ANALISIS ARUS KAS KEGIATAN OPERASI DALAM MENDETEKSI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA PASAR ABSTRACT This research aims at identifying firm’s tendency to execute real activities manipulation through cash flow from operating activities and its impact to market performance. The sample is drawn from firms in the biggest 50 firms with assets above 1 trillion rupiahs for period of 2001 – 2006, which are published in Swa100. The research model used is based on Roychowdhury’s model (2003). Prior to test the hypotheses, the researcher employed regression model to determine normal and abnormal cash flow from operating activities. Then, descriptive statistics, one sample t-test, and two independent samples t-test are used to test the research hypotheses. The result shows that firms tend to execute real activities manipulation through operating cash flow. Moreover, the impact of real activities manipulation on market performance shows firms that are more likely executing real activities manipulation have higher market performance than their counterparts. After controlling for industrial types of the companies, the result finds that manufacturing firms execute more real activities manipulation than non manufacturing firms. Keywords: Operating cash flow, real activities manipulation, market performance. LATAR BELAKANG PENELITIAN Perusahaan sebagai kumpulan kontrak-kontrak (nexus of contracts) antar berbagai pihak yaitu kontrak antara pemilik perusahaan dan karyawan berkaitan dengan gaji atau kompensasi, kontrak antara perusahaan dan kreditur berkaitan dengan hutang, dan kontrak dengan pemerintah berkaitan pajak. Di dalam perusahaan terdapat pihak pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent). Baik pihak principal maupun agent masing-masing mempunyai kepentingan pribadi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan (conflict of interest). Pihak manajemen atau manajer dituntut memenuhi kepentingan pemilik perusahaan namun di samping itu manajer juga memiliki tujuan pribadi yang mungkin saja berbeda dengan pemilik. 1 Asimetri informasi (information asymmetry) antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan (shareholders) memberi keleluasaan dan kesempatan kepada manajer untuk melakukan rekayasa yang disebut dengan istilah rekayasa laba atau manajemen laba (earning management). Tujuan dari manajemen laba adalah menghindari kerugian, mendapatkan kompensasi, memenuhi target laba, dan ramalan analis (analyst forecast). Manajemen laba dapat dilakukan dengan cara manipulasi akrual murni (pure accrual) yaitu dengan discretionary accrual yang tidak memiliki pengaruh terhadap arus kas secara langsung yang disebut dengan manipulasi akrual (Roychowdhury, 2003). Manajemen akrual dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui laba sebelum direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang diperlukan agar target laba tercapai. Namun, manipulasi akrual dibatasi oleh GAAP dan manipulasi akrual di tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, manipulasi ini dapat terdeteksi oleh auditor, investor ataupun badan pemerintah sehingga dapat berdampak pada harga saham bahkan menyebabkan kebangkrutan atau kasus hukum. Oleh karena itu, terdapat cara lain yang sering dilakukan oleh manajer untuk mengatur laba yaitu dengan memanipulasi aktivitas riil (real activities manipulation). Manipulasi ini terjadi sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari kerugian, mencapai target analyst forecast. Pada penelitian ini difokuskan pada manipulasi aktivitas riil. Hal ini dilakukan karena manipulasi aktivitas riil berdampak tidak hanya pada akrual saja namun juga pada arus kas sehingga studi berkaitan dengan manipulasi ini menjadi menarik. Oleh karena manipulasi aktivitas riil berdampak terhadap arus kas maka perusahaan dapat terdeteksi melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak, dapat diketahui dari arus kas. Roychowdhury (2003) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi terkena 2 dampak dari manipulasi aktivitas riil. Dalam penelitiannya, Roychowdhury (2003) menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan laba rendah, yaitu perusahaan yang masuk ke dalam sampel suspect melakukan manipulasi aktivitas riil, memiliki arus kas operasi abnormal yang rendah dan biaya produksi abnormal yang tinggi. Fakta ini konsisten dengan perusahaan yang mencoba untuk meningkatkan laba tahunan dengan cara memberikan diskon harga untuk meningkatkan penjualan sementara dan dengan produksi besar-besaran (overproduction). Namun, dalam penelitian Roychowdhury (2003) tidak sampai kepada dampak arus kas operasi terhadap kinerja pasar. Masalah Penelitian Masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi? 2. Apakah kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi? Tujuan dan Manfaat Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah analisis komponen arus kas kegiatan operasi untuk menguji apakah manajemen melakukan manipulasi aktivitas riil dan dampaknya terhadap kinerja pasar suatu perusahaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi studi berhubungan dengan arus kas bahwa laporan arus kas perlu kita cermati karena memiliki informasi yang tidak kalah penting selain laporan laba rugi. 3 TELAAH LITERATUR DAN HIPOTESIS Manipulasi Aktivitas Riil dan Arus Kas Kegiatan Operasi Arus kas dari kegiatan operasi (cash flow from operations atau CFO) merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasional perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman jangka pendek, memelihara kemampuan operasional perusahaan, dan membiayai pengeluaranpengeluaran untuk kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan operasi berisi penerimaan dan pengeluran kas yang diperoleh dan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Livnat dan Zarowin (1990) dalam penelitiannya mengidentifikasi komponen arus kas dari kegiatan operasi antara lain penerimaan kas dari pelanggan, pembayaran kepada pemasok, karyawan, dan lainnya, pembayaran pajak, pembayaran bunga, dan kegiatan operasi lainnya. Manipulasi aktivitas riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi berjalan. Oleh karena itu, manipulasi ini dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi berjalan. Hal waktu (timing) inilah yang menjadi bagian penting perusahaan dalam hal ini manajer memiliki insentif melakukan manipulasi aktivitas riil (Roychowdhury, 2003). Teknik Manipulasi Aktivitas Riil Teknik yang dapat dilakukan dalam manipulasi aktivitas riil antara lain manajemen penjualan, overproduction, dan pengurangan biaya diskresi (Roychowdhury, 2003). Manajemen penjualan berkaitan mengenai manajer yang mencoba menaikkan penjualan selama periode akuntansi dengan tujuan meningkatkan laba untuk 4 memenuhi target laba. Sebagai contoh manajer melakukan tambahan penjualan atau mempercepat penjualan dari periode mendatang ke periode sekarang dengan cara menawarkan potongan harga yang terbatas. Perusahaan juga dapat menawarkan jangka waktu kredit yang lebih lunak. Sebagai contoh perusahaan retailer dan otomobil sering menawarkan tingkat bunga kredit yang rendah sampai dengan akhir periode akuntansi. Volume penjualan yang meningkat menyebabkan laba tahun berjalan tinggi namun arus kas menurun karena arus kas masuk kecil akibat penjualan kredit dan potongan harga. Oleh karena itu, aktivitas manajemen penjualan menyebabkan arus kas kegiatan operasi periode sekarang menurun dibandingkan level penjualan normal dan pertumbuhan abnormal dari piutang. Teknik berikutnya adalah dengan melakukan produksi besar-besaran (overproduction). Manajer dari perusahaan manufaktur dapat melakukan produksi besar-besaran yaitu memproduksi barang lebih besar daripada yang dibutuhkan dengan tujuan mencapai permintaan yang diharapkan sehingga laba dapat meningkat. Produksi dalam skala besar menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah unit barang yang besar sehingga rata-rata biaya per unit dan harga pokok penjualan menurun. Penurunan harga pokok penjualan ini akan berdampak pada peningkatan margin operasi. Dampak lain dari penurunan harga pokok per unit barang yang diproduksi besar-besaran adalah arus kas kegiatan operasi lebih rendah daripada tingkat penjualan normal. Thomas dan Zhang (2002) menemukan bahwa perusahaan melakukan produksi besar-besaran dengan tujuan untuk meningkatkan laba yang dilaporkan. Menaikkan laba atau menghindari melaporkan laba negatif atau rugi juga dapat dilakukan dengan mengurangi biaya diskresi. Biaya diskresi yang dapat dikurangi adalah biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, dan biaya 5 penjualan, umum, dan administrasi seperti biaya pelatihan karyawan dan biaya perbaikan dan perjalanan. Pengurangan terhadap biaya-biaya ini pada akhir periode menyebabkan rekening hutang berkurang di bawah normal dan berdampak pada akrual abnormal yang positif. Arus Kas Kegiatan Operasi dan Kinerja Pasar Kinerja pasar dilihat dari tingkat pengembalian investasi (return) jangka panjang perusahaan atau return saham. Beberapa penelitian yang menguji kandungan informasi tambahan arus kas selain oleh laba adalah Bowen, Burgstahler, dan Daley (1987) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi memiliki informasi tambahan selain yang dijelaskan oleh laba kepada pasar namun hasil penelitiannya disebabkan oleh data periode tahun dan belum dilakukan adanya penanganan data yang outlier. Rayburn (1986) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi dan agregat akrual memiliki hubungan abnormal return. Demikian juga dengan Livnat dan Zarowin (1990) yang menemukan komponen arus kas dari operasi dan pendanaan memiliki hubungan dengan return. Penelitian di Indonesia yang melihat dampak arus kas terhadap kinerja pasar antara lain Diana dan Kusuma (2004) yang menelliti di pasar modal Indonesia menemukan bahwa arus kas dari kegiatan operasi penting dalam menjelaskan return sekuritas. Penelitian yang mendeteksi manipulasi aktivitas riil dan manajemen laba serta dampaknya terhadap kinerja adalah Rahman (2007) yang menunjukkan bahwa motivasi manajemen laba pada saat perusahaan melakukan IPO adalah menggunakan proksi akrual diskresi namun tidak untuk proksi manipulasi aktivitas riil. 6 Kerangka Pemikiran Manipulasi aktivitas riil pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan mencapai target yaitu menghindari melaporkan kerugian untuk tujuan mendapatkan bonus dan penilaian kinerja yang baik bagi perusahaan maupun individu di dalam perusahaan tersebut. Tujuan dari manipulasi aktivitas riil adalah mengindari melaporkan kerugian yang dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor yang berpengaruh pada laba yang dilaporkan yaitu rekening-rekening yang masuk ke laporan laba rugi. Cara yang dilakukan adalah dengan meningkatkan penjualan dengan menawarkan potongan harga, penjualan kredit dengan bunga rendah, dan waktu kredit yang lunak. Hal ini menyebabkan penjualan yang dilaporkan meningkat sehingga laba yang dilaporkan pada periode tersebut meningkat. Selain dampak terhadap laba yang meningkat, manipulasi aktivitas riil ini juga berdampak terhadap arus kas yang dilaporkan pada periode bersangkutan. Hal ini berarti dengan adanya manipulasi aktivitas riil yang dilakukan dengan cara penawaran potongan harga, pengurangan biaya iklan, pengurangan biaya penjualan, pengurangan biaya riset dan pengembangan, dan overproduction agar harga pokok penjualan rendah memiliki dampak arus kas kegiatan operasi setelah adanya manipulasi aktivitas riil ini lebih rendah dibandingkan dengan yang seharusnya atau normal apabila tidak terdapat manipulasi aktivitas riil, atau dengan kata lain arus kas kegiatan operasi abnormal rendah. Oleh karena arus kas terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil maka arus kas ini dapat digunakan untuk menguji apakah perusahaan memiliki kecenderungan melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi terlihat dari nilai rerata abnormal dari arus kas kegiatan operasi yang rendah (di bawah 0). Angka 0 berarti antara nilai arus kas aktual dan 7 nilai arus kas normal adalah sama. Dengan demikian, rumusan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H1: Perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Arus kas yang dapat memiliki muatan dari manipulasi aktivitas riil berdampak terhadap kinerja pasar. Penelitian dari Livnat dan Zarowin (1990) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi memiliki dampak terhadap kinerja pasar perusahaan (return saham). Dengan adanya manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi maka terdapat perbedaan kinerja pasar antara perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil dan perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil. Hal ini dikarenakan laba yang tinggi merupakan salah satu indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga menyebabkan kenaikan harga saham atas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas riil memiliki kinerja pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan manipulasi aktivitas riil. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H2: Kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. 8 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini akan mengambil semua perusahaan yang masuk ke dalam Swa100 yaitu 50 perusahaan terbaik menurut Swa100 yang memiliki total aktiva di atas Rp 1 triliun dan EVA terbaik dari periode tahun 2001 sampai dengan 2006. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive judgemental sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1. Masuk ke dalam 50 perusahaan terbaik versi Swa100 pada tahun 2001 – 2006 sehingga data laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian adalah dari periode tahun 2000 – 2005 (periode akuntansi 1 tahun sebelum Swa melaporkan perusahaan terbaik karena Swa mendasarkan perusahaan terbaik dari laporan keuangan 1 periode akuntansi sebelumnya). 2. Memiliki periode akuntansi yang berakhir pada 31 Desember. 3. Data tersedia di Osiris dan CD annual report yang ada di perpustakaan MAKSI UI (Magister Akuntansi Universitas Indonesia). Prosedur pemilihan sampel dapat dilihat dari Tabel 1. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis Sebelum masuk ke dalam pengujian hipotesis maka akan dilakukan regresi untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal. Model regresi untuk arus kas kegiatan operasi normal mereplikasi dari penelitian Roychowdhury (2003): CFO / A ( 1 / A ) ( S / A ) ( S / A ) t t 1 t 1 1 t t 1 2 t 1 t 1 t 9 Keterangan: CFOt/At-1 = Arus kas kegiatan operasi pada tahun t yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1. (1/At-1) = Intersep yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1 dengan tujuan supaya arus kas kegiatan operasi tidak memiliki nilai 0 ketika penjualan dan lag penjualan bernilai 0. St/ At-1 = Penjualan bersih pada tahun t yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1. St-1/ At-1 = Penjualan bersih pada tahun t-1 yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1. Oleh karena dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah arus kas kegiatan operasi abnormal yang merupakan selisih dari nilai arus kas kegiatan operasi aktual dan arus kas kegiatan operasi normal maka regresi yang dilakukan untuk mencari nilai arus kas kegiatan operasi normal tidak dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini disebabkan nilai yang dibutuhkan adalah nilai koefisien dari hasil regresi tersebut. Untuk hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, ditentukan berdasarkan rerata dan signifikansi nilai abnormal dari arus kas kegiatan operasi. Apabila rerata arus kas kegiatan operasi abnormal seluruh sampel berada di bawah 0 dan signifikan maka sampel diduga cenderung melakukan manipulasi aktivtas riil melalui arus kas kegiatan operasi sedangkan sampel yang berada di atas 0 berarti sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Nilai rerata arus kas kegiatan operasi abnormal diperoleh dari statistik deskriptif seluruh sampel dan pengujian signifikansi menggunakan one samples t test dengan pengujian hipotesis 2 arah (two tail). Pengujian hipotesis 2 10 yaitu kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, dilakukan dengan membandingkan rerata kinerja pasar untuk melihat kinerja pasar mana yang lebih besar setelah itu diuji signifikansi dari perbedaan tersebut menggunakan uji beda dua sampel atau two independent samples test (Ghozali dan Castellan, 2002). Pengujian hipotesis 2 menggunakan uji dua arah (two tail). Kinerja pasar diproksi dengan menggunakan Cummulative Abnormal Return (CAR). ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas diproksi menggunakan nilai arus kas abnormal. Namun, sebelum mencari arus kas abnormal perlu dihitung terlebih dahulu arus kas kegiatan operasi normal. Statistik deskriptif untuk variabel-variabel yang digunakan mencari nilai arus kas normal untuk keseluruhan sampel penelitian (264 sampel) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan karakteristik dari perusahaan yang masuk ke dalam 50 perusahaan terbaik menurut Swa dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 dengan total aktiva di atas 1 triliun rupiah dan economic value added (EVA) terbaik. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, rerata arus kas kegiatan operasi sebesar 21% relatif terhadap total aktiva, nilai tengah 0,090 dengan simpangan baku sebesar 1,846. Rerata penjualan periode t lebih besar dibandingkan rerata penjualan periode t-1 sebesar 21% relatif terhadap total aktiva dengan nilai tengah untuk penjualan periode t 11 adalah 0,844 dan penjualan periode t-1 sebesar 0,709. Koefisien hasil dari regresi untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal terlihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil koefisien regresi pada Tabel 3 maka koefisien tersebut digunakan untuk mengestimasi nilai arus kas kegiatan operasi normal. Setelah memperoleh nilai arus kas kegiatan operasi normal maka dapat dihitung nilai abnormal dari arus kas kegiatan operasi dengan cara selisih antara arus kas kegiatan operasi aktual dan arus kas kegiatan operasi normal. Kemudian nilai arus kas kegiatan operasi abnormal inilah yang digunakan untuk menguji apakah perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak yaitu manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO). Tabel 4 menunjukkan statistik deskriptif untuk variabel-variabel antara lain ABN_CFO dan Cummulative Abnormal Return (CAR) yaitu bahwa rerata ABN_CFO sebesar -0,183 dengan nilai tengah sebesar -0,171 dan simpangan baku 1,680. CAR keseluruhan sampel memiliki rerata sebesar -72,083, nilai tengah sebesar 0,010 dengan nilai maksimum sebesar 2,46 dan minimum sebesar -1000,52. Simpangan/deviasi dari data CAR sangat besar yaitu 258,854. Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi Pengujian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, menggunakan uji rerata. Roychowdhury (2003) menemukan bahwa perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil memperlihatkan arus kas kegiatan operasi yang rendah. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai arus kas abnormal untuk melihat perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak. Perusahaan yang masuk Swa memiliki kecenderungan untuk menaikkan laba agar dapat dilihat memiliki prestasi yang bagus. Cara menaikkan laba dapat dilakukan 12 dengan meningkatkan penjualan, memberikan potongan harga, dan menawarkan penjualan kredit dengan bunga yang rendah yang akhirnya menyebabkan laba periode tersebut tinggi namun arus kas kegiatan operasi secara abnormal lebih rendah dibandingkan dengan yang seharusnya pada periode bersangkutan. Oleh karena itu, perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi apabila nilai arus kas kegiatan operasi abnormal (ABN_CFO) di bawah 0 sedangkan perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil apabila nilai ABN_CFO berada di atas 0. Hasil dari pengujian hipotesis 1 dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil pengujian hipotesis satu menunjukkan bahwa dari keseluruhan sampel yaitu 264 perusahaan-tahun, manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO) memiliki rerata -0,183 karena rerata berada di bawah nilai 0 (-0,183<0) maka sampel diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Hal ini dikarenakan untuk melihat adanya kecenderungan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi apabila nilai rerata arus kas kegiatan operasi abnormal di bawah 0. Namun, untuk membuktikan apakah nilai rerata tersebut signifikan maka dilihat nilai signifikansinya. Dilihat dari nilai signifikansi rerata abnormal dari arus kas kegiatan operasi memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0385 (yaitu dari p-value=0,077/2 karena pengujian two tail). Oleh karena nilai signifikansi di bawah =5% (0,0385 < 5%) maka hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi tidak dapat ditolak pada tingkat =5%. Dari keseluruhan sampel yaitu 264 perusahaan-tahun, sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi terdapat 225 perusahaan-tahun yang 13 terdiri dari 84 perusahaan (identic firms) dimana 43% merupakan perusahaan yang lebih dari tiga kali masuk sebagai kategori 50 perusahaan terbaik edisi Swa. Pada pengujian hipotesis 1 ini dibuktikan bahwa perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Temuan adanya manipulasi melalui arus kas kegiatan operasi konsisten dengan hasil dari Roychowdhury (2003) bahwa perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melaporkan arus kas kegiatan operasi yang secara abnormal lebih rendah dibandingkan yang seharusnya. Bens, Nagar, dan Wong (2002) menemukan bahwa manajer dari perusahaan yang menghadapi dilusi laba per lembar saham sebagian mengurangi biaya riset dan pengembangan untuk membiayai pembelian kembali saham ESO (employee stock option). Dengan adanya pengurangan biaya riset dan pengembangan akan berdampak pada kenaikan laba yang dilaporkan namun menyebabkan arus kas kegiatan operasi secara abnormal rendah. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dapat dilakukan dengan cara manajemen penjualan yaitu memberikan potongan harga besar-besaran, bunga kredit yang rendah atau dengan produksi besar-besaran supaya harga pokok penjualan rendah sehingga margin operasi tinggi (Roychowdhury, 2003). Kecenderungan Manipulasi Aktivitas Riil, Industri, dan Kinerja Pasar Statistik deskriptif dari kinerja pasar (CAR) untuk sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan kinerja pasar (CAR) untuk sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dapat dilihat pada Tabel 6. Rerata CAR untuk sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih besar daripada rerata CAR untuk 14 sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi (-66,851>-102,266). Oleh karena itu, berdasarkan hasil statistik deskriptif terlihat bahwa sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi memiliki rerata CAR yang lebih besar daripada sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi yang berarti rerata CAR antara sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi adalah berbeda. Namun, untuk melihat apakah perbedaan tersebut signifikan hasilnya dipaparkan pada Tabel 7 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan CAR yang signifikan antara sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi pada taraf signifikansi Pada Tabel 7 terlihat bahwa nilai probabilitas sebesar 0,0525 (0,0525<Dengan demikian, hasil pengujian ini membuktikan bahwa kinerja pasar sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi berbeda dengan sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi yaitu kinerja pasar sampel yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil lebih tinggi dibandingkan kinerja pasar sampel yang cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil. Oleh karena itu, hipotesis 2 yang menyatakan kinerja pasar sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, tidak dapat ditolak pada tingkat =10%. 15 Manajer memiliki insentif melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi adalah untuk tujuan menghindari kerugian atau mencapai target laba tertentu pada periode bersangkutan dan apabila laba tinggi maka harga saham atau kinerja pasar perusahaan akan cenderung meningkat. Di samping itu, laba yang tinggi merupakan salah satu indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga menyebabkan kenaikan harga saham atas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, manajer semakin memiliki insentif untuk melakukan manipulasi aktivitas riil agar laba tinggi atau menghindari kerugian yang berdampak kinerja pasar lebih tinggi dibandingkan dengan tidak melakukan manipulasi aktivitas riil. Berdasarkan hasil statistik deskriptif terhadap hipotesis 2, untuk keseluruhan sampel yang merupakan sampel jenis industri manufaktur sebanyak 117 dan yang merupakan sampel jenis industri non manufaktur sebanyak 147. Sedangkan untuk perbandingan sampel antara sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi setelah dilakukan pemisahan ke dalam jenis industri manufaktur dan non manufaktur dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil setelah pemisahan jenis industri menunjukkan bahwa untuk sampel jenis industri manufaktur yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi sebesar 114 lebih besar dibandingkan sampel jenis industri non manufaktur sebanyak 111 yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Sedangkan, untuk sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih banyak pada jenis industri non manufaktur. Perbandingan antara jenis industri dan kecenderungan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi 16 ditemukan adanya signifikansi hubungan (menggunakan pearson chi-square) sehingga jenis industri manufaktur diduga lebih cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dibandingkan dengan jenis industri non manufaktur karena nilai signifikansi di bawah taraf signifikansi =5% (0,000<5%). Hal ini dibuktikan dengan 97,44% perusahaan jenis industri manufaktur diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi sedangkan perusahaan jenis industri non manufaktur hanya sebesar 75,51% yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Implikasi Hasil Penelitian Implikasi hasil dari penelitian ini antara lain pertama, laporan arus kas dapat digunakan sebagai indikator apakah perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan sehari-hari namun jarang disadari oleh investor maupun calon investor karena kegiatan manipulasi ini tidak seperti manipulasi yang sengaja menaikkan atau menurunkan laba. Oleh karena itu, investor maupun calon investor dapat mendeteksi manipulasi ini dari arus kas karena apabila menggunakan laba maka tidak dapat mengetahui apakah manipulasi tersebut murni akrual atau manipulasi aktivitas riil (Roychowdhury, 2003). Kedua, karena semakin pentingnya informasi laporan arus kas di samping informasi laporan lainnya maka regulator atau pembuat standar akuntansi dalam hal ini IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dapat memberikan peraturan agar semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia men- disclose laporannya karena terdapat bagian yang masih bersifat sukarela belum kewajiban. Padahal kebutuhan investor ataupun calon investor atau pengguna laporan 17 keuangan sangat terbantu dengan adanya pengungkapan dari perusahaan yang mendetail guna pengambilan keputusan. Selain itu, dengan adanya pengungkapan yang lengkap dari perusahaan dapat mendorong meminimalkan perusahaan untuk melakukan manipulasi aktivitas riil. Ketiga, berdasarkan hasil pengujian yang memisahkan jenis industri manufaktur dan non manufaktur diperoleh bahwa kecenderungan perusahaan manufaktur melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih besar dibandingkan perusahaan non manufaktur. Hal ini dapat terjadi karena manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi banyak dilakukan dengan cara manajemen penjualan, potongan harga besar-besaran, pengurangan biaya diskresi seperti biaya riset dan pengembangan, biaya iklan, dan overproduction yang cenderung lebih banyak berhubungan dengan jenis industri yang memiliki karakteristik manufaktur. KESIMPULAN Penelitian ini dilakukan berdasarkan ketertarikan penulis terhadap penelitian dari Roychowdhury (2003) dan Livnat dan Zarowin (1990). Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah laporan arus kas dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi kecenderungan perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil yaitu bahwa perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas baik arus kas kegiatan operasi dan mengetahui dampak arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar yaitu apakah terdapat perbedaan kinerja pasar antara arus kas yang terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil dan arus kas yang terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil. Hasil temuan penelitian adalah bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi karena terdapat perbedaan rerata yang signifikan pada arus kas kegiatan operasi abnormal. Dampak 18 manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar menemukan adanya perbedaan kinerja pasar yaitu kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Selain itu, ditemukan juga bahwa setelah memisahkan sampel ke dalam jenis industri maka perusahaan industri manufaktur diduga lebih cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dibandingkan sampel jenis industri non manufaktur. Dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini terlihat bahwa terdapat keterbatasan model yang digunakan untuk mengestimasi arus kas normal yang dikembangkan dari penelitian Roychowdhury (2003) dan model ini belum teruji sehingga dapat menyebabkan hasil yang bias. Saran untuk penelitian lanjutan adalah menggunakan kategori-kategori dalam komponen arus kas kegiatan operasi sehingga dapat dilihat dampak komponen di dalam arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar. Uji statistik dapat dikembangkan menjadi regresi untuk melihat pengaruh kategori-kategori tersebut pada kinerja pasar. Selain itu, kinerja pasar dapat menggunakan proksi Free Cash Flow (FCF) selain dengan CAR. DAFTAR RUJUKAN Bens, D., V. Nagar, dan M.H. Franco Wong. 2002. Real investment Implications of Employee Stock Option Exercises. Journal of Accounting Research 40. hal 359 – 393. Bowen, Robert M., David Burgstahler, dan Lane A. Daley. 1987. The Incremental Information Content of Accrual versus Cash Flows. The Accounting Review. Vol. LXII No. 4, hal.723 – 747. 19 Diana, Shinta Rahma dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Pengaruh Faktor Kontekstual Terhadap Kegunaan Earnings dan Arus Kas Operasi dalam Menjelaskan Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7 No. 1, hal. 74 – 93. Ghozali, Imam dan John Castellan. 2002. Statistik Non-Parametrik-Teori dan Aplikasi dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Livnat, Joshua dan Paul Zarowin. 1990. The Incremental Information Content of Cash-Flow Components. Journal of Accounting and Economics, vol. 13, hal. 25-46. Rahman, Anissa. 2007. Earnings Management Melalui Accruals dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings dan Kinerja Jangka Panjang (Studi Empiris Pada Bursa Efek Jakarta). Tesis: Unpublished. Pascasarjana Ilmu Akuntansi Universitas Indonesia Rayburn, Judy. 1986. The Association of Operating Cash Flow and Accruals with Security Returns. Journal of Accounting Research. Vol. 24, hal. 112 -133. Roychowdhury, Sugata. 2003. Management of Earnings through the Manipulation of Real Activities That Affect Cash Flow from Operation. Paper Work. Sloan School of Management MIT. Thomas, J.K. dan H. Zhang. 2002. Inventory Changes and Future Returns. Review of Accounting Studies 7. hal 163 – 187. Watts, Ross L. Dan J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice Hall International, Inc. Lampiran A: Sampel NO KODE 2001 1 2 3 4 5 6 7 AALI ADHI AKPI AKRA ALMI AMFG ANTM 1 1 1 TAHUN MASUK SWA 2002 2003 2004 2005 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2006 1 1 1 1 1 20 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 NO BKSL BLTA BMTR BRAM BUDI BUMI CMNP CPIN CTBN CTRA CTRS DAVO DILD DUTI DYNA ELTY EPMT FASW GGRM GRIV HERO HEXA HITS HMSP IDSR IKAI IMAS INCO INDF INDR INTP ISAT JPFA JRPT JSPT KAEF KLBF LPCK LPKR LSIP KODE 1 1 1 LTLS MAPI MDLN MDRN MEDC MLIA MLND MLPL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2001 48 49 50 51 52 53 54 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2003 2004 1 2005 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 TAHUN MASUK SWA 2002 1 1 1 1 1 2006 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 MPPA MYOR OMRE PGAS PLIN PTBA PTRO PWON RALS RMBA SCMA SHDA SHSA SIPD SMDR SMGR SMRA SPMA SSIA SUBA SUDI TBLA TFCO TINS TLKM TSPC TURI UGAR ULTJ UNIC UNSP UNTR UNVR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 Lampiran B : Output Penelitian Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian Keterangan Kurang Total perusahaan yang masuk Swa100 tahun 2001-2006 Dikurangi: Jumlah 204 perusahaan Perusahaan yang masuk Swa100 yang 103 perusahaan memiliki aset di bawah 1 triliun rupiah tahun 2001 – 2006 Perusahaan yang tidak memiliki kode Perusahaan yang tidak kelengkapan data keuangan 3 perusahaan memiliki 10 perusahaan 88 perusahaan Total Sampel Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel yang Digunakan Untuk Mengestimasi Arus Kas Kegiatan Operasi Normal Nilai Simpangan Variabel Rerata Tengah Maksimum Minimum Baku CFOt-1/TAt-1 0,210 0,090 30,018 -0,386 1,846 1/ TAt-1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 SALESt/ TAt-1 1,207 0,844 33,524 0,000 2,357 SALESt-1/ TAt-1 0,994 0,709 36,735 0,014 2,310 Tabel 3 Hasil Koefisien Regresi Arus Kas Normal t-stat Probabilitas Variabel Koefisien Konstanta -0,155 -1,246 0,214 SALESt/ TAt-1 0,326 7,386 0,000 SALESt-1/ TAt-1 -0,029 -0,636 0,254 F-stat = 0,000 Tabel 4 Statistik Deskriptif Seluruh Sampel Variabel ABN_CFO CAR Rerata -0,183 -72,083 Nilai Tengah -0,171 0,010 Maksimum 24,47 2,46 Minimum -10,87 -1000,52 Simpangan Baku 1,680 258,854 23 Tabel 5 Hasil Pengujian Hipotesis 1 Rerata Keterangan Variabel Probabilitas (P-value) ABN_CFO -0,183 0,0385** H1 tidak dapat ditolak **) signifikan pada tingkat =5% Tabel 6 Statistik Deskriptif Kinerja Pasar Antara Sampel yang Diduga Cenderung Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi dan Sampel yang Diduga Cenderung Tidak Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi Cenderung Manipulasi (N=225) Cenderung Tidak Manipulasi (N=39) Variabel CAR Rerata -66,851 Ni. Tengah Simpangan Baku 0,000 249,925 Rerata -102,266 Ni. Tengah Simpangan Baku 0,120 307,327 Tabel 7 Uji Beda atas Kinerja Pasar Antara Sampel yang Diduga Cenderung Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi dan Sampel yang Diduga Cenderung Tidak Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi Keterangan CAR Mann-Whitney U 3673,000 Wilcoxon W 29098,000 Z -1,623 Probabilitas 0,0525*** ***) signifikan pada tingkat =10% Tabel 8 Perbandingan Jenis Industri dan Kecenderungan Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi Keterangan Jenis Industri Total Manufaktur Non Manufaktur Cenderung Manipulasi 114 111 225 Cenderung Tidak Manipulasi 3 36 39 Probabilitas 0,000* *) signifikan pada =5% 24