PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C DAN

advertisement
Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10,Desember 2015, hal. 60-60
PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C DAN EKSTRAK
TEMULAWAK PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP PERTUMBUHAN
POST LARVA IKAN PAPUYU
(Anabas testudineus Bloch)
EFFECT OF ADDING VITAMIN C AND EXTRACTS TEMULAWAK
FEED ON THE GROWTH OF COMMERCIAL FISH POST LARVA
PAPUYU FISH
1)
1)
Heni Purwati, 2)Herliwati, 3)Indira Fitriliyani
Mahasiswa S1 Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Unlam
Staf Pengajar Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Unlam
2,3)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan vitamin C pada
pakan terhadap daya tahan tubuh. Penambahan temulawak bertujuan untuk meningkatkan
nafsu makan post larva ikan papuyu dan pertumbuhan post larva ikan papuyu yang
dipelihara di hapa. Kegunaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan tingkat optimalisasi
penggunaan vitamin C dan ekstrak temulawak terhadap daya tahan tubuh post larva ikan
papuyu, sehingga didapatkan benih yang unggul.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa penambahan vitamin C dan temulawak
tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, namun berpengaruh nyata terhadap
kelangsungan hidup dan konversi pakan post larva ikan papuyu. Nilai retensi protein dan
lemak yang baik pada perlakuan B (penambahan vitamin C pada pakan komersil). Kisaran
kualitas air dalam penelitian masih berada dalam kisaran yang baik dan memungkinkan
dapat hidup kembang ikan papuyu.
Kata Kunci : vitamin C, ekstrak temulawak, ikan Papuyu, post larva
ABSTRACT
Adding effect of vitamin c and extracts temulawak on this research aims to
determine the effect of vitamin C on the feed premixes. The addition of ginger aims to
increase appetite post of papuyu fish larvae and post larvae growth of papuyu fish reared
in hapa. The usefulness of this research is to gain a level optimization of the use of
vitamin C and extracts of ginger in immune papuyu post-larval fish, so we get a superior
seed.
From the research results that the addition of vitamin C and ginger did not affect
growth, but significant effect on survival and feed conversion papuyu post-larval fish.
Value retention of protein and good fats in treatment B (addition of vitamin C to
commercial feed). The range of water quality in the research is still in a good range and
allow the fish to live flowers papuyu.
60
Heni Purwati, dkk : Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Ekstrak....
Keywords: vitamin C, extracts of ginger, fish Papuyu, post-larvae
pada fase larva sampai berumur satu
PENDAHULUAN
bulan mencapai 80% (Huet, 1994).
Potensi perikanan air tawar di
Kendala pengembangan budidaya
Kalimantan cukup tinggi. Ikan lokal yang
ikan papuyu adalah karena tingginya
cukup
digemari
oleh
masyarakat
tingkat mortalitas larva sampai berukuran
khususnya
Kalimantan
benih hasil pembenihan 80–85% setelah
Selatan adalah ikan papuyu (Anabas
kuning telur habis tidak mendapatkan
testudineus Bloch) yang dalam bahasa
pakan
daerah Banjar disebut “iwak papuyu”.
mulutnya. Pakan merupakan salah satu
Ikan Papuyu (Anabas Testudineus Bloch)
faktor yang dapat menunjang dalam
merupakan jenis ikan ekonomis penting
perkembangbiakan ikan, dimana fungsi
diperairan umum dan potensial untuk
utama pakan adalah untuk kelangsungan
dikembangkan. Ikan papuyu dikenal
hidup dan pertumbuhan. Salah satu
sebagai ikan pemakan segala (omnivora),
pakan yang dapat diberikan untuk larva
yang dapat memanfaatkan dengan baik
ikan
sumber protein yang berasal dari hewan
berbentuk bubuk atau powder. Namun
dan tumbuhan.
nafsu makan larva ikan papuyu juga
Kalimantan
Kendala
utama
dalam
pengembangan budidaya ikan papuyu
papuyu
maupun
Keberhasilan
sangat
kuantitasnya.
budidaya
tergantung
ikan
pada
papuyu
teknologi
sesuai
dengan
adalah
pakan
bukaan
buatan
cenderung menurun yang mengakibatkan
daya tahan tubuh juga menurun.
adalah terbatasnya benih, baik dalam
kualitas
yang
Oleh karena itu, diberikan vitamin
C
dan
ekstrak
ditambahkan
temulawak
ke
dalam
yang
pakan.
Penambahan temulawak diharapkan agar
pembenihan dan pemeliharaan larva.
nafsu
Secara umum tingkat mortalitas benih
meningkat, sehingga vitamin C yang
makan
larva
ikan
papuyu
ditambahkan ke pakan akan terabsorbsi
oleh larva ikan papuyu.
61
Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10, Desember 2015, hal 60-62
temulawak
METODE PENELITIAN
benar
-
benar
kering.
Temulawak yang sudah kering kemudian
diayak hingga mendapatkan bubuk yang
Alat dan Bahan
dalam
halus. Bubuk temulawak yang sudah
penelitian ini antara lain ; parutan,
halus tersebut lalu dicampur pada pakan
pengayak, baskom kecil, neraca, hapa,
dengan konsentrasi 15 %.
tali, kayu dan batu pemberat.
b.
Alat
yang
digunakan
Penyiapan Pakan
Pakan
Bahan yang digunakan dalam
buatan
yang
akan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
digunakan dalam penelitian ini yaitu
Induk papuyu betina 30 ekor dan jantan
pakan komersil sesuai dengan umur dan
10
hasil
bukaan mulut ikan. Pakan komersil jenis
pemijahan, Pakan komersil (Fengli 0,
bubuk atau powder dengan kode Fengli 0
Fengli 1, PF 500, PF 800-1000), Vitamin
pada umur larva hingga 2 minggu, pakan
C,Temulawak, Aquadest, Ovaprim.
komersil dengan kode Fengli 1 hingga
Ipteks.
umur 30 hari, pakan komersil dengan
ekor,
larva
ikan
papuyu
kode PF 500 hingga umur 45 hari, dan
pakan komersil dengan kode PF 800-
Prosedur Kerja
Penelitian
dilaksanakan
dengan
1000. hingga umur 60 hari.
Pakan
melalui tahapan penelitian yaitu :
komersil dicampur rata dengan vitamin C
1.
sebanyak
Persiapan alat dan bahan
1000
mg/kg
pakan
pada
penelitian,
perlakuan B, pakan komersil dicampur
terlebih dahulu dilakukan pengadaan atau
rata dengan ekstrak temulawak sebanyak
pengumpulan alat
15 % pada perlakuan C, pakan komersil
Sebelum
memulai
dan bahan
yang
diperlukan.
dicampur
rata
dengan
2.
Persiapan pakan perlakuan
sebanyak
1000
mg/kg
a.
Mengekstrak temulawak
perlakuan serbuk ekstrak temulawak
Temulawak
dahulu
dan
dikupas
dicuci
hingga
terlebih
bersih,
kemudian digerus selanjutnya dijemur
dengan dilapisi kain hitam di bawah sinar
matahari selama 1 - 3 hari sampai
vitamin
pakan
C
pada
sebanyak 15 % dan vitamin C sebanyak
1000 mg/kg pakan pada perlakuan D.
3.
Persiapan kolam pemijahan
Kolam
untuk
pemijahan
sebelumnya disucihamakan dan dipupuk
62
Heni Purwati, dkk : Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Ekstrak....
untuk
menumbuhkan
Kemudian
induk
pakan
ikan
yang
alami.
6.
Pemeliharaan
akan
Larva yang baru menetas tidak
memijah diseleksi dan ditebar, dilakukan
perlu diberi makanan tambahan sebab
aklimatisasi.
masih mempunyai cadangan makanan
4.
dari kantong kuning telur (yolk egg).
Pemijahan
Kegiatan persiapan pembenihan
Setelah larva habis kuning telur maka
ikan papuyu meliputi persiapan bahan
ditebar dengan padat tebar 3000. Setelah
dan alat, yaitu induk ikan papuyu yang
itu diberikan pakan komersil bentuk
matang gonad, ovaprim,
bubuk atau powder yang sudah diberi
aquabidest,
baskom (wadah pemijahan induk), alat
perlakuan.
suntik,
7.
aerasi
(Hi-Blow/Aerator),
Pemberian pakan
baskom, serok dan timbangan.
Pemberian
pakan
dilakukan
Induk betina disuntik hormon
dengan cara satiasi sebanyak 4 kali sehari
oodev dengan dosis 0,01 ml/kg bobot
yaitu pagi jam 07.00 – 08.00, 10:00-
tubuh induk ikan. Penyuntikan dengan
11:00, 13:00-14:00, dan sore jam 16.00 –
hormon ovaprim dengan dosis 0,2 ml/kg
18.00 Wita.
bobot tubuh induk ikan. Penyuntikan
8.
dilakukan sebanyak 1 kali pada bagian
Pengambilan sampel
Pengambilan
sampel
dilakukan
dorsal kiri atau kanan, kemudian induk
melalui penghitungan panjang tubuh
dimasukkan ke dalam akuarium dengan
ikan dan penimbangan biomas ikan pada
jumlah perbandingan induk jantan dan
awal
betina 3 : 1. Proses terjadinya ovulasi
pengambilan sampling kualitas air pada
tanpa dilakukan stripping (pemijahan
awal dan akhir penelitian.
secara alami).
5.
Data
Wadah pemeliharaan
Wadah
dan
pemeliharaan
akhir
hasil
penelitian.
penelitian
yang
diperoleh diuji kenormalannya dengan
yang
menggunakan uji Lilliefors (Nasoetion
digunakan dalam penelitian adalah hapa
dan
ukuran 2 x 1 meter dengan ketinggian
pengujian sebagai berikut :
Barizi,
air 30 cm, sebanyak 12 buah dan
diletakkan di dalam kolam.
Serta
1985),
dengan
kaidah
(n), terima H0
data normal
63
Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10, Desember 2015, hal 60-64
Jika L hitung
keragamannnya dengan analisis sidik
> (n), tolak H0 data tidak normal
ragam untuk mengetahui ada atau tidak
Kemudian diuji kehomogenannya
ada pengaruh dari tiap perlakuan.
Jika
menggunakan uji homogenitas Bartlett
terjadi perbedaan yang nyata atau sangat
(Sudjana, 1992),
nyata maka dilanjutkan dengan uji
Apabila
normal
data
atau tidak
sebelum
tersebut
tidak
lanjutan,
homogen,
maka
(1993), yang tergantung pada nilai
dianalisis
keragamannya
terlebih dahulu dilakukan transformasi
koefisien
dilakukan
(ANAVA)
hitung
hitung>
Hanafiah
kaidah
sebagai
berikut :
(5%,1%), terima H0,
KK besar (> 10 % pada kondisi
homogen atau > 20 % pada kondisi
heterogen
F
tabel
(1993),uji
lanjutan harus memenuhi kriteria sebagai
tolak H1
Jika F
Menurut
1.
tabel
yang
Varian
dengan
<F
(KK)
Analisis
berikut :
Jika F
keragaman
Hanafiah
diperoleh.
data. Setelah asumsi di atas terpenuhi
maka
sepertimenurut
(5%,1%), terima H1,
tolak H0
lanjutan,
menggunakan
uji
wilayah
uji
berganda
Duncan).
Jika pengujian hipotesis adalah
2. KK sedang (5-10 % bila homogen
menolak H0 dan menerima H1, maka
atau
analisis data dilanjutkan dengan uji Beda
menggunakan
Nilai Tengah. Menurut Hanafiah (1993),
dilakukan adalah Uji Beda Nyata
uji
Terkecil/BNT).
lanjutan
yang
dipergunakan
tergantung pada koefisien keragaman
(KK) yang diperoleh dengan rumus:
KK =
Keterangan:
KK
:
KTG :
Y
:
KTG
x 100 %
Y
Koefisien Keragaman
Kuadrat Tengah Galat
Rerata Grand Total
10-20
%
uji
bila
heterogen
lanjutan
yang
3. KK kecil (< 5 % bila homogen atau <
10 % bila heterogen) menggunakan
uji lanjutan Beda Nyata Jujur /BNJ.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Apabila data tersebut normal dan
homogen
maka
dapat
dianalisis
64
Heni Purwati, dkk : Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Ekstrak....
Pada penelitian ini didapatkan
Rata-rata
hasil dengan parameter pertumbuhan
berat mutlak, laju pertumbuhan panjang
1
2
3
D
mutlak, kelangsungan hidup (SR), rasio
konversi pakan, analisa proksimat, dan
kualitas air.
2.96
3.21
2.89
9.06
3.02 ± 0.17
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Data Primer yang diolah, 2015
Keterangan:
1. Pertumbuhan Berat Mutlak
Pertumbuhan merupakan suatu
proses
2.52 ± 0.45
pertambahan
bobot
maupun
panjang tubuh ikan dalam suatu waktu
Perlakuan A : Pakan komersil (kontrol)
Perlakuan B : Pakan komersil + vitamin C
Perlakuan C :Pakan komersil + ekstrak
temulawak
Perlakuan D : Pakan komersil + vitamin C +
ekstrak temulawak
tertentu (Effendi, 2002). Pengukuran dan
berat
Hasil Uji Normalitas Lilliefors
individu post larva papuyu selama masa
pertumbuhan berat mutlak (Lampiran 3)
pemeliharaan selengkapnya dapat dilihat
diperoleh bahwa nilai Li Max (0,1357) <
pada Tabel 1.
Li Tabel 5% (0,275), sehingga dapat
Tabel 1. Data Hasil Pertumbuhan Berat
Mutlak
dinyatakan bahwa data menyebar normal.
perhitungan data pertumbuhan
Perlakuan
Ulangan
1
Berat (gram)
2.56
A
2
2.14
3
2.05
Jumlah
Rata-rata
6.75
2.25 ± 0.27
Hasil uji Homogenitas Ragam Bartlett
(Lampiran 4) diperoleh nilai X 2 hitung
(0,1413) < X2 tabel (0,1707), yang
berarti data homogen. Berdasarkan hasil
analisis keragaman (Anova) (Lampiran
5) menunjukan F hitung adalah 3,05 < F
Jumlah
2.26
2.65
2.87
7.78
Rata-rata
2.59 ± 0.31
B
1
2
3
tabel 5%, yaitu 4,07 yang berarti terima
H0 dan ditolak H1, artinya tidak ada
perbedaan antar perlakuan.
2. Pertumbuhan Panjang Mutlak
C
Jumlah
1
2.97
2
3
2.52
2.07
7.56
Data
pertumbuhan
hasil
rekapitulasi
panjang
mutlak
laju
ikan
65
Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10, Desember 2015, hal 60-66
papuyu
selama
pemeliharaan
dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Hasil Sampling Selama
Pemeliharaan
Perlakuan
3.65
3
3.49
10.94
3.65 ± 0.15
3.83
3.75
3.92
11.50
kelangsungan
3.83 ± 0.09
dinyatakan bahwa data menyebar normal.
Jumlah
Rata-rata
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
21.90
25.07
23.5
70.47
2
1
2
3
C
D (%)
1
Jumlah
Rata-rata
B
A
B (%)
C (%)
(%)
1
9.17
12.40
14.00
2
7.90
11.9
14.03
3
9.43
12.70
14.17
Jumlah
26.5
37.00
42.2
8.83
Rata12.33 14.06 ±
±
rata
± 0,40
0,09
0,82
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2015
Panjang Mutlak
(cm)
3.80
Ulangan
A
Perlakuan
Ulangan
4.01
3.79
3.62
11.42
3.81 ± 0.20
1
4.15
D
2
4.03
3
3.89
Jumlah
12.07
Rata-rata
4.02 ± 0.13
Sumber: Data Primer yang diolah, 2015
23.49 ±
1,58
Hasil Uji Normalitas Lilliefors
hidup
(Lampiran
11)
diperoleh bahwa nilai Li Max (0,233) <
Li Tabel 5% (0,275), sehingga dapat
Hasil uji Homogenitas Ragam Bartlett
(Lampiran 12) diperoleh nilai X 2 hitung
(1,69) < X2 tabel (2,04), yang berarti data
homogen. Berdasarkan hasil analisis
keragaman
(Anova)
(Lampiran
13)
menunjukan F hitung adalah 140,52 >
dari F tabel 5%, (4,07) dan F tabel 1%
(7,59) yang berarti terima H1 dan ditolak
H0, artinya ada perbedaan yang sangat
3. Kelangsungan Hidup (SR)
nyata antar perlakuan.
Data kelangsungan hidup larva
ikan papuyu (Anabas testudineus bloch)
Pembahasan
Berdasarkan Tabel 1 perlakuan
selama masa pemeliharaan dapat dilihat
dalam Tabel 3.
terbaik berturut- turut terdapat pada
perlakuan D, kemudian perlakuan B, C
dan A. Menurut Bunasir dkk. (2002),
Tabel 3. Rerata Kelangsungan Hidup
Larva Ikan Papuyu
tinggi
rendahnya
dipengaruhi
oleh
pertumbuhan
ikan
kemampuan
ikan
66
Heni Purwati, dkk : Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Ekstrak....
merespon
dan
memanfaatkan pakan
kelengkapan
untuk pertumbuhan serta jumlah pakan
ketersediaan
yang
Perkembangan
diberikan.
Dalam
hal
ini,
organ
pencernaan
enzim
dan
pencernaan.
saluran
pencernaan
pertumbuhan tidak berpengaruh nyata
berlangsung secara bertahap dan setelah
karena fungsi vitamin C cenderung untuk
ikan mencapai ukuran atau umur tertentu
daya tahan tubuh dan fungsi temulawak
maka
yang sebagai efisiensi daya cerna ikan
mencapai kesempurnaan. Perkembangan
papuyu.
dan
struktur pencernaan tersebut diikuti pula
temulawak tidak berpengaruh langsung
oleh perkembangan enzim pencernaan
terhadap
(Handayani,
Sehingga
vitamin
C
pertumbuhan,
berpengaruh
terhadap
namun
kelangsungan
hidup dan konversi pakan.
Kecepatan
saluran
pencernaannya
2006).
Struktur
akan
sistem
pencernaan yang masih sederhana pada
larva berkorelasi pula dengan rendahnya
pertumbuhan
ikan
produksi enzim pencernaan (Dabrowski,
tergantung pada jumlah makanan yang
1979). Aktivitas enzim merupakan salah
diberikan, ruang gerak dan suhu perairan.
satu faktor yang dapat mempengaruhi
Sejumlah pakan yang dimakan ikan
tingkat pertumbuhan ikan secara umum.
sekitar 10% saja yang digunakan untuk
Aktivitas
pertumbuhan
berat,
secara umum bervariasi menurut umur
sebagai sumber
dan faktor fisiologis ikan. Perubahan atau
atau
menambah
selebihnya digunakan
enzim
pencernaan
sendiri
tenaga untuk beraktivitas (Mudjiman,
variasi aktivitas enzim
2000). Koesdarto (2001) menyatakan
dengan tingkat perkembangan sistem
bahwa
pertumbuhan
pencernaan dan perbedaan kebutuhan
didukung dengan kesehatan yang baik
nutrien dalam setiap stadia kehidupan
pada
larva (Cahu dan Infante, 1995).
meningkatnya
ikan
dan
akan
meningkatkan
berhubungan
efisiensi penyerapan zat makanan untuk
Ketersediaan substrat juga akan
memenuhi kebutuhan hidup dan produksi
berpengaruh dalam pengaturan aktivitas
yang ditunjukkan dengan pertambahan
enzim pencernaan. Jenis pakan yang
bobot.
diberikan memberi pengaruh terhadap
Kemampuan
ikan
dalam
mencerna pakan sangat bergantung pada
aktivitas enzim pencernaan, dimana jenis
pakan
tertentu
dapat
meningkatkan
67
Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10, Desember 2015, hal 60-68
aktivitas
enzim
pencernaan
larva
mensintesis vitamin C disebabkan tidak
(McBride, 2004). Pakan yang diberikan
tersedianya
untuk larva pada stadia awal umumnya
reaksi tahap akhir sintesis vitamin C,
adalah pakan alami. Namun demikian
sehingga untuk mencukupi kebutuhan
jangka waktu pemberian pakan alami
vitamin C dalam menjaga fungsi normal
pada usaha budidaya perlu dibatasi
sel dibutuhkan suplementasi vitamin C
karena penyediaan pakan alami itu
dari luar tubuh. Vitamin C penting bagi
sendiri memerlukan proses waktu yang
pertumbuhan
cukup
dalam
panjang
dan
kuantitas
serta
L-gulunolakton,
ikan,
banyak
karena
sebagai
berperan
metabolisme
tubuh.
kualitasnya antara lain sangat tergantung
Pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan
pada
faktor
dijelaskan oleh Masumoto, et al (1991)
gizinya sendiri. Sehingga pada stadia
berkaitan dengan pembentukan kolagen
umur larva tertentu, peranan pakan alami
pada ikan. Pembentukan kolagen penting
perlu digantikan dengan pakan buatan
untuk pertumbuhan normal ikan karena
karena penyediaan pakan buatan lebih
kolagen merupakan komponen utama
praktis dan komposisi nutriennya dapat
pada matriks tulang.
faktor
lingkungan
dan
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
larva
itu sendiri.
Rata-rata pertumbuhan tertinggi
Namun demikian
secara berurutan terdapat pada perlakuan
pemberian pakan buatan sendiri harus
D, B, C, dan A. Namun pada semua
disesuaikan dengan kesiapan larva secara
perlakuan
fisiologis karena pakan buatan terdiri dari
signifikan. Hal ini dikarenakan vitamin C
nutrien
yang
mempunyai
hanya
molekul
yang
kompleks
struktur
dan
tidak
dapat
berpengaruh
membantu
secara
proses
tidak
metabolisme agar berjalan dengan baik,
mengandung enzim sehingga diperlukan
namun fungsi utama vitamin C adalah
ketersediaan enzim untuk mencernanya
sebagai daya tahan tubuh sehingga lebih
(Suryanti dan Priyadi, 2002).
berpengaruh pada kelangsungan hidup.
Dalam metabolisme, vitamin C
Pengaruh
berbeda
hidroksilasi dalam sel,
dikarenakan dari beberapa faktor seperti
redoks,
anti
oksidan,
lipolisis
dan
lipogenesis. Namun ikan tidak mampu
kemampuan
tiap
ikan
perlakuan
yang
berperan sebagai kofaktor reaksi-reaksi
agen reaksi
pada
pertumbuhan
papuyu
ini
untuk
memanfaatkan makanan yang diberikan.
68
Heni Purwati, dkk : Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Ekstrak....
Menurut Jangkaru (2000), pertumbuhan
yang buruk. Di sini lah peran vitamin C
sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor
yang diberikan pada pakan. Karena
seperti
menurut Gammanpila et al. (2007)
kemampuan
memanfaatkan
makanan dan kepadatan populasi. Begitu
vitamin
pula seperti pernyataan Nurjannah (2007)
perkembangan larva, proses kematangan
bahwa faktor lain yang mempengaruhi
gonad, serta kualitas gamet.
pertumbuhan ikan adalah keturunan dan
kecepatan pertumbuhan mutlak.
Faktor
yang
C
diperlukan
ikan
untuk
Tabel 5 menunjukkan tingkat
kelangsungan
hidup
yang
tertinggi
mempengaruhi
terdapat pada perlakuan D (23,49%).
pertumbuhan digolongkan menjadi 2
Tingkat kelangsungan hidup yang paling
faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar.
rendah terdapat
Faktor dalam adalah faktor yang sukar
(8,83%).
dikontrol
papuyu
seperti
keturunan,
jenis
Hal
pada perlakuam A
ini
dikarenakan
ikan
mempunyai ketahanan
yang
kelamin, dan umur. Sedangkan faktor
tinggi terhadap perubahan lingkungan.
luar meliputi makanan dan kualitas air
Tingkat
(Effendie, 2002).
penelitian ini juga ditunjang adanya
kelangsungan
hidup
dalam
Meskipun pertumbuhan mutlak
faktor-faktor seperti penanganan yang
berbeda
ada
hati-hati saat penebaran, ruang gerak
parameter yang menunjukkan bahwa
ikan papuyu dalam pemeliharaan, serta
perlakuan berbeda nyata yaitu pada
penanganan pada waktu sampling saat
kelangsungan hidup dan konversi pakan
panen (Suryanto, 2012).
tidak
nyata,
namun
yang akan dibahas selanjutnya. Pada fase
Secara
diskriptif
penambahan
larva, kemampuan ikan untuk bertumbuh
vitamin C dan temulawak dalam pakan
memang masih belum maksimal karena
akan mengurangi ikan stress atau mati,
pakan yang dimakan kemungkinan besar
karena vitamin C dapat meningkatkan
untuk
organ
antibodi ikan papuyu. Hal yang serupa
(organogenesis). Serta kemampuan ikan
juga dilakukan oleh Nayak et al. (2007)
untuk bertahan hidup dalam kondisi
yang memperoleh pengaruh vitamin C
ekstrim. Hal ini terbukti dari kemampuan
pada respon imun spesifik dan non-
hidup larva papuyu dalam kualitas air
spesifik ikan rohu, jelas menaikkan
proses
pembentukan
69
Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10, Desember 2015, hal 60-70
parameter serum. Hal tersebut didukung
perubahan fisiologis dalam tubuhnya
pendapat Lovell (1989) bahwa vitamin C
atau tidak terjadi stress.
berfungsi
untuk
meningkatkan
Kematian
ikan
selama
bentuk tulang untuk kesehatan benih atau
beberapa faktor diantaranya penanganan
mengurangi
mempercepat
ikan yang kurang hati-hati. Mortalitas
penyembuhan luka dan meningkatkan
dipengaruhi oleh adanya faktor dalam
pertahanan
dan faktor luar, dimana faktor yang
atau
kekebalan
tubuh
melawan infeksi bakteri.
Stress
paling
merupakan
diduga
terjadi
pertumbuhan normal, mencegah kelainan
stress,
penelitian
yang
dominan
adanya
mempengaruhi
respon
mortalitas adalah kompetisi antar jenis,
fisiologis yang terjadi pada saat hewan
kekurangan makanan baik kuantitas dan
berusaha
kualitas, penanganan, dan kualitas air
mempertahankan
kondisi
tubuhnya dari kondisi lingkungan dan
(Merlina, 2004).
stress dapat berasal dari perubahan
Faktor
yang
mempengaruhi
lingkungan dan respon organisme lain
tingkat kelangsungan hidup adalah faktor
(Subyakto, 2000). Hal ini diperkuat
abiotik (kualitas air) dan faktor biotik
Masumoto et al., (1991) bahwa vitamin
seperti kompetisi, predasi, kepadatan
C sangat penting dalam meningkatkan
populasi, parasit, umur dan kemampuan
ketahanan tubuh karena
penyesuaian diri terhadap lingkungan
vitamin
C
berperan menjaga bentuk reduksi ion
Selain
itu,
ikan
yang
Cu+ sebagai kopaktor yang dibutuhkan
kematian
oleh enzim dopamine beta-hydrokxilase
faktor seperti ukuran ikan uji yang lebih
dan menekan produksi noradrenalin dan
kecil dan bergerak pasif tidak kebagian
adrenalin pada proses catecholamine
makanan karena hampir semua makanan
(memacu produksi glukosa darah untuk
yang diberikan dimakan oleh ikan yang
di pakai sebagai energi). Selanjutnya
besar dan aktif (Salim, 2008).
disebabkan
mengalami
oleh
beberapa
apabila ketersediaan vitamin dalam tubuh
Adanya penambahan temulawak
optimal maka pada kondisi lingkungan
dalam pakan ikan papuyu dapat menjadi
yang
“suplemen”
tidak
baik
proses
sintesis
cathekolamine dapat berlangsung dengan
untuk
meningkatkan
imunitas ikan karena temulawak dapat
baik, sehingga ikan mampu bertahan dari
70
Heni Purwati, dkk : Pengaruh Penambahan Vitamin C dan Ekstrak....
memberikan
immunostimulan
yang
KESIMPULAN DAN SARAN
mampu memberikan respon kekebalan
tubuh ikan secara langsung terhadap
Kesimpulan
antigen yang masuk ke dalam tubuh ikan.
Ini terlihat dari hasil penelitian Suryanto
(2012),
yaitu
pemberian
adanya
temulawak
perlakuan
yang
dapat
meningkatkan laju pertumbuhan dan
Berdasarkan
fungsi
vitamin
C
yang
sebagai berikut:
1.
terhadap
juga
yang
terbukti
dapat
meningkatkan nilai kelangsungan hidup
nilai
kelangsungan
hidup pada masing-masing perlakuan
2.
pengeringan.
sehingga
Air
dalam
terhadap
Nilai retensi protein dan lemak yang
vitamin C pada pakan komersil)
3.
Kisaran kualitas air dalam penelitian
masih berada dalam kisaran yang
baik dan memungkinkan dapat hidup
kembang ikan papuyu.
ada pada saat itu kurang memungkinkan
air
nyata
namun
baik pada perlakuan B (penambahan
kondisi perairan yaitu sumber air yang
sumber
dan
pakan post larva ikan papuyu.
cenderung rendah, hal ini dikarenakan
karena
C
kelangsungan hidup dan konversi
ikan papuyu.
Rata-rata
vitamin
pertumbuhan,
berpengaruh
tubuh. Perpaduan ini terdapat pada
D
Penambahan
temulawak tidak berpengaruh nyata
membantu membentuk sistem kekebalan
perlakuan
penelitian,
maka didapatkan beberapa kesimpulan
kelangsungan hidup ikan papuyu. Selain
itu,
hasil
masa
tidak
mengalir,
mengakibatkan
perairan
Saran
Berdasarkan
hasil
penelitian,
mengalami peningkatan suhu. Namun,
maka dapat dikemukakan saran sebagai
masih dapat dilihat perlakuan terbaik
berikut:
yaitu perlakuan D.
1.
Perlakuan D (penambahan vitamin C
dan ekstrak temulawak) sebenarnya
sudah dapat diaplikasikan untuk
menunjang laju pertumbuhan ikan
papuyu,
dan
mungkin
bisa
71
Fish Scientiae, Volume 5 Nomor 10, Desember 2015, hal 60-72
diaplikasikan pada ikan lainnya yang
didapatkan benih yang banyak dan
sejenis.
berkualitas.
Penggunaan vitamin C dan temulawak di
rekomendasikan kepada para pembenih
untuk meningkatkan kelangsungan hidup
post
larva
ikan
papuyu
sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Adun, M. 2014. Variasi Padat Tebar Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup Larva
Ikan Papuyu (Anabas testudineus Bloch). Laporan Hasil Penelitian Skripsi. Unlam
Banjarbaru. pp. 59.
Afrianto, E., dan Liviawaty, E. 1994. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanasius.
Yogyakarta.
Akrimi dan Gatot S., 2002. Teknik Pengamatan Kualitas Air dan Plankton di Reservat
Danau Arang–Arang. Buletin Teknik Pertanian. Jambi. Vol. 7 No. 2.
Amri, M. 2006. Pengaruh Penggunaan Bungkil Inti Sawit Dalam Pakan Terhadap
Performa Ikan Mas (Cyprinus Carpio L). Universitas Bung Hatta. p. 1-5.
Aslamyah, S. 2008. Pembelajaran Berbasis SCL pada Mata Kuliah Biokimia Nutrisi.
Unhas. Makassar.
Bombardelli, E., 1991. Technologies for Processing of Medicinal Plants, in the Medicinal
Plant in-dustry, CRC Press, Florida, USA. p. 85 – 89
Boyd, C. E. 1998. Waterquality for pond aquaculture. Research and Development Series
No. 43.International Center for Aquaculture and Aquatic Environments, Alabama
Agricultural Experiment Station, Auburn University, Alabama.
Cahu, C. and J.Z. Infante. 1995. Maturation of the pancreatic and intestinal digestive
functions in sea bass (Oicentrarchus labrax): effect of weaning with different
protein sources. Fish Phys. and Biochem . 14(6):431-437.
Cholik Fuad, Artati dan Rachmat Arifudin 1986. Water Quality Management in Pond
Culture (Pengelolaan Kualitas Air Kolam). Direktorat Jenderal Bekerja Sama
Dengan Internasional Developement Research Centre, Jakarta.
72
Download