FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT(RSUP) FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2009 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH: QURRATUAENI 105104003477 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430H/2009M FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT(RSUP) FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2009 OLEH: QURRATUAENI 105104003477 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430H/2009M PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan Judul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2009 Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 23 Desember 2009 Pembimbing I Ernawati, S.Kp. Mkep Pembimbing II Ns. Sri Mulyani, S.Kep. MKM NIP: 150 68771 199803 2 003 NIP: 19701102 PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, 23 Desember 2009 Penguji I TIEN GARTINAH, MN Penguji II ITA YUANITA, S.Kp, M.Kep NIP: 150408677 Penguji III YULI AMRAN, SKM, MKM NIP:150408687 PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, 23 Desember 2009 Mengetahui; Ketua program studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif hidayatullah Jakarta Tien Gartinah, MN. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif hidayatullah Jakarta Prof. DR.(hc).dr.M.K Tadjudin, Sp.And PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan Judul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2009 Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 23 Desember 2009 Pembimbing I Ernawati, S.Kp. Mkep Pembimbing II Ns. Sri Mulyani, S.Kep. MKM NIP: 150 68771 199803 2 003 NIP: 19701102 LEMBAR PERSEMBAHAN Skripsi ini, dengan Rasa Haru dan Bangga serta Penuh Hormat, Ku Persembahkan kepada Kedua Orang Tuaku (Mah,Ince) yang Tiada Henti dan Lelah Menghaturkan Do’a-Do’a Sucinya Dengan Linangan Air Mata Penuh Harap, dalam setiap Langkah Perjuangan Ananda Menuju Kesuksesan. Tak Pernah Cukup Kata Untuk Memagari Cinta Tulusmu, Tak Pernah Cukup Kata Untuk Merangkai dan Mengukir Bentuk Pengorbananmu. Terimakasih dan Sembah Sujud, Ananda ....... BAB I “LUV U” PENDAHULUAN SURAT PERNYATAAN Yang bertandatangan dibawah ini, saya: Nama : Qurratuaeni NIM : 105104003477 Program studi : Ilmu Keperawatan Tahun akademik : 2005 Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, Desember 2009 ( Qurratuaeni ) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Desember 2009 Qurratuaeni, NIM : 105104003477 Faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di ruang poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta tahun 2009 xxiv + 86 Halaman, 17 tabel, 2 Diagram, 2 Skema Kata kunci : Terkendalinya kadar gula darah, Diabetes melitus ABSTRAK Penyakit kronis adalah kondisi penyakit atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis, sehingga memerlukan penatalaksanaan yang tepat agar dapat mengendalikan kadar gula darah dalam keadaan normal dan stabil serta mencegah terjadinya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di ruang poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. Di dalamnya akan di bahas mengenai pengetahuan pasien, pendidikan pasien, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, asupan makan pasien, aktivitas fisik pasien, asupan obat pasien, serta komplikasi penyakit lain, yang di duga mempengaruhi pengendalian kadar gula darah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini mengunakan desain cross sectional dengan teknik pengambilan data adalah consecutive sampling. Analisis data yang di gunakan adalah univariat dan bivariat. Tempat penelitian di poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat Fatmawati. Penelitian ini menggunakan instrument berupa kuesioner. Total populasi tidak diketahui. Adapun sampel pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang dilakukan pemeriksaan HbA1C (hemoglobin terglikasi) sebanyak 75 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 75 orang terdapat 54 (72,0%) pasien diabetes yang kadar gula darahnya terkontrol, sedangkan 21 (28,0%) pasien diabetes yang kadar gula darahnya tidak terkontrol. Dengan demikian, proporsi pasien yang kadar gula darahnya terkontrol lebih banyak dari pada pasien yang kadar gula daranya tidak terkontrol. Selain itu, berdasarkan analisis data dengan menggunakan analisis chi square, correlation dan regresi logistic diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, asupan makan, aktivitas fisik pasien,, asupan obat pasien, serta komplikasi penyakit lain ( P value = 0,622; 0,612; 0,743; 0,903; 0,564; 0,503; 0,649 ) dengan pangendalian kadar gula darah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan keluarga untuk lebih memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang menderita diabetes untuk melakukan pengendalian terhadap kadar gula darahnya. Untuk petugas kesehatan agar lebih meningkatkan sosialisasi, penyuluhan serta pelayanan dalam penatalaksanaan diabetes melitus agar kadar gula darah pasien dapat terkendali, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan. Daftar bacaan : 47 ( 1982-2009) FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE NURSING PROGRAM STUDY ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate thesis, December 2009 Qurratuaeni, NIM: 105104003477 Factors which correlate with rate of blood sugar controled to patient of Diabetes Mellitus in the internal disease polyclinic room Fatmawati Jakarta of general central hospital (RSUP) year 2009 xxiv + 86 Pages, 17 tables, 2 Diagrams, 2 Scheme Keyword: rate of blood sugar controlled, diabetes mellitus ABSTRACT Chronic disease is a disease condition or health problem related to symptoms or disabilities who need long-term management. Diabetes mellitus is a chronic disease that requires proper management in order to control blood sugar levels in normal, stable and prevent complications. This study aims to identify the factors that affect blood sugar control in Diabetes Mellitus patients in the internal medicine clinic in the central general hospital (RSUP) Fatmawati in 2009. In it will be discussed regarding patient knowledge, patient education, the proximity and exposure to sources of information, the patient's intake of food, physical activity the patient, the patient's drug intake, as well as other disease complications, which affect the expected control blood sugar levels. This research is quantitative research. This study using cross-sectional design with data retrieval techniques are consecutive sampling. Analysis of data in use are univariate and bivariate. Place of research on diseases clinic in a general hospital Fatmawati center. This study uses a questionnaire instrument. The total population is unknown. The sample in this study were patients with diabetes mellitus who had blood the examination HbA1C (hemoglobin terglikasi) as many as 75 people. The results showed that there were 75 people from 54 (72.0%) patients with diabetes who control their blood sugar levels, while 21 (28.0%) patients with diabetes who are not their blood sugar levels under control. Thus, the proportion of patients with uncontrolled blood sugar levels more than in patients who do not blood sugar levels under control. In addition, based on data analysis using chi square analysis, correlation and logistic regression obtained results indicate that there is no relationship between knowledge, education, proximity and exposure to sources of information, food intake, physical activity patient, the patient's drug intake, as well as other disease complications (P value = 0.622; 0.612; 0.743; 0.903; 0.564; 0.503; 0.649) with control of blood sugar levels. Based on these research results suggest the author's family to better provide support to members who have diabetes family to perform controlling of blood sugar levels. For health workers in order to further enhance socialization, counseling and services in the management of diabetes mellitus to patients' blood sugar levels can be controlled, so as to improve health status. References: 47 (1982-2009) KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan beberapa rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas segala nikamat dan karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Pengendalian Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2009. Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai. Namun, syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya, sehinga pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Tien Gartinah, MN dan ibu Irma Nurbaeti, S.Kep, M.Kep Sp.Mat , selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Ernawati. Skep. Mkep.Sp.Mb dan Ibu Ns. Sri Mulyani S.Kep.MKM, selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan ikhlas hati meluangkan waktu, tenaga, serta fikiran selama membimbing peneliti. 4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk di bangku perkuliahan. 5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi. 6. Ibu Emi S.Kp dan segenap perawat serta staf yang bertugas di ruang poliklinik penyakit dalam yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dan mengarahkan peneliti dalam proses pengambilan data sebagai bahan rujukan skripsi. 7. Kedua orang tua peneliti, Sujud hormat ananda atas semua pengorbanan ayahanda Drs. H. Nurdin M. Ali dan Ibunda Hj. Hanah Hasan yang senantiasa memberikan dukungan penuh baik berupa material maupun spiritual dan selalu mengiringi setiap langkahku dengan do’a yang tulus dan ikhlas sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi. 8. Kakak-kakakku tersayang Nurrahmawati, Maskurrizal, Dwi Nursyamsi; abang iparku Akhmad Fakhri; bibi Siti Rukaya; serta nenek-nenekku Hj. Zaenab dan Hj. Aminah yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 9. K’qu Asyari yang selalu memberikan perhatian, dukungan, motivasi, serta semangat untuk terus berjuang, sekaligus tempat berkeluh kesal dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 10. Kakak-kakakku di HMI Cab.Ciputat yang selalu memberikan pelajaran dan pengalaman yang berharga bagi peneliti, teman-teman seperjuanganku di KOMFAKDIK dan LKMI (k’sari, k’mala, nunung, erma, kiki, udoh, dan teman-teman semuanya yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu) yang selalu memberi dukungan, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Sahabat terbaikku Wina Karlina yang setia mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini 12. Teman-teman baikku di Back Community (dewi, zahro, nandang, husni, balqis, risma, dita, leli, itoh, otul, ayu, aish, cut) yang selalu mendukung dan memberikan semangat peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Kawan-kawanku di kostan RedLine (Neneng, Lita, Tika, Intan, Herna, Fauziah) yang selalu memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 14. Teman-temanku di kostan Wida salon ( Iis, Ela, Neng, Omi, Yunda, dan semuanya yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu) yang selalu memberi dukungan, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 15. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan ’05 yang tidak dapat peniliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, semangat, kenangan, inspirasi-inspirasi yang telah diberikan dan kebersamaan yang indah selama ini yang engga akan terlupakan. Semangat semua..! Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya, terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya. Jakarta, Desember 2009 Penulis DAFTAR ISI Halaman Judul Surat Pernyataan ……………………………………………………………….. i Abstrak ...……………………………………………………………………….. ii Abstract ………………………………………………………………………… iv Pernyataan Persetujuan Pembimbing ……………………………………….. vi Pengesahan Penguji …...…………………………………………………….... vii Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………........ ix Lembar Persembahan …………………………………………………………. x Kata Pengantar ………………………………………………………………... xi Daftar Isi …………………………………………………………………….… xv Daftar Tabel ……………………………………………………………..…..... xix Daftar Diagram …………………………………………………………….... xxii Daftar Skema ………………………………………………………………... xxiii Daftar Singkatan ……………………………………………………………... xiv BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...... 1 A. Latar Belakang ……………………………………….….… 1 B. Rumusan Masalah …………………………………….….... 7 C. Tujuan Penelitian ………………………………………...... 8 1. Tujuan Umum ………………………………………....... 8 2. Tujuan Khusus …………………………………….……. 8 D. Manfaat Penelitian ………………………………………… 9 1. Bagi Profesi Keperawatan ………………………………. 9 2. Bagi Rumah Sakit ………………………………..……. 10 3. Bagi Pasien dan Keluarga ……………………….…….. 10 4. Bagi Peneliti ………………………………………….... 10 E. BAB II Ruang Lingkup Penelitian ………………………………... 11 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………….…… 12 A. Diabetes Melitus ................................................................. 12 1. Definisi .......................................................................12 2. Klasifikasi .................................................................. 13 3. Etiologi ...................................................................... 14 4. Patofisiologi Diabetes Melitus .................................. 15 5. Manifestasi Klinis ..................................................... 18 6. Pemeriksaan Laboratorium ....................................... 20 7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus ............................ 26 B. Pengendalian Kadar Gula Darah ........................................ 29 1. Kadar Gula Darah ...................................................... 29 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah .................................................................................... 31 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Kadar Gula Darah ................................................................. 34 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pasien Melakukan Pengendalian Kadar Gula Darah ............................... 35 C. Penelitian Terkait ……………………………………....… 37 D. Kerangka Teori ……………………………………….….. 39 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS …………………………………………………… 40 A. Kerangka Konsep …………………………………………... 40 B. Definisi Operasional ………………………………………... 41 C. Hipotesis Penelitian ………………………………………… 43 BAB IV METODELOGI PENELITIAN ................................................ 45 A. Desain Penelitian ………………………………………...…. 45 B. Variabel Penelitian …………………………………….....… 46 C. Tempat dan Waktu …………………………………….....… 46 D. Populasi Penelitian …………………………………….....… 46 E. Sampel dan Teknik Penelitian …………………………..…. 47 1. Sampel ………………...…………………………..…… 47 2. Teknik Pengambilan Sampel ………………………..…. 49 F. Etika Penelitian ………...……………………………..…… 50 G. Pengumpulan Data ……………………………………..….. 51 H. Pengolahan Data ……………………………………..……. 51 I. Analisa Data …………………………………………..…… 52 BAB V HASIL PENELITIAN………………………………………… 54 A. Gambaran Lokasi Penelitian dan Sampel…………………... 54 B. Analisa Univariat…… ……………………………………... 55 1. Pengendalia Kadar Gula Darah ………………….………. 55 2. Pengetahuan ……………………………………….…...… 56 3. Pendidikan ………………………………………………... 56 4. Kedekatan dan Keterpaparan terhadap Sumber Informasi... 57 5. Asupan Makan …………………………………..……..… 58 6. Aktivitas Fisik ……………………………………………. 59 7. Asupan Obat ……………………………………………… 60 8. Komplikasi Penyakit lain ………………………..….….… 60 C. Analisa Bivariat …….……………………………………… 61 1. Hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus .......................... 61 2. Hubungan antara Pendidikan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus .......................... 62 3. Hubungan antara Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ............................................ 63 4. Hubungan antara Asupan Makan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ................ 65 5. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ................ 66 6. Hubungan antara Asupan Obat dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus .......................... 67 7. Hubungan antara Komplikasi penyakit lain dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus .......................................................................................... 68 BAB VI PEMBAHASAN..……………………………………………… 69 A. Keterbatasan Penelitian …..………………………………... 69 B. Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien DM ...………. 70 C. Hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ........................................ 71 D. Hubungan antara Pendidikan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ........................................ 74 E. Hubungan antara Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ...................................................................... 76 F. Hubungan antara Asupan Makan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ................................ 77 G. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ................................ 79 H. Hubungan antara Asupan Obat dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ........................................ 80 I. Hubungan antara Komplikasi penyakit lain dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ................................................................................................ 82 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN …..…………………………… 84 A. Kesimpulan ……….………………………………………... 84 Berdasarkan hasil analisa Univariat …………………...…… 84 Berdasarkan hasil analisa Bivariat …………………..…...… 84 B. Saran ………………………………………………………... 85 DAFTAR PUSTAKA ………………………...……………………………..… LAMPIRAN …………………………………………………………………… DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Korelasi Antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata Kadar Gula Darah.. 26 Tabel 2.1. Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Malitus …...……..… 30 Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ................................. 55 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati tahun 2009 ............... 56 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .. 57 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi pada pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .................................. 58 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan/asupan makan pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ................................................................................................. 59 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan aktivitas fisik pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .. 59 Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan obat pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .. 60 Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden dengan komplikasi penyakit lain pada pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ................................................................................................. 61 Tabel 5.8 Hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .............................................. 62 Tabel 5.9 Hubungan antara pendidikan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .............................................. 63 Tabel 5.10 Hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ......................................................... 64 Tabel 5.11 Hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ................... 65 Tabel 5.12 Hubungan antara aktivitas fisik/olahraga dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .................................. 66 Tabel 5.13 Hubungan antara asupan obat dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .............................................. 67 Tabel 5.14 Hubungan antara komplikasi penyakit lain dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ................... 68 DAFTAR DIAGRAM Diagram 2.1 Pathoflow Diabetes Melitus ………………………………….… 17 Diagram 2.2 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit DM …….. 22 DAFTAR SKEMA Skema 2.1 Kerangka Teori …………………………………………………. 39 Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian …………………………………… 40 DAFTAR SINGKATAN ACTH = Adreno Corticotropin Hormone ADA = American Diabetes Association CRF = Corticotropin Releasing Factor CRIPE = Continous, Rhytmical, Interval, Progresive DM = Diabetes Melitus GD = Glukosa Darah GDP = Glukosa Darah Puasa GDPT = Glukosa Darah Puasa Terganggu GDS = Glukosa Darah Sewaktu HbA1C = Hemoglobin Glikat HDL = Hight Density Lipid HLA = Human Leococyte Antigen ICA = Islet Cel Antibody IDDM = Insulin Dependent Diabetes Melitus IMT = Indeks Masa Tubuh LDL = Low Density Lipid NIDDM = Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus OHO = Obat Hipoglikemi Oral RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat TB = Tinggi Badan TGT = Toleransi Glukosa Terganggu TTGO = Tes Toleransi Glukosa Oral WHO = World Health Organization A. atar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang. Perubahan gaya hidup yang pasif, mengkonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol, merokok dan stres yang tinggi, dilaporkan meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare, 2002). Salah satu penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit kronis adalah Diabetes Melitus (DM). Diabetes Melitus dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (WHO, 2002 dalam penatalaksanaan diabetes terpadu), sedangkan menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau karena keduanya. Diagnosis Diabetes Melitus umumnya akan ditetapkan apabila terdapat gejala khas diabetes melitus berupa poliuri, polidipsi, lemas dan berat badan menurun. Gejala lain yang sering dijumpai oleh pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensi pada pria serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika adanya keluhan dan gejala khas serta ditemukannnya pemeriksaan gula darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus. Hasil pemeriksaan HbA1C ≥ 8 % juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis Diabetes Melitus (PERKENI, 2002). Prevalensi Diabetes Melitus semakin meningkat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pada awal tahun 2006 sedikitnya 171 juta orang mengalami Diabetes Melitus dan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus sekitar 5,6 juta jiwa, dan pada tahun 2006 meningkat tajam menjadi 14 juta jiwa. Hal ini jika dirata-ratakan terdapat 1,4 juta jiwa peningkatan jumlah pasien Diabetes Melitus tiap tahunnya (WHO, 1999). Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020, saat usia penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun mencapai jumlah 178 juta jiwa dan dengan asumsi jumlah penderita Diabetes Melitus 4 % , maka akan terdapat sekitar 7 juta jiwa pasien Diabetes Melitus (Erik Tapan, 2005). Sedangkan Survei Depkes (2001) terdapat 7,5 persen penduduk Jawa dan Bali menderita DM. Data Depkes tersebut menyebutkan jumlah pasien DM menjalani rawat inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien penyakit dalam (Mawalda Fitrisa, 2008). Pasien Diabetes Melitus di Indonesia didominasi oleh pasien Diabetes Melitus tipe 2 yakni kurang lebih 90% hingga 95% dari seluruh populasi pasien Diabetes Melitus (Smeltzer dan Bare, 2001). Berdasarkan data dari salah satu rumah sakit umum pemerintah di Jakarta jumlah pasien Diabetes Melitus sejak tahun 2007 hingga Mei 2009 terdapat 1.504 kasus Diabetes Melitus dengan perincian sebagai berikut: pada tahun 2007 terdapat 631 orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 32 orang pasien Diabetes Melitus type-1 dan 599 orang pasien Diabetes Melitus type-2, sedangkan pada tahun 2008 meningkat, yakni terdapat 699 orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 17 orang pasien Diabetes Melitus type-1 dan 682 orang pasien Diabetes Melitus type-2, sedangkan pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei tahun 2009 tercatat 229 orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 6 orang pasien Diabetes Melitus type-1 dan 223 orang pasien Diabetes Melitus type-2. Dari data diatas dapatdisimpulkan bahwa keadaan karena kasus diabetes melitus mengalami peningkatan (Asdie, 2009). Hasil analisa situasi yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati juga menunjukan adanya peningkatan pasien Diabetes Melitus yang melakukan pengobatan di rumah sakit umum pusat Fatmawati, baik pengobatan rawat jalan maupun rawat inap. Jumlah pasien Diabetes Melitus yang dirawat inap di RSUP Fatmawati dari bulan Januari s/d Desember tahun 2008 tardapat 421 orang, dengan pengelompokan Diabetes Melitus type-1 terdapat 77 orang dan Diabetes Melitus type-2 terdapaat 344 orang. Pada bulan Januari s/d September tahun 2009 jumlah pasien Diabetes Melitus tercatat 330 orang, dengan pengelompokan Diabetes Melitus type-1 terdapat 44 orang dan Diabetes Melitus type-2 terdapat 286 orang. Dari data tersebut, jika dirata-ratakan jumlah pasien Diabetes Melitus yang dirawat pada tahun 2008 terdapat 35 orang/bln, dan meningkat menjadi 37 orang / bln sampai dengan september 2009. Percepatan meningkatnya penderita Diabetes Melitus di Indonesia, terutama diakibatkan oleh perkembangan pola makan yang salah. Pada saat ini masih banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan berserat. santapan menu makanan yang kaya kolestrol, lemak, natrium (dalam garam penyedap rasa) muncul sebagai kecenderungan menu sehari-hari yang juga diperparah dengan meningkatnya konsumsi makanan dan minuman yang kaya akan gula (Tara, 2002). Begitu pula menurut WHO,(1994) dari penelitian laboratorium dan epidemiologi pada berbagai masyarakat telah membuktikan bahwa peningkatan masukan makanan berlemak jenuh serta penurunan masukan makanan berserat dapat berakibat menurunnya kesensitifan insulin dan ketidaknormalan toleransi glukosa. Apabila tidak dilakukan intervensi yang efektif, prevalensi Diabetes Melitus khususnya DM type-2 akan meningkat yang disebabkan oleh berbagai hal seperti bertambahnya umur, meningkatnya kematian akibat infeksi serta meningkatnya faktor resiko seperti kegemukan, kurang gerak/ kegiatan fisik dan pola makan yang tidak baik (Suyono,1993; Darmono, 2002). Diantara beberapa penderita DM, banyak yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut peyakit gula atau kencing manis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, perilaku, kebiasaan makan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi. Salah satu hal yang terpenting bagi penderita Diabetes Melitus adalah pengendalian kadar gula darah, untuk itu pasien perlu memahami mengenai hal-hal yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang dengan Diabetes Melitus menunjukan bahwa: 3 orang awalnya tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit Diabetes Melitus, gula darahnya terkontrol karena dalam proses pengobatannya pasien melakukan anjuran pengobatan dengan baik seperti melakukan aktifitas fisik/olahraga teratur, minum obat teratur, namun tidak melakukan anjuran diet DM dengan baik. Sementara pada 2 orang pasien, kadar gula darahnya tidak terkontrol karena pasien tidak melakukan anjuran pengobatan dengan baik seperti tidak melakukan olahraga secara teratur, tidak minum obat sesuai jadwal atau instruksi dari dokter, serta tidak melakukan diet sesuai dengan anjuran diet untuk pasien DM Pengendalian gula darah pada penderita Diabetes Melitus akan berhubungan dengan faktor diet atau perencanaan makan, karena gizi mempunyai kaitan dengan penyakit Diabetes Melitus. Hal ini disebabkan karena penyakit Diabetes Melitus merupakan gangguan kronis metabolisme zat-zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak dengan ciri-ciri tingginya konsentrasi gula dalam darah walaupun perut dalam keadaan kosong, serta sangat tinggi resikonya terhadap arterio sklerosis atau penebalan dinding pembuluh nadi dengan timbunan zat lemak, dan kemerosotan fungsi syaraf. Selain itu, gaya hidup antara lain aktivitas fisik seperti latihan jasmani yang teratur, memegang peranan penting pada pengendalian gula darah atau pengelolaan pada Diabetes Melitus. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada pasien Diabetes Melitus antara lain menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, menurunkan berat badan, mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler (Syahbudin, 2001). Aktivitas fisik bukan hanya olahraga tetapi juga gaya hidup sehari-hari. Kadar glukosa darah maupun berat badan normal pasien Diabetes Melitus dapat dipertahankan dalam batas normal melalui perencanaan makan, tetapi lebih dari 50% tidak melaksanakannya (Sarwono, 2002). Dalam upaya melakukan pengendalian kadar gula darah yang tepat, pasien Diabetes Melitus juga perlu memiliki pengetahuan mengenai penyakit Diabetes Melitus sehingga tahu cara yang tepat untuk mengatasi Diabetes Melitus (PERKENI,1998), pengetahuan pasien Diabetes Melitus adalah pengetahuan tentang diabetes, dapat terlihat dalam sikap dan keterampilannya seperti dalam upaya pengendalian atau pengontrolan kadar gula darah. Pengetahuan pada pasien Diabetes Melitus dipengaruhi pada latar belakang sosial, etnik, ekonomi, gaya hidup, pola makan, kepercayaan dan tingkat pendidikan (Noer,1998; Enri Ningsih, 2006). Pengetahuan yang harus dimiliki pasien Diabetes Melitus adalah pasien memahami penyakit Diabetes Melitus, tanda dan gejala dari Diabetes Melitus, tanda dan gejala hiperglikemia atau hipoglikemia, tahu komplikasi dari DM, tahu cara pengobatan Diabetes Melitus, pemakaian obat-obatan Diabetes Melitus, paham akan manfaat latihan fisik dan dapat melakukan latihan fisik dengan benar dalam upaya pengendalian kadar gula darah. Perilaku pasien untuk taat dalam upaya pengendalian kadar gula darah salah satunya berhubungan dengan keterpaparannya terhadap sumber informasi yakni sejauh mana penyuluhan kesehatan yang di berikan oleh perawat atau tenaga medis mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien Diabetes Melitus yang bertujuan untuk menunjang perilaku dalam peningkatan pemahaman tentang pengendalian kadar gula darah, salah satunya seperti pemahaman tentang pengaturan makan dan atau aktivitas fisik pada pasien Diabetes Melitus sehingga komplikasi atau penyulitpenyulit yang mungkin timbul akibat Diabetes dapat dicegah. Pasien Diabetes Melitus perlu mendapatkan perhatian lebih baik dari penderita sendiri, keluarga, maupun tim medis terutama dalam penatalaksanaannya, sebab prevalensi dan komplikasi yang ada cukup banyak (Tjokroprawiro, 1993). Apabila kadar glukosa dibiarkan tidak terkendali, penyakit Diabetes Melitus ini akan menimbulkan penyulitpenyulit yang dapat berakibat fatal termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan dan amputasi (Pranadji, 2002). Selain itu penyakit Diabetes Melitus juga dapat mengakibatkan stroke, karena penyakit ini sering disertai dengan peningkatan kolesterol dan trigliserida yang dapat mengakibatkan kematian (Wirakusuma, 2001). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terkendalinya Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta Tahun 2009”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas peneliti menyimpulkan, bahwa angka kejadian Diabetes Melitus terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada pasien Diabetes Melitus perlu melakukan pengendalian terhadap kadar gula darahnya, sehingga komplikasi atau penyulit-penyulit yang mungkin timbul dapat dicegah. Maka pada penelitian ini peneliti ingin meneliti faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di ruang Poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta tahun 2009. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin, dan pekerjaan pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, aktifitas fisik, asupan obat, asupan makan, dan komplikasi penyakit lain terhadap terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. c. Mengidentifikasi hubungan faktor pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. d. Mengidentifikasi hubungan faktor pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. e. Mengidentifikasi hubungan faktor kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. f. Mengidentifikasi hubungan aktivitas fisik/latihan jasmani dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. g. Mengidentifikasi hubungan asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. h. Mengidentifikasi hubungan asupan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. i. Mengidentifikasi hubungan komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi profesi keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi profesi keperawatan dalam hal mengkaji dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus sehingga dapat menentukan dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien Diabetes Melitus serta dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat untuk memahami pentingnya pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus dan memberikan pendidikan kesehataan pada pasien Diabetes Melitus sehingga dapat mencegah dan meminimalkan komplikasi atau penyulit-penyulit yang mungkin timbul. 2. Bagi Rumah Sakit Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati khususnya mengenai penanganan pasien Diabetes Melitus, dalam hal memberikan asuhan keperawatan serta penyuluhan kesehatan dalam upaya melakukan pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. 3. Bagi Pasien dan Keluarga Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pasien dalam melakukan pengendalian kadar gula darah serta memberikan informasi kepada keluarga sehingga dapat memberikan motivasi kepada anggota keluarganya yang menderita Diabetes Melitus untuk melakukan pengendaian kadar gula darah secara optimal. 4. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti, sehingga peneliti dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terkendalinya kadar gula darah untuk dapat mengaplikasikannya terhadap pasien Diabetes Melitus baik di lingkungan kerja, lingkungan keluarga maupun masyarakat dan menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian. Serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya. E. Ruang Lingkup Penelitian yang dilakukan ini adalah mengenai faktor-faktor yang mempegaruhi pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2009. penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deskriptif cross sectional. Metode pengambilan data primer dan sekunder berupa kuesioner dan hasil rekam medis. Penelitian ini dilakukan karena masih ditemukannya pasien-pasien Diabetes Melitus yang belum melakukan pengendalian kadar gula darah secara optimal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang memerlukan penatalaksanaan jangka panjang. Kondisi-kondisi pada penyakit kronis menuntut klien untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut agar tidak terjadi komplikasi. 1. Definisi Berikut ini adalah berbagai definisi tentang Diabetes Melitus yang dikemukakan oleh para pakar, antara lain : a. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah secara terus menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Erik Topan, 2005). b. Menurut Darwis Yullizar dalam buku Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Melitus (2005), dijelaskan bahwa Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronik yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi normal disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin atau keduanya. c. Diabetes Melitus merupakan kelompok kelainan metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemik kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun absolut. Keberadaan diabetes dalam klinik dapat berupa komponen metabolik dan komponen vaskuler atau angiopati. Kedua komponen ini dapat tampak bersama, atau yang satu mendahului yang lain, yang satu memperberat yang lain (Asdie, 2000). 2. Klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui dua bentuk Diabetes Melitus, yaitu Diabetes Melitus tipe-1, dan diabetes melitus tipe-2. a. Diabetes Melitus tipe-1 Diabetes Melitus tipe 1 atau yang disebut insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin), dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulaupulau langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. b. Diabetes Melitus tipe-2 Diabetes Melitus tipe 2, atau yang disebut non-insulindependent diabetes mellitus (NIDDM, diabetes yang tidak bergantung pada insulin). Terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas terhadap insulin (adanya defek respon jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. 3. Etiologi a. Diabetes Melitus tipe-1 Diabetes Melitus tipe-1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan dapat pula lingkungan (misalnya infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta (Potter & Perry, 2006). 1) Faktor Genetik Pasien diabetes tidak mewarisi Diabetes Melitus tipe-1 itu sendiri; tetapi, mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Melitus tipe-1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leococyte antigen) tertentu.. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. 2) Faktor Imunologi Diabetes Melitus tipe-1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. 3) Faktor Lingkungan Faktor-faktor ekstetrnal juga dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. b. Diabetes Melitus tipe-2 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes Melitus tipe-2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktorfaktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Melitus tipe-2. Faktor-faktor ini adalah: Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga, Kelompok etnik (Potter & Perry, 2006). 4. Patofisiologi Diabetes Melitus Hormon insulin dihasilkan sel beta di kelenjar pankreas. Dalam keadan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan disekresikan ke dalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah. Salah satu komponen utama yang memberikan rangsangan pada sel beta untuk memproduksi insulin karena adanya peningkatan kadar glukosa darah (Manaf dalam Sudoyo, et al. 2006). a. Diabetes Melitus tipe-1 Terjadi defisiensi insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas, karena adanya reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis. Hal ini menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cel Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkan dapat menyebabakan hancurnya sel beta. Insulitis dapat disebabakan oleh beberapa hal, diantaranya: virus, seperti virus rubella, herpes dan lainlain. b. Diabetes Melitus tipe-2 Pada Diabetes Melitus tipe 2 sel beta pankreas tetap memproduksi insulin bahkan lebih dari kadar normal, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang berkurang. Hal ini dapat menyebabkan glukosa yang masuk kedalam sel akan berkurang, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar/glukosa dan glukosa didalam pembuluh darah akan meningkat (Manaf dalam Sudoyo, et al. 2006). Secara lengkap dapat digambarkan pada bagan di bawah ini : Defisiensi Insulin glukagon↑ penurunan pemakaian glukosa oleh sel glukoneogenesis lemak protein ketogenesis BUN↑ glycosuria Osmotic Diuresis Nitrogen urine ↑ ketonemia Dehidrasi ↓ pH Mual muntah Resti Ggn Nutrisi Kurang dari kebutuhan hiperglikemia Hemokonsentrasi Asidosis Kekurangan volume cairan Trombosis Koma Kematian Aterosklerosis Makrovaskuler Jantung Miokard Infark Serebral Stroke Mikrovaskuler Retina Ginjal Retinopati diabetik Nefropati Ekstremitas Gangren Ggn. Penglihatan Ggn Integritas Kulit Resiko Injury Diagram 2.1 : Pathoflow Diabetes Melitus Gagal Ginjal ( Asdie, 2000 ) 5. Manifestasi klinis Adanya penyakit Diabetes Melitus pada awalnya sering tidak dirasakan dan tidak disadari oleh pasien. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian bagi pasien Diabetes Melitus adalah (Slamet Suyono, 2002): a. Keluhan klasik 1). Poliuri Jika kadar gula darah meningkat, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang, karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang belebih maka klien sering berkemih dalam jumlah yang banyak. 2). Polidipsi Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui air kemih. Untuk menghilangkan rasa haus tersebut klien banyak minum. 3). Penurunan berat badan dan rasa lemah Penurunan berat badan berlangsung dalam waktu yang relative singkat. Hal ini disebabkan karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih. Juga disebabkan karena glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya, klien kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus. 4). Polifagi Pasien sering kali merasa lapar yang luar biasa karena kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, serta akibat dari sejumlah besar kalori telah hilang kedalam air kemih. Untuk mengkompensasikan hal ini, pasien banyak makan. b. Gejala/keluhan lain 1). gangguan saraf tepi / kesemutan Pasien mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur. 2). Ganguan penglihatan Gangguan penglihatan pada pasien Diabetes Melitus sering dijumpai pada fase awal. 3). Gatal atau bisul Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi pada daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. 4). Gangguan ereksi 5). Keputihan 6). Pusing 7). Mual dan berkurangnya ketahanan tubuh 6. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dalam perannya untuk mendukung pengelolaan Diabetes Melitus dapat berfungsi sebagai penyaring penyakit (screening), diagnostik dan pemantauan pengendalian. a. Pemeriksaan Penyaring Pemeriksaan penyaring untuk Diabetes Melitus dianjurkan dilakukan kepada klien bersamaan dengan pemeriksaan penyaring penyakit lain. Pemeriksaan penyaring ini berguna untuk menjaring pasien Diabetes Melitus, TGT (toleransi glukosa terganggu) dan GDPT (glukosa darah puasa terganggu). Pemeriksaan penyaring dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah. Untuk kelompok dengan faktor risiko yang hasil pemeriksaan penyaring negatif, pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan setiap tahun. Sedangkan bagi pasien yang berusia > 45 tahun tanpa faktor risiko lain, pemeriksaan penyaring dilakukan setiap tiga bulan (Yullizar Darwis, 2005). b. Pemeriksaan diagnostik Diagnosis Diabetes Melitus berdasarkan adanya keluhan/gejala klinis khas Diabetes Melitus berupa poliura, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang dikemukakan oleh pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan gangguan fungsi ereksi serta pruritus vulvae. Jika ditemukan keluhan/gejala klinis khas, maka diagnosis Diabetes Melitus dapat ditegakkan pada pasien dengan hasil positif pemeriksaan glukosa darah puasa (konsentrasi glukosa darah ≥ 126 mg/ dL) atau glukosa darah sewaktu (konsentrasi glukosa darah ≥ 200 mg/ dL). Pasien tanpa keluhan/gejala klinis Diabetes Melitus yang khas, maka diagnosis Diabetes Melitus hanya dapat ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dL atau glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dL, serta didapatkan hasil yang serupa pada pemeriksaan ulangan pada hari yang lain, yaitu dengan konsentrasi glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dL dan atau glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dL, atau hasil pemeriksaan HbA1C ≥ 8 % (Yullizar Darwis, 2005). KELUHAN KLINIS DIABETES Keluhan Klasik (+) Keluhan Klasik (-) ≥ 126 < 126 ≥ 126 ≥ 200 < 200 ≥ 200 110-125 < 110 < 110 110-199 Ulang GDS atau GDP ≥ 126 < 126 ≥ 200 < 200 TTGO GD jam ke-2 ≥ 200 s DIABETES MELITUS GDP = Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL) GDS = Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dL) GDPT = Glukosa darah Puasa Terganggu TGT = Toleransi Glukosa Terganggu Diagram 2.2 : 140-199 TGT < 140 GDPT Normal Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit DM; (Yullizar Darwis, 2005) c. Pemeriksaan Pemantauan Pengendalian Pemeriksaan ini ditujukan untuk memantau keberhasilan pengobatan dalam upaya mencegah terjadinya penyulit kronis. Penyebab terjadinya penyulit kronis bukan secara langsung oleh glukosa darah yang tinggi, melainkan karena zat-zat metabolit lain yang terbentuk akibat sel tidak dapat menggunakan glukosa. Dengan demikian Diabetes Melitus yang terkendali dengan baik tidak berarti hanya glukosa darahnya saja yang baik, tetapi harus secara menyeluruh menyangkut antara lain konsentrasi glukosa dalam darah, HbA1c (Hemoglobin Glikat), kolesterol, trigliserida, dtatus gizi, dan tekanan darah. Sasaran pengobatan atau pengendalian untuk pasien Diabetes Melitus yang berumur > 60 tahun cukup sampai kriteria sedang, hal ini mengingat keterbatasan fisik pada pasien usia lanjut (Yulizar Darwis, 2005). d. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Dalam pemeriksaan kadar glukosa darah dikenal beberapa jenis pemeriksaan, antara lain pemeriksaan glukosa darah puasa , glukosa darah sewaktu, glukosa darah 2 jam sesudah makan, pameriksaan glukosa darah ke-2 pada tes toleransi glukosa oral (TTGO), pemeriksaan glukosa kurva harian, dan pemeriksaan HbA1C (Yulizar Darwis, 2005): 1) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu Dilakukan setiap waktu pada pasien dalam keadaan tanpa puasa. Spesimen dapat berupa serum, plasma, atau darah kapilar. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu plasma dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring dan memastikan diagnosis DM, sedangkan periksaan gula darah yang berasal dari darah kapilar hanya untuk pemeriksaan penyaring. Tes ini mengukur glukosa darah yang diambil kapan saja tanpa memperhatikan waktu makan. Kriteria KGDS dari alat Accu-Chek Active dikategorikan baik bila berkisar 110 -< 145 mg/dL, sedang 145-179 mg/dL, dan buruk =180 mg/dL . 2) Pemeriksaan glukosa darah puasa Pada pemeriksaan ini, pasien harus puasa 10-12 jam sebelum pemeriksaan. Spesimen dapat berupa serum, plasma, atau darah kapilar. Pemeriksaan glukosa darah puasa plasma dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring, memastikan diagnosis, dan memantau pengendalian, sedangkan pemeriksaan yang berasal dari darah kapilar hanya untuk pemeriksaan penyaring dan memantau pengendalian. Glukosa darah puasa terganggu (GDPT) bila pada pemeriksaan didapat nilai sebesar 110-125 mg/dL. 3) Pemeriksaan glukosa darah 2 jam sesudah makan Standarisasi pemeriksaan ini sulit dilakukan karena makanan yang di konsumsi baik jenis maupun jumlahnya tidak dapat dibakukan dan sulit mengawasi pasien dalam tenggang waktu 2 jam untuk tidak makan dan minum. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau pengendalian Diabetes Melitus. 4) Pemeriksaan glukosa jam ke-2 pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) Tes toleransi glukosa oral merupakan pemeriksaan yang lebih sensitif dari pada tes toloransi glukosa intravena. Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat sederhana. 5) Periksaan glukosa kurva harian Pemeriksaan konsentrasi glukosa kurva harian dilakukan pada pemantauan pengendalian Diabetes Melitus yang berkaitan dengan obat-obat hipoglikemi yang diberikan. Biasanya pemeriksaan dilakukan 3-4 kali dalam sehari, sebelum makan sore dan sebelum makan malam. Kekerapan melakukan pemeriksaan ini tergantung berat dan sifat diabetes serta jenis obat (Yulizar Darwis, 2005). 6) Pemeriksaan HbA1C Pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1C), atau disebut juga glycohemoglobin yang disingkat A1C merupakan salah satu pemeriksaan darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah. Hasil pemeriksaan A1C memberikan gambaran rata-rata gula darah selama periode waktu 6-12 minggu, dan hasil ini dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri sebagai dasar untuk melakukan penyesuian terhadap pengobatan Diabetes Melitus yang dijalani. Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu, maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan. sebelum pemeriksaan (Indodiabetes, 2009). Tabel 1.1: Korelasi antara Kadar HbA1C dan Rata-rata Kadar Gula Darah HbA1C (%) Rata-rata Gula Darah (mg/dL) 6 135 7 170 8 205 9 240 10 275 11 310 12 345 (pemeriksaan gula darah, www.indodiabetes.com) Pemeriksaan glukosa darah lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa urin karena pemeriksaannya bersifat langsung (Soewondo dalam Soegono, 2007). Tujuan pemeriksaan glukosa darah untuk mendeteksi keadaan hipoglikemik atau hiperglikemik. 7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tujuan utama pengelolaan atau penatalaksanaan Diabetes Melitus adalah pengendalian kadar glukosa darah dengan harapan timbulnya komplikasi dapat dicegah atau diperlambat (Waspadji, 2003). Empat pilar utama dalam pengelolaan diabetes mellitus menurut Konsensus Nasional 1998 (PERKENI, 1998) adalah: perencanaan makan, latihan jasmani, penyuluhan, dan obat berkhasiat hipoglikemik. a. Perencanaan makan Prinsip perencanan makan adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi Diabetes Melitus dan melakukan modifikasi diet dengan memperhatikan gaya hidup, pola kebiasaan makan, status ekonomi dan lingkungan. Diabetesi harus dapat melakukan perubahan pola makan secara konsisten. Salah satu manfaat pengaturan makan adalah untuk meningkatkan sensitifitas reseptor insulin sehingga akhirnya dapat menurunkan kadar glukosa darah, (Soebardi & Yunir dalam Sudoyo, 2006). b. Latihan jasmani Latihan jasmani dianjurkan untuk dilakukan secara teratur (3-5 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (continous, rhythmical, interval, progressive, endurancetraining). Latihan jasmani yang teratur menyebabkan kontraksi otot meningkat dan resistensi insulin berkurang (Ilyasa dalam Soegondo, 2007), Pasien dengan kadar glukosa darah >250 mg/dL, tidak dianjurkan untuk latihan jasmani karena akan meningkatkan kadar glukosa darah dan benda keton, (Soebardi & Yunir dalam Sudoyo,2006). Tahap-tahap dalam melakukan latihan jasmani: 1). Peregangan (stretching) Dilakukan peregangan pada semua otot tubuh selama lebih kurang 5 menit, untuk mencegah cedera otot. 2). Pemanasan (warming up) Dilakukan dalam gerakan lambat selama 5-10 menit, sehingga kecepatan jantung meningkat secara bertahap. 3). Latihan inti dengan kecepatan penuh (full speed) Dilakukan dengan irama lebih cepat selama 20-30 menit, bertujuan untuk meningkatkan kerja jantungdan paru-paru. 4). Pendinginan (cooling down) Dilakukan dalam tempo lambat selama 5-10 menit, untuk mencegah nyeri atau cedera. c. Penyuluhan (edukasi diabetes) Bila dilihat dari empat pilar pengelolaan Diabetes Melitus, tingkat kepatuhan diabetesi dalam mengatur perencanaan makan, pengobatan dan latihan jasmani, intinya adalah bagaimana diabetesi memahami, menyadari, dan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih berkualitas. Untuk mengatasi hal tersebut, sangatlah penting seorang edukator dalam pengelolaan Diabetes Melitus. Pada intinya seorang edukator memberikan penyuluhan dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, mengubah perilaku, meningkatkan kepatuhan dan meningkatkan kualitas hidup klien diabetes melitus (Soewondo P, 2002). d. Obat berkhasiat hipoglikemik Pada dasarnya pengelolaan Diabetes Melitus tanpa dekompensasi metabolik dimulai dengan pengaturan makan, disertai dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa waktu. Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, pasien diberikan obat hipoglikemi oral (OHO) atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi (PERKENI, 1998). Obat anti hipoglikemi umumnya hanya digunakan untuk mengobati beberapa individu dengan Diabetes Melitus tipe-2. Obatobatan ini menstimulasi pelepasan insulin dari sel beta pankreas atau pengambilan glukosa oleh jaringan perifer (Soewondo P, 2002). B. Pengendalian Kadar Glukosa Darah Pengendalian kadar gula darah yang baik dan optimal diperlukan untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik. Untuk menyatakan kadar glukosa darah yang terkontol, tidak hanya tergantung pada hilangnya gejala Diabetes Melitus saja, tetapi harus dengan pemeriksaan kadar glukosa darah. Diabetes melitus yang terkendali baik, tidak hanya kadar glukosa darahnya saja yang baik, tetapi meliputi pula status gizi, tekanan darah, kadar lipid maupun HbA1C (Soewondo, 2002). 1. Kadar Glukosa Darah Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah (Soeryodibroto, 1998). Kadar glukosa darah pada orang normal berlangsung konstan, karena pengaturan karbohidrat yang baik Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormon yang menaikan glukosa darah oleh hormon glukagon, hormon epinefrin, hormon glukokortikoid, konsentrasi kadar dan glukosa hormon pertumbuhan. darah dalam Peningkatan sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan glukagon. Sebaliknya penurunan glukosa darah mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan peningkatan glukagon (Soeryodibroto, 1998). Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal dapat dilakukan oleh tubuh dengan mempertahankan homeostatis dalam tubuh melalui 2 cara yaitu, bila glukosa darah terlalu rendah, maka glukosa akan disuplai dari hati dengan jalan memecah glikogen hati, sebaliknya bila glukosa darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan dibawa ke hati dan dirubah menjadi glikogen atau masuk ke otot dirubah menjadi glukogen otot (Suyono, 1995; dalam Mira Musaira, 2003). Pasien Diabetes Melitus harus berusaha menjaga kadar glukosa darah dalam batas normal, dan untuk melakukan hal ini mereka perlu menjaga keseimbangan diantara jumlah glukosa yang masuk dan glukosa yang hilang (Leslie, 1991). Diabetes Melitus yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi kronik, maka untuk dapat mencegah komplikasi-komplikasi yang timbul tersebut diperlukan pengendalian kadar gula darah yang baik. Diabetes Melitus terkendali dapat dilihat dari glukosa darah, kadar lipid, tekanan darah dan HbA1C seperti tercantum: Tabel 2.1: Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus Baik Sedang Buruk Glukosa darah puasa * (plasma vena , mg /dL) 80-109 110-125 ≥ 126 Glukosa darah 2 jam pp * (plasma vena , mg /dL) 80-144 145-179 ≥ 180 HbA1c < 6,5 6,5 - 8 >8 Kolesterol total (mg / dL ) < 200 200 - 239 ≥ 240 Kolesterol LDL (mg / dL < 100 100 - 129 ≥ 130 ) Kolesterol HDL (mg/ dL ) > 45 Trigliserida (mg/ dL ) > 150 150 - 199 ≥ 200 IMT (kg / m2 ) 18,5 – 22,9 23 - 25 > 25 Tekanan darah (mmHg) < 130/ 80 130/ 80 - 140/ > 140/ 90 90 ( Yullizar Darwis, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Melitus ; 2005 ) 2. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Kadar Glukosa Darah a. Faktor Internal 1) Penyakit dan Stres Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri tertentu, merangsang produksi hormone tertentu yang secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah (Tandra, 2008). Adapun menurut Leslie (1999), kadar gula darah dipengaruhi oleh stress seseorang (Leslie, 1999 dalam Iswanto, 2004). Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Stres muncul ketika ada ketidakcocokan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki, (Selye, dalam Potter & Perry, 2005). Diabetesi yang mengalami stres dapat merubah pola makan, latihan, penggunaan obat yang biasanya dipatuhi diabetesi dan hal ini menyebabkan terjadinya hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2002). Hiperglikemia yang terjadi pada keadaan stress ditandai dengan peningkatan kadar gula darah, yang secara umum sebanding dengan beratnya stress (Souba dan Wilmore, 1996 dalam Hariani, 2002). Selain itu, stres memicu terjadinya reaksi biokimia dalam tubuh melalui 2 jalur, yaitu neural dan neuroendokrin. Reaksi pertama dari respon stres adalah terjadinya sekresi sistem saraf simpatis yang menyebabkan ujung saraf mengeluarkan norepinefrin untuk meningkatkan frekuensi jantung. Peningkatan frekuensi jantung bertujuan untuk memperoleh perfusi yang baik. Kondisi ini menyebabkan glukosa darah meningkat guna sumber energi untuk perfusi (Guyton, 1996; Smeltzer & Barwe, 2002). Bila stres menetap, respon stres akan melibatkan hipotalamus pituitari. Hipotalamus mensekresi corticotropinreleasing factor, yang menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi Kemudian adrenocorticotropic ACTH menstimulasi hormone pituitari (ACTH). antrior untuk memproduksi glukokortikoid, terutama kortisol. Peningkatan kortisol akan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah (Seltzer & Bare, 2002). Selain itu kortisol juga dapat menginhibisi ambilan glukosa oleh sel tubuh (Individual Wellbeing Diagnostic Laboratories, 2008). 2) Obesitas Obesitas artinya berat badan yang berlebih minimal sebanyak 20% dari berat badan idaman. Rumus untuk menentukan berat badan idaman adalah sebagai berikut: (TB dalan cm - 100) – 10%. Hal ini berarti indeks masa tubuh lebih dari 25 kg/m2 (Sukarji dalam Soegondo, S., et al., 2007). Individu dengan Diabetes Melitus tipe-2 diketahui sebanyak 80% diantaranya adalah obesitas. Obesitas menyebabkan reseptor insulin pada target sel di seluruh tubuh kurang sensitif dan jumlahnya berkurang sehingga insulin dalam darah tidak dapat dimanfaatkan (Ilyas dalam Soegondo, 2007). 3) Makanan/Asupan makan Makanan diperlukan sebagai bahan bakar dalam pembentukan ATP. Selama pencernaan, banyak zat gizi yang diabsorpsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh sampai makanan berikutnya. Di dalam makanan yang dikonsumsi, terkandung karbohidrat, lemak, dan protein (Tandra, 2008). Kadar gula darah sebagian tercantum pada apa yang dimakan dan oleh karenanya sewaktu makan diperlukan adanya keseimbangan diet. Mempertahankaan kadar gula darah agar mendekati nilai normal dapat dilakukan dengan asupan makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan (Sukardji, 2002). Makanan yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap kadar gula darah. Faktor-faktor penting dalam diet karbohidrat terhadap kenaikan kadar gula darah (Rimbawan,2004) adalah sebagai berikut: a) Kandungan serat dalam makanan b) Proses pencernaan c) Cara pemasakannya d) Ada atau tidaknya zat anti terhadap penyerapan makanan sebagai zat anti nutrient e) Waktu makan dengan kecepatan lambat atau cepat f) Pengaruh intoleransi glukosa g) Pekat atau tidaknya makanan Pasein Diabetes Melitus memiliki kemampuan tubuh yang terbatas mengatur metabolisme hidrat arang dan jika toleransi hidrat arang dilampaui, pasien akan mengalami glikosuria dan ketonuria yang pada akhirnya dapat menjadi ketoasidosis, maka pembatasan kandungan hidrat arang dalam diet pasein Diabetes Melitus harus dilakukan (PERKENI, 1998). 4) Jumlah latihan fisik/ Olahraga yang dilakukan Manfaat latihan fisik atau olahraga sebagai terapi Diabetes Melitus telah cukup lama dikenal sebagai salah satu upaya penanggulangan penyakit DM disamping obat dan diit (Darmono, 2002). Latihan fisik dapat meningkatkan sensitifitas jaringan terhadap insulin. Pada Diabetes Melitus tipe-1 peningkatan sensitifitas jaringan terhadap insulin tersebut dapat mengurangi kebutuhan insulin, sedangkan pada Diabetes Melitus tipe-2 peningkatan sensitifitas jaringan tersebut sangat penting dalam regulasi kadar glukosa darah (Ilyas, E.I., 2007). 5) Perawatan baik dengan Tablet maupun dengan Insulin Cara kerja obat hipoglikemik oral pada umumnya merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin atau mengurangi absorpsi glukosa dalam usus, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Perencanaan makan masih merupakan pengobatan utama, tetapi bila hal ini bersama latihan jasmani ternyata gagal, maka diperlukan penambahan obat oral. Obat hipoglikemik oral diberikan agar Diabetes Melitus dapat terkontrol dengan baik (Soegondo,1995). a. Faktor Eksternal 1) Pendidikan Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara atau mengatasi masalah-masalah, dan meningkatkan kesehatannya. Pendidikan mempunyai kaitan yang tinggi terhadap perilaku pasien untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya. Pendidikan bagi pasien Diabetes Melitus berhubungan dengan perilaku pasien dalam melakukan pengendalian terhadap kadar glukosa darah agar tetap stabil. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini membutuhkan waktu yang lama, namun hasil yang dicapai bersifat tahan lama karena didasari oleh kesadaran sendiri (Notoatmodjo, 2005). 2) Pengetahuan Pengetahuan merupakan penampakan dari hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what” (Notoatmodjo, 2002: 121). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses berurutan (Rogers 1994). Jadi, pengetahuan merupakan tingkatan terendah dalam domain kognitif. Pengetahuan merupakan hasil dari tingkah laku, hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu (Noto Atmojo, 1993). Pasien Diabetes Melitus akan mampu melakukan pengendalian kadar glukosa darah dengan baik jika didasari dengan pengetahuan mengenai penyakit Diabetes Melitus, baik tanda dan gejala maupun penanganannya. 3) Kedekataan dan Keterpaparan terhadap Sumber Informasi Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi. Mempengaruhi kemampuan, semakin banyak sumber informasi yang diperoleh maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Notoadmodjo, 2003). Salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang dalam meningkatkan kwalitas kesehatannya adalah terjangkaunya informasi yaitu tersedianya informasi-informasi terkair dengan tindakan yangn akan diambil oleh seseorang. Pada pasien Diabetes Melitus, dengan adanya kemudahan untuk memperoleh informasi mengenai pengendalian kadar gula darah dapat memfasilitasi terjadinya tindakan untuk melakukaan pengendalian kadar gula darah mereka. C. Penelitian Terkait Penelitian yang terkait adalah penelitian yang dilakukan oleh Kurniatin Yuniatun (FKM UI, 2003) dalam Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar gula darah puasa pasien lama Diabetes Melitus lanjut usia di Poliklinik Diabetes Melitus RSCM. Penelitian ini dilakukan pada 100 orang responden, dan dari hasil penelitian ini didapat bahwa: berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa aktivitas fisik mempunyai peranan terhadap kadar glukosa darah dan pengendaliannya. Hal ini terlihat dalam uji bivariat dengan uji t – Independent bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai aktivitas fisik antara pasien dengan kadar glukosa darah yang terkontrol dan yang tidak terkontrol (P=0,000), sehingga Ho ditolak. Dimana nilai aktivitas untuk pasien dengan kadar glukosa darah yang terkontrol mempunyai nilai lebih besar. Penelitian lain yang berhubungan adalah penelitian yang dilakukan oleh Mira Musaira (FKM UI, 2003) dalam “Gambaran epidemiologi Diabetes Melitus dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus anggota klub persadia Rumah Sakit Islam Jakarta Timur”. Penelitian ini dilakukan pada 90 responden, dari hasil uji statistik diperoleh nilai P= 0,005 dan PR= 2,86 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan kadar gula darah pasien Diabetes Melitus. Pasien Diabetes Melitus yang pengetahuannya kurang mempunyai peluang 2,86 ditemukan dengan kadar gula darah tinggi dibanding dengan pasien Diabetes Melitus yang pengetahuan baik. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan kadar gula darah diperoleh bahwa sebanyak 21 dari 40 (52,5%) pasien Diabetes Melitus yang pengetahuannya kurang dengan kadar gula darah tinggi, sedangkan 11 dari 50 pasien yang pengetahuannya baik dan kadar gula darah tinggi. D. Kerangka Teori Faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar glukosa darah: • Pendidikan • Pekerjaan • Pengetahuan • Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi • Asupan makan • Jumlah latihan/aktivitas fisik • Asupan obat • Penyakit atau Stress Terkendalinya kadar gula darah Skema 2.1 Kerangka teori (Berdasarkan teori Notoatmodjo, 2003 dan PERKENI, 1998) BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A. Kerangka konsep Varibel Independen Pengetahuan Pendidikan Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi Variabel Dependen terkendalinya kadar gula darah Kebiasaan makan Aktivitas fisik Asupan obat Komplikasi Penyakit lain Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep pada penelitian ini akan menghubungkan antara variabel dependen dan variabel independen yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus yang meliputi faktor pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi (misalnya memiliki keluarga dengan latar belakang medis atau memiliki tempat tinggal yang berdekatan dengan tempat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas atau balai kesehatan), kebiasaan makan, aktivitas atau latihan fisik, asupan obat serta komplikasi dengan penyakit lain. Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus. B. Definisi Operasional Varibel Pengetahuan Pendidikan Definisi Operasional Hal-hal yang diketahui atau dipahami responden dalam mengendalikan kadar gula darah. Pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti responden Cara ukur Alat ukur Independent Menanyakan pd Kuesioner pasien Diabetes C 1-6 Melitus mengenai pengetahuannya dalam mengendalikan kadar gula darah Menanyakan pada pasien Diabetes Melitus mengenai tingkat Kuesioner A3 Hasil ukur Skala ukur 0 = kurang Ordinal (bila nilai yang didapat ≤ 55%) 1 = cukup (bila nilai yang didapat 5675%) 2 = baik (bila nilai yang didapat 76100%) (Arikunto, 1998) 0 = tidak sekolah 1 = SD 2 = SMP 3 = SMA 4 = Perguruan Ordinal Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi. pendidikan mereka Responden Menanyakan memiliki akses pada pasien yang mudah Diabetes dan cepat untuk Melitus mendapatkan mengenai Informasi kedekatan dan kesehatan keterpaparan (terutama untuk mereka mengendalikan terhadap kadar gula sumber darah pada informasi pasien DM ) kesehatan. yang akurat. Tinggi Kuesioner C 1-5 0 = tidak mudah (jika skor yang diperoleh < nilai median) Ordinal 1 = mudah (jika skor yang diperoleh ≥ nilai median) Aktivitas fisik/latihan jasmani Jumlah, lama dan jenis aktivitas atau kegiatan fisik yang dilakukan oleh responden Menanyakan kepada responden jumlah, lama dan jenis aktivitas atau kegiatan fisik yang dilakukan oleh responden. Kuesioner D 1-5 Asupan obat Asupan obat tablet atau insulin yang dikonsumsi oleh responden dalam upaya mengendalikan kadar glukosa darah Menanyakan kepada responden mengenai obat tablet atau insulin yang mereka konsumsi Kuesioner E 1 -4 Asupan/ kebiasaan makan Asupan nutrisi yang dikonsumsi oleh seseorang sesuai dengan batasan/anjuran diet DM Menanyakan pada pasien Diabetes Melitus mengenai makanan yang dikonsumsi atau mengenai diet mereka Kuesioner F 1-5 0 = tidak sesuai Ordinal anjuran (jika skor yang diperoleh < nilai median) 1 = sesuai anjuran (jika skor yang diperoleh ≥ nilai median) 0 = tidak Ordinal sesuai instruksi (jika skor yang diperoleh < nilai median) 1 = sesuai instruksi (jika skor yang diperoleh ≥ nilai median) 0 = tidak Ordinal sesuai anjuran (jika skor yang diperoleh < nilai median) 1 = sesuai anjuran (jika skor yang diperoleh ≥ Komplikasi penyakit lain Terkendalinya kadar gula darah Penyakit lain yang diderita responden selain diabetes melitus Dilihat dari medical record pasien Kuesioner B-1 Dependent Dilihat dari Kuesioner Kondisi medical record B-2 dimana kadar gula darah pasien responden dapat terkendali/ terkontrol dengan melihat hasil pemeriksaan HbA1C pada rekam medis pasien/ responden. nilai median) 0 = jika ada komplikasi penyakit lain 1 = jika tidak komplikasi dengan penyakit lain Ordinal 0 = tidak Ordinal terkontrol (jika nilai HbA1C < 6,5 dan > 8) 1 = terkontrol (jika nilai HbA1C 6,5-8) C. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009. 2. Ada hubungan antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009. 3. Ada hubungan antara kedekatan dan keterpaparaan terhadap sumber informasi kesehatan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009. 4. Ada hubungan antara jumlah aktivitas fisik dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009. 5. Ada hubungan antara asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009. 6. Ada hubungan antara asupan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009. 7. Ada hubungan antara komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009. BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain atau rancangan penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian ( Burn & Grove,1991; Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Studi cross sectional mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat. Tidak ada follow-up pada studi ini ( Setiadi, 2007). Alasan digunakan desain studi ini karena kelebihan yang dimilikinya, diantaranya: 1. Keuntungan yang utama dari desain cross sectional adalah memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai 2. Desain ini relative mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh 3. Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel 4. Tidak terancam loss to follow-up (drop out) 5. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang lebih konklusif. B. Variabel Penelitian Menurut Setiadi (2007), variabel penelitian adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di RSUP Fatmawati tahun 2009. C. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Instalasi rawat jalan, Poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati karena memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap, pasien diabetes melitus yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dilakukan pemeriksaan HbA1C, pasien Diabetes Melitus tiap tahun semakin meningkat dengan masalah pengendalian kadar gula yang masih tinggi, serta mudah untuk mendapatkan responden yang akan diteliti. Waktu penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November tahun 2009. D. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Noto Atmojo, 1993:75; Setiadi, 2007). Sedangkan menurut Aziz (2008), populasi adalah seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi atau subyek penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Melitus yang melakukan pemeriksaan atau pengobatan di ruang Poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. E. Sampel dan teknik pengambilan sampel 1. Sampel Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 1993:75; Setiadi, 2007). Sedangkan menurut Aziz Alimul Hidayat (2008) sampel penelitian adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi a. Kriteria Inklusi: 1) Kesadaran baik 2) Pasien Diabetes Melitus yang sedang menjalani pengobatan rawat jalan di Poliklinik penyakit dalam RSUP Fatmawati. 3) Pasien Diabetes Melitus yang dilakukan pemeriksaan HbA1C 4) Bersedia untuk dijadikan responden atau sampel penelitian b. Kriteria Eksklusi: 1) Pasien Diabetes Melitus yang tidak bersedia menjadi responden atau menolak berpartisipasi 2) Pasien Diabetes Melitus yang tidak melakukan pemeriksaan HbA1C 3) Tidak mampu mendengar dan berkomunikasi verbal / non verbal dengan baik. Pada penelitian ini jumlah sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus Uji hipotesis beda proporsi:  Z − a / 2 2Ρ(1 − Ρ ) + Z1 − β Ρ1 (1 − Ρ1 ) + Ρ2 (1 − Ρ2 )  n=  1  (Ρ1 − Ρ2 )   2 Keterangan: n = Jumlah sampel Z1.α/2 = derajat kepercayaan (95%) = 1,96 ά (derajat kemaknaan) = 5% Z1-β = (kekuatan uji 80%) = 0,84 P1 = Proporsi distribusi kadar gula darah puasa tinggi pada pasien DM yang tidak patuh terhadap diet yang dianjurkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iswanto (2004). P2 = P1-20 % (Proporsi distribusi kadar gula darah puasa tinggi pada pasien DM yang tidak patuh terhadap diet yang dianjurkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iswanto, 2004 dengan perbedaan selisih 20% dari proporsi awal. P = (P1+ P2)/2 Pembahasan:  Z − a / 2 2Ρ(1 − Ρ ) + Z1 − β Ρ1 (1 − Ρ1 ) + Ρ2 (1 − Ρ2 )  n=  1  (Ρ1 − Ρ2 )   = 2 1,96√2.0,78 (1-0,78)+0,84 √ 0,87(1-0,87)+0,67(1-0,67) (0,87-0,67) = 68 Orang Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, maka besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 68 orang, namun untuk mengurangi kesalahan/kekurangan dalam pengambilan data terjadinya seperti: ketidak lengkapan pengembalian atau pengisian kuesioner oleh responden maka ditambah cadangan 10% dari besar sampel tersebut. Cadangan 10% dari sampel: = 10% .68 = 7 orang Jadi total jumlah sampel yang akan digunakan pada penelitian ini setelah ditambah cadangan 10% adalah 68+ 7 = 75 orang 2. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan probability sampling yaitu teknik yang memberikan kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, dengan teknik consecutive sampling (berurutan) yakni pemilihan sampel dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukan dalam sampel penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Sampel yang diambil atau digunakan pada penelitian ini didasarkan pada kriteria inklusi, yaitu karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. F. Etika Penelitian Sebelum mekakukan penelitian, Peneliti mendapat izin atau persetujuan dari institusi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati untuk melakukan penelitian, khususnya dari pasien Diabetes Melitus yang melakukan pemeriksaan atau pengobatan di Poliklinik penyakit dalam RSUP Fatmawati. Setelah peneliti mendapatkan persetujuan, baik dari institusi Rumah Sakit maupun dari responden, maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi: 1. Lembar Persetujuan (Informed Consent) Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika responden menolak, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden. 2. Tanpa Nama (Anonymity) Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi responden, lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitan. G. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang berisi pertanyaan tentang pengetahuan, pendidikan, perilaku, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, aktivitas/latihan fisik, asupan obat, serta asupan makan, sedangkan data sekunder dilihat dari rekam medis pasien untuk mengetahui adanya komplikasi penyakit lain dan untuk mengetahui kadar gula darah pasien/nilai HbA1C (dari hasil pemeriksaan laboratorium). Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh rekan/kerabat peneliti. H. Pengolahan Data Dalam melakukan analisis, data harus diolah terlebih dahulu dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh, diantaraanya: 1. Editing Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diperoleh atau dikumpulkan. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan terhadap: a. Kelengkapan jawaban b. Keterbacaan tulisan c. Relevansi jawaban 2. Coding (pengkodean) Coding adalah memberikan tanda atau kode-kode tertentu pada kuesioner untuk memudahkan pengolahan selanjutnya. 3. Scoring Scoring adalah memberikan nilai pada setiap pertanyaan untuk menentukan nilai keseluruhan hasil jawaban responden. 4. Entry Entry adalah memasukan data atau menyimpan data dengan bantuan program komputer 5. Cleaning Cleaning adalah pemeriksaan data kembali yang telah di entry, untuk memastikan bahwa data telah bersih. 6. Sorting Sorting adalah mensorting dengan memilih atau mengelompokan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data). I. Analisis Data Analisis data merupakan proses pengolahan data serta menyusun hasil penelitian yang akan dilaporkan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis Univariat Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan pada dua atau lebih variabel yang hanya memiliki satu variabel terikat (Setiadi, 2007). Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan proporsi dari faktor pengetahuan, pendidikan, perilaku, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, aktivitas fisik, asupan obat, asupan makan, serta komplikasi penyakit lain. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara variabel penelitian. Uji yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Chi Square, untuk melihat apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan, pendidikan, perilaku, kedekataan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, aktivitas/latihan fisik, asupan obat, maupun asupan makan, serta komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Untuk melihat kemaknaan hubungan variabel tersebut secara statistik, digunakan derajat kepercayaan 95% (ά= 0,05). Apabila nilai p ≤ 0,05 maka hasilnya bermakna secara statistik atau terdapat hubungan (Ho ditolak dan Ha diterima), sedangkan bila nilai p > 0,05 maka hasilnya tidak bermakna secara statistik atau tidak terdapat hubungan (Ho diterima dan Ha ditolak). Kekuatan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dilihat dari nilai odd rasio (OR) yaitu AD/BC. Bila nilai OR=1 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen. Jika nilai OR < 1 artinya variabel independen memperkecil risiko tidak terkendalinya kadar gula darah pada pasien DM, dan jika nilai OR > 1 artinya variabel independen peluang terkendalinya kadar gula darah pada pasien DM. BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran lokasi penelitian dan sample Pada bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati pada bulan November tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 3 minggu. Lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan pada ruang poliklinik penyakit dalam, Instalasi rawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati. Jumlah pasien yang kontrol atau melakukan pengobatan di Poliklinik penyakit dalam, Instalasi rawat jalan pada bulan November tahun 2009 adalah sejumlah 500 orang. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik consecutive sampling (berurutan) dan jumlah sampel yang dijadikan sebagai responden berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji hipotesis beda proporsi sebanyak 75 orang. Sebelum dilakukannya penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner di Rumah Sakit yang karakteristik respondennya sama dengan karakteristik responden pada tempat penelitian yakni di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2009, dengan jumlah sampel yang digunakan adalah sebesar 10% dari jumlah sampel yang digunakan pada penelitian yakni sebanyak 10 orang. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas ini menunjukan ada beberapa pertanyaan yang tidak valid dan tidak reliabel, yaitu pada variabel asupan obat, asupan makan sehingga konteks pertanyaan tersebut diubah/dimodifikasi. B. Analisa Univariat 1. Pengendalian kadar gula darah Pengendalian kadar gula darah yang didefinisikan sebagai kondisi dimana kadar gula darah klien atau pasien Diabetes Melitus dapat terkontrol, yang dilihat atau diukur melalui hasil observasi nilai HbA1C pada hasil uji laboratorium dalam rekam medis (medical record) pasien di ruang Poliklinik penyakit dalam instalasi rawat jalan. Kemudian dikelompokkan menjadi dua kategorik yakni terkendali/terkontrol dan tidak terkendali/tidak terkontrol. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa, pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus adalah: pasien yang kadar gula darahnya terkontrol sebanyak 54 orang (72,0%) dan pasien diabetes yang kadar gula darahnya tidak terkontrol sebanyak 21 orang (28,0%) Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 Variabel terkendalinya kadar gula darah Kategorik Terkontrol Tidak terkontrol Total Jumlah 54 0rang Persentase (%) 72,0 21 orang 75 orang 28,0 100% 2. Pengetahuan Pengetahuan pasien Diabetes Melitus terkait dengan terkendalinya kadar gula darah, diukur dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan mengenai sifat penyakit diabetes, tanda dan gejala umum yang sering dirasakan, komplikasi dari penyakit diabetes, serta penatalaksanaan diabetes melitus. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa pengetahuan pasien dikelompokkan/dikategorikan menjadi 3 yakni: pasien dengan pengetahuan kurang (bila skor yang didapat < 56%) berjumlah 0 orang (0%), pasien dengan pengetahuan cukup (bila skor yang didapat antara 56%-75%) berjumlah 1 orang (1,3%), dan pasien dengan pengetahuan baik (bila skor yang didapat antara 76%-100%) berjumlah 74 orang (98,7%). Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan pasien diabetes melitus dengan terkendalinya kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati tahun 2009 Variabel Pengetahuan pasien Total Kategori Kurang Jumlah 0 orang Persentase (%) 0 Cukup 1 orang 1,3 Baik 74 orang 75 orang 98,7 100% 3. Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden dengan pendidikan sekolah dasar (SD) berjumlah 10 orang (13,3%), pasien dengan pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) berjumlah 12 orang (16,0%), pasien dengan pendidikan sekolah menengah keatas (SMA) berjumlah 18 orang (24%), dan pasien dengan pendidikan perguruan tinggi berjumlah 35 orang (46.7%). Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pasien diabetes melitus dengan terkendalinya kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 Variabel Pendidikan pasien 4. Kategori SD SMP SMA Perguruan tinggi Total Jumlah 10 12 18 35 75 orang Persentase (%) 13,3 16,0 24,0 46,7 100% Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi Kedekatan dan keterpapapran terhadap sumber informasi yang didefinisikan sebagai kemudahan dan kecepatan untuk mengakses dan mendapatkan informasi kesehatan (terutama untuk mengendalikan kadar gula darah pada pasien DM) yang akurat, yang diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai: seberapa sering pasien memeriksakan kondisi kesehatan di Rumah Sakit, seberapa sering pasien berkonsultasi dengan tim medis terkait penyakitnya, pasien pernah mendapatkan penyuluhan/informasi mengenai penyakit DM, jarak tempat tinggal pasien dengan rumah sakit dan apakah pasien memiliki keluarga/saudara sebagai petugas kesehatan. Hasil ukurnya dikelompokkan menjadi dua kategorik yakni mudah dan tidak mudah. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa, pasien yang mudah dalam mengakses atau mendapatkan informasi sejumlah 29 orang (38,7%) dan pasien yang tidak mudah dalam mengakses atau memperoleh informasi kesehatan berjumlah 46 orang (61,3%). Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi pada pasien diabetes melitus dengan terkendalinya kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 Variabel Kategori Kedekatan dan Mudah keterpaparan pasien terhadap Tidak mudah sumber informasi Total 5. Jumlah 29 orang Persentase (%) 61,3 46 orang 38,7 75 orang 100% Kebiasaan/asupan makan Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa pasien Diabetes Melitus dengan kebiasaan makan yang sesuai dengan anjuran diet DM sejumlah 24 orang (32,0%), sedangkan pasien Diabetes Melitus dengan kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan anjuran diet diabetes sejumlah 51 Orang (68,0%). Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan/asupan makan pasien diabetes melitus dengan terkendalinya kadar gula darah di Ruang Poliklinik penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 Varibel Kategori Kebiasaan/asupan makan pasien Sesuai anjuran diet DM Tdk sesuai anjuran diet DM Total 6. Jumlah 24 orang Persentase (%) 32,0 51 orang 68,0 75 orang 100% Aktivitas fisik Aktivitas fisik pada pasien Diabetes Melitus dalam mengendalikan kadar gula darah, diukur dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan mengenai tujuan olahraga/aktivitas fisik bagi pasien diabetes, intensitas dan frekuensi olahraga/aktivitas fisik, serta jenis olahraga/aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa, pasien dengan aktivitas fisik yang sesuai anjuran sejumlah 30 orang (40,0%) dan pasien dengan aktivitas fisik yang tidak sesuai anjuran sejumlah 45 orang (60,0%). Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan aktivitas fisik pasien diabetes melitus dengan terkendalinya kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 Variabel Aktivitas fisik pasien 7. Kategori Sesuai anjuran Tdk sesuai anjuran Total Jumlah 30 orang Persentase (%) 40,0 45 orang 60,0 75 orang 100% Asupan obat Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa sebagian besar pasien Diabetes Melitus dalam mengendalikan kadar gula darahnya mengkonsumsi obat tidak sesuai instruksi dokter/tim medis sebanyak 40 orang (53,3%) sementara pasien yang mengkonsumsi obat sesuai instruksi dokter/tim medis sebanyak 35 orang (46,7%). Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan obat pasien diabetes melitus dengan terkendalinya kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 Varibel Kategori Jumlah Persentase (%) Asupan obat pasien Sesuai instruksi 35 orang 46,7 Tdk sesuai instruksi 40 orang 53,3 75 orang 100% Total 8. Komplikasi Penyakit lain Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa sebagian besar pasien Diabetes Melitus yang mengalami komplikasi penyakit lain sebanyak 9 orang (12,0%), sementara pasien Diabetes Melitus yang tidak mengalami komplikasi penyakit lain sebanyak 66 orang (88,0%). Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden dengan komplikasi penyakit lain pada pasien diabetes melitus dengan terkendalinya kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 Varibel Kategori Komplikasi Dengan komplikasi penyakit lain Tdk dengan komplikasi Total Jumlah Persentase (%) 9 orang 12,0 66 orang 88,0 75 orang 100% C. Analisa Bavariat 1. Hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus diperoleh bahwa, dari 75 pasien Diabetes Melitus, hampir sebagian besar memiliki pengetahuan baik. Lima puluh empat (54) atau 73,0% dari 74 pasien Diabetes Melitus yang memiliki pengetahuan baik, kadar gula darahnya terkendali dan sebanyak 0 (0%) dari 1 pasien Diabetes Melitus yang pengetahuannya cukup, kadar gula darahnya terkontrol. Hasil uji statistik antara pengetahuan dan pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus didapatkan P value > 0,05 yaitu 0,622 maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa, belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara pengetahuanan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.8: Tabel 5.8 Hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH Tidak terkendali terkendali n % n % n % Cukup - Baik Pengetahuan pasien Jumlah total - 1 100 1 100 54 73,0 20 27,0 74 100 54 72,0 21 28,0 75 100 OR (95%CI) P value 2,571 0,622 2. Hubungan antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus diperoleh bahwa ada sebanyak 3 dari 10 (30,0%) pasien Diabetes Melitus yang pendidikannya sekolah dasar (SD) kadar gula darahnya tidak terkontrol, 2 dari 12 (16,7%) pasien Diabetes Melitus yang pendidikannya sekolah menengah pertama (SMP) kadar gula daranya tidak terkontrol, dan ada sebanyak 5 dari 18 (27,8%) pasien Diabetes Melitus yang pendidikannya sekolah menengah atas (SMA) kadar gula darahnya tidak terkontrol, Sedangkan diantara pasien yang pendidikannya perguruan tinggi (PT) ada 11 dari 35 (31,4%) pasien Diabetes Melitus yang kadar gula darahnya tidak terkontrol. Hasil uji statistik antara pendidikan dan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus didapatkan P value > 0,05 yaitu 0,612 maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa, belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Tabel 5.9 Hubungan antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 Pendidikan pasien Terkendalinya Kadar Gula Darah Tidak terkendali terkendali n % n % OR (95%CI) Total n % Exp (B) Lower-upper P Value SD SMP SMA Perguruan Tinggi 7 10 13 70,0 83,3 72,2 3 2 5 30,0 9,5 27,8 10 12 18 100 100 100 2,143 1,114 0,281-16,369 0,203-6,105 24 68,6 11 31,4 35 100 0,935 0,203-4,315 Jumlah 54 72,0 21 28,0 75 100 0,612 3. Hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Hasil analisis hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus diperoleh bahwa ada sebanyak 14 dari 46 (30,4%) pasien Diabetes Melitus yang tidak mudah dalam memperoleh informasi, kadar gula darahnya tidak terkontrol. Sedangkan dintara pasien Diabetes Melitus yang mudah dalam memperoleh informasi ada 7 dari 29 (24,1) yang kadar gula darahnya tidak terkontrol. Berdasarkan hasil uji statistik antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus didapatkan nilai P value > 0,05 yaitu 0,743 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tabel 5.10 Hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 Kedekatan & Keterpaparan terhadap sumber informasi TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH Tidak terkendali terkendali n % n % N Mudah 22 75,9 7 24,1 29 100 1,375 Tidak mudah 32 69,6 14 30,4 46 100 0,4783,958 54 72,0 21 28,0 75 Jumlah total OR (95%CI) P value % 0,743 100 4. Hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Hasil analisis hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus diperoleh bahwa ada sebanyak 15 dari 51 (29,4%) pasien Diabetes Melitus yang mengkonsumsi makanan tidak sesuai dengan anjuran diet DM, kadar gula darahnya tidak terkontrol. Sedangkan 6 dari 24 (25,0) pasien Diabetes Melitus yang mengkonsumsi makanan sesuai dengan anjuran diet DM, kadar gula darahnya tidak terkontrol. Berdasarkn hasil uji statistik didapatkan nilai P value > 0,05 yaitu sebesar 0,903 maka dapat disimpulkan bahwa, belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Tabel 5.11 Hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 Asupan/ke biasaan makan pasien Sesuai anjuran Tidak sesuai anjuran Jumlah TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH Tidak terkendali terkendali n % n % 18 75,0 6 25,0 36 70,6 15 29,4 54 72,0 21 total OR (95%CI) n % 24 100 0,647 51 100 0,2341,793 75 100 P value 0,903 28,0 5. Hubungan antara aktivitas fisik dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus diperoleh bahwa ada sebanyak 10 dari 30 (33,3%) pasien Diabetes Melitus yang melakukan aktivitas fisik sesuai anjuran, kadar gula darahnya tinggi. Sementara terdapat 11 dari 45 (24,4%) pasien Diabetes Melitus yang tidak melakukan aktivitas fisik sesuai anjuran, kadar gula darahnya tinggi. Berdasarkn hasil uji statistik didapatkan nilai P value > 0,05 yaitu sebesar 0,564 maka dapat disimpulkan bahwa, belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Tabel 5.12 Hubungan antara aktivitas fisik/olahraga dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH total Aktivitas OR Tidak terkendali fisik (95%CI) terkendali n % N % n % Sesuai 20 66,7 10 33,3 30 100 0,647 anjuran Tidak sesuai anjuran Jumlah 34 75,6 11 24,4 45 54 72,0 21 28,0 75 100 0,2341,793 100 6. Hubungan antara asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Hasil analisis hubungan antara asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus diperoleh bahwa ada sebanyak 8 mengkonsumsi dari 35 (22,9%) pasien Diabetes Melitus yang obat sesuai instruksi, kadar gula darahnya tinggi. Sedangkan ada 13 dari 40 (32,5%) pasien Diabetes Melitus yang tidak mengkonsumsi obat sesuai instruksi, kadar gula darahnya tinggi. P value 0,564 Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P value > 0,05 yaitu sebesar 0,503 maka dapat disimpulkan bahwa, belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Tabel 5.13 Hubungan antara asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH total Asupan OR Tidak terkendali obat (95%CI) terkendali n % n % n % Sesuai 27 77,1 8 22,9 35 100 1,625 instruksi Tidak sesuai instruksi Jumlah 27 67,5 54 72,0 13 21 32,5 28,0 40 75 100 0,5804,550 100 7. Hubungan antara komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Hasil analisis hubungan antara pasien Diabetes Melitus yang mengalami komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darahnya diperoleh bahwa ada sebanyak 17 dari 66 (25,8%) pasien Diabetes Melitus yang tanpa komplikasi penyakit lain, kadar gula P value 0,503 darahnya tinggi. Sedangkan ada 4 dari 9 (44,4%) pasien Diabetes Melitus yang dengan komplikasi, kadar gula darahnya tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P value > 0,05 yaitu sebesar 0,438 maka dapat disimpulkan bahwa, belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara adanya komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Tabel 5.14 Hubungan antara komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 Asupan obat Dengan komplikasi TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH Tidak terkendali terkendali n % n % n 5 9 total P value % 2,306 55,6 4 44,4 Tanpa 49 komplikasi 74,2 17 25,8 66 54 28,0 21 72,0 75 Jumlah OR (95%CI) 100 100 100 0,5549,596 0,438 BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tesebut yaitu: 1. Penelitian ini menggunakan desain studi cros sectionat atau desain potong lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat. 2. kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini hanya menghubungkan variabel-variabel yang diduga berpengaruh dengan variabel dependen, sehingga masih ada varibel-variabel lain yang ada didalam kerangka teori yang belum masuk dalam kerangka konsep yang diduga berhubungan dengan variabel dependen. 3. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan yang diajukan untuk mengukur beberapa variabel penelitian dan telah disediakan alternatif jawabannya (pertanyaan tertutup) sehingga jawaban responden kurang sesuai dengan yang diharapkan peneliti bila dibandingkan dengan jawaban yang bersifat terbuka. Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori yang terkait dengan variabel penelitian. Disadari bahwa dimungkinkan pertanyaan-pertanyaan itu juga belum menggali secara keseluruhan aspek yang seharusnya diukur. Begitu pula dalam melakukan scoring mungkin masih belum tepat. 4. Data yang diambil merupakan data primer dengan menggunakan kuesioner yang diisi langsung dan diwawancarai oleh peneliti. Beberapa kelemahan yang mungkin dapat terjadi antara lain: kualitas data tergantung dari motivasi responden untuk menjawab pertanyaan, kemungkinan terjadinya bias informasi dimana responden umumnya memberikan jawaban yang dipengaruhi oleh kerena data yang diambil digunakan untuk penelitian. B. Terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Terkendalinya kadar gula darah yang baik dan optimal diperlukan untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik. Untuk menyatakan kadar glukosa darah yang terkendali, tidak hanya tergantung pada hilangnya gejala Diabetes Melitus saja, tetapi harus dengan pemeriksaan kadar glukosa darah (Soewondo, 2002). Diabetes Melitus yang terkendali baik, tidak hanya kadar glukosa darahnya saja yang baik, tetapi meliputi pula status gizi, tekanan darah, kadar lipid maupun HbA1C (hemoglobin terglikasi/glycohemoglobin). Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormon yang meningkatkan glukosa darah oleh hormon glukagon, hormon epinefrin, hormon glukokortikoid, dan hormon pertumbuhan (Soeryodibroto, 1998). Peningkatan konsentrasi kadar glukosa darah dalam sirkulasi pengurangan mengakibatkan glukagon. peningkatan Sebaliknya sekresi penurunan insulin glukosa dan darah mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan peningkatan glukagon. Kadar gula darah pada orang normal biasanya konstan, karena pengaturan metabolisme karbohidrat yang baik. Akan tetapi pada penderita Diabetes Melitus kadar gula darah menjadi tidak normal, disebabkan karena terganggunya metabolisme karbohidrat yang disebabkan kekurangan insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, jumlah pasien Diabetes Melitus yang kadar gula darahnya terkendali/terkontrol adalah sebanyak 54 orang (72,0%) dan pasien Diabetes Melitus yang kadar gula darahnya tidak terkendali/terkontrol sebanyak 21 orang (28,0%). C. Hubungan antara Pengetahuan dengan Terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Diabetes Melitus merupakan suatu kelainan yang menahun dan akan berlangsung seumur hidup sehingga diabetesi mempunyai peran yang sangat penting dalam penanganan penyakitnya sehari-hari. Oleh karena Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang memerlukan penanganan mandiri, maka pasien Diabetes Melitus harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk dapat menyesuaikan diri dengan penatalaksanaan DM sehari-hari (sugondo, 1997). Tingkat pengetahuan yang baik tentang Diabetes Melitus akan dimungkinkan mempunyai persepsi yang benar terhadap resiko komplikasi pada diabetesi dan selanjutnya berpengaruh pada tindakan yang akan dilakukan untuk upaya pencegahan. Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar ( yakni 74 ) pasien Diabetes Melitus yang menjalani pengobatan dipoliklinik penyakit dalam RSUP Fatmawati, memiliki pengetahuan yang baik. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value > 0,05 yaitu 2,571 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Meskipun pengetahuan merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan sesuatu hal, pada penelitian ini tidak sepenuhnya terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diebetes Melitus harus didahului oleh pengetahuan yang baik. Hal ini sejalan dengan teori model keyakinan kesehatan dimana perilaku kesehatan akan tumbuh dari keinginan individu untuk menghindari suatu penyakit dan kepercayaan bahwa tindakan kesehatan yang tersedia akan mencegah suatu penyakit (Glanz, 2002). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswanto (2004) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, kemungkinan karena peneliti tidak mambagi responden berdasarkan waktu lamanya menderita Diabetes Melitus, menurut Cameron (1995) yang dikutip dari Haynes (1976) yang menyebutkan lamanya pengobatan jangka panjang yang memaksa untuk merubah kebiasaan-kebiasaan atau perubahan gaya hidup dapat memberi kesan atau sikap negatif sehingga dapat mempengaruhi perilaku pasien DM dalam mengendalikan kadar gula darahnya. Berbeda dengan teori menurut Notoatmodjo (2005) yang menyebutkan pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya perilaku seseorang dalam bertindak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mira Musaira (2003) yang menyatakan bahwa pasien yang patuh terhadap program pengobatan presentasenya lebih besar pada pasien yang berpengetahuan baik dari pada yang pasien yang pengetahuannya kurang. Bagi pasien Diabetes Melitus, pengetahuan dan pemahaman tentang diabetes serta pengobatannya penting guna terkendalinya kadar gula darah agar tetap stabil dalam batas normal. Bagi pasien yang memiliki tingkat pengetahuan baik akan lebih terbantu dan mudah dalam mengikuti anjuran pengobatan, tetapi sebaliknya bagi pasien yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, sulit untuk mengikuti pengobatan diabetes. Pengetahuan juga akan berpengaruh pada prilaku pasien diabetes yang pada akhirnya melakukan pengendalian kadar gula darah. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan belum adanya cukup bukti untuk menyatakan hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, menurut peneliti kemungkinan disebabkan karena kurangnya kemampuan untuk mengendalikan keinginan pasien DM untuk patuh dalam melukukan penatalaksanaan atau pengobatan Diabetes dengan teratur. Kepatuhan berkenaan dengan kemauan dan kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasihat, aturan yang ditetapkan, mengikuti jadwal. Kepatuhan adalah tingkat perilaku dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan, seperti: melakukan diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan berobat (Niven, 2002). D. Hubungan antara Pendidikan dengan Terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat, agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara atau mengatasi masalah-masalah, dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2005). Pendidikan mempunyai kaitan yang tinggi terhadap perilaku pasien untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya. Pendidikan bagi pasien Diabetes Melitus berhubungan dengan perilaku pasien dalam mengendalikan kadar gula darahnya agar tetap stabil dalam batas normal. Pada penelitian ini diketahui bahwa, sebagian besar pasien Diabetes Melitus yang menjalani pengobatan di poliklinik penyakit dalam RSUP Fatmawati berpendidikan SMA dan perguruan tinggi, yaitu 18 orang (24,0%) yang berpendidikan SMA dan 35 orang (46,7%) yang berpendidikan perguruan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus belum ada cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara keduanya. Pasien yang berpendidikan SMP memiliki potensi 2,143 kali untuk terkontrolnya kadar gula darahnya dibandingkan dengan pasien yang berpendidikaan SD, pasien yang berpendidikan SMA memiliki potensi 1,114 kali untuk terkontrolnya kadar gula darahnya dibandingkan dengan pasien yang berpendidikaan SD, sementara pada pasien Diabetes Melitus yang berpendidikan perguruan tinggi menurunkan resiko untuk tidak terkendalinya kadar gula darahnya sebesar 0,935 dibandingkan dengan pasien yang berpendidikaan SD, namun tidak signifikan secara statistik. Dari hasil uji chi square didapat hubungan yang tidak bermakna dengan nilai P > 0,05 yaitu sebesar 0,612. Keadaan tersebut mencerminkan bahwa kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus bisa tinggi pada berbagai tingkat pendidikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mira (2003), namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukaan oleh Iswanto (2004) yang menyatakan adanya hubungan antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa persentase tertinggi pasien Diabetes Melitus yang kadar gula darahnya terkendali adalah pada pasien dengan pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), yakni sebesar 83,3%. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi karena pendidikan pada pasien Diabetes Melitus terutama dalam mengendalikan kadar gula darah, tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal melainkan dapat juga diperoleh melalui pendidikan non formal seperti: dari hasil penyuluhan, siaran radio atau televisi, maupun informasi dari majalah dan koran. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mawalda Fitrisa (2008) di RS. Umum Daerah Mataram pada pasien Diabetes Melitus yang di rawat jalan didapat pasien sebagian besar (45%) berpendidikan SLTA, kadar gula darahnya baik. E. Hubungan antara Kedekatan dan Keterpaparan terhadap Sumber Informasi dengan Terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Pada penelitian ini diketahui sebagian besar pasien Diabetes Melitus yang melakukan pengobatan di Poliklinik penyakit dalam RSUP Fatmawati, memiliki kemudahan dalam memperoleh informasi tentang diabetes dan pangendalian kadar gula darah agar tetap stabil dalam batas normal. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value > 0,05 yaitu 0,743 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Hal ini tidak sejalan dengan teori Lawrence green (1980) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005) bahwa salah satu faktor yang berpengaruh dalam perilaku adalah faktor pemungkin (enabling factor) yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan seseorang. Dalam hal ini yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana yang digunakan adalah informasi. Dengan adanya kemudahan dalam memperoleh informasi mengenai pentingnya mengendalikan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus sehingga dapat memfasilitasi terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Dengan hasil penelitian yang belum menunjukan adanya cukup bukti untuk menyatakan hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, kemungkinan disebabkan karena adanya motivasi yang tinggi dalam diri pasien untuk melakukan pengendalian kadar gula darahnya, walaupun minimnya informasi kesehatan (terutama mengenai pengendalian kadar gula darah) yang didapat, pasien tetap berupaya untuk mengendalikan kadar gula darahnya. Hal ini berdasarkan teori Claydon & Efron (1994) yang menyatakan bahwa, diperlukan adanya motivasi dan penghargaan baik dalam diri seseorang ataupun praktisi kesehatan sehingga dapat meningkatkan perilaku kesehatan pasien. Hal lain juga dapat berpengaruh, misalnya informasi ataupun instruksi yang diberikan oleh tim medis dapat ditelah atau dicerna dengan baik dan jelas oleh pasien. Sehingga, mekipun informasi yang diperoleh sangat minim namun dapat diterapkan dengan baik oleh pasien dalam kehidupan sehari-hari dalam upaya mengendalikan kadar gula darah. F. Hubungan antara Asupan/Kebisaan Makan dengan Terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Kadar gula darah sebagian tercantum pada apa yang dimakan dan oleh karenanya sewaktu makan diperlukan adanya keseimbangan diet. Mempertahankaan kadar gula darah agar mendekati nilai normal dapat dilakukan dengan asupan makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan (Sukardji, 2002). Menurut penelitian diberbagai tempat di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi Diabetes Melitus yang cukup tinggi disebabkan karena adanya pola hidup dan pola makan yang berlebih sehingga menyebabkan gangguan metabolisme (Depkes RI, 2000). Asupan kalori maupun karbohidrat yang tidak berlebih pada sebagian pasien, kemungkinan dapat disebabkan karena pasien masih mengikuti anjuran diet DM yang diberikan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P value > 0,05 yaitu sebesar 0,903 maka dapat disimpulkan bahwa, secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Dengan hasil penelitian yang menunjukan belum ada cukup bukti untuk menyatakan hubungan antara asupan/kebisaan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, menurut peneliti kemungkinan disebabkan oleh karena asupan/kebiasaan makan bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh dan memegang peranan penting dalam melakukan pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, melainkan masih banyak faktor lain yang mendukung untuk tercapainya status kesehatan yang optimal (terkendalinya kadar gula darah) bagi pasien diabetes, seperti: melakukan aktivitas atau olahraga yang rutin dan teratur, mengkonsumsi obat antidiabetes sesuia dengan instruksi dari tim medis (Slamet Suyono, 2002). Dukungan keluarga juga tidak kalah penting untuk ikut berperan dalam pengendalian kadar gula darah pasien diabetes, misalnya: untuk melakukan olahraga teratur, mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai jadwal dan jumlah yang di instruksikan oleh dokter. Karena dengan adanya dukungan dari keluarga, pasien termotivasi untuk melakukan pengontrolan kadar gula darahnya. Hal ini sejalan dengan teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005) yang menyebutkan dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penguat atau pendorong terjadinya perilaku kesehatan pada pasien. G. Hubungan antara Aktivitas Fisik/Olahraga dengan Terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Menurut Chavea dan Kautman (1889) dalam Ilyas (2002), aktivitas fisik/olahraga pada penderita Diabetes Melitus dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung olahraga dapat menyebabkan penurunan glukosa darah. Pada penelitian ini diketahui pasien Diabetes Melitus yang melakukan aktivitas fisik sesuai anjuran adalah sebanyak 30 (40,0%) dari 75 orang. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value > 0,05 yaitu sebesar 0,564 maka dapat disimpulkan secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara aktivitas fisik/olahraga dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Menurut Ilyas (1995) menyatakan bahwa aktivitas fisik/olahraga bagi pasien Diabetes Melitus bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah, karena latihan jasmani yang teratur menyebabkan kontraksi otot meningkat dan resistensi insulin berkurang. Dengan hasil penelitian yang menunjukan belum ada cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara aktivitas fisik/olahraga dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, menurut peneliti kemungkinan disebabkan karena aktivitas fisik/olahraga bukan satu-satunya faktor yang berperan dalam terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes, akan tetapi pengaturan asupan makan yang baik dan sesuai dengan anjuran diet DM, mengkonsumsi obat hipoglikemik oral ataupun insulin, turut berperan penting dalam pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Terkendalinya kadar gula darah secara baik, juga dapat terjadi karena adanya kemauan atau motivasi dalam diri pasien untuk mengendalikan kadar gula darah, meskipun tidak hanya dengan aktivitas fisik/olahraga (Slamet Suyono, 2002). Motivasi yang tinggi dalam diri pasien untuk melakukan usaha pengobatan selain olahraga, juga dapat menunjukan hasil positif dalam upaya pengobatan, seperti terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Hal ini berdasarkan teori Claydon & Efron (1994) yang menyatakan bahwa, diperlukan adanya motivasi dan penghargaan baik dalam diri seseorang ataupun praktisi kesehatan sehingga dapat meningkatkan perilaku kesehatan pasien, khususnya pada pasien Diabetes Melitus dalam mengendalikan kadar gula darah. H. Hubungan antara Asupan Obat dengan Terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Perencanaan makan atau diet masih merupakan pengobatan utama bagi pasien Diabetes Melitus, tetapi hal ini bersama latihan jasmani ternyata gagal maka diperlukan obat oral. Obat hipoglikemi oral (OHO) diberikan dengan harapan bahwa diabetes dapat terkontrol dengan baik. Obat oral bekerja dengan cara merangsang sel penghasil insulin (sel beta) di pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak sehingga kebutuhan insulin dapat tercukupi (Tara, 2003). Pada penelitian ini diketahui pasien Diabetes Melitus yang mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai instruksi adalah sebanyak 35 (46,7 %) dari 75 orang. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value > 0,05 yaitu sebesar 0,503 maka dapat disimpulkan secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mira Musaira (2003) yang menyatakan bahwa asupan obat memiliki hubungan yang signifikan dengan pengendalian kadar gula darah pada paseian Diabetes Melitus. Dengan hasil penelitian yang menunjukan belum ada cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, menurut peneliti kemungkinan disebabkan karena faktor lama menderita Diabetes Melitus, sehingga pasien merasa jenuh dan cenderung tidak mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai instruksi. Hal ini sesuai dengan teori menurut Cameron (1995) yang dikutip dari Haynes (1976) yang menyatakan bahwa pengobatan jangka panjang yang memaksa untuk merubah kebiasaan-kebiasaan seperti mengurangi kalori makanan atau komponen tertentu dalam diet sehari-hari, tidak mengkonsumsi obat-obatan sesuai instruksi dokter memberi kesan atau sikap negatif bagi pasien sehingga cenderung untuk tidak patuh. Namun, pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus tidak hanya dengan mengkonsumsi obat antidiabetes (OHO maupun insulin), melainkan dengan pengaturan asupan makan yang sesuai dengan anjuran diet bagi pasien diabetes, melakukan aktivitas fisik yang rutin dan teratur juga dapat mengendalikan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus (Slamet Suyono, 2002). I. Hubungan antara Komplikasi Penyakit lain dengan Terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri tertentu, merangsang produksi hormone tertentu yang secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah (Tandra, 2008). Pada penelitian ini diketahui pasien Diabetes Melitus yang memiliki komplikasi penyakit lain adalah sebanyak 9 (12,0 %) dari 75 orang. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value > 0,05 yaitu sebesar 0,438 maka dapat disimpulkan secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara pasien yang memiliki komplikasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Dengan hasil penelitian yang menunjukan belum ada cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan pasien yang memiliki komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, menurut peneliti kemungkinan disebabkan karena, pasien memiliki kemauan dan motivasi yang tinggi untuk mengendalikan kadar gula darahnya dengan melakukan: pengaturan asupan makan atau diet DM, melakukan aktivitas fisik/olahraga yang rutin dan teratur, serta mengkonsumsi/menggunakan obat hipoglikemik oral maupun insulin sesuai dengan instruksi dokter (tim edis). Sehingga, pasien yang memiliki komplikasi penyakit lain, kadar gula darahnya tetap terkendali baik (Slamet Suyono, 2002). Hal ini, juga berdasarkan Claydon & Efron (1994) yang menyebutkan bahwa, diperlukan adanya motivasi dan penghargaan baik dalam diri seseorang ataupun praktisi kesehatan sehingga dapat meningkatkan perilaku kesehatan pasien. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis Univariat: Dari hasil analisa secara statistik diperoleh bahwa: sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 74 orang (98,7%), rata-rata berpendidikan tinggi (SMA&PT) yaitu masing-masing sebanyak 18 dan 35 orang. Dari hasil penelitian ini juga, diperoleh responden yang tidak mudah untuk mendapatkan informasi kesehatan sebanyak 46 orang (38,7%), asupan/kebiasaan makannya tidak sesuai anjuran sebanyak 51 orang (68%), responden yang aktivitas fisiknya tidak sesuai anjuran sebanyak 45 orang (60,0%), responden yang asupan obatnya tidak sesuai instruksi sebanyak 40 orang (53,3%), dan responden yang memiliki komplikasi penyakit lain sebanyak 9 orang (12,0%) dari 75 orang total jumlah responden. 2. Bardasarkan hasil analisis bivariat: Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P value untuk setiap variabel yang diteliti (veriabel pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, asupan makan, aktivitas fisik, asupan obat, serta komplikasi penyakit lain) > 0,05 yaitu sebesar 0,622 untuk variabel pengetahuan; 0,612 untuk veriabel pendidikan; 0,743 untuk variabel kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi; 0,903 untuk variabel asupan makan; 0,564 untuk variabel aktivitas fisik; 0,503 untuk variabel asupan obat, serta 0,438 pada variabel komplikasi penyakit lain. Berdasarkan hasil analisa tersebut maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa, belum ada cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara semua variabel (pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, asupan makan, aktivitas fisik, asupan obat, serta komplikasi penyakit lain) dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasen Diabetes Melitus. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Pelayanan Kesehatan Upaya untuk mengendalikan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus harus selalu dioptimalkan yaitu dengan semakin ditingkatkannya program-program kesehatan terkait dengan penatalaksanaan Diabetes Melitus seperti: edukasi atau penyuluhan kesehatan terkait diabetes melitus, senam sehat diabetes harus tetap dilaksanakan. 2. Bagi Keluarga Selalu berupaya dalam meningkatkan pengetahuan tentang penatalaksanaan atau pengendalian kadar gula darah untuk lebih meningkatkan upaya preventif dalam hal mencegah terjadinya penyakit DM dan memotivasi atau memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang menderita diabetes untuk melakukan pengendalian terhadap kadar gula darahnya 3. Bagi Peneliti selanjutnya Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan masukan dan sumber bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan jumlah variabel yang lebih bervariasi dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak, serta dapat dilakukan analisis multivariat untuk melihat faktor yang lebih dominan. DAFTAR PUSTAKA Alimul Hidayat Azis. A., Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Jakarta : Salemba Medika, 2007. Anonim, Diabetes Melitus. www.google.com. 2009 diunduh 5 April 2009 Anonim, Penatalaksanaan Diabetes Melitus. www.geocities.com. 2009 diunduh tanggal 10 April 2009 Anonim, Profil Kesehatan 2007. Jakarta :Depkes RI Anonim, Diet Diabetes Melitus. www.blogspot.com. 2009 diunduh tanggal 20 April 2009 Anonim, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gula Darah. Individual Wellbeing Diagnostic Laboratories. http;//www.iwdl.net. 2008 diunduh tanggal 27 Maret 2009. Anonim, Pemeriksaan Gula Darah. http;//www.indodiabetes.com. 2009 diunduh pada tanggal 15 mei 2009 Asdie, Diabetes Melitus. www.diabetes.com. 2009 diunduh tanggal 20 April 2009 Brunner dan Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC, 2002. Cameron, Catherine. Patient Compliance: Recognition of Factors Involved and Suggestions For Promoting compliance With Therapeutic Regimens. Journal of Advanced nursing 24, 244-250. 1996. www.ebsco.com. Diunduh tanggal 25 Desember 2009. Claydon & Efron. Non-complience in General Health Care. European Centre for Contact Lens Research, Department of Optometry and Vision Sciences, University of Manchester Institute of science and Technology. Manchester M601QD, (UK). 1994. www.ebsco.com. Diunduh tanggal 25 Desember 2009. Darmono, Diabetes Melitius Pada Lanjut Usia. Abstrak Temu Ilmiah I dan Konferensi Kerja III. Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (pergemi). Undip Semarang, 2002. Darwis Yullizar,. Dr, Sp. Kj, MM dkk., Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2005. Depkes, RI., Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Menunjang Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, Pusat Laboratorium Kesehatan Depkes RI., Jakarta, 2000. Glanz, Karen. Health Behavoir and Health Education. San francisco: JosseyBass. 2002 Ilyas, E.I., Manfaat Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes, dalam Soegondo, S, et al, Penetalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta: FKUI, 2007. Iswanto, Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar gula Darah puasa Pasien rawat Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 Puskesmas Pasar Minggu. Sripsi. Jakarta. FKM UI, 2004. Yuniatun, Kurniati, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pengendalian kadar Gula Darah Puasa Pasien Lama DM Lanjut Usia Di Poliklinik DM RSCM. Tesis. Jakarta. FKM UI, 2003. Leslie, RDG, Buku Pintar Kesehatan Diabetes. Jakarta: Arcan, 1991. Manaf, A., Insulin; Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme, dalam Sudoyo, et al, Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006. Mira, Musaira, Gambaran Epidemiologi DM dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien DM Anggota Klub Persadia RS.Islam Jakarta Timur. Skripsi. Jakarta. FKM UI, 2003. Niven, Neil. Psikologi Kesehatan dan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC, 2002. Notoatmodjo Soekidjo. Dr. Prof., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2003. Notoatmodjo Soedjo, Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 20002. Perkeni, Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, Perkumpulan Endokrinologi (Perkeni), Jakarta, 1993. Pranandji, D, K., Perencanaan Menu Untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya, 2002. Potter & Perry, Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC, 2006. Rana Kusuma, Diabetes Melitus, UI Press, Jakarta, 1982. Setiadi, Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan Jakarta : Graha Ilmu, 2007. Smeltzer S.C & Bare, Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. (terj.) Edisi 8 Volume 2 alih bahasa H.Y kuncura, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC, 2002. Subadri, S & Yunnir, E., Terapi Non Farmakologi pada Diabetes, dalam Sudoyo et al, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi 4. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006. Soewondo, P., Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus; dalam Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI, 2002. Soerahmad, Soesilowati. Diabetes Melitus Tinjauan Kasus di Bagian Penyakit Dalam RS Hasan Sadikin Selama 7 Tahun (1975-1981). FK UNPAD. Bandung: 1983. Sukardji, Kartini, Penatalaksanaan Gizi Pada Diabetes Melitus. Dalam Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu. Pusat Diabetes dan Lipid RSUPN Dr.Cipto Mangunkusuma. Jakarta: FKIK, 2002. Sumual, AR., dkk., Pola Penderita Diabetes Melitus Rawat Jalan di Poliklinik Metabolik Endokrin bagian Penyakit Dalam RSU Gunung wenang Manado, dalam: Kumpulan Naskah Langkap Simposium Diabetes dan Kursus Penyegar Endokrinologi, Edisi II, Manado 1985 Suroto, Gunawan. Pengaruh Latihan Olahraga Terhadap Kedayatahanan pada Diabetesi. Medika, 1990. Suyono Slamet, SPPD-KEMD. Dr. Prof, dkk., Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002. Suyono, dkk., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001. Syahbudin, S., Pedoman Diet Diabetes Melitus. Dirjen Pelayanan Medik. Depkes RI dan WHO. Kerjasama Pusat Diabetes Dan Lipid RSUPN Dr.Cipto?FKUI & Instalasi Gizi RSUPN Dr.Cipto. Jakarta, 2001. Tara, E Dan Soetrisno, E., Anda Perlu Tahu Diabetes. Jakarta: Intimedia dan Lladang Pustaka, 2002. Tjokroprawiro, A, et all., Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut. Dalam; Naskah Lengkap KOPAPDI VIII. Yogyakarta, 1993. Topan Erik, dr. MHA., Penyakit Degeneratif. Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2005. Waspandji, Sarwono, Indeks Glikemik Bahan Makanan. Dalam Pedoman Diet Diabetes Melitus. Pusat Diabetes dan Lipid RSCM. Jakarta: FKUI, 2002. Waspandji, Sarwono. Penelitian Diabetes Melitus Suatu Tinjauan tentang Hasil Penelitian Masa yang Akan Datang. Dalam: Soegondo Sidartawan 1995. Diabetes Melitus Penatalaksanaan Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 1995. WHO, http//www.Diabettes.com, 1999, di unduh tanggal 5 maret 2009. Wira Kusuma, S, Emma, Tetap Bugar Di Usia Lanjut. Jakarta: Trubus Agriwidya, 2000.