FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI KECAMATAN SUNGAI PINYUH KABUPATEN PONTIANAK ISMEP HARDINATA NIM :B61111035 PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK 2013 ABSTRACT This research with the title “ Factor that Regard Fisherman Haul at Pinyuh's River district Pontianak's Regency,” Intent to know capital influence, labour, distance sails through to go out to sea and fisherman experience to foot up fisherman haul at Pinyuh's River district Pontianak Regency West Kalimantan. Result observationaling to point out that capital variable (X1) having positive influence and signifikan to foot up haul (Y. ), with regression coefficient x 1 as big as 0,000608. Its mean each ascension totals capital (X1) 1 (one) grade therefore will experience ascension as big as 0,0608 grade of Y, on ceteris paribus. Labouring variable (X2) having for negative but not signifikan with regression coefficient 5.066. Distance variable sails through to go out to sea (X3 ) having for positive but not signifikan to haul with appreciative regression coefficient as big as 2.831. Experience variable (X4) pointing out relationship or negative influence(-0. 017) and don't signifikan, in opposition to theory and not rasional, but analyticaly writer can just factor experience just ascendant on quality and haul fish type and finally will ascendant also on price sells and fisherman income, In labouring purpose, Km 5 10 GT that most effective where each purpose satuan labouring result hauls as much 68,23 kg. If seen by its average for all fleet point out ratio as big as 34,37 kg per person per diem. Keyword : capital, labour, distance sails through, experience pantai Indonesia sekitar 81.000 km dan merupakan garis pantai terpanjang ke A. PENDAHULUAN dua di dunia setelah Kanada (DKP, 2003). Karena itu perikanan laut baik 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara perikanan tangkap maupun perikanan merupakan sumberdaya maritim terbesar di dunia, sebgaian budidaya besar sekitar 2/3 dari wilayahnya terdiri perikanan terbarukan yang sangat dari laut. Luas wilayah laut Indonesia potensial bagi pembangunan yang 5,8 juta km2. Luas perairan 3,1 juta berkelanjutan. Potensi industri perikanan di km2, terdiri dari luas perairan territorial 2 0,3 juta km dan luas perairan Kalbar sampai saat ini belum maksimal nusantara 2,8 juta km2. Panjang garis digarap salah satunya karena persoalan 1 minimnya armada perikanan, keterbatasan sarana dan prasarana alat tangkap yang digunakan serta belum memadai penggunaan teknologi yang tepat guna dalam sistem penangkapan. Sebagian besar armada kapal nelayan umumnya berbobot di bawah 10 ton dan motor tempel, sedangkan karena untuk menjangkau wilayah penangkapan di laut lepas diperlukan kapal dengan bobot 30 ton ke atas, sehingga mereka hanya bisa mencari ikan di sekitar pesisir. Wlayah pengelolaan perikanan di sekitar Kalbar cukup luas yakni mulai selat Karimata sampai Laut Natuna/Laut China Selatan, merupakan perairan dengan potensi ikan sangat besar. Kendala lainnya yang dighadapi nelayan di Kalbar adalah : 1) Keterbatasan pengetahuan dan teknologi mengenai teknik penangkapan perikanan maupun pengolahan hasil perikanan, 2) Keterbatasan petugas lapangan dalam membina nelayan, baik dari sisi teknis, pembinaan dan permodalan dalam peningkatan usaha perikanan, 3) Belum adanya pemberdayaan kelompok nelayan yang berkesinambungan, khususnya di Kabupaten Pontianak. 2. Permasalahan dan Tujuan Dengan memperhatikan latar belakang dan uraian yang telah diungkapkan maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah modal kerja berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Sungai Pinyuh. 2. Apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Sungai Pinyuh. 3. Apakah pengalaman nelayan berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Sungai Pinyuh.. 4. Apakah jarak tempuh (wilayah jangkauan) melaut berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Sungai Pinyuh. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh modal kerja terhadap hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Sungai Pinyuh. 2. Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Sungai Pinyuh. 3. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman lama menjadi nelayan terhadap hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Sungai Pinyuh. 4. Untuk menganalisis pengaruh jarak tempuh melaut terhadap hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Sungai Pinyuh. 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif, yakni menggambarkan suatu keadaan/kondisi objektif yang terjadi di suatu daerah pada waktu atau periode tertentu. Metode deskriptif kuantitatif menurut Nawawi dapat diartikan: “….sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi 1998:63). Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di 2 lapangan untuk mengamati aspekaspek yang mencakup dalam lingkup penelitian untuk menggambarkan secara tepat kondisi objek pada waktu sekarang. Menurut Supranto (2003), riset deskriptif dapat bersifat eksploratif yang bertujuan agar peneliti dapat menggambarkan keadaan pada suatu kurun waktu tertentu sebagai dasar untuk membuat keputusankeputusan. B. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan pengolah data statistik SPSS, maka diketahui estimasi nilai-nilai parameter dari :Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + μ, adalah, berdasarkan analisis grafik, model regresi memenuhi normalitas dan layak digunakan. 2. Uji Autokorelasi Model Summaryb Change Statistics Std. Error Adjusted R of DurbinR Model R R Square the Square F df1 df2 Sig. FWatson Square Change Change EstimateChange 1 0,898a0,806 0,792 48,75932 0,806 54,182 4 52 0,000 1,120 Diagram Pencar (Normal P-P Plot Regression Standardized) Uji Normalitas Dari gambar hasil analisis SPSS terlihat bahwa diagram pencar (Normal P-P Plot Regression Standardized) terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Oleh karena itu, a. Predictors: (Constant), Exp, M, L, Z b. Dependent Variable: Y Dari tabel statistik DurbinWatson diketahui nilai dL = 1,414 dan dU = 1,724 ; 4-dU (4-1,724) = 2,276, dan 4-dL (4-1,414) = 2,586, sehingga Mengandung autokorelas postif. Tanpa Kesimpulan DW = 1.120 Autokorelasi + dL= 1,414 Tidak ada autokorelasi Negatif maupun positif dU = 1,724 Auto korelasi - 4-dU= 2,276 4-dL= 2,586 Batas Penerimaan dan Penolakan Hipotesis (Ho) pada Uji Autokorelasi Durbin Watson 3 3. Uji Multikolinearitas Correlations Model Zero-order Partial (Consta nt) X1 X2 X3 X4 0,893 0,533 0,680 -0,016 0,794 -0,172 0,064 -0,002 Part 0,575 -0,077 0,028 -0,001 Collinearity Statistics Toleranc VIF e 0,371 0,231 0,158 0,947 2,698 4,325 6,311 1,056 Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terjadi multikolinearitas karena tidak adannya nilai VIF yang diatas 10. 4. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan pada hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa model yang diperoleh telah memenuhi asumsi klasik yakni Non Heteroskedastisitas. 5. Hasil Analisis Dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan pengolah data statistik SPSS, maka diketahui estimasi nilai-nilai parameter dari :Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + μ, adalah sebagai berikut: Coefficientsa Standard Unstandardized ized Coefficients Coefficie Model t Sig. nts Std. B Beta Error 1 (Constant) 27,918 27,051 1,032 ,307 X1 X2 X3 X4 6,085E-5 -5,066 2,831 -.017 0,000 4,027 6,092 1.157 0,944 9,418 0,000 -0,160 -1,258 0,214 0,071 0,465 0,644 -.001 -.015 .988 Persamaan di atas merupakan model generalisasi dari hubungan antara MODAL (X1), TENAGA KERJA (X2), JARAK TEMPUH MELAUT (X3), PENGALAMAN NELAYAN (X4) terhadap Jumlah HASIL TANGKAPAN (Y) yang terjadi di pada nelayan di Kecamatan Sungai Pinyuh. Keeratan hubungan secara simultan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan dengan besaran koefisien Determinasi (R2). Adapun besar pengaruh yang diberikan oleh Modal (X1), Tenaga Kerja (X2), Jarak Tempuh (X3), dan Pengalaman nelayan (X4) terhadap jumlah hasil tangkapan ditunjukkan dengan nilai R sebesar 0.898 dari Tabel Summary hasil perhitungan SPSS berikut ini. Model Summaryb Change Statistics Std. Adjus Durb R Error R Sig. inted R Squa F R Squ of the df df F Wats Squar are Estim re Cha 1 2 Cha e on ate Cha nge nge nge .89 0,80 48,75 0,80 54,1 5 0,00 1,12 0,792 4 8a 6 932 6 82 2 0 0 a. Predictors: (Constant), Exp, M, L, Z b. Dependent Variable: Y Angka tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada variabel independen (Modal, Tenaga Kerja, Jarak Tempuh, dan Pengalaman nelayan) dapat menjelaskan variabel dependen (jumlah hasil tangkapan) sebesar 89,8 %, sedangkan sisanya 10,2 % dijelaskan 4 oleh variabel lain yang dimasukkan dalam estimasi. tidak 6. Interpretasi Model Dari persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nilai konstanta positif sebesar 27,918 ; artinya jika nilai Modal (X1), Tenaga Kerja (X2), Jarak Tempuh melaut (X3), dan Pengalaman (X4) bernilai Nol, maka jumlah hasil tangkapan (Y) bernilai sebesar angka tersebut. 2. Jumlah modal (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah hasil tangkapan (Y). Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X1 sebesar 0,000608. Artinya setiap kenaikan jumlah modal (X1) 1% maka jumlah hasil tangkapan (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,0608 persen. 3. Jumlah Tenaga kerja (X2) menunjukkan pengaruh yang negatif dengan koefisien regresi sebesar 5.066, artinya setiap penambahan tenaga kerja sebanyak satu satuan akan mengurangi hasil tangkapan sebesar 5.066 kg 4. Dari hasil perhitungan variabel jarak tempuh melaut berpengaruh positif terhadap hasil tangkapan, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 2,831. Artinya setiap kenaikan satu satuan jarak tempuh akan meningkatkan hasil tangkapan sebesar 2.831 kg. 5. Untuk variabel pengalaman (X4), sesungguhnya tidak ada pengaruh antara pengalaman dengan hasil tangkapan, namun berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan hubungan atau pengaruh antara pengalaman melaut dengan jumlah hasil tangkapan menunjukkan pengaruh yang negatif (-0.017). Sesuatu hal yang aneh, namun menurut analisa penulis mungkin saja dalam hal ini pengalaman seseorang dalam melaut justru tidak mendukung pada jumlah hasil tangkapan. Atau dengan kata lain lamanya seseorang berprofesi sebagai nelayan tidak berpengaruh pada keahliannya dalam menghasilkan ikan. Kembali pada teori semula bahwa usaha perikanan laut adalah benar-benar usaha yang mengandalkan modal untuk keberhasilannya. Hubungan antara pengalaman dengan hasil tangkapan digambarkan sebagai berikut. 400.00 350.00 300.00 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 - Moto r Temp el KM 510 GT Hasil Tangkapan (kg/hari) 29.77 254.95 178.21 350.00 Pengalaman (Tahun) 10.50 10.26 11.36 10.50 Rasio Hasil/Pengalaman (Kg/Tahun Pengalaman) 2.84 24.84 15.69 33.33 KM 10-20 GT KM 20-30 GT Perbandingan Pengalaman Melaut dan Hasil Tangkapan Nelayan Sungai Pinyuh Menurut Jenis Kapal Dapat dilihat bahwa walaupun pada KM 10-20 GT rata-rata pengalaman nelayan tertinggi yakni 11,36 tahun, namun dilihat dari hasil tangkapan tidaksebanding atau lebih rendah dari yang pengalaman 10,26 ytahun pada KM 5-10 GT. Untuk 5 motor tempel dengan pengalaman rata-rata 10,50 tahun sama dengan yang menggunakan KM 20-30 GT namun hasil tangkapan jauh berbeda, ditunjukkan juga dengan angka rasio hasil per tahun pengalaman dimana motor tempel sebesar 2,84 dan KM 20-30 GT dengan rasio 33,33. dari sini jelas bahwa penggunaan modal sangat berpengaruh pada hasil tangkapan. 7. Pengujian Signifikansi Parsial (Uji t) Untuk membuktikan hipotesis, adanya pengaruh dari masing-masing variabel bebas maka dilakukan uji signifikansi (Uji t). Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel independen (X1, X2, X3, X4) berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y). Sesuai hipotesis, maka akan dilakukan pengujian model satu arah (one tailled) kanan, karena diduga pengeruhnya positif untuk semua variabel bebas (Suliyanto, 2011;174). Dalam pengujian yaitu dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Adapun nilai thitung dapat dilihat dari tabel coefficients hasil perhitungan SPSS berikut ini. Model Unstandardized Coefficients B 1 (Constant) X1 X2 X3 X4 27,918 Std. Error 27,051 6,085E-5 -5,066 2,831 -0,017 0,000 4,027 6,092 1,157 Standardized Coefficients Beta 0,944 -0,160 0,071 -0,001 Dari tabel Coefficients di atas kita dapat mengetahui masing-masing nilai thitung untuk Modal (X1), Tenaga Kerja (X2), Jarak Tempuh melaut (X3), dan Pengalaman (X4) masing-masing sebesar 0,944 ; -0,160 ; 0,071 ; dan – 0,001. Selanjutnya menentukan daerah penerimaan Ho dan Ha dari tabel t. Pengujian signifikansi dengan menentukan Ho dan Ha adalah. Ho diterima (tidak signifikan), apabila ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Ho ditolak (Ha diterima=signifikan), apabila thitung> ttabelatau thitung< t tabel, artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Selanjutnya untuk melihat daerah peneriman Ha dan Ho dilihat dari tabel distribusi t (one tailled), dengan kritria ttabel = (α ; n– k). Dari tabel distribusi t, diketahui daerah Ho dan Ha pada batas-batas dengan tingkat kepercayaan 95% (α 5%), n = 57, dan k = 4 adalah 1,676, jadi batas penerimaan Ha dan Ho adalah : t X3 0.465 t Daerah Penerimaan Ho t X2 1,032 -1.258 9,418 -1,258 0,465 Daerah -0,015 Daerah Penerimaan Ha Sig. t X4 0,307 -0.015 0,000 1.676 0,214 0,644 Penerimaan Ha 0,988Uji t t X1 = 9.418 dan Ho pada Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : Variabel MODAL (X1) Dari hipotesis dinyatakan bahwa modal berpengaruh positif 6 terhadap hasil tangkapan, dan terbukti sesuai hasil analisis data yang telah dilakukan bahwa modal (X1) berpengaruh signifikan terhadap Y (hasil Tangkapan). Pengaruhnya adalah positif dengan koefisien regresi sebesar 0.000608 X1. Pengaruh ini berdasarkan hasil uji signifikansi (uji t). Dari tabel coefficient (SPSS) diketahui nilai thitung = 9,418. Disimpulkan bahwa X1 signifikan pada α = 0.05. thitung> t tabel (9.418 > 1,676), berada di daerah penerimaan Ha. Artinya bahwa variabel MODAL (X1) mempunyai pengaruh yang nyata (signifikan) terhadap variabel jumlah hasil tangkapan (Y) pada tingkat kepercayaan 95%. Seseuai dengan teori yang dikemukakan oleh banyak para ahli bahwa usaha sektor perikanan tangkap di laut merupakan unit usaha padat modal, dan perkembangan investasi cukup lambat, namun sesungguhnya lambatnya pengembalian tersebut merupakan proses akumulasi modal. Keputusan investor untuk menanam modal dipengaruhi oleh biaya produksi, resiko usaha dan hambatan persaingan. Tingginya biaya investasi dan biaya produksi mengakibatkan peluang untuk mendapat keuntungan rendah. Selain itu setiap produksi sub sektor perikanan dipengaruhi oleh faktor produksi modal kerja. Makin tinggi modal kerja per unit usaha yang digunakan maka diharapkan produksi ikan akan lebih baik, usaha tersebut dinamakan padat modal atau makin intensif. Sebagian dari modal yang dimiliki oleh nelayan digunakan sebagai biaya produksi atau biaya operasi, yaitu penyediaan input produksi (sarana produksi), biaya operasi dan biaya-biaya lainnya dalam suatu usaha kegiatan nelayan. Biaya produksi atau biaya operasi nelayan biasanya diperoleh dari kelompok nelayan kaya ataupun pemiliki modal (toke), karena adanya hubungan pinjam meminjam uang sebagai modal kerja dimana pada musim panen, hasil tangkapan (produksi) ikan nelayan digunakan untuk membayar seluruh pinjaman utang, dan tingkat harga ikan biasanya ditentukan oleh pemilik modal. Variabel Tenaga Kerja (X2) Dari tabel coefficien diketahui nilai t hitung = -1,258, sedangkan dengan nilai t tabel pada α = 5 %, df = n-k-1 = 57-4-1 = 52, maka ttabel = 1,676. Jadi daerah penerimaan Ho berada di sebelah kanan titik 1,676, dengan demikian maka variabel Tenaga Kerja (X2) berada di sebelah kiri t tabel (thitung < t Tabel) maka kesimpulannya adalah X2 tidak signifikan mempengaruhi hasil tangkapan pada tingkat kepercayaan 95%, (lihat Gambar 4.1.di atas). Penggunaan tenaga kerja yang kurang efektif, hal ini menurut pengamatan penulis bahwa kondisi yang terjadi di Kecamatn Sungai Pinyuh dimana sebagian besar unit usaha nelayan terlalu kecil, kapal dan alat penanngkapan yang digunakan sederhana dan hanya dapat menangkap ikan di dekat pantai yang umumnya sudah overfishing sehingga syarat keekonomiannya tidak tercapai, dan kapasitas tangkapan ikan rendah sehingga biaya per unit usaha menjadi tinggi. Pada kondisi demikian penggunaan tenaga kerja hanya akan menimbulkan pemborosan dari segi ekonomi. Disamping itu hukum low of 7 deminishing return (hasil lebih yang semakin berkurang) akan terjadi. Selain itu setiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan kapasitas kapal motor berdasarkan GT (Gross Ton) yang dioperasikan yaitu Kapal yang berukuran 20-30 GT dapat menampung nelayan antara 10-15 nelayan (ABK), ukuran 10-20 GT dapat menampung ABK sebanyak 7-10 orang, KM 5-10 GT dapat menampung 3-5 ABK, dan motor tempel dengan bobot < 5 GT maksimal 2 orang ABK sehingga akan mengurangi biaya melaut (lebih efisien) yang diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat, karena tambahan tenaga tersebut profesional. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan usaha nelayan, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Variabel Jarak Tempuh (X3) Dari Tabel Coefficient diketahui nilai t hitung untuk X3 = 0.465 dengan α = 0.05, df = n-k-1 = 57 – 4 – 1 = 52, maka t tabel = 1,676. Ternyata bahwa thitung X3 juga berada pada daerah penerimaan Ho, berarti Ha ditolak. Artinya pengaruh jarak tempuh pada persamaan di atas tidak signifikan terhadap hasil tangkapan pada tingkat kepercayaan 95% (lihat gambar 4.1. di atas). Setidaknya ada tiga pola penangkapan ikan yang lazim dilakukan oleh nelayan. Pertama adalah pola penangkapan lebih dari satu hari. Penangkapan ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan lepas pantai. Jauh dekatnya daerah tangkapan dan besar kecilnya perahu yang digunakan menentukan lamanya melaut. Kedua adalah pola penangkapan ikan satu hari. Biasanya nelayan berangkat melaut sekitar 14.00 mendarat kembali sekitar jam 09.00 hari berikutnya. Penangkapan ikan seperti ini biasanya dikelompokkan juga sebagai penangkapan ikan lepas pantai. Ketiga pola penangkapan ikan tengah hari. Penangkapan ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan dekat pantai. Umumnya mereka berangkat sekitar jam 03.00 dini hari atau setelah subuh, dan kembali mendarat pagi harinya sekitar jam 09.00. Pada umumnya penangkapan ikan lepas pantai yang dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan ikan mempunyai lebih banyak kemungkinan memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang lebih banyak dan tentu memberikan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan penangkapan ikan dekat pantai. Perlu dijelaskan bahwa dalam penelitian ini, hanya melihat bagaimana pengaruh dari variabelvariabel bebas mempengaruhi hasil tangkapan dalam kilogram, tidak melihat bagaimana dengan jenis ikan hasil tangkapan yang tentunya akan mempengaruhi nilai rupiah dan pendapatan yang diperoleh nelayan, jadi menurut dugaan penulis variabel jarak tempuh akan mempengaruhi jenis ikan hasil tangkapan, dan pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai rupiah yang didapat nelayan. Variabel Pengalaman (X4) Dari tabel coefficient diketahui nilai thitung untuk X4 = -0.015 dengan α = 5%, df = n-k-1 = 32-4-1 = 52, 8 maka ttabel = 1,676. Dengan demikian menunjukkan bahwa t hitung untuk variabel pengalaman (X4) berada pada daerah penerimaan Ho berarti Ha ditolak. Artinya pengaruh pengalaman pada model persamaan di regresi di atas tidak signifikan mempengaruhi Y (hasil tangkapan) pada tingat keyakinan 95%. Faktor pengalaman menurut hasil penelitian ini adalah tidak signifikan, menurut analisa penulis bahwa kegiatan usaha penangkapan ikan di laut sesungguhnya adalah usaha ekstraktif yang bisa dilakukan semua orang tidak memerlukan keahlian khusus, hanya diperlukan modal yang kuat dan sedikit teknologi. Kembali lagi ke tujuan penelitian ini adalah mengukur variabel pengalaman dengan (X4) terhadap jumlah kilogram hasil tangkapan, yang hasilnya bahwa faktor pengalaman tidak berpengaruh terhadap kuantitas hasil tangkapan, namun bisa saja faktor pengalaman tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil tangkapan. Kesimpulannya dari hasil uji signifikansi parsial, menunjukkan bahwa hanya variabel Modal (X1) yang berpengaruh signifikan terhadap hasil tangkapan, pada tingkat kepercayaan 95% (α=5%). Sementara variabel lainnya X2 (tenaga kerja), X3 (jarak tempuh), dan X4 (pengalaman) menunjukkan pengaruh yang negatif namun tidak signifikan. Artinya bahwa variabel-variabel tersebut berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada model persamaan diatas. Tingkat signifikansi sesungguhnya tergantung juga dari tingkat kepercayaan yang digunakan, dalam penelitian ini digunakan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji t bisa saja signifikan pada tingkat kepercayaan yang lebih rendah dari itu. 8. Pengujian Signifikansi Simultan (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menentukan apakah keempat variabel modal, tenaga kerja, jarak tempu, dan pengalaman secara bersama-sama mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah hasil tangkapan. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu membandingkan nilai F hitung dengan nilai Ftabel. Dalam uji F langkah pertama adalah menetapkan hipotesis : Ho : α1 , α2 , α3, = 0 : Semua variabel independen secara bersamasama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Ho : α1 , α2 , α3, ≠ 0 : Semua variabel independen secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Nilai Fhitung dapat diketahui dari tabel ANOVA hasil perhitungan SPSS berikut ini. ANOVAb Sum of Mean df F Sig. Squares Square 1Regression 515265.717 4 128816.429 54.182 0,000a Residual 123628.494 52 2377.471 Model Total 638894.211 56 a. Predictors: (Constant), Exp, M, L, Z b. Dependent Variable: Y Dari Tabel ANOVA di atas diketahui nilai Fhitung = 54,182 dengan probabilitas signifikansi (sig.) sebesar 0,000, sedangkan Ftabel dengan (α = 9 0.05 ; 4 ; 52) adalah 2,557, sehingga daerah penerimaan Ho (penerimaan Ha) berada di kanan titik tersebut. Ternyata nilai Fhitung jauh lebih besar dari Ftabel (54,182 > 2,557) berada di daerah penerimaan Ha. Sementara probabilitas signifikansi (sig-F 0,000) juga lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian maka Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulannya bahwa Predictors (Modal, Tenaga Kerja, Jarak Tempuh, dan Pengalaman Melaut) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap hasil tangkapan (Y). Jika dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu maka hasil penelitian ini terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan, diantaranya. kesamaan dengan hasil penelitian Sujarno, 2008, --Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat,-- dimana hasil penelitian sama-sama menunjukkan bahwa ternyata faktor modal berpengaruh lebih nyata dibandingkan tenaga kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut. Hasil penelitian Bamba, menunjukkan bahwa produksi ikan hasil tangkapan nelayan di Desa Paranggi Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong dipengaruhi secara bersama-sama oleh faktor dukungan biaya perbekalan (X1, hari kerja efektif (X2), pengalaman melaut (X3), trip penangkapan (X4). Di antara faktor-faktor tersebut, variabel hari kerja efektif (X2), trip penangkapan (X4) memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan variabel dukungan biaya perbekalan (X1, pengalaman (X3) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi ikan hasil tangkapan. C. KESIMPULAN SARAN DAN Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya: 1. Berdasarkan hasil pengujian ternyata jumlah modal (X1) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap jumlah hasil tangkapan (Y). Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X1 sebesar 0,000608. Artinya setiap kenaikan jumlah modal (X1) 1% maka jumlah hasil tangkapan (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,0608 persen, ceteris paribus. 2.Dari segi penggunaan tenaga kerja (X2) menunjukkan pengaruh yang negatif dan tidak signifikan dengan koefisien regresi sebesar -5.066, artinya setiap penambahan tenaga kerja sebanyak satu satuan akan mengurangi hasil tangkapan sebesar 5.066 kg. Dalam penggunaan tenaga kerja, KM 5-10 GT yang paling efektif dimana setiap penggunaan satu satuan tenaga kerja menghasilkan hasil tangkapan sebanyak 68,23 kg. Jika dilihat rataratanya untuk semua armada menunjukkan rasio sebesar 34.37 kg per orang per hari. 3. Jarak tempuh melaut berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap hasil tangkapan, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 2.831. Artinya setiap kenaikan satu satuan jarak tempuh akan meningkatkan hasil tangkapan sebesar 2.831 kg. Jika dilihat perbandingan untuk setiap armada antara hasil tangkapan 10 dengan jarak tempuh yang dicapai berturut-turut sebesar 7,44 ; 37,26 ; 18,08 dan 28,00 ; dengan rata-rata untuk setiap armada 22,70. Artinya setiap satu satuan jarak tempuh rata-rata menghasilkan 22,70 kg. 4. Untuk variabel pengalaman (X4), berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan hubungan atau pengaruh yang negatif (-0.017) dan tidak signifikan. Sesuatu hal yang aneh, namun menurut analisa penulis mungkin saja faktor pengalaman berpengaruh pada kualitas dan jenis ikan hasil tangkapan yang tentunya akan berpengaruh pada harga jual dan pendapatan nelayan. Saran 1. Modal sangat berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan, dari hasil analisis statistik bersifat positif dan signifikan, sehingga dalam upaya pengembangan usaha perikanan tangkap sebaiknya memperhatikan penambahan bantuan modal kepada nelayan. 2. Variabel tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap hasil tangkapan, sehingga penggunaan tenaga kerja hanya akan mengurangi hasil tangkapan. Sebaiknya penggunaan jumlah tenaga kerja dikurangi, terutama untuk Kapal Motor 20-30 GT, karena berdasarkan rasio efektifitas penggunaan tenaga kerja pada armada tersbut paling rendah. 3. Laut sebagai wilayah terbuka menyebabkan munculnya persaingan antara nelayan, sehingga nelayan kecil menjadi tersingkirkan. Oleh karena itu perlu diadakan pembatasan operasional berdasarkan ukuran Kapal dan jenis alat tangkap. 4. Dalam upaya pembinaan nelayan yang perlu menjadi bahan pertimbangan pemerintah adalah mengetahui sejauhmana efektifitas program yang berkaitan antara aspek ekonomi dan aspek budaya. Hal tersebut disebabkan bahwa pada kelompok nelayan terjadi kecenderungan pergeseran makna ke arah komersil (ekonomis) namun tidak meninggalkan makna budaya. Untuk itu diperlukan interaksi intensif dengan mengikuti tradisitradisi komunitas setempat secara informal serta meminimalisir“jarak” antara pemerintah dan nelayan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis, edisi revisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta Boediono, 1990, Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 Edisi III, BPFE, Yogyakarta. BPS Kabupaten Pontianak, 2012, Statistik Daerah Kecamatan Sungai Pinyuh, 2012 ---------------------------------STATISTIK PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN PONTIANAK, 2011. Dajan, 1996; Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989 Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit 11 analisa yang ciri-cirinya akan diduga. YogyakartaRepublik Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan. Jo. No. 141 Tahun 2000. Departeman Kelautan dan Perikanan, 2007, Departeman Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2006, Departeman Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Devas, Nick Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey and Roy Kelly, 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia”, (terjemahan oleh Masri Maris), UI-Press, Jakarta Hasan, M. Iqbal, 2003,Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif), Bumi Aksara, Jakarta. Komaruddin. 1986. Analisis Manajemen Produksi. Alumni. Bandung Nachrowi, 2006. Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: FE-UI. Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Yogyakarta Nawawi Nopirin. H.Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. 1997. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. BPFE. Yogyakarta Partadiredja, Ace, 1985. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. Badan Penerbit Universitas Gadjah Mada, ------------------------- Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. -------------------------Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1984 Tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam Hayati di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung : Alfabeta. Sarwoto. 1987 Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen Ghalia Indonesia. Jakart Sismadi, 2006, Analisis Efisiensi Penggunaan Input Alat Tangkap Purse Seine Di Kota Pekalongan Tesis, Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Diponegoro Semarang Sujana, 1997, Statistik untuk Ekonomi dan Niaga, Tarsito Bandung Sujarno, 2008, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan nelayan di kabupaten Langkat, Tesis USU Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. 12 Sukirno, Sadono, 2004, Pengantar Teori Mikroekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta, PT. Elex Media Komputindo Surya Darma, Budy Wiryawan, Tri Wiji Nurani, “Analisis Keragaman Usaha Penangkapan Ikan Pasca Program Pemberdayaan Nelayan di Kabupaten Halmahera Utara. “ Soekartawi, 1990 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan produksi adalah hubungan fisik antar variabel yang dijelaskan (output) dengan variabel yang menjelaskan (input) Suliyanto, Dr. EKONOMETRIKA TERAPAN, Teori dan Aplikasi dengan SPSS, ANDI offset Yogyakarta. Sutanto, A.S.,2005, Analisis Efisiensi Alat Tangkap Perikanan Gillnet Dan Cantrang (Studi di Kabupaten Pemalang Jawa Tengah), Tesis, Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang 2005. Sulistyani Dyah Pramitasari. “Analisis efisiensi TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kelas 1, 2 dan 3 di Jawa Tengah dan Pengembangannya untuk Peningkatan Kesejahteraan Nelayan.” 13