PENERAPAN TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEDUNGGALAR JURNAL Oleh : Ulva Nikmaturohma K3110067 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015 PENERAPAN TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEDUNGGALAR Ulva Nikmaturohma1, Edy Legowo2, Ulya Mahmudah3 Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi internal locus of control dan menguji efektivitas teknik restrukturisasi kognitif dalam meningkatkan internal locus of control siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kedunggalar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan instrumen angket. Analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskripstif dan non parametrik dengan uji Wilcoxon dan uji MannWhitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum internal locus of control siswa berada pada kategori sedang dengan persentase sebanyak 121 siswa (70,8%). Skor rata-rata internal locus of control pada kelompok eksperimen meningkat dari 65,33 sebelum treatment, menjadi 71,00 setelah treatment dengan selisih sebesar 5,67 poin atau 8,7%. Hasil uji hipotesis antara skor pre-test dengan skor post-test kelompok eksperimen menunjukkan nilai Z skor -2,043 dengan Asymp. Sig. (2-tailed)= 0,041< 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, terdapat perbedaan internal locus of control sebelum dan sesudah diberikan treatment restrukturisasi kognitif. Hasil uji perbedaan internal locus of control antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol menunjukkan nilai Z skor 1,182 dengan Asymp. Sig. (2-tailed)=0,237 > 0,05, maka H0 diterima. Artinya, tidak terdapat perbedaan skor post-test internal locus of control antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Jika dilihat dari skor rata-rata post test, kelompok eksperimen memiliki skor rata-rata lebih tinggi dibanding kelompok kontrol, yaitu 71,00 pada kelompok eksperimen, dan 66,45 pada kelompok kontrol. Simpulan penelitian ini adalah penerapan teknik restrukturisasi kognitif dapat meningkatkan internal locus of control siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kedunggalar. Kata kunci: Teknik Restrukturisasi Kognitif, Internal Locus of Control 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS 3 Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS 2 ABSTRACT Ulva N. THE IMPLEMENTATION OF COGNITIVE RESTRUCTURING TECHNIQUES TO IMPROVE INTERNAL LOCUS OF CONTROL ON STUDENTS IN THE ELEVENTH GRADE OF SMA NEGERI 1 KEDUNGGALAR. Thesis, Faculty of Teacher Training and Education University of March Surakarta. January 2015. The purpose of this study was to describe the condition of internal locus of control and test the effectiveness of cognitive restructuring techniques to improve internal locus of control on students in the eleventh grade of SMA Negeri 1 Kedunggalar. This study was a quasi-experimental research design with Nonequivalent Control Group Design. The technique of collecting data using questionnaires. Analysis of data using statistical analysis techniques deskripstif and non-parametric Wilcoxon test and Mann-Whitney test. The results showed that in general internal locus of control students in middle category with the percentage of total 121 students (70.8%). The average score of internal locus of control in the experimental group increased from 65.33 before treatment, after treatment with 71.00 into a difference of 5.67 points, or 8.7%. Hypothesis test results between the pre-test scores with scores of post-test experimental group showed a Z score of -2.043 with Asymp. Sig. (2-tailed) = 0.041 <0.05, then H0 is rejected and Ha accepted. That is, there are differences in internal locus of control before and after treatment of cognitive restructuring. The result of an internal locus of control, the difference between the experimental group and control group showed a Z score of 1.182 with Asymp. Sig. (2-tailed) = 0.237> 0.05, H0 is accepted. That is, there is no difference post-test scores of internal locus of control between the experimental group and control group. When viewed from the average score of post test, the experimental group had an average score higher than the control group, the experimental group 71.00, and 66.45 in the control group. The conclusions of this research is the implementation of cognitive restructuring techniques can improve the internal locus of control on students in the eleventh grade of SMA Negeri 1 Kedunggalar. Keywords: Cognitive Restructuring Techniques, Internal Locus of Control 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS 3 Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS 2 PENDAHULUAN Belajar merupakan aktivitas penting bagi siswa. Melalui belajar, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru untuk bekal di masa depan. Oleh karena itu, keberhasilan belajar merupakan hal yang sudah seharusnya dicapai siswa. Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor kepribadian siswa. Salah satu variabel kepribadian yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses belajar adalah locus of control atau pusat kendali individu. Locus of control menunjukkan keyakinan individu terkait penyebab terjadinya peristiwa yang dialami berasal dari dalam diri (internal) atau dari luar diri (external). Oleh karena itu, perilaku yang ditunjukkan individu merupakan manifestasi dari jenis keyakinan yang ada dalam dirinya. Istilah locus of control berasal dari konsep teori pembelajaran sosial (social learning theory) yang dikemukakan oleh Julian B. Rotter. Rotter (1954) menyatakan, “A person’s locus of control is a prevalent expectancy, or cognitive strategy, by with we evaluate situations” (dikutip dalam Morris dan Maisto, 2003:384). Artinya, locus of control seseorang merupakan sebuah pengharapan yang umum atau strategi kognitif yang dengan hal itu kita menilai situasi. Jadi, dapat dipahami bahwa locus of control berkaitan dengan situasi kognitif individu dalam mempersepsi atau menilai peristiwa yang terjadi pada dirinya. Menurut Rotter ada dua jenis locus of control yaitu internal locus of control dan external locus of control. Individu dengan internal locus of control meyakini bahwa ia memiliki kendali terhadap peristiwa yang terjadi pada dirinya. Sedangkan individu dengan external locus of control lebih percaya bahwa peristiwa yang terjadi pada dirinya berada di luar kendalinya. Ia meyakini nasib, keberuntungan, kesempatan atau kuasa orang lain lebih berpengaruh terhadap kehidupannya. Safitri (2013) menyatakan bahwa individu dengan orientasi external locus of control tidak bisa berdiri sendiri tanpa dukungan dari luar. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa internal locus of control menjadi salah satu variabel yang berperan dalam keberhasilan individu. Keberhasilan tersebut mencakup keberhasilan dalam hal pencapaian prestasi maupun pencapaian tugas-tugas perkembangan-nya. Hal ini dikuatkan oleh penelitian Ghasemzadeh & Saadat (2011) yang menyatakan bahwa internal locus of control memiliki hubungan secara langsung dan positif dengan prestasi pendidikan siswa ( Satici, Uysal, dan Akin, 2013). Selanjutnya Suryanti, Yusuf, dan Priyatama (2011) menemukan fakta bahwa internal locus of control mempengaruhi kematangan karir siswa. Artinya, semakin tinggi internal locus of control dalam diri siswa, semakin tinggi tingkat kematangan karir yang dicapainya. Penelitian lain mengungkap bahwa rendahnya internal locus of control menjadi salah satu faktor penyebab perilaku negatif siswa. Musslifah (2012) dalam penelitiannya menemukan fakta bahwa perilaku menyontek dipengaruhi oleh kecenderungan locus of control siswa. Siswa yang memiliki kecenderungan internal locus of control maka semakin jarang perilaku menyontek dilakukan, sebaliknya siswa yang memiliki kecenderungan external locus of control, maka akan semakin sering perilaku menyontek dilakukan. Hasil penelitian di atas menggambarkan bahwa internal locus of control memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian positif individu. Namun, faktanya internal locus of control pada diri siswa usia remaja belum berkembang secara optimal. Hal tersebut terjadi karena perkembangan internal locus of control sejalan dengan perkembangan individu menuju dewasa. Semakin muda usia individu, tingkat kecenderungan internal locus of control semakin rendah. Sebaliknya, semakin dewasa usia individu akan semakin tinggi kecenderungan internal locus of control. Ahmad dan Zadeh (2013) menyatakan bahwa sebagian besar remaja putri pada tahap awal masa remaja memperlihatkan tingkat external locus of control yang tinggi. Penelitiannya menunjukkan bahwa hanya 4 dari 50 remaja putri dalam rentang usia 13 sampai 15 tahun yang menunjukkan kecenderungan internal locus of control, sisanya memiliki kecenderungan external locus of control dengan tingkat yang bervariasi. Sari, Marjohan, dan Neviyarni (2012) dalam penelitiannya di SMA Negeri Padang Ganting mengungkap bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA Negeri Padang Ganting memiliki kecenderungan external locus of control. Itu artinya, sebagian besar siswa memiliki tingkat kecenderungan internal locus of control rendah. Tercatat sebanyak 95 (64,19%) siswa dari total 148 siswa menunjukkan kecenderungan external locus of control. Hasil penelitian tersebut memperkuat pendapat Schunk: Sudah menjadi hal yang biasa menemukan siswa yang secara umum percaya bahwa mereka hanya mampu sedikit mengontrol keberhasilan dan kegagalan akademik tetapi juga meyakini mereka bisa melakukan kontrol yang besar pada kelas tertentu karena guru atau teman bersifat membantu dan karena mereka menyukai kontennya (2012:502). Pendapat Schunk di atas menjelaskan bahwa adanya siswa yang memiliki external locus of control merupakan suatu keniscayaan. Siswa dengan external locus of control meyakini bahwa dirinya hanya memiliki sedikit kendali terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam menempuh pendidikan, serta meyakini bahwa keberhasilan dan kegagalan tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh faktor di luar dirinya. Keyakinan tersebut menjadikan siswa tidak percaya diri, cenderung berperilaku negatif seperti bertindak agresif, menyontek, suka menyalahkan orang lain, dan pasif atau kurang memiliki gairah usaha dalam mencapai keberhasilan hidup. Artinya, siswa belum sepenuhnya memahami bahwa peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya dipengaruhi oleh perilakunya sendiri. Hal ini dapat menumbuhkan perilaku kurang bertanggung jawab dalam diri siswa, baik tanggung jawab sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat. Hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Kedunggalar pada tanggal 26 Februari 2014 diperoleh fakta bahwa di SMA Negeri 1 Kedunggalar terdapat siswa yang cenderung memiliki internal locus of control rendah. Hal itu terlihat dari perilaku yang ditampakkan siswa. Menurut guru bimbingan dan konseling terdapat beberapa perilaku siswa yang mengindikasikan internal locus of control rendah, yaitu siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran di kelas, cenderung mengeluhkan cara mengajar guru yang kurang menyenangkan jika mendapat nilai ujian kurang memuaskan, dan terdapat siswa cenderung terpengaruh atau ikut-ikutan kelompok teman sebaya. Perilaku demikian dapat menghambat pengembangan potensi siswa terutama yang berkaitan dengan pengembangan kepribadian positif. Di samping itu juga bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu tercapainya perkembangan potensi individu (siswa) secara optimal. Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan memiliki peran penting dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan nasional. Melalui jalur pendidikan formal yaitu sekolah, bimbingan dan konseling berperan dalam bidang pembinaan siswa serta memfasilitasi pengembangan potensi siswa, baik di bidang pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Pengembangan potensi siswa dalam bidang pribadi mencakup pengembangan perilaku dan kepribadian positif siswa, termasuk juga faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dan kepribadian tersebut. Oleh sebab itu, pengembangan internal locus of control sebagai salah satu variabel kepribadian yang memengaruhi sikap dan perilaku individu merupakan tanggung jawab bimbingan dan konseling di lingkungan sekolah. Akan tetapi, fakta di lapangan belum menunjukkan hal tersebut. Menurut keterangan guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Kedunggalar, penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Kedunggalar lebih difokuskan pada siswa dengan masalah perilaku yang terkait dengan pelanggaran tata tertib sekolah, misalnya membolos, sehingga permasalahan seperti internal locus of control yang rendah belum mendapat layanan bimbingan dan konseling secara khusus. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa internal locus of control memiliki pengaruh positif terhadap kepribadian, perilaku, dan konsep pencapaian prestasi siswa, maka perlu dilakukan suatu usaha untuk mengembangkan internal locus of control dalam diri siswa melalui pendekatan yang menyentuh aspek kognitif individu. Terapi kognitif perilaku atau cognitive behavior therapy merupakan salah satu terapi yang meyakini bahwa proses kognitif individu memengaruhi perilaku (Foreyt dan Goodrick, 1981). Terapi kognitif perilaku ini merupakan konsep baru dalam pendekatan behavioral yang sebelumnya didahului oleh konsep-konsep seperti classical conditioning, operant conditioning, dan social learning theory. Konsep-konsep tersebut mengalami perkembangan yang berakhir pada pemahaman bahwa aspek kognitif individu berperan dalam membentuk perilaku individu. Dari hal tersebut kemudian dipahami bahwa perilaku maladaptif atau menyimpang berasal dari kognisi yang salah atau menyimpang pula. Untuk mengatasi hal tersebut munculah terapi kognitif perilaku yang dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan kognitif dan pendekatan perilaku secara bersama-sama. Seorang ahli psikologi bernama Lahey menyatakan bahwa terapi kognitif perilaku berlandaskan pada teori belajar sosial. Menurut Lahey (2009:521), terapi kognitif perilaku (cognitive behavior therapy) yang sering disebut sebagai CBT, merupakan pendekatan psikoterapi yang dihubungkan dengan teori belajar sosial kepribadian. Dari sudut pandang teori belajar sosial, perilaku merupakan hasil interaksi antara kognisi, hasil belajar dan pengalaman masa lalu, serta lingkungan sekitar individu (Morris dan Maisto, 2003:384). Konsep perilaku tersebut menjadi dasar pijakan dalam terapi kognitif perilaku untuk membantu individu dengan perilaku yang salah suai serta mengubah pemikiran atau kognisi yang menyimpang agar menjadi lebih adaptif, fungsional, dan konstruktif. Terdapat beberapa teknik dalam terapi kognitif perilaku yaitu exposure therapy (terapi ekspos), behavioral activation (aktivasi perilaku), social skill training (latihan keterampilan sosial), dan cognitive restructuring (restrukturisasi kognitif). Dari keempat teknik dalam terapi kognitif perilaku, cognitive restructuring (restrukturisasi kognitif) merupakan teknik yang tepat diterapkan untuk meningkatkan internal locus of control. Restrukturisasi kognitif berarti penyusunan kembali kognisi yang salahsuai atau menyimpang sehingga fokus utama dari teknik ini adalah pembenahan pada aspek kognitif individu yang maladaptif. Individu dengan tingkat internal locus of control yang rendah pada umumnya cenderung memiliki keyakinan atau pola pikir negatif yang dapat merusak diri, misalnya melimpahkan kesalahan pada orang lain atas kegagalan yang diterima, merasa bahwa perilakunya tidak memberi pengaruh sehingga menjadi pasif, merasa tidak berdaya, merasa tidak memiliki kontrol terhadap hidupnya sehingga menjadikannya merasa cemas dan depresi. Oleh karena itu perlu dilakukan penggantian keyakinan atau pola pikir negatif tersebut dengan pikir baru yang lebih adaptif dan konstruktif sehingga individu dapat berperilaku secara positif yaitu dengan restrukturisasi kognitif. Selvera (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa teknik restrukturisasi kognitif dapat meningkatkan pemikiran positif dan rasional pada individu yang mengalami gangguan somatisasi atau kecemasan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Meichenbaum yang menyatakan bahwa teknik restrukturisasi kognitif menekankan pada modifikasi pikiran, pendapat, asumsi (keyakinan), dan sikap klien yang mendasari kognisinya (Patterson, 1986:202). Jadi, restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengubah persepsi, pemikiran, pendapat, serta sikap individu yang salah suai agar menjadi lebih positif dan konstruktif bagi pengembangan kepribadiannya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik restrukturisasi kognitif, sedangkan variabel terikat yaitu internal locus of control. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kedunggalar yang diambil dengan purposive sampling. Subyek penelitian yang diambil adalah siswa-siswa kelas XI yang memiliki skor skala internal locus of control kategori rendah sejumlah 20 orang siswa, dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing berjumlah sembilan siswa pada kelompok eksperimen dan sebelas siswa pada kelompok kontrol. Pelaksanaan eksperimen dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap pra intervensi, tahap intervensi, dan tahap pasca intervensi. Tahap pra intervensi meliputi uji coba instrumen dan pre-test. Tahap intervensi merupakan tahap pemberian treatment dengan teknik restrukturisasi kognitif meliputi identifikasi pikiran otomatis, intervensi pikiran negatif menjadi positif, dan penguatan positif. Tahap pasca intervensi meliputi post-test dan evaluasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial yang meliputi uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memperoelh profil internal locus of control siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kedunggalar. Uji Wilcoxon digunakan untuk menguji perbedaan skor pre-test dan skor post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan skor post-test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pengujian dilakukan dengan software IBM SPSS Statistic 20. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi hasil penelitian ini berdasarkan analisis statistik deskriptif disajikan sebagai berikut: Gambar 1. Gambaran Umum Internal Locus of Control 80.00% 60.00% Tinggi 40.00% 20.00% Sedang 0.00% Rendah Kategori Internal Locus of Control Gambar 1 menunjukkan bahwa secara umum siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kedunggalar memiliki internal locus of control pada kategori sedang dengan persentase 70,8%. Skor Rata-Rata Gambar 2. Diagram Perbandingan Mean Pre-Test dan Post-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 72 70 68 66 64 62 60 Eksperimen Kontrol Pre-Test Post-Test Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean pre-test dan posttest pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Masing-masing kelompok mengalami peningkatan nilai mean. Mean pre-test pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol dengan selisih 1,33 poin. Begitu juga nilai mean post-test pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding nilai mean post-test kelompok kontrol dengan selisih 4,55 poin. Skor rata-rata internal locus of control pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan dari 65,33 menjadi 71,00 dengan selisih 5,67 atau meningkat sebesar 8,7%. Skor rata-rata internal locus of control pada kelompok kontrol mengalami peningkatan tipis yaitu dari 64,00 menjadi 66,45 dengan selisih 2,45 atau meningkat 3,8%. Selanjutnya, berdasarkan analisis statistik deskriptif kemudian dilakukan analisis inferensial untuk menguji hipotesis yang diajukan. Analisis perbedaan hasil penelitian pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberi perlakuan dilakukan dengan menggunakan Uji Wilcoxon. Hasil analisis Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa Zhitung>Ztabel= 2,043>1,96 dan nilai asymp sig = 0,041 < α = 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, terdapat perbedaan internal locus of control pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan teknik restrukturisasi kognitif. Hasil pengolahan skor pre-test dan post-test pada kelompok kontrol juga menunjukkan peningkatan mean dari 64,00 menjadi 66,45dengan selish 2,45 poin atau 3,8%. Analisis perbedaan hasil pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dilakukan dengan menggunakan Uji Wilcoxon. Hasil analisis Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa Zhitung > Ztabel = 1,966>1,96 dan nilai asymp sig = 0,049 < α = 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, terdapat perbedaan internal locus of control pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan teknik restrukturisasi kognitif. Selanjutnya, analisis perbedaan skor post-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan uji Mann-Whitney. Hasil analisis perbedaan skor post-test antara kelompok eksperimen dengan kolompok kontrol menunjukkan bahwa nilai Z hitung lebih kecil dibanding Z tabel (1,182<1,96) dan angka probabilitas Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar daripada 0,05 (0,237>0,05) sehingga dapat diambil kesimpulan H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada perbedaan internal locus of control pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa teknik restrukturisasi kognitif dapat digunakan untuk meningkatkan internal locus of control. Hal ini didasarkan pada hasil uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan internal locus of control pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberi treatment restrukturisasi kognitif. Adapun peningkatan nilai mean yang tidak terlalu besar pada kelompok eksperimen dan juga peningkatan nilai mean pada kelompok kontrol, hal ini dimungkinkan karena adanya adanya faktor luar yang tidak terkontrol. Faktor luar tersebut berupa lingkungan sosial individu. Sebagaimana pendapat Gufron dan Risnawita (2012) bahwa locus of control atau pusat kendali seseorang dipengaruhi oleh berbagai aspek yaitu lingkungan fisik dan sosial. Melalui interaksi timbal balik antara individu dengan lingkungan fisik dan sosialnya inilah individu memperoleh semacam pengetahuan dan pengalaman baru yang akan membentuk kematangan berpikirnya, serta mempengaruhi perubahan keyakinannya mengenai tingkat kontrol yang dimiliki. Pelaksanaan treatment yang pada awalnya direncanakan empat kali pertemuan akan tetapi dipadatkan menjadi dua kali pertemuan juga menjadi faktor yang mempengaruhi hasil penelitian. Oleh sebab itu, untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis disarankan untuk mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan internal locus of control. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik restrukturisasi kognitif dapat meningkatkan internal locus of control siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kedunggalar. Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian dengan teknik restrukturisasi kognitif, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Guru bimbingan dan konseling disarankan memiliki kemauan yang keras dalam membantu peserta didik mengembangkan kepribadian positif yang salah satu faktornya yaitu internal locus of control dengan mengubah pola pikir yang negatif dan desruktif dengan pola pikir yang lebih positif melalui teknik dalam bimbingan dan konseling, misalnya teknik restrukturisasi kognitif. 2. Bagi Siswa Siswa hendaknya membiasakan diri untuk selalu berusaha dengan sungguh-sungguh dalam rangka mencapai cita-cita yang diinginkan dan meyakini bahwa setiap individu memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan, dan meyakini bahwa dengan terus mengasah kemampuan yang dimiliki, ia dapat meraih kesuksesan. Hendaknya siswa membiasakan diri untuk bertanggung jawab terhadap perbuatannya, tidak mudah menyalahkan orang lain, dan selalu berpikir positif dalam menghadapi berbagai hal. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya pemberian treatment lebih dari dua sesi intervensi agar efektif. Tempat pelaksanaan treatment sebaiknya di ruangan yang jauh dari keramaian sehingga pelaksanaan treatment dapat kondusif. Selain itu, perlu dilakukan pengukuran pada variabel bebas yaitu restrukturisasi kognitif sehingga peningkatan skor pada variabel internal locus of control benar-benar dari hasil penerapan teknik restrukturisasi kognitif. DAFTAR RUJUKAN Ahmad, K.B., Zadeh, Z.F. (2013). Types of Cognitive Errors and the External Locus of Control in Adolescent Girls. International Journal of Humanities and Social Science, 3 (14), 240 – 247. Diperoleh 28 Maret 2014 dari http://www.ijhssnet.com/ journals/Vol_3_No_14_Special_ Issue_July_2013/27.pdf Akinsola, E.F. & Nwajei, A. D. (2013) Test Anxiety, Depression and Academic Performance: Assessment and Management Using Relaxation and Cognitive Restructuring Techniques. Psychology: Scientific Research, 4, (6A1), 18-24. Diperoleh 23 Januari 2014, dari http://www.scirp.org/ journal/psych. Anjani PJT, P.S. (2012). Meningkatkan Internal Locus Of Control Melalui Konseling Eklektik dengan Menggunakan Media Kreatif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Medan. Skripsi Universitas Negeri Medan. Diperoleh 16 Januari 2014, dari http://digilib.unimed.ac.id. Binggeli, Nelson. (2010). Introduction to Cognitive Behavioral Therapy. Diperoleh 28 Januari 2014 dari http://www.nelsonbinggeli.net/NB/ CBT-Intro_to_CBT.html Chibuike, O.B., Chimezie, N.B., Ogbuinya, N.E.O., dan Omeje, C.B. (2013). Role of Locus of Control on Assertive Behavior of Adolescents. International Journal of Health and Psychology Research, 1 (1), 38-44. Diperoleh 02 April 2014 dari http://www.eajournals.org/wpcontent/uploads/ROLE-OF-LOCUS -OF-CONTROL-ON-ASSERTIVEBEHAVIOR-OF-ADOLESCENTS. pdf. Clark, D.A. (2014). Cognitive Restructuring. Dalam Stefan G. Hofmann (Ed). The Wiley Handbook of Cognitive Behavioral Therapy (First Edition). Part One : 1-22. Diperoleh 28 Januari 2014. DOI: 10.1002/9781118528563. Cristi, Chintia D. (2013). Penggunaan Strategi Cognitive Restructuring (CR) untuk Meningkatkan Efikasi Diri Siswa Kelas X-TSM(Teknik Sepeda Motor)-1 SMK Negeri 1 Mojokerto. Jurnal BK UNESA, 04 (01), 266-273. Diperoleh 07 Januari 2015 dari http://ejournal.unesa.ac. id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/ view/6589/baca-artikel. Dahar, Ratna W. (2011). Teori –Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Foreyt, John P., & Goodrick, K. (1981) .Cognitive Behavior Therapy. Dalam Raymond J. Corsini (Ed). Handbook of Innovative Psychoterapies. (hlm.133-150). New York : John Wiley & Sons. http://www.hannalevenson.com/loc us.pdf Ghufron, M.N., dan Risnawita, R. (2012). Teori-Teori Psikologi. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media. Morris, C.G. & Maisto, A.A. (2003). Understanding Psychology (Sixth Edition). New Jersey: Prentice Hall. Ginintasasi, Rahayu. (n.d). Locus of Control (Slide Powerpoint). Diperoleh 3 Januari 2014, dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR ._PSIKOLOGI/ 195009011981032RAHAYU_GININTASASI/locus_o f_control_%5BCompatibility Mode%5D.pdf Muslimah, A.I. & Nurhalimah. (2012). Agresifitas Ditinjau dari Locus Of Control Internal Pada Siswa SMK Negeri 1 Bekasi dan Siswa di SMK Patriot 1 Bekasi. Jurnal Soul, 5 (2), 33-54. Diperoleh 16 Januari 2014, dari http://ejournal-unisma.net/ojs/ index.php/soul/article/view/712/636 . Halinah, Polin. (2013). Efektivitas Program Pelatihan dalam Mengembangkan Locus of Control Siswa Sekolah Menengah Atas dalam Pembelajaran (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kadupandak Kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2012/2013). Tesis Universitas Pendidikan Indonesia. Diperoleh 3 Januari 2014, dari http://repository.upi.edu. Krapp, Kristine. (eds). (2005). Psychologists & Their Theories For Students. Farmington Hills: Thomson Gale. Lahey, Benyamin B. (2009). Psychology: An Introduction (Tenth Edition). New York : Mc Graw Hill. Leahy, R.L. & Rego, S.A. (2012). Cognitive Restructuring. Dalam William O’Donohue & Jane E. Fisher (eds.), Cognitive Behavior Therapy : Core Principles for Practice. (hlm. 133158). New Jersey: John Wiley & Sons. Levenson, H. (1981). Differentiating Among Internality, Powerful Others. And, Chance. In Research with the Locus of Control Construct Assesment Methods (Vol 1). (hlm. 15-63). Academic Press. Diperoleh 28 Januari 2014 dari Musslifah, A.R. (2012). Perilaku Menyontek Siswa Ditinjau dari Kecenderungan Locus of Control. Talenta Psikologi, 1 (2), 137 – 150. Diperoleh 20 Januari 2014, dari http://jurnal. usahidsolo.ac.id/index.php/talenta/a rticle/ view/58. Muqodas, Idat. (2011). Cognitive-Behavior Therapy: Solusi Pendekatan Praktek Konseling di Indonesia. Makalah disajikan pada Seminar & Workshop Internasional Teknik Konseling Kreatif Kontemporer, Bandung 29-30 Oktober 2011. Nursalim, Mochamad. (2005). Kombinasi Cognitive Restructuring dan Systimatic Desensitization untuk Menangani Kecemasan Siswa SLTP di Kota Surabaya. Jurnal Pendidikan Dasar, 6( 1), 9 – 16. Palut, Birsen. (2008). The Relationship Between Thinking Styles and Level Of Externality: A Study of Turkish Female Preschool Student Teachers. Social Behavior and Personality : An International Journal., 36 (4), 519 – 528. Diperoleh 28 Maret 2014, dari http://web.a.ebscohost .com/ehost/pdfviewer/pdfviewer? sid=d180aab1-bc86-4ebd-b024- b8fe3c8c69f6%40sessionmgr4005 &vid=2&hid=4104. Patterson, C.H. (1986). Theories of Counseling and Psychotherapy (Fourth Edition). New York: Harper & Row Publisher. Phares, E. Jerry. (1984). Introduction to Personality. Ohio: Bell & Howell Company. Purwoko, S.B. (2012). Restrukturisasi Kognitif melalui Al-Fatihah. Artikel Saktiyono Wordpress, 08 (01), 1 – 4. Diperoleh, 22 Januari 2014, dari http://saktiyono.files.wordpress.com /2012/01/restrukturisasi_kognitif_m elalui_al_fatihah.pdf. Ramadhani, Dian. (2014). Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Mereduksi Kejenuhan Belajar Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas XII MA Al-Inayah Bandung Tahun Ajaran 2013/2014). Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Diperoleh 28 Pebruari 2014, dari http://repository.upi.edu. Rotter, J.B. (1990). Internal Versus External Control of Reinforcement: A Case History of a Variable. American Psychologist, 45 (4), 489 – 493. Diperoleh, 05 Februari 2014, dari http://mres.gmu.edu/readings/ PSYC557/Rotter1990.pdf. Safaria, T. (2004). Terapi Kognitif - Perilaku untuk Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Safaria, T. (2007). Optimistic Quotient: Menanamkan dan Menumbuhkan Sikap Optimis pada Anak . Yogyakarta: Pyramid Publisher. Safitri, I.N. (2013). Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Ditinjau dari Locus of Control. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1 (2), 179 – 396. Sari, I., Marjohan, & Neviyarni. (2013). Locus of Control dan Perilaku Menyontek serta Implikasinya terhadap Bimbingan dan Konseling (Studi pada Siswa Sekolah Menengah Atas Padang Ganting). Konselor: Jurnal Ilmiah Konseling, 2 (1), 267-272. Diperoleh 06 Januari 2014, dari http://ejournal.unp.ac.id/ index.php/konselor. Satici, S.A., Uysal, R., & Akin, A. (2013). Perceived Social Support as Predictor of Academic Locus of Control. GESJ: Education Science and Psychology. 23 (1), 79–86. Diperoleh 24 Januari 2014, dari http://gesj.internet-academy.org.ge/ en/list_aut_artic_en.php?b_sec&list _ aut=2527. Schunk, D.H. (2012). Teori-teori Pembelajaran :Perspektif Pendidikan (edisi keenam). Terj. Eva Hamdiah, Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Selvera, N.R. (2013). Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menurunkan Keyakinan Irasional pada Remaja dengan Gangguan Somatisasi. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, 1 (1), 63 – 76. Diperoleh 25 Pebruari 2014, dari http://ejournal .umm.ac.id/index.php/jspp/article/vi ewFile/1349/1444ummscientific journal.pdf. Silaban, Adanan. (2012). Pengaruh Locus of Control dan Komitmen Profesional terhadap Perilaku Reduksi Kualitas Audit. VISI: Majalah Ilmiah Universitas HKBP Nommensen. 20 (3), 1030 – 1042. Slavin, Robert E. (2011). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik (edisi kesembilan Jilid 1). Tej. Marianto Samosir. Jakarta: PT. Indeks. Steigerwald, F. & Stone, D. (1999). Cognitive Restructuring and the 12Step Program of Alcoholics Anonymous. Journal of Substance Abuse Treatment, 16 (4), 321–327. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta. Suryanti, R., Yusuf, M., Priyatama, A.N. (2011). Hubungan antara Locus of Control Internal dan Konsep Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta. Wacana: Jurnal Psikologi, 3 (5), 46-58. Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Warga, Richard G. (1983). Personal Awarenes: a Psychology of Adjusment (Third Edition). Boston : Houghton Mifflin Company. Wibowo. (2013). Perilaku Organisasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. dalam PT. Wolfe, J.F. (2011). The Effects of Perceived Success or Failure on Locus of Control Orientation in College Students. Sentience : The University of Minnesota Undergraduate Journal of Psychology, 4, 11-16. Diperoleh 20 Januari 2014, dari http://www.psych.umn.edu/sentienc e/files/Wolfe 2011.pdf. Yusuf, S. & Nurihsan, A.J. (2012). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.