6
15%
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 40% responden selalu meminta maaf
apabila berbuat salah, 45% sering dan 15% jarang. Hal ini menunjukan bahwa
sebagaian besar responden sering meminta maaf apabila berbuat salah.
Tabel 4.32
Apakah kamu mengucapkan terima kasih setelah ditolong oleh orang
lain?
No
30
Option
F
%
Selalu
30
75%
Sering
10
25%
Jarang
-
-
Tidak Pernah
-
-
40
100%
Jumlah
Tabel diatas menunjukan bahwa 75% responden selalu mengucapkan
terima kasih setelah ditolong oleh orang lain, dan 25% lainnya sering. Hal ini
menunjukan bahwa sebagaian besar responden selalu mengucapkan terima
kasih setelah ditolong oleh orang lain.
75
C. Analisis Data
Setelah diperoleh angka presentase dari masing-masing angket, maka
langkah selanjutnya yaitu mencari angka korelasi antara variable X
(Kompetensi Sosial Guru PAI) dan variable Y (Pembentukan Karakter Siswa)
dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut :
Tabel 4.33
Perhitungan Hasil Penelitian
Resp
X
Y
XY
1
41
37
1517
1681
1369
2
49
43
2107
2401
1849
3
50
48
2400
2500
2304
4
50
49
2450
2500
2401
5
46
44
2024
2116
1936
6
42
46
1932
1769
2116
7
55
61
3355
3025
3721
8
50
51
2550
2500
2601
9
46
47
2162
2116
2209
10
43
43
1849
1849
1849
11
53
49
2597
2401
2809
12
46
51
2346
2116
2601
13
51
47
2397
2601
2209
14
54
50
2700
2916
2500
15
52
47
2444
2209
2704
16
51
54
2754
2601
2916
17
40
46
1840
1600
2116
18
45
47
2115
2209
2025
19
45
44
1980
2025
1936
20
46
43
1978
2116
1849
76
21
52
47
2444
2704
2209
22
47
51
2397
2209
2601
23
55
51
2805
3025
2601
24
48
52
2496
2304
2704
25
59
51
3009
3481
2601
26
50
46
2300
2500
2116
27
54
51
2754
2916
2601
28
52
51
2652
2704
2601
29
49
46
2254
2401
2116
30
50
41
2050
2500
1681
31
50
51
2550
2500
2601
32
48
46
2208
2304
2116
33
59
51
3009
3481
2601
34
54
47
2538
2916
2209
35
51
54
2754
2601
2916
36
52
52
2704
2704
2704
37
55
49
2695
3025
2401
38
46
47
2162
2116
2209
39
59
54
3186
3481
2916
40
40
46
1840
1600
2116
=1931
=96304
N=
40
=1985
Rxy =
=
(
(
√*
(
)
) + *
(
√*
) (
) (
=98723
(
) (
) + *
) +
) (
)
(
) (
) +
=94640
77
=
=
=
=
+ *
√*
√*
+*
+
+
√
√
=0,860
D. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil perhitungan dari “rxy” , maka penulis memberikan
interpretasi terhadap Angka indeks Korelasi r Product Moment yakni :
1. Interpretasi dengan cara sederhana atau secara kasar ; interpretasi
terhadap rxy dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara
variable X dan variable Y tidak bertanda negatif ; berarti di antara ke
dua variable tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan
searah). Dengan memperhatikan besarnya rxy (yaitu = 0, 860), yang
berkisar antara 0,70-0,90 berarti antara variable X dan variable Y
memang terdapat korelasi, dalam tingkat korelasi yang kuat atau
tinggi.
2. Interpretasi dalam menggunakan tabel nilai “r” product moment.
Rumusan hipotesa kerja/alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (Ho), yang
penulis ajukan di awal adalah :
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara Kompetensi Sosial
GuruPAI terhadap pembentukan karakter karakter siswa di SMK
Kharisma Panongan.
Ho : Tidak terdapat hubunganyang signifikan antara Kompetensi
SosialGuru PAI terhadap pembentukan karakter siswa di SMK
Kharisma Panongan.
78
Adapun kriteria pengajuannya adalah : Jika r tabel < r hitung maka
Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya, jika r tabel > r hitung maka
Ha ditolak dan Ho diterima. Kemudia penulis mencari derajat
bebasnya df atau db.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi itu signifikan atau tidak
maka „r‟ hitung dibandingkan dengan „r‟ tabel. Langkah yang harus ditempu
yaitu dengan mencari nilai df (degress of freedom) sebagai berikut :
df = N-nr
df= 40-2
df = 38
Keterangan :
df = degrees of freedom
N = Number of cases
nr = Banyaknya variable yang dikorelasikan
Dalam penelitian ini, nilai „r‟ product moment dengan df sebesar 38 dan
menggunakan taraf signifikan 5% diperoleh hasil sebesar 0,320. Sementara
itu nilai „r‟ hitung yaitu 0, 860. Dan nilai „r‟ hitung > „r‟ tabel (0,860 >
0,320) maka pada taraf signifikasi 5% Ho ditolak, sedangkan Ha diterima.
Yang berarti terdapat hubungan yang sangat kuat atau tinggi antara
Kompetensi sosial guru PAI terhadap pembentukan karakter siswa kelas XII
Keperawatan 1 SMK Kharisma Panongan Tangerang.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan selama penelitian bahwa
karakter siswa sudah mulai mencapai kepada karakter mulia/akhlak mulia,
artinya masih banyak siswa yang sudah mulai berkarakter seperti yang telah
dicontohkan oleh Ibu dan Bapak guru di sekolah khususnya guru agama
Islam. Salah satu hal yang menyebabkan siswa sudah mulai berkarakter
diantaranya keadaan lingkungan sekolah yang kondusif yang letaknya jauh
dari keramaian, pengawasan serta bimbingan orang tua yang cukup, cara
dewan guru dalam mengarahkan serta membimbing siswa/i yang sangat
79
baik khususnya guru agama Islam. Hal ini diisyaratkan dengan adanya
dewan guru yang mampu menerapkan berbagai metode dalam membangun
karakter siswa khusunya dalam bidang sosial yang suka bergaul dengan
siswa tanpa membedakan dari mana mereka berasal, tidak membedakan
mana yang rajin dan malas, kaya dan miskin serta mana yang bermasalah
dan mana yang baik-baik saja. Semua di ayaoumi tanpa pandang status,
khususnya oleh guru agama Islam. Banyak pelajaran yang dapat penulis
ambil dari penelitian ini, khususnya cara bagaimana menangani siswa yang
beraneka ragam tingkahnya dengan metode sosial yang baik, masuk dalam
dunia mereka tanpa terperosok, serta gaya bahasa yang mereka sukai namun
tetap mengarah kepada pembentukan karakter siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kompetensi Sosial Guru
PAI sangat kuat berpengaruh dalam membentuk karakter siswa.
Adapun perhitungan Koefisien Determinasi (KD), yang penulis
manfaatkan untuk mengetahui kontribusi variable X terhadap variable Y,
sebagai berikut :
KD
=
x 100%
=
x 100%
= 0,7 x 100%
= 74%
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang kuat atau tinggi antara kompetensi sosial guru
PAI terhadap pembentukan karakter siswa kelas XII Keperawatan SMK
Kharisma Panongan.
Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan yang diperoleh yaitu
dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Dapat dibandingkan
besarnya nilai ‘r’ hitung dengan ‘r’ tabel. Dimna nilai ‘r’ hitung (rxy) yaitu
0.860 sedangkan r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu 0,320. Dengan
demikian ‘r’ hitung (rxy) lebih besar dari ‘r’ tabel (0,860 > 0,320). Maka
hipotesis alternative (Ha) diterima atau disetujui atau terbukti kebenarannya,
artinya terdapat hubungan atau korelasi antara variable X dan variable Y.
Sedangkan hipotesis nol (Ho) ditolak.
Dari angka indeks korelasi ‘r’ Product Moment (rxy) sebesar 0,860 yang
berada pada interval koefisien 0,70 – 0,90 yang berarti bahwa, terdapat
korelasi atau hubungan yang kuat atau tinggi antara kompetensi sosial guru
dalam membentuk karakter siswa kelas XII Keperawatan SMK Kharisma
Panongan.
Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian di atas, maka kompetensi
sosial guru PAI secara tidak langsung berdampak atau mempunyai pemgaruh
yang kuat atau tinggi dalam membentuk karakter siswa, budi pekerti maupun
akhlaq siswa di sekolah.
B. Implikasi
Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan pendidikan
maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang
pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan dengan hal
tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut :
80
81
Hasil penelitian mengenai kompetensi guru terhadap pembentukan
karakter siswa kelas XII Kesehatan ternyata memiliki hubungan yang
signifikan. Kedua variabel tersebut, kompetensi sosial guru memberi pengaruh
yang kuat atau tinggi terhadap variabel karakter siswa. Dengan presentase
yang dicapai sebesar 0,860 atau 74%.
Selama ini, dalam membentuk karakter siswa terdapat banyak kendala dan
masalah yang dirasakan oleh pihak lembaga ataupun para guru. Maka, untuk
mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya usaha dan upaya dari pihak
lembaga dan pihak guru. Untuk itu, salah satu upaya yang perlu dilakukan
oleh pihak lembaga atau guru adalah dengan proses penanaman nilai-niali
kompetensi terhadap dewan guru.
Kompetensi sosial merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting
dimiliki oleh guru untuk membentuk karakter siswa. Agar siswa dapat dengan
mudah menerima pengetahuan dari guru disebabkan berbagai metode, cara,
dan gaya penyampaian yang dilakukan oleh guru.
C. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian dengan seksama dan memperoleh
hasil penelitian, maka penulis mempunyai beberapa saran bagi pihak-pihak
terkait:
1. Pihak sekolah hendaknya memfasilitasi dalam peningkatkan kompetensi
guru, terutama kompetensi sosialnya dengan salah satu caranya adlah
mengadakan banyak acara yang lebih melibatkan guru didalamnya untuk
lebih banyak berinteraksi dengan guru lainnya, dengan tenaga
kependidikan, masyarakat disekitar sekolah, orang tua siswa ataupun
dengan siswa-siswinya agar hubungan antar guru dengan pihak lain lebih
erat.
2. Guru seharusnya lebih banyak meluangkan waktu diluar jam pelajaran
sekolah untuk berhubungan dengan masyarakat di lingkungan sekolah dan
sosial,
terutama
hubungan
dengan
siswanya
dalam
membentuk
karakternya, agar lebih menjadi lebih baik dikarenakan komunikasi yang
intens dan jelas sehingga guru dapat mengetahui faktor lain dari siswa itu
82
sendiri. Selain kompetensi sosialnya, kompetensi guru yang lainnya pun
sangat penting untuk lebih ditingkatkan agar lebih memacu siswa dalam
membentuk karakternya.
3. Siswa hendaknya lebih bisa membentuk karakternya, sebab pembentukan
karakter itu muncul tidak hanya dari faktor luar saja (eksternal), akan
tetapi dalam hal karakter yang lebih penting adalah kesadaran yang lahir
dalam diri pribadi (internal) siswa itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Heri . Pendidikan Karakter, Bandung: Alfabeta 2012
Salahudin , Anas dan Irwanto, Alkrienciehie . Pendidikan Karakter , Bandung :
Pustaka Setia
Daradjat , Zakiah . Kepribadian Guru, Jakarta : Bulan Bintang
Fathurohman, Pupuh dan Suryana, Aa . Guru Profesional , Bandung : Reflika
Aditama 2012
Gerungan, W. A.. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama 2004.
Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Al Qur’an Tajwid dan Terjemah. 2006. Departemen Agama RI.
Sitorus, M. 2001. Berkenalan dengan Sosiologi. (Bandung: Erlangga 2001)
Sosiologi, Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Yudhistira.)
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan
Dosen,(Bandung: Citra Umbara, 2006)
Uzer Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosyda Karya,
2007.
Kusnandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007.
Mulyasa, E., Standar Kompetensi & Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosda
Karya,2007.
Partanto, Pius A & Al Barry, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:
Arkola, 1994.
Rahman, Nazarudin, Regulasi Pendidikan menjadi Guru Profesional Pasca
Sertifikasi, Yogyakarta: Pustaka Felichan, 2009.
Imron, Ali, Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: Dunia Pustaka Jay, 1995.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
83
84
Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Munir, Abdullah, Pendidikan Karakter: menumbuhkan karakter anak sejak dari
rumah, Yogyakarta: Pedagogia, 2010.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2004.
Subagyo, P. Joko Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1999
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik),Jakarta:PT
Rineka Cipta, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D), Bandung: Alfabeta, 2013.
Hidayatullah, M. Furqon, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa,
Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.
Koesoema A, Doni, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global, Jakarta: Grasindo, 2007.
Aunillah, Nurla Isna, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah,
Yogyakarta: Laksana, 2011.
Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building Bagaimana Mendidik
Anak Berkarakter, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008.
http//alpiadiprawiraningrat.blogspot.com/2012/08/, Manusia Berkarakter Untuk
Indonesia.html.
http://bambangsantoso.wordpress.com/2012/09/13/ Kaitan Pendidikan
Kebudayaan dan Pembentukan Karakter Peserta Didik.
Tabel Nilai Koefisien Korelasi ‘r’ Product Moment Karl Person untuk berbagi df
Taraf signifikan
N
5%
1%
1.
0,997
0,999
2.
0,950
3.
N
Taraf signifikan
5%
1%
25.
0,381
0,487
0,990
26.
0,374
0,478
0, 878
0,959
27.
0,367
0,470
4.
0,811
0, 917
28.
0,361
0,463
5.
0,754
0,874
29.
0,355
0,456
6.
0,707
0,834
30.
0,349
0,449
7.
0,666
0,789
31.
0,355
0,456
8.
0,632
0,765
32.
0,349
0,449
9.
0,602
0,735
33.
0,344
0,442
10.
0,576
0,708
34.
0,339
0,436
11.
0,553
0,684
35.
0,334
0,430
12.
0,532
0,661
36.
0,329
0,424
13.
0,514
0,641
37.
0,334
0,418
14.
0,497
0,623
38.
0,320
0,413
15.
0,482
0,606
39.
0,316
0,408
16.
0,468
0,590
40.
0,312
0,403
17.
0,456
0,575
41.
0,308
0,396
18.
0,444
0,561
42.
0,304
0,393
19.
0,433
0,549
43.
0,301
0,389
20.
0,423
0,537
44.
0,297
0,384
21.
0,413
0,526
45.
0,294
0,380
22.
0,404
0,515
46.
0,291
0,276
23.
0,396
0,505
47.
0,288
0,372
24.
0,388
0,496
48.
0,284
0,368
Berita Wawancara Dengan Guru
Hari/Tanggal
: Senin, 09-10-2015
Interviwee
: Bpk. Suhandi S.Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah
1. Apakah Visi dan Misi didirikannya SMK Kharisma?
Visi : Membangun bangsa yang berkarakter dan berilmu khusunya di sekitar
lingkungan sekolah.
Misi :
a. Memberikan layanan pendidikan terbaik bagi siswa
b. Mengupayakan terwujudnya siswa berkualitas, berakidah shaleh dan
berkeimanan yang kokoh.
c. Mengoptimalkan intelektual dan kemahiran menyelesaikan masalah.
d. Membekali peserta didik dalam ilmu pengetahuan, tekhnologi, seni dan
wawasan wirausaha agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari
secara mandiri maupun melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
e. Menghasilkan tamatan yang berkualitas dan mampu bersaing di pasar tenaga
kerja sesuai dengan bidangnya.
2. Bagaimana cara penerimaan guru atau kriteria apa saja yang harus dimiliki guru di
SMK Kharisma?
Dengan cara seleksi seperti microteaching psikotes dan wawancara, kriterianya
adalah :
a. Beragama Islam
b. Memiliki kualifikasi akademik (S1)
c. Memiliki kompetensi guru
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional dan tujuan
pendidikan Islam.
3. Bagaimana pendapat Bpk tentang kompetensi sosial guru PAI?
Secara keseluruhan kompetensi sosial yang dimiliki oleh Guru PAI di sini sudah
cukup baik, misalnya mereka sudah mulai mengunakan media dalam proses
pembelajaran, memberikan kontribusi yang cukup besar dalam kegiatan yang
diadakan oleh sekolah baik yang bersifat akademik ataupun non akademik.
4. Bagaimana pendapat Bpk mengenai pengaruh kompetensi sosial guru dalam
membentuk karakter siswa SMK Kharisma?
Tentunya sangat berpengaruh, mestinya seorang guru harus memiliki 4 pilar
kompetensi salah satunya di bidang sosial. Bagaimana seorang guru bisa mendidik
jika tidak memiliki kompetensi tersebut. Dengan memiliki kompetensi tersebut,
pastinya seluruh siswa akan terbuka dan tidak sungkan dalam berdialog dan
bertanya mengenai hal-hal yang kurang dipahami baik berkaitan dengan akademik
ataupun non akademik.
Berita Wawancara Dengan Guru
Hari/Tanggal
: Senin, 09-10-2015
Interviwee
: Bpk. Dede Sopyan S.Pd
Jabatan
: Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
1. Sejak kapan Bapak menjabat sebagai wakil kepala sekolah?
Sejak tahun pelajaran 2013/2014 dan sampai sekarang tahun pelajaran 2015/2016
2. Apakah tujuan didirikannya SMK Kharisma?
Tujun didirikannya SMK ini, karena di sekitar daerah ini belum ada sekolah yang
berbasis kejuruan seperti SMK, sedangkan sekolah umum pada umumnya sudah
banyak didirikan di lingkungan sekitar. Oleh karena, pihak yayasan berusaha
keras untuk mendirikan Sekolah berbasis kejuruan terutama dibidang kesehatan
seperti keperawatan dan farmasi. Bukan hanya mencetak lulusan yang ahli dalam
bidang kewirausahaan, namun yang pandai dalam berkomunikasi, terlebih
bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlaq mulia.
3. Bagaimana cara mengajar guru PAI di SMK Kharisma?
Cara mengajar guru Agama Islam terhadap anak-anak sangat bagus dan humoris,
membuat suasana kelas tidak jenuh dan sunyi. Penyampaian yang sangat bagus,
sehingga berdampak kepada pemahaman siswa akan materi yang disampaikan.
Sosial yang bagus, tak heran banyak siswa yang tak sungkan mencurahkan
permasalahan-permasalahan di luar sekolah. Dengan gaya bahasa yang kekinian,
membuat seluruh siswa tidak bosan bila mana pelajaran PAI berlangsung.
Tingkah laku yang baik, menjadi tauladan bagi seluruh siswa pada umumnya. Tak
hanya itu, dalam bidang administrasi pun sudah cukup baik, hanya kurang teliti
sehingga terkadang perlu perbaikan kembali.
4. Apakah guru PAI suka melibatkan diri dalam kegiatan yang dilakukan di sekolah
atau karena ada intruksi saja?
Alhamdulillah guru PAI dan yang lainnya selalu melibatkan diri dalam setiap
kegiatan yang diadakan, baik ada intuksi ataupun tidak.
Berita Wawancara Dengan Guru
Hari/Tanggal
: Senin, 09-10-2015
Interviwee
: Bpk. Robi Syahrliana, S.Pd.i
Jabatan
: Guru Pendidikan Agama Islam
1. Berapa lama Bapak mengajar di SMK Kharisma?
Saya mengajar di SMK Kharisma sudah berjalan 4 tahun, dari mulai tahun 2011
sampai dengan tahun 2015.
2. Bagaimana penilaian Bapak terhadap karakter siswa?
Saya menilai mereka dari tingkah laku sehari-hari selama di sekolah dan dari hasil
tugas-tugas yang diberikan. Di SMK Kharisma sudah rutin diadakan program
rohani Islam (rohis) di program ini para siswa mulai masuk jam 8.00 pada hari
sabtu, lalu dewan guru beserta siswa membaca tahlil dan yasin bersama. Setelah
itu kultum yang biasa disampaikan oleh para dewa guru yang sudah terjadwal
dalam rapat awal tahun.
Hafalan wajib pun diterapkan seperti halnya kelas X wajib menghafal surat-surat
pendek dari Adh-Duha sampai An-Nas, kelas XI harus menghafal 5 surat pilihan,
dan kelas XII wajib menghafal surat yasin.
Program ini menjadi syarat kenaikan kelas dan kelulusan.
3. Metode apa saja yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran PAI?
Metode yang saya gunakan adalah metode ceramah, media audio/visual, dan
beberapa metode PIKEM.
4. Bagaimana usaha Bapak agar siswa/i menyukai pelajaran PAI?
Usaha yang saya lakukan di antaranya dengan bersikap demokratis, humoris serta
sering menggunakan metode-metode yang membuat anak-anak senang, sehingga
mereka tidak merasa bosan dengan pelajaran Agama Islam.
5. Upaya apa saja yang bapak lakukan untuk membentuk karakter siswa di SMK
Kharisma?
Upaya yang saya lakukan untuk membentuk karakter siswa yang baik dan benar
dengan membiasakan kegiatan keagaman sehari—hari seperti sholat berjamaah
dan puasa senin-kamis, sholat dhuha dan yang lainnya. Selain itu juga menegur
dan memberikan arahan kepada siswa yang bersikap kurang sopan, agar mereka
berubah dan mempunyai akhlak yang baik.
Quisener yang valid
“Mengenai Kompetensi Sosial Guru PAI”
Petunjuk :
1. Pertanyaan ini bertujuan untuk kepentingan penelitian skripsi
2. Peneliti berharap kejujuran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
3. Pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan penilaian hasil belajar
4. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang sesuai dengan keinginan anda.
Nama :
Hari/Tanggal :
/
2015
Kelas :
Pertanyaan
1. Apakah guru PAI bersikap ramah kesemua siswa?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
2. Apakah guru PAI berbincang (mengobrol/berdiskusi) dengan siswa tentang keluhan di
luar pelajaran sekolah ?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
3. Apakah guru PAI bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah ?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
4. Apakah guru PAI bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di sekolah ?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
5. Apakah guru PAI bergaul dengan baik dengan semua Guru yang ada di sekolah ?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
6. Apakah guru PAI memberi isyarat apapun, jika siswa bercanda ketika pembelajaran
berlangsung ?
a. Selalu
c. Jaran
b. Sering
d. Tidak pernah
7. Apakah guru PAI bersikap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan
pelajaran ?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
8. Apakah guru PAI menyapa duluan ketika berpapasan dengan siswa ?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
9. Apakah guru PAI membantu siswa ketika mengalami kesulitan belajar?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
10. Apakah guru PAI tersenyum ketika bertemu dengan siswa?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
11. Apakah guru PAI menanyakan kabar siswa ketika berpapasan dengan siswa?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
12. Apakah guru PAI menghadiri undangan rapat guru?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
13. Apakah guru PAI memberikan nasehat diluar kelas ataupun di dalam kelas?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
14. Apakah guru PAI menjenguk rekan guru yang sakit?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
15. Apakah guru PAI melakukan diskusi kecil terkait dengan pendidikan bersama rekan
guru?
a. Selalu
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
Quisener yang valid
“Mengenai Karakter Siswa Kelas XII Keperawatan Di SMK KHARISMA
Panongan”
Petunjuk :
5. Pertanyaan ini bertujuan untuk kepentingan penelitian skripsi
6. Peneliti berharap kejujuran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
7. Pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan penilaian hasil belajar
8. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang sesuai dengan keinginan anda.
Nama :
Hari/Tanggal :
/
2015
Kelas :
Pertanyaan
1. Apakah kamu mengerjakan shalat fardhu lima waktu?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
2. Apakah kamu berkata jujur kepada orang tua dan guru?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
3. Apakah kamu menyontek saat ulangan/UTS/UAS?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
4. Apakah kamu datang tepat waktu ke sekolah?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
5. Apakah kamu bertanya kepada guru jika ada pelajaran yang kurang dipahami?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
6. Apakah kamu membantu teman atau orang lain saat kamu melihatnya dalam kesulitan?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
7. Apakah kamu membuang sampah pada tempatnya?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
8. Apakah kamu menghormati yang lebih tua?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
9. Apakah kamu menyayangi yang lebih muda?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
10. Apakah kamu mengerjakan PR dari guru?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
11. Apakah kamu mencium tangan kepada orang tua ketika hendak bepergian dan saat
bertemu dengan guru?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
12. Apakah kamu selalu menutup aurat saat di depan orang yang bukan mahram mu?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
13. Apakah kamu menepati apa yang sudah kamu janjikan kepada orang lain?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
14. Apakah kamu meminta maaf ketika berbuat salah?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak pernah
15. Apakah kamu mengucapkan terima kasih setelah ditolong oleh orang lain?
a.
b.
c.
d.
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Jawaban Angket Siswa
No
Jenis
Kelamin
Kelas
Jawaban Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
P
XII
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
P
XII
4
3
4
4
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
P
XII
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
4
P
XII
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
P
XII
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
4
4
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
6
P
XII
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
7
P
XII
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
8
P
XII
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
9
P
XII
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
10
P
XII
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
11
L
XII
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
12
P
XII
4
3
4
4
4
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
13
P
XII
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
14
P
XII
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
2
4
4
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
15
P
XII
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
16
P
XII
4
3
4
4
4
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
3
17
P
XII
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
18
P
XII
4
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
19
L
XII
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
20
L
XII
4
3
4
4
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
21
P
XII
4
3
4
4
4
3
4
2
3
4
3
4
4
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
2
3
3
3
22
P
XII
4
3
4
3
3
3
3
2
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
23
P
XII
4
3
4
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
24
P
XII
4
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
25
P
XII
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
26
P
XII
4
3
4
4
4
3
4
2
3
3
4
2
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Juml
ah
27
P
XII
4
3
4
4
3
3
3
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
3
28
P
XII
4
2
4
4
3
3
4
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
29
P
XII
4
2
4
4
3
3
3
2
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
30
P
XII
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
3
3
31
P
XII
3
3
3
4
3
2
3
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
32
P
XII
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
33
P
XII
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
34
L
XII
4
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
35
P
4
3
4
4
3
3
4
3
4
4
3
2
4
3
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
36
L
XII
4
4
3
3
3
4
3
4
4
3
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
37
P
XII
4
4
4
3
3
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
38
P
XII
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
39
P
XII
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
4
3
4
40
P
XII
3
2
3
2
3
3
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Jumlah
Dokumentasi Penelitian
Download