Analisis Arus Kas Kegiatan Operasi Dalam Mendeteksi Manipulasi

advertisement
ANALISIS ARUS KAS KEGIATAN OPERASI DALAM MENDETEKSI
MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KINERJA PASAR
ABSTRACT
This research aims at identifying firm’s tendency to execute real activities
manipulation through cash flow from operating activities and its impact to market
performance. The sample is drawn from firms in the biggest 50 firms with assets
above 1 trillion rupiahs for period of 2001 – 2006, which are published in Swa100.
The research model used is based on Roychowdhury’s model (2003). Prior to test the
hypotheses, the researcher employed regression model to determine normal and
abnormal cash flow from operating activities. Then, descriptive statistics, one sample
t-test, and two independent samples t-test are used to test the research hypotheses.
The result shows that firms tend to execute real activities manipulation
through operating cash flow. Moreover, the impact of real activities manipulation on
market performance shows firms that are more likely executing real activities
manipulation have higher market performance than their counterparts. After
controlling for industrial types of the companies, the result finds that manufacturing
firms execute more real activities manipulation than non manufacturing firms.
Keywords: Operating cash flow, real activities manipulation, market performance.
LATAR BELAKANG PENELITIAN
Perusahaan sebagai kumpulan kontrak-kontrak (nexus of contracts) antar
berbagai pihak yaitu kontrak antara pemilik perusahaan dan karyawan berkaitan
dengan gaji atau kompensasi, kontrak antara perusahaan dan kreditur berkaitan
dengan hutang, dan kontrak dengan pemerintah berkaitan pajak. Di dalam perusahaan
terdapat pihak pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent). Baik pihak
principal maupun agent masing-masing mempunyai kepentingan pribadi yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan (conflict of interest). Pihak manajemen atau
manajer dituntut memenuhi kepentingan pemilik perusahaan namun di samping itu
manajer juga memiliki tujuan pribadi yang mungkin saja berbeda dengan pemilik.
1
Asimetri informasi (information asymmetry) antara pihak manajemen dan pemilik
perusahaan (shareholders) memberi keleluasaan dan kesempatan kepada manajer
untuk melakukan rekayasa yang disebut dengan istilah rekayasa laba atau manajemen
laba (earning management). Tujuan dari manajemen laba adalah menghindari
kerugian, mendapatkan kompensasi, memenuhi target laba, dan ramalan analis
(analyst forecast).
Manajemen laba dapat dilakukan dengan cara manipulasi akrual murni (pure
accrual) yaitu dengan discretionary accrual yang tidak memiliki pengaruh terhadap
arus kas secara langsung yang disebut dengan manipulasi akrual (Roychowdhury,
2003). Manajemen akrual dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui
laba sebelum direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang
diperlukan agar target laba tercapai. Namun, manipulasi akrual dibatasi oleh GAAP
dan manipulasi akrual di tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, manipulasi ini dapat
terdeteksi oleh auditor, investor ataupun badan pemerintah sehingga dapat berdampak
pada harga saham bahkan menyebabkan kebangkrutan atau kasus hukum. Oleh karena
itu, terdapat cara lain yang sering dilakukan oleh manajer untuk mengatur laba yaitu
dengan memanipulasi aktivitas riil (real activities manipulation). Manipulasi ini
terjadi sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik yaitu memenuhi target laba
tertentu, menghindari kerugian, mencapai target analyst forecast.
Pada penelitian ini difokuskan pada manipulasi aktivitas riil. Hal ini dilakukan
karena manipulasi aktivitas riil berdampak tidak hanya pada akrual saja namun juga
pada arus kas sehingga studi berkaitan dengan manipulasi ini menjadi menarik. Oleh
karena manipulasi aktivitas riil berdampak terhadap arus kas maka perusahaan dapat
terdeteksi melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak, dapat diketahui dari arus
kas. Roychowdhury (2003) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi terkena
2
dampak dari manipulasi aktivitas riil. Dalam penelitiannya, Roychowdhury (2003)
menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan laba rendah, yaitu perusahaan yang
masuk ke dalam sampel suspect melakukan manipulasi aktivitas riil, memiliki arus
kas operasi abnormal yang rendah dan biaya produksi abnormal yang tinggi. Fakta ini
konsisten dengan perusahaan yang mencoba untuk meningkatkan laba tahunan dengan
cara memberikan diskon harga untuk meningkatkan penjualan sementara dan dengan
produksi besar-besaran (overproduction). Namun, dalam penelitian Roychowdhury
(2003) tidak sampai kepada dampak arus kas operasi terhadap kinerja pasar.
Masalah Penelitian
Masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi?
2.
Apakah kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan
kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah analisis komponen arus kas kegiatan operasi
untuk menguji apakah manajemen melakukan manipulasi aktivitas riil dan dampaknya
terhadap kinerja pasar suatu perusahaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi studi berhubungan dengan arus kas bahwa laporan arus kas perlu kita
cermati karena memiliki informasi yang tidak kalah penting selain laporan laba rugi.
3
TELAAH LITERATUR DAN HIPOTESIS
Manipulasi Aktivitas Riil dan Arus Kas Kegiatan Operasi
Arus kas dari kegiatan operasi (cash flow from operations atau CFO)
merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasional perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman jangka pendek,
memelihara kemampuan operasional perusahaan, dan membiayai pengeluaranpengeluaran untuk kegiatan operasional.
Arus kas dari kegiatan operasi berisi
penerimaan dan pengeluran kas yang diperoleh dan digunakan untuk kegiatan
operasional
perusahaan.
Livnat
dan
Zarowin
(1990)
dalam
penelitiannya
mengidentifikasi komponen arus kas dari kegiatan operasi antara lain penerimaan kas
dari pelanggan, pembayaran kepada pemasok, karyawan, dan lainnya, pembayaran
pajak, pembayaran bunga, dan kegiatan operasi lainnya.
Manipulasi aktivitas riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh
manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi
berjalan. Oleh karena itu, manipulasi ini dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode
akuntansi berjalan. Hal waktu (timing) inilah yang menjadi bagian penting perusahaan
dalam hal ini manajer memiliki insentif melakukan manipulasi aktivitas riil
(Roychowdhury, 2003).
Teknik Manipulasi Aktivitas Riil
Teknik yang dapat dilakukan dalam manipulasi aktivitas riil antara lain
manajemen
penjualan,
overproduction,
dan
pengurangan
biaya
diskresi
(Roychowdhury, 2003).
Manajemen penjualan berkaitan mengenai manajer yang mencoba menaikkan
penjualan selama periode akuntansi dengan tujuan meningkatkan laba untuk
4
memenuhi target laba. Sebagai contoh manajer melakukan tambahan penjualan atau
mempercepat penjualan dari periode mendatang ke periode sekarang dengan cara
menawarkan potongan harga yang terbatas. Perusahaan juga dapat menawarkan
jangka waktu kredit yang lebih lunak. Sebagai contoh perusahaan retailer dan
otomobil sering menawarkan tingkat bunga kredit yang rendah sampai dengan akhir
periode akuntansi. Volume penjualan yang meningkat menyebabkan laba tahun
berjalan tinggi namun arus kas menurun karena arus kas masuk kecil akibat penjualan
kredit dan potongan harga. Oleh karena itu, aktivitas manajemen penjualan
menyebabkan arus kas kegiatan operasi periode sekarang menurun dibandingkan
level penjualan normal dan pertumbuhan abnormal dari piutang.
Teknik berikutnya adalah dengan melakukan produksi besar-besaran
(overproduction). Manajer dari perusahaan manufaktur dapat melakukan produksi
besar-besaran yaitu memproduksi barang lebih besar daripada yang dibutuhkan
dengan tujuan mencapai permintaan yang diharapkan sehingga laba dapat meningkat.
Produksi dalam skala besar menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah
unit barang yang besar sehingga rata-rata biaya per unit dan harga pokok penjualan
menurun. Penurunan harga pokok penjualan ini akan berdampak pada peningkatan
margin operasi. Dampak lain dari penurunan harga pokok per unit barang yang
diproduksi besar-besaran adalah arus kas kegiatan operasi lebih rendah daripada
tingkat penjualan normal. Thomas dan Zhang (2002) menemukan bahwa perusahaan
melakukan produksi besar-besaran dengan tujuan untuk meningkatkan laba yang
dilaporkan.
Menaikkan laba atau menghindari melaporkan laba negatif atau rugi juga
dapat dilakukan dengan mengurangi biaya diskresi. Biaya diskresi yang dapat
dikurangi adalah biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, dan biaya
5
penjualan, umum, dan administrasi seperti biaya pelatihan karyawan dan biaya
perbaikan dan perjalanan. Pengurangan terhadap biaya-biaya ini pada akhir periode
menyebabkan rekening hutang berkurang di bawah normal dan berdampak pada
akrual abnormal yang positif.
Arus Kas Kegiatan Operasi dan Kinerja Pasar
Kinerja pasar dilihat dari tingkat pengembalian investasi (return) jangka
panjang perusahaan atau return saham. Beberapa penelitian yang menguji kandungan
informasi tambahan arus kas selain oleh laba adalah Bowen, Burgstahler, dan Daley
(1987) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi memiliki informasi tambahan
selain yang dijelaskan oleh laba kepada pasar namun hasil penelitiannya disebabkan
oleh data periode tahun dan belum dilakukan adanya penanganan data yang outlier.
Rayburn (1986) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi dan agregat akrual
memiliki hubungan abnormal return. Demikian juga dengan Livnat dan Zarowin
(1990) yang menemukan komponen arus kas dari operasi dan pendanaan memiliki
hubungan dengan return. Penelitian di Indonesia yang melihat dampak arus kas
terhadap kinerja pasar antara lain Diana dan Kusuma (2004) yang menelliti di pasar
modal Indonesia menemukan bahwa arus kas dari kegiatan operasi penting dalam
menjelaskan return sekuritas. Penelitian yang mendeteksi manipulasi aktivitas riil
dan manajemen laba serta dampaknya terhadap kinerja adalah Rahman (2007) yang
menunjukkan bahwa motivasi manajemen laba pada saat perusahaan melakukan IPO
adalah menggunakan proksi akrual diskresi namun tidak untuk proksi manipulasi
aktivitas riil.
6
Kerangka Pemikiran
Manipulasi aktivitas riil pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan mencapai
target yaitu menghindari melaporkan kerugian untuk tujuan mendapatkan bonus dan
penilaian kinerja yang baik bagi perusahaan maupun individu di dalam perusahaan
tersebut. Tujuan dari manipulasi aktivitas riil adalah mengindari melaporkan kerugian
yang dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor yang berpengaruh pada laba yang
dilaporkan yaitu rekening-rekening yang masuk ke laporan laba rugi.
Cara yang dilakukan adalah dengan meningkatkan penjualan dengan
menawarkan potongan harga, penjualan kredit dengan bunga rendah, dan waktu kredit
yang lunak. Hal ini menyebabkan penjualan yang dilaporkan meningkat sehingga laba
yang dilaporkan pada periode tersebut meningkat. Selain dampak terhadap laba yang
meningkat, manipulasi aktivitas riil ini juga berdampak terhadap arus kas yang
dilaporkan pada periode bersangkutan. Hal ini berarti dengan adanya manipulasi
aktivitas riil yang dilakukan dengan cara penawaran potongan harga, pengurangan
biaya
iklan,
pengurangan
biaya
penjualan,
pengurangan
biaya
riset
dan
pengembangan, dan overproduction agar harga pokok penjualan rendah memiliki
dampak arus kas kegiatan operasi setelah adanya manipulasi aktivitas riil ini lebih
rendah dibandingkan dengan yang seharusnya atau normal apabila tidak terdapat
manipulasi aktivitas riil, atau dengan kata lain arus kas kegiatan operasi abnormal
rendah. Oleh karena arus kas terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil maka arus
kas ini dapat digunakan untuk menguji apakah perusahaan memiliki kecenderungan
melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak. Manipulasi aktivitas riil melalui
arus kas kegiatan operasi terlihat dari nilai rerata abnormal dari arus kas kegiatan
operasi yang rendah (di bawah 0). Angka 0 berarti antara nilai arus kas aktual dan
7
nilai arus kas normal adalah sama. Dengan demikian, rumusan hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
H1: Perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui
arus kas kegiatan operasi.
Arus kas yang dapat memiliki muatan dari manipulasi aktivitas riil berdampak
terhadap kinerja pasar. Penelitian dari Livnat dan Zarowin (1990) menemukan bahwa
arus kas kegiatan operasi memiliki dampak terhadap kinerja pasar perusahaan (return
saham). Dengan adanya manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
maka terdapat perbedaan kinerja pasar antara perusahaan yang diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil dan perusahaan yang diduga cenderung tidak
melakukan manipulasi aktivitas riil. Hal ini dikarenakan laba yang tinggi merupakan
salah satu indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga menyebabkan
kenaikan harga saham atas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan yang
melakukan manipulasi aktivitas riil memiliki kinerja pasar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan manipulasi aktivitas riil.
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H2: Kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan
dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi.
8
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Penelitian ini akan mengambil semua perusahaan yang masuk ke dalam
Swa100 yaitu 50 perusahaan terbaik menurut Swa100 yang memiliki total aktiva di
atas Rp 1 triliun dan EVA terbaik dari periode tahun 2001 sampai dengan 2006.
Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive
judgemental sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1. Masuk ke dalam 50 perusahaan terbaik versi Swa100 pada tahun 2001 – 2006
sehingga data laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian adalah dari
periode tahun 2000 – 2005 (periode akuntansi 1 tahun sebelum Swa melaporkan
perusahaan terbaik karena Swa mendasarkan perusahaan terbaik dari laporan
keuangan 1 periode akuntansi sebelumnya).
2. Memiliki periode akuntansi yang berakhir pada 31 Desember.
3. Data tersedia di Osiris dan CD annual report yang ada di perpustakaan MAKSI
UI (Magister Akuntansi Universitas Indonesia). Prosedur pemilihan sampel dapat
dilihat dari Tabel 1.
Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis
Sebelum masuk ke dalam pengujian hipotesis maka akan dilakukan regresi
untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal. Model regresi untuk arus kas
kegiatan operasi normal mereplikasi dari penelitian Roychowdhury (2003):
  
CFO
/
A

(
1
/
A
)

(
S
/
A
)

(
S
/
A
)

t
t

1
t

1
1
t
t

1
2
t

1
t

1
t
9
Keterangan:
CFOt/At-1
= Arus kas kegiatan operasi pada tahun t yang diskala dengan total
aktiva pada tahun t-1.
(1/At-1)
= Intersep yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1 dengan tujuan
supaya arus kas kegiatan operasi tidak memiliki nilai 0 ketika
penjualan dan lag penjualan bernilai 0.
St/ At-1
= Penjualan bersih pada tahun t yang diskala dengan total aktiva pada
tahun t-1.
St-1/ At-1
= Penjualan bersih pada tahun t-1 yang diskala dengan total aktiva pada
tahun t-1.
Oleh karena dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah arus kas kegiatan
operasi abnormal yang merupakan selisih dari nilai arus kas kegiatan operasi aktual
dan arus kas kegiatan operasi normal maka regresi yang dilakukan untuk mencari nilai
arus kas kegiatan operasi normal tidak dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini disebabkan
nilai yang dibutuhkan adalah nilai koefisien dari hasil regresi tersebut.
Untuk hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, ditentukan
berdasarkan rerata dan signifikansi nilai abnormal dari arus kas kegiatan operasi.
Apabila rerata arus kas kegiatan operasi abnormal seluruh sampel berada di bawah 0
dan signifikan maka sampel diduga cenderung melakukan manipulasi aktivtas riil
melalui arus kas kegiatan operasi sedangkan sampel yang berada di atas 0 berarti
sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi. Nilai rerata arus kas kegiatan operasi abnormal diperoleh dari
statistik deskriptif seluruh sampel dan pengujian signifikansi menggunakan one
samples t test dengan pengujian hipotesis 2 arah (two tail). Pengujian hipotesis 2
10
yaitu kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas
riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar
perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui
arus kas kegiatan operasi, dilakukan dengan membandingkan rerata kinerja pasar
untuk melihat kinerja pasar mana yang lebih besar setelah itu diuji signifikansi dari
perbedaan tersebut menggunakan uji beda dua sampel atau two independent samples
test (Ghozali dan Castellan, 2002). Pengujian hipotesis 2 menggunakan uji dua arah
(two tail). Kinerja pasar diproksi dengan menggunakan Cummulative Abnormal
Return (CAR).
ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Statistik deskriptif
Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas diproksi menggunakan nilai arus kas
abnormal. Namun, sebelum mencari arus kas abnormal perlu dihitung terlebih dahulu
arus kas kegiatan operasi normal. Statistik deskriptif untuk variabel-variabel yang
digunakan mencari nilai arus kas normal untuk keseluruhan sampel penelitian (264
sampel) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan karakteristik dari perusahaan yang masuk ke dalam 50
perusahaan terbaik menurut Swa dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 dengan
total aktiva di atas 1 triliun rupiah dan economic value added (EVA) terbaik.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif, rerata arus kas kegiatan operasi sebesar 21%
relatif terhadap total aktiva, nilai tengah 0,090 dengan simpangan baku sebesar 1,846.
Rerata penjualan periode t lebih besar dibandingkan rerata penjualan periode t-1
sebesar 21% relatif terhadap total aktiva dengan nilai tengah untuk penjualan periode t
11
adalah 0,844 dan penjualan periode t-1 sebesar 0,709. Koefisien hasil dari regresi
untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal terlihat pada Tabel 3.
Berdasarkan hasil koefisien regresi pada Tabel 3 maka koefisien tersebut
digunakan untuk mengestimasi nilai arus kas kegiatan operasi normal. Setelah
memperoleh nilai arus kas kegiatan operasi normal maka dapat dihitung nilai
abnormal dari arus kas kegiatan operasi dengan cara selisih antara arus kas kegiatan
operasi aktual dan arus kas kegiatan operasi normal. Kemudian nilai arus kas kegiatan
operasi abnormal inilah yang digunakan untuk menguji apakah perusahaan melakukan
manipulasi aktivitas riil ataukah tidak yaitu manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi (ABN_CFO). Tabel 4 menunjukkan statistik deskriptif untuk
variabel-variabel antara lain ABN_CFO dan Cummulative Abnormal Return (CAR)
yaitu bahwa rerata ABN_CFO sebesar -0,183 dengan nilai tengah sebesar -0,171 dan
simpangan baku 1,680. CAR keseluruhan sampel memiliki rerata sebesar -72,083,
nilai tengah sebesar 0,010 dengan nilai maksimum sebesar 2,46 dan minimum sebesar
-1000,52. Simpangan/deviasi dari data CAR sangat besar yaitu 258,854.
Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi
Pengujian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, menggunakan uji rerata.
Roychowdhury (2003) menemukan bahwa perusahaan yang cenderung melakukan
manipulasi aktivitas riil memperlihatkan arus kas kegiatan operasi yang rendah. Oleh
karena itu, penelitian ini menggunakan nilai arus kas abnormal untuk melihat
perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak.
Perusahaan yang masuk Swa memiliki kecenderungan untuk menaikkan laba agar
dapat dilihat memiliki prestasi yang bagus. Cara menaikkan laba dapat dilakukan
12
dengan meningkatkan penjualan, memberikan potongan harga, dan menawarkan
penjualan kredit dengan bunga yang rendah yang akhirnya menyebabkan laba periode
tersebut tinggi namun arus kas kegiatan operasi secara abnormal lebih rendah
dibandingkan dengan yang seharusnya pada periode bersangkutan. Oleh karena itu,
perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi apabila nilai arus kas kegiatan operasi abnormal (ABN_CFO) di
bawah 0 sedangkan perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi
aktivitas riil apabila nilai ABN_CFO berada di atas 0. Hasil dari pengujian hipotesis
1 dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil pengujian hipotesis satu menunjukkan bahwa dari keseluruhan sampel
yaitu 264 perusahaan-tahun, manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
(ABN_CFO) memiliki rerata -0,183 karena rerata berada di bawah nilai 0 (-0,183<0)
maka sampel diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi. Hal ini dikarenakan untuk melihat adanya kecenderungan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi apabila nilai rerata arus kas
kegiatan operasi abnormal di bawah 0. Namun, untuk membuktikan apakah nilai
rerata tersebut signifikan maka dilihat nilai signifikansinya. Dilihat dari nilai
signifikansi rerata abnormal dari arus kas kegiatan operasi memiliki nilai probabilitas
sebesar 0,0385 (yaitu dari p-value=0,077/2 karena pengujian two tail). Oleh karena
nilai signifikansi di bawah =5% (0,0385 < 5%) maka hipotesis 1 yang menyatakan
bahwa perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi tidak dapat ditolak pada tingkat =5%. Dari keseluruhan sampel
yaitu 264 perusahaan-tahun, sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi terdapat 225 perusahaan-tahun yang
13
terdiri dari 84 perusahaan (identic firms) dimana 43% merupakan perusahaan yang
lebih dari tiga kali masuk sebagai kategori 50 perusahaan terbaik edisi Swa.
Pada pengujian hipotesis 1 ini dibuktikan bahwa perusahaan diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Temuan adanya
manipulasi melalui arus kas kegiatan operasi konsisten dengan hasil dari
Roychowdhury (2003) bahwa perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melaporkan arus kas kegiatan operasi yang secara abnormal lebih rendah
dibandingkan yang seharusnya. Bens, Nagar, dan Wong (2002) menemukan bahwa
manajer dari perusahaan yang menghadapi dilusi laba per lembar saham sebagian
mengurangi biaya riset dan pengembangan untuk membiayai pembelian kembali
saham ESO (employee stock option). Dengan adanya pengurangan biaya riset dan
pengembangan akan berdampak pada kenaikan laba yang dilaporkan namun
menyebabkan arus kas kegiatan operasi secara abnormal rendah. Manipulasi aktivitas
riil melalui arus kas kegiatan operasi dapat dilakukan dengan cara manajemen
penjualan yaitu memberikan potongan harga besar-besaran, bunga kredit yang rendah
atau dengan produksi besar-besaran supaya harga pokok penjualan rendah sehingga
margin operasi tinggi (Roychowdhury, 2003).
Kecenderungan Manipulasi Aktivitas Riil, Industri, dan Kinerja Pasar
Statistik deskriptif dari kinerja pasar (CAR) untuk sampel yang diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan
kinerja pasar (CAR) untuk sampel yang diduga cenderung tidak melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Rerata CAR untuk sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih besar daripada rerata CAR untuk
14
sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi (-66,851>-102,266). Oleh karena itu, berdasarkan hasil statistik
deskriptif terlihat bahwa sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi memiliki rerata CAR yang lebih besar
daripada sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi yang berarti rerata CAR antara sampel yang diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan
sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi adalah berbeda. Namun, untuk melihat apakah perbedaan
tersebut signifikan hasilnya dipaparkan pada Tabel 7 yang menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan CAR yang signifikan antara sampel yang diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang
diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi pada taraf signifikansi Pada Tabel 7 terlihat bahwa nilai probabilitas
sebesar
0,0525
(0,0525<Dengan
demikian,
hasil
pengujian
ini
membuktikan bahwa kinerja pasar sampel yang diduga cenderung melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi berbeda dengan sampel
yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi yaitu kinerja pasar sampel yang cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil lebih tinggi dibandingkan kinerja pasar sampel yang cenderung tidak
melakukan manipulasi aktivitas riil. Oleh karena itu, hipotesis 2 yang menyatakan
kinerja pasar sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar
sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi, tidak dapat ditolak pada tingkat =10%.
15
Manajer memiliki insentif melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi adalah untuk tujuan menghindari kerugian atau mencapai target laba
tertentu pada periode bersangkutan dan apabila laba tinggi maka harga saham atau
kinerja pasar perusahaan akan cenderung meningkat. Di samping itu, laba yang tinggi
merupakan salah satu indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga
menyebabkan kenaikan harga saham atas perusahaan tersebut. Oleh karena itu,
manajer semakin memiliki insentif untuk melakukan manipulasi aktivitas riil agar
laba tinggi atau menghindari kerugian yang berdampak kinerja pasar lebih tinggi
dibandingkan dengan tidak melakukan manipulasi aktivitas riil.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif terhadap hipotesis 2, untuk keseluruhan
sampel yang merupakan sampel jenis industri manufaktur sebanyak 117 dan yang
merupakan sampel jenis industri non manufaktur sebanyak 147. Sedangkan untuk
perbandingan sampel antara sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang diduga cenderung
tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi setelah
dilakukan pemisahan ke dalam jenis industri manufaktur dan non manufaktur dapat
dilihat pada Tabel 8.
Hasil setelah pemisahan jenis industri menunjukkan bahwa untuk sampel jenis
industri manufaktur yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi sebesar 114 lebih besar dibandingkan sampel jenis
industri non manufaktur sebanyak 111 yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Sedangkan, untuk sampel yang diduga
cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
lebih banyak pada jenis industri non manufaktur. Perbandingan antara jenis industri
dan kecenderungan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
16
ditemukan adanya signifikansi hubungan (menggunakan pearson chi-square)
sehingga jenis industri manufaktur diduga lebih cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dibandingkan dengan jenis industri non
manufaktur karena nilai signifikansi di bawah taraf signifikansi =5% (0,000<5%).
Hal ini dibuktikan dengan 97,44% perusahaan jenis industri manufaktur diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
sedangkan perusahaan jenis industri non manufaktur hanya sebesar 75,51% yang
diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi.
Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi hasil dari penelitian ini antara lain pertama, laporan arus kas dapat
digunakan sebagai indikator apakah perusahaan cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dilakukan oleh
perusahaan dalam kegiatan sehari-hari namun jarang disadari oleh investor maupun
calon investor karena kegiatan manipulasi ini tidak seperti manipulasi yang sengaja
menaikkan atau menurunkan laba. Oleh karena itu, investor maupun calon investor
dapat mendeteksi manipulasi ini dari arus kas karena apabila menggunakan laba maka
tidak dapat mengetahui apakah manipulasi tersebut murni akrual atau manipulasi
aktivitas riil (Roychowdhury, 2003). Kedua, karena semakin pentingnya informasi
laporan arus kas di samping informasi laporan lainnya maka regulator atau pembuat
standar akuntansi dalam hal ini IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dapat memberikan
peraturan agar semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
men-
disclose laporannya karena terdapat bagian yang masih bersifat sukarela belum
kewajiban. Padahal kebutuhan investor ataupun calon investor atau pengguna laporan
17
keuangan sangat terbantu dengan adanya pengungkapan dari perusahaan yang
mendetail guna pengambilan keputusan. Selain itu, dengan adanya pengungkapan
yang lengkap dari perusahaan dapat mendorong meminimalkan perusahaan untuk
melakukan manipulasi aktivitas riil. Ketiga, berdasarkan hasil pengujian yang
memisahkan jenis industri manufaktur dan non manufaktur diperoleh bahwa
kecenderungan perusahaan manufaktur melakukan manipulasi aktivitas riil melalui
arus kas kegiatan operasi lebih besar dibandingkan perusahaan non manufaktur. Hal
ini dapat terjadi karena manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
banyak dilakukan dengan cara manajemen penjualan, potongan harga besar-besaran,
pengurangan biaya diskresi seperti biaya riset dan pengembangan, biaya iklan, dan
overproduction yang cenderung lebih banyak berhubungan dengan jenis industri yang
memiliki karakteristik manufaktur.
KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan berdasarkan ketertarikan penulis terhadap penelitian
dari Roychowdhury (2003) dan Livnat dan Zarowin (1990). Penelitian ini dilakukan
untuk menguji apakah laporan arus kas dapat digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi kecenderungan perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil yaitu
bahwa perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
baik arus kas kegiatan operasi dan mengetahui dampak arus kas kegiatan operasi
terhadap kinerja pasar yaitu apakah terdapat perbedaan kinerja pasar antara arus kas
yang terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil dan arus kas yang terkena dampak
dari manipulasi aktivitas riil. Hasil temuan penelitian adalah bahwa perusahaan
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi karena terdapat
perbedaan rerata yang signifikan pada arus kas kegiatan operasi abnormal. Dampak
18
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar
menemukan adanya perbedaan kinerja pasar yaitu kinerja pasar perusahaan yang
diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga
cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi.
Selain itu, ditemukan juga bahwa setelah memisahkan sampel ke dalam jenis industri
maka perusahaan industri manufaktur diduga lebih cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dibandingkan sampel jenis industri non
manufaktur.
Dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini terlihat bahwa terdapat
keterbatasan model yang digunakan untuk mengestimasi arus kas normal yang
dikembangkan dari penelitian Roychowdhury (2003) dan model ini belum teruji
sehingga dapat menyebabkan hasil yang bias. Saran untuk penelitian lanjutan adalah
menggunakan kategori-kategori dalam komponen arus kas kegiatan operasi sehingga
dapat dilihat dampak komponen di dalam arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja
pasar. Uji statistik dapat dikembangkan menjadi regresi untuk melihat pengaruh
kategori-kategori tersebut pada kinerja pasar. Selain itu, kinerja pasar dapat
menggunakan proksi Free Cash Flow (FCF) selain dengan CAR.
DAFTAR RUJUKAN
Bens, D., V. Nagar, dan M.H. Franco Wong. 2002. Real investment Implications of
Employee Stock Option Exercises. Journal of Accounting Research 40. hal 359
– 393.
Bowen, Robert M., David Burgstahler, dan Lane A. Daley. 1987. The Incremental
Information Content of Accrual versus Cash Flows. The Accounting Review.
Vol. LXII No. 4, hal.723 – 747.
19
Diana, Shinta Rahma dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Pengaruh Faktor Kontekstual
Terhadap Kegunaan Earnings dan Arus Kas Operasi dalam Menjelaskan
Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7 No. 1, hal. 74 – 93.
Ghozali, Imam dan John Castellan. 2002. Statistik Non-Parametrik-Teori dan Aplikasi
dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Livnat, Joshua dan Paul Zarowin. 1990. The Incremental Information Content of
Cash-Flow Components. Journal of Accounting and Economics, vol. 13, hal.
25-46.
Rahman, Anissa. 2007. Earnings Management Melalui Accruals dan Real Activities
Manipulation Pada Initial Public Offerings dan Kinerja Jangka Panjang (Studi
Empiris Pada Bursa Efek Jakarta). Tesis: Unpublished. Pascasarjana Ilmu
Akuntansi Universitas Indonesia
Rayburn, Judy. 1986. The Association of Operating Cash Flow and Accruals with
Security Returns. Journal of Accounting Research. Vol. 24, hal. 112 -133.
Roychowdhury, Sugata. 2003. Management of Earnings through the Manipulation of
Real Activities That Affect Cash Flow from Operation. Paper Work. Sloan
School of Management MIT.
Thomas, J.K. dan H. Zhang. 2002. Inventory Changes and Future Returns. Review of
Accounting Studies 7. hal 163 – 187.
Watts, Ross L. Dan J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice Hall
International, Inc.
Lampiran A: Sampel
NO
KODE
2001
1
2
3
4
5
6
7
AALI
ADHI
AKPI
AKRA
ALMI
AMFG
ANTM
1
1
1
TAHUN MASUK SWA
2002 2003 2004 2005
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2006
1
1
1
1
1
20
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
NO
BKSL
BLTA
BMTR
BRAM
BUDI
BUMI
CMNP
CPIN
CTBN
CTRA
CTRS
DAVO
DILD
DUTI
DYNA
ELTY
EPMT
FASW
GGRM
GRIV
HERO
HEXA
HITS
HMSP
IDSR
IKAI
IMAS
INCO
INDF
INDR
INTP
ISAT
JPFA
JRPT
JSPT
KAEF
KLBF
LPCK
LPKR
LSIP
KODE
1
1
1
LTLS
MAPI
MDLN
MDRN
MEDC
MLIA
MLND
MLPL
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2001
48
49
50
51
52
53
54
55
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2003
2004
1
2005
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
TAHUN MASUK SWA
2002
1
1
1
1
1
2006
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
21
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
MPPA
MYOR
OMRE
PGAS
PLIN
PTBA
PTRO
PWON
RALS
RMBA
SCMA
SHDA
SHSA
SIPD
SMDR
SMGR
SMRA
SPMA
SSIA
SUBA
SUDI
TBLA
TFCO
TINS
TLKM
TSPC
TURI
UGAR
ULTJ
UNIC
UNSP
UNTR
UNVR
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
22
Lampiran B : Output Penelitian
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian
Keterangan
Kurang
Total perusahaan yang masuk Swa100 tahun
2001-2006
Dikurangi:
Jumlah
204 perusahaan
Perusahaan yang masuk Swa100 yang 103 perusahaan
memiliki aset di bawah 1 triliun rupiah
tahun 2001 – 2006
Perusahaan yang tidak memiliki kode
Perusahaan
yang
tidak
kelengkapan data keuangan
3 perusahaan
memiliki 10 perusahaan
88 perusahaan
Total Sampel
Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel yang Digunakan Untuk Mengestimasi Arus Kas
Kegiatan Operasi Normal
Nilai
Simpangan
Variabel
Rerata Tengah Maksimum
Minimum
Baku
CFOt-1/TAt-1
0,210 0,090
30,018
-0,386
1,846
1/ TAt-1
0,000 0,000
0,000
0,000
0,000
SALESt/ TAt-1
1,207 0,844
33,524
0,000
2,357
SALESt-1/ TAt-1
0,994 0,709
36,735
0,014
2,310
Tabel 3
Hasil Koefisien Regresi Arus Kas Normal
t-stat
Probabilitas
Variabel
Koefisien
Konstanta
-0,155
-1,246
0,214
SALESt/ TAt-1
0,326
7,386
0,000
SALESt-1/ TAt-1
-0,029
-0,636
0,254
F-stat = 0,000
Tabel 4
Statistik Deskriptif Seluruh Sampel
Variabel
ABN_CFO
CAR
Rerata
-0,183
-72,083
Nilai Tengah
-0,171
0,010
Maksimum
24,47
2,46
Minimum
-10,87
-1000,52
Simpangan
Baku
1,680
258,854
23
Tabel 5
Hasil Pengujian Hipotesis 1
Rerata
Keterangan
Variabel
Probabilitas (P-value)
ABN_CFO
-0,183
0,0385**
H1 tidak dapat ditolak
**) signifikan pada tingkat =5%
Tabel 6
Statistik Deskriptif Kinerja Pasar Antara Sampel yang Diduga Cenderung
Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi dan
Sampel yang Diduga Cenderung Tidak Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil
Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi
Cenderung Manipulasi (N=225)
Cenderung Tidak Manipulasi (N=39)
Variabel
CAR
Rerata
-66,851
Ni.
Tengah
Simpangan
Baku
0,000
249,925
Rerata
-102,266
Ni. Tengah
Simpangan
Baku
0,120
307,327
Tabel 7
Uji Beda atas Kinerja Pasar Antara Sampel yang Diduga Cenderung Melakukan
Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi dan Sampel yang
Diduga Cenderung Tidak Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus
Kas Kegiatan Operasi
Keterangan
CAR
Mann-Whitney U
3673,000
Wilcoxon W
29098,000
Z
-1,623
Probabilitas
0,0525***
***) signifikan pada tingkat =10%
Tabel 8
Perbandingan Jenis Industri dan Kecenderungan Melakukan Manipulasi
Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi
Keterangan
Jenis Industri
Total
Manufaktur
Non Manufaktur
Cenderung Manipulasi
114
111
225
Cenderung Tidak Manipulasi
3
36
39
Probabilitas
0,000*
*) signifikan pada =5%
24
Download