HUBUNGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS XII KEPERAWATAN DI SMK KHARISMA PANONGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Oleh Ibnu Kholdun Nawaji NIM 1111011000044 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M ABSTRAK Ibnu Kholdun Nawaji (1111011000044), “HUBUNGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS XII KEPERAWATAN DI SMK KHARISMA PANONGAN.” Keywords: Social Competence Master PAI, Character Class XII Nursing This study aims to obtain valid empirical data (authentic) and reliable (trustworthy) about Social Competence Relationship Guru PAI Against the Formation of Character Class XII Vocational Nursing In Kharisma Panongan at Jl. Kingdom RancaIyuh Korelet Kec.Panongan Kab. TangerangBanten. Dalah digunakana research methods with quantitative methods. Samples were students of class XII Vocational Nursing Kharisma, 2015/2016 school year 40 students. Technical analysis of the data used is the analysis of the use editing, scoring, and correlations were used to describe the results of research. Based on the analysis and interpretation of data, it can be concluded that there is a strong relationship between social competence or high PAI teacher in shaping the character of class XII student of SMK KharismaPanongan Nursing. As for the social competence of teachers PAI indirectly affect or have a strong relationship or high in shaping students' character, manners and morality of students in the school. It is seen from the preventive, repressive and curative conducted by PAI teachers and all educators in schools by intensifying the social competence of teachers embedded within, be friendly, and also mutual tolerance toward fellow teachers and students. iii KATA PENGANTAR بسم اهلل الرّحمن الرّحيم Assalamu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh Segala puji bagi Allah SWT, yang dengan memuji-Nya terbuka pintu segala ilmu, dengan mengingat-Nya keluar segala perkataan yang baik, dengan mensyukuri-Nya semua orang beriman merasakan nikmat-Nya di dunia dan akhirat. Dan karena izin-Nya pula lah penulis dapat menyelsaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas XII Keperawatan Di SMK Kharisma Panongan”. Skripsi ini penulis ajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam. Menyadari bahwa suksesnya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini bukan semata-mata karena usaha penulis sendiri tetapi juga berkat dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan rasa hormat, terima kasih yang tak terhingga, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). 2. Bapak H. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. Dan ibu Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA selaku ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. Semoga kebijakan yang telah dilakukan selalu mengarah kepada kontinuitas eksistensi mahasiswanya. 3. Bapak Dr. Khalimi, MA selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan perhatian, bimbingan, nasehat, kritik dan saran, serta motivasi yang besar dalam proses penulisan skripsi ini. iv v 4. Bapak Dr. Faridal Arkam, M.Pd selaku dosen pebimbing akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan konsultasi bagi penulis. 5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai materi perkuliahan. 6. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan skripsi ini. 7. Seluruh dewan guru dan karyawan SMK Kharisma Panongan, khususnya kepada Bapak Drs. Khusnul Faoji, M.Si, Bapak Suhandi, S.Pd, Ibu Ekayati, M.Pd.i, Ibu Retno Puji Astuti, SE, Bapak Ust. Robi Syahrliana, S.Pd.i, dan Bapak Dede Sopyan, S.Pd yang telah suka rela mengizinkan penulis meneliti di sekolah Kharisma, dan memberikan saran dan motivasi terhadap penulis. Semoga Allah SWT membalasnya dengan berlipat ganda 8. Yang tercinta dan yang paling penulis hormati Ayahanda yang menjadi panutan yaitu Papah KH. Moch. Abrori Mandala dan Ibunda tersayang Mamah Hj. Saeroh, yang dengan sabar dan tulus memberikan kasih sayangnya tiada tara, membanting tulang demi memperjuangkan keberhasilanku. Semoga Allah SWT membalas semua ketulusan dan pengorbanan mereka. Tak sanggup rasanya raga ini membalas semua jasa dan asa yang telah Papah Mamah berikan namun mutiara do’a yang dapat ku panjatkan untuk membalas kasih sayang Mamah dan Papah. 9. Yang tersayang Adik-adikku, Ridwan Al-Gifari , Fauzan Rizik Murtadho, Manbaul Izi Kemal Pasya, dan si cantik Zahira Lutfiyatu Zahra yang telah banyak memberikan support dan dukungan yang tak terhingga, semoga kelak kalian bisa merasakan apa yang kaka rasakan terlebih dahulu. vi 10. Yang terkasih kepada Siti Nurur Rizkiyah, Amd.Kep yang selalu meluangkan waktu dan tenaganya untuk memotivasi, memberikan support, saran dan dukungan yang tak terhinga, menemani dengan sabar dan sepenuh hati, terimakasih untuk kebersamaan kita, semoga kebersamaan ini bukan untuk sesat namun untuk sampai akhir hayat. 11. Teman-teman sejawat jurusan PAI angkatan 2011, khususnya sahabat TWO PAI (PAI B) teman-teman terbaik, terhebat, luar biasa, yang selalu sedia untuk memberikan bantuan, semangat, serta waktu nya untuk menghibur penulis, yaitu: Ahmad Khoiruddin, Tezar Laksana Putra, M. Rizki Ramadhan, M. Harish Rahmatullah, Zulfurnaen, Dedi Gunawan, M. Choirul Imam, Abdul Hamid, Rahmat Hidayat, Abdur Rahman S.Pd.I, Hilman Shodri, S.Pd. I, dan Deni Maulana, S. Pd. I. 12. Saudara seperjuangan IKAPMI UIN Jakarta (Ikatan Alumni Pondok Pesantren Ummul Qura Al-Islami UIN Jakarta) yang telah turut serta dalam mendukung, membangun, membantu dari mulai pendaftaran SPMB mandiri sampai saat ini. Ucapan terima kasih dari penulis yang tak terhingga, semoga Allah SWT membalas semua yang kalian berikan dengan setimpal. 13. Segenap Sahabat Komunitas Pembina Pramuka SCOUTING SAMBA (Scout Association Movement Broke Application) : Kak Restu Eka Saputra, Kak Iwan, Kak Zainal Rifa’i, Kak Ahmadi, Kak Farhan, Kak Haitami, Kak Choirul imam, Kak Coy, Kak Abel, Kak Esa Fahreza, Kak Gilang, Kak Fajar, Kak Fahri, Kak alam, Kak Kristian, dan juga segenap anak didik SAMBA: Paspraka, Phanthom dan Dewantara yang selalu memberikan semangat canda dan tawa di tengah perjuangan penulis. Tak terbalas rasanya ucapan terima kasih dari penulis, hanya do’a yang bisa penulis panjatkan, semoga kita semua selalu bersama dalam bimbingan-Nya dan ridha-Nya. 14. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah berjasa membatu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. vii Tak ada gading yang tak retak. Sebagai sebuah karya, tentu saja skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelsaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dan rahmat Allah SWT. Dan diharapkan karya ini semoga dapat memberikan sumbangan yang cukup berharga dan bermanfaat demi kemajuan pendidikan. Âmîn Yâ Robbal `Âlâmîn. Jakarta , 24 Desember 2015 Ibnu Kholdun Nawaji DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... i LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... ii ABSTRAK ................................................................................................................iii KATA PENGANTAR ..............................................................................................iv DAFTAR ISI ............................................................................................................viii DAFTAR TABEL ....................................................................................................x BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................................9 C. Pembatasan Masalah ......................................................................................9 D. Perumusan Masalah .......................................................................................10 E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .....................................................................10 BAB II : KAJIAN TEORI A. Konsep Kompetensi Sosial.............................................................................11 1. Pengertian Kompetensi ............................................................................11 2. Pengertian Sosial ......................................................................................13 3. Pengertian Kompetensi Sosial .................................................................14 B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .........................................................20 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ......................................................20 2. Tujuan Pembelajaran PAI .......................................................................22 3. Fungsi Pengajaran PAI ............................................................................25 C. Pembentukan Karakter ...................................................................................27 1. Pengertian Karakter .................................................................................27 2. Pengertian Pendidikan Karakter ..............................................................30 3. Proses Pembentukan Karakter .................................................................34 4. Pendidikan Karakter Bangsa ...................................................................37 D. Hasil Penelitian Yang Terdahulu ...................................................................41 viii ix E. Kerangka Berpikir ..........................................................................................42 F. Pengajuan Hipotesis .......................................................................................42 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................44 B. Metode Penelitian ...........................................................................................44 C. Variabel Penelitian .........................................................................................45 D. Populasi dan Sampel ......................................................................................45 E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................46 F. Teknik Analisis Data ......................................................................................49 BAB IV: TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SMK Kharisma Panongan ....................................................................54 1. Sejarah Siingkat SMK Kharisma Panongan............................................54 2. Profil SMK Kharisma..............................................................................55 3. Visi dan Misi SMK Kharisma Panongan ................................................56 4. Data Guru dan Karyawan ........................................................................57 5. Data Siswa SMK Kharisma.....................................................................58 6. Data Sarana Prasarana SMK Kharisma ...................................................59 B. Deskripsi Data ................................................................................................60 C. Analisis Data ..................................................................................................75 D. Interpretasi Data .............................................................................................77 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................................80 B. Implikasi .........................................................................................................80 C. Saran ...............................................................................................................81 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................83 LAMPIRAN Daftar Tabel Tabel 2. 1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Bangsa Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Kompetensi Sosial Guru PAI Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Karakter Siswa Tabel 3.3 Penetapan Skor untuk Kompetensi Sosial Guru PAI Tabel 3.4 Penetapan Skor untuk Karakter Siswa Kelas XII Keperawatan Tabel 3.5 Interpretasi analisa data berdasarkan korelasi produck moment (rxy) Tabel 4.1 Data Guru Dan Karyawan SMK Kharisma Tahun Ajaran 2015 2016 Tabel 4.2 Keadaan sisaw/i SMK Kharisma Panongan Tahun Pelajaran 2015 2016 Tabel 4.3 Guru PAI bersikap ramah kesemua siswa Tabel 4.4 Guru PAI berbincang (mengobrol/berdiskusi) dengan siswa tentang keluhan di luar pelajaran sekolah Tabel 4.5 Guru PAI bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah Tabel 4.6 Guru PAI bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di sekolah Tabel 4.7 Guru PAI bergaul dengan baik terhadap semua Guru yang ada di sekolah Tabel 4.8 Guru PAI memberi isyarat apapun ketika siswa bercanda saat pembelajaran berlangsung Tabel 4.9 Guru PAI bersikap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan pelajaran Tabel 4.10 Guru PAI menyapa duluan ketika berpapasan dengan siswa Tabel 4.11 Guru PAI membantu siswa ketika mengalami kesulitan Belajar Tabel 4.12 Guru PAI tersenyum ketika bertemu dengan siswa Tabel 4.13 Guru PAI menanyakan kabar ketika berpapasan dengan siswa x xi Tabel 4.14 Guru PAI menghadiri undangan rapat guru Tabel 4.15 Guru PAI memberikan nasehat kepada siswa diluar kelas ataupun di dalam kelas Tabel 4.16 Guru PAI menjenguk rekan guru yang sakit Tabel 4.17 Guru PAI melakukan diskusi kecil terkait dengan pendidikan bersama rekan guru Tabel 4.18 Mengerjakan shalat fardhu lima waktu Tabel 4.19 Berkata jujur kepada orang tua dan guru Tabel 4.20 Menyontek saat ulangan/UTS/UAS Tabel 4.21 Datang tepat waktu ke sekolah Tabel 4.22 Bertanya kepada guru jika ada pelajaran yang kurang dipahami Tabel 4.23 Membantu teman atau orang lain saat melihatnya dalam kesulitan Tabel 4.24 Membuang sampah pada tempatnya Tabel 4.25 Menghormati yang lebih tua Tabel 4.26 Menyayangi yang lebih muda Tabel 4.27 Mengerjakan PR dari guru Tabel 4.28 Mencium tangan orang tua ketika hendak bepergian dan saat bertemu dengan guru Tabel 4.29 Selalu menutup aurat saat di depan orang yang bukan mahram Tabel 4.30 Menepati apa yang sudah dijanjikan kepada orang lain Tabel 4.31 Meminta maaf apabila berbuat salah Tabel 4.32 Mengucapkan terima kasih setelah ditolong oleh orang lain Tabel 4.33 Perhitungan Hasil Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial, dalam hubungannya dengan manusia lain sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu disengaja ataupun tidak disengaja.1 Setiap manusia yang hidup di dunia dan melakukan sosialisasi dan interaksi pasti melakukan apa yang dinamakan belajar. Baik belajar dalam arti yang sempit tentang hal yang tidak perlu ada pihak yang ditunjuk sebagai pengajarnya, seperti belajar berjalan, belajar berbicara, dan lain-lain, maupun belajar dalam arti yang lebih luas lagi, yaitu dalam arti pendidikan itu sendiri. Guru adalah pendidik yang melaksanakan peran peran utama dan penting dalam proses pendidikan. Perencanaan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik, tapi ketika dilaksanakan dalam prosesnya lebih banyak aspek yang menentukan bagaimana pembelajaran itu terjadi yang tak pernah direncanakan, seperti ekspresi guru, emosi guru, cara komunikasi guru, dan sebagainya.2 Oleh sebab itu, pendidikan bisa dijadikan sebagai pijakan manusia dalam melakukan sesuatu, baik itu yang berhubungan dengan urusan hidupnya sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain, agar dalam hidupnya 1 Sardiman, AM, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Press, 1990), h.1. 2 Uhar Suharsaputra, Menjadi Guru Berkarakter, (Bandung : Refika Aditama 2013), hal. 4 1 2 bisa mencapai kepuasan secara moral dengan mengembangkan potensi yang ada padanya tersebut. Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.3 Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1, pendidikan adalah : “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”4 Jika pendidikan dipahami dalam arti luas, sebagai proses penyadaran, pencerdasan, dan pembangunan mental atau karakter, tentu ia bukan hanya identik dengan sekolah. Ia berkaitan dengan proses kebudayaan secara umum yang sedang berjalan, yang punya kemampuan untuk mengarahkan kesadaran, memasok informasi, membentuk cara pandang, dan membangun karakter generasi muda khusunya. Artinya, karakter yang menyangkut cara pandang dan kebiasaan siswa, remaja, dan kaum muda secara umum hanya sedikit sekali yang dibentuk dalam runang kelas atau sekolah, tetapi lebih banyak dibentuk oleh proses sosial yang juga tidak dapat dilepaskan dari proses bentukan ideologi dari tatanan material ekonomi yang sedang berjalan.5 3 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Pasal 1 Ayat 1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003). h. 1 4 Anas salahudin dan irwanto alkrienciehie, Pendidikan Karakter : Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya bangsa (Bandung ; Pustaka Setia, 2013) , h. 41 5 Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritis & Praktik, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), h.324 3 Membuat peserta didik bekarakter adalah tugas pendidikan, yang esensinya adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik dan berkarakter. Pengertian baik dan berkarakter mengacu pada norma yang di anut, yaitu nilai-nilai luhur Pancasila. Seluruh butir-butir Pancasila sepenuhnya terintegrasi ke dalam harkat dan martabat manusia (HMM). HMM terdiri atas tiga komponen, yaitu hakikat manusia, pancadaya kemanusiaan, dan dimensi kemanusiaan.6 Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh 2 faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru. 7 Dalam konteks implementasi pendidikan/pembelajaran, kepribadian guru sangat penting untuk dicermati, baik dari segi majemen maupun dari individu guru itu sendiri. Ini berarti, guru harus mencermati kepribadiannya sendiri, memperlakukannya dengan cermat serta menerapkannya secara efektif dalam proses pendidikan/pembelajaran dengan mengacu pada norma-norma dan nilai-nilai ideal yang harus tercermin dalam pendidikan sehingga dapat menjadi karakter kita, guru dan termanifestasikan ke dalam guru karakter.8 Pantaslah James B. Broww berpendapat peran guru itu, menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan, mempersiapkan pelajaran sehari-hari mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Untuk itu, Tc. Pasaribu dan B. Simanjuntak, menyatakan : Di dalam pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi : 1. Mengajar guru dan menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang direncanakan terlaksana. 6 Anas salahudin dan irwanto alkrienciehie, Op, Cit. , h. 43 Papuh fathurrohman dan Aa suryana, Guru Profesional, (Bandung : Refika Aditama), h. 39 8 Uhar Suharsaputra, Op, Cit., hal. 37 7 4 2. Belajar murid, yang menyangkut sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar.9 Dalam proses belajar mengajar tidak akan terlaksana apabila salah satu komponen dari kegiatan tersebut tidak ada, dan salah satu komponen tersebut adalah adanya seorang guru atau tenaga pendidik. Akan tetapi, keberadaan guru dimasa sekarang ini kebanyakan tidak lebih hanya sebagai pengajar saja, yang hanya mentransfer pengetahuan kepada murid-muridnya, mereka terkadang melupakan tugas utama dari seorang guru yaitu menghaluskan budi pekerti anak didiknya. Al-Qur’an telah memberikan isyarat tentang Nabi Muhammad sebagai guru kedua setelah Allah SWT. Pada intinya kedudukan Nabi sebagai pendidik atau guru karena ditunjuk langsung oleh Allah SWT yang bertugas dan bertanggung jawab untuk membimbing ummat. Tidaklah diragukan lagi, salah satu misi diutusnya Nabi Muhammad adalah untuk meningkatkan kualitas SDM, yang benar-benar utuh, tidak saja secara jasmani akan tetapi juga secara ruhani.10 Guru merupakan sebuah kata keramat yang mempunyai arti yang sangat diagungkan oleh masyarakat, bahkan ada yang mengartikan guru itu di gugu dan ditiru, yang berarti segala tingkah laku guru diperhatikan selama 24 jam penuh oleh masyarakat, karena segala tindak tanduk guru biasanya dijadikan teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh karenanya, profesi seorang guru sangatlah mulia dan sangat terhormat, sehingga tidak sembarang orang dapat memakainya. Seorang guru hendaknya menyadari bahwa tugas yang diembannya tidaklah mudah, tetapi tidak juga sulit, karena jika guru tersebut mematuhi persyaratan yang dipenuhi oleh seorang guru, maka tugas guru itu akan mudah untuk dijalankan. 9 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), h. 57 10 Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Prespektif Islam ,(Jakarta : UIN Jakarta Press 2005), h. 107 5 Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang penuh pengabdian pada masyarakat, dan perlu ditata berdasarkan kode etik tertentu. Kode etik itu mengatur bagaimana seorang guru harus bertingkah laku sesuai dengan norma-norma pekerjaannya, baik dalam hubungan dengan anak didiknya maupun dalam hubungan dengan teman sejawatnya.11 Oleh sebab itu, tidak sembarang dan semua orang bisa menjadi guru yang sebenar-benarnya. Seorang guru hendaknya selalu memberikan suri tauladan bagi masyarakat yang berada disekitarnya, karena pekerjaan guru adalah pekerjaan 24 jam yang tidak mengenal waktu, maka tidaklah salah jika ada kiasan bahwa guru itu adalah di gugu dan di tiru, menggambarkan bahwa pekerjaan guru tidaklah mudah namun buka berarti sulit yang artinya kalau seorang guru tersebut benar-benar tulus, ikhlas, dan juga berkompeten dalam menjalani pekerjaanya maka secara otomatis pekerjaan tersebut akan mudah untuk dijalankan, maka sebaliknya jika tidak ada ketulusan, keikhlasan dan kesungguhan maka pekerjaan tersebut akan dirasakan sangat sulit. Dan sebagai konsekuensi logis tersebut, setiap guru harus memiliki kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi kemasyarakatan. Dengan demikian dia memiliki kewenangan mengajar untuk diberikan imbalan secara wajar sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Dengan demikian seorang calon guru seharusnya telah mampu menempuh program pendidikan pada suatu lembaga pendidikan guru tertentu.12 Guru harus menunjukkan dirinya sebagai orang yang selalu memperhatikan dan mengupayakan kebaikan untuk para murid tanpa pamrih. Tidak membeda-bedakan mereka, meskipun latar belakang mereka sangat beragam. Kasih sayang guru tidak saja kepada murid yang patuh dan hormat, tetapi juga kepada murid yang nakal. Guru dalam konteks kasih sayang ini tidak akan pernah merasakan terhina dan rendah diri dihadapan guru. Nabi Muhammad Saw banyak memberi contoh akan kasih sayang ini dan para sahabat mencontohnya. Kasih sayang yang mereka tunjukkan dipuji oleh Allah 11 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), h.7 Ibid. 12 6 sebagai kasih sayang yang melebihi terhadap diri mereka sendiri. Allah berfirman dalam surat Al-Hasyr/59 ayat 9: Yang Artinya: Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orangorang yang beruntung.13 Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.14 Oleh sebab itu, sepatutnya seorang guru hendaknya memenuhi semua kriteria yang harus dimilikinya, seperti kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, kompetensi keimanan dan khusunya kompetensi sosial guru, karena kompetensi sosial itu sangat diperlukan untuk menarik minat siswa dalam proses belajar mengajar dan dalam memberikan tauladan bagi muridnya. Sejalan dengan berjalannya waktu, berbagai pandangan yang mendukung pendidikan karakter yang bersifat klasik perlahan hilang. Hal tersebut bergantung pada kekuatan-kekuatan yang terbentuk di sekitarnya. Para pendukung teori Darwin mengatakan bahwa kehidupan biologis yang muncul saat ini merupakan hasil dari produk evolusi. Pandangan tersebut mengantarkan masyarakat untuk melihat hal lain yang berbeda, termasuk sikap 13 14 (Depag, 2006:) Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Kencana 2011), h. 229 7 moral yang lebih bersifat berkembang daripada kaku atau bersifat benar atau salah.15 Kalau kita perhatikan secara mendalam, kebanyakan siswa sekarang tidak menghormati gurunya, mungkin karena sudah berubah zamannya ataukah guru tersebut tidak pantas untuk dihormati. Banyak sekali contoh penghinaan dan tepatnya ketidakpuasan siswa terhadap gurunya, baik dicurahkan lewat sms (short massage service) ataupun di jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan instagram. Hal lain yang juga menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan tugas guru adalah keterbukaan psikologis guru itu sendiri. Guru yang terbuka secara psikologis ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirirnya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Guru dituntut untuk biasa berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat sekolah, keluarga maupun sosialnya. Jadi seorang guru itu tidaklah harus eksklusif, tetapi tidak juga harus terlalu dekat dengan siswanya, artinya guru haru bisa mengkondisikan dirinya dalam setiap situasi dan kondisi sekitarnya. Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikansinya, keterbukaan psikologis merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru dalam hubungannya sebagai direktur belajar (director of learning) selain sebagai panutan siswanya. Oleh karena itu, hanya guru yang memiliki keterbukaan psikologis yang benar-benar dapat diharapkan berhasil dalam mengelola proses mengajar-belajar. Optimisme ini muncul karena guru yang terbuka dapat lebih terbuka dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan kebutuhan para siswanya, bukan hanya kebutuhan guru itu sendiri. 16 Akan tetapi dalam kenyataanya, banyak ditemukan guru ataupun tenaga pendidik yang mempunyai nilai kompetensi sosial yang rendah yang tidak mau untuk bergaul dengan lingkungan sekitarnya terutama dengan murid15 Thomas Lickona, Mendidik Untuk Memebentuk Karakter, (Jakarta : Bumi Aksara 2012), h. 9 Muhibbin Syah, Psikologis Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya 2011), h. 229 16 8 muridnya, sehingga proses pembelajaran dikelas sering tidak kondusif karena adanya prasangka dari murid-murid tentang kepribadian gurunya yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada. Sudah banyak pemberitaan diberbagai media, baik elektronik maupun cetak yang mengabarkan tentang banyaknya murid sekolah yang mendapat perlakuan kasar dari oknum-oknum guru yang tidak bertanggung jawab. Tentu saja pemberitaan tersebut sangat memprihatinkan kalangan pemerhati pendidikan dan orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Ini seolah menggambarkan bahwa para pendidik kita tidak memiliki kompetensi yang seharusnya mereka miliki, terutama kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Proses pembelajaran akan efektif, jika komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa terjadi secara intensif. Guru dapat merancang model model pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Guru mempunyai peran ganda dan sangat strategis dalam kaitannya dengan kebutuhan siswa. Peran dimaksudkan adalah guru sebagai guru, guru sebagai orang tua, dan guru sebagai sejawat belajar. disiplin kelas, tata tertib kelas, pengendalian kelas, manajemen kelas atau apapun namanya, merupakan hal yang amat krusial bagi seorang guru. Apabila seorang guru tidak mampu memelihara disiplin dalam kelas maka kemungkinan proses pembelajaran akan mengalami kegagalan. Kegiatan ini merupakan langkah awal untuk menciptakan sebuah lingkungan belajar yang kondusif.17 Disamping itu, kemajuan berbagai bidang terutama bidang tekhnik informasi sudah sedikit banyak mempengaruhi karakter siswa, dimana aspek negatifnya tersebut berdampak kepada kemerosotan karakter siswa. Oleh sebab itu guru juga diharapkan mampu mempu mengikuti perkembangan zaman yang sudah semakin modern ini, diantaranya dengan membekali diri dengan pengetahuan tentang ilmu-ilmu teknologi seperti komputer dan sebagainya. 17 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta : Bulan Bintang), h. 21 9 Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk mencoba mengangkat judul penelitian ini yang meneliti tentang “HUBUNGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS XII KEPERAWATAN DI SMK KHARISMA PANONGAN”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Banyaknya siswa SMK Kharisma yang melanggar peraturan. 2. Kurang harmonisnya komunikasi siswa SMK Kharisma dan guru PAI SMK Kharisma 3. Karakter siswa SMK Kharisma yang masih jauh dari ketetapan Allah SWT dan Rasul-Nya. 4. Masih banyak guru PAI SMK Kharisma yang membeda-bedakan siswanya baik dalam segi harta, paras muka, dan tingkah laku 5. Interaksi Guru PAI SMK Kharisma dengan siswa yang belum efektif dalam membentuk karakternya. C. Pembatasan Masalah Agar lebih terarah dan terfokus, penulis membatasi permasalahn pada dua titik fokus yaitu : kompetensi sosial guru PAI SMK Kharisma di sini pokok bahasan yang di ukur hanya pada pembahasan sosial terhadap siswa, sesama guru, staf TU, dan masyarakat. Sedangkan karakter siswa hanya terhadap siswa kelas XII Keperawatan mengenai karakter bangsa yang berkenaan dengan religius, jujur, disiplin, rasa ingin tahu, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. 10 D. Rumusan Masalah Beranjak dari permasalahan yang ada, maka peneliti hanya akan meneliti tentang masalah : Apakah terdapat hubungan antara kompetensi sosial Guru PAI terhadap pembentukan karakter siswa kelas XII Keperawatan di SMK Kharisma Panongan? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dan manfaat penelitian ini yaitu sebagai bahan acuan bagi pihakpihak yang terkait. Adapun tujuan dalm penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat kompetensi sosial yang dimilik oleh guru, terutama guru PAI. 2. Untuk mengetahui konsep guru dalam membentuk karakter siswa kelas XII Keperawatan di SMK Kharisma Panongan. 3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompetensi sosial guru dalam membentuk karakter siswa. Sedangkan manfaat dari penelitian ini, ditunjukan kepada pihak-pihak sebagai berikut : 1. Bagi peneliti itu sendiri, yaitu sebagai implementasi dari proses perkuliahan yang telah dijalankan. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi sosial guru dalam membentuk karakter siswa. 3. Pengelola sekolah dalam mengambil suatu kebijakan dimasa mendatang, agar dapat memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. 4. Para pendidik, agar lebih bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. 5. Para siswa dan pihak-pihak yang terkait dengan kependidikan itu sendiri. BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Konsep Kompetensi Sosial 1. Pengertian Kompetensi Kompetensi Berasal dari kata kompeten yang berarti wenang ; cakap ; berkuasa menentukan dan memutuskan sesuatu. Sedangkan kompetensi itu sendiri berarti kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan suatu hal.1 Dalam UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I, yang dimaksud kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru keprofesionalan. 2 atau dosen dalam melaksanakan tugas Seorang guru yang baik, yang profesional, yang bertanggung jawab, dan yang diteladani adalah guru yang mampu menghayati dan mengamalkan 4 (empat) kompetisi secara umum yaitu : a. Kompetensi Pedagogik b. Kompetensi Kepribadian c. Kompetensi Professional d. Kompetensi Sosial3 Istilah Kompetensi kompetensi berhubungan mengandung pengertian dengan dunia pemilikan pekerjaan. pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu. Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilainilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari 1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka) h.584 UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Surabaya : Pustaka Eureka Surabaya, 2006), hal.8 3 Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Bangsa (Jakarta : Baduose Media), hal.52 2 11 12 dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Kompetensi (competency) sesungguhnya berada dengan kinerja atau performa (performance). Kompetensi merujuk pada kemampuan teoritis yang tersembunyi (latent), sedangkan performans merujuk kepada tampilan rill yang dapat dilakukan oleh subjek pada ruang kerja atau pada unit-unit layanan yang dibutuhkan. Kompetensi itu sendiri terdiri dari tiga kategori, yaitu kompetensi utama (core competencies) atau kompetensi inti, kompetensi pendukung atau penunjang kompetensi inti, dan kompetensi lain yang melengkapi dua kompetensi inti. Termasuk dalam kompetensi lain ialah kompetensi sosial, daya adaptabilitas, dan visi ke depan”.4 Menurut Broke dan Stone bahwa kompetensi ialah “Descriptive of qualitative nature or teacher behavior appears to be entirely meaningful”. Sedangkan menurut Mc.Ashan kompetensi adalah “Competency is a knowledge, skill and abilities that a person achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform, cognitif, afektif and psikomotor behavior”.5 Jadi kompetensi adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, baik secara teori maupun implementasi dalam kehidupan sehari-hari, agar dalam melaksanakan tugas yang diembannya bisa dilaksanakan secara maksimal dan menghasilkan sesuatu yang maksimal juga sehingga mencapai kepuasaan yang maksimal, terutama dalam mengajar. Oleh sebab itu, hendaknya setiap orang yang menjalani kehidupan didunia ini dapat memaksimalkan potensi yang telah diberikan oleh Tuhan padanya, agar kompetensi yang ada lebih tergali lagi. 4 Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru (Jakarta : Kencana Media Group 2012), h. 112 5 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta Rajawali Pers, 2013), h. 3 13 2. Pengertian Sosial Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial diartikan sebagai suatu yang berhubungan dengan masyarakat. Sedagkan kata sosialisasi diartikan sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat untuk meneganal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya.6 Jadi kata sosial erat kaitannya dengan kehidupan yang berhubungan dengan orang lain yang berada dilingkungan sekitar kita hidup, karena manusia tidak akan mampu sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam kitab suci Al-Qur’an Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 112 : Artinya : Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Allah memaparkan di dalam kitab sucinya bahwa semua manusia berada dalam belenggu kehinaan, kecuali bagi mereka orang-orang yang berpegang teguh pada tali agama (menjalani perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya) dan bagi mereka yang berpegang teguh pada tali perjanjian sesama manusia (sosial). Tepatnya semua orang akan hina dian kecuali mereka yang bertakwa kepada-Nya dan bersosial kepada sesama manusia. Sosial dalam arti luas, tidak memandang manusia dari sudut ras, suku, materil, turunan, atasan, bawahan, dan agama. Seyogyanya rasa 6 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka), h.1085 14 sosial yang tinggi teraplikasi tanpa memandang perbedaan. Tak ada satu manusiapun yang mampu menjalani kehidupan fana ini tanpa berdampingan dengan manusia lainnya. Sepintar apapun manusia dalam hal mencukur rambut, tetap ia membutuhkan manusia lainnya yang pintar untuk mencukur rambut untuk rambutnya sendiri, ini merupakan contoh kecil terimplementasinya sosial dalam masyarakat. Inilah yang dimaksudkan dalam firman Allah SWT Q.S Ali Imran ayat 112, saling memahami, tenggang rasa sesama manusia, tidak menjatuhkan satu sama lain demi terjalinnya ukhuwah persaudaraan sesama manusia antara umat seagama dan antar ummat beragama. 3. Pengertian Kompetensi Sosial Dalam PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.7 Pakar psikologi pendidikan Gadner (1983) berpendapat bahwa kompetensi sosial itu sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial . kecerdasan sosial merupakan salah satu dari 9 kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, uang, pribadi, alam skuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gadner.8 Seorang guru ialah makhluk sosial, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong, bukan 7 PP RI, No 19 tentang Standar Nasional Pendidikan Tahun 2005. Ahmad Muhli, Kompetensi Sosia guru, https://ahmadmuhli.wordpress.com, 20 September 2015 8 15 sebaliknya, yaitu individu yang tertutup dan tidak memedulikan orangorang di sekitarnya. Kompetensi sosial adalah aspek prososial orientation (perilaku prososial) yang terdiri dari kedermawanan (generosity), empati (empaty), memahami orang lain (understanding of others), penanganan konflik (conflik handling), dan suka menolong (helpfulness) serta aspek sosial (social intiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial dan perilaku yang menarik dalam situasi tertentu”.9 Dari beberapa pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk dapat menghargai orang lain, menghormati orang lain, menjadi bagian dari masyarakat dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam PP RI No.74 tentang Guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk: a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat. b. Menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara fungsional. c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar”.10 Menurut Sukmadinata, “Di antara kemampuan sosial dan personal yang paling mendasar yang harus di kuasai guru adalah idealisme, yaitu cita-cita luhur yang ingin dicapai dengan pendidikan.” Cita-cita semacam ini dapat diwujudkan guru melalui : Pertama, kesungguhan mengajar dan mendidik para murid. Tidak peduli kondisi ekonomi, sosial, politik, dan medan yang dihadapinya. Kedua, pembelajaran masyarakat melalui interaksi dan komunikasi langsung dengan mereka di beberapa tempat 9 Sofyan Yusuf, Definisi Kompetensi Sosial, http://duniapsikologi.dagdigdug.com , 20 September 2015 10 PP Republik Indonesia Nomor 74, tentang Guru tahun 2008 16 seperti masjid, majelis taklim, musola, pesantren, balai desa, dan posyandu.11 Dalam konteks ini, guru bukan hanya guru bagi para muridnya, tetapi juga guru bagi masyarakat di lingkungannya. Ketiga, guru menuangkan dan mengekspresikan pemikiran dan idenya melalui tulisan, baik dalam artikel, cerpen, novel, sajak, maupun artikel ilmiah. Ia dapat menerbitkannya di surat kabar, blog pribadi, majalah, jurnal, tabloid, ataupun buku. Jadi dengan dimilikinya kompetensi sosial, diharapkan guru akan mudah untuk berinteraksi dan bergaul dengan masyarakat yang ada dilingkungannya, terutama lingkungan sekolah dimana si guru tersebut bertugas. Dalam Bab IV pasal 8 UU Guru dan Dosen tahun 2005 dijelaskan: guru wajib memiliki Kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.12 Kesadaran dan kerelaan menerima kenyataan bahwa interaksi dengan siswa sebagai suatu keseluruhan akan menumbuhkan perhatian (concern), rasa peduli (caring), rasa berbagi (sharing), dan kebaikan yang tulus (kindness). Peduli akan apa yang terjadi pada siswa, perhatian terhadap siswa, berbagi dalam membentuk siswa, serta semua itu didasarkan pada kebaikan yang tulus, karena merekalah yang akan menentukan apakah investasi kita untuk masa depan memberi manfaat yang signifikan bagi hidup dan kehidupan manusia pada masa di mana kita, guru sendiri belum tentu merasakan dan menikmatinya. Namun itu akan membuat kita yakin kebaikan masa depan akan dapat terjadi melalui anak-anak kita, siswa-siswa kita, murid-murid kita.13 Seorang guru tidak hanya cakap dalam kompetensi pedagogiknya saja, akan tetapi sebagai makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari 11 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta ; Kencana Prenada Media Group), hal. 53 12 UU RI Nomor 14......h.32 13 Uhar Suharsaputra, Menjadi Guru Berkarakter (Bandung : Refika Aditama 2013), hal. 69 17 makhluk lainnya, guru juga dituntut untuk bisa bergaul dan berkomunikasi dengan baik. Tidak merasa congkak seakan ia memiliki pendidikan yang tinggi apalagi merasa paling sempurna di depan masyarakat biasa. Karena sebagai guru yang profesional, akan menjadikan profesinya tersebut tidak hanya disuatu tempat saja melainkan diberbagai situasi dan kondisi dimana dia berada. Dalam Peraturan Menteri No. 16 2007 tentang standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, sedikitnya ada 4 kompetensi sosial dan 2 Kompetensi Guru Mata Pelajaran, yaitu : a. Bersikap Inklusif, Bertindak Objektif dan tidak Diskriminatif. b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun c. Beradaptasi di tempat tugas di seluruh wilayah RI d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain.14 Keempat kompetensi tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1) Bersikap Inklusif, Bertindak Objektif dan tidak Diskriminatif. Bersikap inklusif artinya bersifat terbuka terhadap berbagai perbedaan yang dimiliki oleh orang lain dalam berinteraksi. Guru dalam berinteraksi dengan siswa atau sesama guru juga berhadapan dengan realitas ini. Siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda dari segi jenis kelamin, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya. Situasi semacam ini memiliki potensi konflik tertentu baik laten atau nyata. Guru profesional adalah guru yang bisa membawa diri dalam situasi ini. Ia harus bisa berinteraksi dan bergaul dengan siswa atau rekan sejawat, atau bahkan anggota masyarakat yang berbeda latar belakang semacam ini. 14 Peraturan Mentri No. 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, tahun 2007. 18 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun Pada prinsipnya, komunikasi yang efektif terjadi apabila pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan (guru) dapat diterima dengan baik oleh penerima (orang tua, rekan sejawat, atau masyarakat pada umumnya), dipahami maksudnya dan bisa menghasilkan efek yang diharapkan dalam diri penerima pesan. Efektivitas komunikasi tergantung pada beberapa faktor yakni: penerima pesan (komunikan), pengirim pesan (komunikator), pesan, dan situasi 3) Beradaptasi di tempat tugas di seluruh wilayah RI Guru Indonesia telah disiapkan untuk mampu bekerja di seluruh Indonesia. Ia telah disiapkan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat di mana saja di seluruh wilayah Indonesia. Karena itu guru harus memiliki cultural intelligence (CI) yakni kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi budaya yang beraneka ragam di seluruh Indonesia. Kemampuan beradaptasi ini antara lain ditunjukan dengan kemampuan untuk menempatkan diri sebagai warga masyarakat dimana ia bekerja, kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa setempat sebagai bahasa pergaulan, dan kemampuan untuk menghargai keunikan, kekhasan dan nilai-nilai budaya dan adat istiadat dari masyarakat setempat. 4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain Kemampuan komunikasi guru tidak hanya sebatas berkomunikasi dalam konteks pembelajaran yang melibatkan interaksi guru siswa, tetapi kemampuan untuk bisa berkomunikasi secara ilmiah dengan komunitas seprofesi 19 maupun komunitas profesi lain dengan menggunakan berbagai macam media dan forum.15 Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karenaanya, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Kompetensi Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu : a. Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmuilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.16 Kecerdasan sosial guru merupakan kompetensi sosial guru yang menunjukan kemampuan dalam melihat situasi sosial dengan cermat, kemudian menyikapinya dengan tepat dan berperilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan sosial sehingga suasana interaksi dan komunikasi dapat efektif dan kondusif bagi terwujudnya suasana sekolah/iklim sekolah yang dapat memberi efek positif bagi proses pendidikan dan pembelajaran kepada murid. Jika kita, guru mengalami hambatan dalam interaksi dan komunikasi dengan rekan guru, staf dan pimpinan sekolah, jangan harap proses pendidikan dan pembelajaran dapat berjalan baik, dan jika hal itu terjadi berarti efektivitas organisme akan terganggu.17 Disamping memiliki kompetensi sosial secara umum, seorang guru juga diharapkan memiliki kompetensi sosial pada mata pelajarannya masing-masing, karena dengan begitu diharapkan tidak ada kekeliruan 15 Marselus R.Payong, Sertifikasi Profesi Guru (Jakarta : Baduose Media 2011), hal. 22 Peraturan Mentri No. 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, tahun 2007. 17 Uhar Suharsaputra, Op, Cit., hal. 86 16 20 antara satu pelajaran dengan pelajaran lain, mengetahui manfaat pelajarannya, membedakan dengan konsep-konsep pelajaran yang lainnya. Selain itu, tiap-tiap guru pun harus sadar akan pentingnya komunikasi di dalam sekolah agar terwujudnya kenyamanan, keharmonisan di dalam ruang lingkup sekolah, demi tergapainya kesepakatan bersama untuk membentuk karakter bangsa. B. Pengertian Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian PAI Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.18 Bila kita mengurai sejarah, maka pendidikan Islam di pahami sebagai ciri khas, yaitu pendidikan yang berlatar belakang keagamaan yang berlandaskan pada nilai fundamental wahyu Tuhan yaitu AlQur’an dan Hadis. Untuk melihat wawasan pendidikan Islam secara komprehensif dan mendetail, maka definisi pendidikan Islam secara lebih menyeluruh yang meliputi: a. Pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya di dorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk mengimplementasikan nilai-nilai Islam. Di sini Islam di tempatkan sebagai sumber nilai yang akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan pendidikan. b. Jenis pendidikan yang memberikan perhatian dan sekaligus ajaran Islam sebagai pengetahuan. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai bidang studi dan sebagai ilmu. 18 h. 19 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013)., 21 c. Jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian di atas, di sini kata Islam ditempatkan sebagai bidang study yang ditawarkan, dalam bentuk dari implementasi nilai-nilai Islam.19 Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat : 1) Pendidikan Pancasila 2) Pendidikan Agama 3) Pendidikan Kewarganegaraan20 Dari isyarat pasal tersebut dapat dipahami bahwa bidang studi pendidikan agama, baik agama Islam maupun agama lainnya merupakan komponen dasar/wajib dalam kurikulum pendidikan nasional.21 Ramayulis dan Samsul Nizar mendefinisikan pendidikan Islam sebagai “suatu sistem yang memungkinkan peserta didik dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.”22 Melalui pendeketan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya. Sajjad Husein dan Syed Ali Asraf mendefinisikan pendidikan Islam sebagai “ pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara-cara tertentu sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendeketan terhadap segala jenis pengetahuan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spritual dan sadar akan nilai etis Islam.”23 Sementara itu, Muhaimin, menekankan pada dua hal. Pertama, aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Kedua, pendidikan 19 Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, ( Yoygakarta ; Graha Ilmu, 2013), hal.20 20 Undang-undang Republik Indonesia No 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 21 Akmal Hawi, Op, Cit., h. 19 22 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta ; Bumi Aksara, 2013), h. 26 23 Ibid. 22 Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dan disemangati oleh nilai-nilai Islam. Pendidikan agama oleh guru agama disekolah pada dasarnya adalah meluruskan dan membina perilaku anak yang sudah terlanjur tidak baik, belum memahami bagaimana berperilaku yang baik. Oleh karena itu, peran guru agama tidak sekedar mengajarkan materi pelajaran agama tetapi juga mendidik anak dalam masa pertumbuhan sangat peka menerima nasehat, petuah, ajaran, dari luar yang sumbernya dari siapa saja, apalagi dari guru-gurunya terutama sekali guru agama. Anak-anak yang kurang mendapat pendidikan agama dirumah, maka di sekolah anak mendapatkan pendidikan agama tersebut.24 Dari banyaknya pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan suatu ilmu yang mengajarkan cara, sistem, rumus serta pengaplikasiannya dalam kehidupan seharihari guna mewujudkan insan yang madani, islami, dan berbudi pekerti. 2. Tujuan Pengajaran Pendidikan Agama Islam Tujuan atau cita-cita sangat penting di dalam aktivitas pendidikan, karena merupakan arah yang hendak dicapai. Oleh sebab itu, tujuan harus ada sebelum melangkah untuk mengerjakan sesuatu. Jika pendidikan dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir. Oleh karena itu, usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah mempunyai arti apa-apa.25 Zakiah Darajat merumuskan tujuan pendidikan Islam ialah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian (Personality) yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam Al-Qur’an disebut muttaqin. Tujuan pendidikan islam identik 24 25 Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Bangsa (Jakarta : Baduose Media), hal.56 Sri Minarti, Op, Cit., h. 102 23 dengan tujuan penciptaan manusia, sebagaimana firman Allah SWT, dalam Q.S al-Zariyat/51:56.26 Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Artinaya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."27 H.M. Arifin mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah “membina dan mendasari kehidupan anak dengan nilai-nilai syariat Islam secara benar sesuai dengan pengetahuan agama.” Sedangkan Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama adalah “beribadah dan bertaqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagian dunia dan akhirat”. Selanjutnya Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa tujuan pendidikan 26 27 Sukring, Op, Cit., hal.25 Depag 2006 24 Islam adalah “untuk membentuk kepribadian yang Muslim, yakni bertaqwa kepada Allah.28 Menurut pandangan Islam, tujuan pendidikan Islam sangat diwarnai dan dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Allah. Tujuan itu sangat dilandasi oleh nilai-nilai Al-Qur’an dan hadis seperti yang termaktub dalam rumusan, yaitu menciptakan pribadi-pribadi yag selalu bertaqwa kepada Allah, sekaligus mencapai kebahagian di dunia dan akhirat. Dalam First World Conference on Muslim Education yang diadakan di Mekah pada tahun 1977 telah menghasilkan rumusan yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam, yaitu mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, perasaan, dan indra. Oleh karena itu, pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, yaitu fisik, mental, intelektual, imajinasi, dan kemampuan berbahasa, baik secara individu maupun kolektif. Selain itu, pendidikan juga mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan dan mencapai kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan Islam terletak pada perilaku yang tunduk dengan sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.29 Pendidikan agama Islam di sekolah seharusnya memberikan warna bagi lulusan pendidikan, khususnya dalam merespons segala tuntutan perubahan yang ada di Indonesia. Hingga kini pendidikan agama dipandang sebagai acuan nilai-nilai keadilan dan kebenaran, tetapi dalam kenyataannya dipandang hanya sebagai pelengkap. Dengan demikian, terjadi kesengajaan antara harapan dan kenyataan. Akibatnya, peranan serta efektivitas pendidikan agama di sekolah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat dipertanyakan. 28 29 Akmal Hawi, Op, Cit., h. 20 Sri Minarti, Op, Cit., h. 105 25 Dengan asumsi jika pendidikan agama dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat pun akan lebih baik.30 Mengingat signifikansi keberadaan mata pelajaran PAI dalam membangun karakter atau akhlak pesrta didik, maka guru PAI dituntut mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan guu-guru lainnya. Guru PAI, disamping melaksanakan tugas keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak disamping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan para siswa.31 Dari berbagai penjelasan dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan agama islam mencakup segala aspek, baik dari segi jasmani dan juga rohani. Pendidikan yang bertujuan menanamkan nilai-nilai keagamaan untuk bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, menghidupkan hati sanubari agar memiliki rasa kemanusiaan yang tidak membeda-bedakan tingkatan sosial. Singkatnya, membentuk manusia yang beridealitas Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. 3. Fungsi Pengajaran Pendidikan Agama Islam Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat dimungkinkan tugas-tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini, mengandung arti dan tujuan yang bersifat struktural dan institusional.32 Agama dalam kehidupan sosial mempunyai fungsi sebagai sosialisasi individu, yang berarti bahwa agama bagi seorang anak akan menghantarkannya menjadi dewasa. Sebab untuk menjadi dewasa seseorang memerlukan semacam tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat dan juga merupakan tujuan pengembangan kepribadian, dan dalam ajaran Islam inilah anak tersebut dibimbing pertumbuhan jasmani dan rohaninya dengan hikmah 30 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter ( Jakarta : Prenada Media Group 2011), h. 276 Ibid, 276 32 Sukring, Op, Cit., hal.30 31 26 mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlaku ajaran Islam.33 Ahmad tafsir menyatakan bahwa fungsi pendidikan Islam, ialah lulusan yang merupakan manusia terbaik. Cirinya ada dua, yaitu : pertama, mampu hidup tenang. Dan kedua, produktif dalam kehidupan bersama. Dua ciri tersebut masih terlalu umum sehingga program pendidikan agak sulit di desain untuk mencapai dua fungsi itu. Jika dirinci lebih jauh maka kita akan memiliki tiga ciri sebagai berikut. Pertama badan sehat serta kuat. Kedua, otaknya cerdas serta pandai. Ketiga, lulusan mesti beriman kuat.34 Menurut Zakiah Daradjat fungsi agama itu adalah : a. Memberikan bimbingan dalam hidup Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul. Karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadiannya itu, akan mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam. b. Menolong dalam menghadapi kesukaran Orang yang benar menjalankan agamanya, maka setiap kekecewaan yang menimpanya tidak akan memukul jiwanya. Ia tidak akan putusa asa, tapi ia akan menghadapinya dengan tenang. Dengan cepat ia akan ingat kepada Tuhan, dan menerima kekecewaan itu dengan sabar dan tenang. c. Menentramkan batin Agama bagi anak muda sebenarnya akan lebih tampak, betapa gelisahnya anak muda yang tidak pernah menerima pendidikan agama, karena usia muda itu adalah usia di mana jiwa yang 33 34 Akmal Hawi, Op, Cit., h. 21 Sukring, Op, Cit., hal.32 27 sedang bergolak, penuh dengan kegelisahan dan pertentangan batin dan banyak dorongan yang menyebabkan lebih gelisah lagi. Maka agama bagi anak muda mempunyai fungsi penenteram dan penenang jiwa di samping itu pengenali moral.35 C. Pembentukan Karakter 1. Pengertian Karakter Bila ditelusuri asal karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”, “kharax”, dalam bahasa inggris : character dan Indonesia “karakter”, Yunani character, dari charessein yang berati membuat tajam, membuat dalam.36 Karakter dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, sifat, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, watak.37 Maka istilah berkarakter artinya memilik karakter, memiliki kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasioanal pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya.38 Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, 35 Akmal Hawi, Op, Cit., h. 22 Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Prespektif Islam (Bandung ; Remaja Rosdakarya 2011), h. 10 37 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi ketiga, hal. 529 38 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung ; Alfabeta 2012), h. 2 36 28 dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku.39 Sejalan dengan pendapat tersebut, Dirjen Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia (2010) mengemukakan bahwa karakter (character) dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, maka karakter sangat dekat dengan kepribadian individu. Meskipun karakter setiap individu ii bersifat unik, karakteristik umum yang menjadi stereotip dari sekelompok masyarakat dan bangsa dapat diidentifikasi sebagai karakter suatu komunitas tertentu bahkan dapat pula dipandang sebagai karakter suatu bangsa. Dengan demikian, istilah karaker berkaitan erat dengan personality (kepribadian) seseorang, sehingga ia bisa disebut orang yang berkarakter (a person pf character) jika perilakunya sesuai dengan etika atau kaidah moral. Meskipun demikian, kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai-nilai karakter. Hal ini dimungkinkan karena boleh jadi perbuatan tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai-nilai karakter.40 Sementara menurut istilah terdapat beberapa pengetian tentang karakter, sebagaimana telah dikemukakan oleh bebrapa ahli, di antaranya adalah sebagai berikut : a. Hornby & Parnwell (1972) mendefinisikan karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi.41 39 Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (Bandung ; Pustaka Setia 2013), h.42 40 E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta ; Bumi Aksara 2011), h. 4 41 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op, Cit., h. 11 29 b. Tadkirotun Musfiroh (2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). c. Hermawan Kartajaya (2010) mendefinisikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu manusia. Ciri khas tersebut adalah asl, dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, serta merespons sesuatu.42 d. Wyhne (1991) mengemukakan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari.43 e. Karakter menurut pengamatan filosof kontemporer Michael Novak, adalah perpaduan harmonis seluruh budi pekerti yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama, kisah-kisah sastra, ceritacerita orang bijak, dan orang-orang berilmu sejak zaman dahulu hingga sekarang.44 Berdasarkan pada beberapa pengertian tersebut diatas, dapat dimaknai bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorag yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Pengertian karakter, watak dan kepribadian memang sering tertukartukar dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tidak heran jika dalam penggunaannya seseorang terkadang tertukar menyebutkan karakter, watak atau kepribadian. Hal ini karena ketiga istilah ini memang memiliki kesamaan yakni sesuatu asli yang ada dalam diri individu seseorang yang cenderung menetap secara permanen.45 42 Heri Gunawan, Op, Cit., h. 2 E.Mulyasa, Manajemen Op, Cit., h. 3 44 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter (Bandung ; Nusa Media 2013), h. 72 45 Heri Gunawan, Op, Cit., h. 3 43 30 2. Pendidikan Karakter Socrates berpendapat bahwa tujuan paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah Saw, Sang Nabi terakhir dalam ajaran Islam, juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character). Berikutnya, ribuan tahun setelah itu, rumusan tujuan utama pendidikan tetap pada wilayah serupa, yakni pembentukan kepribadian manusia yang baik. 46 Pendidkan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilainilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.47 Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku.48 Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D (2004), character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical value (pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika inti. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be 46 Abdul Majid & Dian Andayani, Op, Cit., h. 30 Nurla Isna Auniah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta : Laksana 2011), hal. 19 48 Heri Gunawan, Op, Cit., h. 23 47 31 able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within (ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-anak, maka jelas bahwa kita mengharapkan meraka mampu menilai apakah kebenaran, peduli secara sungguh-sungguh terhadap kebenaran, dan kemudian mengerjakan apa yang diyakini sebagai kebenaran, bahkan ketika menghadapi tekanan dari luar dan upaya dari dalam.)49 Pada dasarnya, hakikat pendidikan adalah untuk membentuk karakter suatu bangsa. Hal tersebut angat ditentukan oleh semangat, motivasi, nilai-nilai, dan tujuan dari pendidikan. Apabila dirumuskan, hakikat pendidikan yang mampu membentuk karakter bangsa (berkeadaban) adalah : a. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsipprinsip ilmu pengetahuan dan tekhnologi bagi pembentukan manusia seutuhnya; b. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawan pendidik; c. Pendidikan pada prinsipnya berlangsung seumur hidup; d. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.50 Berdasarkan totalitas psikologis dan sosiokultural pendidikan karakter dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Olah hati, olah pikir, olah rasa/karsa, dan olahraga. 2) Beriman dan bertaqwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa ptriotik 49 50 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter ( Jakarta : Prenada Media Group 2011), h. 15 Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, Op, Cit., h.49 32 3) Ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolitan, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja 4) Bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, gigih, cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi IPTEKS (Ilmu Pengetahuan Tekhnologi dan Seni), dan reflektif.51 Melengkapi uraian diatas, Megawangi pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun 9 pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan karakter, baik disekolah maupun di luar sekolah yaitu sebagai berikut. a) Cinta Allah dan kebenaran b) Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri c) Amanah d) Hormat dan santun e) Kasih sayang, peduli, dan kerjasama f) Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah g) Adil dan berjiwa kepemimpinan h) Baik dan rendah hati i) Toleran dan cinta damai52 Menurut Ramli, pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria 51 52 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter (Jakarta ; Erlangga group 2012), h. 9 E.Mulyasa, Manajemen Op, Cit., h. 5 33 manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dam warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.53 Pendidikan karakter dapat dipahami sebagai upaya menanam kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. 54 Proklamator kita, Bung Karno, berulang kali mengucapkan character building dalam berbagai pidatonya. Ketika Bung Karno mengucapkan istilah tersebut bisa jadi diucapkan dalam konteks politik, di mana baginya watak bangsa harus dibangun. Tetapi ketika kata-kata ini diungkapkan oleh para pendidik seperti Ki Hajar Dewantara, konteksnya adalah pedagogis yang dimaksud adalah pendidikan watak untuk para siswa, satu demi satu. Artinya, untuk membangun karakter harus dipikirkan dengan kesungguhan.55 Sebagaimana dikutip dari Ahmad Fikri bahwa fungsi pendidikan karakter adalah: a. Pengembangan: pengembangan potensi dasar peserta didik agar berhati, berpikiran, dan berperilaku baik; b. Perbaikan: memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural untuk menjadi bangsa yang bermartabat; 53 Heri Gunawan, Op, Cit., h. 24 Zubaedi, Op, Cit, h. 17 55 Retno Listyarti, Pendidikan Op, Cit., h. 9 54 34 c. Penyaring: untuk menyaring budaya negatif dan menyerap budaya yang sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa untuk meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.56 Selain dari pada itu, Mohammad Nuh menerangkan bahwa dengan dibekali pendidikan karakter, peserta didik diharapkan dapat menjadi agen di daerah asalnya dalam penyelenggaraan pendidikan karakter bagi yang lain. Sebab, sesungguhnya pendidikan berbasis karakter perlu dicontoh dan diteladani oleh orang lain, bukan hanya peserta didik.57 Berkaitan dengan tujuan perlunya diselenggarakan pendidikan karakter, Mohammad Nuh menambahkan bahwa proses pendidikan pada dasarnya berfungsi menyiapkan peserta didik agar mampu membangun kehidupan dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang akan dihadapi di masa mendatang. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan bagian dari upaya untuk menyiapkan peserta didik supaya ia menjadi pribadi yang unggul dan berkarakter.58 3. Proses Pembentukan Karakter Proses pembentukan karakter diawali dari dalam keluarga. Fungsi keluarga dalam membangun masyarakat adalah sebagai pondasi yang utama. Apabila keluarga baik, maka masyarakat dan bangsa akan kokoh dan berjaya. Setelah anak masuk sekolah, maka tanggung jawab guru untuk membentuk karakter siswanya agar para siswanya mempunyai akhlak atau budi pekerti yang luhur. Pendidikan karakter sebagai sebuah program kurikuler telah dipraktikan di sejumlah negara. Studi J. Mark Halstead dan Monica J. Taylor menunjukan bagaimana pembelajaran dan pengajaran nilai-nilai sebagai cara membentuk karakter terpuji telah dikembangkan di sekolah –sekolah 56 di inggris. Peran sekolah Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, Op, Cit., h.104 Nurla Isna Aunillah, Panduan Op, Cit., h. 137 58 Ibid. 57 yang menonjol terhadap 35 pembentukan karakter berdasarkan nilai-nilai ini dalam dua hal, yaitu: to build on and supplement values children have already begun to develop by offering further exposure to a range of values that are current in society (such as equel opportunities and respect for diversity) and to help children to reflect on, make sense of and apply their own developing values.59 Proses pembentukan karakter pada siswa diawali dari keteladan seorang gurunya yang dapat memberikan contoh yang baik melalui pembiasaan-pembiasan yang baik pula. Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melaui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik.60 Penciptaan lingkungan yang kondusif dapat dilakukan melalui berbagai variasi metode sebagai berikut: a. Penugasan b. Pembiasaan c. Pelatihan d. Pembelajaran e. Pengarahan f. keteladanan61 Psikologi empiris juga menemukan beberapa konsep yang mendukung perkembangan pendidikan karakter. Pada akhir tahun 1920, dua orang psikolog dari Yale University, Hugh Hartshorne dan Mark 59 Zubaedi, Op, Cit., h. 19 E.Mulyasa, Op, Cit., h. 9 61 Ibid, h. 10 60 36 May, melakukan sebuah penelitian terhadap perilaku 10.000 anak-anak yang diberikan kesempatan untuk berbohong, berbuat curang, atau mencuri dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di dalam kelas, tanggung jawab di rumah, permainan-permainan, dan kompetensi olahraga. Ketidakkonsistenan perilaku anak-anak tersebut sangat mengherankan; ternyata begitu sulit untuk memprediksikan perilaku mereka. Sebagai contoh, seorang anak yang berbuat curang ketika sedang bermain ternyata belum tentu melakukan hal yang sama ketika ia berada di kelas, begitu pula sebaliknya.62 Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral).63 Metoda Pembentukan Karakter Metoda pembentukan karakter berkaitan langsung dengan tahapan perkembangannya. Tahapan tersebut terbagi dalam tiga tahapan yaitu tahapankarakter lahiriyah (karakter anak-anak), tahapan karakter berkesadaran (karakter remaja) dan tahapan kontrol internal atas karakter (karakter dewasa). Pada tahapan lahiriyah metoda yang digunakan adalah pengarahan, pembiasaan, 62 63 keteladanan, Thomas Lickona, Op, Cit., h.10 Heri Gunawan, Pendidikan Op, Cit, h. 38 penguatan (imbalan) dan pelemahan 37 (hukuman) serta indoktrinasi. Sedangkan pada tahapan perilaku berkesadaran, metoda yang digunakan adalah penanaman nilai melalui dialog yang bertujuan meyakinkan, pembimbingan bukan instruksi dan pelibatan bukan pemaksaan. Dan pada tahapan kontrol internal atas karakter maka metoda yang diterapkan adalah perumusan visi dan misi hidup pribadi, serta penguatan akan tanggungjawab langsung kepada Allah. Tahapan diatas lebih didasarkan pada sifat daripada umur. Karakter terbentuk setelah mengikuti proses sebagai berikut : 1) Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, mungkin agama, ideology, pendidikan, temuan sendiri atau lainnya. 2) Nilai membentuk pola fikir seseorang yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk rumusan visinya. 3) Visi turun ke wilayah hati membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan membentuk mentalitas. 4) Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap. 5) Sikap-sikap yang dominan dalam diri seseorang yang secara keseluruhan mencitrai dirinya adalah apa yang disebut sebagai kepribadian atau karakter.64 4. Pendidikan Karakter Bangsa Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia memiliki karakter/budi pekerti yang kuat. Karakter/budi pekerti kuat dan unggul itu diwariskan oleh pendiri-pendiri seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantoro, Budi Utomo, K.H Ahmad Dahlan, dll. Karakter/budi pekerti kuat dan unggul dari pendiri bangsa 64 Ikhsan, Pembentukan Karakter, http://www.academia.edu/10103940/, 25 September 2015 38 ini tampaknya terabaikan, terlunturkan karena arus globalisasi yang kuat.65 Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berkarakter, dimana pengertian karakter disini adalah ciri khas yang hanya dimilik oleh bangsa indonesia. Di Indonesia, pendidikan karakter bangsa sebenarnya telah berlangsung lama, jauh sebelum Indonesia merdeka. Ki Hajar Dewantara sebagai Pahlawan Pendidikan Nasional memiliki pandangan tentang pendidikan karakter sebagai asas Taman Siswa 1922, dengan tujuh prinsip sebagai berikut: a. Hak seseorang untuk mengatur diri sendiri dengan tujuan tertibnya persatuan dalam kehidupan umum. b. Pengajaran berarti mendidik anak agar merdeka batinnya, pikirannya, dan tenaganya. c. Pendidikan harus selaras dengan kehidupan. d. Kultur sendiri yang selaras dengan kodrat harus dapat memberi kedamaian hidup. e. Harus bekerja menurut kekuatan sendiri. f. Perlu hidup dengan berdiri sendiri. g. Dengan tidak terkait, lahir batin dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik.66 Mantan Wakil Presiden RI, Boediono memberikan pendapatnya tentang urgensi dari pembangunan karakter bangsa bahwa “Didalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2015, di dalam RAN harus terlihat tema yang menegaskan mata rantai yang berkaitan satu sama lainnya sehingga bersineregi dan mencapai sasaran dengan sumberdaya yang optimal”.67 Namun, implementasi pada era saat ini dari beberapa kakrakter di atas sangat jauh berbeda dengan kenyataan di lapangan, oleh katena itu 65 Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa ,(Jakarta : Badouse Media 2011), h.12 66 E.Mulyasa, Op, Cit., h. 6 67 Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Op, Cit., h.13 39 Koentjarningrat dan Mochtar lubis mengatakan bahwa, karakter bangsa Indonesia yaitu meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri sendiri, tidak berdisiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipokrit, lemah kreativitas, etos kerja buruk, suka feodalisme, dan tak punya malu. Sedangkan menurut Winarno Surakhmad dan Pramoedya Ananta Toer, karakter asli bangsa Indonesia adalah : nrimo, penakut, feodal, penindas, koruptif, dan tak logis.68 Mulai tahun pelajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyiapkan pendidikan berkarakter. Sekurangkurangnya terdapat 18 nilai-nilai karakter yang terkandung dalam pendidikan karakter bangsa. Tabel 2. 1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Bangsa69 No 1. Religius 2. Jujur 3. Toleransi 4. 4. 5. 68 69 2015 Nilai Disiplin Kerja Keras Deskripsi Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib Retno Listyarti, Op, Cit., h. 4 Laras, Nilai dalam pendidikan karakter bangsa, http://rumahinspirasi.com, 25 September 40 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari Tahu sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang Kebangsaan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cinta Tanah Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara Air di atas kepentingan diri dan kelompoknya Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi Prestasi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain Bersahabat/ Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya Komunikatif untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain Cinta Damai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca Membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya Lingkungan mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang 41 sudah terjadi. 17. Peduli Sosial 18. Tanggung Jawab Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. D. Hasil Penelitian Yang Terdahulu Setelah penulis meneliti, ternyata judul skripsi Pengaruh kompetensi sosial guru PAI dalam membentuk karakter siswa belum pernah dikaji. Tetapi hampir sama skripsi yang disusun oleh Yuli Setiawati (809011000060) dengan judul skripsinya Pengaruh keteladan guru PAI terhadap pembentukan karakter siswa di SDIT Al-Amin Jakarta Timur.70 Sedangkan skripsi yang dikaji oleh penulis berisi tentang bagaimana Pengaruh Kompetensi Sosial Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas XII Keperawatan di SMK Kharisma Panongan. Dengan demikian terdapat perbedaannya, yaitu : 1. Subjek penelitian terlebih dahulu di SDIT Al-Amin Jakarta Timur, sedangkan subjek penulis adalah SMK Kharisma Panongan. 2. Objek yang diteliti terdahulu adalah pembentukan karakter siswa yang dipengaruhi oleh keteladanan guru pendidikan agama Islam sedangkan objek penulis adalah pembentukan karakter siswa yang dipengaruhi oleh kompetensi sosial guru pendidikan agama Islam. 70 Yuli Setiawati, Pengaruh keteladan guru PAI terhadap pembentukan karakter siswa, skripsi strata satu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta : Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012) 42 D. Kerangaka Berfikir Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan potensi, maupun sebagai anggota masyarakat yang memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidup. Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karenaanya, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikansinya, keterbukaan psikologis merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru dalam hubungannya sebagai direktur belajar (director of learning) selain sebagai panutan siswanya. Oleh karena itu, hanya guru yang memiliki keterbukaan psikologis yang benar-benar dapat diharapkan berhasil dalam mengelola proses mengajar-belajar. Optimisme ini muncul karena guru yang terbuka dapat lebih terbuka dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan kebutuhan para siswanya, bukan hanya kebutuhan guru itu sendiri. Dalam proses belajar, pembentukan karakter pada siswa sangatlah penting karena menentukan hasil yang dicapai. Dengan demikian hubungan guru dengan siswanya haruslah baik karena dengan begitu siswa akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya, karena kompetensi sosial guru yang baik dan menarik merupakan faktor yang dapat menentukan pembentukan karakter siswa. Jadi kerangka berfikirnya dalam penelitian ini adalah jika kompetensi sosial guru pendidikan agama Islam telah tercermin dengan baik dalam dirinya, maka akan berhubungan dalam membentuk karakter siswa. E. Pengajuan Hipotesis Hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedang tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu 43 pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benarbenar berstatus sebagai suatu tesis. Hipotesis memang baru merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang di ajukan. Ia mungkin timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari si peneliti atau diturunkan (deduced) dari teori yang telah ada.71 Untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara dua variable tersebut, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : Ha : Terdapat Hubungan Antara Kompetensi sosial guru pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan karakter siswa Ho : Tidak Terdapat Hubungan Antara Kompetensi sosial guru pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan karakter siswa 71 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta 2010), hal. 81 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK KHARISMA, JL. Raya Rancaiyuh Korelet Panongan Tangerang Banten. Alasan penulis meneliti di SMK KHARISMA ini karena selain letaknya dekat dengan rumah saya, juga ingin mengetahui apakah di sekolah ini kompetensi sosial guru Agama Islamnya berpengaruh pada pembentukan karakter siswa atau tidak. Waktu penelitiannya dilakukan kurang lebih 2 bulan dari bulan Oktober sampai dengan bulan November 2015. B. Metode Penelitian Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan. Penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Tujuannya yaitu untuk menemukan jawaban terhadapan persoalan yang signifikan, melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah. Jika pendekatan ilmiah diterapkan untuk menyelidiki masalah-masalah pendidikan, maka hasilnya ialah penelitian pendidikan.1 Secara umum tujuan penelitian menurut S. Margono adalah untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-masalah sosial pendidikan. Kemudian meningkatkan daya nalar untuk mencari jawaban permasalahan itu melalui penelitian. Selain itu, juga sebagai alat belajar untuk mengintegrasikan 1 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta ; Rineka Cipta 2010), hal. 18 44 45 bidang-bidang studi yang diperoleh selama perkuliahan yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti.2 Penelitian ini menggunakan penedekatan kuantitatif, yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Pada umumnya penelitian kuantitatif dapat dilaksanakan juga sebagai penelitian pemerian atau penelitian deskriptif. Penelitian kuantitatif dapat pula berupa penelitian hubungan atau penelitian korelasi. Penelitian kuasieksperimental dan pengertian eksperimental. Menggunakan metode korelasi atau reserch correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variable yang satu dengan yang lain. Dalam ilmu statistik istilah korelasi diberi pengertian sebagai hubungan antara dua variable.3 C. Variabel Penelitian Yang di maksud variable adalah konsep yang mempunyai variasi nilai (misalnya variable model kerja, keuntungan, biaya promosi, volume penjualan, tingkat pendidikan manajer, dan sebagainya). Variable juga dapat juga diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih.4 Dalam penelitian ini terdapat dua variable : 1. Variable bebas (independent variable) yaitu kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam. 2. Variable terikat (dependent variable) yaitu pembentukan karakter. D. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Jadi, populasi berhubungan data, 2 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta ; Bumi Aksara 2007), h.10 3 4 S. Margono, Op, Cit, h. 105-106 S. Margono, Op, Cit., h. 133 46 bukan faktor manusia. Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.5 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XII Keperawatan di SMK Kharisma, Panongan, Tangerang. Sampel sering di definisikan sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (master) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan karena 2 (dua) hal berikut: 1. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi. 2. Peneliti bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.6 Sample dalam penelitian ini adalah di ambil secara purpose sampling. E. Teknik Pengumpulan data Penelitian, di samping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih tekhnik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan tekhnik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif.7 Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Observasi Observasi di artikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.8 2. Wawancara 5 Nurul Zuriah, Op, Cit., h.116 Ibid, hal. 119 7 S. Margono, Op, Cit., hal. 158 8 Ibid, hal. 158 6 47 Menurut Denzin dalam Goetz dan LeCompte (1984) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.9 3. Angket Metode angket/kuisioner adalah suatu alat pengumpulan informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. 10 Hasil kuesioner tersebut akan terjelma menjadi angka-angka, tabeltabel analisis statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa data kuantitatif dilandaskan pada hasil kuesiner itu. Salah satu model untuk mengukur skala sikap yang dikembangkan oleh likert. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan untuk meneliti variable X (Kompetensi Sosial Guru PAI SMK Kharisma) dan variable Y (karakter siswa kelas XII Keperawatan) dengan menggunakan angket. Dalam penelitian mengungkap aspek sosial guru PAI dan karakter responden. Angket berwujud pertanyaan-pertanyaan sikap yang ditulis, disusun, dan di analisa sedemikian rupa sehingga repon seseorang terhadap pertanyaan tersebut dapat diskor dengan angka dan dapat diinterpretasikan. Dan berikut adalah kisi-kisi insrumen angket kompetensi sosial guru PAI terdiri dari 15 soal : Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Kompetensi Sosial Guru PAI Indikator Nomor Soal Positif Bersikap 1, 6, 10, 11, 14 Jumlah Negatif 5 Inklusif, 9 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung ; Remaja Rosdakarya), h. 117 10 S. Margono, Op, Cit.), h. 167 48 Bertindak Objektif dan tidak Diskriminatif. Berkomunikasi 2, 8, 9, 13 7 5 secara efektif, empatik dan santun Beradaptasi di 5 1 3, 4, 12, 15 4 tempat tugas di seluruh wilayah RI Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain Dan berikut ini kisi-kisi instrumen angket karakter siswa kelas XII Keperawatan SMK Kharisma yang berjumlah 15 soal : Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Karakter Siswa Indikator Nomor Soal Positif Jumlah Negatif religius 1, 8, 9, 11, 12 jujur 2 disiplin 4 1 rasa ingin tahu 5 1 peduli 7 1 lingkungan 5 3 2 49 peduli sosial 6, 15 2 tanggung jawab 10, 13, 14 3 F. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kompetensi sosial guru agama Islam terhadap pembentukan karakter siswa/i di SMK Kharisma Panongan, merupakan suatu hal yang sulit, karena adanya faktor-faktor lain yang dapat memberikan hal yang sama. Sehubungan dengan itu, maka penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini mengandalkan pada pengolahan data dan faktafakta yang diperoleh oleh melalui uraian variable atau narasi. Analisis data juga dilakukan melalui tekhnik : 1. Editing yaitu memeriksa kuisioner yang telah diisi oleh responden, 2. Scoring yaitu memberikan skor/nilai pada setiap jawaban angket. Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi sosial Guru PAI dalam membentuk karakter siswa kelas XII Keperawatan di SMK Kharisma dengan menggunakan angket yang berbentuk skala dengan berisi 30 butir pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban. Selanjutnya pertanyaan pada angket tersebut diberi skor sebagai berikut : Tabel 3.3 Penetapan Skor untuk Kompetensi Sosial Guru PAI Pilihan Jawaban Selalu Sering Jarang Tidak Pernah Pertanyaan Positif 4 3 2 1 Negatif 1 2 3 4 Tabel 3.4 Penetapan Skor untuk Karakter Siswa Kelas XII Keperawatan Pilihan Jawaban Selalu Sering Jarang Tidak 50 Pernah Pertanyaan Positif 4 3 2 1 Negatif 1 2 3 4 3. Data yang diperoleh dari pembagian kuisioner, dianalisis dengan cara statistik yaitu dengan mengguanakan tabel distribusi frekuensi relative. Yaitu dengan rumus P= Keterangan : P = Presentase Yang akan dicari F = Frekuensi Jawaban Responden N = jumlah responden 4. Mencari angka korelasi, dengan menggunakan rumus; ( Rxy = * ( ) ( ) + * ) ( ) + Keterangan : rxy = angka indeks korelasi “r” product moment N = number of cases ∑xy = jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y ∑x = jumlah seluruh skor X ∑y = jumlah seluruh skor Y Tabel 3.5 Interpretasi analisa data berdasarkan korelasi produck moment (rxy) Besarnya “r” produck moment ( rxy) Interpretasi 51 0,00 - 0,20 Antara Variable X dan Variable Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau rendah sehingga diabaikan korelasi (dianggap tidak itu ada korelasi antara Variable X dan Variable Y) 0,20 – 0,40 Antara Variable X dan Variable Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah 0,40 – 0,70 Antara Variable X dan Variable Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup 0,70 – 0,90 Antara Variable X dan Variable Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi 0,90 – 1,00 Antara Variable X dan Variable Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi Intrepertasi menggunakan nilai Tabel Nilai “r” Produck Moment. Dengan langkah terlebih dahulu merumuskan Hipotesa Kerja/Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho). Kemudian mencari derajat bebasnya (df atau db) dengan rumusan “ :11 11 Anas Sudijono, Pengantar Statistik...., h. 193 52 Df = N - nr Keterangan : df = degress of freedom N = Number of Causes Nr = banyaknya variable yang dikorelasikan Selanjutnya “untuk mencari dan mengetahui seberapa besar kontribusi variable x terhadap variable y dipergunakan rumus berikut” :12 KD = x 100% Keterangan : KD : koefisien determinition (kontribusi variable x terhadap variable y) R : koefisien korelasi antara variable x dan variable y Data yang telah dibuat dalam bentuk tabel, diberikan penjelasan dengan memaparkan sedikit lebih rinci serta memberikan perhatian yang lebih serius terhadap perbedaan-perbedaan atau hubungan-hubungan yang mencolok dari angka-angka dalam tabel tersebut. Selain itu, memberikan interpretasi/penafsiran dengan memberikan arti yang lebih luas terhadap data dalam tabel, sehingga data tersebut bermakna. Interpretasi tersebut mempunyai aspek, yaitu untuk menegakkan keseimbangan suatu penelitian dalam suatu konsep yang bersifat pengertian menghubungkan hasil suatu penelitian dengan penelitian lainnya, serta untuk membuat atau menghasilkan penjelasan atau keterangan. Berdasarkan analisis data tersebut pengujian hipotesis dapat dibuktikan, atau dari hasil analisis beberapa indikator yang diperoleh dapat diketahui 12 M. Subhan, Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Cet. 1, hal. 145 53 sejauh mana hubungan kompetensi sosial guru pendidikan agama islam terhadap pembentukan karakter siswa/i di SMK Kharisma Panongan, Tangerang. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil SMK Kharisma Panongan Tangerang 1. Sejarah Singkat SMK Kharisma Panongan Yayasan Pendidikan Kharisma merupakan lembaga pendidikan yang telah berbadan hukum sehingga dapat menyelenggarakan dan mengelola pendidikan menengah kejuruan untuk saat ini, dan berencana di tahun 2016 mengadakan pendidikan menengah pertama. Maka, dengan berlandaskan itulah yayasan pendidikan Kharisma pada bulan Mei tahun 2009 telah sah berdiri sebagai lembaga pendidikan menengah kejuruan. Pada awal berdirinya SMK Kharisma menempati gedung milik SMP PGRI 83 Panongan yang berlokasi di samping sekolah sekarang. Pada tahun ajaran pertama telah di buka jurusan Tekhnik Kendaraan Ringan dan Administrasi Perkantoran dengan jumlah siswa 54 orang, dengan tenaga pengajar 14 guru dan waktu belajar dilakasanakan di siang hari dari jam 13.00 s/d 17.30 WIB.1 Satu tahun kemudian, SMK Kharisma resmi memiliki tanah dan gedung sendiri, tepat di samping SMP PGRI 83 dengan luas tanah 7500 Meter persegi SMK Kharisma berdiri. Mula-mula memiliki bangunan dengan jumlah 1 kantor dan 6 ruang belajar. Berkat kerja sama yang baik antara pihak yayasan dengan pihak sekolah maka SMK Kharisma berkembang dengan pesatnya, sehingga mendapat kepercayaan dari Depdiknas untuk melaksanakan UN dan UKOM mandiri dengan demikian SMK Kharisma mendapat status “DIAKUI”.2 Pada tahun 2011, SMK Kharisma membuka pendaftaran murid baru untuk jurusan Keperawatan dan Farmasi. Sangat berani dan percaya diri dengan di bukanya jurusan keperawatan yang mungkin jarang yang meminati apalagi farmasi. Namun, sedikit atau banyaknya siswa yang 1 2 Wawancara dengan ketua yayasan, khusnul faozi, Panongan, 18 Oktober 2015 Wawancara dengan ketua yayasan, khusnul faozi, Panongan, 18 Oktober 2015 54 55 mendaftar jurusan keperawatan dan farmasi harus tetap berjalan. Terbukti di tahun pertama jurusan Keperawatan diminati 78 siswa/i dan farmasi berjumlah 48 siswa/i. Dengan demikian SMK Kharisma resmi memiliki 4 program kejuruan yaitu jurusan Tekhnik Kendaraan Ringan, Administrasi Perkantoran, Farmasi dan Keperawatan. Proses belajar mengajar pun di bagi 2 waktu yaitu pagi dan siang. Jurusan TKR dan Ap pada waktu siang hari, sementara farmasi dan keperawatan di pagi hari.3 Perkembangan SMK Kharisma terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman, dimana mutu pendidikan meningkat pula. Dengan demikian melihat perkembangan itu, pihak yayasan pendidikan Kharisma berusahan untuk menyediakan sarana prasarana guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar. Maka di tahun 2012 sampai sekarang SMK Kharisma masih terus membangun demi terciptanya fasilitas yang berkualitas demi kelancaran belajara anak bangsa.4 Prestasi keberhasilan SMK Kharisma baik dalam bidang akademik atau non akademik tahun demi tahun terus meningkat. Meski tergolong sekolah baru, SMK Kharisma telah berhasil meraih beberapa kejuaran di antaranya : juara 3 olimpiade Matematika O2SN, juara 2 olimpiade Fisika O2SN, Juara 2 Taekwondo tingkat kabupaten, juara 2 Marawis tingkat kabupaten, juara 2 lomba pionering di ajang perlombaan pramuka UIN Jakarta, dan juara 3 semaphore di ajang perlombaan pramuka UIN Jakarta tingkat JABODETABEK.5 Demikian sejarah singkat SMK Kharisma, semoga dapat dijadikan bahan acuan para siswa/i dan keluarga besar SMK Kharisma serta dapat dijadikan dasar dan pedoman untuk langkah dan perkembangan ke masa yang akan datang juga untuk pihak lain yang terkait dan yang berkepentingan, harapan terbesar dari penulis semoga bermanfaat. 3 Wawancara dengan Bendahara Yayasan, Bunda Khusnul Faozi, Panongan, 21 Oktober 2015 Wawancara dengan Kepala Sekolah, Suhandi, Panongan, 21 Oktober 2015 5 Wawancara dengan Wakasek Kesiswaan, Dede Sopyan, Panongan, 28 Oktober 2015 4 56 2. Profil SMK Kharisma Panongan Nama Sekolah : SMK Kharisma Alamat Sekolah : Jl. Raya Ranca Iyuh Korelet Kec. Panongan Kab. Tangerang Banten Kode Pos : 15710. NSS : 402280304004 Status : Swasta (Terakreditasi B) Telepon/Fax : 081310228889 Jumlah Ruang Belajar : 11 Ruang Ruang Guru dan Kepala Sekolah : 3 Ruang Ruang Lab dan Perpustakaan : 5 Ruang Ruang UKS, Ibadah dan TU : 3 Ruang 3. Visi dan Misi SMK Kharisma Panongan a. Visi SMK Kharisma Panongan Tangerang “Menjadi SMK berkualitas unggul berlandaskan imtaq dan iptek serta menghasilkan tamatan yang mampu bersaing di tingkat nasional”. b. Misi SMK Kharisma Panongan Tangerang 1) Meningkatkan kualitas organisasi dan manegement sekolah dalam menumbuhkan semangat keunggulan dan kompetitif 2) Meningkatkan kualitas KBM dalam mencapai kompetensi siswa berstandar nasional 3) Meningkatkan kualitas kompetensi guru dan pegawai dalam mewujudkan standar pelayanan minimal 4) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana prasarana pendidikan dalam mendukung penguasaan iptek 5) Meningkatkan kualitas SDM dan kualitas pembinaan kesiswaan dalam mewujudkan sikap imtaq dan berakhlaq 6) Meningkatkan pengelolaan unit produksi dalam menjungjung kualitas SDM 57 7) Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, indah dan nyaman dalam proses KBM. 4. Data guru dan karyawan Tabel 4.1 Data Guru Dan Karyawan SMK Kharisma Tahun Ajaran 2015-2016 No Nama Agama Jabatan 1. Drs. Khusnul Faoji, M.Si Islam Ketua Yayasan 2. Suhandi, S.Pd Islam Kepala Sekolah Guru/Wakasek Kurikulum/Wali 3. Retno Puji Astuti, SE Islam kelas XI AP 1 4. Dede Sopyan, S.Pd Islam Guru/Wakasek Kesiswaan/Wali kelas XII TKR 5. Yeni Setiawati, S.Psi Islam Guru/Koordinator BP, BK/Wali kelas XII AP 2 6. Suparmi 7. Ekayati Triono, S.Sos.I, Islam Bendahara Guru/Kepala TU/Wali kelas X M.Pd.I Islam Keperawatan 8. Ahmad Yani Islam Staf TU 9. Sarfin Islam Staf TU 10. Dudung Islam Staf TU 11. By Rahayu Legawiyati, S.Kep Islam Guru 12. Sri Rahayu, S.Farm Islam Guru/Wali kelas XI Farmasi 13. Deddy Alamsyah, ST Islam Guru/Ka Lab TKR 14. Ns. Edi Suhedi, S.Kep Guru/Kaprodi Islam Keperawatan/Wali kelas XII Keperawatan 15. Dede Syachrullah, S.Pd Islam Guru/Wali kelas XII TKR 2 58 16. Winda Nurdiyani, S.Pd Islam Guru/Wali kelas X Farmasi 17. Sarip Hidayatulloh, S.Pd Islam Guru/Wali Kelas XI TKR 2 18. Robi Syahrilana, S.Pd.i Islam Guru/Wali Kelas XTKR 1 19. Fela Muflihah, S.Pd Islam Guru 20. Retno Wulansari, SH Guru/Wali Kelas XI Islam 21. Miptaliana Noor Hidayah, Keperawatan Islam SSt Guru 22. Supriyanto,S.Pd Islam Guru/Wali kelas XI TKR 1 23. Dewi Mariam Purwati, Islam Guru/Wali Kelas XII AP 1 S.Pd 24. Syarif Hidayat, S.Farm Islam Guru/Wali kelas XII Farmasi 25. Sri wahyuni, S.Pd Islam Guru/Wali kelas X AP 1 26. Gandara Inpresano, S.Pd Islam Guru 27. Richa Fitriani Sutisna, S.Pd Islam Guru 28. Suparjanto, SE Islam Guru 29. Novy Maria Dewi, S.Pd Islam Guru/Wali kelas X AP 2 30. Faradila Romadhona, S.Pd Islam Guru/Wali kelas XI Keperawatan 31. Lina Murtiani, S.Si Islam Guru 32. Yusnaini, S.Kom Islam 33. Elya Roza, A.Md.Keb Islam Guru 34. Andi Suryadi Islam Guru/Wali Kelas X TKR 2 Guru/Wali kelas XI AP 2 Sumber: Dokumen SMK Kharisma Panongan (2014) 5. Data siswa SMK Kharisma Panongan Tabel 4.2 Keadaan sisaw/i SMK Kharisma Panongan Tahun Pelajaran 2015-2016 Jumlah Murid 59 Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah X 78 99 177 XI 65 95 160 XII 70 92 162 Total 213 286 499 Sumber: Dokumen SMK Kharisma Panongan (2014) 6. Data sarana dan prasarana SMK Kharisma Panongan Data Inventaris sekolah Luas Tanah = 1800 meter persegi Luas bangunan = 850 meter persegi Status pemilikan = Milik Yayasan Lokasi = SMK Kharisma Panongan Meja = 550 Kursi = 560 Meja guru /TU = 25 Buah Kursi Guru/TU = 32 Buah Brankas = 2 Buah Rak buku = 5 Buah Lemari = 7 Buah Printer = 15 Buah Komputer = 80 Buah Mesin pompa Air = 3 Buah Sound system = 1 Buah White board = 11 Buah Pesawat Tv = 2 Buah Radio = 1 Buah Note bok = 5 Buah LCD Projector = 14 Buah Mesin Mobil = 10 Buah Oksigen = 10 Buah 60 Pengukur Obat = 15 Buah Peralatan pasien = 8 Buah B. Deskripsi Data Data-data yang diperoleh dalam meneliti kompetensi sosial guru PAI terhadap pembentukan karakter siswa di SMK Kharisma Panongan ini diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, dan angket. Wawancara penulis lakukan dengan Ketua Yayasan, Kepala Sekolah dan Guru Agama Islam di SMK Kharisma Panongan, sedangkan angket diberikan kepada siswa kelas XII Keperawatan yang berjumlah 40 orang. Dalam penelitian ini, diberikan sebuah angket yang harus diisi oleh responden yang jumlah soalnya ada 30 item yang mencakup 15 soal untuk pertanyaan variable X dan 15 soal untuk pertanyaan variable Y. Dari angket yang diajukan, dapat diuraikan presentase jawaban 30 item pertanyaan sebagai berikut : Tabel 4.3 Apakah guru PAI bersikap ramah kesemua siswa? No 1 Option F % Selalu 29 73% Sering 9 22% Jarang 2 5% Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 73% responden menyatakan bahwa guru PAI bersikap ramah terhadap seluruh siswa, 22% sering dan 5% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI selalu bersikap ramah terhadap seluruh siswa, baik yang diajar olehnya ataupun yang tidak (non muslim). 61 Tabel 4.4 Apakah guru PAI berbincang (mengobrol/berdiskusi) dengan siswa tentang keluhan di luar pelajaran sekolah? No 2 Option F % Selalu 2 5% Sering 25 63% Jarang 13 32% - - 40 100% Tidak Pernah Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 5% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu berbincang (mengobrol/berdiskusi) dengan siswa tentang keluhan di luar pelajaran sekolah, 63% sering dan 32% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI seringberbincang (mengobrol/berdiskusi) dengan siswa tentang keluhan di luar pelajaran sekolah. Tabel 4.5 Apakah guru PAI bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah ? No 3 Option F % Selalu 29 73% Sering 11 27% Jarang - - Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 73% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah, dan 27% lainnya menyatakan sering. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar 62 responden menyatakan guru PAI selalu bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah. Tabel 4.6 Apakah guru PAI bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di sekolah? No 4 Option F % Selalu 32 80% Sering 6 15% Jarang 2 5% Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 80% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di sekolah, 15% menyatakan sering dan 5% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI selalu bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada disekoah. Tabel 4.7 Apakah guru PAI bergaul dengan baik terhadap semua Guru yang ada di sekolah ? No 5 Option F % Selalu 26 65% Sering 11 28% Jarang 3 17% Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 65% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu bersikap bergaul dengan baik terhadap semua guru yang ada di sekolah, 28% lainnya menyatakan sering dan 17% jarang. Hal ini 63 menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI selalu bergaul dengan baik terhadap semua guru yang ada di sekolah. Tabel 4.8 Apakah guru PAI memberi isyarat apapun ketika siswa bercanda saat pembelajaran berlangsung ? No 6 Option F % Selalu 13 32% Sering 16 40% Jarang 11 28% - - 40 100% Tidak Pernah Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 32% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu memberi isyarat apapun ketika siswa bercanda saat pembelajaran berlangsung, 40% lainnya menyatakan sering dan 28% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI sering memberi isyarat apapun ketika siswa bercanda saat pembelajaran berlangsung. Tabel 4.9 Apakah guru PAI bersikap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan pelajaran? No 7 Option F % Selalu - - Sering 3 7% Jarang 9 23% Tidak Pernah 28 70% 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 7% responden menyatakan bahwa guru PAI sering bersikap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan 64 pelajaran, 23% menyatakan jarang dan 70% tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI tidak pernah bersikap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Tabel 4.10 Apakah guru PAI menyapa duluan ketika berpapasan dengan siswa? No 8 Option F % Selalu 9 22% Sering 20 50% Jarang 11 28% - - 40 100% Tidak Pernah Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 22% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu menyapa duluan ketika berpapasan dengan siswa, 50% menyatakan sering dan 28% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI sering menyapa duluan ketika berpapasan dengan siswa. Tabel 4.11 Apakah guru PAI membantu siswa ketika mengalami kesulitan belajar? No 9 Option F % Selalu 16 40% Sering 18 45% Jarang 6 15% Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 40% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu membantu siswa ketika mengalami kesulitan belajar, 45% 65 menyatakan sering dan 15% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI sering membantu siswa ketika mengalami kesulitan belajar. Tabel 4.12 Apakah guru PAI tersenyum ketika bertemu dengan siswa? No 10 Option F % Selalu 22 55% Sering 14 35% Jarang 4 10% Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 55% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu tersenyum ketika bertemu dengan siswa, 35% menyatakan sering dan 10% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI selalu tersenyum ketika bertemu dengan siswa. Tabel 4.13 Apakah guru PAI menanyakan kabar ketika berpapasan dengan siswa? No 11 Option F % Selalu 8 20% Sering 19 48% Jarang 8 20% Tidak Pernah 5 12% 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 20% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu menanyakan kabar ketika berpapasan dengan siswa, 48% menyatakan sering, 20% jarang dan 12% tidak pernah. Hal ini menunjukan 66 bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI sering menanyakan kabar ketika berpapasan dengan siswa. Tabel 4.14 Apakah guru PAI menghadiri undangan rapat guru? No 12 Option F % Selalu 19 48% Sering 13 32% Jarang 8 20% Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 48% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu menghadiri undangan rapat guru, 32% menyatakan sering dan 20% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI selalu menghadiri rapat guru. Tabel 4.15 Apakah guru PAI memberikan nasehat kepada siswa diluar kelas ataupun di dalam kelas? No 13 Option F % Selalu 17 43% Sering 17 43% Jarang 6 14% Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 43% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu memberikan nasehat kepada siswa diluar kelas ataupun di dalam kelas, 43% menyatakan sering dan 20% jarang. Hal ini menunjukan bahwa 67 sebagaian besar responden menyatakan guru PAI selalu dan sering memberikan nasihat kepada siswa diluar kelas ataupun di dalam kelas. Tabel 4.16 Apakah guru PAI menjenguk rekan guru yang sakit? No 14 Option F % Selalu 17 43% Sering 12 30% Jarang 11 27% - - 40 100% Tidak Pernah Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 43% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu menjenguk rekan guru yang sakit, 30% menyatakan sering dan 27% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden menyatakan guru PAI selalu menjenguk rekan guru yang sakit. Tabel 4.17 Apakah guru PAI melakukan diskusi kecil terkait dengan pendidikan bersama rekan guru? No 15 Option F % Selalu 14 35% Sering 14 35% Jarang 12 30% - - 40 100% Tidak Pernah Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 35% responden menyatakan bahwa guru PAI selalu melakukan diskusi kecil terkait dengan pendidikan bersama rekan guru, 35% menyatakan sering dan 30% jarang. Hal ini menunjukan bahwa 68 sebagaian besar responden menyatakan guru PAI sering melakukan diskusi kecil terkait dengan pendidikan bersama rekan guru. Tabel 4.18 Apakah kamu mengerjakan shalat fardhu lima waktu? No Option 16 F % Selalu 12 30% Sering 15 38% Jarang 13 32% - - 40 100% Tidak Pernah Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 30% responden selalu mengerjakan shalat fardhu lima waktu, 38% sering dan 32% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden sering mengerjakan shalat fardhu lima waktu. Tabel 4.19 Apakah kamu berkata jujur kepada orang tua dan guru? No Option 17 F % Selalu 8 20% Sering 18 45% Jarang 14 35% - - 40 100% Tidak Pernah Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 20% responden selalu berkata jujur kepada orang tua dan guru, 45% sering dan 35% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden sering berkata jujur kepada orang tua dan guru. 69 Tabel 4.20 Apakah kamu menyontek saat ulangan/UTS/UAS? No 18 Option F % Selalu - - Sering 1 2% Jarang 23 58% Tidak Pernah 16 40% 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 2% responden sering menyontek saat ulangan/UTS/UAS, 58% jarang dan 40% tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden jarang menyontek saat ulangan/UTS/UAS. Tabel 4.21 Apakah kamu datang tepat waktu ke sekolah? No 19 Option F % Selalu 22 55% Sering 10 25% Jarang 8 20% Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 55% responden selalu datang tepat waktu ke sekolah, 25% sering dan 20% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden selalu datang tepat waktu ke sekolah. Tabel 4.22 Apakah kamu bertanya kepada guru jika ada pelajaran yang kurang dipahami? 70 No 20 Option F % Selalu 11 28% Sering 12 30% Jarang 17 42% - - 40 100% Tidak Pernah Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 28% responden selalu bertanya kepada guru jika ada pelajaran yang kurang dipahami, 30% sering dan 42% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden jarang bertanya kepada guru jika ada pelajaran yang kurang dipahami. Tabel 4.23 Apakah kamu membantu teman atau orang lain saat kamu melihatnya dalam kesulitan? No 21 Option F % Selalu 17 43% Sering 17 43% Jarang 6 14% Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 43% responden selalu membantu teman atau orang lain saat responden melihatnya dalam kesulitan, 43% sering dan 14% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden sering membantu teman atau orang lain saat responden melihatnya dalam kesulitan. Tabel 4.24 Apakah kamu membuang sampah pada tempatnya? No Option F % 71 22 Selalu 18 45% Sering 15 38% Jarang 7 17% Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 45% responden selalu membuang sampah pada tempatnya, 38% sering dan 17% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden selalu membuang sampah pada tempatnya. Tabel 4.25 Apakah kamu menghormati yang lebih tua? No 23 Option F % Selalu 31 77% Sering 9 23% Jarang - - Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 77% responden selalu menghormati yang lebih tua, dan 23% lainnya sering. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden selalu menghormati yang tua. Tabel 4.26 Apakah kamu menyayangi yang lebih muda? No 24 Option F % Selalu 17 42% Sering 16 40% Jarang 7 18% Tidak Pernah - - 72 Jumlah 40 100% Tabel diatas menunjukan bahwa 42% responden selalu menyayangi yang lebih tua, 40% sering dan 18% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden selalu menyayangi yang lebih tua. Tabel 4.27 Apakah kamu mengerjakan PR dari guru? No 25 Option F % Selalu 8 22% Sering 23 58% Jarang 9 20% Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 22% responden selalu mengerjakan PR dari guru, 58% sering dan 20% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden sering mengerjakan PR dari guru. Tabel 4.28 Apakah kamu mencium tangan orang tua ketika hendak bepergian dan saat bertemu dengan guru? No 26 Option F % Selalu 35 87% Sering 5 13% Jarang - - Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 87% responden selalu mencium tangan orang tua ketika hendak bepergian dan saat bertemu dengan guru, dan 13% 73 lainnya menyatakan sering. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden selalu mencium tangan orang tua ketika hendak bepergian dan saat bertemu dengan guru . Tabel 4.29 Apakah kamu selalu menutup aurat saat di depan orang yang bukan mahram mu? No 27 Option F % Selalu 12 30% Sering 15 37% Jarang 13 33% - - 40 100% Tidak Pernah Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 30% responden selalu menutup aurat saat di depan orang yang bukan mahramnya, 37% sering dan 33% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden sering menutup aurat saat di depan orang yang bukan mahramnya. Tabel 4.30 Apakah kamu menepati apa yang sudah kamu janjikan kepada orang lain? No 28 Option F % Selalu 7 18% Sering 22 55% Jarang 11 27% - - 40 100% Tidak Pernah Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 18% responden selalu menepati apa yang sudah dijanjikan kepada orang lain, 55% sering dan 27% jarang. Hal ini 74 menunjukan bahwa sebagaian besar responden sering menepati apa yang sudah dijanjikan kepada orang lain. Tabel 4.31 Apakah kamu meminta maaf apabila kamu berbuat salah? No 29 Option F % Selalu 16 40% Sering 18 45% Jarang 6 15% Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 40% responden selalu meminta maaf apabila berbuat salah, 45% sering dan 15% jarang. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden sering meminta maaf apabila berbuat salah. Tabel 4.32 Apakah kamu mengucapkan terima kasih setelah ditolong oleh orang lain? No 30 Option F % Selalu 30 75% Sering 10 25% Jarang - - Tidak Pernah - - 40 100% Jumlah Tabel diatas menunjukan bahwa 75% responden selalu mengucapkan terima kasih setelah ditolong oleh orang lain, dan 25% lainnya sering. Hal ini menunjukan bahwa sebagaian besar responden selalu mengucapkan terima kasih setelah ditolong oleh orang lain. 75 C. Analisis Data Setelah diperoleh angka presentase dari masing-masing angket, maka langkah selanjutnya yaitu mencari angka korelasi antara variable X (Kompetensi Sosial Guru PAI) dan variable Y (Pembentukan Karakter Siswa) dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut : Tabel 4.33 Perhitungan Hasil Penelitian Resp X Y XY 1 41 37 1517 1681 1369 2 49 43 2107 2401 1849 3 50 48 2400 2500 2304 4 50 49 2450 2500 2401 5 46 44 2024 2116 1936 6 42 46 1932 1769 2116 7 55 61 3355 3025 3721 8 50 51 2550 2500 2601 9 46 47 2162 2116 2209 10 43 43 1849 1849 1849 11 53 49 2597 2401 2809 12 46 51 2346 2116 2601 13 51 47 2397 2601 2209 14 54 50 2700 2916 2500 15 52 47 2444 2209 2704 16 51 54 2754 2601 2916 17 40 46 1840 1600 2116 18 45 47 2115 2209 2025 19 45 44 1980 2025 1936 20 46 43 1978 2116 1849 76 21 52 47 2444 2704 2209 22 47 51 2397 2209 2601 23 55 51 2805 3025 2601 24 48 52 2496 2304 2704 25 59 51 3009 3481 2601 26 50 46 2300 2500 2116 27 54 51 2754 2916 2601 28 52 51 2652 2704 2601 29 49 46 2254 2401 2116 30 50 41 2050 2500 1681 31 50 51 2550 2500 2601 32 48 46 2208 2304 2116 33 59 51 3009 3481 2601 34 54 47 2538 2916 2209 35 51 54 2754 2601 2916 36 52 52 2704 2704 2704 37 55 49 2695 3025 2401 38 46 47 2162 2116 2209 39 59 54 3186 3481 2916 40 40 46 1840 1600 2116 =1931 =96304 N= 40 =1985 Rxy = = ( ( √* ( ) ) + * ( √* ) ( ) ( =98723 ( ) ( ) + * ) + ) ( ) ( ) ( ) + =94640 77 = = = = + * √* √* +* + + √ √ =0,860 D. Interpretasi Data Berdasarkan hasil perhitungan dari “rxy” , maka penulis memberikan interpretasi terhadap Angka indeks Korelasi r Product Moment yakni : 1. Interpretasi dengan cara sederhana atau secara kasar ; interpretasi terhadap rxy dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara variable X dan variable Y tidak bertanda negatif ; berarti di antara ke dua variable tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Dengan memperhatikan besarnya rxy (yaitu = 0, 860), yang berkisar antara 0,70-0,90 berarti antara variable X dan variable Y memang terdapat korelasi, dalam tingkat korelasi yang kuat atau tinggi. 2. Interpretasi dalam menggunakan tabel nilai “r” product moment. Rumusan hipotesa kerja/alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (Ho), yang penulis ajukan di awal adalah : Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara Kompetensi Sosial GuruPAI terhadap pembentukan karakter karakter siswa di SMK Kharisma Panongan. Ho : Tidak terdapat hubunganyang signifikan antara Kompetensi SosialGuru PAI terhadap pembentukan karakter siswa di SMK Kharisma Panongan. 78 Adapun kriteria pengajuannya adalah : Jika r tabel < r hitung maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya, jika r tabel > r hitung maka Ha ditolak dan Ho diterima. Kemudia penulis mencari derajat bebasnya df atau db. Selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi itu signifikan atau tidak maka „r‟ hitung dibandingkan dengan „r‟ tabel. Langkah yang harus ditempu yaitu dengan mencari nilai df (degress of freedom) sebagai berikut : df = N-nr df= 40-2 df = 38 Keterangan : df = degrees of freedom N = Number of cases nr = Banyaknya variable yang dikorelasikan Dalam penelitian ini, nilai „r‟ product moment dengan df sebesar 38 dan menggunakan taraf signifikan 5% diperoleh hasil sebesar 0,320. Sementara itu nilai „r‟ hitung yaitu 0, 860. Dan nilai „r‟ hitung > „r‟ tabel (0,860 > 0,320) maka pada taraf signifikasi 5% Ho ditolak, sedangkan Ha diterima. Yang berarti terdapat hubungan yang sangat kuat atau tinggi antara Kompetensi sosial guru PAI terhadap pembentukan karakter siswa kelas XII Keperawatan 1 SMK Kharisma Panongan Tangerang. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan selama penelitian bahwa karakter siswa sudah mulai mencapai kepada karakter mulia/akhlak mulia, artinya masih banyak siswa yang sudah mulai berkarakter seperti yang telah dicontohkan oleh Ibu dan Bapak guru di sekolah khususnya guru agama Islam. Salah satu hal yang menyebabkan siswa sudah mulai berkarakter diantaranya keadaan lingkungan sekolah yang kondusif yang letaknya jauh dari keramaian, pengawasan serta bimbingan orang tua yang cukup, cara dewan guru dalam mengarahkan serta membimbing siswa/i yang sangat 79 baik khususnya guru agama Islam. Hal ini diisyaratkan dengan adanya dewan guru yang mampu menerapkan berbagai metode dalam membangun karakter siswa khusunya dalam bidang sosial yang suka bergaul dengan siswa tanpa membedakan dari mana mereka berasal, tidak membedakan mana yang rajin dan malas, kaya dan miskin serta mana yang bermasalah dan mana yang baik-baik saja. Semua di ayaoumi tanpa pandang status, khususnya oleh guru agama Islam. Banyak pelajaran yang dapat penulis ambil dari penelitian ini, khususnya cara bagaimana menangani siswa yang beraneka ragam tingkahnya dengan metode sosial yang baik, masuk dalam dunia mereka tanpa terperosok, serta gaya bahasa yang mereka sukai namun tetap mengarah kepada pembentukan karakter siswa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kompetensi Sosial Guru PAI sangat kuat berpengaruh dalam membentuk karakter siswa. Adapun perhitungan Koefisien Determinasi (KD), yang penulis manfaatkan untuk mengetahui kontribusi variable X terhadap variable Y, sebagai berikut : KD = x 100% = x 100% = 0,7 x 100% = 74% BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat atau tinggi antara kompetensi sosial guru PAI terhadap pembentukan karakter siswa kelas XII Keperawatan SMK Kharisma Panongan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan yang diperoleh yaitu dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Dapat dibandingkan besarnya nilai ‘r’ hitung dengan ‘r’ tabel. Dimna nilai ‘r’ hitung (rxy) yaitu 0.860 sedangkan r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu 0,320. Dengan demikian ‘r’ hitung (rxy) lebih besar dari ‘r’ tabel (0,860 > 0,320). Maka hipotesis alternative (Ha) diterima atau disetujui atau terbukti kebenarannya, artinya terdapat hubungan atau korelasi antara variable X dan variable Y. Sedangkan hipotesis nol (Ho) ditolak. Dari angka indeks korelasi ‘r’ Product Moment (rxy) sebesar 0,860 yang berada pada interval koefisien 0,70 – 0,90 yang berarti bahwa, terdapat korelasi atau hubungan yang kuat atau tinggi antara kompetensi sosial guru dalam membentuk karakter siswa kelas XII Keperawatan SMK Kharisma Panongan. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian di atas, maka kompetensi sosial guru PAI secara tidak langsung berdampak atau mempunyai pemgaruh yang kuat atau tinggi dalam membentuk karakter siswa, budi pekerti maupun akhlaq siswa di sekolah. B. Implikasi Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan pendidikan maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan dengan hal tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut : 80 81 Hasil penelitian mengenai kompetensi guru terhadap pembentukan karakter siswa kelas XII Kesehatan ternyata memiliki hubungan yang signifikan. Kedua variabel tersebut, kompetensi sosial guru memberi pengaruh yang kuat atau tinggi terhadap variabel karakter siswa. Dengan presentase yang dicapai sebesar 0,860 atau 74%. Selama ini, dalam membentuk karakter siswa terdapat banyak kendala dan masalah yang dirasakan oleh pihak lembaga ataupun para guru. Maka, untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya usaha dan upaya dari pihak lembaga dan pihak guru. Untuk itu, salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh pihak lembaga atau guru adalah dengan proses penanaman nilai-niali kompetensi terhadap dewan guru. Kompetensi sosial merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting dimiliki oleh guru untuk membentuk karakter siswa. Agar siswa dapat dengan mudah menerima pengetahuan dari guru disebabkan berbagai metode, cara, dan gaya penyampaian yang dilakukan oleh guru. C. Saran Setelah penulis melakukan penelitian dengan seksama dan memperoleh hasil penelitian, maka penulis mempunyai beberapa saran bagi pihak-pihak terkait: 1. Pihak sekolah hendaknya memfasilitasi dalam peningkatkan kompetensi guru, terutama kompetensi sosialnya dengan salah satu caranya adlah mengadakan banyak acara yang lebih melibatkan guru didalamnya untuk lebih banyak berinteraksi dengan guru lainnya, dengan tenaga kependidikan, masyarakat disekitar sekolah, orang tua siswa ataupun dengan siswa-siswinya agar hubungan antar guru dengan pihak lain lebih erat. 2. Guru seharusnya lebih banyak meluangkan waktu diluar jam pelajaran sekolah untuk berhubungan dengan masyarakat di lingkungan sekolah dan sosial, terutama hubungan dengan siswanya dalam membentuk karakternya, agar lebih menjadi lebih baik dikarenakan komunikasi yang intens dan jelas sehingga guru dapat mengetahui faktor lain dari siswa itu 82 sendiri. Selain kompetensi sosialnya, kompetensi guru yang lainnya pun sangat penting untuk lebih ditingkatkan agar lebih memacu siswa dalam membentuk karakternya. 3. Siswa hendaknya lebih bisa membentuk karakternya, sebab pembentukan karakter itu muncul tidak hanya dari faktor luar saja (eksternal), akan tetapi dalam hal karakter yang lebih penting adalah kesadaran yang lahir dalam diri pribadi (internal) siswa itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA Gunawan, Heri . Pendidikan Karakter, Bandung: Alfabeta 2012 Salahudin , Anas dan Irwanto, Alkrienciehie . Pendidikan Karakter , Bandung : Pustaka Setia Daradjat , Zakiah . Kepribadian Guru, Jakarta : Bulan Bintang Fathurohman, Pupuh dan Suryana, Aa . Guru Profesional , Bandung : Reflika Aditama 2012 Gerungan, W. A.. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama 2004. Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Al Qur’an Tajwid dan Terjemah. 2006. Departemen Agama RI. Sitorus, M. 2001. Berkenalan dengan Sosiologi. (Bandung: Erlangga 2001) Sosiologi, Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Yudhistira.) Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen,(Bandung: Citra Umbara, 2006) Uzer Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosyda Karya, 2007. Kusnandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. Mulyasa, E., Standar Kompetensi & Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya,2007. Partanto, Pius A & Al Barry, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994. Rahman, Nazarudin, Regulasi Pendidikan menjadi Guru Profesional Pasca Sertifikasi, Yogyakarta: Pustaka Felichan, 2009. Imron, Ali, Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: Dunia Pustaka Jay, 1995. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 83 84 Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Munir, Abdullah, Pendidikan Karakter: menumbuhkan karakter anak sejak dari rumah, Yogyakarta: Pedagogia, 2010. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004. Subagyo, P. Joko Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik),Jakarta:PT Rineka Cipta, 2010. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2013. Hidayatullah, M. Furqon, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010. Koesoema A, Doni, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo, 2007. Aunillah, Nurla Isna, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta: Laksana, 2011. Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008. http//alpiadiprawiraningrat.blogspot.com/2012/08/, Manusia Berkarakter Untuk Indonesia.html. http://bambangsantoso.wordpress.com/2012/09/13/ Kaitan Pendidikan Kebudayaan dan Pembentukan Karakter Peserta Didik. Tabel Nilai Koefisien Korelasi ‘r’ Product Moment Karl Person untuk berbagi df Taraf signifikan N 5% 1% 1. 0,997 0,999 2. 0,950 3. N Taraf signifikan 5% 1% 25. 0,381 0,487 0,990 26. 0,374 0,478 0, 878 0,959 27. 0,367 0,470 4. 0,811 0, 917 28. 0,361 0,463 5. 0,754 0,874 29. 0,355 0,456 6. 0,707 0,834 30. 0,349 0,449 7. 0,666 0,789 31. 0,355 0,456 8. 0,632 0,765 32. 0,349 0,449 9. 0,602 0,735 33. 0,344 0,442 10. 0,576 0,708 34. 0,339 0,436 11. 0,553 0,684 35. 0,334 0,430 12. 0,532 0,661 36. 0,329 0,424 13. 0,514 0,641 37. 0,334 0,418 14. 0,497 0,623 38. 0,320 0,413 15. 0,482 0,606 39. 0,316 0,408 16. 0,468 0,590 40. 0,312 0,403 17. 0,456 0,575 41. 0,308 0,396 18. 0,444 0,561 42. 0,304 0,393 19. 0,433 0,549 43. 0,301 0,389 20. 0,423 0,537 44. 0,297 0,384 21. 0,413 0,526 45. 0,294 0,380 22. 0,404 0,515 46. 0,291 0,276 23. 0,396 0,505 47. 0,288 0,372 24. 0,388 0,496 48. 0,284 0,368 Berita Wawancara Dengan Guru Hari/Tanggal : Senin, 09-10-2015 Interviwee : Bpk. Suhandi S.Pd Jabatan : Kepala Sekolah 1. Apakah Visi dan Misi didirikannya SMK Kharisma? Visi : Membangun bangsa yang berkarakter dan berilmu khusunya di sekitar lingkungan sekolah. Misi : a. Memberikan layanan pendidikan terbaik bagi siswa b. Mengupayakan terwujudnya siswa berkualitas, berakidah shaleh dan berkeimanan yang kokoh. c. Mengoptimalkan intelektual dan kemahiran menyelesaikan masalah. d. Membekali peserta didik dalam ilmu pengetahuan, tekhnologi, seni dan wawasan wirausaha agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari secara mandiri maupun melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. e. Menghasilkan tamatan yang berkualitas dan mampu bersaing di pasar tenaga kerja sesuai dengan bidangnya. 2. Bagaimana cara penerimaan guru atau kriteria apa saja yang harus dimiliki guru di SMK Kharisma? Dengan cara seleksi seperti microteaching psikotes dan wawancara, kriterianya adalah : a. Beragama Islam b. Memiliki kualifikasi akademik (S1) c. Memiliki kompetensi guru d. Sehat jasmani dan rohani e. Memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan Islam. 3. Bagaimana pendapat Bpk tentang kompetensi sosial guru PAI? Secara keseluruhan kompetensi sosial yang dimiliki oleh Guru PAI di sini sudah cukup baik, misalnya mereka sudah mulai mengunakan media dalam proses pembelajaran, memberikan kontribusi yang cukup besar dalam kegiatan yang diadakan oleh sekolah baik yang bersifat akademik ataupun non akademik. 4. Bagaimana pendapat Bpk mengenai pengaruh kompetensi sosial guru dalam membentuk karakter siswa SMK Kharisma? Tentunya sangat berpengaruh, mestinya seorang guru harus memiliki 4 pilar kompetensi salah satunya di bidang sosial. Bagaimana seorang guru bisa mendidik jika tidak memiliki kompetensi tersebut. Dengan memiliki kompetensi tersebut, pastinya seluruh siswa akan terbuka dan tidak sungkan dalam berdialog dan bertanya mengenai hal-hal yang kurang dipahami baik berkaitan dengan akademik ataupun non akademik. Berita Wawancara Dengan Guru Hari/Tanggal : Senin, 09-10-2015 Interviwee : Bpk. Dede Sopyan S.Pd Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan 1. Sejak kapan Bapak menjabat sebagai wakil kepala sekolah? Sejak tahun pelajaran 2013/2014 dan sampai sekarang tahun pelajaran 2015/2016 2. Apakah tujuan didirikannya SMK Kharisma? Tujun didirikannya SMK ini, karena di sekitar daerah ini belum ada sekolah yang berbasis kejuruan seperti SMK, sedangkan sekolah umum pada umumnya sudah banyak didirikan di lingkungan sekitar. Oleh karena, pihak yayasan berusaha keras untuk mendirikan Sekolah berbasis kejuruan terutama dibidang kesehatan seperti keperawatan dan farmasi. Bukan hanya mencetak lulusan yang ahli dalam bidang kewirausahaan, namun yang pandai dalam berkomunikasi, terlebih bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlaq mulia. 3. Bagaimana cara mengajar guru PAI di SMK Kharisma? Cara mengajar guru Agama Islam terhadap anak-anak sangat bagus dan humoris, membuat suasana kelas tidak jenuh dan sunyi. Penyampaian yang sangat bagus, sehingga berdampak kepada pemahaman siswa akan materi yang disampaikan. Sosial yang bagus, tak heran banyak siswa yang tak sungkan mencurahkan permasalahan-permasalahan di luar sekolah. Dengan gaya bahasa yang kekinian, membuat seluruh siswa tidak bosan bila mana pelajaran PAI berlangsung. Tingkah laku yang baik, menjadi tauladan bagi seluruh siswa pada umumnya. Tak hanya itu, dalam bidang administrasi pun sudah cukup baik, hanya kurang teliti sehingga terkadang perlu perbaikan kembali. 4. Apakah guru PAI suka melibatkan diri dalam kegiatan yang dilakukan di sekolah atau karena ada intruksi saja? Alhamdulillah guru PAI dan yang lainnya selalu melibatkan diri dalam setiap kegiatan yang diadakan, baik ada intuksi ataupun tidak. Berita Wawancara Dengan Guru Hari/Tanggal : Senin, 09-10-2015 Interviwee : Bpk. Robi Syahrliana, S.Pd.i Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam 1. Berapa lama Bapak mengajar di SMK Kharisma? Saya mengajar di SMK Kharisma sudah berjalan 4 tahun, dari mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. 2. Bagaimana penilaian Bapak terhadap karakter siswa? Saya menilai mereka dari tingkah laku sehari-hari selama di sekolah dan dari hasil tugas-tugas yang diberikan. Di SMK Kharisma sudah rutin diadakan program rohani Islam (rohis) di program ini para siswa mulai masuk jam 8.00 pada hari sabtu, lalu dewan guru beserta siswa membaca tahlil dan yasin bersama. Setelah itu kultum yang biasa disampaikan oleh para dewa guru yang sudah terjadwal dalam rapat awal tahun. Hafalan wajib pun diterapkan seperti halnya kelas X wajib menghafal surat-surat pendek dari Adh-Duha sampai An-Nas, kelas XI harus menghafal 5 surat pilihan, dan kelas XII wajib menghafal surat yasin. Program ini menjadi syarat kenaikan kelas dan kelulusan. 3. Metode apa saja yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran PAI? Metode yang saya gunakan adalah metode ceramah, media audio/visual, dan beberapa metode PIKEM. 4. Bagaimana usaha Bapak agar siswa/i menyukai pelajaran PAI? Usaha yang saya lakukan di antaranya dengan bersikap demokratis, humoris serta sering menggunakan metode-metode yang membuat anak-anak senang, sehingga mereka tidak merasa bosan dengan pelajaran Agama Islam. 5. Upaya apa saja yang bapak lakukan untuk membentuk karakter siswa di SMK Kharisma? Upaya yang saya lakukan untuk membentuk karakter siswa yang baik dan benar dengan membiasakan kegiatan keagaman sehari—hari seperti sholat berjamaah dan puasa senin-kamis, sholat dhuha dan yang lainnya. Selain itu juga menegur dan memberikan arahan kepada siswa yang bersikap kurang sopan, agar mereka berubah dan mempunyai akhlak yang baik. Quisener yang valid “Mengenai Kompetensi Sosial Guru PAI” Petunjuk : 1. Pertanyaan ini bertujuan untuk kepentingan penelitian skripsi 2. Peneliti berharap kejujuran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut 3. Pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan penilaian hasil belajar 4. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang sesuai dengan keinginan anda. Nama : Hari/Tanggal : / 2015 Kelas : Pertanyaan 1. Apakah guru PAI bersikap ramah kesemua siswa? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 2. Apakah guru PAI berbincang (mengobrol/berdiskusi) dengan siswa tentang keluhan di luar pelajaran sekolah ? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 3. Apakah guru PAI bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah ? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 4. Apakah guru PAI bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di sekolah ? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 5. Apakah guru PAI bergaul dengan baik dengan semua Guru yang ada di sekolah ? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 6. Apakah guru PAI memberi isyarat apapun, jika siswa bercanda ketika pembelajaran berlangsung ? a. Selalu c. Jaran b. Sering d. Tidak pernah 7. Apakah guru PAI bersikap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan pelajaran ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 8. Apakah guru PAI menyapa duluan ketika berpapasan dengan siswa ? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 9. Apakah guru PAI membantu siswa ketika mengalami kesulitan belajar? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 10. Apakah guru PAI tersenyum ketika bertemu dengan siswa? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 11. Apakah guru PAI menanyakan kabar siswa ketika berpapasan dengan siswa? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 12. Apakah guru PAI menghadiri undangan rapat guru? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 13. Apakah guru PAI memberikan nasehat diluar kelas ataupun di dalam kelas? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 14. Apakah guru PAI menjenguk rekan guru yang sakit? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 15. Apakah guru PAI melakukan diskusi kecil terkait dengan pendidikan bersama rekan guru? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah Quisener yang valid “Mengenai Karakter Siswa Kelas XII Keperawatan Di SMK KHARISMA Panongan” Petunjuk : 5. Pertanyaan ini bertujuan untuk kepentingan penelitian skripsi 6. Peneliti berharap kejujuran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut 7. Pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan penilaian hasil belajar 8. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang sesuai dengan keinginan anda. Nama : Hari/Tanggal : / 2015 Kelas : Pertanyaan 1. Apakah kamu mengerjakan shalat fardhu lima waktu? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 2. Apakah kamu berkata jujur kepada orang tua dan guru? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 3. Apakah kamu menyontek saat ulangan/UTS/UAS? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 4. Apakah kamu datang tepat waktu ke sekolah? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 5. Apakah kamu bertanya kepada guru jika ada pelajaran yang kurang dipahami? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 6. Apakah kamu membantu teman atau orang lain saat kamu melihatnya dalam kesulitan? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 7. Apakah kamu membuang sampah pada tempatnya? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 8. Apakah kamu menghormati yang lebih tua? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 9. Apakah kamu menyayangi yang lebih muda? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 10. Apakah kamu mengerjakan PR dari guru? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 11. Apakah kamu mencium tangan kepada orang tua ketika hendak bepergian dan saat bertemu dengan guru? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 12. Apakah kamu selalu menutup aurat saat di depan orang yang bukan mahram mu? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 13. Apakah kamu menepati apa yang sudah kamu janjikan kepada orang lain? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 14. Apakah kamu meminta maaf ketika berbuat salah? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 15. Apakah kamu mengucapkan terima kasih setelah ditolong oleh orang lain? a. b. c. d. Selalu Sering Jarang Tidak pernah Jawaban Angket Siswa No Jenis Kelamin Kelas Jawaban Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 P XII 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 P XII 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 P XII 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 P XII 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 P XII 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 P XII 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 7 P XII 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 8 P XII 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 9 P XII 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 10 P XII 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 11 L XII 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 12 P XII 4 3 4 4 4 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 13 P XII 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 14 P XII 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 15 P XII 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 16 P XII 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 17 P XII 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 18 P XII 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 19 L XII 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 20 L XII 4 3 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 21 P XII 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 22 P XII 4 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 23 P XII 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 24 P XII 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 25 P XII 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 26 P XII 4 3 4 4 4 3 4 2 3 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Juml ah 27 P XII 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 28 P XII 4 2 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 29 P XII 4 2 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 30 P XII 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 31 P XII 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 32 P XII 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 33 P XII 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 34 L XII 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 P 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 36 L XII 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 37 P XII 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 38 P XII 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 39 P XII 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 40 P XII 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Jumlah Dokumentasi Penelitian