Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10,Desember 2015, hal. 60-60 PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C DAN EKSTRAK TEMULAWAK PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP PERTUMBUHAN POST LARVA IKAN PAPUYU (Anabas testudineus Bloch) EFFECT OF ADDING VITAMIN C AND EXTRACTS TEMULAWAK FEED ON THE GROWTH OF COMMERCIAL FISH POST LARVA PAPUYU FISH 1) 1) Heni Purwati, 2)Herliwati, 3)Indira Fitriliyani Mahasiswa S1 Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Unlam Staf Pengajar Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Unlam 2,3) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan vitamin C pada pakan terhadap daya tahan tubuh. Penambahan temulawak bertujuan untuk meningkatkan nafsu makan post larva ikan papuyu dan pertumbuhan post larva ikan papuyu yang dipelihara di hapa. Kegunaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan tingkat optimalisasi penggunaan vitamin C dan ekstrak temulawak terhadap daya tahan tubuh post larva ikan papuyu, sehingga didapatkan benih yang unggul. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa penambahan vitamin C dan temulawak tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, namun berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup dan konversi pakan post larva ikan papuyu. Nilai retensi protein dan lemak yang baik pada perlakuan B (penambahan vitamin C pada pakan komersil). Kisaran kualitas air dalam penelitian masih berada dalam kisaran yang baik dan memungkinkan dapat hidup kembang ikan papuyu. Kata Kunci : vitamin C, ekstrak temulawak, ikan Papuyu, post larva ABSTRACT Adding effect of vitamin c and extracts temulawak on this research aims to determine the effect of vitamin C on the feed premixes. The addition of ginger aims to increase appetite post of papuyu fish larvae and post larvae growth of papuyu fish reared in hapa. The usefulness of this research is to gain a level optimization of the use of vitamin C and extracts of ginger in immune papuyu post-larval fish, so we get a superior seed. From the research results that the addition of vitamin C and ginger did not affect growth, but significant effect on survival and feed conversion papuyu post-larval fish. Value retention of protein and good fats in treatment B (addition of vitamin C to commercial feed). The range of water quality in the research is still in a good range and allow the fish to live flowers papuyu. 60 Heni Purwati, dkk : Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Ekstrak.... Keywords: vitamin C, extracts of ginger, fish Papuyu, post-larvae pada fase larva sampai berumur satu PENDAHULUAN bulan mencapai 80% (Huet, 1994). Potensi perikanan air tawar di Kendala pengembangan budidaya Kalimantan cukup tinggi. Ikan lokal yang ikan papuyu adalah karena tingginya cukup digemari oleh masyarakat tingkat mortalitas larva sampai berukuran khususnya Kalimantan benih hasil pembenihan 80–85% setelah Selatan adalah ikan papuyu (Anabas kuning telur habis tidak mendapatkan testudineus Bloch) yang dalam bahasa pakan daerah Banjar disebut “iwak papuyu”. mulutnya. Pakan merupakan salah satu Ikan Papuyu (Anabas Testudineus Bloch) faktor yang dapat menunjang dalam merupakan jenis ikan ekonomis penting perkembangbiakan ikan, dimana fungsi diperairan umum dan potensial untuk utama pakan adalah untuk kelangsungan dikembangkan. Ikan papuyu dikenal hidup dan pertumbuhan. Salah satu sebagai ikan pemakan segala (omnivora), pakan yang dapat diberikan untuk larva yang dapat memanfaatkan dengan baik ikan sumber protein yang berasal dari hewan berbentuk bubuk atau powder. Namun dan tumbuhan. nafsu makan larva ikan papuyu juga Kalimantan Kendala utama dalam pengembangan budidaya ikan papuyu papuyu maupun Keberhasilan sangat kuantitasnya. budidaya tergantung ikan pada papuyu teknologi sesuai dengan adalah pakan bukaan buatan cenderung menurun yang mengakibatkan daya tahan tubuh juga menurun. adalah terbatasnya benih, baik dalam kualitas yang Oleh karena itu, diberikan vitamin C dan ekstrak ditambahkan temulawak ke dalam yang pakan. Penambahan temulawak diharapkan agar pembenihan dan pemeliharaan larva. nafsu Secara umum tingkat mortalitas benih meningkat, sehingga vitamin C yang makan larva ikan papuyu ditambahkan ke pakan akan terabsorbsi oleh larva ikan papuyu. 61 Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10, Desember 2015, hal 60-62 temulawak METODE PENELITIAN benar - benar kering. Temulawak yang sudah kering kemudian diayak hingga mendapatkan bubuk yang Alat dan Bahan dalam halus. Bubuk temulawak yang sudah penelitian ini antara lain ; parutan, halus tersebut lalu dicampur pada pakan pengayak, baskom kecil, neraca, hapa, dengan konsentrasi 15 %. tali, kayu dan batu pemberat. b. Alat yang digunakan Penyiapan Pakan Pakan Bahan yang digunakan dalam buatan yang akan penelitian ini adalah sebagai berikut : digunakan dalam penelitian ini yaitu Induk papuyu betina 30 ekor dan jantan pakan komersil sesuai dengan umur dan 10 hasil bukaan mulut ikan. Pakan komersil jenis pemijahan, Pakan komersil (Fengli 0, bubuk atau powder dengan kode Fengli 0 Fengli 1, PF 500, PF 800-1000), Vitamin pada umur larva hingga 2 minggu, pakan C,Temulawak, Aquadest, Ovaprim. komersil dengan kode Fengli 1 hingga Ipteks. umur 30 hari, pakan komersil dengan ekor, larva ikan papuyu kode PF 500 hingga umur 45 hari, dan pakan komersil dengan kode PF 800- Prosedur Kerja Penelitian dilaksanakan dengan 1000. hingga umur 60 hari. Pakan melalui tahapan penelitian yaitu : komersil dicampur rata dengan vitamin C 1. sebanyak Persiapan alat dan bahan 1000 mg/kg pakan pada penelitian, perlakuan B, pakan komersil dicampur terlebih dahulu dilakukan pengadaan atau rata dengan ekstrak temulawak sebanyak pengumpulan alat 15 % pada perlakuan C, pakan komersil Sebelum memulai dan bahan yang diperlukan. dicampur rata dengan 2. Persiapan pakan perlakuan sebanyak 1000 mg/kg a. Mengekstrak temulawak perlakuan serbuk ekstrak temulawak Temulawak dahulu dan dikupas dicuci hingga terlebih bersih, kemudian digerus selanjutnya dijemur dengan dilapisi kain hitam di bawah sinar matahari selama 1 - 3 hari sampai vitamin pakan C pada sebanyak 15 % dan vitamin C sebanyak 1000 mg/kg pakan pada perlakuan D. 3. Persiapan kolam pemijahan Kolam untuk pemijahan sebelumnya disucihamakan dan dipupuk 62 Heni Purwati, dkk : Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Ekstrak.... untuk menumbuhkan Kemudian induk pakan ikan yang alami. 6. Pemeliharaan akan Larva yang baru menetas tidak memijah diseleksi dan ditebar, dilakukan perlu diberi makanan tambahan sebab aklimatisasi. masih mempunyai cadangan makanan 4. dari kantong kuning telur (yolk egg). Pemijahan Kegiatan persiapan pembenihan Setelah larva habis kuning telur maka ikan papuyu meliputi persiapan bahan ditebar dengan padat tebar 3000. Setelah dan alat, yaitu induk ikan papuyu yang itu diberikan pakan komersil bentuk matang gonad, ovaprim, bubuk atau powder yang sudah diberi aquabidest, baskom (wadah pemijahan induk), alat perlakuan. suntik, 7. aerasi (Hi-Blow/Aerator), Pemberian pakan baskom, serok dan timbangan. Pemberian pakan dilakukan Induk betina disuntik hormon dengan cara satiasi sebanyak 4 kali sehari oodev dengan dosis 0,01 ml/kg bobot yaitu pagi jam 07.00 – 08.00, 10:00- tubuh induk ikan. Penyuntikan dengan 11:00, 13:00-14:00, dan sore jam 16.00 – hormon ovaprim dengan dosis 0,2 ml/kg 18.00 Wita. bobot tubuh induk ikan. Penyuntikan 8. dilakukan sebanyak 1 kali pada bagian Pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan dorsal kiri atau kanan, kemudian induk melalui penghitungan panjang tubuh dimasukkan ke dalam akuarium dengan ikan dan penimbangan biomas ikan pada jumlah perbandingan induk jantan dan awal betina 3 : 1. Proses terjadinya ovulasi pengambilan sampling kualitas air pada tanpa dilakukan stripping (pemijahan awal dan akhir penelitian. secara alami). 5. Data Wadah pemeliharaan Wadah dan pemeliharaan akhir hasil penelitian. penelitian yang diperoleh diuji kenormalannya dengan yang menggunakan uji Lilliefors (Nasoetion digunakan dalam penelitian adalah hapa dan ukuran 2 x 1 meter dengan ketinggian pengujian sebagai berikut : Barizi, air 30 cm, sebanyak 12 buah dan diletakkan di dalam kolam. Serta 1985), dengan kaidah (n), terima H0 data normal 63 Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10, Desember 2015, hal 60-64 Jika L hitung keragamannnya dengan analisis sidik > (n), tolak H0 data tidak normal ragam untuk mengetahui ada atau tidak Kemudian diuji kehomogenannya ada pengaruh dari tiap perlakuan. Jika menggunakan uji homogenitas Bartlett terjadi perbedaan yang nyata atau sangat (Sudjana, 1992), nyata maka dilanjutkan dengan uji Apabila normal data atau tidak sebelum tersebut tidak lanjutan, homogen, maka (1993), yang tergantung pada nilai dianalisis keragamannya terlebih dahulu dilakukan transformasi koefisien dilakukan (ANAVA) hitung hitung> Hanafiah kaidah sebagai berikut : (5%,1%), terima H0, KK besar (> 10 % pada kondisi homogen atau > 20 % pada kondisi heterogen F tabel (1993),uji lanjutan harus memenuhi kriteria sebagai tolak H1 Jika F Menurut 1. tabel yang Varian dengan <F (KK) Analisis berikut : Jika F keragaman Hanafiah diperoleh. data. Setelah asumsi di atas terpenuhi maka sepertimenurut (5%,1%), terima H1, tolak H0 lanjutan, menggunakan uji wilayah uji berganda Duncan). Jika pengujian hipotesis adalah 2. KK sedang (5-10 % bila homogen menolak H0 dan menerima H1, maka atau analisis data dilanjutkan dengan uji Beda menggunakan Nilai Tengah. Menurut Hanafiah (1993), dilakukan adalah Uji Beda Nyata uji Terkecil/BNT). lanjutan yang dipergunakan tergantung pada koefisien keragaman (KK) yang diperoleh dengan rumus: KK = Keterangan: KK : KTG : Y : KTG x 100 % Y Koefisien Keragaman Kuadrat Tengah Galat Rerata Grand Total 10-20 % uji bila heterogen lanjutan yang 3. KK kecil (< 5 % bila homogen atau < 10 % bila heterogen) menggunakan uji lanjutan Beda Nyata Jujur /BNJ. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Apabila data tersebut normal dan homogen maka dapat dianalisis 64 Heni Purwati, dkk : Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Ekstrak.... Pada penelitian ini didapatkan Rata-rata hasil dengan parameter pertumbuhan berat mutlak, laju pertumbuhan panjang 1 2 3 D mutlak, kelangsungan hidup (SR), rasio konversi pakan, analisa proksimat, dan kualitas air. 2.96 3.21 2.89 9.06 3.02 ± 0.17 Jumlah Rata-rata Sumber: Data Primer yang diolah, 2015 Keterangan: 1. Pertumbuhan Berat Mutlak Pertumbuhan merupakan suatu proses 2.52 ± 0.45 pertambahan bobot maupun panjang tubuh ikan dalam suatu waktu Perlakuan A : Pakan komersil (kontrol) Perlakuan B : Pakan komersil + vitamin C Perlakuan C :Pakan komersil + ekstrak temulawak Perlakuan D : Pakan komersil + vitamin C + ekstrak temulawak tertentu (Effendi, 2002). Pengukuran dan berat Hasil Uji Normalitas Lilliefors individu post larva papuyu selama masa pertumbuhan berat mutlak (Lampiran 3) pemeliharaan selengkapnya dapat dilihat diperoleh bahwa nilai Li Max (0,1357) < pada Tabel 1. Li Tabel 5% (0,275), sehingga dapat Tabel 1. Data Hasil Pertumbuhan Berat Mutlak dinyatakan bahwa data menyebar normal. perhitungan data pertumbuhan Perlakuan Ulangan 1 Berat (gram) 2.56 A 2 2.14 3 2.05 Jumlah Rata-rata 6.75 2.25 ± 0.27 Hasil uji Homogenitas Ragam Bartlett (Lampiran 4) diperoleh nilai X 2 hitung (0,1413) < X2 tabel (0,1707), yang berarti data homogen. Berdasarkan hasil analisis keragaman (Anova) (Lampiran 5) menunjukan F hitung adalah 3,05 < F Jumlah 2.26 2.65 2.87 7.78 Rata-rata 2.59 ± 0.31 B 1 2 3 tabel 5%, yaitu 4,07 yang berarti terima H0 dan ditolak H1, artinya tidak ada perbedaan antar perlakuan. 2. Pertumbuhan Panjang Mutlak C Jumlah 1 2.97 2 3 2.52 2.07 7.56 Data pertumbuhan hasil rekapitulasi panjang mutlak laju ikan 65 Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10, Desember 2015, hal 60-66 papuyu selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Hasil Sampling Selama Pemeliharaan Perlakuan 3.65 3 3.49 10.94 3.65 ± 0.15 3.83 3.75 3.92 11.50 kelangsungan 3.83 ± 0.09 dinyatakan bahwa data menyebar normal. Jumlah Rata-rata 1 2 3 Jumlah Rata-rata 21.90 25.07 23.5 70.47 2 1 2 3 C D (%) 1 Jumlah Rata-rata B A B (%) C (%) (%) 1 9.17 12.40 14.00 2 7.90 11.9 14.03 3 9.43 12.70 14.17 Jumlah 26.5 37.00 42.2 8.83 Rata12.33 14.06 ± ± rata ± 0,40 0,09 0,82 Sumber : Data Primer yang Diolah, 2015 Panjang Mutlak (cm) 3.80 Ulangan A Perlakuan Ulangan 4.01 3.79 3.62 11.42 3.81 ± 0.20 1 4.15 D 2 4.03 3 3.89 Jumlah 12.07 Rata-rata 4.02 ± 0.13 Sumber: Data Primer yang diolah, 2015 23.49 ± 1,58 Hasil Uji Normalitas Lilliefors hidup (Lampiran 11) diperoleh bahwa nilai Li Max (0,233) < Li Tabel 5% (0,275), sehingga dapat Hasil uji Homogenitas Ragam Bartlett (Lampiran 12) diperoleh nilai X 2 hitung (1,69) < X2 tabel (2,04), yang berarti data homogen. Berdasarkan hasil analisis keragaman (Anova) (Lampiran 13) menunjukan F hitung adalah 140,52 > dari F tabel 5%, (4,07) dan F tabel 1% (7,59) yang berarti terima H1 dan ditolak H0, artinya ada perbedaan yang sangat 3. Kelangsungan Hidup (SR) nyata antar perlakuan. Data kelangsungan hidup larva ikan papuyu (Anabas testudineus bloch) Pembahasan Berdasarkan Tabel 1 perlakuan selama masa pemeliharaan dapat dilihat dalam Tabel 3. terbaik berturut- turut terdapat pada perlakuan D, kemudian perlakuan B, C dan A. Menurut Bunasir dkk. (2002), Tabel 3. Rerata Kelangsungan Hidup Larva Ikan Papuyu tinggi rendahnya dipengaruhi oleh pertumbuhan ikan kemampuan ikan 66 Heni Purwati, dkk : Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Ekstrak.... merespon dan memanfaatkan pakan kelengkapan untuk pertumbuhan serta jumlah pakan ketersediaan yang Perkembangan diberikan. Dalam hal ini, organ pencernaan enzim dan pencernaan. saluran pencernaan pertumbuhan tidak berpengaruh nyata berlangsung secara bertahap dan setelah karena fungsi vitamin C cenderung untuk ikan mencapai ukuran atau umur tertentu daya tahan tubuh dan fungsi temulawak maka yang sebagai efisiensi daya cerna ikan mencapai kesempurnaan. Perkembangan papuyu. dan struktur pencernaan tersebut diikuti pula temulawak tidak berpengaruh langsung oleh perkembangan enzim pencernaan terhadap (Handayani, Sehingga vitamin C pertumbuhan, berpengaruh terhadap namun kelangsungan hidup dan konversi pakan. Kecepatan saluran pencernaannya 2006). Struktur akan sistem pencernaan yang masih sederhana pada larva berkorelasi pula dengan rendahnya pertumbuhan ikan produksi enzim pencernaan (Dabrowski, tergantung pada jumlah makanan yang 1979). Aktivitas enzim merupakan salah diberikan, ruang gerak dan suhu perairan. satu faktor yang dapat mempengaruhi Sejumlah pakan yang dimakan ikan tingkat pertumbuhan ikan secara umum. sekitar 10% saja yang digunakan untuk Aktivitas pertumbuhan berat, secara umum bervariasi menurut umur sebagai sumber dan faktor fisiologis ikan. Perubahan atau atau menambah selebihnya digunakan enzim pencernaan sendiri tenaga untuk beraktivitas (Mudjiman, variasi aktivitas enzim 2000). Koesdarto (2001) menyatakan dengan tingkat perkembangan sistem bahwa pertumbuhan pencernaan dan perbedaan kebutuhan didukung dengan kesehatan yang baik nutrien dalam setiap stadia kehidupan pada larva (Cahu dan Infante, 1995). meningkatnya ikan dan akan meningkatkan berhubungan efisiensi penyerapan zat makanan untuk Ketersediaan substrat juga akan memenuhi kebutuhan hidup dan produksi berpengaruh dalam pengaturan aktivitas yang ditunjukkan dengan pertambahan enzim pencernaan. Jenis pakan yang bobot. diberikan memberi pengaruh terhadap Kemampuan ikan dalam mencerna pakan sangat bergantung pada aktivitas enzim pencernaan, dimana jenis pakan tertentu dapat meningkatkan 67 Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10, Desember 2015, hal 60-68 aktivitas enzim pencernaan larva mensintesis vitamin C disebabkan tidak (McBride, 2004). Pakan yang diberikan tersedianya untuk larva pada stadia awal umumnya reaksi tahap akhir sintesis vitamin C, adalah pakan alami. Namun demikian sehingga untuk mencukupi kebutuhan jangka waktu pemberian pakan alami vitamin C dalam menjaga fungsi normal pada usaha budidaya perlu dibatasi sel dibutuhkan suplementasi vitamin C karena penyediaan pakan alami itu dari luar tubuh. Vitamin C penting bagi sendiri memerlukan proses waktu yang pertumbuhan cukup dalam panjang dan kuantitas serta L-gulunolakton, ikan, banyak karena sebagai berperan metabolisme tubuh. kualitasnya antara lain sangat tergantung Pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan pada faktor dijelaskan oleh Masumoto, et al (1991) gizinya sendiri. Sehingga pada stadia berkaitan dengan pembentukan kolagen umur larva tertentu, peranan pakan alami pada ikan. Pembentukan kolagen penting perlu digantikan dengan pakan buatan untuk pertumbuhan normal ikan karena karena penyediaan pakan buatan lebih kolagen merupakan komponen utama praktis dan komposisi nutriennya dapat pada matriks tulang. faktor lingkungan dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuh larva itu sendiri. Rata-rata pertumbuhan tertinggi Namun demikian secara berurutan terdapat pada perlakuan pemberian pakan buatan sendiri harus D, B, C, dan A. Namun pada semua disesuaikan dengan kesiapan larva secara perlakuan fisiologis karena pakan buatan terdiri dari signifikan. Hal ini dikarenakan vitamin C nutrien yang mempunyai hanya molekul yang kompleks struktur dan tidak dapat berpengaruh membantu secara proses tidak metabolisme agar berjalan dengan baik, mengandung enzim sehingga diperlukan namun fungsi utama vitamin C adalah ketersediaan enzim untuk mencernanya sebagai daya tahan tubuh sehingga lebih (Suryanti dan Priyadi, 2002). berpengaruh pada kelangsungan hidup. Dalam metabolisme, vitamin C Pengaruh berbeda hidroksilasi dalam sel, dikarenakan dari beberapa faktor seperti redoks, anti oksidan, lipolisis dan lipogenesis. Namun ikan tidak mampu kemampuan tiap ikan perlakuan yang berperan sebagai kofaktor reaksi-reaksi agen reaksi pada pertumbuhan papuyu ini untuk memanfaatkan makanan yang diberikan. 68 Heni Purwati, dkk : Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Ekstrak.... Menurut Jangkaru (2000), pertumbuhan yang buruk. Di sini lah peran vitamin C sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang diberikan pada pakan. Karena seperti menurut Gammanpila et al. (2007) kemampuan memanfaatkan makanan dan kepadatan populasi. Begitu vitamin pula seperti pernyataan Nurjannah (2007) perkembangan larva, proses kematangan bahwa faktor lain yang mempengaruhi gonad, serta kualitas gamet. pertumbuhan ikan adalah keturunan dan kecepatan pertumbuhan mutlak. Faktor yang C diperlukan ikan untuk Tabel 5 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang tertinggi mempengaruhi terdapat pada perlakuan D (23,49%). pertumbuhan digolongkan menjadi 2 Tingkat kelangsungan hidup yang paling faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. rendah terdapat Faktor dalam adalah faktor yang sukar (8,83%). dikontrol papuyu seperti keturunan, jenis Hal pada perlakuam A ini dikarenakan ikan mempunyai ketahanan yang kelamin, dan umur. Sedangkan faktor tinggi terhadap perubahan lingkungan. luar meliputi makanan dan kualitas air Tingkat (Effendie, 2002). penelitian ini juga ditunjang adanya kelangsungan hidup dalam Meskipun pertumbuhan mutlak faktor-faktor seperti penanganan yang berbeda ada hati-hati saat penebaran, ruang gerak parameter yang menunjukkan bahwa ikan papuyu dalam pemeliharaan, serta perlakuan berbeda nyata yaitu pada penanganan pada waktu sampling saat kelangsungan hidup dan konversi pakan panen (Suryanto, 2012). tidak nyata, namun yang akan dibahas selanjutnya. Pada fase Secara diskriptif penambahan larva, kemampuan ikan untuk bertumbuh vitamin C dan temulawak dalam pakan memang masih belum maksimal karena akan mengurangi ikan stress atau mati, pakan yang dimakan kemungkinan besar karena vitamin C dapat meningkatkan untuk organ antibodi ikan papuyu. Hal yang serupa (organogenesis). Serta kemampuan ikan juga dilakukan oleh Nayak et al. (2007) untuk bertahan hidup dalam kondisi yang memperoleh pengaruh vitamin C ekstrim. Hal ini terbukti dari kemampuan pada respon imun spesifik dan non- hidup larva papuyu dalam kualitas air spesifik ikan rohu, jelas menaikkan proses pembentukan 69 Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10, Desember 2015, hal 60-70 parameter serum. Hal tersebut didukung perubahan fisiologis dalam tubuhnya pendapat Lovell (1989) bahwa vitamin C atau tidak terjadi stress. berfungsi untuk meningkatkan Kematian ikan selama bentuk tulang untuk kesehatan benih atau beberapa faktor diantaranya penanganan mengurangi mempercepat ikan yang kurang hati-hati. Mortalitas penyembuhan luka dan meningkatkan dipengaruhi oleh adanya faktor dalam pertahanan dan faktor luar, dimana faktor yang atau kekebalan tubuh melawan infeksi bakteri. Stress paling merupakan diduga terjadi pertumbuhan normal, mencegah kelainan stress, penelitian yang dominan adanya mempengaruhi respon mortalitas adalah kompetisi antar jenis, fisiologis yang terjadi pada saat hewan kekurangan makanan baik kuantitas dan berusaha kualitas, penanganan, dan kualitas air mempertahankan kondisi tubuhnya dari kondisi lingkungan dan (Merlina, 2004). stress dapat berasal dari perubahan Faktor yang mempengaruhi lingkungan dan respon organisme lain tingkat kelangsungan hidup adalah faktor (Subyakto, 2000). Hal ini diperkuat abiotik (kualitas air) dan faktor biotik Masumoto et al., (1991) bahwa vitamin seperti kompetisi, predasi, kepadatan C sangat penting dalam meningkatkan populasi, parasit, umur dan kemampuan ketahanan tubuh karena penyesuaian diri terhadap lingkungan vitamin C berperan menjaga bentuk reduksi ion Selain itu, ikan yang Cu+ sebagai kopaktor yang dibutuhkan kematian oleh enzim dopamine beta-hydrokxilase faktor seperti ukuran ikan uji yang lebih dan menekan produksi noradrenalin dan kecil dan bergerak pasif tidak kebagian adrenalin pada proses catecholamine makanan karena hampir semua makanan (memacu produksi glukosa darah untuk yang diberikan dimakan oleh ikan yang di pakai sebagai energi). Selanjutnya besar dan aktif (Salim, 2008). disebabkan mengalami oleh beberapa apabila ketersediaan vitamin dalam tubuh Adanya penambahan temulawak optimal maka pada kondisi lingkungan dalam pakan ikan papuyu dapat menjadi yang “suplemen” tidak baik proses sintesis cathekolamine dapat berlangsung dengan untuk meningkatkan imunitas ikan karena temulawak dapat baik, sehingga ikan mampu bertahan dari 70 Heni Purwati, dkk : Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Ekstrak.... memberikan immunostimulan yang KESIMPULAN DAN SARAN mampu memberikan respon kekebalan tubuh ikan secara langsung terhadap Kesimpulan antigen yang masuk ke dalam tubuh ikan. Ini terlihat dari hasil penelitian Suryanto (2012), yaitu pemberian adanya temulawak perlakuan yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan Berdasarkan fungsi vitamin C yang sebagai berikut: 1. terhadap juga yang terbukti dapat meningkatkan nilai kelangsungan hidup nilai kelangsungan hidup pada masing-masing perlakuan 2. pengeringan. sehingga Air dalam terhadap Nilai retensi protein dan lemak yang vitamin C pada pakan komersil) 3. Kisaran kualitas air dalam penelitian masih berada dalam kisaran yang baik dan memungkinkan dapat hidup kembang ikan papuyu. ada pada saat itu kurang memungkinkan air nyata namun baik pada perlakuan B (penambahan kondisi perairan yaitu sumber air yang sumber dan pakan post larva ikan papuyu. cenderung rendah, hal ini dikarenakan karena C kelangsungan hidup dan konversi ikan papuyu. Rata-rata vitamin pertumbuhan, berpengaruh tubuh. Perpaduan ini terdapat pada D Penambahan temulawak tidak berpengaruh nyata membantu membentuk sistem kekebalan perlakuan penelitian, maka didapatkan beberapa kesimpulan kelangsungan hidup ikan papuyu. Selain itu, hasil masa tidak mengalir, mengakibatkan perairan Saran Berdasarkan hasil penelitian, mengalami peningkatan suhu. Namun, maka dapat dikemukakan saran sebagai masih dapat dilihat perlakuan terbaik berikut: yaitu perlakuan D. 1. Perlakuan D (penambahan vitamin C dan ekstrak temulawak) sebenarnya sudah dapat diaplikasikan untuk menunjang laju pertumbuhan ikan papuyu, dan mungkin bisa 71 Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10, Desember 2015, hal 60-72 diaplikasikan pada ikan lainnya yang didapatkan benih yang banyak dan sejenis. berkualitas. Penggunaan vitamin C dan temulawak di rekomendasikan kepada para pembenih untuk meningkatkan kelangsungan hidup post larva ikan papuyu sehingga DAFTAR PUSTAKA Adun, M. 2014. Variasi Padat Tebar Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup Larva Ikan Papuyu (Anabas testudineus Bloch). Laporan Hasil Penelitian Skripsi. Unlam Banjarbaru. pp. 59. Afrianto, E., dan Liviawaty, E. 1994. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanasius. Yogyakarta. Akrimi dan Gatot S., 2002. Teknik Pengamatan Kualitas Air dan Plankton di Reservat Danau Arang–Arang. Buletin Teknik Pertanian. Jambi. Vol. 7 No. 2. Amri, M. 2006. Pengaruh Penggunaan Bungkil Inti Sawit Dalam Pakan Terhadap Performa Ikan Mas (Cyprinus Carpio L). Universitas Bung Hatta. p. 1-5. Aslamyah, S. 2008. Pembelajaran Berbasis SCL pada Mata Kuliah Biokimia Nutrisi. Unhas. Makassar. Bombardelli, E., 1991. Technologies for Processing of Medicinal Plants, in the Medicinal Plant in-dustry, CRC Press, Florida, USA. p. 85 – 89 Boyd, C. E. 1998. Waterquality for pond aquaculture. Research and Development Series No. 43.International Center for Aquaculture and Aquatic Environments, Alabama Agricultural Experiment Station, Auburn University, Alabama. Cahu, C. and J.Z. Infante. 1995. Maturation of the pancreatic and intestinal digestive functions in sea bass (Oicentrarchus labrax): effect of weaning with different protein sources. Fish Phys. and Biochem . 14(6):431-437. Cholik Fuad, Artati dan Rachmat Arifudin 1986. Water Quality Management in Pond Culture (Pengelolaan Kualitas Air Kolam). Direktorat Jenderal Bekerja Sama Dengan Internasional Developement Research Centre, Jakarta. 72