Protein - sintesis dan replikasi, transkripsi dan tranlasi asam nukleat

advertisement
Protein – Asam nukleat :
replikasi dan transkripsi
MRQ - 2009
Protein
• Protein tersusun
atas satuan yang
berupa asam
amino. Jumlah
asam amino yang
umum terdapat
pada jasad hidup
ada 20 macam.
Protein
• Satu asam amino terdiri
atas satu gugus amino,
satu gugus karboksil, satu
atom hidrogen, dan satu
rantai samping yang
terikat pada atom karbon.
• Susunan tetrahedral
keempat gugus tersebut
menentukan aktivitas optik
asam amino sehingga ada
dua bentuk isomer yaitu Lisomer dan D-isomer.
Asam amino
• Perbedaan utama antara satu asam amino dengan yang
lainnya terletak pada gugus sampingnya.
• Asam amino paling sederhana strukturnya adalah glisin
yang hanya mempunyai satu atom hidrogen pada gugus
sampingnya.
• Prolin adalah asam amino yang struktur dasarnya berbeda
dari asam amino yang lain karena atom N-nya ada dalam
struktur cincin, sehingga prolin lebih sesuai dinamakan
asam imino.
• Struktur prolin yang demikian menyebabkan terjadinya
bengkokan pada struktur protein sehingga mempengaruhi
arsitektur protein.
Asam amino non polar
• Memiliki gugus R
alifatik
• Glisin, alanin, valin,
leusin, isoleusin dan
prolin
• Bersifat hidrofobik.
Semakin hidrofobik
suatu asam amino
seperti isoleusin ,
biasa terdapat di
bagian dalam
protein.
Asam amino dengan gugus R aromatik
• Fenilalanin, tirosin dan
triptofan
• Bersifat relatif non polar 
hidrofobik
• Fenilalanin bersama dgn V, L &
I  asam amino paling
hidrofobik
• Tirosin  gugus hidroksil ,
triptofan  cincin indol
• Sehingga mampu membentuk
ikatan hidrogen  penting
untuk menentukan struktur
ensim
Asam amino dengan gugus R bermuatan positif
•
•
•
•
•
Lisin, arginin, dan histidin
Mempunyai gugus yang bersifat basa pada rantai sampingnya
Bersifat polar  terletak di permukaan protein dapat mengikat air.
Histidin mempunyai muatan mendekati netral (pada gugus imidazol) dibanding
– lisin  gugus amino
– arginin  gugus guanidino
Karena histidin dapat terionisasi pada pH mendekati pH fisioligis  sering berperan
dlm reaksi ensimatis yang melibatkan pertukaran proton
Polar, uncharged amino acids
• The side-chains of asparagine (Asn or N) and glutamine (Gln or Q), the
amide derivatives of Asp and Glu, respectively, are uncharged but can
participate in hydrogen bonding. Serine (Ser or S) and threonine (Thr or T)
(Fig. 3b) are polar amino acids due to the reactive hydroxyl group in the
side-chain, and can also participate in hydrogen bonding (as can the
hydroxyl group of the aromatic amino acid Tyr).
•
Rantai samping asam amino dapat dibedakan atas:
1. polar, bermuatan negatif (aspartat, asam glutamat),
2. polar, bermuatan positif (arginin, histidin, lisin),
3. polar, tidak bermuatan (asparagin, glutamin, serin, dan
treonin),
4. nonpolar/hidrofobik (alanin, sistein, isoleusin, leusin,
metionin, fenilalanin, prolin, triptofan, tirosin, dan valin),
5. netral (glisin).
•
Kedua puluh macam asam amino beserta
singkatannya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Struktur protein
Dapat dibedakan dalam empat aras (level).
• Struktur primer menyatakan susunan linear asam-asam amino
sepanjang rantai polipeptida.
• Struktur sekunder menggambarkan pola pelipatan (folding) bagianbagian polipeptida ke dalam struktur yang teratur, misalnya heliks
dan lembaran terlipat-β (β pleated sheet).
• Struktur tersier menggambarkan pelipatan bagian-bagian antara
heliks-α dan lembaran- β serta semua interaksi nonkovalen yang
menyebabkan terjadinya pelipatan yang sesuai pada suatu rantai
polipeptida. lnteraksi nonkovalen tersebut antara lain ikatan
hidrogen, ikatan hidrofobik, dan interaksi van der Waals.
• Struktur kuaterner, menunjukkan interaksi nonkovalen yang
mengikat beberapa rantai polipeptida ke dalam satu molekul
tunggal protein, misalnya hemoglobin.
Asam nukleat
Asam nukleat adalah suatu polimer nukleotida yang berperanan dalam penyimpanan
serta pemindahan informasi genetik.
Satu nukleotida terdiri atas tiga bagian yaitu :
1.
Cincin purin atau pirimidin, yaitu basa nitrogen yang terikat pada pada
atom C nomor 1 suatu molekul gula (ribosa atau deoksiribosa) melalui
ikatan N-glukosidik.
•
Basa purin terdiri atas adenine (A) dan guanine (G), serta basa
pirimidin yang terdiri atas thymine (T), cytosine (C), dan uracil (U).
•
Baik DNA (deoxyribonucleic acid) maupun RNA (ribonucleic acid
tersusun atas A, G, C, tetapi T hanya ada pada DNA sedangkan U hanya
ada pada RNA.
•
Akan tetapi ada perkecualian, yaitu bahwa pada beberapa molekul
tRNA terdapat basa T, sedangkan pada beberapa bakteriofag DNA-nya
tersusun atas U dan bukan basa T.
1.
2.
Molekul gula dengan 5 atom C (pentosa). Pada RNA gulanya
adalah ribosa, sedangkan pada DNA gulanya adalah deoksiribosa.
Perbedaan antara kedua bentuk gula tersebut terletak pada atom
C nomor 2. Pada RNA, atom C nomor 2 berikatan dengan gugus
hidroksil (OH) sedangkan pada DNA atom C nomor 2 berikatan
dengan atom H.
Gugus fosfat yang terikat pada atom C nomor 5 melalui ikatan
fosfoester. Gugus fosfat inilah yang menyebabkan asam nukleat
bermuatan negatif kuat.
Ikatan fosfodiester
antarnukleotida.
• Suatu basa yang terikat pada satu gugus gula
disebut nukleosida, sedangkan nukleotida
adalah satu nukleosida yang berikatan
dengan gugus fosfat.
• Di dalam molekul DNA atau RNA, nukleotida
berikatan dengan nukleotida yang lain
melalui ikatan fosfodiester (Gambar).
• Basa purin dan pirimidin tidak berikatan
secara kovalen satu sama lain.
• Oleh karena itu, suatu polinukleotida
tersusun atas kerangka gula-fosfat yang
berselang-seling dan mempunyai ujung 5'-P
dan 3'-OH.
• Asam nukleat yang mempunyai ujung
demikian umum terdapat di alam, meskipun
asam nukleat yang mempunyai ujung 5'-OH
dan 3'-P dapat disintesis secara Kimiawi.
• Struktur molekul DNA pertama kali
Struktur molekul
diungkapkan oleh James Watson dan
Francis Crick pada tahun 1953 (double
DNA
helix)
• Untai-ganda DNA tersusun oleh dua
rantai polinukleotida yang berpilin.
Kedua rantai mempunyai orientasi yang
berlawanan (antiparalel):
• Rantai yang satu mempunyai orientasi 5'
 3', sedangkan rantai yang lain
berorientasi 3'  5'. Kedua rantai
tersebut berikatan dengan adanya ikatan
hidrogen antara basa odenine (A)
dengan thymine (T), dan antara guonine
(G) dengan citosine (C). lkatan antara A-T
berupa dua ikatan hidrogen, sedangkan
antara G-C berupa tiga ikatan hidrogen
sehingga ikatan G-C lebih kuat (Gambar
5.1) .
• Spesifisitas pasangan basa semacam ini
Pada masing-masing rantai
disebut sebagai komplementaritas
(complementority)
DNA ada ujung 5'-fosfat (5'-P)
dan ujung 3'-OH
• Struktur DNA yang dikemukakan
Watson dan Crick adalah struktur
paling umum terdapat di alam.
Struktur semacam ini disebut sebagai
struktur untai putar-kanan (righthanded helix).
• Struktur tersebut dikelompokkan tipe
B.
• Molekul DNA tipe B mempunyai
lekukan besar dan lekukan kecil.
• Dibandingkan dengan tipe A, lekukan
besar pada tipe B lebih mudah
mengikat protein tertentu karena
lekukan besar pada tipe A lebih
dalam.
• Bentuk A lebih menyerupai
konformasi bagian untai-ganda
molekul RNA (misalnya pada tRNA).
Struktur untai putar-kanan
(right-handed helix).
• DNA tipe Z adalah satu-satunya DNA yang
untaiannya mempunyai orientasi putar-kiri
(left-handed). Molekul DNA tipe semacami ni
mempunyai kerangka gula-fosfat yang
berbentuk zigzag(sehingga disebut Z).
• Struktur DNA Z tidak hanya terjadi pada
molekul yang mempunyai poli(dC-dG),
melainkan juga terjadi pada bagian
polinukleotida yang basa-basa purin dan
pirimidinnya bergantian misalnya: ACACACAC.
• Lebih jauh lagi, jika basa-basa purin dan
pirimidin yang ada secara bergantian tersebut
terletak pada molekul DNA yang panjang
misalnya: TGATCCGCGCGCGCAGTCTT....
Replikasi DNA
• Replikasi ialah
proses
perbanyakan
bahan genetik
• Pengkopian
rangkaian molekul
bahan genetik(
DNA atau RNA)
sehingga
dihasilkan
molekul anakan
yang sangat
identik
• Model replikasi DNA secara
semikonservatif menunjukkan bahwa
DNA anakan terdiri atas pasangan
untaian DNA induk dan untaian DNA
hasil sintesis baru.
• Model ini memberikan gambaran
bahwa untaian DNA induk
berperanan sebagai cetakan
(template) bagi pembentukan
untaian DNA baru.
• Molekul DNA untai-ganda terdiri atas
dua untai molekul DNA yang
berpasangan secara komplementer
yaitu antara basa nukleotida A
dengan T, dan antara C dengan G.
Komponen utama replikasi
1. DNA cetakan, yaitu molekul DNA atau RNA yang akan direplikasi.
2. Molekul deoksiribonukleotida, yaitu dATP, dTTP, dCTP, dan dGTp.
Deoksiribonukleotida terdiri atas tiga komponen yaitu: (i) basa purin atau
pirimidin, (ii) gula 5-karbon( deoksiribosa) dan (iii) gugus fosfat.
3. Enzim DNA polimerase, yaitu enzim utama yang mengkatalisi proses
polimerisasi nukleotida menjadi untaian DNA.
4. Enzim primase, yaitu enzim yang mengkatalisis sintesis primer untuk
memulai replikasi DNA.
5. Enzim pembuka ikatan untaian DNA induk, yaitu enzim helikase dan enzim
lain yang membantu proses tersebut yaitu enzim girase.
6. Molekul protein yang menstabilkan untaian DNA yang sudah terbuka,yaitu
protein SSB (single strand binding protein).
7. Enzim DNA ligase, yaitu suatu enzim yang berfungsi untuk menyambung
fragmen-fragmen DNA.
Mekanisme dasar replikasi
1. Denaturasi (pemisahan) untaian DNA induk,
2. Peng-"awal"-an( initiation, inisiasi) sintesis
DNA.
3. Pemanjangan untaian DNA,
4. Ligasi fragmen-fragmen DNA, dan
5. Peng-"akhir"-an (termination, terminasi)
sintesis DNA.
• Sintesis untaian DNA yang baru akan dimulai segera setelah
kedua untaian DNA induk terpisah membentuk garpu replikasi
Pemisahan kedua untaian DNA induk dilakukan oleh enzim
DNA helikase
• Sintesis DNA berlangsung dengan orientasi 5'-P  3'-OH.
• Oleh karena ada dua untaian DNA cetakan yang orientasinya
berlawanan, maka sintesis kedua untaian DNA baru juga
berlangsung dengan arah geometris yang berlawanan namun
semuanya tetap dengan orientasi 5'  3'
• Sintesis untaian DNA baru yang searah dengan pembukaan garpu
replikasi dapat berlangsung tanpa terputus (sintesis secara kontinu).
Untaian DNA yang disintesis secara kontinu semacam ini disebut sebagai
untaian DNA awal (leading strand).
• Sebaliknya sintesis untaian DNA yang berlawanan arah geometrinya
dengan arah pembukaan garpu replikasi dilakukan secara tahap demi
tahap (sintesis secara diskontinu). Hal ini terjadi karena proses
polimerisasi pada untaian DNA ini hanya dapat dilakukan setelah DNA
cetakannya membuka seiring dengan membukanya garpu replikasi.
Untaian DNA yang disintesis secara lambat semacam ini disebut untaian
DNA lambat (lagging strand)
• Pada untaian DNA awal, polimerisasi DNA berlangsung secara kontinu
sehingga molekul DNA baru yang disintesis merupakan satu unit.
• Sebaliknya, pada untaian DNA lambat polimerisasi dilakukan fragmen
demi fragmen. Fragmen-fragmen DNA pendek tersebut pada akhirnya
disambung (ligasi) dengan enzim DNA ligase sehingga menjadi unit yang
utuh.
• Fragmen-fragmen DNA pendek yang disintesis tersebut disebut fragmen
Okazaki, karena fenomena sintesis DNA secara diskontinu tersebut
pertama kali iungkapkan oleh Reiji Okazaki pada tahun 1968
Koordinasi sintesis DNA awal
dan DNA lambat
• DnaB (helikase)
yang berfungsi
membuka ikatan
DNA, bergerak
searah dengan
arah sintesis
untaian DNA awal.
Setelah DNA
dibuka maka
protein SSB
menempel pada
DNA
Koordinasi sintesis DNA awal
dan DNA lambat
• Masing-masing
inti katalitik
DNA
polimerase lll
akan terikat
pada kedua
untaian DNA
induk (cetakan)
dan
menyintesis
baik DNA awal
maupun DNA
lambat
Koordinasi sintesis DNA awal
dan DNA lambat
• Kompleks
primosom akan
menarik untaian
DNA induk yang
digunakan sebagai
cetakan untuk
sintesis DNA
lambat ke arah
yang sesuai
dengan arah
pergerakan DnaB
(helikase)
sekaligus
menyintesis
primer.
Koordinasi sintesis DNA awal
dan DNA lambat
• Salah satu inti
katalitik DNA
polimerase lll
akan
menyintesis
fragmen
Okazaki
Koordinasi sintesis DNA awal
dan DNA lambat
• Pada waktu garpu
replikasi bergerak
maju (searah
dengan
pergerakan
sintesis DNA
awal), maka
protein PriA (salah
satu komponen
primosom) akan
bergerak
berlawanan arah
dari arah gerakan
garpu replikasi
sekaligus
menyingkirkan
SSB.
• Polimerisasi DNA (replikasi DNA) hanya dapat
dimulai jika tersedia molekul primer,yaitu
suatu molekul yang digunakan untuk
mengawali proses polimerisasi untaian DNA.
• Molekul primer dapat berupa molekul DNA,
RNA, atau bahkan protein spesifik
Transkripsi
• Transkripsi adalah proses penyalinan kode-kode genetik yang ada pada
urutan DNA meniadi molekul RNA.
• Tianskripsi adalah proses yang mengawali ekspresi sifat-sifat genetik yang
nantinya akan muncul sebagai fenotipe.
• Urutan nukleotida pada salah satu untaian molekul RNA digunakan
sebagai cetakan (template) untuk sintesis molekul RNA yang
komptementer
Molekul RNA
• Mololekul RNA yang disintesis dalam proses transkripsi dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu;(1) mRNA (messenger RNA), (2)
tRNA (transfer RNA); dan (3) rRNA (ribosomol RNA).
• Molekul mRNA adalah RNA yang merupakan salinan kodekode genetik pada DNA yang dalam proses selanjutnya (yaitu
proses translasi),akan diterjemahkan menjadi urutan asamasam amino yang menyusun suatu, polipeptida yaitu protein
tertentu.
• Molekul tRNA adalah RNA yang berperan membawa asamasam amino sfesifik yang akan digabungkan dalam proses
sintesis protein (tranlasi).
• Molekul rRNA adalah RNA yang digunakan untuk menyusun
ribosom yaitu suatu partikel di dalam sel yang digunakan
tempat untuk sintesis protein
•
Beberapa komponen utama yang terlibat adalah:
1.
2.
3.
4.
•
•
Urutan DNA yang akan ditranskripsi (cetakan/template)
Enzim RNA polimerase,
Faktor-faktor transkripsi, dan
Prekursor untuk sintesis RNA.
Urutan DNA yang ditranskripsi adalah gen yang
diekspresikan. Gen dapat diberi batasan sebagai suatu
urutan DNA yang mengkode uruton lengkap asam amino
suatu polipeptida atau molekul RNA tertentu.
Gen yang lengkap terdiri atas tiga bagian urama,yaitu:
1. Daerah pengendali (regulatory region) yang secara umum disebut
promoter,
2. Bagian struktural,dan
3. Terminator.
• Promoter adalah bagian gen yang berperanan dalam mengendalikan
proses transkripsi dan terletak pada ujung 5'.
• Bagian struktural adalah bagian gen yang terletak di sebelah hilir
(downstream) dari promoter. Bagian inilah yang mengandung urutan DNA
spesifik (kode-kode genetik) yang akan ditranskripsi.
• Terminator adalah bagian gen yang terletak di sebelah hilir dari bagian
struktural yang berperanan dalam pengakhiran (terminasi) proses
transkripsi
Mekanisme dasar transkripsi
•
1.
2.
3.
4.
Transkripsi (sintesis RNA) dilakukan melalui beberapa
tahapan yaitu:
Faktor-faktor yang mentendalikan transkripsi menempel
pada bagian promoter.
Penempelan faktor-faktor pengendali transkripsi
menyebabkan terbentuknya kompleks promoter yang
terbuka (open promoter complex).
RNA pofimerase membaca cetakan (DNA template) dan
mulai melakukan pengikatan nukleotida yang komplementer
dengan cetakannya.
Setelah terjadi proses pemanjangan untaian RNA hasil
sintesis, selanjutnya diikuti dengan proses pengakhiran
(terminasi) transkripsi yang ditandai dengan pelepasan RNA
polimerase dari DNA yang ditranskripsi
Karakter kimiawi transkripsi
1. Prekursor untuk sintesis RNA adalah empat macam
ribonukleotida yaitu 5'-trifosfat ATP GTP CTP dan UTP (pada
RNA tidak ada thymine).
2. Reaksi polimerisasi RNA pada prinsipnya sama dengan
polimerisasi DNA, yaitu dengan arah 5'  3'.
3. Urutan nukleotida RNA hasil sintesis ditentukan oleh
cetakannya yaitu urutan DNA yang ditranskripsi. Nukleotida
RNA yang digabungkan adalah nukleotida yang komplementer
dengan cetakannya. Sebagai contoh, jika urutan DNA yang
ditranskripsi adalah ATG, maka urutan nukleotida RNA yang
digabungkan adalah UAC.
4. Molekul DNA yang ditranskripsi adalah molekul untai-ganda
tetapi yang berperanan sebagai cetakan hanya salah satu
untaiannya.
5. Hasil transkripsi berupa molekul RNA untai tunggal.
Pengendali ekspresi genetik
• Proses ekspresi genetik dimulai dan diatur sejak pra-inisasi
transkripsi
• Pengendalian,ekspresi genetik pada jasad eukaryot dilakukan
pada, banyak titik pengendalian seperti digambarkan secara
skematis pada gambar :
Gambar Jalur regulasi
ekspresi genetik pada
eukaryot: 1) kontrol
transkripsi, 2) kontrol
pemrosesan RNA, (3)
kontroi transpor RNA,
(4) kontrol translasi, (5)
kontrol degradasi
mRNA, (6) kontrol
aktivitas protein'
• Pengendalian ekspresi genetik dapat ditinjau dari 3 sisi yaitu :
1) sinyal pengendali ekspresi 2) aras pengendalian ekspresi
dan 3) mekanisme pengendalian
• Sinyal pengendali ekpresi meliputi semua molekul yang
berperanan dalam proses pengendalian ekspresi, misalnya
faktor transkripsi dan protein regulator khusus.
• Aras pengenda|ian ekspresi terjadi pada tahapan:(a) inisiasi
transkripsi dan perpanjangan transkrip, (b) pengakhiran
(terminasi) transkripsi,(c)pengendalian pasca-transkripsi dan
(d) pengendalian selama Proses translasi dan pasca-translasi
• Mekanisme pengendalian ekspresi membahas Proses rinci
pengendalian ekspresi genetik yang meliputi interaksi antar
sinyal pengendali ekspresi
THE GENETIC CODE
• The genetic code is a triplet
code
– The genetic code is the rules
that specify how the
nucleotide sequence of an
mRNA is translated into the
amino acid sequence of a
polypeptide.
– The nucleotide sequence is
read as triplets called codons.
– The codons UAG, UGA and
UAA do not specify amino
acids and are called
termination codons or Stop
codons.
– AUG codes for methionine and
also acts as an initiation (Start)
codon
The genetic code is degenerate
• Most amino acids in proteins are specified by
more than one codon (i.e. the genetic code is
degenerate).
• Codons that specify the same amino acid
(synonyms) often differ only in the third base,
the wobble position, where base pairing with
the anticodon may be less stringent than for
the first two positions of the codon.
Universality of the genetic code
• The genetic code is not universal but is the same
in most organisms.
• Exceptions are found in mitochondrial genomes
where some codons specify different amino acids
to that normally encoded by nuclear genes.
• In mitochondria, the UGA codon does not specify
termination of translation but instead encodes
for tryptophan.
• Similarly, in certain protozoa UAA and UAG
encode glutamic acid instead of acting as
termination codons.
Reading frames
•
•
•
The mRNA sequence can be read by the ribosome in three possible reading
frames.
Usually only one reading frame codes for a functional protein since the other
two reading frames contain multiple termination codons.
In some bacteriophage, overlapping genes occur which use different reading
frames.
Open reading frames
• An open reading frame (ORF) is a run of codons
that starts with ATG and ends with a termination
codon, TGA, TAA or TAG.
• Coding regions of genes contain relatively long
ORFs unlike noncoding DNA where ORFs are
comparatively short.
• The presence of a long open reading frame in a
DNA sequence therefore may indicate the
presence of a coding region.
• Computer analysis of the ORF can be used to
deduce the sequence of the encoded protein
TRANSLATION IN PROKARYOTES
• During translation the mRNA is
read in a 5’ to 3’ direction and
protein is made in an N-terminal to
C-terminal direction.
• Translation relies upon aminoacyltRNAs that carry specific amino
acids and recognize the
corresponding codons in mRNA by
anticodon–codon base pairing.
• Translation takes place in three
phases; initiation, elongation and
termination
Synthesis of aminoacyl-tRNA
• Each tRNA molecule has a cloverleaf secondary structure
consisting of three stem loops, one of which bears the
anticodon at its end.
• The amino acid is covalently bound to the 3’ OH group at
the 3’ end by aminoacyl synthetase to form aminoacyltRNA.
• The reaction, called amino acid activation, occurs in two
steps and requires ATP to form an intermediate, aminoacyladenylate
Initiation of protein synthesis
•
•
•
•
Each ribosome has three binding sites for tRNAs; an A site
where the incoming aminoacyl-tRNA binds, a P site
where the tRNA linked to the growing polypeptide chain
is bound, and an E site which binds tRNA prior to its
release from the ribosome.
Translation in prokaryotes begins by the formation of a
30S initiation complex between the 30S ribosomal
subunit, mRNA, initiation factors and fMet tRNAf Met
The 30S subunit binds to the Shine–Dalgarno sequence
which lies 5’ to the AUG Start codon and is
complementary to the 16S rRNA of the small ribosomal
subunit. The ribosome then moves in a 3’ direction along
the mRNA until it encounters the AUG codon.
The 50S ribosomal subunit now binds to the 30S initiation
complex to form the 70S initiation complex. In this
complex, the anticodon of the fMet tRNAf Met is base
paired to the AUG initiation codon (start codon) in the P
site.
Elongation
•
•
•
•
•
•
•
•
The elongation cycle consists of three steps:
aminoacyl-tRNA binding, peptide bond
formation, and translocation.
In the first step, the aminoacyl-tRNA
corresponding to the second codon binds to the
A site on the ribosome as an aminoacyltRNA/EF-Tu/GTP complex.
After binding, the GTP is hydrolyzed and EFTu/GDP is released.
The EF-Tu is regenerated via the EF-Tu–EF-Ts
exchange cycle.
Peptide bond formation is catalyzed by peptidyl
transferase between the C-terminus of the
amino acyl moiety in the P site and the amino
group of the aminoacyl-tRNA in the A site.
In the final (translocation) step, EF-G/GTP binds
to the ribosome, the deacylated tRNA moves
from the P site to the E site, the dipeptidyl-tRNA
in the A site moves to the P site, and the
ribosome moves along the mRNA to place the
next codon in the A site.
The GTP is hydrolyzed to GDP and inorganic
phosphate.
When the next aminoacyl-tRNA binds to the A
site in the next round of elongation, the
deacylated tRNA is released from the E site
Termination
• The appearance of a UAA or UAG
termination (stop) codon in the A
site causes release factor RF1 to
bind whereas RF2 recognizes UGA.
• RF3 assists RF1 and RF2.
• The release factors trigger peptidyl
transferase to transfer the
polypeptide to a water molecule
instead of to aminoacyl-tRNA.
• The polypeptide, mRNA, and free
tRNA leave the ribosome and the
ribosome dissociates into its
subunits ready to begin a new
round of translation
PROTEIN TARGETING
• Both in prokaryotes and eukaryotes, newly
synthesized proteins must be delivered to a
specific subcellular location or exported from
the cell for correct activity.
• This phenomenon is called protein targeting.
Secretory proteins
• Secretory proteins have an N-terminal signal peptide which targets the
protein to be synthesized on the rough endoplasmic reticulum (RER).
• During synthesis it is translocated through the RER membrane into the
lumen.
• Vesicles then bud off from the RER and carry the protein to the Golgi
complex, where it becomes glycosylated. Other vesicles then carry it to
the plasma membrane.
• Fusion of these transport vesicles with the plasma membrane then
releases the protein to the cell exterior.
• Plasma membrane proteins
are also synthesized on the
RER but become inserted
into the RER membrane
(and hence ultimately the
plasma membrane) rather
than being released into
the RER lumen.
• The plasma membrane
protein may pass once
through the plasma
membrane (Type I and Type
II integral membrane
proteins) or may loop back
and forth, passing through
many times (Type III
integral membrane
protein).
• The orientation of the
protein in the membrane is
determined by topogenic
sequences within the
polypeptide chain.
Plasma membrane
proteins
• Type I proteins have a cleaved N-terminal signal sequence and a
hydrophobic stop-transfer sequence, Type II have an uncleaved N-terminal
signal sequence that doubles as the membrane-anchoring sequence, and
Type III have multiple signal sequences and stop-transfer sequences.
• Proteins destined to be anchored in the membrane by a glycosylphosphatidylinositol (GPI) structure have both a cleaved N-terminal signal
sequence and a C-terminal hydrophobic sequence that directs addition of
the preformed GPI anchor.
Proteins of the endoplasmic reticulum
• Proteins destined for the
RER have an N-terminal
signal peptide, are
synthesized on the RER,
are translocated into the
RER lumen or inserted
into the RER membrane.
• C-terminal amino acid
sequences (KDEL in
soluble RER lumen
proteins, KKXX in type I
integral membrane
proteins) are recognized
by specific receptor
proteins and retain the
proteins in the ER
Lysosomal proteins
• Lysosomal proteins are targeted to the lysosomes via the
addition of a mannose 6-phosphate signal that is added in
the cis-compartment of the Golgi and is recognized by a
receptor protein in the trans-compartment of the Golgi.
• The protein is then transported by specialized vesicles to a
late endosome that later matures into a lysosome.
• The mannose 6-phosphate receptor recycles back to the
Golgi for re-use.
Mitochondrial and chloroplast proteins
•
•
•
•
Most mitochondria and
chloroplast proteins are made
on free cytosolic ribosomes,
released into the cytosol and
then taken up into the
organelle.
Uptake into the mitochondrial
matrix requires a matrixtargeting sequence and occurs
at sites where the outer and
inner mitochondrial membranes
come into contact.
The process is mediated by
hsp70 and hsp60 proteins and
requires both ATP hydrolysis
and an electrochemical gradient
across the inner mitochondrial
membrane.
Targeting of proteins to other
compartments of mitochondria
or chloroplasts requires two
signals.
Nuclear proteins
• Proteins destined for import into the
nucleus typically require a nuclear
localization signal, four to eight amino
acids long, located internally in the
protein.
• Uptake occurs via nuclear pores and
requires ATP hydrolysis.
Download