BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Bakteri Allah menciptakan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Bakteri
Allah menciptakan alam seisinya sebagai rahmat untuk kemaslahatan umat
manusia. Manusia berhak untuk memanfatkan kekayaan alam semaksimal
mungkin dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan mereka serta sebagai
bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Seperti
yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 29 :
4 ;N≡uθ≈yϑy™ yìö7y™ £ßγ1§θ|¡sù Ï!$yϑ¡¡9$# ’n<Î) #“uθtGó™$# §ΝèO $YèŠÏϑy_ ÇÚö‘F{$# ’Îû $¨Β Νä3s9 šYn=y{ “Ï%©!$# uθèδ
∩⊄∪ ×ΛÎ=tæ >óx« Èe≅ä3Î/ uθèδuρ
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu (QS.Al-Baqarah:29).
Ayat diatas jelas menegaskan bahwa alam semesta beserta isinya yang
sangat kompleks ini diciptakan Allah SWT untuk manusia. Makhluk ciptaan-Nya
tersebut terdiri dari berbagai macam jenis tumbuhan, hewan maupun
mikroorganisme. Allah telah menyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 26:
........ $yγs%öθsù $yϑsù Zπ|Êθãèt/ $¨Β WξsVtΒ z>ΎôØo„ βr& ÿÄ÷∏tGó¡tƒ Ÿω ©!$# ¨βÎ) *
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau
yang lebih rendah dari itu……….” (QS. Al-Baqarah: 26).
Lafadz famaa fauqohaa (“atau yang lebih rendah dari itu”) pada ayat
diatas maksudnya yaitu sesuatu yang lebih rendah dari nyamuk dalam hal makna
dan fisik mengingat nyamuk adalah makhluk kecil yang tidak berarti.
8
9
Adapun ukuran hewan yang lebih kecil dibanding nyamuk antara lain
yaitu bakteri. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya
tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis). Bakteri merupakan
organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan
mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat
hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Terdapat bakteri yang
menguntungkan dan ada pula yang merugikan (Warsito, 1995).
2.1.1 Struktur sel Bakteri
Gambar 2.1 Struktur Sel Prokariota
Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki selaput inti) pada
umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel relatif sederhana yang terdiri dari
dinding sel, kapsul, DNA, membran plasma, mesosom, ribososm, sitoplasma, dan
flagel. Struktur bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Banyak bakteri
memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan fimbria yang digunakan
10
untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul
atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan.
Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki
granula makanan, vakuola gas dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu
membentuk endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada
lingkungan ekstrim (Tualar, 2005).
2.1.1 Morfologi/bentuk bakteri
Gambar 2.2 Berbagai Bentuk Tubuh Bakteri
Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar,
yaitu: (1) Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan
mempunyai beberapa variasi sebagai berikut: Mikrococcus, jika kecil dan tunggal;
Diplococcus, jka bergandanya dua-dua; Tetracoccus, jika bergandengan empat
11
dan membentuk bujursangkar; Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus;
Staphylococcus, jika bergerombol; dan Streptococcus, jika bergandengan
membentuk rantai (2) Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk
batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut: Diplobacillus, jika
bergandengan dua-dua ; Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai (3)
Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi
sebagai berikut: Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah
lingkaran; Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran. Bentuk
tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia.
Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya
harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif
lebih besar daripada yang sudah tua (Poernomo, 2004).
2.1.3 Bakteri-Bakteri yang berperan dalam Proses Dekomposisi Bahan
Organik
2.1.3.1 Bakteri Pengurai
Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, serta sisasisa atau kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat
dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain
yang lebih sederhana. Oleh karena itu keberadaan bakteri ini sangat berperan
dalam mineralisasi di alam (Poernomo, 2004).
12
2.1.3.2 Bakteri Asam laktat
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri gram-positif yang
tidak membentuk spora dan dapat memfermentasikan karbohidrat untuk
menghasilkan asam laktat. Berdasarkan taksonomi, terdapat sekitar 20 genus
bakteri yang termasuk BAL. Beberapa BAL yang sering digunakan dalam
pengolahan pangan adalah Aerococcus, Bifidobacterium, Carnobacterium,
Enterococcus,
Lactobacillus,
Lactococcus,
Leuconostoc,
Oenococcus,
Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, Vagococcus, dan Weissella.[1]
Contoh produk makanan yang dibuat menggunakan bantuan BAL adalah yogurt,
keju, mentega, sour cream (susu asam), dan produk fermentasi lainnya. Dalam
pengolahan makanan, BAL dapat melindungi dari pencemaran bakteri patogen,
meningkatkan nutrisi, dan berpotensi memberikan dampa positif bagi kesehatan
manusia (Fardiaz, 1992).
Sebagian besar BAL dapat tumbuh sama baiknya di lingkungan yang
memiliki dan tidak memiliki O2 (tidak sensitif terhadap O2), sehingga termasuk
anaerob aerotoleran. Bakteri yang tergolong dalam BAL memiliki beberapa
karakteristik tertentu yang meliputi: tidak memiliki porfirin dan sitokrom, katalase
negatif, tidak melakukan fosforilasi transpor elektron, dan hanya mendapatkan
energi dari fosforilasi substrat. Hampir semua BAL hanya memperoleh energi dari
metabolisme gula sehingga habitat pertumbuhannya hanya terbatas pada
lingkungan yang menyediakan cukup gula atau bisa disebut dengan lingkungan
yang kaya nutrisi. Kemampuan mereka untuk mengasilkan senyawa (biosintesis)
13
juga terbatas dan kebutuhan nutrisi kompleks BAL meliputi asam amino, vitamin,
purin, dan pirimidin (Fardiaz, 1992).
Berdasarkan studi genetika, beberapa sifat BAL yang berhubungan dengan
fermentasi
cenderung
disandikan
oleh
gen-gen
di
plamid
(DNA
ekstrakromosomal). Sifat-sifat yang dimaksud meliputi produksi proteinase,
metabolisme karbohidrat, transpor sitrat, produksi eksopolisakarida, produksi
bakteriosin, dan resistensi terhadap bakteriofag. DNA plasmid dapat ditransfer
antarbakteri dengan beberapa mekanisme, seperti konjugasi yang umum terjadi
pada Lactococcus sehingga sifat-sifat tersebut dapat menyebar (Fardiaz, 1992).
2.1.3.3 Bakteri Nitrifikasi
Bakteri nitrifikasi adalah bakteri-bakteri tertentu yang mampu menyusun
senyawa nitrat dari amoniak yang berlangsung secara aerob di dalam tanah.
Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu:
Oksidasi amoniak menjadi nitrit oleh bakteri nitrit. Proses ini dinamakan nitritasi.
2NH3 + SO2
2HNO2 + 2H2O + 158 kilokalori
Reaksi nitritasi
Nitrococcus
Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat. Prosesnya
dinamakan nitratasi.
2HNO2 + O2
(Nitrit)
Nitrobacter
2HNO3 + 36 kilokalori
(nitat)
Reaksi nitratasi
Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena
menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat. Tetapi
sebaliknya di dalam air yang disediakan untuk sumber air minum, nitrat yang
14
berlebihan tidak baik karena akan menyebabkan pertumbuhan ganggang di
permukaan air menjadi berlimpah (Poernomo, 2004).
2.1.3.4 Bakteri nitrogen
Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari
udara dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh
tumbuhan. Karena kemampuannya mengikat nitrogen di udara, bakteri-bakteri
tersebut berpengaruh terhadap nilai ekonomi tanah pertanian. Kelompok bakteri
ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis (Afrianto, 2002).
Bakteri nitrogen yang hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum,
Clostridium pasteurianum, dan Rhodospirillum rubrum. Bakteri nitrogen yang
hidup
bersimbiosis
dengan
tanaman
polong-polongan
yaitu
Rhizobium
leguminosarum, yang hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.
Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk
hijau seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polongpolongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui
kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari
inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat
mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen
organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi
penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah (Afrianto, 2002).
Menurut Afrianto (1992) mikroorganisme yang memiliki kemampuan mendukung
15
atau menguntungkan banyak terdapat dalam produk probiotik seperti probiotik
pertanian, peternakan dan perikanan.
2.2 Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.), bukanlah tanaman
asli Indonesia, tumbuhan ini awalnya dikirim dari Brazil ke Indonesia sebagai
koleksi kebun raya bogor pada tahun 1894 dan dengan cepat menyebar keseluruh
perairan diwilayah indonesia dan menimbulkan problem tersendiri (Lail, 2008).
Kemampuan tanaman ini menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara
biokimiawi dan penyerapan logam-logam berat seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe,
Mn, Zn dengan baik, banyak di gunakan untuk mengolah air buangan domestik
dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Kemampuan menyerap logam persatuan
berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur tua
(Widianto dan Suselo, 1977 dalam Lail, 2008).
Menurut Lail (2008) Eceng gondok memiliki ciri-ciri (1) hidup dalam
perairan terbuka, tumbuh mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila
airnya dangkal, (2) Daun tergolong dalam makrofita yang terletak di atas
permukaan air, didalamnya terdapat lapisan rongga udara yang berfungsi sebagai
alat pengapung tanaman. Zat hijau daun (klorofil) pada eceng gondok terdapat
dalam sel epidermis. Diatas permukaan daun dipenuhi oleh stomata, rongga udara
yang terdapat dalam akar dan tangkai daun berfungsi sebagai tempat penyimpanan
O hasil fotosintesis.Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan untuk respirasi
2
tumbuhan dimalam hari dengan menghasilkan CO yang akan terlepas kedalam air
2
16
(Pandey, 1980), (3) Memiliki bulu-bulu akar yang berserabut, berfungsi sebagai
pegangan atau jangkar tanaman. Berperan menyerap zat-zat yang diperlukan
tanaman dari dalam air. Pada ujung akar terdapat kantung akar yang mana di
bawah sinar matahari kantung akar ini berwarna merah, susunan akarnya dapat
mengumpulkan lumpur atau partikel-partikel yang terlarut dalam air (Ardiwinata,
1950), (4) Memiliki tangkai berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya
penuh dengan udara yang berperan untuk mengapaungkan tanaman di permukaan
air (pandey, 1950) (5) Memiliki bunga bertangkai dengan warna mahkota
lembayung muda. Berbunga majemuk
berjumlah 6 - 35 berbentuk karangan
bunga bulir dengan putik tunggal, (6) Perkembangbiakan terjadi secara vegetatif
maupun secara generatif, perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru
tumbuh dari ketiak daun, membesar dan tumbuh menjadi individu baru, (7) Dapat
tumbuh tinggi hingga 40 - 80 cm dengan panjang 7 - 25 cm.
Menurut Lail (2008) Kondisi merugikan yang timbul akibat blooming
eceng gondok adalah (1) Meningkatnya evapotranspirasi, (2) Menurunnya jumlah
cahaya yang masuk ke perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat
kelarutan oksigen, (3) Menganggu transportasi air, khususnya bagi masyarakat
yang kehidupannya masih tergantung dari sungai, (4) Pendangkalan waduk, (5)
Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia, (5) Menurunkan
estetika lingkungan perairan.
Sukman dan Yakup (1991) dalam Lail (2008) menyebutkan, manfaat yang
dapat diambil dari eceng gondok adalah (1) Mempunyai sifat fisiologis sebagai
penyaring air yang tercemar oleh logam berat dan berbagai limbah industri, (2)
17
Sebagai bahan baku pembuatan kompos dam pupuk organik karena kandungan
NPK yang tinggi, (3) Sebagai sumber gas yang beruapa ammonium sulfat, gas
hidrogen, nitrogen dan metana yang diperoleh dengan cara fermentasi, (4) Sebagai
bahan industri kertas dan papan buatan, (5) Sebagai bahan baku aneka kerajinan
tangan, (6) Sebagai bahan baku pembuatan pupuk ramah lingkungan
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pengomposan enceng
gondok adalah kandungan selulosa dan lignin yang cukup tinggi pada tanaman ini.
Selain itu rasio C/N yang relatif rendah berkisar antara 19:1 Sehingga mikroba
mendapatkan sedikit C untuk energi dan N untuk sintesisprotein. Apabila rasio
C/N terlalu rendah, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga
dekomposisi berjalan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan menjadi
lebih
singkat
perlu
dilakukan
penambahan
bioaktivator
pengomposan
(biodekomposer).
2.3 Tinjauan Biodekomposer
Dekomposer
merupakan
makhluk
hidup
yang
berfungsi
untuk
menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan
dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup di sekitar daerah tersebut. Terdapat
beberapa dekomposer yang diantaranya berasal dari bakteri, aktinomisetes, fungi,
algae (ganggang), protozoa dan cacing tanah. Agen dekomposer dapat digunakan
untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas hasil pengomposan, dan telah
diproduksi
secara
komersial,
umumnya
dalam
bentuk
konsorsium
18
mikroorganisme
yang
disebut
dengan
bioaktivator
pengomposan
atau
biodekomposer (Saraswati, 2010).
Teknologi pengembangan bioaktivator pengomposan/biodekomposer,
biasa disebut dengan teknologi efektif mikroorganisme, yaitu teknologi
pencampuran kultur berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri
fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur peragian) yang
dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba
tanah. EM merupakan kultur jaringan berbagai jenis mikrobia yang berasal dari
lingkungan alami dan secara genetika bersifat asli (tidak dimodifikasi).
Pemanfaatan EM dapat memperbaiki kualitas tanah dan selanjutnya memperbaiki
pertumbuhan dan produksi tanaman (Turista, 2010).
Pemanfaatan mikroba sebagai dekomposer juga menunjukkan betapa
mahluk ciptaan Allah selalu mempunyai manfaat, walau sekecil dan sehina
apapun mahluk tersebut. Sekali lagi, ini menunjukkan kuasa Allah yang tak
terbatas. Seperti yang telah difirmankan oleh Allah :
........ $yγs%öθsù $yϑsù Zπ|Êθãèt/ $¨Β WξsVtΒ z>ΎôØo„ βr& ÿÄ÷∏tGó¡tƒ Ÿω ©!$# ¨βÎ) *
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau
yang lebih rendah dari itu……….” (QS. Al-Baqarah: 26).
2.4 Tinjauan Probiotik
Probiotik atau “Probiotics” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “untuk
hidup” (pro= untuk dan biotic = hidup). Istilah kata probiotik pertama kali
dipopulerkan oleh Lilley dan Stillwell (1965), untuk menjelaskan suatu zat yang
disekresikan oleh mikroba yang mampu menstimulasi pertumbuhan organisme
19
lain dengan cara menyeimbangkan keberadaan mikroba patogen. Hal ini
menjelaskan ayat Allah dalam QS Al-Mulk ayat 3-4 Allah SWT bahwa segala
sesuatu selalu diciptakan dalam kondisi seimbang.
ö≅yδ uŽ|Çt7ø9$# ÆìÅ_ö‘$$sù ( ;Nâθ≈x!s? ÏΒ Ç≈uΗ÷q§9$# È,ù=yz †Îû 3“ts? $¨Β ( $]%$t7ÏÛ ;N≡uθ≈yϑy™ yìö7y™ t,n=y{ “Ï%©!$#
y uθèδuρ $Y∞Å™%s{ çŽ|Çt7ø9$# y7ø‹s9Î) ó=Î=s)Ζtƒ È÷s?§x. uŽ|Çt7ø9$# ÆìÅ_ö‘$# §ΝèO ∩⊂∪ 9‘θäÜèù ÏΒ 3“ts?
∩⊆∪ ׎Å¡m
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?.
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu
dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam
keadaan payah”. (QS, Al-Mulk: 3-4)
Menurut Afrianto (1992) Penggunaan probiotik menjadi salah satu upaya
yang bisa dilakukan oleh manusia sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan
karena
probiotik
mempunyai
banyak
manfaat
yaitu
(1)
Mengandung
mikroorganisme hidup, seperti: sel-sel kering beku, atau dalam produk fermentasi
yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos (2) tidak mengakibatkan
pencemaran lingkungan yang akan mengingkari kodrat manusia sebagai khalifah
yang harus menjaga dan melindungi dunia tempatnya hidup. Perintah Allah
kepada manusia dituntut untuk menjaga kelestarian lingkungan. Manusia yang
diciptakan oleh Allah sebagai kholifah berperan untuk menentukan keseimbangan
ekosistem,seperti dalam QS. Al-Araaf ayat 56:
20
š∅ÏiΒ Ò=ƒÌs% «!$# |MuΗ÷qu‘ ¨βÎ) 4 $—èyϑsÛuρ $]ùöθyz çνθãã÷Š$#uρ $yγÅs≈n=ô¹Î) y‰÷èt/ ÇÚö‘F{$# †Îû (#ρ߉šø!è? Ÿωuρ
∩∈∉∪ tÏΖÅ¡ósßϑø9$#
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-araaf : 56)
Afrianto (2002) menjelaskan bahwa probiotik adalah feed additive berupa
mikroba hidup menguntungkan yang mempengaruhi inang melalui perbaikan
keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Probiotik dapat berupa
satu atau beberapa jenis mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur
campuran). Genus bakteri yang sering digunakan adalah Lactobacillus,
Leuconoctoc, Pedioccus, Propinibactereium, dan Bacillus. Dari spesies ragi
meliputi Saccharomyces cerevissiae dan Candida pintolopesi, serta jamur
meliputi Aspergillus niger dan Aspegillus oryzae. Probiotik yang biasa digunakan
dalam budidaya antara lain ; Bacillus lycheniforsis (Bakteri Nitrifikasi), merubah
senyawa nitrat dasar tambak menjadi nitrit makanan plankton, bakteri Fotosintetik
(Photo synthetic-bacteria), menggunakan N- anorganik untuk mengoksidasi gas
H2S menjadi sulfur melalui proses fotosintesa (Afrianto, 2002).
2.5 Media Pembawa (Molasses)
Pond dkk., (1995) menyatakan bahwa molases adalah limbah utama industri
pemurnian gula. Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan
kandungan glukosa didalamnya. Oleh karena itu, molases telah banyak
dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi
21
atau zat gizi yang cukup baik. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1 %;
serat kasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %.
Molasses dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molases, merupakan
molasses yang memiliki kandungan 25 – 40 % sukrosa dan 12 – 25 % gula
pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60 % atau lebih. Kadar protein kasar
sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang sebagian besar terbentuk dari K,
Ca, Cl, dan garam sulfat; (2) Beet-molases merupakan pakan pencahar yang
normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil (Cheeke, 1999; McDonald
dkk., 2001).
Keuntungan molases sebagai medium pembawa adalah kadar karbohidrat
tinggi (48-60%), kadar mineral cukup untuk perkembangan mikroorganisme
artinya molases yang mengandung cukup gula dan mineral apabila dicampur ke
dalam
produk
komersial
yang berisi
mikroorganisme akan
membantu
mempertahankan lingkungan mikroba. Molases juga mengandung vitamin B
kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi kehidupan mikroorganisme
seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng (Cheeke, 1999;
McDonald dkk., 2001)..
Kadar air dalam cairan molases yaitu 15 – 25 % dan cairan tersebut
berwarna hitam serta berupa sirup manis. Molases dapat digunakan sebagai bahan
pakan untuk sejumlah industri fermentasi untuk membantu proses fermentasi yang
dilakukan oleh bakteri (Anonim, 1993).
22
2.6 Identifikasi
Mahluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT mempunyai bermacammacam bentuk dan ukuran. Demikian halnya dengan mikroba yang mempunyai
bentuk dan ukuran yang beragam. Meskipun begitu, mikroba tetap bisa
menjalankan proses-proses yang menunjang kehidupannya sebagai mahluk
uniseluler. Allah berkuasa menjadikan mereka dalam bentuk yang demikian
sederhana tapi tetap mampu bertahan hidup layaknya organisme tingkat tinggi.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Imran ayat 191 :
$tΒ $uΖ−/u‘ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû tβρ㍤6x!tGtƒuρ öΝÎγÎ/θãΖã_ 4’n?tãuρ #YŠθãèè%uρ $Vϑ≈uŠÏ% ©!$# tβρãä.õ‹tƒ tÏ%©!$#
∩⊇⊇∪ Í‘$¨Ζ9$# z>#x‹tã $oΨÉ)sù y7oΨ≈ysö6ß™ WξÏÜ≈t/ #x‹≈yδ |Mø)n=yz
“(yaitu) orang-orang yang menginggat Allah sambil berdiri atau duduk dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata):”ya Tuhan, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS.alimran:191).
Satu dari sekian cara untuk menentukan peran bakteri, baik yang
menguntungkan ataupun merugikan dalam kehidupan adalah melalui proses
isolasi dan identifikasi. Prinsip isolasi bakteri adalah pemisahan suatu mikroba
dari mikroba lainnya sehingga diperoleh kultur murni yang berasal dari satu
konsorsium untuk diketahui jenisnya. Langkah awal dalam proses identifikasi
adalah pengamatan dan pencatatan ciri morfologi serta ciri lainnya. Identifikasi
bakteri didasarkan pada berbagai macam sifat bakteri seperti sifat biokimia,
morfologi koloni dan morfologi selnya. Menurut Lay (1994) mengamati
23
mikroorganisme berdasarkan bentuk, ukuran dan penataan tidaklah cukup untuk
melakukan identifikasi. Ciri lainnya seperti sifat pewarnaan, pola pertumbuhan
koloni dan reaksi pertumbuhan pada karbohidrat sangat membantu dalam proses
identifikasi mikroba.
2.7 Media Pertumbuhan Mikroba
Medium
pertumbuhan
(disingkat
medium)
adalah
tempat
untuk
menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
energi dan untuk bahan pembangun sel, untuk sintesa protoplasma dan bagianbagian sel lain. Setiap mikroba mempunyai sifat fisiologi tertentu, sehingga
memerlukan nutrisi tertentu pula. Susunan kimia sel mikroba relatif tetap, baik
unsur kimia maupun senyawa yang terkandung di dalam sel. Dari hasil analisis
kimia diketahui bahwa penyusun utama sel adalah unsur kimia C, H, O, N, dan P,
yang jumlahnya ± 95 % dari berat kering sel, sedangkan sisanya tersusun dari
unsur-unsur lain. Apabila dilihat susunan senyawanya, maka air merupakan
bagian terbesar dari sel, sebanyak 80-90 %, dan bagian lain sebanyak 10-20 %
terdiri dari protoplasma, dinding sel, lipida untuk cadangan makanan,
polisakarida, polifosfat, dan senyawa lain (Volk, dan Wheeler, 1993).
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan pada suatu substrat yang disebut
medium, setiap mikroorganisme membutuhkan medium tumbuh yang sesuai
dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa
mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang
hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti
24
gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat
kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks
lainnya (Volk, dan Wheeler, 1993).
Bagian terpenting dari suatu medium adalah nutrien yang merupakan
substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien adalah
degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium
harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon,
energi, mineral dan faktor tumbuh (Label, 2008).
Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur
tersebut diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang
jumlahnya berbeda-beda tergantung pada keperluannya. Beberapa golongan
mikroba misalnya diatomae dan alga tertentu memerlukan silika (Si) yang
biasanya diberikan dalam bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan
kebutuhan natrium (Na) untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya.
Natrium dalam kadar yang agak tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup
di laut yaitu algae hijau biru, dan bakteri fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat
digantikan oleh kation monovalen yang lain (Label, 2008).
Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padat maupun
cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat
tergolong tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk
cair tergolong tipe holofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan makanan
dalam bentuk padat, tetapi makanan tersebut harus dicernakan lebih dulu di luar
25
sel dengan pertolongan enzim ekstraseluler. Pencernaan di luar sel ini dikenal
sebagai extracorporeal digestion (Anonim, 2001).
Bahan makanan yang digunakan oleh jasad hidup dapat berfungsi sebagai
sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron.
Dalam garis besarnya bahan makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu (1)
Air, air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah
sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air
berfungsi sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme (2) Sumber
energy, ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau
anorganik yang dapat dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari (3) Sumber
karbon, sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun
anorganik. Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino,
asam organik, garam asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa
anorganik misalnya karbonat dan gas CO2 yang merupakan sumber karbon utama
terutama untuk tumbuhan tingkat tinggi (4) Sumber aseptor electron, proses
oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari
substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus
ada suatu zat yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini
disebut aseptor elektron. Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada
mikrobia yang dapat berfungsi sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa
organik, NO3-, NO2-, N2O, SO4, CO2, dan Fe3+ (5) Sumber mineral, mineral
merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P.
unsur mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur
26
mineral yang digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo,
Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu, dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur
yang digunakan dalam jumlah besar disebut unsur makro, dalam jumlah sedang
unsur oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit unsur mikro. Unsur mikro sering
terdapat sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan dapat masuk ke
dalam medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu. Selain
berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur
tekanan osmose, kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi
(redox potential) medium (6) Faktor tumbuh, faktor tumbuh ialah senyawa
organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai prekursor, atau
penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber karbon
yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya
diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya
dalam metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi asam amino, sebagai
penyusun protein; base purin dan pirimidin, sebagai penyusun asam nukleat; dan
vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim (7) Sumber nitrogen,
mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino,
protein, dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada
jenis jasadnya. Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas
N2 (zat lemas) udara. Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen (Fardiaz,
2001).
Susunan dan kadar nutrisi suatu medium untuk pertumbuhan mikroba
harus seimbang agar mikroba dapat tumbuh optimal. Hal ini perlu dikemukakan
27
mengingat banyak senyawa yang menjadi zat penghambat atau racun bagi
mikroba jika kadarnya terlalu tinggi (misalnya garam dari asam lemak, gula, dan
sebagainya). Banyak alga yang sangat peka terhadap fosfat anorganik. Disamping
itu dalam medium yang terlalu pekat aktivitas metabolisme dan pertumbuhan
mikroba dapat berubah. Perubahan faktor lingkungan menyebabkan aktivitas
fisiologi mikroba dapat terganggu, bahkan mikroba dapat mati. Medium
memerlukan kemasaman (pH) tertentu tergantung pada jenis jasad yang
ditumbuhkan. Aktivitas metabolisme mikroba dapat mengubah pH, sehingga
untuk mempertahankan pH medium ditambahkan bahan buffer. Beberapa
komponen penyusun medium dapat juga berfungsi sebagai buffer (Label, 2008).
2.7.1 Macam Medium Pertumbuhan
Menurut Sumarsih 2003, mengatakan bahwa untuk menumbuhkan bakteri
terdapat bermacam-macam medium yang dapat digunakan, diantaranya adalah (1)
Medium dasar/ basal mineral, medium dasar adalah medium yang mengandung
campuran senyawa anorganik. (2) Medium sintetik, medium sintetik adalah
medium yang seluruh susunan kimia dan kadarnya telah diketahui dengan pasti
(3) Medium kompleks, medium kompleks adalah medium yang susunan kimianya
belum diketahui dengan pasti. (4) Medium diperkaya, medium diperkaya adalah
medium yang ditambah zat tertentu yang merupakan nutrisi spesifik untuk jenis
mikroba tertentu. Medium ini digunakan untuk membuat kultur diperkaya
(enrichment culture) dan untuk mengisolasi mikroba spesifik, dengan cara
mengatur faktor lingkungan (suhu, pH, cahaya), kebutuhan nutrisi spesifik dan
28
sifat fisiologinya. Dengan demikian dapat disusun medium diperkaya untuk
bakteri yang bersifat kemoheterotrof, kemoototrof, fotosintetik, dan untuk mikroba
lain yang bersifat spesifik.
2.7.2 Medium Selektif
Media selektif (selektif medium) /media penghambat adalah media yang
ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan
mikroba lain sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang
mengandung kristal violet pada kadar tertentu, dapat mencegah pertumbuhan
bakteri
gram
positif
tanpa
mempengaruhi
bakteri
gram
negatif.
Media ini selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga
media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang
pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium
yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan
menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline Salt broth yang ditambah NaCl
4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.
Media ini dipakai untuk menyeleksi mikrorganisme sesuai dengan yang
diinginkan, jadi hanya satu jenis mikrorganisme saja yang dapat tumbuh dalam
media ini atau hanya satu kelompok tertentu saja.
Contohnya EMB (Eosin
Metilen Blue) Agar, Mac Conkey Agar (MCA), Media selektif untuk isolasi dan
identifikasi bakteri Gram negatif terutama bakteri yang berasal dari tinja dan urin.
Salmonella Shigella Agar (SSA), Merupakan media yang mempunyai selektif
tinggi untuk isolasi salmonella sp. (Asmuin, 1996).
29
Media selektif yang sering digunakan dalam penelitian ini, antara lain (1)
Eosin metilen blue (EMB), seperti namanya, berisi zat warna eosin dan metilen
biru agar. EMB adalah selektif karena zat warna anilin dalam media ini ungu
menghambat
pertumbuhan
organisme
Gram-positif.
Laktosa
fermentor
memetabolisme laktosa dalam media dan menghasilkan produk samping asam
yang menyebabkan perubahan warna di koloni itu. Jadi, EMB juga merupakan
media diferensial. Asam kuat yang di produksi oleh organisme seperti E. coli
akan menghasilkan warna kemilau hijau metalik pada medium tersebut. Bakteri
yang memfermentasi laktosa, akan muncul dengan koloni dengan warna ungumerah muda, sedangkan koloni dari fermentor non laktosa tetap tidak berwarna,
atau setidaknya tidak lebih gelap dari warna media (Johnson,1998) (2) Thiosulfate
Citrate Bilesalt Sucrose Agar (TCBSA), merupakan media selektif untuk
pertumbuhan bakteri dari genus Bacillus (Anonim, 2010) (3) MRSA Sering
disingkat MRS, yaitu medium pertumbuhan genus Lactobacillus yang dinamai
sesuai nama penemunya, de Man, Rogosa dan Sharpe. Media ini mulai
dikembangkan pada tahun 1960, dan dirancang untuk mendukung pertumbuhan
Lactobacillus dalam skala laboratorium. Media ini mengandung natrium asetat
yang dapat menekan pertumbuhan bakteri lainnya. (4) Pseudomonas selective
isolation (PSI) merupakan media selektif bagi pertumbuhan genus pseudomonas,
media ini mengandung 350 mikrogram nitrofurantoin dan 2 mikrogram crystal
violet per ml medium (Anonim, 2010).
Download